Dosen Pembimbing :
Annisa Dwi N
Kharinda Anjelly F
Lovia Angraini
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Asuhan Kebidanan yang berjudul : “Issue Etik dan Moral
dalam Pelayanan Kebidanan” tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini bersumber dari semua data yang kami peroleh baik dari media
cetak, media elektronik, serta bimbingan dari dosen mata kuliah. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih kepada Bunda Elvi Destariyani, SST, M.Kes selaku dosen mata kuliah
Asuhan Kebidanan 1, rekan-rekan prodi DIV Kebidanan tingkat 1 Poltekkes Kemenkes
Bengkulu, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik
dari segi isi maupun penulisannya. Dalam hal ini kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak dalam menyusun makalah ini sehingga dapat menjadi makalah
yang baik dan bermanfaat bagi kita semua, terutaman mahasiswa Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................
C. Manfaat Penulisan.......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Kehamilan..................................................................................
A. Pengkajian
B. Interprtasi Data
E. Intervensi
F. Implementasi
G. Evaluasi
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu proses yang dimulai sejak pembuahan sampai dengan lahirnya hasil
pembuahan. Kehamilan mempengaruhi tubuh ibu secara keseluruhan dengan menimbulkan perubahan
fisiologi yang pada hakekatnya terjadi di seluruh sistem organ (Kusmiyati dkk, 2009).
Salah satu perubahan yang terjadi yaitu perubahan sirkulasi darah ibu, termasuk di dalamnya perubahan
pada sel darah.Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk mengimbangi pertumbuhan janin
dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah merah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah
sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis (Manuaba, 2010).
World Health Organization (WHO) memperkirakan di seluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap
tahun saat hamil atau bersalin.Di Indonesia menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007, angka kematian ibu masih cukup tinggi, yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup.Prioritas penyebab
langsung kematian ibu adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), abortus (5%) dan partus
lama (5%).Perdarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu, anemia dan kekurangan
energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan dan infeksi (Profil
Kesehatan Indonesia, 2010).
Angka kematian ibu (AKI) provinsi Jawa Tengah tahun 2010 adalah 104 per 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian ibu tersebut disebabkan karena perdarahan ( 19,65 % ), infeksi ( 5,51% ), eklampsia
( 31,02 % ), lain – lain (38,61 % ) (Mardiatmo, 2010 ). Angka kematian ibu (AKI) di Surakarta pada tahun
2009 adalah 153,82 per 100.000 kelahiran hidup, mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun 2008
49,01 per 100.000 kelahiran hidup .
Sedangkan target Millenium Development Goal’s (MDG’s) salah satunya adalah mengurangi angka
kematian ibu (AKI) di seluruh dunia sebesar 75% dari tahun 1900 ke 2015. Sebagai gambaran pada tahun
1990 AKI di Indonesia masih sekitar 408/100.000 kelahiran hidup, sesuai target MDG’s di tahun 2015
akan menjadi 102/100.000 kelahiran hidup. Di sisi lain berdasarkan analisis trend penurunan AKI periode
1900 – 2015 ternyata diperkirakan hanya akan mencapai 52-55% sehingga kemungkinan besar target
MDG’s tentang AKI di Indonesia sulit tercapai (Bapenas, 2007). Penyebab tidak langsung kesakitan dan
kematian ibu adalah kejadian anemia pada ibu hamil sekitar 51% dan pada ibu nifas 45% (Depkes,2003).
Letak lintang terjadi bila sumbu memanjang ibu membentuk sudut tegak lurus dengan sumbu
memanjang janin. Insidensi letak lintang adalah sekitar 1:500. Keadaan ini merupakan malposisi yang
gawat dan tidak bisa dibiarkan begitu saja. Letak lintang merupakan suatu kondisi berbahaya dan
memiliki resiko tinggi bagi ibu dan janin karena dapat menyebabkan persalinan macet ( Harry Oxorn
William R. Forte. 2010).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan kehamilan patologi pada Ny. A umur 23 tahun G2 P1
A0 usia kehamilan 29 minggu dengan kehamilan letak lintang dengan manajemen 7 langkah Varney
secara komprehensif.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data dasar subyektif dan obyektif pada asuhan
kebidanan Ny. A umur 23 tahun G2 P1 A0 usia kehamilan 29 minggu dengan letak lintang di Puskesmas
Ngaliyan.
b. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi data pada asuhan kebidann Ny. A umur 23 tahun G2
P1 A0 usia kehamilan 29 minggu dengan letak lintang di Puskesmas Ngaliyan.
c. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa potensial pada asuhan kebidanan sesuai dengan 7
langkah Varney.
d. Mahasiswa mampu menentukan tindakan segera pada asuhan kebidanan Ny. A umur 23 tahun G2
P1 A0 usia kehamilan 29 minggu dengan letak lintang di Puskesmas Ngaliyan sesuai dengan 7 langkah
Varney.
e. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan segera pada asuhan kebidanan Ny. A umur 23 tahun
G2 P1 A0usia kehamilan 29 minggu dengan letak lintang di Puskesmas Ngalian sesuai dengan 7 langkah
Varney.
f. Mahasiswa mampu menentukan evaluasi pada asuhan kebidanan Ny. A umur 23 tahun G2 P1 A0
usia kehamilan 29 minggu dengan letak lintang di Puskesmas Ngaliyan sesuai dengan 7 langkah Varney.
C. Manfaat Penulisan
Dapat digunakan sebagai landasan akan pentingnya Antenatal Care selama kehamilan terutama
berkaitan dengan letak dan posisi janin sehingga dapat diketahui lebih dini adanya kelainan dan tindakan
antisipasi.
2. Bagi penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai asuhan kebidanan padaibu hamil dengan letak
lintang.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Kehamilan
A. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan ovum, terjadi
migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi (implantasi) pada
uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010).
Kehamilan merupakan proses yang alamiah (normal) dan bukan proses patoligis, tetapi kondisi normal
dapat menjadi patologi/abnormal. Menyadari hal tersebut dalam melakukan asuhan tidak perlu
melakukan intervensi-intervensi yang tidak perlu kecuali ada indikasi (Kusmiyati dkk, 2009).
B. Diagnosa Kehamilan
2) Rahim membesar
3) Tanda hegar
Tanda hegar diketahui melalui pemerikasaan bimanual pada usia pada usia kehamilan 6-8 minggu. Pada
pemeriksaan ini akan didapatkan konsistensi rahim, terutama pada bagian isthmus uteri teraba lunak.
4) Tanda Chadwick, yaitu warna kebiruan pada serviks, vagina, dan vulva.
5) Tanda piskacek, yaitu pembesaran uterus ke salah satu arah sehingga menojol jelas
kearah pembesaran tersebut.
6) Braxton hiks
8) Ballottement positif
Jika dilakukan pemeriksaan palpasi di perut ibu dengan cara menggoyangkan-goyangkan salah satu sisi,
maka akan terasa “ pantulan” di sisi yang lain.
Tes urine dilaksanakan minimal satu minggu setelah terjadi pembuahan. Tujuan dari pemeriksaan ini
adalah mengetahui kadar hormone gonadotropin dalam urine (Sulistyawati, 2009).
2) Nausea (enek),anoreksia (tidak ada nafsu makan), emesis (muntah), dan hipersalivasi
(umor).
3) Pusing.
4) Miksi/sering buang air kecil.
5) Konstipasi.
7) Varices.
8) Payudara menegang.
9) Perubahan perasaan.
2) Denyut jantung janin (laenec 18-20 minggu, dopler 12 minggu) (Kusmiyati, 2009).
1) Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh hormon estrogen dan
progesterone. Hipertropi (pembesaran serabut otot dan jaringan fibroelastis yang sudah ada) otot polos
uterus dan serabut-serabut kolagen yang menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen
sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin. Selain uterus bertambah besar uterus juga
mengalami perubahan berat, bentuk dan posisi.Dinding otot menjadi kuat dan elastis, fundus serviks
mudah fleksi.Pada kehamilan 8 minggu uterus dan serviks melunak dan membesar sehingga fundus
menekan kandung kemih mengakibatkan wanita hamil sering berkemih. Pembesaran uterus di tiap-tiap
usia kehamilan, meliputi:
b. Pada kehamilan 10-12 minggu sebesar telur angsa. Ismus hypertropi menjadi lebih
panjang dan lunak (tanda hegar). Pada saat itu fundus uteri telah dapat diraba dari luar di atas sympisis.
c. Kehamilan 16 minggu, uterus sebesar kepala bayi. Diluar fundus kira-kira terletak
pertengahan antara pusat dan simfisis. Ismus bagian sari corpus uteri.
d. Kehamilan 20 minggu, fundus terletak kira-kira 2 jari dibawah pusat sampai di pinggir
bawah pusat.
g. Kehamilan 32 minggu, fundus uteri terletak pada pertengahan antara pusat dengan
prosesus xipoideus (± 27).
h. Kehamilan 36 minggu, fundus uteri terletak kira-kira 1 jari dibawah prosesus xipoideus
(± 30).
i. Kehamilan 40 minggu, fundus uteri terletak kira-kira 3 jari dibawah prosesus xipoideus.
Pada trimester terakhir ismus lebih nyata menjadi korpus uteri dan berkembang menjadi segmen bawah
rahim (SBR).Pada kehamilan tua karena kontraksi otot-otot bagian atas uterus, SBR menjadi lebar dan
tipis, tampak batas yang nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen bawah yang lebih tipis
batas itu dikenal sebagai lingkar retraksi fisiologik (Kusmiyati dkk, 2009).
2) Sirkulasi darah
Volume darah meningkat karena hidremia (pencairan darah) dan haemodilusi kurang lebih
25%.Haemodilusi mulai jelas meningkat pada kehamilan 16 minggu dan maksimal pada kehamilan 32
minggu sehingga cardiac output meningkat 30%. Hidremia perlu karena daerah yang divascularisasi lebih
luas (uterus, plasenta, pembuluh darah lebih besar, organ-organ lain lebih aktif).
Keuntungan hidraemia adalah darah lebih encer, tekanan perifer lebih kecil menjadi sehingga kerja
jantung tidak terlalu berat.Daerah yang divascularisasi menjadi lebih luas.Saat partus, sel darah merah,
Hb dan Fe (ferum) yang terbuang relative lebih sedikit.
Jumlah leukosit meningkat sampai 10.000/ml dan trombosit meningkat, hematrokit cenderung
menurun, eritrosit cenderung meningkat untuk memenuhi transport oksigen.Hb terlihat menurun,
walaupun sebenarnya lebih besar dibandingkan Hb orang yang tidak hamil karena haemodilusi.Setelah
partus terjadi haemokonsentrasi pada hari ke 3 sampai 5 postpartum (Kusmiyati dkk, 2009).
3) Volume Plasma
Volume plasma meningkat pada usia kehamilan 10 minggu dan terus meningkat secara perlahan dan
mencapai batas maksimum pada usia kehamilan 30-34 minggu. Perubahan rata-rata volume plasma ibu
berkisar antara 20-100 %. Volume plasma meningkat rata-rata 50% semantara massa RBC (Red Blood
Cell) meningkat hanya 18-30%, hematocrit menurun selama kehamilan yang normal. Hal ini disebut
anemia fisiologi dalam kehamilan (Pusdiknakes, 2003).
4) System gastrointestinal
Rahim yang semakin membesar akan menekan rectum dan usus bagian bawah, sehingga terjadi sembelit
atau konstipasi. Sembelit semakin berat karena gerakan otot di dalam usus diperlambat oleh tingginya
kadar progesterone.
Wanita hamil sering mengalami rasa panas di dada (heartburn) dan sendawa, yang kemungkinan
terjadi karena makanan lebih lama berada di dalam lambung dan karena relaksasi sfingter di
kerongkongan bagian bawah yang memungkinkan isi lambung mengalir kembali ke kerongkongan.
(Sulistyawati, 2009).
5) System metabolisme
Akibat pengaruh hormon estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat yang dapat menyebabkan
morning sickness. Tonus otot traktus digestivus menurun akibat makanan dalam lambung lebih lama dan
apa yang dicerna lebih lama berada dalam usus. Hal ini mungkin baik untuk resorbsi namun akan
menimbulkan obstipasi. (Winkjosastro, 2006).
