KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN RELENSIO PLACENTA
Dosen Pengampu :
Ns. Kheli Fitria Annuril, S. Kep,. M. Kep,. Sp. Mat
Disusun Oleh Kelompok 5:
1. Amanda Oktaviani(P05120221055)
2. Dewi Fitria Sari (P05120221065)
3. Dhea Fitaloka(P05120221066)
4. Dwi murti warantika(P05120221068)
5. Enjelita Vianjani D. (P05120221070)
6. Fisca ramadhany (P05120221071)
7. Victor Ardiansa(P05120221100)
Kelas : 2B
Prodi : D3 Keperawatan
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN AJARAN 2022/2023
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 3
BAB 2 KONSEP PENYAKIT
2.1 Konsep Penyakit 4
2.1.1 Definisi 4
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi 4
2.1.3 Etiologi 9
2.1.4 Klasifikasi 9
2.1.5 Patofisiologi dan WOC 10
2.1.6 Manifestasi Klinis 13
2.1.7 Komplikasi 13
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang 14
2.1.9 Penatalaksanaan Medis 14
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 15
2.2.1 Pengkajian 15
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 20
2.2.3 Intervensi 21
2.2.4 Implementasi 25
2.2.5 Evaluasi 25
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian 26
3.2 Analisa Data 34
3.3 Prioritas Masalah 36
3.4 Intervensi Keperawatan 37
3.5 Implentasi dan Evaluasi Keperawatan 39
DAFTAR PUSTAKA
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
tidak keluar didalam rahim bahkan hingga lewat dari 30 menit.adalah organ
yang terbentuk didalam rahim ketika masa kehamilan dimulai. Organ ini
berfungsi sebagai penyedia nutrisi dan oksigen untuk janin, serta membuang
limbah sisa metabolisme dari darah. Retensio plasenta dapat menyebabkan
perdarahan, perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40%-60%)
kematian ibu melahirkan di Indonesia.
Berdasarkan data kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca
persalinan di Indonesia adalah sebesar 43%, menurut WHO dilaporkan bahwa
15-20% kematian ibu karena retensio plasenta dan insidennya adalah 0,8-1,2%
untuk setiap kelahiran. Dibandingkan dengan resiko-resiko lain dari ibu bersalin,
perdarahan post partum dimana retensio plasenta salah satu penyebabnya dapat
mengancam jiwa dimana ibu dengan perdarahan yang hebat akan cepat
meninggal jikan tidak mendapat perawatan medis yang cepat (saifuddin, 2017).
Berdasarkan data tersebut kasus retensio menjadi salah satu penyebab
kematian ibu, maka penatalaksanaan yang sesuai dengan teori dan standar
operesional prosedur harus dilakukan dengan baik oleh bidan agar mencegah
terjadinya komplikasi yang menyebabkan kematian. Upaya antisipasi komplikasi
karena retensio plasenta dapat dilakukan dengan cara bidan mengetahui faktor
faktor umur, faktor paritas, faktor his yang kurang kuat dan lain-lain yang
menjadi faktor resiko terjadinya retensio plasenta.
Kecepatan dan ketepatan dalam mengidentifikasi masalah atau pemberian
penatalaksanaan yang benar dapat dijadikan tolak ukur untuk menurunkan
angka kematian ibu. Selain itu screening dapat dilakukan pada saat antenatal
care. Ibu hamil yang selalu memeriksakan kehamilannya dapat menyiapkan
seoptimal mungkin fisik dan mental ibu untuk menghadapi proses persalinan
dan komplikasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah sebagai
berikut: Bagaimana Laporan Pendahuluan dan asuhan keperawatan Retensio
Plasenta di Ruang VK Puskesmas Pahandut Palangka Raya ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan dan penulisan asuhan keperawatan ini adalah
agar penulis mampu mengambarkan asuhan keperawatan secara kompherensif
yang meliputi bio, psiko, sosial, dan spiritual pada pada kasus retensio Plasenta
dengan menggunakan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada kasus
retensio plasenta di Ruang VK puskesmas Pahandut Palangka Raya
1.3.2.2 Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada kasus
retensio plasenta di Ruang VK puskesmas Pahandut Palangka Raya
1.3.2.3 Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
masalah keperawatan pada kasus retensio plasenta di Ruang VK
puskesmas Pahandut Palangka Raya
1.3.2.4 Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan
pada kasus retensio plasenta di Ruang VK puskesmas Pahandut Palangka
Raya
1.3.2.5 Mahasiswa Mampu membuat evaluasi keperawatan pada kasus retensio
plasenta di Ruang VK puskesmas Pahandut Palangka Raya
3
a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata ini
berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang
dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk
bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas
simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan
ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas,
mons berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama
koitus.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya
memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia minora,
berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi labia
minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita yang belum
pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora terletak
berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya. Setelah
melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada perineum,
labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada
permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih
gelap daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan
semakin menipis ke arah luar perineum. Permukaan medial labia mayora
licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap
sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf
yang menyebar luas, yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.
7
d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah bawah
dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara bagian
lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial
labia minora sama dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat
banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkankan
labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.
Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang
sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga meningkatkan
fungsi erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di
bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat
adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan
lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang,
glans dan badan klitoris membesar. Kelenjar sebasea klitoris menyekresi
smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan
berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalam bahasa
yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena klitoris dianggap sebagai kunci
seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak
membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi
tekanan.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri
dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina.
Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh
bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di
dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
g. Fourchette
8
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis
tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis
terletak di antara fourchette dan himen
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
2. Struktur interna
a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba
falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi
dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan
ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi
ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat
lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak ovum primordial. Di
antara interval selama masa usia subur ovarium juga merupakan tempat
utama produksi hormon seks steroid dalam jumlah yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke
arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk
mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan
berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum
didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan
9
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak
mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri
bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus
yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus
yang merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus,
yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks
dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga
fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium,
kehamilan dan persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu
lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan
permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga,dan
lapisan dalam padat yang menghubungkan indometrium dengan
miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan — lapisan serabut otot
polos yang membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk
lapisan luar miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus,
membuat lapisan ini sangat cocok untuk mendorong bayi pada
persalinan.
3) Peritonium perietalis
Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali
seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat
kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus
dapat dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena
peritonium perietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.
10
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap
stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama
siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa
vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan
vagina berasal dari traktus genetalis atas atau bawah. Cairan sedikit asam.
Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan
keasaman. Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat.
Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahankan kebersihan relatif
vagina.
2.1.3 Etiologi
Adapun faktor penyebab dari retensio plasenta adalah:
1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh dan melekat lebih
dalam.
2. Plasenta sudah terlepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan
meyebabkan perdarahan yang banyak atau adanya lingkaran konstriksi pada
bagian bawah rahim yang akan menghalangi plasenta keluar.
3. Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi
bila sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan.
Apabila terjadi perdarahan post partum dan plasenta belum lahir,
perlu di usahakan untuk melahirkan plasenta dengan segera . Jikalau
plasenta sudah lahir, perlu dibedakan antara perdarahan akibat atonia uteri
atau perdarahan karena perlukaan jalan lahir. Pada perdarahan karena
atonia uterus membesar dan lembek pada palpasi, sedang pada perdarahan
karena perlukaan jalan lahir uterus berkontraksi dengan baik (Mochtar,
2016).
