Oleh :
Nama : Dini Ria Oktavia
NIM : 2231081001
Oleh :
Nama : Mahasiswa Dini Ria Oktavia
NIM : 2231081001
2
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Kebidanan pada Ny. “A” G3 P2002 Ab0 UK 32-34 Minggu I/T/H
dengan Pre Eklampsia di KRI Nusantara Kepanjen Kab. Malang, telah disahkan
oleh pembimbing pada:
Hari :
Tanggal :
(……………………) (…………………..)
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
ikut berperan dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Dengan
pemeriksaan yang baik, seharusnya pre-eklampsi dapat dideteksi sedini
mungkin sehingga dapat dicegah kemungkinan terjadinya komplikasi yang
lebih berat.
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada kehamilan
dengan Pre Eklampsia, dengan menerapkan pola pikir melalui pendekatan 7
langkah manajemen Varney dan pendokumentasian menggunakan SOAP.
1.2.2 Tujuan khusus
1) Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar kehamilan.
2) Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Pre Eklampsia.
3) Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada pasien hamil
dengan Pre Eklampsia.
4) Mahasiswa mampu melakukan analisis adanya kesenjangan maupun
kesesuaian antara kasus yang didapat dengan teori dan konsep dasar
yang telah dipahami.
5) Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian SOAP menggunakan
pola pikir pendekatan 7 langkah Varney.
1.3. Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Hasil pembuatan asuhan kebidanan ini, mahasiswa mendapatkan
masukan pengetahuan mengenai penanganan asuhan pada kehamilan dengan
Pre Eklampsia
1.3.2 Manfaat Praktis
Klien hamil dengan Pre Eklampsia mendapatkan asuhan pelayanan yang
berkualitas.
1.4. Pelaksanaan
1.4.1 Tempat : Ruang Poli KIA KRI Nusantara Kepanjen
5
1.4.2 Waktu : 10 November 2022
6
BAB 2
TINJAUAN TEORI
7
3. Segmen Bawah Uterus
Segmen bawah uterus berkembang dari bagian atas kanalis servikalis
setinggi ostium interna bersama-sama istmus uteri. Segmen bawah lebih
tipis dari pada segmen atas dan menjadi lunak serta berdilatasi selama
minggu-minggu terakhir kehamilan sehingga memungkinkan segmen
tersebut menampung janin. Serviks bagian bawah baru menipis dan
menegang setelah persalinan terjadi.
4. Kontraksi Braxton-Hikcs
Merupakan kontraksi tak teratur rahim dan terjadi tanpa rasa nyeri di
sepanjang kehamilan. Kontraksi ini barang kali membantu sirkulasi darah
dalam plasenta.
5. Vagina dan vulva
Vagina dan serviks akibat hormon estrogen mengalami perubahan
pula. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak
lebih merah, agak kebiruan (livide) disebut tanda Chadwick. Vagina
membiru karena pelebaran pembuluh darah.
6. Mammae
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormone
somatemammotropin, esterogen dan progesteron, akan tetapi belum
mengeluarkan air susu. Pada kehamilan akan terbentuk lemak sehingga
mammae menjadi lebih besar, mammae akan membesar, lebih tegang dan
aerola mammae tampak lebih hitam karena hiperpigmentasi. Pada
kehamilan 12 minggu keatas dari putting susu dapat keluar cairan berwarna
putih agak jernih disebut colostrums.
7. Sistem Endokrin
Perubahan endokrin, sekresi kelenjar hipofisis umumnya menurun dan
penurunan ini selanjutnya akan meningkatkan sekresi kelenjar endokrin
(khususnya kelenjar tiroid, paratiroid, dan adrenal). Kadar hormon hipofise,
prolaktin meningkat secara berangsur-angsur menjelang akhir kehamilan,
namun fungsi prolaktin dalam memicu laktasi disurpresi sampai plasenta
dilahirkan dan kadar esterogen menurun.
8. Sistem Kekebalan
8
Kehamilan dianggap berkaitan dengan penekanan berbagai macam
fungsi imunologi secara hormonal dan seluler untuk menyesuaikan diri
dengan graft janin. Titer antibodi humoral melawan beberapa virus
misalnya herves simpleks, campak, dan influenza A menurun selama
kehamilan.
9. Sistem Respirasi
Pernafasan masih diafragmatik selama kehamilan, tetapi karena
pergerakan diafragma terbatas setelah mingu ke-30, wanita hamil bernafas
lebih dalam, dengan meningkatnya volume tidal dan kecepatan ventilasi
sehingga memungkinkan pencampuran gas dan konsumsi oksigen
meningkat
10. Tractus Urinarus
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke PAP (Pintu Atas
Panggul), keluhan sering kencing timbul karena kandung kencing mulai
tertekan. Pada ginjal seorang wanita hamil bertambah besar, misalnya
menemukan bahwa ginjal 1,5 cm lebih panjang selama masa nifas awal dari
pada yang diukur 6 bulan kemudian. Kecepatan fitrasi glomerulus dan
aliran plasma ginjal bertambah pada awal kehamilan, pada awal trimester
kedua sebanyak 50 persen, mekanisme tepat untuk meningkatnya hal-hal
ini pada kehamilan belum diketahui.
11. Traktus Digestivus
Di mulut, gusi menjadi lunak, akibat retensi cairan intraseluler yang
disebabkan oleh progesteron. Sfingter esopagus bawah relaksasi, sehingga
dapat terjadi regorgitasi isi lambung yang menyebabkan rasa terbakar di
dada. Sekresi isi lambung berkurang dan makanan lebih lama berada di
lambung. Otot-otot usus relaksi disertai dengan penurunan motilitas. Hal ini
memungkinkan absorbsi zat nutrisi lebih banyak, sehingga menyebabkan
konstipasi yang merupakan salah satu keluhan utama wanita hamil.
12. Sistem Muskuleskeletal
Perubahan tubuh secara bertahap dari peningkatan berat wanita hamil
menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah secara menyolok,
peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul miring ke depan,
9
penurunan tonus otot perut, dan peningkatan berat badan pada akhir
kehamilan membutuhkan penyesuaian ulang (realignment) kurvatura
spinalis. Pusat gravitasi wanita bergeser ke depan.
10
tempat-tempat yang terlalu ramai dan penuh sesak karena akan mengurangi
pemasokan oksigen dalam tubuh.
2. Nutrisi
Pada trimester II dan III, tambahan energi yang dibutuhkan 300
kkal/hari atau sama dengan mengonsumsi tambahan makanan 100 gr
daging atau minum 2 gelas susu. Nutrisi ini berkaitan dengan pemenuhan
kalori yang digunakan oleh tubuh sebagai pengelola. Selain itu ibu hamil
juga perlu mengonsumsi tambahan vitamin dan tablet Fe sebanyak 90 tablet
selama kehamilan yang berguna untuk mencegah anemia defisiensi besi,
meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah
janin dan plasenta. Makanan sehari-hari yang dapat dikonsusmsi untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi ibu adalah makanan yang mengandung
karbohidrat, asam folat, protein, zat besi, kalsium, vitamin, semua sumber
nutrisi ini dapat diperoleh dengan mengonsumsi nasi secukupnya, sayuran
hijau, buah-buahan, daging ayam, ikan, telur, tahu, tempe, dan kacang-
kacangan.
3. Personal Hygiene
Personal Hygiene penting untuk dijaga oleh seorang ibu hamil karena
bila tidak dijaga akan berdampak pada kesehatan ibu dan janin. Ibu hamil
sebaiknya mandi, menggosok gigi dan mengganti pakaian dalam minimal 2
kali sehari, menjaga kebersihan alat genitalia dan pakaian dalam dan
menjaga kebersihan payudara.
4. Eliminasi
Ibu hamil sering buang air kecil terutama pada trimester I dan III
untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman ibu, sebaiknya memperbanyak
intake di siang hari dan menguranginya di malam hari dan mengganti
pakaian dalam setiap terasa lembab, dan bila selesai buang air ceboklah
dengan baik.