6) System Pernapasan
Ruang abdomen yang membesar oleh karena meningkatnya ruang rahim dan pembentukan hormone
progesterone menyebabkan paru-paru berfungsi sedikit berbeda dari biasanya.Wanita hamil bernapas
lebih cepat dan dalam karena memerlukan lebih banyak oksigen untuk janin dan untuk dirinya
(Sulistyawati, 2009).
Terjadi kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg, penambahan BB dari mulai awal kehamilan sampai akhir
kehamilan adalah 11-12 kg (Kusmiyati dkk, 2009).
a. Pengertian
Letak lintang terjadi bila sumbu memanjang ibu membentuk sudut tegak lurus dengan sumbu
memanjang janin. Oleh karena itu seringkali bahu terletak diatas PAP, malposisi ini disebut juga
presentasi bahu.Bayi berada benar-benar melintang terhadap perut ibu atau miring dengan kapala atau
bonb ada di fossa iliaca.Umumnya bokong lebih tinggi dari kepala. Penunjuknya adalah scapula: tempat
kepala menentukan posisinya yaitu kiri atau kanan, sedangkan punggung menunjukkan kedudukan
anterior atau posterior. Jadi LScP berarti letak lintang, kepala di sebelah kiri ibu dan punggung janin di
belakang.Bagian yang benar-benar ada diatas PAP mungkin bahu, punggung, perut, dada atau sisi badan
janin. (Harry Oxorn William R. Forte. 2010)
b. INSIDENSI
Insidensi letak lintang adalah sekitar 1:500. Keadaan ini merupakan malposisi yang gawat dan tidak bisa
dibiarkan begitu saja.(Harry Oxorn William R. Forte. 2010)
c. ETIOLOGI
Setiap keadaan yang menghalangi masuknya kepala atau bokong dapat merupakan predisposisi letak
lintang.Kelainan ini lebih sering terjadi pada multipara dibanding primigravida oleh karena kelemahan
otot-otot uterus dan abdomen. Faktor-faktor etiologis lain meliputi plasenta previa, tumor yang
menyebabkan obstruksi, kehamilan ganda, anomal janin,hydramnion, prematuritas, disproporsi kepala
panggung, kelainan-kelainan uterus sepeti uterus subseptus, uterus arcuatus dan uterus bicornis, dan
panggung sempit. Sering kali tidak dapat ditemukan faktor etiologisnya dan dianggap malposisi terjadi
secara kebetulan.Ketika persalinan mulai kepala ada diluar segmen bawah rahim dan bahu didorong
masuk panggul.( Harry Oxorn William R. Forte. 2010)
d. PATOFISOLOGI
1) Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung menyebabkan uterus beralih ke depan,
sehingga menimbulkan defleksi sumbu memanjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir, menyebabkan
terjadinya posisi obliq atau melintang.
2) Dalam persalinan terjadi dari posisi logitudinal semula dengan berpindahnya kepala atau bokong
ke salah satu fosa iliaka Diagnosis letak lintang. (Harry Oxorn William R. Forte. 2010)
e. PEMERIKSAAN ABDOMINAL
3. Fundus uteri lebih rendah dari yang dihadapkan sesuai dengan umur kehamilan. Dikatakan uterus
jongkok. Batas atasnya dekat pusat dan lebih lebar dari biasa
4. Di kutub atas dan bawah uterus tidak teraba kepala maupun bokong
Denyut jantung janin terdengar paling jelas dibawah pusat dan tidak mempunyai arti diagnostik dalam
penentuan letak.( Harry Oxorn William R. Forte. 2010)
g. PEMERIKSAAN VAGINAL
Yang paling penting adalah hasil negatif, tidak teraba kepala maupun bokong.Bagian terendah janin
tinggi diatas PAP.Kadang-kadang dapat diraba bahu, tangan, iga atau punggung anak. Oleh karena bagian
terendah tidak dengan baik menutup panggul mungkin ketuban menonjol kedalam vagina.( Harry Oxorn
William R. Forte. 2010)
h. PEMERIKSAAN SINAR-X
Pemeriksaan sinar-X berguna untuk memasukkan diagnosis dan untuk mengetahui adanya kelainan janin
atau panggul ibu. (Harry Oxorn William R. Forte. 2010)
1) Letak lintang merupakan suatu kondisi berbahaya dan memiliki resiko tinggi bagi ibu dan janin
karena dapat menyebabkan persalinan macet.
