Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA DENGAN INFEKSI

SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA


AN. A UMUR 30 BULAN DI PUSKESMAS
MUARA DELANG

Laporan individu Praktik Klinik Kebidanan Pada Neonatus,

Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah

Disusun oleh:

Nama NIM

Puji Rahayu 2115901119

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN BIDAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2020/2021
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN
AKUT (ISPA) PADA AN. A UMUR 30 BULAN
DI PUSKESMAS MUARA DELANG

Laporan individu Praktik Klinik Kebidanan Pada Neonatus,

Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui

Tanggal……………………

Disusun oleh:

Nama NIM

Puji Rahayu 2115901119

Menyetujui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

(Ancy Gusputria, S.ST) (Fibrinati Rifdi, S.SiT, M.Biomed)


LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN
AKUT (ISPA) PADA AN. Y UMUR 28 BULAN
DI PUSKESMAS MUARA DELANG

Disusun oleh :

Nama NIM

Puji Rahayu 2115901119

Telah diseminarkan di depan penguji

Pada tanggal……….20…...........

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademi

(Ancy Gusputria, S.ST) (Fibrinati Rifdi, S.SiT, M. Biomed)

Ketua Prodi Kebidanan


Universitas Fort De Kock

(Fibrinati Rifdi, S.SiT, M. Biomed)


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Pada Balita Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)Pada An. A Umur 30
Bulan Di Puskesmas Muara Delang”, dalam kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat
dan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dosen pembimbing ibu Febrinati Rifdi, SSIT,
M. Biomed, dan lapangan pembimbing lapangan ibu Ancy Gusputria, S.ST yang telah
membimbing selama ini.
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih jauh dari

kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis telah berupaya

dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.

Penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan kritik dan

saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan laporan ini dikemudian hari.

Akhirnya penulis berharap, laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Dan

dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam proses perkuliahan Praktik

Klinik Kebidanan.

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kematian balita merupakan salah satu indikator penting yang menunjukkan derajat

kesehatan masyarakat. Secara global, kematian balita mengalami penurunan sebesar 53%

sejak tahun 1990 ke 2015, namun masih ada sekitar 7,6 juta balita yang meninggal tiap

tahunnya. Indonesia awalnya memiliki kemajuan yang pesat dalam penurunan kematian

balita yaitu sebesar 59%, namun satu dekade terakhir penurunan kematian balita di

Indonesia menjadi sangat lambat.

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menunjukkan bahwa

angka kematian balita di Indonesia masih cukup tinggi bila dibandingkan negara-negara di

Asia Tenggara, yaitu sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup. Menurut data Sample

Registration System (SRS) tahun 2014 penyebab utama kematian anak balita adalah diare

(17%) dan pneumonia (13%). Sedangkan penyebab utama kematian bayi adalah asfiksia

(18%), disusul dengan penyakit pneumonia (8%).

Dalam rangka menurunkan angka kematian bayi dan kematian balita perlu

dilaksanakan upaya dalam menangani permasalahan dan penyakit yang terjadi pada balita.

Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada balita maka Kementerian Kesehatan

telah menyusun strategi yang menitikberatkan pada peningkatan kualitas pelayanan

kesehatan balita di lapangan.

Manajemen Terpadu Balita Sakit adalah suatu pendekatan pelayanan balita yang

terintegrasi atau terpadu di unit rawat jalan fasilitas pelayanan kesehatan dasar, seperti

Puskesmas, Pustu, Polindes atau Poskesdes. MTBS diperlukan karena angka kematian balita
masih tinggi. 70% diantaranya disebabkan oleh pneumonia, diare, malaria, campak dan

malnutrisi, dimana MTBS menjelaskan bagaimana tatalaksana penyakit-penyakit tersebut.

Disamping itu, lebih dari 75% ibu membawa anaknya ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar

dengan salah satu kondisi di atas dan sering ditemukan overlapping gejala sehingga

diagnosis tunggal tidak tepat.

MTBS bertujuan untuk mengurangi kematian, kesakitan dan kecacatan pada balita.

Pendekatan terpadu ini dilaksanakan untuk meningkatkan sistem pelayanan kesehatan,

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu serta pengasuh anak dalam perawatan anak

termasuk pencarian pertolongan kesehatan, serta meningkatkan kemampuan maupun

keterampilan tenaga kesehatan dalam menangani balita sakit.

Dalam MTBS, anak dengan batuk di”klasifikasi”kan sebagai penyakit sangat berat

(pneumonia berat) dan pasien harus dirawat-inap; pneumonia yang berobat jalan, dan batuk:

bukan pneumonia yang cukup diberi nasihat untuk perawatan di rumah. Derajat keparahan

dalam diagnosis pneumonia dalam buku ini dapat dibagi menjadi pneumonia berat yang

harus di rawat inap dan pneumonia ringan yang bisa rawat jalan

(http://fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_MTBS).

