Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEGAWADARURATAN KEBIDANAN

RETENSIO PLASENTA

Dosen Pengampuh:

TYAN ANGGRAINI, SST

DI SUSUN OLEH :

1. Sri purwati Nim : 15616191


2. Reni Oktafia puji lestari Nim : 15616186
3. Evi Rulistya Nim : 15616164
4. Neli faradibah Nim : 15616177
5. Yuyun Tasnim Nim : 15616196

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSTAS KADIRI

TAHUN AJARAN 2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa karena dengan
karuniaNya, kami dapat menyelesaikan makalah ”Retensio plasenta” untuk mahasiswa
Program Studi D IV Kebidanan fakultas ilmu kesehatan universitas kadiri.
Makalah ini dimaksudkan sebagai tuntunan belajar bagi mahasiswa di insitusi
pendidikan kesehatan khususnya bidang kebidanan.Semoga dengan adanya makalah ini
bisa memberi banyak pengetahuan bagi pembaca khususnya bagi penulis sendiri.
Kami menyadari keterbatasan dalam menyusun makalah ini.Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak, terutama dari seluruh akademika
kebidanan dimanapun berada demi penyempurnaan edisi-edisi berikutnya.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak hingga makalah ini
dapat selesai.

Kediri , 14 April 2016


DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Retensio plasenta ................................................................ 4
2.2 Fisiologi plasenta ...............................................................................4
2.4 fisiologis pelepasan plasenta ..............................................................5
2.4 klasifikasi retensio plasenta .............................................................5
2.5 Etiologi Retensio plasenta ...................................................................6
2.6 Patofisiologi Retensio plasenta ...........................................................6
2.7 sebab sebab plasenta belum lahir.........................................................7
2.8 komplikasi Retensio plasenta ..............................................................7
2.9 pemeriksaan penunjang .......................................................................8
2.10 Penatalaksanaan Retensio plasenta.................................................. 8
2.11 Penangan plasenta Akreta ................................................................9
2.12 Penatalaksanaan Retensio Plasenta ..................................................9
2.13 Upaya Preventif Retensio plasenta..................................................15
2.14 Penanganan Retensio menurut tingkatan.........................................15

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan .............................................................................................. 16
3.2 Saran .................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdarahan dalam bidang obstetri dan ginekologi hampir selalu
berakibat fatal bagi ibu maupun janin, terutama jika tindakan
pertolongan terlambat dilakukan, atau jika komponennya tidak dapat
segera dilakukan. Oleh karena itu, setiap Perdarahan yang terjadi dalam
masa kehamilan, persalinan dan nifas harus dianggap sebagai suatu
keadaan akut dan serius.
Perdarahan pascapersalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml
melalui jalan lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III.
Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya,
kadang-kadang hanya setengah dari yang sebenarnya. Darah tersebut
tercampur dengan cairan amnion atau dengan urin. Darah juga tersebar
pada spons, handuk, dan kain, di dalam ember dan di lantai. Volume
darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar
hemoglobin ibu. Seseorang ibu dengan kadar hemoglobin normal akan
dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat
fatal pada yang anemia.
Perdarahan pascapersalinan adalah sebab penting kematian ibu;
¼ kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan
pascapersalinan, placenta previa, solutio plasenta, kehamilan ektopik,
abortus, retensio plasenta,rest plasenta dan ruptura uteri) disebabkan oleh
perdarahan pascapersalinan. Selain itu, pada keadaan dimana perdarahan
pascapersalinan tidak mengakibatkan kematian, kejadian ini sangat
mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia dapat menurunkan daya
tahan tubuh. Perdarahan pascapersalinan lebih sering terjadi pada ibu-ibu
di Indonesia dibandingkan dengan ibu-ibu di luar negeri.
Pendarahan yang disebabkan oleh retensio dan rest plasenta dapat terjadi
karena plasenta yang tidak lahir setelah 30 menit setelah bayi lahir dan
atau plasenta belum lahir sebagian .
2.1 Rumusan Masalah
1) Apakah Definisi Retensio plasenta ?
2) Bagaimanakah Fisiologi plasenta ?
3) Bagaimanakah fisiologis pelepasan plasenta ?
4) Bagaimanakah klasifikasi retensio plasenta ?
5) Bagaimanakah Etiologi Retensio plasenta?
6) Bagaimanakah Patofisiologi Retensio plasenta ?
7) Apakah sebab sebab plasenta belum lahir?
8) Apakah komplikasi Retensio plasenta?
9) Apakah pemeriksaan penunjang Terjadinya Retensio plasenta ?
10) Bagaimanakah Penatalaksanaan Retensio plasenta?
11) Bagaimanakah Penangan plasenta Akreta ?
12) Bagaimanakah Penatalaksanaan Retensio Plasenta ?
13) Bagaimanakah Upaya Preventif Retensio plasenta?
14) Bagaimanakah Penanganan Retensio menurut tingkatan?