2) Ada kalanya janin yang pada permulaan persalinan dalam keadaan letak lintang, berputar sendiri
menjadi letak memanjang. Keadaan ini disebut versio spontanea. Hal ini mungkin terjadi bila ketuban
masih utuh.
3) Letak lintang menyebabkan persalinan macet dan untuk kejadian ini tidak ada mekanisme
persalinannya.
j. KOMPLIKASI
1. Pada maternal
b) Infeksi
2) Tangan yang di masukan kedalam kavum uteri terjepit antara janin dan panggul
3) Keharusan tindakan Operasi SC tidak bisa dihindari Sepsis setelah ketuban pecah atau
lengan menumbung melalui vagina.
2. Pada janin
a. Prolaps funikuli
a. Dengan inspeksi biasanya abdomen melebar kesamping dan fundus uteri membentang sedikit
diatas umbilikus.
b. Ukuran tinggi fundus uterus lebih rendah tidak sesuai dengan umur kehamilan.
c. Pada palpasi :
2) Leopold 2 balotemen kepala teraba pada salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa
iliaka yang lain
d. Punggung mudah diketahui dengan palpasi, pada punggung anterior suatu dataran keras terletak
melintang dibagian depan perut ibu. Pada punggung posterior bagian kecil dapat ditemukan pada
tempat yang sama.
f. Pada pemeriksaan dalam : Pada awal persalinan bagian presentasi akan sangat tinggi dan sangat
sulit untuk dijangkau.
g. Karena bagian presentasi yang buruk, selaput ketuban mungkin menggantung di vagina atau dapat
lebih cepat pecah.
h. Kelahiran stadium awal, bagian dada bayi dapat dikenali dengan adanya rasa bergigi tulang rusuk
diatas pintu atas panggul
i. Kelahiran stadiun pertengahan, skapula dan kavikula pada sisi thoraks yang lain akan dapat
dibedakan. Posisi aksila menunjukan sisi tubuh ibu tempat bahu bayi menghadap.Punggung dapat
ditentukan dengan terabanya skapula dan ruas tulang belakang, sedangkan dada dengan teraba
klavikula.
j. Kehahiran stadium lanjut, bahu masuk serta terjepit dalam rongga panggul dan salah satu tangan
atau lengan sering menumbung ke dalam vagina dan lewat vulva. Pada beberapa kasus lengan dapat
prolaps dan pemeriksa dapat membedakannya dengan kaki
k. Pada pemeriksaan USG didapatkan letak lintang ( Hanifa,1992& Cuningham,1995 & Mochrar,1995)
l. PENATALAKSANAAN
1. Pada kehamilan:
· Pemeriksaan luar
· Diagnosis
· Konseling
· Rujukan (MNH,2002 )
· Versi luar
Menurut Phelan (1986) versi luar efektif dilakukan pada usia kehamilan setelah 39 minggu karena
tingginya perubahan spontan ke letak logitudinal . untuk menghindari perubahan ke posisi awal
dilakukan pemasangan korset untuk fiksasi (Hanifa,1992)`
· Memasuki persalinan dianjurkan untuk masuk rumah sakit lebih dini agar dapat ditentukan diagnosa
dan panatalaksanaan
2. Pada Persalinan
1) Pemeriksaan luar
4) Diagnosis
5) Konseling
d. Persalinan dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi dan kegawat daruratan
neonatal, dilakukan oleh ginekolog kolaborasi dengan pediatrik
e. Versi luar masih mungkin dilakukan pada pasien inpartu , dengan syarat :
1) Pembukaan < 4 cm
f. Pada primigravida apabila versi luar tidak berhasil pertimbangkan untuk segera dilakukan
SC :
1) Bahu tidak dapat melakuan dilatasi pada servik dengan baik, sehingga pada
primigravida kala 1 menjadi lama dan pembukaan serviks sukar menjadi lengkap
2) Tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra uterin sewaktu his maka
lebih sering terjadi ketuban pecah sebelum pembukaan sempurna dan dapat mengekibatkan prolaps
funikuli
g. Pada janin kecil dan sudah mati adan menjadi lembek persalinan dapat terjadi spontan,
dengan cara :
1) Cara Denman
Bahu tertahan pada simpisis dan dengan fleksi kuat dibagian bawah tulang belakang, badan bagian
bawah, bokong dan kaki turun diringga panggul dan lahir kemudian disusul dengan bagian badan atas
dan kepala.