5. Pakaian
Baju hamil yang praktis selama enam bulan kehamilan mengenakan
baju biasa yang longgar, pilihlah bahan yang tidak panas dan mudah
menyerap keringat, bagian dada harus longgar karena payudara akan
11
membesar, bagian pinggang harus longgar kalau perlu terdapat tali untuk
menyesuaikan perut yang terus membesar. Bra disiapkan paling sedikit dua
buah dengan bukaan di depan untuk memudahkan menyusui, sepatu
kenakan yang rata bukan bertumit.
6. Seksual
Ibu hamil dapat tetap melakukan hubungan seksual dengan suaminya
sepanjang hubungan seksual tersebut tidak menganggu kehamilan. Bila
hendak melakukan hubungan seksual sebaiknya gunakan kondom karena
prostaglandin yang terdapat dalam semen bisa menyebabkan kontraksi.
7. Istirahat/Tidur
Ibu hamil hendaknya tidur malam ± 8 jam dan tidur siang ± 1 jam.
Posisi tidur untuk ibu hamil dianjurkan dalam posisi miring ke kiri,
letakkan beberapa bantal untuk menyangga. Pada ibu hamil sebaiknya
banyak menggunakan waktu luangnya untuk banyak istirahat atau tidur,
walau bukan benar-benar tidur hanya baringkan badan untuk memperbaiki
sirkulasi darah dan jangan bekerja terlalu lelah.
8. Senam Hamil
Ibu hamil dianjurkan untuk mengikuti senam hamil sesuai dengan
kondisi ibu, senam ringan yang dapat dilakukan ibu adalah jalan pagi,
sambal menghirup udara segar dan sebelum maupun sesudah melakukan
senam ibu harus minum yang cukup.
12
cairan sebelum tidur malam sehingga wanita tidak perlu sering ke kamar
mandi saat mencoba tidur.
2. Nyeri Ulu Hati
Nyeri ulu hati merupakan ketidaknyamanan yang mulai timbul
menjelang akhir trimester kedua dan bertahan hingga trimester ketiga.
Saran yang dapat diberikan adalah:
- Makan dalam porsi kecil tetapi sering untuk menghindari lambung
menjadi terlalu penuh.
- Hindari makanan berlemak, makanan dingin, pedas atau makanan lain
yang dapat mengganggu pencernaan.
- Hindari makanan berat sesaat sebelum tidur.
3. Konstipasi
Wanita yang sebelumnya tidak mengalami konstipasi dapat
mengalami konstipasi saat kehamilan trimester ketiga. Salah satu efek
samping dari penggunaan zat besi adalah konstipasi. Saran yang dapat
diberikan adalah:
- Minum air putih minimal 8 gelas/hari.
- Minum air hangat saat bangun dari tempat tidur untuk menstimulasi
peristaltis.
- Konsumsi buah yang mengandung banyak serat seperti pepaya.
4. Hiperventilasi dan Sesak Nafas
Sesak nafas merupakan ketidaknyamanan terbesar yang dialami pada
trimester ketiga. Selama periode ini, uterus telah mengalami pembesaran
hingga terjadi penekanan diafragma. Hal ini menimbulkan perasaan atau
kesadaran tentang kesulitan bernafas. Saran yang dapat diberikan adalah:
- Anjurkan ibu berdiri dan meregangkan lengannya diatas kepala secara
berkala dan mengambil nafas dalam.
- Anjurkan ibu untuk melakukan peregangan yang sama di tempat tidur
seperti saat sedang berdiri.
- Jelaskan alasan terjadinya sesak nafas, redakan kecemasan dan
ketakutan ibu.
13
2.1.6 Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III
1. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan antepartum atau perdarahan pada pada kehamilan lanjut
adalah perdarahan pada trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi
dilahirkan. Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah
merah, banyak dan kadang-kadang tapi tidak selalu, disertai dengan rasa
nyeri.
2. Plasenta Previa
Adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi
sebagian/seluruh ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang normal
adalah pada dinding depan, dinding belakang Rahim atau di daerah fundus
uteri. Gejala-gejala yang ditunjukkan seperti gejala yang terpenting adalah
perdarahan tanpa nyeri, bias terjadi secara tiba-tiba dan kapan saja, bagian
terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada bagian bawah
rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati PAP dan ukuran
Panjang Rahim berkurang maka pada plasenta previa lebih sering disertai
kelainan letak.
3. Solusio Plasenta
Adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya. Secara normal plasenta
terlepas setelah anak lahir. Tanda dan gejala terjadinya perdarahan, namun
terkadang darah tidak keluar, terkumpul di belakang plasenta (perdarahan
tersembunyi/ perdarahan kedalam). Perdarahan disertai nyeri, nyeri
abdomen pada saat dipegang, palpasi sulit dilakukan, fundus uteri makin
lama makin naik dan denyut jantung bayi biasanya tidak ada.
4. Sakit Kepala yang Berat
Sakit kepala sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal
dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius
adalah sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.
Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat ibu mungkin menemukan
bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang
hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre eklampsia.
5. Penglihatan Kabur
14
Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah
dalam kehamilan. Tanda dan gejalanya adalah pandangan kabur dan
berbayang dan perubahan penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit
kepala yang hebat dan mungkin menandakan pre eklampsia.
6. Bengkak di Wajah dan Jari-Jari Tangan
Bengkak bias menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada
muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan
keluhan fisik yang lain. Hal ini merupakan pertanda anemia, gagal jantung
atau pre eklampsia.
7. Keluar Cairan Pervaginam
Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina normalnya terjadi pada
trimester ketiga namun ketuban dinyatakan pecah dini (KPD), jika terjadi
sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat
terjadi pada kehamilan preterm (sebelum kehamilan 37 minggu) maupun
pada kehamilan aterm. Normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I
atau awal kala persalinan, bias juga belum pecah saat mengedan.
8. Gerakan Janin Tidak Terasa
Normalnya ibu mulai merasakan Gerakan janinnya selama bulan ke 5
atau ke 6, beberapa ibu dapat merasakan Gerakan bayinya lebih awal. Jika
bayi tidur, gerakannya akan melemah. Gerakan bayi akan lebih mudah
terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum
dengan baik
9. Nyeri Abdomen yang Hebat
Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang
mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang
setelah beristirahat.
15
memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman
dan memuaskan (Varney, 2010).
Kunjungan pemeriksaan antenatal dilakukan minimal 4x kunjungan
dalam kehamilan dengan distribusi sekali dalam usia kehamilan sebelum
minggu ke 16, sekali dalam usia kehamilan antara 24-28 minggu dan dua
kali dalam usia kehamilan antara 30-32 dan 36-38 minggu.
2. Tujuan Asuhan Kehamilan
- Memfasilitasi untuk kehamilan yang sehat dan positif bagi ibu maupun
bayi dengan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu.
- Memantau kehamilan dengan memastikan ibu dan tumbuh kembang
anak sehat.
- Mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa selama hamil
(penyakit umum, keguguran, pembedahan).
- Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,
ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
- Mempersiapkan ibu, agar masa nifas berjalan normal dan pemberian
ASI eksklusif.
- Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal.
- Membantu ibu mengambil keputusan klinik.
3. Standar Pelayanan Kebidanan
Dalam melaksanakan pelayanan antenatal care, ada sepuluh standar
pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang
dikenal dengan 10 T.
Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T menurut Kemenkes tahun
2016 adalah sebagai berikut:
a. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan
Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kg selama kehamilan atau
kurang dari 1 kg setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan
pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan pada pertama kali
kunjungan dilakukan untuk menepis adanya factor risiko pada ibu
hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan
16
resiko untuk terjadinya Cephalo Pelvic Disproportion (CPD). Cara
untuk menentukan status gizi dengan menghitung IMT (Indeks Massa
Tubuh) dari berat badan dan tinggi badan ibu sebelum hamil menurut
Walyani (2015) adalah sebagai berikut:
- Nilai IMT < 19,8: Status gizi kurang
- Nilai IMT 18,5-26: Status gizi normal
- Nilai IMT >29: Status gizi lebih/ obesitas
b. Ukur Tekanan Darah (TD)
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (TD ≥140/90 mmHg)
pada kehamilan dan pre eclampsia (hipertensi disertai edema wajah dan
atau tungkai bawah dan atau proteinuria.
c. Nilai Status Gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas/LILA)
Pengukuran LILA dilakukan pada kontak pertama oleh nakes di
trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko KEK. Standar minimal
pengukuran LILA pada wanita dewasa/usia produktif adalah <23,5 cm.
Jika kurang <23,5 cm maka interpretasinya adalah Kurang Energi
Kronis (KEK). Ibu hamil dengan KEK dapat melahirkan bayi berat
lahir rendah (BBLR).
d. Pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Pengukuran TFU dilakukan setiap kali kunjungan kehamilan untuk
menentukan usia kehamilan, mendeteksi pertumbuhan janin, serta
menghitung taksiran berat janin sesuai atau tidak dengan umur
kehamilan. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah
kehamilan 20 minggu. Beberapa metode untuk menentukan usia
kehamilan yaitu:
- Mengukur TFU dari simfisis dengan menggunakan satuan cm.
TFU berdasarkan usia kehamilan menurut Spiegelberg dapat dilihat
pada table berikut.
Tabel Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Usia Kehamilan
Tinggi Fundus Uteri (cm) Umur Kehamilan (Minggu)
24- 25 cm di atas symfisis 22-28
17
26,7 cm di atas symfisis 28
28,5-30 cm di atas symfisis 30
29,5-30 cm di atas symfisis 32
31 cm di atas symfisis 34
32 cm di atas symfisis 36
33 cm di atas symfisis 38
37,7 cm di atas symfisis 40
Sumber: Mochtar, Rustam. 2013. Sinopsis Obstetri. Jakarta, halaman 53
Menurut Mc. Donald dengan mengukur jarak fundus-simfisis dalam
cm dibagi 3,5 merupakan tuanya kehamilan dalam bulan.
18
mengetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah janin
bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke PAP berarti ada
kelainan posisi janin, atau kelainan panggul sempit. Penilaian DJJ
dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan
antenatal usia kehamilan ≥ 13 minggu. DJJ normal 120-160 kali/menit.
f. Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Pemberian Imunisasi TT adalah untuk melindungi ibu dan janin dari
tetanus neonatorum. Efek samping TT yaitu nyeri, kemerah-merahan
dan bengkak untuk 1-2 hari pada tempat penyuntikkan. Pada saat
pemberian imunisasi TT ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
seperti jadwal pemberian dan interval dari pemberian TT pertama dan
TT selanjutnya. Jadwal pemberian, interval pemberian, persen
perlindungan dan masa perlindungan dari pemberian imunisasi TT.
g. Pemberian Tablet Zat Besi (Fe)
Pemberian tablet Fe untuk mencegah anemia pada wanita hamil,
diberikan sebanyak 90 tablet selama kehamilan. Tablet ini diberikan
segera mungkin setelah rasa mual hilang. Tablet Fe diminum 1 x 1
tablet per hari, dan sebaiknya dalam meminum tablet Fe tidak
bersamaan dengan teh atau kopi, karena akan mengganggu penyerapan.
h. Test Laboratorium (Rutin dan Khusus)
Pemeriksaan laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang
harus dilakukan pada setiap ibu hamil, yaitu golongan darah, Hb dan
pemeriksaan spesifik daerah endemis, malaria, HIV, dll. Sementara
pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain
yang dilakukan atas indikasi lain pada ibu hamil yaitu protein urin dan
pemeriksaan kadar gula darah.
i. Tatalaksana Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan ANC dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil wajib
diberikan pelayanan sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga
kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat dilayani dirujuk sesuai dengan
system rujukan.
19
j. Temu Wicara (Konseling)
Temu wicara atau konseling dilakukan pada setiap kunjungan ANC
agar ibu memahami kehamilannya dan sebagai upaya preventif terhadap
hal-hal yang tidak diinginkan
20
kabur, nyeri epigastrik, atau perubahan biokimia. Tanda dan gejala tersebut
yang disertai tekanan darah sistolik > 160mmHg atau diastolik >110 mmHg
dan proteinuria +2 atau +3 dengan dipstik menunjukkan bentuk penyakit
yang lebih berat (Fraser, 2011).
Namun demikian National High Blood Pressure Education Program
Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy menyatakan bahwa
yang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau
diastolik 15 mmHg memerlukan observasi ketat, terutama jika terjadi juga
proteinuria dan hiperurikemia (peningkatan kadar asam urat) (Fraser,
2011).
2.2.2. Insidens
Insiden pre-eklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak
faktor yang mempengaruhinya; jumlah primigravida, keadaan sosial
ekonomi, perbedaan kriteria dalam penentuan diagnosis dan lain-lain.
Di Indonesia frekuensi kejadian pre-eklampsia sekitar 3-10%
(Triatmojo, 2003), Sedangkan di Amerika Serikat dilaporkan bahwa
kejadian pre-eklampsia sebanyak 5% dari semua kehamilan (23,6 kasus per
1.000 kelahiran) (Dawn C Jung, 2007). Pada primigravida frekuensi pre-
eklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama
primigravida muda. Faktor resiko lain yang berkaitan dengan pre eklampsia
antara lain kehamilan multiple, riwayat hipertensi kronis, usia lebih dari 35
tahun, obesitas, dan etnis Afro-Amerika (Leveno, 2016).
2.2.3. Etiologi
Penyebab pre-eklamsia belum dapat diketahui secara pasti. Beberapa
teori yang dianut terkait pre-eklampsia yaitu:
1) Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal terjadi proses remodelling arteri spiralis
(percabangan arteri uterina dan arteri ovarika yang mensuplai darah ke
rahim dan plasenta), yaitu proses distensi dan vasodilatasi arteri spiralis
akibat invasi trofoblast ke dalam lapisan otot arteria spiralis. Distensi
21
dan vasodilatasi lumen arteri spiralis berdampak pada penurunan tekanan
darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan aliran darah pada
daerah utero plasenta, sehingga menjamin pertumbuhan janin.
Pada pre-eklampsia tidak terjadi invasi trofoblast ke dalam lumen
otot arteri spiralis sehingga lumen arteri spiralis tetap kaku dan keras,
serta tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi,
terjadilah kegagalan remodelling arteri spiralis yang berakibat aliran
darah uteroplasenta menurun, terjadi hipoksia dan iskemia plasenta.
2) Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel
Plasenta yang iskemia akan menghasilkan oksidan/radikal bebas,
salah satunya adalah radikal hidroksil yang sangat toksis terhadap
membran sel endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil akan merusak
membran sel yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi
peroksida lemak. Peroksida lemak akan merusak membran sel, nukleus
dan protein sel endotel. Akibat paparan peroksida lemak, sel endotel
mengalami kerusakan sehingga mengganggu fungsinya (disfungsi
endotel). Disfungsi endotel berakibat gangguan metabolisme
prostaglandin (penurunan PGE2, suatu vasodilator kuat), agregasi sel-sel
trombosit (meningkatkan produksi tromboksan TXA2, suatu
vasokontriktor kuat), perubahan khas pada sel endotel kapilar
glomerulus, peningkatan permeabilitas kapiler, peningkatan endotelin
(suatu bahan vasopresor) dan penurunan kadar NO (vasodilator), dan
peningkatan faktor koagulasi.
3) Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Pada kehamilan normal, respon imun tidak menolak adanya hasil
konsepsi yang bersifat asing karena adanya HLA-G pada plasenta yang
melindungi trofoblast janin dari lisis oleh Natural Killer (NK) ibu. HLA-
G juga mempermudah invasi sel trofoblast ke dalam jaringan desidua
ibu. Pada hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-
G yang berakibat terhambatnya infasi trofoblast ke dalam desidua.
4) Teori adaptasi kardiovaskularori genetik
22
Pada kehamilan normal terjadi refrakter pembuluh darah terhadap
bahan vasopresor akibat dilindungi oleh adanya sintesis prostaglandin
pada sel endotel pembuluh darah yaitu prostasiklin. Pada hipertensi
dalam kehamilan kehilangan daya refrakter pembuluh darah terhadap
bahan vasokontriktor, dan terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-
bahan vasopresor. Peningkatan kepekaan tesebut sudah dapat ditemukan
pada kehamilan 20 minggu. Secara genetik, genotif ibu lebih
menurunkan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika
dibandingkan dengan genotif janin.
5) Teori defisiensi gizi
Defisiensi kalsium pada diet perempuan hamil mengakibatkan
risiko terjadinya pre-eklampsia dan eklampsia.
6) Teori inflamasi
Debris trofoblast dalam aliran darah merupakan rangsangan utama
terjadinya proses inflamasi. Pada kehamilan normal, plasenta
melepaskan debris trofoblast, sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan
nekrotik trofoblast dalam jumlah yang wajar sehingga reaksi inflamasi
yang terjadi masih dalm batas normal. Tetapi pada pre-eklampsia, terjadi
peningkatan proses stres oksidatif sehingga produksi debris apoptosis
dan nekrotik tofoblast meningkat. Makin banyak sel trofoblast plasenta
misalnya pada plasenta besar, pada kehamilan ganda, maka reaksi stres
oksidatif akan sangat meningkat sehingga jumlah sisa sel trofoblast juga
meningkat. Keadaan ini meningkatkan reaksi inflamasi di tubuh ibu
dibandingkan pada kehamilan normal. Respons inflamasi selanjutnya
akan mengaktivasi sel-sel endotel dan sel-sel makrofag/granulosit yang
lebih besar sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan
gejala-gejala pre-eklampsia pada ibu (Dikman, 2008).
23
Wanita nulipara memiliki risiko lebih besar (7 sampai 10 persen)
jika dibandingkan dengan wanita multipara (Leveno, 2009). Pre-
eklampsia seringkali terjadi pada kehamilan pertama, terutama pada ibu
yang berusia belasan tahun. Selain itu juga sering terjadi pada wanita
yang hamil dengan pasangan baru. Menurut Robillard et al, 1994 dalam
Fraser (2009), tingginya insiden penyakit hipertensi pada primigravida,
menurunnya prevalensi setelah pajanan jangka panjang terhadap sperma
paternal, menjadi data yang mendukung respon imun. Manuaba, 2007
menambahkan kejadian pre-eklampsia pada kehamilan primigravida
sekitar 7-12% sedangkan pada kehamilan multigravida pre-eklampsia
terjadi sekitar 5,5-8%.
2) Usia yang ekstrim (<18 tahun atau >35 tahun)
Wanita berusia diatas 35 tahun mempunyai risiko sangat tinggi
terhadap terjadinya pre-eklampsia. Menurut Spellacy (1986) yang
dikutip Cunningham (2005) insiden hipertensi karena kehamilan
meningkat 3 kali lipat pada wanita diatas 40 tahun dibandingkan dengan
wanita yang berusia 20 - 30 tahun.
3) Riwayat pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya
4) Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau eklampsia
(khususnya ibu atau saudara wanitanya)
Adanya faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal.
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami pre-eklampsia, 26 %
anak wanitanya akan mengalami pre-eklampsia pula, sedangkan hanya 8
% anak menantu mengalami pre-eklampsia (Saifuddin, 2011).
5) Obesitas
Dalam Fraser (2011), menyebutkan bahwa peningkatan berat
badan dapat diperlukan untuk memantau perkembangan pre-eklampsia
dalam kaitannya dengan parameter lain. Dan BMI atau Indeks massa
tubuh awal berguna sebagai prediktor hipertensi pada kehamilan, karena
angka BMI biasanya lebih tinggi pada ibu yang menderita hipertensi.
24
6) Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan
multiple, hidrops fetalis, bayi besar
Menurut Roberts dan Redman, 1993 (Fraser, 2011), plasentasi
abnormal dan penurunan perfusi plasenta juga dapat terjadi pada kondisi
yang berhubungan dengan penyakit mikrovaskular, misalnya diabetes,
hipertensi, atau trombofilia. Hal ini dapat terjadi jika terdapat massa
plasenta yang besar seperti pada kehamilan kembar atau penyakit
trofoblastik gestasional (mola hidatidosa). Ibu yang menderita penyakit
ini berisiko tinggi mengalami pre-eklampsia.
7) Adanya proses penyakit kronis: diabetes mellitus, hipertensi
kronik, penyakit ginjal, penyakit pembuluh darah, lupus eritematosus
sistemik
Menurut Chesley (1985) yang dikutip oleh Cunningham (2018)
pre-eklampsia juga terjadi pada multipara yang menderita penyakit
vaskuler, termasuk hipertensi essensial yang kronis dan diabetes
mellitus, atau dengan penyakit ginjal.
25
2.2.5. Patofisiologi
Penurunan perfusi
organ
Hipertensi
PRE
EKLAMPSIA
26
Sumber : Dikman, 2008
2.2.6. Diagnosis
Diagnosis pre-eklampsia dapat ditegkkan berdasarkan kriteria dibawah
ini:
Diagnosis subjektif
a. Sakit kepala menetap sedang hingga berat
b. Nyeri ulu hati
c. Oedema jari tangan, muka dan tungkai
d. Oligouria ≤ 300 ml dalam 24 jam
Diagnosis objektif
a. Tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg
Hipertensi merupakan kriteria paling penting dalam diagnosa pre-
eklampsia. Peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau peningkatan
sistolik sebesar 30 mmHg harus dipertimbangkan sebagai sesuatu yang
buruk. Tekanan darah pasien pre-eklampsia ataupun hipertensi kronis
biasanya menurun saat pasien tidur, namun pada preeklampsia tekanan
darah akan tetap tinggi walaupun dalam keadaan tidur (Fraser, 2011).
b. Oedema jari tangan, muka dan tungkai.
Oedema klinis dapat bersifat ringan atau berat dan keparahannya
berhubungan dengan semakin memburuknya pre-eklampsia. Edema yang
tiba-tiba muncul, menyebar dan parah merupakan tanda adanya pre-
eklampsia atau keadaan patologis lainnya. Edema ini akan cekung ke
dalam jika ditekan dan mungkin ditemukan di area anatomis yang tidak
menggantung seperti wajah, tangan, abdomen bagian bawah, vulva dan
area sakrum (Fraser, 2009). Sekarang ini, edema tidak lagi dianggap
bagian dalam trias pre-eklampsia (Manuaba, 2010).
Diagnosis penunjang
a. Protein urine > 1,0 g dalam 24 jam (dipstick urine +1 atau +2), terjadi
pertama kali saat hamil dan kembali normal setelah melahirkan.
