Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH 

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN RELENSIO PLACENTA

 
Dosen Pengampu :
Ns. Kheli Fitria Annuril, S. Kep,. M. Kep,. Sp. Mat

 
Disusun Oleh Kelompok 5:

1. Amanda Oktaviani(P05120221055)
2. Dewi Fitria Sari (P05120221065)
3. Dhea Fitaloka(P05120221066)
4. Dwi murti warantika(P05120221068)
5. Enjelita Vianjani D. (P05120221070)
6. Fisca ramadhany (P05120221071)
7. Victor Ardiansa(P05120221100)
 

  Kelas           : 2B
            Prodi           : D3 Keperawatan 
                 

 
 
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN AJARAN 2022/2023
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 3
BAB 2 KONSEP PENYAKIT
2.1 Konsep Penyakit 4
2.1.1 Definisi 4
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi 4
2.1.3 Etiologi 9
2.1.4 Klasifikasi 9
2.1.5 Patofisiologi dan WOC 10
2.1.6 Manifestasi Klinis 13
2.1.7 Komplikasi 13
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang 14
2.1.9 Penatalaksanaan Medis 14
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 15
2.2.1 Pengkajian 15
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 20
2.2.3 Intervensi 21
2.2.4 Implementasi 25
2.2.5 Evaluasi 25
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian 26
3.2 Analisa Data 34
3.3 Prioritas Masalah 36
3.4 Intervensi Keperawatan 37
3.5 Implentasi dan Evaluasi Keperawatan 39
DAFTAR PUSTAKA

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Lhthr Bbchkhog


Retensio plasenta adalah kondisi ketika plasenta atau ari-ari tertahan di
dalam rahim. Kondisi ini sangat berbahaya, serta menyebabkan infeksi dan
perdarahan pasca melahirkan yang mengakibatkan kematian. Persalinan terbagi
dalam tiga tahap. Pada tahap pertama ibu hamil akan mengalami kontraksi, yang
memicupembukaan pada leher rahim. Kemudian, ibu hamil memasuki tahap
kedua atau proses persalinan. Pada tahap ini, ibu mulai mendorong bayi keluar
setelah bayi lahir, plasenta akan keluar beberapa menit setelah bayi dilahirkan.
Proses keluarnya plasenta ini adalah tahap ketiga atau tahap terakhir. Plasenta

tidak keluar didalam rahim bahkan hingga lewat dari 30 menit.adalah organ
yang terbentuk didalam rahim ketika masa kehamilan dimulai. Organ ini
berfungsi sebagai penyedia nutrisi dan oksigen untuk janin, serta membuang
limbah sisa metabolisme dari darah. Retensio plasenta dapat menyebabkan
perdarahan, perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40%-60%)
kematian ibu melahirkan di Indonesia.
Berdasarkan data kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca
persalinan di Indonesia adalah sebesar 43%, menurut WHO dilaporkan bahwa
15-20% kematian ibu karena retensio plasenta dan insidennya adalah 0,8-1,2%

untuk setiap kelahiran. Dibandingkan dengan resiko-resiko lain dari ibu bersalin,
perdarahan post partum dimana retensio plasenta salah satu penyebabnya dapat
mengancam jiwa dimana ibu dengan perdarahan yang hebat akan cepat
meninggal jikan tidak mendapat perawatan medis yang cepat (saifuddin, 2017).
Berdasarkan data tersebut kasus retensio menjadi salah satu penyebab
kematian ibu, maka penatalaksanaan yang sesuai dengan teori dan standar
operesional prosedur harus dilakukan dengan baik oleh bidan agar mencegah
terjadinya komplikasi yang menyebabkan kematian. Upaya antisipasi komplikasi
karena retensio plasenta dapat dilakukan dengan cara bidan mengetahui faktor

