“E” G3P2A0H2
UK 17 MINGGU DI PUSKESMAS MUARA DELANG
KABUPATEN MERANGIN
Disusun oleh:
FADZILATUL RAHMAWATI
Disusun oleh:
Pada tanggal……….2022
Mengetahui,
(……………………………) (………………………………)
(.................................................)
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kelolaan individu yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Ibu Hamil pada Ny. E 40 Tahun di Puskesmas Muara Delang”, dalam
kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar– besarnya
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis telah berupaya
Penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan kritik dan saran
yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan laporan ini dikemudian hari. Akhirnya
penulis berharap, laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Dan dapat memberikan
kontribusi yang positif serta bermakna dalam proses perkuliahan Praktik Klinik Kebidanan.
Amin
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sekitar 85% sampai 90% kehamilan adalah fisiologis namun setiap fase dalam
melakukan deteksi dini. Melakukan ANC sesuai anjuran WHO yaitu kunjungan sebanyak
minimal 4 kali. Selain itu untuk menghindari risiko pada masa nifas dan masa neonatal
Angka kematian ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam derajat
kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu
penyebab kematian terkait dengan gangguan selama masa kehamilan sehingga hal ini
menjadi masalah yang besar di Indonesia menurut Survey Data Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012 disebutkan bahwa angka kematian ibu. Di Indonesia
mencapai 228 per 100.000 dari jumlah kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2012). Salah satu
faktor tidak langsung yang sangat berperan besar dalam komplikasi pada ibu hamil
maupun persalinan adalah kekurangan energy kronis (KEK). Menurut data Profil
Kesehatan Indonesia, diketahui bahwa 53,9% ibu hamil mengalami deficit energi < 70%
angka kecukupan energy (AKE) dan 13,1% mengalami deficit ringan (70-90% AKE).
Untuk kecukupan protein 51,9% ibu hamil mengalami defisit protein < 80% angka
kecukupan protein (AKP) dan 18,8% mengalami defisit ringan 80-99% (Kemenkes RI,
2017).
Beberapa permasalahan yang terjadi pada kehamilan yang berhubungan dengan
gizi adalah gangguan metabolik seperti obesitas, gangguan sistem endokrin seperti
Diabetes tipe II yang dapat mengakibatkan resiko keguguran, koma bahkan kematian, dan
hipertensi pada kehamilan, telah dilaporkan fatalitas kasusnya 1,8% sampai dengan 35%
ibu mengalami komplikasi mayor, sedangkan pada hematologi atau anemia yang
dikarenakan karena kekurangan zat besi, terjadi pada Wanita Usia Subur (WUS) dan
kejadian pada ibu hamil mencapai 51% di seluruh dunia (Elizabet dan Jason, 2012).
Kekurangan energi kronis merupakan suatu kondisi dimana seorang ibu hamil
menderita kekurangan asupan makan yang berlangsung dalam jangka waktu lama
peningkatan kebutuhan zat gizi pada masa kehamilan tidak dapat terpenuhi (Kemenkes,
2015). Sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi khususnya
adalah gizi kurang seperti kurang energi kronik dan anemia gizi (Mochtar, 2007). Lingkar
lengan atas (LILA) adalah jenis pemeriksaan antropometri yang digunakan untuk
mengukur risiko KEK pada wanita usia subur yang meliputi remaja, ibu hamil, ibu
menyusui dan Pasangan Usia Subur (PUS). Sedangkan ambang batas LILA pada WUS
dengan resiko KEK adalah 23,5 cm dan apabila kurang dari 23,5 cm wanita tersebut
permasalahan, baik pada ibu maupun janin. KEK pada ibu hamil dapat menyebabkan
risiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak
bertambah secara normal, dan serangan penyakit infeksi. Sedangkan pengaruh KEK
terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan
sebelum waktunya (prematur), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan
operasi cenderung meningkat. KEK ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal,
cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intrapartum (mati dalam kandungan), lahir
Faktor-faktor yang berhubungan dengan KEK pada ibu hamil diantaranya adalah
keadaan sosial ekonomi yang mengakibatkan rendahnya pendidikan, jarak kelahiran yang
terlalu dekat menyebabkan buruknya status gizi pada ibu hamil, banyaknya bayi yang
dilahirkan (paritas), usia kehamilan pertama yang terlalu muda atau masih remaja dan
pekerjaan yang biasanya memiliki status gizi lebih rendah apabila tidak diimbangi dengan
asupan makanan dalam jumlah yang cukup (Ary dan Rusilanti, 2013)
B. RUMUSAN MASALAH
Kebidanan berkesinambungan kehamilan pada ibu dengan faktor resiko umur >35 tahun
dan KEK?