Batuk merupakan mekanisme reflex yang sangat penting untuk menjaga jalan napas

tetap terbuka (paten) dengan cara menyingkirkan hasil sekresi lendir yang menumpuk pada

jalan napas. Tidak hanya lendir yang akan disingkirkan oleh reflex batuk tetapi juga

gumpalan darah dan benda asing (Djojodibroto, D. 2009).

Pneumonia merupakan penyakit yang menyerang saluran pernafasan bagian bawah,

jadi secara sederhana pneumonia merupakan infeksi akut saluran pernafasan bawah.

Masyarakat awam menyebut kondisi ini sebagai paru-paru basah. Pneumonia banyak
menyerang anak – anak dan balita hampir di seluruh dunia. Pada negara berkembang

penyakit ini menyerang hingga 30 % anak – anak di bawah usia 5 tahun dengan resiko

kematian yang tinggi. Pneumonia pada anak biasanya muncul dalam bentuk

bronkopneumonia (https://mediskus.com/penyakit/pneumonia-pada-anak).

Pengobatan yang dilakukan untuk menangani batuk diantaranya bisa dengan

pengobatan medis dan pengobatan tradisional. World Health Organization (WHO)

merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan

masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit

degeneratif dan kanker.

WHO juga mendukung upaya-upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari

obat tradisional. Obat tradisional telah diterima secara luas di hampir seluruh Negara di

dunia, negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai

pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Di Afrika, sebanyak 80% dari populasi

menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer. Negara Cina dari total konsumsi obat,

sebesar 30 sampai 50 persen menggunakan obat-obat tradisional (WHO, 2003 dalam

Ramadhani A.P, dkk 2014).

Berdasarkan data yang didapatkan diPuskesmas Muara Delang jumlah pasien di Poli

MTBS Puskesmas Muara Delang pada bulan Maret 2022 adalah 45 anak, dan 20 diantaranya

dengan klasifikasi batuk bukan pneumonia dan 2 anak dengan pneumonia.

B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang diambil adalah “Bagaimana

Asuhan Kebidanan Pada Balita Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di

Puskesmas Muara Delang Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin Jambi?”


C. Tujuan
1. Tujuan Umum Melakukan asuhan kebidanan Pada Balita Dengan Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (ISPA) Pada An. A Umur 30 Bulan diPuskesmas Muara Delang

Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin Jambi

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik balita dengan batuk bukan pneumonia

b. Mampu merencanakan asuhan kebidanan Pada Balita Dengan Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (ISPA) Pada An. A Umur 30 Bulan diPuskesmas Muara Delang.

c. Mampu melakukan evaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan Pada Balita Dengan

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada An. A Umur 30 Bulan diPuskesmas

Muara Delang.

D. Manfaat
1. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat

dalam rangka penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada

anak balita.

2. Bagi Puskesmas Muara Delang

Dapat digunakan untuk referensi dalam meningkatkan program pelayanan dalam

menangani Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

3. Bagi institusi

Menjadi bahan tambahan untuk pengetahuan dan informasi pada kasus Infeksi

Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan penanganannya


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Balita
a. Pengertian

Anak di Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Balita merupakan salah

satu periode usia manusia setelah bayi dengan rentang usia dimulai dari dua sampai

dengan lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24-60

bulan( Wikipedia Indonesia, 2019). Balita adalah anak berusia 12 sampai 59 bulan

(Permenkes, 2014).

b. Ciri khas perkembangan balita

1. Perkembangan fisik

Pertambahan berat badan menurun, terutama diawal balita. Hal ini terjadi karena

balita menggunakan banyak energi untuk bergerak.

2. Perkembangan psikologis

a) Psikomotor

Terjadi perubahan yang cukup drastis dari kemampuan psikomotor balita yang mulai

terampil dalam pergerakannya (lokomotion). Mulai melatih kemampuan motorik

kasar misalnya berlari, memanjat, melompat, berguling, berjinjit, menggenggam,

melempar yang berguna untuk mengelola keseimbangan tubuh dan mempertahankan

rentang atensi.