predisposisi yang akan menyebabkan terjadinya retensio plasenta, seperti dari


2

faktor umur, faktor paritas, faktor his yang kurang kuat dan lain-lain yang
menjadi faktor resiko terjadinya retensio plasenta.
Kecepatan dan ketepatan dalam mengidentifikasi masalah atau pemberian
penatalaksanaan yang benar dapat dijadikan tolak ukur untuk menurunkan
angka kematian ibu. Selain itu screening dapat dilakukan pada saat antenatal
care. Ibu hamil yang selalu memeriksakan kehamilannya dapat menyiapkan
seoptimal mungkin fisik dan mental ibu untuk menghadapi proses persalinan
dan komplikasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah sebagai
berikut: Bagaimana Laporan Pendahuluan dan asuhan keperawatan Retensio
Plasenta di Ruang VK Puskesmas Pahandut Palangka Raya ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan dan penulisan asuhan keperawatan ini adalah
agar penulis mampu mengambarkan asuhan keperawatan secara kompherensif
yang meliputi bio, psiko, sosial, dan spiritual pada pada kasus retensio Plasenta
dengan menggunakan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada kasus
retensio plasenta di Ruang VK puskesmas Pahandut Palangka Raya
1.3.2.2 Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada kasus
retensio plasenta di Ruang VK puskesmas Pahandut Palangka Raya
1.3.2.3 Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
masalah keperawatan pada kasus retensio plasenta di Ruang VK
puskesmas Pahandut Palangka Raya
1.3.2.4 Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan
pada kasus retensio plasenta di Ruang VK puskesmas Pahandut Palangka
Raya
1.3.2.5 Mahasiswa Mampu membuat evaluasi keperawatan pada kasus retensio
plasenta di Ruang VK puskesmas Pahandut Palangka Raya
3

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Teoritis
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat untuk meningkatkan
mutu profesi keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
dengan Retensio Plasenta
1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Bagi Mahasiswa
Untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam
mempelajari asuhan keperawatan pada klien dengan Retensio Plasenta.Serta
sebagai acuan atau referensi mahasiswa dalam penulisan laporan studi kasus
selanjutnya
1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKes Eka Harap Palangka Raya
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di masa yang akan
datang serta sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam penguasaan
terhadap ilmu keperawatan mulai dari proses keperawatan sampai
pendokumentasiaan.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar Retensio Plasenta


2.1.1 Definisi
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama
setengah jam setelah kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi
retensio plasenta (habitual retensio plasenta). Plasenta harus dikeluarkan
karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi sebagai benda mati,
dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta dan terjadi
degerasi ganas korio karsioma. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau
lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif
dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala dan tanda yang
bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi tetapi tinggi
fundus tidak berkurang.(Prawiraharjo, 2016)
Retensio Placenta adalah tertahannya atau keadaan dimana
placenta belum lahir dalam waktu satu jam setelah bayi lahir. Pada proses
persalinan, kelahiran placenta kadang mengalami hambatan yang dapat
berpengaruh bagi ibu bersalin. Dimana terjadi keterlambatan bisa timbul
perdarahan yang merupakan salah satu penyebab kematian ibu pada masa
post partum. Apabila sebagian placenta lepas sebagian lagi belum, terjadi
perdarahan karena uterus tidak bisa berkontraksi dan beretraksi dengan
baik pada batas antara dua bagian itu. Selanjutnya apabila sebagian besar
placenta sudah lahir, tetapi sebagian kecil masih melekat pada dinding
uterus, dapat timbul perdarahan masa nifas. (Mochtar,2016)
2.2.1 Anatomi Fisiologi
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di
dalam rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia
eksterna, yang terletak di perineum. Struktur reproduksi interna dan
eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen dan
progesteron (Bobak, 2010).
1. Stuktur eksterna
6

a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata ini
berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang
dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk
bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas
simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan
ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas,
mons berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama
koitus.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya
memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia minora,
berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi labia
minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita yang belum
pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora terletak
berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya. Setelah
melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada perineum,
labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada
permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih
gelap daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan
semakin menipis ke arah luar perineum. Permukaan medial labia mayora
licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap
sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf
yang menyebar luas, yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.
7

d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah bawah
dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara bagian
lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial
labia minora sama dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat
banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkankan
labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.
Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang
sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga meningkatkan
fungsi erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di
bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat
adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan
lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang,
glans dan badan klitoris membesar. Kelenjar sebasea klitoris menyekresi
smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan
berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalam bahasa
yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena klitoris dianggap sebagai kunci
seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak
membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi
tekanan.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri
dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina.
Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh
bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di
dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
g. Fourchette
8

Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis
tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis
terletak di antara fourchette dan himen
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
2. Struktur interna

a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba
falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi
dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan
ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi
ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat
lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak ovum primordial. Di
antara interval selama masa usia subur ovarium juga merupakan tempat
utama produksi hormon seks steroid dalam jumlah yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke
arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk
mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan
berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum
didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan
9

peristaltis lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan


peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan
mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.

c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak
mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri
bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus
yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus
yang merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus,
yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks
dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga
fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium,
kehamilan dan persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu
lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan
permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga,dan
lapisan dalam padat yang menghubungkan indometrium dengan
miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan — lapisan serabut otot
polos yang membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk
lapisan luar miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus,
membuat lapisan ini sangat cocok untuk mendorong bayi pada
persalinan.
3) Peritonium perietalis
Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali
seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat
kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus
dapat dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena
peritonium perietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.
10

d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap
stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama
siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa
vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan
vagina berasal dari traktus genetalis atas atau bawah. Cairan sedikit asam.
Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan
keasaman. Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat.
Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahankan kebersihan relatif
vagina.
2.1.3 Etiologi
Adapun faktor penyebab dari retensio plasenta adalah:
1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh dan melekat lebih
dalam.
2. Plasenta sudah terlepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan
meyebabkan perdarahan yang banyak atau adanya lingkaran konstriksi pada
bagian bawah rahim yang akan menghalangi plasenta keluar.
3. Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi
bila sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan.
Apabila terjadi perdarahan post partum dan plasenta belum lahir,
perlu di usahakan untuk melahirkan plasenta dengan segera . Jikalau
plasenta sudah lahir, perlu dibedakan antara perdarahan akibat atonia uteri
atau perdarahan karena perlukaan jalan lahir. Pada perdarahan karena
atonia uterus membesar dan lembek pada palpasi, sedang pada perdarahan
karena perlukaan jalan lahir uterus berkontraksi dengan baik (Mochtar,
2016).
2.1.4 Klasifikasi
Retensio plasenta terdiri dari beberapa jenis, antara lain:
a.Plasenta Adhesiva
Adalahimplantasiyangkuatdarijonjot korionplasentasehingga menyebabkan
kegagalan mekanisme separasi fisiologis. Tipis sampai
11

hilangnya lapisan jaringan ikat Nitabush, sebagian atau seluruhnya


sehingga menyulitkan lepasnya plaenta saat terjadi kontraksi dan retraksi
otot uterus.
b. Plasenta Akreta
Adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian
lapisan miornetrium. Hilangnya lapisan jaringan ikat longgar Nitabush
sehingga plasenta sebagian atau seluruhnya mencapai lapisan desidua
basalis. Dengan demikian agak sulit melepaskan diri saat kontraksi atau
retraksi otot uterus, dapat terjadi tidak diikuti perdarahan karena sulitnya
plasenta lepas. Plasenta manual sering tidak lengkap sehingga perlu
diikuti dengan kuretase.
c. Plasenta Inkreta
Adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai / memasuki
miornetnum. Implantasi jonjot plasenta sampai mencapai otot uterus
sehingga, tidak mungkin lepas sendiri. Perlu dilakukan plasenta manual,
tetapi tidak akan lengkap dan harus diikuti (kuretase tajam dan dalam,
histeroktomi).
d. Plasenta Perkreta
Adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot
hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus. Jonjot plasenta
menembus lapisan otot dan sampai lapisan peritoneum kavum
abdominalis. Retensio plasenta tidak diikuti perdarahan, plasenta manual
sangat sukar, bila dipaksa akan terjadi perdarahan dan sulit dihentikan,
atau perforasi. Tindakan definitif : hanya histeroktomi.
e. Plaserita Inkarserata
Adalah tertahannya plasenta di dalam kavum utrri disebabkan oleh
kontriksi osteuni uteri. Plasenta telah lepas dari implantasinya, tetapi
tertahan oleh karena kontraksi SBR.