1. Tujuan Umum
bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
e. Menentukan perencanaan
f. Melakukan penatalaksanaan
g. Mengevaluasi tindakan
D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Penulis
sehingga mendapatkan pengalaman yang nyata bagi penulis dalam proses pembuatan
laporan.
Klien dan keluarga dapat mencegah dan mendeteksi secara dini serta dapat segera
terutama mengenai pendekatan manajemen kebidanan pada pra nikah dengan usia
dini
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEHAMILAN
1. Definisi
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid
1) Uterus
hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Pada perempuan tidak
hamil uterus mempunyai berat 70g dan kapasitas 10ml atau kurang. Selama
kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin,
plasenta dan cairan amnion yang volume totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat
mencapai 20 liter atau lebih dengan berat rata-rata 1100g. Pembesaran uterus meliputi
peregangan dan penebalan selsel otot sementara. Pada akhir kehamilan 12 minggu
uterus akan menyentuh dinding abdominalmendorong usus kesamping, dan keatas, terus
tumbuh hingga hampir menyentuh hati. Sejak trimester pertama kehamilan uterusakan
mengalami kontraksi yang tidak teratur dan umumnya tidak disertai nyeri. Pada trimester
kedua kontraksi ini dapat dideteksi dengan pemeriksaan bimanual. Fenomena ini disebut
Braxton Hicks. Pada bulan terakhir kehamilan biasanya kontraksi ini sangat jarang dan
meningkat pada satu atau dua minggu sebelum persalinan (Prawirohardjo, 2010).
2) Serviks
Perubahan yang penting pada serviks dalam kehamilan adalah menjadi lunak.
Sebab pelunakan ini adalah pembuluh darah dalam serviks bertambah, timbulnya
oedema dari serviks dan hyperplasia serviks. Pada akhir kehamilan serviks menjadi
sangatlunak dan portio menjadi pendek (lebih dari setengahnya mendatar) dan dapat
3) Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru
juga ditunda.hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini
akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan
(Prawirohardjo, 2010).
mukosa, mengendornya jaringan ikat dan hipertrofi sel otot polos. Peningkatan volume
sekresi vagina juga terjadi, sektresi akan berwarna keputihan, menebal dan PH antara
3,5-6 yang merupakan hasil dari peningkatan produksi asam laktat glikogen yang
(Prawirohardjo, 2010).
5) Payudara
Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena dibawah kulit
akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman dan tegak. Setelah
bulan pertama cairan kuning bernama kolostrum akan keluar. Kolostrum ini berasal
dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air
susu belum dapat diproduksi karena hormon prolaktin ditekan oleh prolaktin inhibiting
6) Sistem Kardiovaskuler
darah pula, mamae dan alat lain yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan.
Tekanan darah akan turun selama 24 minggu pertama kehamilan akibat terjadi
penurunan dalam perifer vaskuler resistensi yang disebabkan oleh pengaruh pergangan
mencapai level maksimumnya selama trimester pertama atau kedua dan tetap tinggi
selama persalinan. Pada usia kehamilan 16 minggu mulai jelas terjadi hemodilusi.
Setelah 24 minggu tekanandarah sedikit demi sedikit naik kembali pada tekanan darah
sebelum aterm. Hemodilusi penambahan volume darah sekitar 25% dengan puncak
pada usia kehamilan 32 minggu, sedangkan hematokrit mencapai level terendah pada
Tanda-tanda pasti hamil yaitu teraba gerakan janin didalam rahim, terdengar bunyi
jantung, pada pemeriksaan rotgen dan ultrasonografi terlihat kerangka janin, kantong
kehamilan (Manuaba,2012).