27
b. Kreatinin serum meningkat hingga > 1,2 mg/dl (kecuali bila sebelumnya
sudah meningkat)
c. Hitung trombosit < 100.000 sel/ml
d. Peningkatan SGOT atau SGPT
e. Oliguria (jumlah produksi urin ≤ 500 ml dalam 24 jam atau disertai
kenaikan kadar kreatinin darah)
Terapi konservatif
Diperlukan lama pengawasan konservatif sekitar 7-15 hari dengan indikasi:
a) Janin prematur (umur
kehamilan <34 minggu atau estimasi berat janin <2000 gram)
b) Janin hidup
28
c) Tidak ada impending
eklampsi
d) Tidak dalam inpartu
Pengobatan:
a) Di Rumah (selama 2 minggu)
(1) Tirah baring
(2) Dilakukan pemeriksaan laboratorium tertentu (fungsi hepar dan
ginjal) dan produksi urin sewaktu-waktu
(3) Diet tinggi protein, rendah karbohidrat
(4) Konsultasi dengan bagian lain :
Bagian Mata
Bagian Jantung
Bagian Neurologi
Bagian Interne
b) Pengobatan dan evaluasi selama rawat tinggal di ruang bersalin (setelah
24 jam masuk ruangan bersalin)
(1) Tirah baring
(2) Obat-obat
Roborantia: multivitamin
Aspirin dosis rendah 87,5 mg sehari satu kali
Antihipertensi (Nifedipin 5-10 mg setiap 8 jam atau Methyldopa
250 mg tiap 8 jam)
(3) Pemeriksaan laboratorium
Hb, PCV dan hapusan darah tepi
Asam urat darah
Trombosit
Fungsi ginjal dan hepar
Urine lengkap
Produksi urin per 24 jam, penimbangan BB setiap hari
29
Pemeriksaan laboratorium dapat diulangi sesuai dengan
keperluan
(4) Diet tinggi protein, rendah karbohidrat
(5) Dilakukan penilaian kesejahteran janin termasuk biometri, jumlah
cairan ketuban, gerakan, respirasi dan ekstensi janin, velosimetri
(resistensi), umbilikalis dan rasio panjang femur terhadap lingkaran
abdomen.
Perawatan konservatif dianggap gagal apabila
a) Ada tanda-tanda impending eklampsia
b) Kenaikan progresif tekanan darah
c) Ada sindroma HELLP
d) Ada kelainan fungsi ginjal
e) Penilaian kesejahteraan janin jelek
Terapi Aktif
Indikasi:
a) Hasil penilaian kesejahteraan janin jelek
b) Ada gejala impending eklampsia
c) Ada sindroma HELLP
d) Kehamilan late preterm (≥ 34 minggu estimasi berat janin ≥ 2000 gram)
e) Apabila perawatan konservatif gagal
Pengobatan:
a) Segera rawat inap
b) Tirah baring miring ke satu sisi
c) Infus Rl yang mengandung 5% Dextrose dengan 60-125 cc/jam
d) Pemberian anti kejang : MgSO4
Dosis awal :
MgSo4 20% 4 gr iv
MgSO4 40% 10 gr im (pada bokong kanan dan kiri masing-masing 5 gr)
Dosis ulangan :
30
MgSO4 40% 5 gr im diulangi tiap 6 jam setelah dosis awal sampai
dengan 24 jam pasca persalinan.
Syarat pemberian MgSO4
Reflex platellla (+)
Respirasi > 16 kali/menit
Urine sekurang-kurangnya 150 cc/6 jam
Harus selalu tersedia calcium glukonas 1 gr 10% (diberikan iv
pelan-pelan pada intoksikasi MgSO4 )
e) Anti hipertensi dapat dipertimbangkan diberikan bila : systole ≥ 180
mmHg atau diastole ≥ 120 mmHg. Antihipertensi yang diberikan yaitu
Nifedipin 5-10 mg tiap 8 jam atau Methyldopa 250 mg tiap 8 jam.
Pengobatan Obstetrik
1. Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada tiap penderita dilakukan
pemeriksaan NST
2. Tindakan SC dikerjakan bila :
a. NST jelek
b. Penderita belum inpartu dengan skor pelvic jelek (Skor Bishop < 5)
c. Kegagalan drip oksitosin
3. Induksi dengan drip oksitosin dikerjakan bila :
a. NST baik
b. Penderita belum inpartu dengan skor pelvik baik (Skor Bishop ≥ 5)
(Agus Abadi dkk, 2008)
31
c. Gangguan keseimbangan nutrisi dan cairan tubuh akibat adanya oliguri dan
pembatasan intake cairan.
Penanganan : KIE intake dan output cairan selama di rumah.
d. Gangguan istirahat
Penanganan : menciptakan lingkungan yang nyaman di rumah untuk
meningkatkan kenyamanan.
e. Gangguan rasa nyeri
Penanganan : Mengajarkan ibu teknik relaksasi, distraksi, massage,
hipnoterapi, memposisikan ibu pada posisi yang nyaman.
f. Gangguan eliminasi
Penanganan : menjelaskan kepada ibu alasan terjadi konstipasi, dan
memberikan KIE tentang kandungan makanan berserat tinggi.
g. Gangguan aktivitas karena pembatasan kegiatan yang dapat dilakukan.
Penanganan : memberikan penjelasan kepada ibu mengapa hal tersebut
dilakukan.
32
Usia < 15 tahun atau > 35 tahun merupakan faktor resiko terjadinya
pre-eklampsia. Usia 20-30 tahun merupakan periode paling aman untuk
melahirkan (Rozikhan, 2007)
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan oleh klien hamil dengan preeklampsia
adalah:
Sakit kepala
Pandangan kabur
Sesak nafas
Terjadi bengkak pada wajah, tangan dan/ kaki
Kram perut
b) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat kehamilan saat ini)
Resiko tinggi terjadinya ekalmpsia karena gejala preeklampsia yang
menetap dan cenderung menjadi berat (Manuaba, 2003).
c) Riwayat kesehatan dulu
Hipertensi merupakan tanda terpenting guna menegakkan diagnosis
pre-eklampsia (Wiknjosastro, 2010). Hipertensi yang diderita ibu
sebelum kehamilan dapat bertambah parah hingga mengarah pada
impending eklampsia.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu yang mengalami pre-eklampsia, 26% anak wanitanya akan
mengalami pre-eklampsia pula, sedangkankan hanya 8% anak
menantu mengalami pre-eklampsia (Wiknjosastro, 2010).
Penyakit hipertensi pada keluarga dapat diturunkan pada anggota
keluarga yang lain begitu pula pada ibu yang hamil.
3) Riwayat obstetri yang lalu
Wanita primigravida memiliki resiko lebih besar mengalami pre-
eklampsia berat dibandingkan dengan wanita multigravida
(Wiknjosastro, 2010).
33
Pada The New England Journal of Medicine, tercatat bahwa pada
kehamilan pertama resiko pre-eklampsia 3,9% ; Kehamilan kedua 1,7% ;
kehamilan ketiga 1,8% (Rozikhan, 2007).
4) Riwayat kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi hormonal sangat tidak dianjurkan bagi
pasien yang menderita hipertensi/preeklampsia saat kehamilan.
5) Pemenuhan kebutuhan (mengkaji selama kehamilan)
a. Nutrisi/hidrasi
Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung vitamin C dan
vitamin E merupakan sistem pertahanan antioksidan. Antioksidan
dapat mencegah kerusakan endotel sehingga produksi tromboksan
(vasokonstriktor kuat) tidak meningkat. Pola nutrisi yang baik pada
pre-eklampsia adalah diet tinggi protein rendah lemak, karbohidrat
serta garam. Hal ini bertujuan untuk melindungi fungsi ginjal dan
mencegah peningkatan tekanan darah. Defisit kalsium pada diet
perempuan hamil mengakibatkan resiko terjadinya pre-eklampsia dan
eklampsia (Wiknjosastro, 2010).
b. Pola eliminasi
Pada pre-eklampsia sering terjadi oligouria (produksi urine < 500
cc/hari) (Wiknjosastro, 2010).
c. Pola istirahat
Terdapat gangguan istirahat pada pasien dengan preeklampsia akibat
nyeri kepala menetap, kadang disertai kram perut (Manuaba, 2003).
d. Mobilisasi
Pembatasan mobilisasi, tirah baring selama pengawasan konservatif
untuk mencegah kelelahan dan meningkatnya gejala yang semakin
berat.
e. Personal Hygiene
Ibu hamil dengan preeklampsia rentan terhadap infeksi. Oleh karena
sistem kekebalan tubuh yang menurun, perlunya perawatan personal
hygiene yang teratur.
f. Konsumsi obat
34
Sesuai advie dokter spesialis Obgyn.
g. Pola kebiasaan
Merokok dan meminum jamu-jamuan dapat memperburuk gangguan
vaskularisasi ke janin yang sudah terganggu karena pre-eklampsia
(Wiknjosastro, 2010).