Pada akhir periode balita kemampuan motorik halus anak juga mulai terlatih seperti

meronce, menulis, menggambar, menggunakan gerakan pincer yaitu memegang

benda dengan hanya menggunakan jari telunjuk dan ibu jari seperti memegang alat


tulis atau mencubit serta memegang sendok dan menyuapkan makanan kemulutnya,

mengikat tali sepatu.

b) Aturan

Pada masa balita adalah saatnya dilakukan latihan mengendalikan diri atau biasa

disebut sebagai toilet training. Freud mengatakan bahwa pada usia ini individu mulai

berlatih untuk mengikuti aturan melalui proses penahanan keinginan untuk

membuang kotoran.

c) Sosial dan individu

Pada periode usia ini balita mulai belajar berinteraksi dengan lingkungan sosial di

luar keluarga, pada awal masa balita, bermain bersama berarti bersama-sama berada

pada suatu tempat dengan sebaya, namun tidak bersama-sama dalam satu

permainan interaktif. Pada akhir masa balita, bermain bersama berarti melakukan

kegiatan bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian peran.

Balita mulai memahami dirinya sebagai individu yang memiliki atribut tertentu

seperti nama, jenis kelamin, mulai merasa berbeda dengan orang lain

dilingkungannya. Mekanisme perkembangan ego yang drastis untuk membedakan

dirinya dengan individu lain ditandai oleh kepemilikan yang tinggi terhadap barang

pribadi maupun orang signifikannya sehingga pada usia ini balita sulit untuk dapat

berbagi dengan orang lain.

Proses pembedaan diri dengan orang lain atau individuasi juga menyebabkan anak

pada usia tiga atau empat tahun memasuki periode negativistik sebagai salah satu

bentuk latihan untuk mandiri.


B. Penatalaksanaan ISPA dengan pendekatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)

Menurut Permenkes nomor 25 tahun 2015, yang menyatakan bahwa Pelayanan

kesehatan Bayi, Anak Balita dan Prasekolah ditujukan untuk meningkatkan kelangsungan dan

kualitas hidup Bayi, Anak Balita dan Prasekolah. Pelayanan Kesehatan Bayi, Anak Balita dan

Prasekolah harus dilakukan melalui :

1. pemberian ASI Eksklusif hingga usia 6 bulan;

2. pemberian ASI hingga 2 (dua) tahun;

3. pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) mulai usia 6 (enam) bulan;

4. pemberian imunisasi dasar lengkap bagi Bayi;

5. pemberian imunisasi lanjutan DPT/HB/Hib pada anak usia 18 bulan dan imunisasi

campak pada anak usia 24 bulan;

6. pemberian Vitamin A;

7. upaya pola mengasuh Anak;

8. pemantauan pertumbuhan;

9. pemantauan perkembangan;

10. pemantauan gangguan tumbuh kembang;

11. MTBS; dan

12. merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil, tepat waktu ke ke

fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

Manajemen Terpadu Balita Sakit merupakan pendekatan pelayanan kesehatan balita

yang terintegrasi dan bertujuan mengurangi kematian, kesakitan serta kecacatan.

Untuk penatalaksanaan balita sakit, petugas kesehatan dilengkapi dengan Buku

Bagan MTBS sebagai panduan pelayanan, disertai Formulir Pencatatan yang harus diisi
lengkap sesuai ketentuan..Langkah-langkah pada bagan tatalaksana balita sakit

menggambarkan apa yang harus dilakukan apabila seorang anak dibawa ke puskesmas karena

sakit.

MTBS bertujuan untuk :

1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang terkait dengan penyebab utama

penyakit pada balita, melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat

jalan fasilitas kesehatan dasar.

2. Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak.

3. Kombinasi perbaikan tatalaksana kasus pada balita sakit (kuratif) dengan aspek gizi,

imunisasi dan konseling (promotif dan preventif)

4. Menangani secara fokus penyakit anak yang merupakan penyebab utama kematian dan

kesakitan balita.

Biasanya seorang anak dibawa ke klinik karena sakit. Namun, mungkin juga untuk

pemeriksaan anak sehat, imunisasi atau perawatan luka. Langkah-langkah pada bagan

Penilaian dan Klasifikasi menggambarkan apa yang harus di lakukan oleh tenagab kesehatan

apabila seorang anak dibawa ke klinik karena sakit. Bagan tidak digunakan bagi anak sehat

yang dibawa untuk imunisasi atau bagi anak dengan keracunan, kecelakaan atau luka bakar.

Petugas kesehatan menggolongkan pemeriksaan anak berdasarkan umur, yaitu :

1. Jika umur anak 2 bulan - 5 tahun, gunakan bagan Penilaian dan Klasifikasi Balita Sakit

umur 2 bulan - 5 tahun.

2. Jika umur anak kurang dari 2 bulan, gunakan bagan Penilaian dan Klasifikasi Bayi Muda

umur kurang dari 2 bulan


Yang perlu diperhatikan perugas kesehatan adalah harus menggunakan kata-kata

yang mudah dimengerti ibu, agar mendapatkan jawaban yang jelas sehingga dapat

memberikan pengobatan yang tepat.