3.1 Tujuan Pembahasan


1) Untuk mengetahui Definisi Retensio plasenta
2) Untuk mengetahui Fisiologi plasenta
3) Untuk mengetahui fisiologis pelepasan plasenta
4) Untuk mengetahui klasifikasi retensio plasenta
5) Untuk mengetahui Etiologi Retensio plasenta
6) Untuk mengetahui Patofisiologi Retensio plasenta
7) Untuk mengetahui sebab sebab plasenta belum lahir
8) Untuk mengetahui komplikasi Retensio plasenta
9) Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang
10) Untuk mengetahui Penatalaksanaan Retensio plasenta
11) Untuk mengetahui Penangan plasenta Akreta
12) Untuk mengetahui Penatalaksanaan Retensio Plasenta
13) Untuk mengetahui Upaya Preventif Retensio plasenta
14) Untuk mengetahui Penanganan Retensio menurut tingkatan
4.1 Manfaat Pembahasan
Manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu memberikan
informasi kepada mahasiswa tentang Retensio plasenta beserta
penanganannyasehingga memungkinkan mahasiswa mampu
mengaplikasikannya pada pasien dengan kasus retensio plasenta.
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Denifisi Retensio Plasenta
MenurutSarwonoPrawirohardjo:Retensioplasentaadalahtertahannyaa
taubelumlahirnya
plasentahinggaataumelebihiwaktu30menitsetelahbayilahir. Pada beberapa
kasus dapat terjadi retensio plasenta (hbitual retensio plasenta). Plasenta
harus dikluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan,infeksi
karena banda mati,dapat terjadi plasenta inkarserata dapat terjadi polip
plasenta dan terjadi degerasi ganas korio karsioma.(Rukiyah 2010).
Retensio plasenta adalah plasenta yang tidak terpisah dan
menimbulkan hemorrhageyang tidak tampak, dan juga disadaripada
lamanya waktu yang berlalu antara kelahiran bayi dan kluarnya plasenta
yang diharapkan. Beberapa ahli menangani setelah 5 menit kabanyakn
bidan akan menunggu satu setengah jam bagi plasenta untuk keluar
sebelummenyebutnya tertahan.( varney 2007).
Retensio Plasenta adalah tertahannya plasenta atau belum
lahirnya plasenta Hingga atau lebih dari 30 menit setelah bayi lahir.
(Taufan Nugroho, 2011:158).
Retensio Plasenta adalah plasenta lahir terlambat lebih dari 30
menit (Manuaba, 2007)

2. 2 Fisiologi plasenta
Klasifikasi Retensio Plasenta merupakan proses fisiologis yang
terjadi di dalam kehamilan akibat deposisi kalsium pada plasenta.
Selama kehamilan pertumbuhan uterus lebih cepat dari pada
pertumbuhan plasenta. Sampai usia kehamilan 20 minggu plasenta
menempati sekitar ¼ luas permukaan myometrium dan
ketebalannyatidak lebih dari 2-3 cm, menjelang kehamilan aterm
plasenta menempati sekitar ⅛ luas permukaan myometrium, dan
ketebalanya dapat mencapai 4-5 cm. Ketebalan plasenta yang normol
jarang melebihi 4 cm, plasenta yang menebal (plasentomegali) dapat
dijumpai pada ibu yang menderita diabetus melitus , ibu anemia (Hb < 8
g%), hidrop fetalis, tumor plasenta, kelainan kromoson, infeksi (sifilis,
cmv) dan perdarahan plasenta. Plasenta yang menipis dapat dapat di
jumpai pada pre eklamsia, pertumbuhan janin terhambat (PJT), kelainan
kromoson. Batasan minimal plasenta 1,5 -2,5 cm.