6) Seksualitas
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan seksual
dalam seminggu, terdapat keluhan atau tidak (Saifudin,2002).
7) Riwayat psiko-sosial-budaya
Riwayat pernikahan, dukungan suami dan keluarga terhadap keadaan
saat ini, kebiasaan/mitos yang dipercayai selama masa hamil.
Usia kawin < 20 tahun menjadi salah satu faktor predisposisi terjadinya
pre-eklampsi (sumber obgynacea). Ibu multipara yang kemudian
menikah lagi mempunyai resiko lebih besar terjadinya pre-eklampsia
jika dibandingkan dengan suami yang sebelumnya (Wiknjosastro,
2010).
Status sosial mempunyai resiko yang sama, tetapi kelompok masyarakat
miskin biasanya tidak mampu untuk membiayai perawatan kesehatan
sebagaimana mestinya. Bahkan orang miskin tidak percaya dan tidak
mau menggunakan fasilitas pelayanan medis walaupun tersedia. Mereka
itulah yang memiliki resiko untuk mengalami pre-eklampsia (Rozikhan,
2007).
Status perkawinan dikaji untuk mengetahui apakah ibu untuk pertama
kali mengalami persalinan pada perkawinan saat ini atau pernah
sebelumnya. Hal ini terkait faktor predisposisi terjadinya pre-eklampsia.
Data Objektif
Data obyektif diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi,
auskultasi, perkusi serta pemeriksaan penunjang bila diperlukan.
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum: Baik / Sedang / Buruk
Kesadaran : Compos Mentis/Apatis/Delirium/Somnolen/Sopor/Koma
35
Keadan umum penderita pre-eklampsia dapat baik sampai lemah.
Kesadaran penderita pre-eklmapsia mulai dari composmentis dan
seringkali ditemukan penderita dengan eklampsia yang mendadak
mengalami kejang dan jatuh dalam koma (Wiknjosastro, 2010).
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : normal sistole ≤120 mmHg, diastole ≥70
mmHg,
Pada pre-eklampsia tekanan darah ≥ 140/≥ 90 mmHg (Sarwono,
2010) atau peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau
peningkatan sistolik sebesar 30 mmHg (Fraser, 2009)
Respirasi : normal 16 - 18 x/menit
Pada pasien preeklampsia dengan pemberian MgSO4, Jumlah RR
harus ≥ 16 x/menit.
Nadi : normal 60-80 x/menit
Suhu : normal 36ºc – 37.5ºc
Berat badan
Penambahan berat badan ≥ 2 pon/minggu karena pengaruh kehamilan
(Benson, 2008). Kenaikan berat badan ≥ 0,57 kg/minggu berpotensi
terjadi pre-eklampsia. Pada primigravida yang mempunyai kenaikan
berat badan rendah, yaitu ≤ 0,34 kg/minggu, menurunkan resiko
hipertensi (Wiknjosastro, 2010).
Kegemukan disamping menyebabkan meningkatkan kolesterol dalam
darah, juga menyebabkan kerja jantung yang lebih berat karena jumlah
darah yang beredar dalam tubuh sekitar 15% dari berat badan. Obesitas
dapat menyumbangkan resiko pre-eklampsia (Rozikhan, 2007).
2) Pemeriksaan Fisik
Wajah
80% edema dijumpai pada pre-eklampsia. Gangguan visus dan
serebral ditandai dengan penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan
pandangan mata kabur (Wiknjosastro, 2010).
Mata
36
Gangguan penglihatan pada pre-eklampsia berat, yaitu skotoma
atau penglihatan berkabut/ kabur, perdarahan retina (Wiknjosastro,
2010)
Dada
Nyeri epigastrium menjadi tanda pre-eklampsia (Wiknjosastro,
2010). Pada edema paru : nafas pendek, ronkhi (+)
Payudara
Hiperpigmentasi areola mammae pada ibu hamil, vaskularisasi
payudara untuk persiapan menyusui. Payudara mulai mengeluarkan
colostrum pada 48 jam pertama, berlanjut pada ASI biasanya pada
hari ke-3, mungkin lebih dini tergantung kapan menyusui dimulai
(Doenges, 2001).
Abdomen
Untuk mengetahui adanya jaringan parut bekas operasi SC
sebelumnya/ operasi lain, pembesaran abdomen sesuai dengan
masa kehamilan atau tidak, pengukuran TFU menggunakan metelin
untuk tafsiran BB Janin, pergerakan janin, DJJ janin, dan posisi
bagian terbawah janin (Fraser, 2009).
Genetalia
Adanya pengeluaran secret dari vagina/tidak, perdatahan, fluor
albus, varises, dan pembengkakan kelenjar Bartolini (Winkjosastro,
2010).
Ekstremitas
Simetris, adakah oedema pada ekstremitas pada pemeriksaan fisik.
Adanya edema merupakan salah satu tanda dari pre-eklampsia
juga. Pemeriksaan reflek patella berguna untuk menilai apakah ibu
mengalami kelemahan otot atau tidak. Ibu preeklampsia dengan
reflek patella positif, memenuhi syarat untuk diberikan magnesium
sulfat (Wiknjosastro, 2010).
3) Pemeriksaan Penunjang
37
Adalah pemeriksaan yang dapat menunjang, seperti pemeriksaan
labolatorium atau rontgen bila dalam data subjektif maupun objektif
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
a. Darah
Pre-eklampsia :
Trombositopenia berat < 100.000 sel/mm3 atau penurunan
trombosit dengan cepat merupakan tanda sindrom HELLP
(Sarwono, 2010).
Kreatinin serum > 1,2 mg/dl.
Peningkatan kadar alanin dan aspartate aminotransferase
(peningkatan SGPT, SGOT, atau keduanya) (Sarwono, 2010).
b. Urin
Albumin pada pre-eklamsia proteinuria selalu positif, pada pre-
eklampsia kadar proteinuria ≥ 1 g/24 jam atau ≥ +1 dalam
pemeriksaan kualitatif (Sarwono, 2010).
38
perdarahan intracranial, edema serebri, edema retina, kebutaan korteks,
gagal ginjal akut (Mansjoer, 2018)
2.3.5. Perencanaan
Merumuskan rencana asuhan kebidanan, harus didasarkan pada data
yang diperoleh disertai dengan rasional dari perencanaan tersebut.
Perencanaan pada hamil dengan Preeklampsia, adalah:
1) Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
Rasional : Dengan memberikan penjelasan tentang hasil pemeriksaan
diharapkan ibu mengetahui tentang keadaan dirinya.
2) Beri dukungan emosional baik bagi ibu dan keluarga
Rasional : Dengan memberikan dukungan emosional, gangguan
psikologis yang berupa kecemasan dapat dikuragi.
3) Memberi tahu ibu teknik mengurangi gejala pusing (relaksasi, distraksi,
massage, hipnoterapi).
Rasional : mengurangi masalah gejala pusing.
4) Lakukan kolaborasi dengan spesialis dalam pemberian terapi yang tepat
(dokter kandungan, penyakit dalam, anastesi, mata) untuk penanganan
Preklampsia sesuai dengan gejala
Rasional : komplikasi yang serius dapat terjadi pada pasien dengan
Preeklampia.
5) Lakukan pengawasan TTV terutama tekanan darah dan tanda-tanda
impending eclampsia pada kunjungan berikutnya.
Rasional : deteksi dini adanya kelainan.
6) Informasikan kepada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya ibu
hamil dan bersalin dengan preeklampsia
Rasional : ibu dan keluarga mengetahui tanda-tanda bahaya sehingga
dapat menghubungi bidan tepat waktu.
39
7) KIE ibu terkait personal hygiene
Rasional : personal hygiene sangat penting pada hamil apabila
disertai dengan fluor albus, yaitu untuk mencegah terjadinya infeksi
8) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi
Rasional : bila kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi maka ibu akan tetap
mempunyai tenaga selama proses kehamilan hingga bersalin
9) KIE ibu terkait pembatasan mobilisasi dan istirahat
Rasional : dengan pembatasan mobilisasi mencegah terjadinya
kelelahan yang berakibat pada meningkatnya gejala preeklampsia.
10) Anjurkan ibu untuk tidak mengkonsumsi obat-obatan kecuali yang
telah dianjurkan dokter
Rasional : obat-obatan yang sesuai berpengaruh pada menurun
hingga hilangnya gejala preeklampsia.
15) Rencana kunjungan ulang
Rasional : kunjungan ulang diperlukan untuk memantau keadaan ibu
dan janinnya serta memastikan kebutuhan ibu dan janin terpenuhi.
2.3.6. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun.
Pelaksanaan yang efisien menyingkat waktu dan biaya serta menghasilkan
mutu asuhan yang terjamin.
2.3.7. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari keseluruhan asuhan proses kebidanan.
Evaluasi menilai apakah asuhan yang diberikan sudah efektif atau tidak.
Setelah melakukan asuhan kebidanan, diharapkan :
Subyektif :
Sudah tidak ada masalah yang dialami ibu (tidak ada keluhan)
Pasien dan keluarga telah mengetahui kondisi kesehatannya saat ini,
sehingga masalah teratasi baik sebagian atau seluruhnya.
Objektif :
40
Pada pemeriksaan, pasien didapatkan dalam kondisi yang normal/tidak ada
kelainan hasil pemeriksaan ditandai dengan normalnya tanda-tanda vital
Analisisis :
G… P A P A H Ab... UK ≥ 20 I/T/H dengan keadaan baik
Penatalaksanaan :
- Jelaskan hasil evaluasi
- Pengawasan dan perawatan keadaan pasien secara berkala
BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY. ”A” G3 P2002 Ab0 UK 32-34 Minggu I/T/H dengan
Pre Eklampsia di KRI Nusantara Kepanjen Kab. Malang
3.1. Pengkajian
Tgl Periksa Hamil : 10 November 2022 (Pkl. 09.00 wib)
Hari/Tgl Pengkajian : 10 November 2022
Waktu : Pukul 09.00 wib
Tempat : Poli KIA KRI Nusantara
Pengkaji : Dini Ria Oktavia
No. Rekam medik : 000325/22
41
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Kaki Bengkak, Pusing
b. Riwayat kesehatan pasien
Sebelum hamil ibu tidak memiliki penyakit hipertensi, namun dalam
kehamilan ini sejak usia kehamilan 7 bulan tekanan darah ibu didapatkan
tinggi ketika periksa ke klinik.
c. Riwayat kesehatan dulu
Ibu tidak memiliki riwayat alergi, hipertensi, penyakit jantung, asma,
TB maupun diabetes mellitus.
d. Riwayat kesehatan keluarga
keluarga pasien tidak memiliki riwayat alergi, hipertensi, penyakit
jantung, asma, TB maupun diabetes mellitus.
3. Riwayat Obstetri
HPHT : 23 Maret 2020
TP : 30 Desember 2022
Kehamilan Persalinan Bayi
Penolong
No Thn Nifas BB KB
Penyulit
Penyulit
Tempat
Umur
Jenis
JK H/M ASI
(kg)
9 3200 Tidak
1 2014 - Bidan PMB Normal - Normal L H √
bln gr Pernah
9 3400 Tidak
2. 2018 - Bidan Klinik Normal - Normal L H √
bln gr Pernah
2 Hamil ini
42
bagian bawah. Berdasarkan hasil pemeriksaan pada saat itu, didapatkan hasil
ekstrimitas bawah terdapat odem dan menetap meskipun sudah istirahat, dan
reaksi braxton his/his palsu. Ibu disarankan untuk periksa ulang dalam 1
minggu ke depan apabila masih terdapat gejala atau gejalan semakin berat.
Pada tanggal 10 November pukul 09.00 saat ini ibu memeriksakan
kehamilannya kembali di klinik dengan keluhan kaki masih bengkak dan
sedikit pusing.
5. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Pemenuhan
Sebelum Hamil Selama Hamil
kebutuhan
Nutrisi/Hidrasi Ibu makan 2-3 kali sehari, Ibu makan 3-4 kali sehari, tidak ada
tidak ada pantangan pantangan makanan. Ibu minum ±
makanan. Ibu minum ± 1,5 liter per hari.
1,5 liter per hari.
Eliminasi Ibu tidak ada keluhan Ibu tidak ada keluhan dalam BAK,
dalam BAK, lancar. BAB lancar, namun akhir-akhir ini sering
min. 2 hari sekali, lancar. BAK. BAB min. 2 hari sekali,
lancar, terkadang konstipasi.
Istirahat Ibu tidak ada masalah Ibu tidak ada masalah dalam pola
dalam pola tidur, ± 6-8 tidur, ± 6-8 jam per hari, namun
jam per hari akhir-akhir ini sulit untuk tidur
karena kontraksi palsu
Mobilisasi Ibu melakukan aktifitas Ibu melakukan aktifitas sendiri,
sendiri, tanpa ada bantuan, tanpa/terkadang ada bantuan, tidak
tidak ada keluhan ada keluhan
Personal Ibu mandi 2 kali sehari Ibu mandi 2 kali sehari disertai
hygiene disertai ganti pakaian ganti pakaian dalam
dalam
6. Data Psiko-sosio-budaya
Riwayat pernikahan : ini adalah pernikahan yang pertama bagi ibu
maupun suami, pernikah berlangsung pada tahun 2014
43
Dukungan suami dan keluarga : kehamilan ini direncanakan dan sangat
diharapkan oleh ibu, suami maupun keluarga.
Mitos seputar masa hamil : tidak ada
2. Pemeriksaan fisik
Wajah : tidak pucat, tidak odema
Mata : Konjungtiva merah muda, sclera agak kekuningan
Payudara : ASI belum keluar, konsistensi lembek, bersih, puting
menonjol, areola mammae hiperpigmentasi.
Abdomen : tidak ada jaringan parut akibat operasi, pembesaran sesuai
usia kehamilan, perut tegang.
a. Palpasi
: Teraba satu bagian bulat, lunak dan tidak melenting
Leopold I pada perut ibu bagian atas (bokong), TFU pertengahan pusat
dan PX
: Teraba satu bagian panjang, keras, seperti papan pada perut
Leopold II ibu sebelah kanan, dan teraba bagian kecil-kecil atau
ekstremitas pada perut bagian sebelah kiri ibu.
: Teraba satu bagian bulat, keras dan melenting pada
Leopold III perut ibu bagian bawah (kepala), dan masih dapat
digoyangkan.
Leopold IV : Kepala belum masuk PAP.
44
TFU : 25 Cm
b. Fetus
- Pergerakan janin dapat dirasakan
- DJJ : Ada
- Frekuensi : 138 x/menit
- Interval : Teratur
3.5. Perencanaan
1. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
Rasional : Dengan memberikan penjelasan tentang hasil pemeriksaan
diharapkan ibu mengetahui tentang keadaan dirinya.
45
1. Lakukan pengawasan TTV terutama tekanan darah dan tanda-tanda
impending eclampsia pada kunjungan berikutnya.
Rasional : Deteksi dini adanya kelainan.
2. KIE tentang masalah yang sering terjadi dalam kehamilan (nyeri
punggung dan kaki, sulit tidur, kebutuhan istirahat, nutrisi, mobilisasi,
sering BAK, his palsu).
Rasional : mengurangi masalah gejala yang terjadi di trimester III.
3. Informasikan kepada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya ibu
hamil dan bersalin dengan preeklampsia
Rasional : ibu dan keluarga mengetahui tanda-tanda bahaya sehingga
dapat menghubungi bidan tepat waktu.
4. Anjurkan ibu untuk tidak mengkonsumsi obat-obatan kecuali yang telah
dianjurkan dokter
Rasional : obat-obatan yang tidak sesuai berpengaruh pada kesehatan
ibu dan janin.
5. Rencana kunjungan ulang
Rasional : kunjungan ulang diperlukan untuk memantau keadaan ibu
dan janinnya serta memastikan kebutuhan ibu dan janin terpenuhi.
3.6. Penatalaksanaan
Tgl/Jam Penatalaksanaan Petugas
10 Nov 22 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu.
09.45 wib 2. Melakukan pengawasan TTV terutama tekanan Dini
darah dan tanda-tanda impending eclampsia pada
kunjungan berikutnya
3. Memberikan informasi dan edukasi pada ibu dan
keluarga terkait :
a. Odem di kaki, merupakan salah satu gejala tanda
bahwa ibu harus waspada dan tetap melakukan
pemeriksaan apabila odem di kaki menetap
selama 1-2 mgg kedepan.
b. Cara mengatasi rasa pusing yang menetap bisa
46
dengan cara relaksasi, distraksi, menjelaskan
mengapa pusing itu terjadi, dan bahayanya.
c. Kebutuhan istirahat saat ini sangat mempengaruhi
proses pemulihan kondisi ibu. Ibu disarankan
untuk meninggikan kaki (kaki diganjal dengan
banral) saat tidur.
d. Nutrisi pada masa hamil. Ibu disarankan
menghindari konsumsi makanan yg mengandung
tinggi garam, diet tinggi lemak, rendah
karbohidrat. Kecukupan konsumsi air putih ± 1,5-
2 liter.
e. Mobilisasi, ibu dianjurkan untuk membatasi
kegiatan yang dapat membuat ibu kelelahan,
namun ibu boleh untuk berjalan di pagi hari tanpa
alas kaki untuk memperlancar peredarah darah
dan mempersiapkan persalinan nanti (gravitasi
bumi membantu penurunan kepala bayi melalui
jalan lahir), ibu mengerti dan dapat menyebutkan
kembali informasi yang telah diberikan.
4. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga tentang
tanda-tanda bahaya ibu hamil dan bersalin dengan
preeklampsia; kontraksi/his yang menetap dan tidak
hilang saat istirahat, keluar cairan bening berbau
anyir dari kemaluan, perdarahan dari jalan lahir yang
tiba-tiba disertai tanpa rasa sakit/tidak ada rasa sakit.
5. Memberikan terapi sesuai gejala dan advis dokter,
yaitu :
Paracetamol
Multivitamin Hamil (Hufabion)
Kalsium
6. Merencanakan konrol ulang dalam 1-2 minggu ke
depan untuk pamantauan lebih lanjut terkait
47
kesehatan dan kesejahteraan ibu dan janin
Evaluasi : ibu telah memahami dan akan melakukan
pemeriksaan dalam 1 minggu ke depan
3.7. Evaluasi
S : Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan dari bidan, akan meminum
obat apabila terdapat gejala saja dan meminum rutin vitamin, serta akan
kontrol ulang 2 minggu lagi atau apabila ada keluhan.
O : Ibu mampu menjawab pertanyaan dan mengulang penjelasan dari bidan
A : G3 P2002 Ab0 UK 32-34 mgg I/T/H dengan Preeklampsia ibu dan janin
sehat
P :
1. Kontrol ulang untuk pemeriksaan lanjutan
2. Penagwasan kehamilan untuk kesehatan ibu dan janin
3. Kolaborasi dengan dr. Spesialis apabila terdapat komplikasi
48
BAB 4
PEMBAHASAN
49
Penegakan diagnosa pada prinsipnya berdasarkan data hasil anamnesa,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang (Prawirohardjo, 2016). Pada
kasus Ny. “A” data subjektif dan data objektif mendukung penegakan
diagnosa Preeklampsia, Odem kaki, TD 140/90 mmHg, Proteinnuria +1.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk keadaan pada kasus Ny. ”A” mendapatkan terapi
oabat analgetik dan multivitamin hamil.
Pemberian analgetik ditujukan guna mengurangi rasa pusing yang dialami
ibu hamil.
Multivitamin dan kalsium ditujukan guna memenuhi kebutuhan tambahan
zat gizi dan mineral bagi ibu hamil dan janin (Saifudin, 2011).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari keseluruhan asuhan proses
kebidanan. Evaluasi menilai apakah asuhan yang diberikan sudah efektif
atau tidak. Pada kasus ini, evaluasi dinilai dari tersampaikannya dan
mengerti edukasi dan informasi yang disampaiakan pada ibu hamil.
50
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
AKI adalah angka kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan
dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau
pengelolaannya dan bukan karena sebab lain di setiap 100.000 KH. Setiap
hari pada tahun 2015, sekitar 830 perempuan meninggal karena komplikasi
kehamilan dan persalinan. Menurut data World Health Organization (WHO)
tahun 2015, AKI secara global sebesar 216 per 100.000 Kelahiran Hidup.
Penyebab kematian ibu dibagi menjadi dua yaitu penyebab langsung
dan tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu didominasi oleh
Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) (32%), termasuk preeklampsia
(Kemenkes, 2015). Antenatal Care (ANC) merupakan pelayanan
pemeriksaan kesehatan rutin ibu hamil untuk mendiagnosis komplikasi
obstetri serta untuk memberikan informasi tentang gaya hidup, kehamilan
dan persalinan. Setiap ibu hamil sangat dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan ANC komprehensif yang berkualitas
Berdasarkan hal tersebut, tugas kita sebagai bidan adalah memberikan
asuhan dan dukungan serta melakukan pemantauan terhadap kesehatan ibu
dan bayinya. Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Preeklampsia, pada
saat ini untuk mengetahui apakah dalam masa tersebut ibu mengalami
masalah sehingga dapat diberikan suatu penatalaksanaan agar ibu hamil
dapat kembali ke keadaan yang normal lagi.
Dalam kasus Ny. ”A” G3 P2002 Ab0 UK 32-34 mgg I/T/H dengan
Preeklampsia, dari hasil pemeriksaan baik itu secara subjektif maupun
objektif sesuai dengan teori yang ada begitupun dengan
penatalaksanaannya, dimana ibu hamil diberikan asuhan sesuai dengan
kebutuhannya. Sehingga kondisi ibu dan janin diharapkan sehat dan gejala
berkurang hingga proses persalinan.
51
5.2 Saran
5.2.1 Bagi klien
Kesejahteraan ibu hamil dan janin pada masa ini merupakan
kolaborasi, baik dari petugas kesehatan, dari ibu hamil sendiri, maupun
dukungan keluarga. Motivasi ibu hamil untuk tetap menjaga kesehatan fisik
maupun mental selama kehamilan, melakukan semua saran dan anjuran dari
petugas kesehatan agar dapat melalui masa hamil hingga proses persalinan
dengan lancar.
52
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL et al. 2018. Williams Obstetri 25nd.
Jakarta: EGC.
Fraser, Diane M and Cooper, Margaret A. 2011. Myles Buku Ajar Bidan Myles
Buku Ajar Bidan ed.14 revisi, alih bahasa Sri Rahayu, Jakarta: EGC
Leveno KJ, Cunningham FG, Bloom SL et al. 2016. Manual Williams Komplikasi
Kehamilan. Jakarta: EGC.
Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. 2010. Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta: EGC
Saifuddin, AB, Wignjosastro, G., dan Waspodo, D., 2011. Buku acuan nasional
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri Edisi 3. Jakarta: EGC.
53
Varney, H., Kriebs, JM., dan Gegor, C., 2010. Buku ajar asuhan kebidanan
volume 1. Jakarta: EGC.
54