Penilaian yang dilakukan pertama kali adalah dengan memeriksa adanya Tanda Bahaya

Umum pada semua balita sakit. Tanda bahaya umum adalah:

1. Tidak bisa minum atau menyusu

2. Memuntahkan semuanya

3. Kejang

4. Gelisah, letargis atau tidak sadar,

5. Ada stridor

6. Biru atau sianosis

7. Ujung tangan dan kaki pucat dan dingin

Anak yang memiliki satu atau lebih tanda bahaya umum mempunyai masalah serius

dan sebagian besar perlu dirujuk segera. Selesaikan dulu seluruh penilaian dan klasifikasi

secara cepat dan lakukan segera tindakan pra rujukan sebelum merujuk anak sehingga rujukan

tidak terlambat.

Setelah memeriksa tanda bahaya umum, setiap balita sakit harus ditanya 4 keluhan

utama, yaitu: batuk atau sukar bernapas, diare, demam dan masalah telinga. Jika ada keluhan,

maka balita tersebut harus diperiksa, diklasifikasikan dan diberi tindakan/pengobatan terkait

dengan keluhannya.

Infeksi saluran pernapasan dapat terjadi pada bagian mana saja dari saluran pernapasan

seperti hidung, tenggorokan, laring, trakhea, saluran udara atau paru. Anak dengan batuk dan

atau sukar bernapas mungkin menderita Pneumonia atau infeksi saluran pernapasan berat
lainnya. Akan tetapi sebagian besar anak datang ke puskesmas dengan batuk atau infeksi

saluran pernapasan yang ringan.

Petugas perlu mengenal anak-anak yang sakit serius dengan gejala batuk dan atau

sukar bernapas yang membutuhkan pengobatan dengan antibiotik, yaitu pneumonia (infeksi

paru) yang ditandai dengan napas cepat dan mungkin juga tarikan dinding dada ke dalam.

Anak yang menderita Pneumonia, paru mereka menjadi kaku, sehingga tubuh bereaksi

dengan bernapas cepat, agar tidak terjadi hipoksia (kekurangan oksigen). Apabila Pneumonia

bertambah parah, paru akan bertambah kaku dan timbul tarikan dinding dada ke dalam. Anak

dengan Pneumonia dapat meninggal karena hipoksia atau sepsis (infeksi umum). Anak yang

batuk dan atau sukar bernapas dinilai dalam hal :

1. Berapa lama anak batuk dan atau sukar bernapas.

Anak dengan batuk lebih dari 14 hari, rujuk untuk pemeriksaan batuk karena sebab lain

(TBC, asma, batuk rejan atau penyakit lain). Lakukan skoring gejala TBC sesuai buku

bagan MTBS dan pemeriksaan penunjang. Mengingat masih banyaknya kasus

tuberkulosis di Indonesia, saudara bisa mencurigai seorang anak kemungkinan menderita

TBC, jika ada salah satu gejala di bawah ini:

a. Terdapat kontak serumah dengan seorang penderita tuberkulosis aktif.

b. Demam yang tidak diketahui penyebabnya selama 14 hari (2 minggu).

c. Nafsu makan tidak ada atau berat badan turun/tidak naik dalam 2 bulan terakhir.

d. Batuk lebih dari 14 hari (2 minggu).

e. Malaise ≥ 2 minggu

f. Terdapat beberapa benjolan di daerah leher.

g. Semua gejala tersebut menetap walaupun sudah diberikan terapi yang adekuat.
2. Napas cepat.

Anak umur 2 bulan sampai 1 tahun dikatakan bernapas cepat jika frekuensi napasnya 50

kali per menit atau lebih. Sedangkan anak umur 1 sampai 5 tahun dikatakan bernapas

cepat jika frekuensi napasnya 40 kali per menit atau lebih.

Menghitung frekuensi napas harus dalam waktu 1 menit penuh dengan mengamati

gerakan napas pada dada atau perut anak. Gunakan ARI timer atau jam tangan dengan

jarum detik atau jam digital.

3. Tarikan dinding dada ke dalam

Tarikan dinding dada ke dalam mungkin merupakan satu-satunya tanda pneumonia berat.

Anak dengan tarikan dinding dada ke dalam mempunyai risiko kematian akibat

pneumonia yang lebih besar daripada anak yang bernapas cepat dan tidak mempunyai

tarikan dinding dada ke dalam.

4. Wheezing.

Wheezing adalah suara kasar yang terdengar pada saat anak mengeluarkan napas.