GejalaSeparasi / akreta Plasenta


parsial inkarserata Plasenta akreta
Keras Cukup Sepusat
Konsistensi uterusKenyal
Tinggi fundusSepusat 2 jari bawah pusat
Agak globuler
Bentuk uterus Diskoid Diskoid
12

Perdarahan Sedang-banyak Sedang Sedikit/tidak


ada
Tali pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur
Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka
Separasi plasenta Lepas sebagian Sudah lepas Melekat
seluruhnya
Syok Sering Jarang Jarang sekali

2.1.5 Patofisiologi dan WOC


Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan

tetapi progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa retraksi itu

lembek namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali. Peristiwa

retraksi menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dicelah-celah

serabut otototot polos rahim terjepit oleh serabut otot rahim itu sendiri. Bila

serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum terlepas seluruhnya dan bekuan
darah dalam rongga rahim bisa menghalangi proses retraksi yang normal dan

menyebabkan banyak darah hilang.


13
Retensioplasentaadalahterlambatnya
Penyebab: Pemeriksaan Penunjang :
kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat 14
Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh dan melekat lebih dalam. 1. Laboratorium
Plasenta sudah terlepas tetapi belum keluar karena atonia uteri

terjadi retensio plasenta (habitual retensio

Retensio Plasenta

B1 (Breating) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Penekanan kandung
Gangguan sirkulasi paru Kehilangan darah saat melahirkanPsikososial kemih selama proses persalinan Mual, muntah Involusi artei

Beban mental
Suplai Oksigen Volume darah Anoreksi
Penyempitan Luka pada
menurun menurun
saluran kemih prineum
Stress
MK: Risiko
O2 kejaringan menurun Defisit Nutrisi
D s nea Edema buli-buli
MK: Respon
Ansietas psikologis
MK: Harga Diri Rendah Situasional Kontraktifitas otot
Gangguan Perfusi Serebral Tidak Efektif Deurisis
MK: Pola Nafas uterus meningkat
Risiko cedera
tidak efektif Kelemahan tubuh
MK: Gangguan pasca melahirkan
Diltasi serviks
Eliminasi urine
Melahirkan plasenta
secara minual
Plasenta susah dikeluarkan MK: Intoleransi
pasca partum aktivitas
Hematoma posi Proses pengeluaran
atas va ina Nyeri, kemerahan, janin Robekan dinding vagina
edema
Robekan jalan lahir
MK : Nyeri Akut MK : Nyeri Melahirkan

15

2.1.6 Manifestasi Klinis


a. Waktu hamil
8. Kebanyakan pasien memiliki kehamilan yang normal
0. Insiden perdarahan antepartum meningkat, tetapi keadaan ini biasanya
menyertai plasenta previa
4. Terjadi persalinan prematur, tetapi kalau hanya ditimbulkan oleh
perdarahan
<. Kadang terjadi ruptur uterib.
`. Persalinan kala I dan II

Hampir pada semua kasus proses ini berjalan normal


c. Persalinan kala III
1. Retresio plasenta menjadi ciri utama
2. Perdarahan post partum, jumlahnya perdarahan tergantung pada derajat
perlekatan plasenta, seringkali perdarahan ditimbulkan oleh Dokter
kebidanan ketika ia mencoba untuk mengeluarkan plasenta secara manual
ini dapat tejadi spontan, tapi biasanya diakibatkan oleh usaha-usaha untuk mengeluarkan plasenta
4. Ruptura uteri, biasanya terjadi saat berusaha mengeluarkan plasenta
2.1.7Komplikasi

Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya:


1. Perdarahan
2. Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit perlepasan
hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat
luka tidak menutup.
3. Infeksi
4. Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim meningkatkan
pertumbuhan bakteri dibantu dengan port d’entre dari tempat perlekatan
plasenta.
5. Dapat terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta melekat terus
sedangkan kontraksi pada ostium baik hingga yang terjadi.