2. 3 Fisiologis pelepasan plasenta


Pelepasan plasenta di timbulkan dari kontraksi dan retraksi
myometrium sehingga menebal dinding uterus dan mengurangi ukuran
area plasenta.Area plasenta menjadi lebih kecil, sehingga plasenta mulai
memisahkan diri dari dinding uterus dan tidak dapat berkontraksi atau
berinteraksi pada pada area pemisahan pembekuan darah retro plasenta
terbentuk berat bekuan darah ini menambah pemisahan kontraksi uterus
berikutnya akan melepaskan keseluruhan plasenta dari uterus dan
mendorongnya keluar vagina di sertai dengan pengeluaran selaput
ketuban dan bekuan darah retroplasenta (Who 2001).

2. 4 Klasifikasi Retensio Plasenta


Berdasarkan tempat implantasinya retensio plasenta dapat di
klasifikasikan menjadi lima bagian yaitu:
1) Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
sehingga menyebabkankegagalanmekanismeseparasifisiologis.
2) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
memasuki sebagian lapisanmiometrium.
3) Plasenta inkretaadalahimplantasi jonjotkorion
plasentahinggamencapai/memasuki miometrium.
4) Plasentaperkretaadalahimplantasijonjotkorionplasentayangmenembuslap
isanotot hinggamencapailapisanserosa dindinguterus.
5) Plasentainkarserataadalahtertahannyaplasentadidalamkavumuteri,diseba
bkanoleh konstruksiostiumuteri.
2.3 Etiologi
Etiologidasarmeliputi:
a) Faktor maternal
a. Gravidaberusialanjut
b. Multiparitas
b) Faktor Uterus
a. Bekas sectio caesaria, plasenta sering tertanam pada jaringan
cicatrik
b. Bekas pembedahan uterus
c. Abnormali uterus
d. Kontraksi uterus tidak efektif
e. Bekas curetage uterus,yang terutama dilakukan setelah
abortus
f. Pembentukan kontraksi ringan
g. Bekas Endometritis
c) Faktor plasenta
a. Plasenta previa
b. Implantasi comeal
c. Plasenta akreta
d. Kelainan bentuk plasenta

2.3 Patofisiologi Retensio Plasenta


Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah di
dalam uterus masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh
darah dalam stratum spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis
ditempat insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka
tersebut akan menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh
bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti. Pada kondisi retensio
plasenta, lepasnya plasenta tidak terjadi secara bersamaan dengan janin,
karena melekat pada tempat implantasinya. Menyebabkan terganggunya
retraksi dan kontraksi otot uterus sehingga sebagian pembuluh darah
tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan.

2.4 Sebab-sebabnyaplasentabelumlahir
a) plasentabelumlepasdaridindinguterus
b) plasentasudahlepas,akantetapi belumdilahirkan ( di sebabkan oleh
karena tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III).
c) Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta
d) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korealis
menembus desidua sampai miometrium sampai dibawah
peritoneum (plasenta akreta dan perkreta)

Tabel 1
Gambaran dugaan penyebab retensio plasenta
Gejala Separasi/akreta Plasenta Plasenta akreta
parsial inkarsereta
Konsistensi uterus kenyal Keras cukup
Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah pusat sepusat
Bentuk uterus diskoid Agak glober Diskoid
Perdarahan Sedang - banyak Sedang Sedikit/ tidak ada
Tali pusat Terjulur sebagian Tejulur Tidak terjulur
Ostium uteri Terbuka konstriksi Terbuka
Separasi plasenta Lepas sebagian Sudah lepas Melekat seluruhnya
Syok sering Jarang Jarang sekali