2) Cara Douglas
Bahu masuk ke dalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong dan kaki sehingga bahu,bokong
dan kaki lahir, selanjutnya disusul oleh lahirnya kepala
h. Pada multiparitas, pertolongan persalinan letak lintang tergantung dari beberapa faktor. Apabila
riwayat obstetrik baik dapat ditunggu hingga pembukaan lengkap, kemudian dilakukan versi ekstraksi
atau mengakhiri persalinan dengan SC.
i. Persalinan dengan sc pada letak lintang di indikasikan , untuk menghindari resiko perinatal
(cuningham,1995 & hanifa 1992, Mochtar,1995)
TINJAUAN KASUS
DI PUSKESMAS NGALIYAN
I. PENGKAJIAN
Dilaksanakan pada :
1. Biodata
Nama : Ny. A
Umur : 23 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Nama : Tn. S
Umur : 26 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
2.1 Keluhan utama: Ibu mengatakan selama ini tidak ada keluhan.
2.2 Alasan datang: Ibu datang ke puskesmas untuk melakukan periksa rutin kehamilannya.
3. Riwayat Kesehatan
3.1 Riwayat kesehatan dahulu
4. Riwayat Perkawinan
- Menikah : 1 kali
5. Riwayat Obstetri
· Menarche : 13 tahun
· Bau : khas
· Warna : merah
· Dysmenorrhea : tidak
Hamil Ke. : 1
Tahun : 2011
Lahir : Spontan
Tempat : Bpm
BB : 3100
Nifas : Baik
· Ibu mengatakan mendapat penyuluhan tentang penambah darah dan ajaran tentang posisi
knicess (posisi sujud) .
· Imunisasi TT :
· Ibu mengatakan tidak mempunyai kebiasaan buruk seperti minum jamu, merokok maupun obat –
obatan tertentu .
6.5. Ibu mengatakan rencana yang akan datang ingin menggunakan KB suntik 3 bulan
6.6. Alasan ibu ingin menggunakan suntik KB karena ibu takut menggunakan KB IUD, implant dan tidak
ingin menggunakan KB pil takut lupa minum.
Pola :
1. Nutrisi
Sebelumhamil :
Selama hamil :
2. Eliminasi
Sebelumhamil :
BAK 6x/haribaukhaswarnakuning.
Selama hamil :
BAK 6x/haribaukhaswarnakuning
3. Aktifitas
Sebelumhamil :
Selama hamil :
4. Istirahat
Sebelumhamil :
Tidurmalam 8 jam
Selama hamil :
Tidurmalam 8 jam
5. Personal Hygiene
Sebelumhamil :
Selama hamil :
6. HubunganSeksual
Sebelumhamil :
Ibuberhubungandengansuami 2 kali/minggu
Selama hamil :
Ibuberhubungandengansuami 1 minggusekali
8. Psikososiospiritual
8.1 Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya dan sedikit cemas karena posisi janinnya belum
mapan
8.2 Ibu mengatakan bahwa keluarga dan suami sangat mendukung kehamilannya
8.5 Ibu mengatakan bahwa pemecahan masalah dilakukan dengan jalan musyawarah
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
1.3 Antropometri :
LILA : 24 cm
Suhu : 36,5 º C
RR : 20 kali / menit
2. Status Present
· Kepala : mesochepal
· Mata : Simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, tidak ada sekret.
· Mulut : Simetris, bibir tidak kering, tidak ada caries gigi, pada
ada retraksi/dimpling
· Ekstremitas atas & bawah : Simetris, kuku bersih, tidak ada varises, pergerakan aktif.