Usahakan anak dalam keadaan tenang ketika saudara mendengar wheezing(sama seperti

ketika menghitung napas, memeriksa tarikan dinding dada ke dalam dan mendengar

stridor)

5. Saturasi Oksigen

Periksa nilai saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oxymeter (jika ada). Apabila

anak tidak mengalami batuk atau sukar bernapas, penilaian ini dapat dilewatkan. Saturasi

Oksigen Normal jika > 90%

Setelah petugas melakukan penilaian untuk batuk dan atau sukar bernapas,langkah

selanjutnya mengklasifikasikan penyakit anak :


1. Jika ada tarikan dinding dada ke dalam atau saturasi oksigen < 90%, klasifikasi

pneumonia berat

2. Jika anak anak bernapas cepat, diklasifikasikan sebagai pneumonia.

3. Jika tidak ada tanda diatas, maka anak di klasifikasikan batuk : bukan pneumonia ( modul

MTBS 2019)

C. Keterkaitan klasifikasi MTBS dengan diagnosa ICD 10

Penerapan pelayanan kesehatan anak yang sesuai dengan standar MTBS, sejalan

dengan Undang-undang no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Permenkes no. 25 tahun

2014 tentang Upaya Kesehatan Anak serta Standar Pelayanan Minimal Kabupaten/Kota.

Keberhasilan penerapan MTBS di Puskesmas tidak terlepas dari ketersediaan SDM,

sarana, prasarana, alat kesehatan, obat dan vaksin serta dukungan lainnya, termasuk supervisi

fasilitatif secara berkala untuk mengevaluasi kualitas pelayanan MTBS.

Pencatatan dan pelaporan di puskesmas yang menerapkan MTBS sama dengan

puskesmas lain yaitu menggunakan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas

(SP2TP). Dengan demikian semua pencatatan dan pelaporan yang digunakan tidak perlu

mengalami perubahan. Perubahan yang perlu dilakukan adalah konversi klasifikasi ke dalam

kode diagnosis berdasarkan ICD 10 dalam SP2TP sebelum masuk ke dalam sistim pelaporan.

Hasil pemeriksaan MTBS ditulis dalam bentuk klasifikasi sedangkan pelaporan yang

ada dalam bentuk diagnosis. Diperlukan konversi dari klasifikasi ke diagnosa dan

menggunakan kode diagnosa. Dimana bila anak menderita Batuk Bukan Pneumonia, makan

akan dikonversi dalam laporan SP2TP menjadi ISPA, dengan kode ICD 10 J 06.9.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA DENGAN BATUK BUKAN PNEUMONIA
PADA AN. A UMUR 30 BULAN
DI PUSKESMAS MUARA DELANG

Ruang : Poli MTBS

No. RM : 035411

Tanggal : 19 Maret 2022 Pukul : 09.00 WIB

A. Pengkajian

1. Identitas

a. Identitas Anak

Nama Anak : An. A

Umur : 30 bulan

Jenis kelamin : Laki - laki

Anak Ke :1

b. Identitas Ibu Identitas Ayah

Nama : Ny. N Nama : Tn. B

Umur : 22 tahun Umur : 37tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl Tongkol ds Muara Delang

2. Anamnesa (Data Subyektif)


a. Keluhan utama / alasan datang ke puskesmas

Ibu mengatakan anaknya sejak 2 hari yang lalu batuk pilek dan badannya terasa panas.

b. Riwayat Kesehatan

1) Imunisasi

BCG : Tanggal 14 -12-2019

DPT 1/hb 1/polio 1 : Tanggal 14 - 01-2020

DPT 2/hb 2/polio 2 : Tanggal 14 - 02 - 2020

DPT 3/hb 3/ polio 3 : Tanggal 14 – 04 - 2020

Campak/ polio 4 : Tanggal 14 – 08 - 2020

3) Riwayat penyakit yang lalu

Ibu mengatakan sebelumnya anaknya pernah sakit panas pada usia 2 bulan yang

lalu.

4) Riwayat penyakit sekarang

Ibu mengatakan anaknya batuk, pilek serta terasa panas, rewel dan susah makan

sejak 2 hari yang lalu yaitu tanggal 17 maret 2022

5) Riwayat penyakit keluarga / menurun

Ibu mengatakan dalam keluarga baik bapak maupun ibu tidak ada yang mempunyai

penyakit menurun seperti asma, jantung, hipertensi, DM dan penyakit menular

seperti TBC.

b. Riwayat Sosial

1) Yang Mengasuh

Ibu mengatakan mengasuh sendiri anaknya dibantu dengan suami dan orang tuanya.