2.5 Komplikasi
Kompikasi dalam pengeluaran plasenta secara manual selain
infeksi / komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang
dilakukan, multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps
sirkulasi dan penurunan perfusi organ dan sepsis, ialah apabila
ditemukan plasenta akreta.
Dalam hal ini villi korialis menembus desidua dan memasuki
miometrium dan tergantung dari dalamnya tembusan itu dibedakan
antara plasenta inakreta dan plasenta perkreta. Plasenta dalam hal ini
tidak mudah untuk dilepaskan melainkan sepotong demi sepotong dan
disertai dengan perdarahan. Jika disadari adanya plasenta akreta
sebaiknya usaha untuk mengeluarkan plasenta dengan tangan dihentikan
dan segera dilakukan histerektomi dan mengangkat pula sisa-sisa dalam
uterus.

2.6 pemeriksaan penunjang


Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin
(Hb) danhematokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia,
serta jumlah leukosit. Padakeadaan yang disertai dengan infeksi,
leukosit biasanya meningkat.
Menentukanadanya gangguan koagulasi dengan hitung protro
mbin time (PT) dan activated Partial Tromboplastin Time (APTT) atau
yang sederhana dengan Clotting Time (CT) atau Bleeding Time (BT).
Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang
disebabkan oleh faktor lain.
2.7 Penatalaksanaan Retensio Plasenta Secara umum
Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan
yang di ambil.
1) Jika plasenta terlihat pada vagina, minta ibu untuk mengajan, jika
anda dapat merasakan adanya plasenta dalam vagina , keluarkan
plasenta tersebut
2) Pastikan kandung kemih sudah kosong.jika di perlukan, lakukan
kateterisasi kandung kemih
3) Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 unit IM, jika
belum dilakukan dalam penanganan aktif kala tiga.
4) Jangan berikan ergometrin karena dapat menyebabkan kontraksi
yang tonik yang dapat memperlamabat pengeluaran plasenta.
5) Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit maka pemberian
oksitosin maka dan uterus berkontraksi, lakukan penarikan tali
pusat terkendali
6) Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil maka, cobalah
untuk mengeluarkan plasenta secara manual, jika perdarahan terus
berlangsung lakukan uji permbekuan darah sederhana. Kegagalan
terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan
lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukan koagulapati
7) Jika terdapat tanda tanda infeksi (demam, secret vagina yang
berbau) berikan antibiotik untuk metritis.
8) Sewaktu suatu bagian dari plasenta satu atau lebih lobus
tertinggal , akan menyebabkan uterus tidak dapat berkontraksi
secara efektif
9) Raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa plasenta. Eksplorasi
manual uterus menggunakan teknik yang serupa dengan teknik
yang digunakan untuk mengeluarkna plasenta yang tidak keluar
10) Kelaran sisa plasenta dengan tangan,cunam ovum atau kuret
besar.
11) Jika perdarahan lanjut lakukan uji pembekuan darah.

2.8 Penanganan plasenta akreta

Tanda penting untuk diagnosis pada pemeriksaan luar adalah ikutnya


fundus atau korpus bila tali pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam sulit
ditentukan tepi plasenta karena implantasi yang dalam.
Upaya yang dapat dilakukan pada fasilitas kesehatan dasar adalah
menetukan diagnosis, stabilisasi pasien dan rujuk kerumah sakit rujukan
karena kasus ini memerlukan tindakan operatif.
PENILAIAN KLINIK PLASENTA
AKRETA
PLASENTA AKRETA

Faktor predisposisi syok Konsentrasi Hb jenis & uji


neurogenik akibat traksi kuat silang darah pembekuan
tali pusat darah

PLASENTA AKRETA

Eksplorasi

[Tertanam seluruhnya] [Tertanam sebagian]

[Tidak
] ada perdarahan] [Manual plasenta ]
[ Sebagian besar plasenta
tertanam dalam]
[ sebagian besar plasenta
[HISTEREKTOMI] dapat di lakukan tidak ada
perdarahan]
Tidak ada ]