16

6. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferative yang mengalami infeksi


sekunder dan nekrosis
7. Terjadi degenerasi (keganasan) koriokarsinoma
Dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik (disp
Pemeriksaan Penunjang
Hitung darah lengkap

Untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hct), melihat


adanya trombosit openia, dan jumlah leukosit. Pada
keadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat.
2. Menentukan adanya gangguan koagulasi :
Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung Protrombin Time (PT) dan Activated Partia
untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain
2.1.7 Penatalaksanaan

Terapi yang dilakukan pada pasien yang mengalami retensio plasenta adalah

sebagai berikut:
1. Bila tidak terjadi perdarahan
Perbaiki keadaan umum penderita bila perlu misal: infus atau transfusi,
pemberian antibiotika, pemberian antipiretika, pemberian ATS. Kemudian
dibantu dengan mengosongkan kandung kemih. Lanjutkan memeriksa
apakah telah terjadi pemisahan plasenta dengan cara klein, kustner atau
strassman.
2. Bila terjadi perdarahan lepaskan plasenta secara manual, jika plasenta dengan
pengeluaran manual tidak lengkap dapat disusul dengan upaya kuretase. Bila
plasenta tidak dapat dilepaskan dari rahim, misal plasenta increta/percreta,
lakukan hysterectomia

17

1.1 Manajemen Asuhan Keperawatan


1.2.1 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Biodata klien
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku,
Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan,
Pekerjaan,Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.

2) Keluhan utama
Hal-hal yang dikeluhkan saat ini dan alasan meminta pertolongan.
3) Riwayat haid
Umur Menarche pertama kali, Lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal partus.
4) Riwayat perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa ? Apakah perkawinan
sah atau tidak, atau tidak direstui orang tua ?
5) Riwayat obstetri

1) Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil Laboratorium : USG, Darah,
Urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi,
upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh.
2) Riwayat persalinan
a) Riwayat persalinan lalu : Jumlah Gravida, jumlah partal, dan jumlah
abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis persalinan, penolong
persalinan, BB bayi, kelainan fisik, kondisi anak saat ini.
b) Riwayat nifas pada persalinan lalu : Pernah mengalami demam, keadaan

lochia, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat aktifitas setelah melahirkan,


keadaan perineal, abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan eliminasi,
keberhasilan pemberian ASI, respon dan support keluarga.
c) Riwayat persalinan saat ini : Kapan mulai timbulnya his, pembukaan,
bloody show, kondisi ketuban, lama persalinan, dengan episiotomi atau

18

tidak, kondisi perineum dan jaringan sekitar vagina, dilakukan anastesi atau
tidak, panjang tali pusat, lama pengeluaran placenta, kelengkapan placenta,
jumlah perdarahan.
d) Riwayat New Born : apakah bayi lahir spontan atau dengan
induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat lahir (langsung menangis atau
tidak), apakah membutuhkan resusitasi, nilai APGAR skor, Jenis kelamin
Bayi, BB, panjang badan, kelainan kongnital, apakah dilakukan bonding
attatchment secara dini dengan ibunya, apakah langsung diberikan ASI atau
susu formula.

6) Riwayat KB & perencanaan keluarga


Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis
kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang
atau rencana penambahan anggota keluarga dimasa mendatang.
7) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan
yang dijalani, dimana mendapat pertolongan. Apakah penyakit tersebut
diderita sampai saat ini atau kambuh berulang-ulang ?
8) Riwayat psikososial-kultural

Adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman tentang melahirkan,


apakah ibu pasif atau cerewet, atau sangat kalm. Pola koping, hubungan dengan
suami, hubungan dengan bayi, hubungan dengan anggota keluarga lain,
dukungan social dan pola komunikasi termasuk potensi keluarga untuk
memberikan perawatan kepada klien. Adakah masalah perkawinan, ketidak
mampuan merawat bayi baru lahir, krisis keluarga. Blues : Perasaan sedih,
kelelahan, kecemasan, bingung dan mudah menangis. Depresi : Konsentrasi, minat,
perasaan kesepian, ketidakamanan, berpikir obsesif, rendahnya emosi yang positif,
perasaan tidak berguna, kecemasan yang berlebihan pada dirinya atau bayinya.

Kultur yang dianut termasuk kegiatan ritual yang berhubungan dengan


budaya pada perawatan post partum, makanan atau minuman, menyendiri bila
menyusui, pola seksual, kepercayaan dan keyakinan, harapan dan cita-cita.
9) Riwayat kesehatan keluarga

19

Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara


genetic, menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah
diderita oleh keluarga.
10) Profil keluarga
Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling, type
rumah, community seeting, penghasilan keluarga, hubungan social dan
keterlibatan dalam kegiatan masyarakat.
11) Kebiasaan sehari-hari
1) Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan

(Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi snack


(makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, freguensi,.

2) Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak
nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu
atau remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-
3) Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol
blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa
talut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB,
freguensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum,
kebiasaan penggunaan toilet.

4) Personal Hygiene: Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan


pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan
wajah.

5) Aktifitas: Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,


kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja
dan menyusui.

6) Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan


yang membuat fresh dan relaks.

20

12) Sexual
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi freguensi
koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan,
kesulitan melakukan seks, continuitas hubungan seksual. Pengetahuan pasangan
kapan dimulai hubungan intercourse pasca partum (dapat dilakukan setelah luka
episiotomy membaik dan lochia terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3).
Bagaimana cara memulai hubungan seksual berdasarkan pengalamannya, nilai
yang dianut, fantasi dan emosi, apakah dimulai dengan bercumbu, berciuman,
ketawa, gestures, mannerism, dress, suara. Pada saat hubungan seks apakah

menggunakan lubrikasi untuk kenyamanan. Posisi saat koitus, kedalaman


penetrasi penis. Perasaan ibu saat menyusui apakah memberikan kepuasan
seksual. Faktor-faktor pengganggu ekspresi seksual : bayi menangis, perubahan
mood ibu, gangguan tidur, frustasi yang disebabkan penurunan libido.
13) Konsep Diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi
ibu tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama kehamilan, perasaan
klien bila mengalami opresi SC karena CPD atau karena bentuk tubuh yang
pendek.

14) Peran
Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orangtua dan tugas-
tugas perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan involusi uterus,
perubahan fungsi blass dan bowel. Pengetahan tentang keadaan umum bayi, tanda
vital bayi, perubahan karakteristik faces bayi, kebutuhan emosional dan
kenyamanan, kebutuhan minum, perubahan kulit.
Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal hyhiene,
payu dara) dan kemampuan melakukan perawatan bayi (perawatan tali pusat,
menyusui, memandikan dan mengganti baju/popok bayi, membina hubungan tali

kasih, cara memfasilitasi hubungan bayi dengan ayah, dengan sibling dan
kakak/nenek). Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan, mengeluarkan secret dan
perawatan saat tersedak atau mengalami gangguan ringan. Pencegahan infeksi dan
jadwal imunisasi.
15) Pemeriksaan Fisik

21

1) Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.


2) BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi
cardy, suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
3) Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi
pengecapan; pendengaran, dan leher.
4) Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan
puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan,
benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar
getah bening diketiak.

5) Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus


abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi
fundus uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus,
nyeri, perabaan distensi blas.
6) Anogenital : Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina
(licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan
luka episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia
(warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr
serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.

7) Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi,


kekuatan otot.
8) Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g
% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
2) Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.

1.2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia ( status kesehatan atau resiko perubahan pola ) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan,
membatasi, mencegah dan merubah.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Post partum
1) Nyeri pasca melahirkan berhubungan dengan pengeluaran janin (SDKI
D.0079)

2) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh (SDKI D.0056)

3) Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan Penekanan kandung


kemih selama proses persalinan (SDKI D.0036 Hal 87)

4) Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan kulit,


penurunan Hb prosedur invasive dan /atau peningkatan peningkatan
lingkungan, rupture ketuban lama, mal nutrisi (SDKI D.0142

23

1.2.3 Intervensi Keperawatan


N Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Intervensi
o Hasil)
1 Nyeri melahirkan berhubungan Setelah diberikan asuhan Manajemen nyeri I.08238 hal.201
dengan pengeluaran janin (SDKI keperawatan selama 1x 7 jam, Obsevasi
D.0079) diharapkan nyeri melahirkan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
dapat menurun. nyeri
Kriteria Hasil: SLKI L.08066 2. Indentifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri: (4) 3. Indentifikasi respons nyeri non verbal
2. Meringis: (4) 4. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
3. Sikap Protektif: : (4) 5. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
4. Gelisah: (4) 6. Monitor efek samping penggunaan analgetik
5. Kesulitan tidur: (4) Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmokologi
2. Kontrol lingkungan yang memberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan memonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik

2 Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah diberikan asuhan Dukungan ambulasi I.05178 hal.176
dengan kelemahan tubuh (SDKI keperawatan 1x7 jam Observasi
24

D.0056) diharapkan intoleransi 1. Identifikasi ganguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
aktivitas klien mengalami 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
peningkatan. Kriteria hasil: 3. Monitor pola dan jam tidur
SLKI L.05042 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukkan aktivitas
1. Frekuensi nadi: (5)
2. Saturasi oksigen: (5) Terapeutik
3. Kemudahan dalam 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya,
melakukkan aktifitas suara, kunjungan)
sehari-hari: (5) 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
4. Kecepatan berjalan: (5) 3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
5. Keluhan lelah: (5) 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika ada dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan

3 Resiko ketidakseimbangan Setelah diberikan asuhan SIKI Manajemen cairan I.03098 halaman 159
cairan keperawatan selama 1x 7 Observasi
(SDKI D.0036 Hal 87) jam, diharapkan gangguan 1. Monitor status hidrasi ( mis, frek nadi, kekuatan nadi,

25

eliminasi membaik Kriteria akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit,
hasil: SLKI L. 03020 tekanan darah)

1. A(5s) up a n cairan 2.
3. Monitorhasil
Monitor beratpemeriksaan
badan laboratorium (mis. Hematokrit,
meningkat Na, K, Cl, berat jenis urin , BUN)
2. Output urin Meningkat (5) 4. Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP, CVP, PCWP jika
3. Membram mukosa lembab tersedia)
(5) Terapeutik
4. Asupan Makanan 1. Catat intake output dan hitung balans cairan dalam 24 jam
meningkat (5) 2. Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
5. Tekanan darah membaik 3. Berikan cairan intravena bila perlu
(5) Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu

4 Risiko infeksi berhubungan Setelah diberikan asuhan Pencegahan infeksi I.14539 hal.278
dengan trauma jaringan dan/atau keperawatan selama 1x 7 jam, Observasi
kerusakan kulit, penurunan diharapkan infeksi tidak 1. Monitor tanda gejala infeksi lokal dan sistemik
Hb prosedur invasive dan /atau terjadi Terapeutik
peningkatan peningkatan Kriteria hasil 1. Batasi jumlah pengunjung
lingkungan, rupture : SLKI 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
ketuban lama, mal nutrisi (SDKI L.14137 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
1. Kebersihan tangan: (5)
D.0142)
4. lPi ene rgtka uh na ng ka na npateski eni k asepteik pada pasien berisiko tinggi
32.
NKeafbseursmihaknanb:a
d(5a)n: (5) 4. Demam: (5) Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Kemrahan: (5)
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
6. Nyeri: (5)
7. Bengkak: (5)
26

Ajarkan etika batuk


Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

2.2.2 Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2017). Dalam
tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan
perlindungan pada pasien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosesdur
tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta memahami tingkat
perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja
aktivitas sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual dan teknik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan
dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam, 2018).
2.2.3 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan dengan terus menerus dengan melibatkan

pasien, perawat dan anggota im kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi ini adalah
untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapi dengan baik atau
tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.Kriteria dalam menentukan
tercapainya suatu tujuan, pasien:

1. Pasien tetap sadar dan berorirentasi


2. Tekana darah, suhu, frekuensi nafas, frekuensi nadi sudah sedikit menurun
dari hasil pemeriksaan sebelumnya
3. Pasien mengatakan rasa nyerinya pada dada sebelah kirinya berkurang
4. Ekspresi wajah pasien menunjukan sedikit rileks
5. Menunjukan pemahaman tentang rencana terapeutik.

6. Gaya hidup pasien berubah


26

DAFTAR PUSTAKA
 
Cut Meurah Yeni, d. (2017). Plasenta previa totalis padaprimigravida : sebuah tinjauan kasus.Jurnal kedokteransyiah kuala, 38.
Manuaba. (2016). Ilmu kandungan dan penyakit kandungan.Jakarta: EGC.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) : Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan III)
1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia(SIKI) : Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan((cetakan II)
1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Rukiyah. (2010). Asuhan kebidanan patologi edisi revisi. Jakarta: Trans info 
 
 

Anda mungkin juga menyukai