2) Hubungan dengan anggota keluarga


Ibu mengatakan hubungan anak dengan anggota keluarga sangat baik

3) Hubungan dengan teman sebaya

Ibu mengatakan anaknya mempunyai teman yang sebaya dengannya.

4) Lingkungan rumah

Ibu mengatakan lingkungan rumah bersih, letak rumah berdekatan dengan rumah

yang lain.Daerah yang ditempati merupakan daerah resiko rendah malaria

c. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1) Nutrisi

Sebelum sakit :Ibu mengatakan anaknya makan nasi beserta sayur dan lauk sehari

3x, menghabiskan 1 mangkok kecil

Makanan selingan bubur kacang hijau ½ gelas

Selama sakit :Ibu mengatakan anaknya makan nasi beserta sayur dan lauk sehari

3x,tapi hanya setengah dari biasanya

Makanan selingan sepotong kue

2) Istirahat / tidur

Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur siang ± 2 jam dan tidur malam ± 12

jam, kadang terbangun untuk minum dan ngompol.

Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur ± 10 jam karena sering menangis,

rewel dan sulit untuk ditidurkan.

3) Mandi

Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya mandi 2 kali sehari, ganti baju sewaktu-

waktu ketika baju kotor terkena kencing, berak atau keringat dan selesai mandi.
Selama sakit : ibu mengatakan anaknya tidak dimandikan karena masih demam dan

hanya dilap dengan air hangat.

4) Aktivitas

Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya aktif dan ceria serta merespon jika

dipanggil, mau bermain bersama teman sebayanya.

Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tidak aktif, sering menangis, tidak mau

bermain bersama teman sebayanya.

5) Eliminasi

Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya BAB 1-2 x/hari dengan konsistensi

lembek, kuning, BAK 5-6 x/hari dengan konsistensi warna kuning jernih, bau

pesing.

Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya BAB 1 x/hari, konsistensi lunak, warna

kuning kecoklatan dan BAK 4-5 x/hari, warna kuning pekat dan bau khas.

3. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)

a. Keadaan umum : baik, tidak ditemukan tanda bahaya umum berupa anak tidak bisa

minum , memuntahkan semua makanan dan minuman, kejang, letargis atau tidak

sadar.

TTV : R : 36 x/menit, S : 37,7°C, N : 110 x/menit

BB / TB : 9,8 kg / 89 cm, BB/Tb -2 SD sd 2 SD, status gizi : normal

Anak tidak terlihat kurus.

LK : 40 cm

Kulit : Kulit terasa hangat, tidak puat, turgor kulit baik.

Rambut : Bersih, warna hitam, tidak mudah rontok.


Muka : Bersih, tidak ada oedema, agak pucat.

Mata : Kanan kiri simetris, conjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarna putih

dan bersih.

Telinga : Kanan kiri simetris, tidak ada sakit telinga, tidak ada cairan yang keluardari

telinga, tidak ada pembengkakan yang nyeri dibelakang telinga.

Mulut : Bibir berwarna merah muda, tidak ada stomatitis, gusi tidak

bengkak/berdarah, mulut tidak berbau.

Hidung : Hidung simetris terdapat cairan / lendirberwarna jernih dan encer kulit

hidung bagian luar tampak kemerahan.

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tenggorokan berwarna merah.

Dada : Tidak ada tarikan dinding dada kedalam, tidak ada stridor, dada tampak

simetris.

Perut : Tidak ada penonjolan umbilikus, tidak ada nyeri tekan, tidak kembung.

Ekstremitas : Dapat bergerak bebas, jari-jari tangan dan kaki lengkap, tidak ada

pembengkakan dikedua punggung kaki.

b. Pemeriksaan tingkat perkembangan :Tidak dilakukan

c. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan

2) Pemeriksaan penunjang lain : tidak dilakukan

B. Interpretasi Data

Tanggal : 25 Maret 2022 Pukul : 09.15WIB

1. Diagnosa Kebidanan
An. Y umur 28 bulan dengan diagnose ISPA

Data Dasar

Data Subjektif

a. Ibu mengatakan anaknya bernama An. Y, berjenis kelamin laki - laki

b. Ibu mengatakan anaknya lahir tanggal 20 nopember 2019

e. Ibu mengatakan anaknya mengalami batuk, pilek serta badan terasa panas sejak 2 hari

yang lalu dan nafsu makannya menurun.