[UTEROTONIKA
OBSERVASI DAN
PERAWATAN LANJUT]
2.9 Penatalaksanaan Retensio Plasenta
Dalam melakukan penatalaksanaan pada retensio plasenta sebaiknya
bidan harus mengambi beberapa sikap dalam menghadapi kejadian
retensio plasenta yaitu :
1) Sikap umum bidan melakukan pengkajian data secara subyekitf dan
obyektif antara lain :
a. keadaan umum penderita,
b. Apakah ibu anemis,
c. Bagaimana jumlah perdarahannya,
d. keadaan umum penderita,
e. keadaan fundus uteri,
f. mengetahui keadaan plasenta,
g. apakah plasenta inkaserata,
h. melakukan tes plasenta dengan metode kustner, metode klein,
metode strastman, metode manuaba,
i. memasang infus dan memberikan cairan pengganti.
2) Sikap khusus bidan pada kejadian retensio plasenta atau plasenta
tidak keluar dalam waktu 30 menit bidan dapat melakukan tindakan
manual plasenta yaitu tindakan untuk mengeluarkan atau melepas
plasenta secara manual (menggunakan tangan) dari tempat
implantasinya dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri
(Depkes, 2008).
3) Prosedur palsenta manual dengan cara :

Langkah Cara melakukan


Persiapan: pasang set dan cairan infus, jelaskan pada ibu prosedur dan
tujuan tindakan, lanjutkan anastesia verbal atau analgesia per rektal,
siapkan dan jelaskan prosedur pencegahan infeksi
Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri: pastikan kandung kemih dalam
keadaan kosong; jepit tali pusat dengan klemp pada jarak 5-10 cm dari
vulva, tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai
Secara obstetrik masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap
ke bawah) kedalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat, setelah
mencapai bukaan serviks, kemudian minta seorang asisten / penolong lain
untuk memegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar
untuk menahan fundus
Sambil menahan fundus uteri, masukkan tanagn kedalam hingga ke kavum
uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta. Bentangkan tangan
obstetric menjadi datar seperti memberi dalam (ibu jari merapat kadi
telunjuk dan jari-jari lain merapat), tentukan implantasi plasenta, temukan
tepi plasenta paling bawah. Bila plasenta berimplentasi di korpus belakang,
tali pusat tetap disebalah atas dan sisipkan ujung jaru-jari tangan diantara
plasenta dan dinding uterus dimana punggung tngan menghadap ke bawah
(posterior ibu).
Bila di korpus depan maka pindahkan tangan kesebalah atas tali pusat dan
sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dandinding uterus dimana
punggung tangan menghadap ke atas (anterior ibu), setelah ujung-ujung
jari masuk diantara palsenta dan dinding uterus maka perluasan plasenta
dengan jalan menggeser tangan ke tangan kiri sambul geserkan ke atas
(cranial ibu) hingg semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus
Sementara satu tangan masih didalam kavum uteri lakukan eksplorasi
untuk menilai tidak ada plasenta yang tertinggal.
Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simpisis (tahan segmen bawah
uterus) kemudian intruksikan asisten/penolong untuk menarik tali pusat
sambil tangan membawa plasenta keluar (hindari adanya percikan darah)
Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan supra simpisis) uterus
ke arah dorso kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta
dalam wadah yang telah disediakan.
Lakukan tindaan pencegahan infeksi dengan cara dekontaminasi sarung
tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang digunakan, lepaskan
dan rendam sarng tangan dan peralatan lainnya didalam larutan klorin
0,5% selam 10 menit, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir,
keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering
Lakukan pemantauan pasca tindakan, pastikan tanda vital ibu, catat kondisi
ibu, dan buat laporan tindakan, tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang
masih diperlukan dan asuhan lanjutan, beritahukan pada ibu dan keluarga
bahwa tindakan telah selesai tapi ibu masih memerlukan pemantauan dan
asuhan lanjutan, lanjutan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan
sebelum pindah ke ruang rawat gabung