3. Status Obstetri
3.1 Inspeksi
3.2 Palpasi
· Leopold I : Tinggi fundus uteri (TFU) lebih rendah teraba bagian kecil-kecil janin (estremitas).
· Leopold III : Bagian terbawah teraba 1 tahanan memanjang seperti papan (punggung)
3.3 Auskultasi
3.4 Perkusi
4. Pemeriksaan Penunjang
USG
Diagnosa :
Ny. A,usia 23 tahun, G2P1A0, hamil 29 minggu dengan posisi janin letak lintang
Dasar
· Data Subyektif (Anamnessa)
3. Ibu mengatakan sekarang hamil 29 minggu dengan posisi janin yang belum mapan.
· Data Obyektif
c. Antropometri :
LILA : 24 cm
Suhu : 36,5 º C
RR : 20 kali / menit
e. Inspeksi
V. INTERVENSI
2. Anjurkan ibu tentang gizi ibu hamil dan tetap istirahat yang cukup.
4. Berikan support,mental kepada ibu dan keluarga supaya ibu optimis dengan kehamilannya.
9. Anjurkan ibu untuk kontrol 2 minggu lagi atau sewaktu-waktu jika ada keluhan
VI. IMPLEMENTASI
1. Memberikan informasi kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa posisi bayinya belum
mapan.
2. Menganjurkan ibu tentang gizi ibu hamil dan istirahat yang cukup.
4. Memberika support,mental kepada ibu dan keluarga supaya tetap optimis tentang kehamilanya
5. Mengajari ibu tentang posisi sujud.
(karena dengan posisi sujud menyebabkan dinding perut dan diafraghma menekan ke fundus uteri
sehingga menekan kepala masuk PAP)
(karena dengan posisi miring dapat membebaskan rahim dari penekanan tulang punggung dan
pembuluh darah serta adanya gaya grafitasi menyebabkan bagian terkecil janin berada dikavum uteri)
(dapat melatih dinding perut dan diafraghma agar berfungsi optimal saat persalinan dan mempercepat
proses penurunan kepala sehingga kelainan letak dapat teratasi)
9. Menganjurkan ibu untuk kontrol 2 minggu lagi atau sewaktu-waktu jika ada keluhan.
VII. EVALUASI
2. Ibu bersedia mengkonsumsi makanan gizi seimbang dan istirahat yang cukup.
4. Ibu tetap semangat karena diberi support dan di dukung oleh keluarganya.
6. Ibu sudah mengerti posisi saat tidur yaitu dengan posisi miring.
7. Ibu sudah bisa dan mau melakukanya secara rutin dengan posisi jongkok.
9. Ibu bersedia untuk kontrol ualng atau sewaktu-waktu jika ada keluhan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. A umur 23 tahun dengan letang
lintang, dapat disimpulkan bahwa:
1. Manajemen asuhan kebidanan yang diberikan di puskesmas ngaliyan telah dilakukan dengan baik
dan tepat
2. Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. A telah sesuai dengan kebutuhan.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberikan saran antara lain :
1. Bagi bidan
Bidan sebaiknya mampu mendeteksi secara dini kasus kehamilan letak lintang yang terjadi pada ibu
hamil dengan melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi pelaksana seorang bidan,
pemeriksaan lepold tiap kali melakukan pemeriksaan sehingga dapat diketahui lebih dini adanya kelainan
pada ibu
Sebaiknya ibu hamil secara rutin memeriksakan kehamilannya pada tenaga kesehatan agar diketahui
lebih dini bila ada tanda-tanda bahaya terhadap kehamilan dan janin serta melakukan pemeriksaan USG
guna mengetahui keadaan janin dalam kandunganya lebih jelas.
DAFTAR PUSTAKA
http://bidankebidanan.blogspot.co.id/2014/09/makalah-kebidanan-kehamilan.html?m=1
http://bidansofdera.blogspot.com/2016/03/asuhankebidanan-ibu-hamil-patologi-pada.html?m=1&r=1
http://askeb4-patologi.blogspot.co.id/p/letak-lintang_7440.html?m=1