Data Objektif

a. Keadaan umum : baik, tidak ditemukan tanda bahaya umum

b. Suhu : 37,7 °C, pernafasan : 36 x/menit, tidak ada tarikan dinding dada kedalam,

tidak terdengar stridor

2. Kebutuhan

a. Pemberian penurun demam dan pelega tenggorokan

b. Anjuran pemberian makanan pada anak sakit

c. Anjuran kapan harus kembali segera kepetugas kesehatan

C. Perencanaan

1. Beritahu ibu bahwa anaknya menderita demam dan batuk

2. Beritahu ibu untuk memberikan obat penurun demam

3. Berikan pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman

4. Beritahu ibu tentang penyuluhan pencegahan penularan batuk

5. Konseling cara pemberian makan pada anak sakit

6. Anjuran kunjungan ulang 2 hari jika tidak ada perbaikan


7. Nasehat kapan ibu harus kembali segera kepetugas kesehatan

D. Pelaksanaaan

1. Memberitahu ibu bahwa anaknya menderita demam dan batuk

2. Memberitahu ibu untuk memberikan obat penurun demam, yaitu dengan pemberian

Paraetamol sirup 3x1 sdk

3. Memberikan pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman, yaitu dengan memberikan

perasan jeruk nipis dicampur madu diminumkan 3x1 sdk

4. Memberitahu ibu tentang pencegahan penularan batuk, yaitu dengan memakai masker

ketika keluar rumah, menutup mulut dan hidung ketika batuk atau bersin dan sering

mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir

5. Konseling cara pemberian makan pada anak sakit, yaitu dengan memberikan makanan

keluarga 3x sehari, sebanyak 1/3 atau ½ porsi makan orang dewasa yang terdiri dari nasi,

lauk, sayur dan buah, memberikan makanan selingan kaya gizi 2x sehari diantara waktu

makan, dan perbanyak minum air putih, kuah sayur atau jus buah.

6. Menganjuran kunjungan ulang 2 hari jika tidak ada perbaikan

7. Memberi nasehat kapan ibu harus kembali segera kepetugas kesehatan, yaitu jika anak

demamnya bertambah parah, atau tidak bisa minum, atau sukar bernapas atau napas anak

menjadi cepat lebuh dari 40x/ menit

D. Evaluasi

1. ibu mengerti sakit yang diderita anaknya, dan bersedia memberikan obat penurun demam

dan pelega tenggorokan sesuai dengan anjuran yang


2. Ibu mengerti tentang cara pencegahan penularan batuk, dan bersedia mempraktekkan

anjuran yang diberikan

3. Ibu mengerti tentang cara pemberian makan pada anak sakit, dan bersedia

mempraktekkan anjuran yang diberikan

4. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 2 hari jika tidak ada perbaikan

5. Ibu mengerti penjelasan tentang kapan ibu harus kembali segera kepetugas kesehatan
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, langkah awal adalah melakukan pengkajian dengan mengumpulkan data

dasar, data subyektif, dan obyektif. Semua informasi yang akurat dari semua sumber yang

berkaitan dengan kondisi pasien. Data subyektif didapatkan keluhan utama yang diinformasikan

oleh ibu yaitu berupa batuk pilek dan badan panas.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, tidak ditemukan tanda bahaya

umum berupa anak tidak bisa minum , memuntahkan semua makanan dan minuman, kejang,

letargis atau tidak sadar.Tanda-tanda vital : pernafasan 36 x/menit, suhu 37,7°C, nadi 110

x/menit, BB: 9,8 kg, TB 89 cm, dimana BB/Tb -2 SD sd 2 SD, menunjukkan bahwa status gizi

anak normal. Anak tidak terlihat kurus.

Setelah memeriksa tanda bahaya umum, An Y diperiksa berkaitan dengan keluhan

utamanya yaitu batuk atau sukar bernapas. Dari hasil pemeriksaan diperoleh data bahwa batuk

sudah dialami 2 hari ini, tidak disertai nafas yang cepat, tidak ada tarikan dinding dada kedalam

dan tidak ada stridor. Dalam penatalaksanaan MTBS anak diklasifikasikan kedalam batuk bukan

pneumonia yang selanjutnya dalam pelaporan diselaraskan dengan system ICD 10, maka

klasifikasi dikonversi menjadi diagnosa yaitu ISPA( Madul pelatihan MTBS, 2019).

Tindakan yang dilakukan yaitu dengan memberikan pelega tenggorokan dan pereda

batuk yang aman, yaitu dengan memberikan perasan jeruk nipis dicampur madu diminumkan

3x1 sdk. Ibu diberikan nasehat kapan harus kembali segera, yaitu jika anak demamnya

bertambah parah, atau tidak bisa minum, atau sukar bernapas atau napas anak menjadi cepat

lebih dari 40x/ menit.


Menurut Nelson dan Couto (2009) madu adalah cairan yang menyerupai sirup, madu

lebih kental dan berasa manis, dihasilkan oleh lebah dan serangga lainnya dari nektar bunga.

Penelitian oleh Department of Pediatrics di Amerika, madu merupakan salah satu pengobatan

tradisional yang unggul untuk gejala ISPA, diantaranya dapat menurunkan keparahan batuk dan

dapat meningkatkan kualitas tidur anak pada malam hari (Ramadhani, A.P, dkk 2014). Al-quran

surah An-Nahl (lebah) ayat 69 menjelaskan tentang manfaat madu, yang artinya “Kemudian

makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah

dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam

warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada

yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang

berpikir.”

Untuk penatalaksanaan demam pada An A yaitu dengan pemberian Paracetamol

syrup 3x1 sdk, dan perbanyak minum air putih, kuah sayur atau jus buah. Dan menganjurkan

untuk melakukan kunjungan ulang 2 hari jika tidak ada perbaikan.

Untuk pencegahan penularan batuk,ibu dianjurkan untuk memakaikan masker ketika

keluar rumah, menutup mulut dan hidung anak ketika batuk atau bersin dan sering mencuci

tangan menggunakan sabun dan air mengalir

Dalam keadaan sakit, anak tetap harus memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuhnya.

Ibu diberikan konseling cara pemberian makan pada anak sakit, yaitu dengan memberikan

makanan keluarga 3x sehari, sebanyak 1/3 atau ½ porsi makan orang dewasa yang terdiri dari

nasi, lauk, sayur dan buah, memberikan makanan selingan kaya gizi 2x sehari diantara waktu

makan, dan perbanyak minum air putih, kuah sayur atau jus buah.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dari hasil pengkajian didapatkan An. Y diklasifikasikan sebagaiBatuk bukan pneumonia,

dan klaifikasi ini setelah dikonversi ke diagnosa ICD 10, diangnosa menjadi ISPA.

2. Untuk penatalaksanaannya yaitu dengan memberikan pelega tenggorokan dan pereda

batuk yang aman, yaitu dengan memberikan perasan jeruk nipis dicampur madu

diminumkan 3x1 sdk. Edangkan untuk demamnya diberikan paracetamol yrup 3x1 sdk.

3. Ibu diberikan nasehat kapan harus kembali segera, yaitu jika anak demamnya bertambah

parah, atau tidak bisa minum, atau sukar bernapas atau napas anak menjadi cepat lebih

dari 40x/ menit.

4. Dalam keadaan sakit, anak tetap harus memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuhnya. Ibu

diberikan konseling cara pemberian makan pada anak sakit

B. Saran

Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan khusus pada balita dengan ISPA, dan

mampu melakukan penatalaksanakan yang tepat pada balita yang sedang sakit, sehingga

mengurangi morbiditas pada balita.


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2005. Etiologi ISPA dan Pneumonia Litbang.

____________. 2009. Profil Kesehatan Indonesia , available online.

Dwi. Y. H. 2009. Asuhan kebidanan pada Balita Z dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) sedang di RS.UD kota surakarta. Akademi Kebidanan Kusuma Husada. KTI. Tidak
dipublikasikan

Fitri, yuli. 2012. Asuhan Keperawatan Anak Dengan ISPA. (online) http
://yulifitri34.wordpress.com/2012/10/21/askep-ispa-pada-anak/. Diakses pada tanggal 25
oktober 2013

Hartono, dkk. 2012. Gangguan Pernafasan Pada Anak. Yogjakarta : Nuha Medika.

Imron lubis, dkk. 2013. Etiologi Infeksi Saluran Prnafasan Akut (ISPA) dan Faktor Lingkungan.
Available:http://ejournal . litbang. depkes. go. id/ index. php/
BPK/article/download/510/1357. Di akses pada tanggal 25 oktober 2013.

Kepmenkes, RI. 2010. Permenkes Indonesia Tentang Penyelenggaraan Praktik Bidan. Available
online : http://ummukautsar.wordpress.com Diakses tanggal 22 Oktober 2013.

Kepmenkes,RI.2010. Tatalaksana Pneumonia Balita.http//www.kepmenkestatalaksana-


pneumonia –balita.co.id. Available online. Diakses tanggal26 Oktober 2013

Kepmenkes, RI. 2011. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan permenkes no 25


tahun 2014 tentang upaya kesehatan anak Akut.http//www.kepmenkes-infeksi-saluran-
pernafasan-akut.co.id.

Modul Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit Untuk Peserta Dan Fasilitator, Kemenkes,
2019

Nandia. I. S. 2013. Asuhan Kebidanan pada An. A umur 4 bulan dengan ISPA sedang di RSUD
dr. Moewardi Surakarta. Akademi Kebidanan Kusuma Husada Surakarta. KTI. Tidak
dipublikasikan

Anda mungkin juga menyukai