Catatan :
 Bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada dataran yang sama
tinggi dengan dinding uterus maka hentikan upaya plasenta manual karena
hal itu menunjukkan plasenta inkreta (tertanam dalam miometrium).
 Bila hanya sebagian dari implantasi plasenta dapat dilepaskan dan bagian
lainnya melekat erat maka hentikan pula plasenta manual karena hal
tersebut adalah plasenta akreta. Untuk keadaan ini sebaiknya ibu diberi
uterotonika tambahan (misoprostol 600 mcg per rektal) sebelum dirujuk
ke fasilitas kesehatan rujukan.
 Indikasi melakukan plasenta manual
o Perdarahan mendadak sekitar 400-500 cc
o Riwayat HPP habitualis
o Post operasi
o Transvaginal
o Transabdominal
o Penderita dalam keadaan narkosa atau anesthesi umum.
 Komplikasi plasenta manual
Komplikasi plasenta manual diantaranya :
o Perforasi karena tipisnya tempat implantasi palsenta
o Meningkatnya kejadian infeksi asenden
o Tidak berhasil karena perlekatan plasenta, dapat menimbulkan
perdarahan yang sulit dihentikan
o Dapat dikatakan plasenta manual pada retensio yang tidak
menimbulkan perdarahan harus berhati-hati karena kemungkinan
perlekatan sangat erat, sehingga menimbulkan perdarahan.
SKEMA TATA LAKSANA RETENSIO PLASENTA

RETENSIO PLASENTA
Plasenta belum lahir setelah 30 menit bayi lahir
Sikap bidan
 Evaluasi sebabnya
 Konsultasi dengan: puskesmas dan dokter jaga
 Merujuk ke Pkm atau Rs
 Plasenta manual

Indikasi Plasenta Manual Retensio plasenta tanpa perdarahan

 Perdarahan  Perdarahan terlalu banyak


 Riwayat retensio plasenta  Keseimbangan bekuan darah di tempat
berulang plasenta lepas
 Tindakan dengan narkose Jika perlekatan erat persiapan merujuk
 Sejarah habitualis hpp penderita
(berulang)
 Infus cairan pengganti
 Petugas untuk pertolongan darurat
 Keluarga untuk donor darah

Komplikasi Tindakan di rumah sakit


 Atonia Uteri  Perbaikan keadaan Umum
 Perforasi infus transfusi antibiotic
 Perdarahan terus  Tindakan plasenta manual
 Tamponade gagal  Histrektomi
 ( segera merujuk penderita
ke RS)
2.10 Upaya preventif Retensio plasenta
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh bidan adalah dengan
:
 promosi untuk meningkatkan penerimaan keluarga
berencana, sehingga memperkecil terjadinya retensio
plasenta
 meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang terlatih pada waktu melakukan
pertolongan persalinan
 Pada kala tiga tidak diperkenankan untuk melakukan massase
dengan tujuan mempercepat preses persalinan plasenta.
 Massase yang tidak tepat waktu dapat mengacaukan
kontraksi otot rahim dan menggangu perlepasan plasenta

2.11 Penanganan Retensi Plasenta Menurut Tingkatan


Sebelum melakukan penanganan sebaiknya mengetahui beberapa hal
tentang tindakan retensio plasenta
a) Retensio plasenta dengan perdarahan langsung melakuan
manual plasenta
b) Retensio plasenta tanpa perdarahan

1) Di tempat bidan
Setelah dapat memastikan bahwa keadaan umum pasien segera
memasang infus dan memberikan cairan , merujuk penderita ke
pusat dengan fasilitas cukup untuk mendapatkan perawatan
penganan lebih baik memberikan tranfusi proteksi dengan antibiotik
mempersiapkan plasenta manual dengan legeartis dalam pengaruh
narkosa.
2) Tingkat polindes
Penanganan retensio plasenta dari tingkatan desa sebelumnya
persiapan donor darah yang tersedia dari warga setempat yang telah
dipilih kecocokan nya dengan penderita . diagnosis yang dilakukan
plasenta manual untuk kasus adhesiva simpleks berikan uterotonika
antibiotika serta rujuk ke kasus berat.

3) Tingkat puskesmas
Diagnosis dilakukan stabilisasi kemudian lakukan plasenta manual
untuk kasus resiko rendah rujuk kasus berat dan berikan uterotonika
antibiotika
4) Tingkat rumah sakit
Diagnosis stabilisasi plasenta manual histerektomi transfusi
uterotonika antibiotika kagawadaruratan komplikasi
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai