RETENSIO PLASENTA
Dosen Pengampuh:
DI SUSUN OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa karena dengan
karuniaNya, kami dapat menyelesaikan makalah ”Retensio plasenta” untuk mahasiswa
Program Studi D IV Kebidanan fakultas ilmu kesehatan universitas kadiri.
Makalah ini dimaksudkan sebagai tuntunan belajar bagi mahasiswa di insitusi
pendidikan kesehatan khususnya bidang kebidanan.Semoga dengan adanya makalah ini
bisa memberi banyak pengetahuan bagi pembaca khususnya bagi penulis sendiri.
Kami menyadari keterbatasan dalam menyusun makalah ini.Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak, terutama dari seluruh akademika
kebidanan dimanapun berada demi penyempurnaan edisi-edisi berikutnya.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak hingga makalah ini
dapat selesai.
SAMPUL DEPAN................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Retensio plasenta ................................................................ 4
2.2 Fisiologi plasenta ...............................................................................4
2.4 fisiologis pelepasan plasenta ..............................................................5
2.4 klasifikasi retensio plasenta .............................................................5
2.5 Etiologi Retensio plasenta ...................................................................6
2.6 Patofisiologi Retensio plasenta ...........................................................6
2.7 sebab sebab plasenta belum lahir.........................................................7
2.8 komplikasi Retensio plasenta ..............................................................7
2.9 pemeriksaan penunjang .......................................................................8
2.10 Penatalaksanaan Retensio plasenta.................................................. 8
2.11 Penangan plasenta Akreta ................................................................9
2.12 Penatalaksanaan Retensio Plasenta ..................................................9
2.13 Upaya Preventif Retensio plasenta..................................................15
2.14 Penanganan Retensio menurut tingkatan.........................................15
2. 2 Fisiologi plasenta
Klasifikasi Retensio Plasenta merupakan proses fisiologis yang
terjadi di dalam kehamilan akibat deposisi kalsium pada plasenta.
Selama kehamilan pertumbuhan uterus lebih cepat dari pada
pertumbuhan plasenta. Sampai usia kehamilan 20 minggu plasenta
menempati sekitar ¼ luas permukaan myometrium dan
ketebalannyatidak lebih dari 2-3 cm, menjelang kehamilan aterm
plasenta menempati sekitar ⅛ luas permukaan myometrium, dan
ketebalanya dapat mencapai 4-5 cm. Ketebalan plasenta yang normol
jarang melebihi 4 cm, plasenta yang menebal (plasentomegali) dapat
dijumpai pada ibu yang menderita diabetus melitus , ibu anemia (Hb < 8
g%), hidrop fetalis, tumor plasenta, kelainan kromoson, infeksi (sifilis,
cmv) dan perdarahan plasenta. Plasenta yang menipis dapat dapat di
jumpai pada pre eklamsia, pertumbuhan janin terhambat (PJT), kelainan
kromoson. Batasan minimal plasenta 1,5 -2,5 cm.
2.4 Sebab-sebabnyaplasentabelumlahir
a) plasentabelumlepasdaridindinguterus
b) plasentasudahlepas,akantetapi belumdilahirkan ( di sebabkan oleh
karena tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III).
c) Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta
d) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korealis
menembus desidua sampai miometrium sampai dibawah
peritoneum (plasenta akreta dan perkreta)
Tabel 1
Gambaran dugaan penyebab retensio plasenta
Gejala Separasi/akreta Plasenta Plasenta akreta
parsial inkarsereta
Konsistensi uterus kenyal Keras cukup
Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah pusat sepusat
Bentuk uterus diskoid Agak glober Diskoid
Perdarahan Sedang - banyak Sedang Sedikit/ tidak ada
Tali pusat Terjulur sebagian Tejulur Tidak terjulur
Ostium uteri Terbuka konstriksi Terbuka
Separasi plasenta Lepas sebagian Sudah lepas Melekat seluruhnya
Syok sering Jarang Jarang sekali
2.5 Komplikasi
Kompikasi dalam pengeluaran plasenta secara manual selain
infeksi / komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang
dilakukan, multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps
sirkulasi dan penurunan perfusi organ dan sepsis, ialah apabila
ditemukan plasenta akreta.
Dalam hal ini villi korialis menembus desidua dan memasuki
miometrium dan tergantung dari dalamnya tembusan itu dibedakan
antara plasenta inakreta dan plasenta perkreta. Plasenta dalam hal ini
tidak mudah untuk dilepaskan melainkan sepotong demi sepotong dan
disertai dengan perdarahan. Jika disadari adanya plasenta akreta
sebaiknya usaha untuk mengeluarkan plasenta dengan tangan dihentikan
dan segera dilakukan histerektomi dan mengangkat pula sisa-sisa dalam
uterus.