2.1.4 Klasifikasi
Retensio plasenta terdiri dari beberapa jenis, antara lain:
a.Plasenta Adhesiva
Adalahimplantasiyangkuatdarijonjot korionplasentasehingga menyebabkan
kegagalan mekanisme separasi fisiologis. Tipis sampai
11
tetapi progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa retraksi itu
serabut otototot polos rahim terjepit oleh serabut otot rahim itu sendiri. Bila
serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum terlepas seluruhnya dan bekuan
darah dalam rongga rahim bisa menghalangi proses retraksi yang normal dan
Retensio Plasenta
Penekanan kandung
Gangguan sirkulasi paru Kehilangan darah saat melahirkanPsikososial kemih selama proses persalinan Mual, muntah Involusi artei
Beban mental
Suplai Oksigen Volume darah Anoreksi
Penyempitan Luka pada
menurun menurun
saluran kemih prineum
Stress
MK: Risiko
O2 kejaringan menurun Defisit Nutrisi
D s nea Edema buli-buli
MK: Respon
Ansietas psikologis
MK: Harga Diri Rendah Situasional Kontraktifitas otot
Gangguan Perfusi Serebral Tidak Efektif Deurisis
MK: Pola Nafas uterus meningkat
Risiko cedera
tidak efektif Kelemahan tubuh
MK: Gangguan pasca melahirkan
Diltasi serviks
Eliminasi urine
Melahirkan plasenta
secara minual
Plasenta susah dikeluarkan MK: Intoleransi
pasca partum aktivitas
Hematoma posi Proses pengeluaran
atas va ina Nyeri, kemerahan, janin Robekan dinding vagina
edema
Robekan jalan lahir
MK : Nyeri Akut MK : Nyeri Melahirkan
15
16
Terapi yang dilakukan pada pasien yang mengalami retensio plasenta adalah
sebagai berikut:
1. Bila tidak terjadi perdarahan
Perbaiki keadaan umum penderita bila perlu misal: infus atau transfusi,
pemberian antibiotika, pemberian antipiretika, pemberian ATS. Kemudian
dibantu dengan mengosongkan kandung kemih. Lanjutkan memeriksa
apakah telah terjadi pemisahan plasenta dengan cara klein, kustner atau
strassman.
2. Bila terjadi perdarahan lepaskan plasenta secara manual, jika plasenta dengan
pengeluaran manual tidak lengkap dapat disusul dengan upaya kuretase. Bila
plasenta tidak dapat dilepaskan dari rahim, misal plasenta increta/percreta,
lakukan hysterectomia
17
2) Keluhan utama
Hal-hal yang dikeluhkan saat ini dan alasan meminta pertolongan.
3) Riwayat haid
Umur Menarche pertama kali, Lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal partus.
4) Riwayat perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa ? Apakah perkawinan
sah atau tidak, atau tidak direstui orang tua ?
5) Riwayat obstetri
1) Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil Laboratorium : USG, Darah,
Urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi,
upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh.
2) Riwayat persalinan
a) Riwayat persalinan lalu : Jumlah Gravida, jumlah partal, dan jumlah
abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis persalinan, penolong
persalinan, BB bayi, kelainan fisik, kondisi anak saat ini.
b) Riwayat nifas pada persalinan lalu : Pernah mengalami demam, keadaan
18
tidak, kondisi perineum dan jaringan sekitar vagina, dilakukan anastesi atau
tidak, panjang tali pusat, lama pengeluaran placenta, kelengkapan placenta,
jumlah perdarahan.
d) Riwayat New Born : apakah bayi lahir spontan atau dengan
induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat lahir (langsung menangis atau
tidak), apakah membutuhkan resusitasi, nilai APGAR skor, Jenis kelamin
Bayi, BB, panjang badan, kelainan kongnital, apakah dilakukan bonding
attatchment secara dini dengan ibunya, apakah langsung diberikan ASI atau
susu formula.
19
2) Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak
nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu
atau remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-
3) Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol
blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa
talut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB,
freguensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum,
kebiasaan penggunaan toilet.
20
12) Sexual
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi freguensi
koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan,
kesulitan melakukan seks, continuitas hubungan seksual. Pengetahuan pasangan
kapan dimulai hubungan intercourse pasca partum (dapat dilakukan setelah luka
episiotomy membaik dan lochia terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3).
Bagaimana cara memulai hubungan seksual berdasarkan pengalamannya, nilai
yang dianut, fantasi dan emosi, apakah dimulai dengan bercumbu, berciuman,
ketawa, gestures, mannerism, dress, suara. Pada saat hubungan seks apakah
14) Peran
Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orangtua dan tugas-
tugas perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan involusi uterus,
perubahan fungsi blass dan bowel. Pengetahan tentang keadaan umum bayi, tanda
vital bayi, perubahan karakteristik faces bayi, kebutuhan emosional dan
kenyamanan, kebutuhan minum, perubahan kulit.
Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal hyhiene,
payu dara) dan kemampuan melakukan perawatan bayi (perawatan tali pusat,
menyusui, memandikan dan mengganti baju/popok bayi, membina hubungan tali
kasih, cara memfasilitasi hubungan bayi dengan ayah, dengan sibling dan
kakak/nenek). Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan, mengeluarkan secret dan
perawatan saat tersedak atau mengalami gangguan ringan. Pencegahan infeksi dan
jadwal imunisasi.
15) Pemeriksaan Fisik
21
23
2 Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah diberikan asuhan Dukungan ambulasi I.05178 hal.176
dengan kelemahan tubuh (SDKI keperawatan 1x7 jam Observasi
24
D.0056) diharapkan intoleransi 1. Identifikasi ganguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
aktivitas klien mengalami 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
peningkatan. Kriteria hasil: 3. Monitor pola dan jam tidur
SLKI L.05042 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukkan aktivitas
1. Frekuensi nadi: (5)
2. Saturasi oksigen: (5) Terapeutik
3. Kemudahan dalam 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya,
melakukkan aktifitas suara, kunjungan)
sehari-hari: (5) 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
4. Kecepatan berjalan: (5) 3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
5. Keluhan lelah: (5) 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika ada dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
3 Resiko ketidakseimbangan Setelah diberikan asuhan SIKI Manajemen cairan I.03098 halaman 159
cairan keperawatan selama 1x 7 Observasi
(SDKI D.0036 Hal 87) jam, diharapkan gangguan 1. Monitor status hidrasi ( mis, frek nadi, kekuatan nadi,
25
eliminasi membaik Kriteria akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit,
hasil: SLKI L. 03020 tekanan darah)
1. A(5s) up a n cairan 2.
3. Monitorhasil
Monitor beratpemeriksaan
badan laboratorium (mis. Hematokrit,
meningkat Na, K, Cl, berat jenis urin , BUN)
2. Output urin Meningkat (5) 4. Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP, CVP, PCWP jika
3. Membram mukosa lembab tersedia)
(5) Terapeutik
4. Asupan Makanan 1. Catat intake output dan hitung balans cairan dalam 24 jam
meningkat (5) 2. Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
5. Tekanan darah membaik 3. Berikan cairan intravena bila perlu
(5) Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
4 Risiko infeksi berhubungan Setelah diberikan asuhan Pencegahan infeksi I.14539 hal.278
dengan trauma jaringan dan/atau keperawatan selama 1x 7 jam, Observasi
kerusakan kulit, penurunan diharapkan infeksi tidak 1. Monitor tanda gejala infeksi lokal dan sistemik
Hb prosedur invasive dan /atau terjadi Terapeutik
peningkatan peningkatan Kriteria hasil 1. Batasi jumlah pengunjung
lingkungan, rupture : SLKI 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
ketuban lama, mal nutrisi (SDKI L.14137 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
1. Kebersihan tangan: (5)
D.0142)
4. lPi ene rgtka uh na ng ka na npateski eni k asepteik pada pasien berisiko tinggi
32.
NKeafbseursmihaknanb:a
d(5a)n: (5) 4. Demam: (5) Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Kemrahan: (5)
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
6. Nyeri: (5)
7. Bengkak: (5)
26
2.2.2 Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2017). Dalam
tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan
perlindungan pada pasien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosesdur
tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta memahami tingkat
perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja
aktivitas sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual dan teknik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan
dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam, 2018).
2.2.3 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan dengan terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawat dan anggota im kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi ini adalah
untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapi dengan baik atau
tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.Kriteria dalam menentukan
tercapainya suatu tujuan, pasien:
DAFTAR PUSTAKA
Cut Meurah Yeni, d. (2017). Plasenta previa totalis padaprimigravida : sebuah tinjauan kasus.Jurnal kedokteransyiah kuala, 38.
Manuaba. (2016). Ilmu kandungan dan penyakit kandungan.Jakarta: EGC.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) : Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan III)
1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia(SIKI) : Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan((cetakan II)
1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Rukiyah. (2010). Asuhan kebidanan patologi edisi revisi. Jakarta: Trans info