C. PENYEBAB
Kehamilan risiko adalah keadaan buruk pada kehamilan yang dapat mempengaruhi
keadaan ibu maupun janin apabila dilakukan tata laksana secara umum seperti yang
menyimpang dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian
ibu maupun bayi (Meilani, 2009). Ibu hamil digolongkan dalam tiga golongan risiko
berdasarkan karakteristik ibu. Risiko golongan ibu hamil menurut Muslihatun (2009),
meliputi:
Ibu hamil dengan kondisi kesehatan dalam keadaan baik dan tidak
Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor risiko tingkat
sedang, misalnya ibu yang usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
tinggi badan kurang dari 145 cm dan lain-lain. Faktor ini dianggap nantinya akan
Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor-faktor risiko
tinggi, antara lain adanya anemia pada ibu hamil. Faktor risiko ini dianggap akan
menimbulkan komplikasi dan mengancam keselamatan ibu dan janin baik pada
Faktor risiko adalah kondisi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan
menyebabkan kematian atau kesakitan pada ibu dan bayinya (Rochjati, 2011).
Puji Rochjati mengemukakan batasan faktor risiko pada ibu hamil ada 3
1) Kelompok Faktor risiko I (Ada Potensi Gawat Obstetri / APGO) Deteksi ibu
hamil berisiko Ada potensi Gawat Obstetri artinya adalah masalah kehamilan
yang perlu diwaspadai. Kelompok risiko ini digambarkan dalam tabel berikut,
Tabel 1. Faktor risiko yang terdapat dalam kelompok I
Primi Tua
Umur > 35 tahun Terlalu tua, hamil umur 35 tahun atau lebih
Tinggi badan < 145 cm Terlalu pendek pada ibu dengan hamil pertama, hamil kedua atau
lebih, tetapi belum pernah melahirkan normal/spontandengan bayi
cukup bulan dan hidup
Pernah gagal
kehamilan (abortus)
1) Hamil kedua yang pertama gagal
1) Vakum
2) Manual plasenta
gemeli, kembar air atau hidramnion, bayi mati dalam kandungan, Kehamilan
Perdarahan sebelum bayi lahir dan pre eklamsia berat atau eklampsia.
Pada kelempok faktor risiko III, ini harus segera di rujuk ke rumah sakit sebelum
dan tindakan pada waktu itu juga dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan
bayinya.
a. Pengertian
kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, masa nifas,
persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi (Manuaba dkk., 2010).
Kontak minimal 4 kali dilakukan trimester I satu kali, trimester II satu kali dan
trimester III dua kali. Kunjungan ulang yang dilakukan tiap 4 minggu sampai umur
kehamilan 28 minggu, tiap 2 minggu sampai umur kehamilan 36 minggu, dan tiap
c. Pelayanan ANC
Detak jantung janin normal antara 120-160 kali per menit. Pemeriksaan ini
digunakan untuk menentukan frekuensi denyut jantung janin per menit, teratur atau tidak,
11) KIE
Tatalaksana atau penanganan kasus KIE efektif Pada data tingkat pengetahuan
yang masih kurang juga dapat diatasi dengan memberikan penjelasan dan konseling
Patofisiologi penyakit gizi kurang terjadi melalui lima tahapan yaitu: pertama,
ketidakcukupan zat gizi. Apabila ketidakcukupan zat gizi ini berlangsung lama maka
Kedua, apabila ini berlangsung lama, maka akan terjadi kemerosotan jaringan, yang
ditandai dengan penurunan berat badan. Ketiga, terjadi perubahan biokimia yang dapat
ditandai dengan tanda yang khas. Kelima, terjadi perubahan anatomi yang dapat dilihat
dari munculnya tanda klasik. Proses terjadinya KEK merupakan akibat dari faktor
lingkungan dan faktor manusia yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi, maka
simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan ini
berlangsung lama maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan
jaringan.
Metode untuk Penilaian Status Gizi dibagi ke dalam tiga kelompok. Pertama,
metode secara langsung yang terdiri dari penilaian tanda klinis, tes laboratorium, metode
biofisik, dan antropometri. Kedua, penilaian dengan statistik kesehatan (tidak langsung).
Kelompok terakhir adalah penilaian dengan melihat variabel ekologi. Dari sekian banyak
metode PSG, metode langsung yang paling sering digunakan adalah antropometri
(Arisman, 2010). Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan
menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), Lingkar Lengan Atas
(LILA), Lingkar Kepala, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Indeks Massa Tubuh menurut
Umur (IMT/U). Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling mudah.
TB/U, BB/U, dan BB/TB direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk
menentukan status gizi balita (Gibney, Barrie, John et al., 2008 dalam Adriani, 2012).
Sedangkan untuk indeks antropometri yang umum digunakan pada orang dewasa (usia 18
tahun ke atas) adalah indeks massa tubuh (IMT). IMT tidak dapat digunakan pada bayi,
anak, remaja, ibu hamil, olahragawan, dan orang dengan keadaan khusus seperti edema,
Menurut Kristiyanasari (2010) yang dikutip dalam buku Gizi Ibu Hamil, ada
beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil, antara lain
(1) memantau penambahan berat badan selama hamil, (2) mengukur LILA untuk
mengetahui apakah seseorang menderita KEK dan (3) mengukur kadar Hb untuk
mengetahui kondisi ibu apakah menderita anemia yang merupkakan faktor resiko
kekurang gizi.
Pelayanan gizi pada ibu hamil mengikuti standar pelayanan antenatal terpadu
yang meliputi timbang berat badan dan ukur tinggibadan, nilai status gizi (ukur LILA),
memberikan tablet tambah darah (TTD), tatalaksana kasus, dan temu wicara/konseling
2) Penentuan Status Gizi a) Normal jika LILA ≥ 23,5 cm b) KEK jika LILA <
23,5 cm Selain status gizi perlu diperhatikan kondisi ibu hamil yang berisiko. Disebut Ibu
3) Pelayanan Antenatal Terpadu Ibu Hamil dengan KEK Setiap ibu hamil
mempunyai risiko mengalami masalah gizi terutama KEK, oleh karena itu semua ibu
hamil harus menerima pelayanan antenatal yang komprehensif dan terpadu. Tujuan
pelayanan antenatal terpadu meliputi: deteksi dini, pengobatan dan penanganan gizi yang
tepat terhadap gangguan kesehatan ibu hamil termasuk masalah gizi terutama KEK;
terutama masalah gizi pada ibu hamil KEK; pencegahan terhadap penyakit dan
komplikasinya akibat KEK melalui penyuluhan kesehatan dan konseling (Direktorat Bina
Gizi, 2015). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil dengan hasil pemeriksaan antropometri,
LILA < 23,5 cm dan harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga
kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
Secara umum pelayanan gizi pada ibu hamil KEK di fasilitas pelayanan kesehatan
dilakukan sesuai dengan karakteristik wilayah (epidemiologis dan/atau sosial budaya dan
kemampuan local). Pelayanan gizi dapat dilakukan oleh tenaga gizi dan bidan (Direktorat
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin
dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan
berat badan lahir rendah (BBLR). Gizi yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun
pada waktu sedang hamil, lebih sering mengakibatkan abortus, BBLR (bayi berat lahir
rendah), hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi lahir
mudah terkena infeksi, lahir mati, dan jarang menyebabkan cacat bawaan. Kurang gizi
yang kronis pada masa anak-anak, dengan/tanpa sakit yang berulang, akan menyebabkan
bentuk tubuh yang stunting/kuntet pada masa dewasa. Ibu-ibu yang mengalami kondisi
Berat bayi yang dilahirkan dapat dipengaruhi oleh status gizi ibu, baik sebelum
hamil maupun saat hamil. Status gizi ibu sebelum hamil juga cukup berperan dalam
pencapaian gizi ibu saat hamil. Pada penelitian Rosemeri ( dalam Weni, 2010:68)
menunjukan bahwa status gizi ibu sebelum hamil mempunyai pengaruh yang bermakna
terhadap kejadian BBLR. Ibu dengan LILA kurang dari 23,5cm sebelum hamil
mempunyai resiko 4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu
dengan LILA >23,5cm. Kamariyah da Musyarofah mengatakan bahwa gizi ibu sebelum
dan saat hamil juga dapat mempengaruhi berat lahir bayi, misalnya defisiensi zat gizi
makro karena kekurangan energi kronis (LILA <23,5 cm). Apabila ibu hamil mengalami
KEK, maka janin tidak mendapatkan asupan gizi optimal, sehingga pertumbuhan dan
perkembangan janin terganggu. LILA diikuti dengan pertambahan berat badan selama
kehamilan adalah faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi saat lahir.
I. KEWENANGAN BIDAN
Bidan dapat melakukan pelayanan gizi untuk ibu hamil KEK jika tidak ada tenaga
gizi. Kegiatan tatalaksana gizi yang dilakukan bidan yaitu (Direktorat Bina Gizi, 2015):
(1) Edukasi pola makan. (2) Pemberian makanan tambahan ±500 kkal, 15 gr protein per
hari dan pantau perkembangan janin oleh bidan. (3) Apabila tidak terjadi kenaikan BB 1
kg/bulan (Trimester I) dan 2 kg/bulan (Trimester II dan III) segera merujuk ke dokter dan
tenaga gizi.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. SUBJEKTIF
1. Biodata
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Bisma Desa Bunga antoi Alamat : Jl. Bisma Desa Bunga Antoi
Gol.Darah : - Gol.Darah : -
3. Keluhan Utama
Ibu mengeluh mudah merasa lelah, nafsu makan berkurang dan kadang – kadang
4. Riwayat Menstruasi
5. Riwayat Perkawinan
Kawin Ke : 1 kali
Ini
a. HPHT : Lupa
b. TP : -
Tidak menderita penyakit seperti infertilitas, cervisitis cronis, polip serviks, infeksi
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit yang pernah diderita seperti Jantung,
Hipertensi, Diabetes Melitus, TBC, Asma, Hepatitis serta tidak ada riwayat operasi
abdomen/SC.
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit yang menyertai kehamilan seperti
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga yang pernah diderita seperti
a. Nutrisi
Porsi : 1 piring
b. Eliminasi
c. Personal hygiene
Mandi : 2x sehari
Keramas : 1x seminggu
Genetalia : Bersih
e. Olahraga
Frekuensi : 2x seminggu
f. Hubungan seksual
g. Kebiasaan hidup
Obat-obatan : Bidan
1). Psikososial
- Ibu mengatakan perasaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan yang ketiga ini
- Ibu mengatakan tempat dan petugas yang diinginkan untuk membantu persalinan
B. OBJEKTIF
1. Data umum
b. Kesadaran : Composmentis
3). LILA : 23 cm
e. Tanda-tanda vital
2. Data khusus
a. Kepala
Hidung : Normal, bersih, tidak ada secret, dan tidak ada polip
c. Payudara
d. Abdomen
1) Inspeksi : tidak ada bekas luka operasi, linea alba, tidak ada strie, pembesaran
3) Auskultasi
e. Ekstremitas
Perkusi :
f. Kulit
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Golongan Darah :
2) HB : gr%
3) Urin :
C. ASSESMENT
Ibu hamil G3 P2 A0 H2, usia kehamilan 17 minggu, dengan Kekurangan Energi Kronik
D. PLANNING
2. Anjurkan ibu untuk menambah asupan nutrisi dengan cara sering ngemil dan
3. Ajarkan ibu cara menyusun menu gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung
6. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi beban kerja
E. PELAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum ibu baik, kesadaran
periksaan didapatkan ibu hamil 17 minggu, teraba ballotemen 1 jari dibawah pusat.,.
2. Menganjurkan ibu untuk menambah asupan nutrisi dengan cara sering ngemil dan
3. Mengajarkan ibu cara menyusun menu gizi seimbang yaitu dengan mendemokan isi
piringku (1/3 makanan pokok, 1/3 sayuran, 1/3 untuk lauk dan buah)
4. Memberikan suplemen tambah darah 30 tablet, sehari sekali waktu malam atau disaat
makan.
keping 3x sehari)
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dengan tidur siang ± 2 – 3 jam serta
tidur malam tidak terlalu larut ± 8 jam dan mengurangi aktivitas rumah tangga untuk
8. Menganjurkan ibu untuk periksa 1 bulan kemudian atau jika ada keluhan
Evaluasi : Ibu bersedia untuk memeriksakan kehamilannya bulan depan atau jika ada
keluhan
A. SUBJEKTIF
2. Ibu mengatakan sudah meminun TTD yang diberikan tetapi kadang lupa
3. Ibu mengatakan sudah memakan PMT yang diberikan tetapi tidak rutin karena terlalu
eneg
B. OBJEKTIF
2. Kesadaran : Composmentis
4. Lila : 23,5 cm
5. Hasil pemeriksaan Tripel Eliminasi : Hepatitis (Negatif), Sifilis (Negatif), HIV AIDS
(Non Reaktif)
6. HB : 10,5
C. ASSESMENT
2. Anjurkan ibu untuk rutin meminum TTD setiap hari karena HB dibawah normal
4. Anjurkan ibu untuk lebih banyak makan sayuran hijau dan buah
E. EVALUASI
Analisis kasus merupakan bagian dari laporan kasus yang akan membahas
kesenjangan dan hambatan selama penulis melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. E
dengan factor resiko. Kesenjangan tersebut menyangkut antara teori dan praktek langsung
dilapangan.
Pengumpulan data dasar dilakukan untuk mengumpulkan data tentang pasien. Pada
pengkajian data kasus ny. E G3P2A0H2 umur 40 tahun ditemukan data subjektif berupa keluhan
utama sering lemas,nafsu makan menurun, cepat lelah dan kadang pusing. Hal ini sesuai dengan
teori menurut Varney (2006) disebutkan bahwa keluhan pada penderita KEK dan anemia antara
lain : lemah, mengantuk, pusing, lelah, nafsu makan turun, mual dan muntah, konsentrasi hilang
dan nafas pendek. Selain itu didapatkan juga paritas Ny.E yang lebih dari 2x. Hal ini tidak
sesuai dengan teori bahwa ibu yang pernah hamil atau melahirkan anak 4 kali atau lebih,
kemungkinan banyak akan mengalami masalah gizi seperti gizi kurang dan anemia (Supriyanto,
2011). Sehingga disini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus nyata. Selain itu
didapatkan pula data objektif dalam kasus Ny.E G3P2A0H2 hamil dengan KEK berupa hasil
pengukuran LILA 23 cm, hal ini sesuai dengan teori yaitu ibu yang memiliki LILA kurang 23,5
cm memiliki resiko KEK (Supariasa, 2011). Pada pemeriksaan penunjang yang dilakukan
hanyalah pengukuran kadar Hb saja, hal ini tidak sesuai dengan teori Supariasa (2012) yang
seharusnya dilakukan pemeriksaan kadar serum protein dan serum protein albumin untuk menilai
kadar protein dalam darah yang dapat memperkuat diagnosa KEK, sehingga terdapat
kesenjangan pemeriksaan penunjang antara teori dengan kasus nyata, yaitu tidak dilakukannya
Pada kasus ini diagnosa yang dapat ditegakkan adalah 17 minggu janin tunggal hidup
intra uterin, preskep, puka dengan KEK dan anemia ringan. Dengan data dasar subjektif
didapatkan ibu sering mengalami lemas, pusing, pucat pada muka dan kuku jari tangan serta
merasa cepat lelah saat beraktifitas. Hal ini sesuai dengan teori yaitu pada penderita anemia
biasanya didapatkan keadaan umum lemas, muka, conjungtiva, ekstremitas atas pada ujung jari
terlihat dan ekstremitas bawah pada telapak tampak pucat, cepat leleh saat beraktifitas (Varney,
2007). Pada data dasar objektif didapatkan hasil pengukuran LILA 23 cm, hal ini sesuai pada
teori batas ambang LILA normal untuk ibu hamil adalah 23,5 cm (Supariasa, 2012). Kemudian
didapatkan pula hasil pemeriksaan Hb untuk Ny.E adalah 10,5 gr/dl yangberarti ny.E mengalami
anemia, hal ini sesuai dengan teori bahwa kadar Hb normal untuk seorang wanita yang hamil
pada usia kehamilan trimester 2 adalah 10,5 gr/dl (Supariasa, 2011). Sehingga tidak terdapat
Pada kasus Ny.E hamil dengan KEK masalah yang terjadi adalah ibu mengalami
anemia ringan, hal ini dikarenakan hasil pemeriksaan Hb yang hanya 10,3 gr/dl. Hal ini sesuai
dengan teori Sandjaja (2009) yang mengatakan bahwa komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu
hamil dengan KEK adalah anemia. Sedangkan menurut Waryana (2010) kadar Hb yang normal
untuk ibu hamil trimester 1 dan 3 adalah11,0 gr/dl, sedangkan untuk trimester 2 yaitu 10,5.
Sehingga tidak terdapat kesenjangan masalah antara teori dengan kasus nyata.
Kebutuhan yang ditetapkam untuk Ny.E G3P2A0 hamil dengan KEK adalah
memberikan konseling tentang pemenuhan nutrisi bergizi seimbang. Hal ini sesuai dengan teori
kebutuhan ibu hamil KEK adalah dengan memberikan konseling tentang kebutuhan pemenuhan
nutrisi dengan cara mengkonsumsi makanan bergizi seimbang (Kristiyanasari, Proverawati dan
Siti, 2009). Sedangkan untuk kasus anemia sedang, ibu diberika terapi tablet SF 200 mg/hari. Hal
ini sesuai dengan teori Manuaba (2009) untuk penanganan kasus anemia pada kehamilan
diberikan terapi SF 200 mg. Didapatkan pula hasil pemeriksaan Hb untuk Ny.E adalah 10,3 gr/dl
yang berarti ny.E mengalami anemia, hal ini sesuai dengan teori bahwa kadar Hb normal untuk
seorang wanita yang hamil pada usia kehamilan trimester 2 adalah 10,5 gr/dl (Supariasa, 2011).
Sehingga tidak terdapat kesenjangan diagnosa antara teori dan kasus nyata.
Perencanaan penaganan pada kasus Ny.E G3P2A0 hamil dengan KEK adalah dengan
melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan terapi. Hal ini sudah sesuai dengan
teori bahwa pada kasus KEK perencanaan asuhan yang diberikan adalah dengan memberikan
penyuluhan kepada Ny. E untuk mengkonsumsi makanan yang berpedoman gizi seimbang dan
peningkatan variasi dan jumlah makanan (Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2011). Selain itu,
bidan juga memberikan PMT Pemulihan bagi ibu hamil. Hal ini sesuai dengan teori yang diambil
dari program Kementrian Kesehatan RI yang menyediakan anggaran untuk kegiatan pemberian
PMT pemulihan bagi ibu hamil yang memiliki LILA <23,5 cm. Sedangkan untuk kasus anemia
ringan, perencanaan terapi yang diberikan adalah pemberian tablet sulfat ferosus dan konseling
mengenai kebutuhan nutrisi dan zat besi selama proses kehamilan. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa pada anemia diberikan terapi 200 mg (Robson, 2011) dan memberikan konseling
mengenai tablet zat besi pada ibu (Sulistyawati, 2009). Selain itu perencanaan yang perlu
dilakukan adalah pemantauan kadar Hb dan BB pada pemeriksaan berikutnya. Hal ini sesuai
dengan teori, yaitu perlu dilakukan pemantauan terhadap kenaikan berat badan ibu dan kadar Hb
setiap kali ANC. (Yuni, 2010 ; Kristyanasari, 2011). Sehingga tidak ditemukan adanya
dilakukannya pemantauan pada kenaikan BB, LILA, TFU dan gerakan janin. Hal ini sesuai
dengan teori yaitu dalam kasus hamil dengan KEK perlu dilakukan pemantauan kenaikan berat
badan, yaitu ada tidaknya pertambahan berat badan, pertambahan ukuran LILA dan pertambahan
TFU (Halimatussakdiah, 2010). Sedangkam untuk kasus anemia ringan, telah dilakukan
pemeriksaan kadar Hb setiap kunjungan ANC. Hal ini sesuai dengan teori menurut teori
Saifuddin (2006), evaluasi dari kasus ibu hamil dengan anemia adalah naiknya kadar Hb
sehingga kondisi ibu membaik atau menurunnya kadar Hb sehingga ibu mengalami tingkat
anemia yang lebih lanjut. pada kasus ini, dari hasil evaluasi tindakan dan pemantauan selama
kurang lebih 1 bulan, yang dilakukan secara teliti dan cermat pada Ny. E G3P2A0 dengan KEK
dan anemia defisiensi besi ringan mendapatkan hasil kondisi ibu membaik. keluhan pusing,
lemas dan cepat lelah berkurang. Peningkatan berat badan ibu lumayan baik yaitu dari 55 kg
menjadi 588 kg, ukuran LILA juga mengalami peningkatan yaitu dari 23 cm menjadi 23,5 cm
dan TFU Ibu juga mengalami peningkatan yang sebelumnya 1 jari dibawah pusat menjadi
sepusat. Selain itu kadar Hb ibu meningkat dari 10,3 g/dl menjadi 11 g/dl sehingga ibu
mengalami perbaikan keadaan dari anemia defisiensi besi ringan menjadi tidak anemia. Sehingga
tidak terdapat kesenjangan tindakan evaluasi antara teori dengan kasus nyata.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
kronis di Puskesmas Muara Delang, Kabupaten Merangin pada tahun 2022, penulis
1. Hasil pengkajian pada NY. E didapatkan, Ny E mengalami KEK. Saat ini Ny. E
mengeluhkan kadang kepala pusing,, badan terasa lemah dan mudah lelah saat
2. Dalam teori bahwa pada pengkajian data ibu hamil dengan KEK didapatkan
tanda dan gejala yaitu: lemah, mengantuk, pusing, lelah, nafsu makan turun, mual dan
muntah, konsentrasi hilang dan nafas pendek . Pada kasus Ny E juga ditemukan tanda
4. Evaluasi dari asuhan yang dilakukan yaitu dilakukan kunjungan rumah, dimana
pada kunjungan rumah yang dilakukan pada tanggal 23 Januari 2021, mendapatkan hasil
kondisi ibu membaik. keluhan pusing, lemas dan cepat lelah berkurang. Peningkatan
berat badan ibu lumayan baik yaitu dari 55 kg menjadi 588 kg, ukuran LILA juga
mengalami peningkatan yaitu dari 23 cm menjadi 23,5 cm dan TFU Ibu juga mengalami
peningkatan yang sebelumnya 1 jari dibawah pusat menjadi sepusat. Selain itu kadar Hb
ibu meningkat dari 10,3 g/dl menjadi 11 g/dl sehingga ibu mengalami perbaikan keadaan
dari anemia defisiensi besi ringan menjadi tidak anemia. Sehingga tidak terdapat
B. SARAN
memahami masalah dengan baik, melakukan asuhan dengan tepat sehingga tercapai
tujuan dari asuhan yang komprehensif dan mendokumentasikan hasil tindakan yang telah
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, S. 2011. Bandung. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekurangan energi kronis pada
ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Wedi Klaten.
Kemenkes RI, 2012. Kekurangan Energi Kronik dan Wanita Usia Subur
L, Rahmi. 2017. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kekurangan Energi Kronik pada ibu
hamil di Puskesmas Belimbing Padang. vol 8 No. 1
Usman, A. 2019. Hubungan Sosial Ekonomi Dan Asupan Gizi Ibu Dengan Kejadian Kekurangan
Energi Kronik Pada Ibu Hamil. VOL.
Utami, dkk. 2020. Kekurangan Energi Kronis pada Ibu hamil Trimester 1 Berdasarkan Usia dan
graviditas. Vol.5. No.1. pp (18-25)