PLASENTA AKRETA
Eksplorasi
[Tidak
] ada perdarahan] [Manual plasenta ]
[ Sebagian besar plasenta
tertanam dalam]
[ sebagian besar plasenta
[HISTEREKTOMI] dapat di lakukan tidak ada
perdarahan]
Tidak ada ]
[UTEROTONIKA
OBSERVASI DAN
PERAWATAN LANJUT]
2.9 Penatalaksanaan Retensio Plasenta
Dalam melakukan penatalaksanaan pada retensio plasenta sebaiknya
bidan harus mengambi beberapa sikap dalam menghadapi kejadian
retensio plasenta yaitu :
1) Sikap umum bidan melakukan pengkajian data secara subyekitf dan
obyektif antara lain :
a. keadaan umum penderita,
b. Apakah ibu anemis,
c. Bagaimana jumlah perdarahannya,
d. keadaan umum penderita,
e. keadaan fundus uteri,
f. mengetahui keadaan plasenta,
g. apakah plasenta inkaserata,
h. melakukan tes plasenta dengan metode kustner, metode klein,
metode strastman, metode manuaba,
i. memasang infus dan memberikan cairan pengganti.
2) Sikap khusus bidan pada kejadian retensio plasenta atau plasenta
tidak keluar dalam waktu 30 menit bidan dapat melakukan tindakan
manual plasenta yaitu tindakan untuk mengeluarkan atau melepas
plasenta secara manual (menggunakan tangan) dari tempat
implantasinya dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri
(Depkes, 2008).
3) Prosedur palsenta manual dengan cara :
Catatan :
Bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada dataran yang sama
tinggi dengan dinding uterus maka hentikan upaya plasenta manual karena
hal itu menunjukkan plasenta inkreta (tertanam dalam miometrium).
Bila hanya sebagian dari implantasi plasenta dapat dilepaskan dan bagian
lainnya melekat erat maka hentikan pula plasenta manual karena hal
tersebut adalah plasenta akreta. Untuk keadaan ini sebaiknya ibu diberi
uterotonika tambahan (misoprostol 600 mcg per rektal) sebelum dirujuk
ke fasilitas kesehatan rujukan.
Indikasi melakukan plasenta manual
o Perdarahan mendadak sekitar 400-500 cc
o Riwayat HPP habitualis
o Post operasi
o Transvaginal
o Transabdominal
o Penderita dalam keadaan narkosa atau anesthesi umum.
Komplikasi plasenta manual
Komplikasi plasenta manual diantaranya :
o Perforasi karena tipisnya tempat implantasi palsenta
o Meningkatnya kejadian infeksi asenden
o Tidak berhasil karena perlekatan plasenta, dapat menimbulkan
perdarahan yang sulit dihentikan
o Dapat dikatakan plasenta manual pada retensio yang tidak
menimbulkan perdarahan harus berhati-hati karena kemungkinan
perlekatan sangat erat, sehingga menimbulkan perdarahan.
SKEMA TATA LAKSANA RETENSIO PLASENTA
RETENSIO PLASENTA
Plasenta belum lahir setelah 30 menit bayi lahir
Sikap bidan
Evaluasi sebabnya
Konsultasi dengan: puskesmas dan dokter jaga
Merujuk ke Pkm atau Rs
Plasenta manual
1) Di tempat bidan
Setelah dapat memastikan bahwa keadaan umum pasien segera
memasang infus dan memberikan cairan , merujuk penderita ke
pusat dengan fasilitas cukup untuk mendapatkan perawatan
penganan lebih baik memberikan tranfusi proteksi dengan antibiotik
mempersiapkan plasenta manual dengan legeartis dalam pengaruh
narkosa.
2) Tingkat polindes
Penanganan retensio plasenta dari tingkatan desa sebelumnya
persiapan donor darah yang tersedia dari warga setempat yang telah
dipilih kecocokan nya dengan penderita . diagnosis yang dilakukan
plasenta manual untuk kasus adhesiva simpleks berikan uterotonika
antibiotika serta rujuk ke kasus berat.
3) Tingkat puskesmas
Diagnosis dilakukan stabilisasi kemudian lakukan plasenta manual
untuk kasus resiko rendah rujuk kasus berat dan berikan uterotonika
antibiotika
4) Tingkat rumah sakit
Diagnosis stabilisasi plasenta manual histerektomi transfusi
uterotonika antibiotika kagawadaruratan komplikasi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran