Disusun oleh:
Nama NIM
Tanggal……………………
Disusun oleh:
Nama NIM
Menyetujui,
Disusun oleh :
Nama NIM
Pada tanggal……….20…...........
Mengetahui,
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Pada Balita Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)Pada An. A Umur 30
Bulan Di Puskesmas Muara Delang”, dalam kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat
dan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dosen pembimbing ibu Febrinati Rifdi, SSIT,
M. Biomed, dan lapangan pembimbing lapangan ibu Ancy Gusputria, S.ST yang telah
membimbing selama ini.
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis telah berupaya
Penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan kritik dan
saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan laporan ini dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap, laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Dan
dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam proses perkuliahan Praktik
Klinik Kebidanan.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian balita merupakan salah satu indikator penting yang menunjukkan derajat
kesehatan masyarakat. Secara global, kematian balita mengalami penurunan sebesar 53%
sejak tahun 1990 ke 2015, namun masih ada sekitar 7,6 juta balita yang meninggal tiap
tahunnya. Indonesia awalnya memiliki kemajuan yang pesat dalam penurunan kematian
balita yaitu sebesar 59%, namun satu dekade terakhir penurunan kematian balita di
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menunjukkan bahwa
angka kematian balita di Indonesia masih cukup tinggi bila dibandingkan negara-negara di
Asia Tenggara, yaitu sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup. Menurut data Sample
Registration System (SRS) tahun 2014 penyebab utama kematian anak balita adalah diare
(17%) dan pneumonia (13%). Sedangkan penyebab utama kematian bayi adalah asfiksia
Dalam rangka menurunkan angka kematian bayi dan kematian balita perlu
dilaksanakan upaya dalam menangani permasalahan dan penyakit yang terjadi pada balita.
Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada balita maka Kementerian Kesehatan
Manajemen Terpadu Balita Sakit adalah suatu pendekatan pelayanan balita yang
terintegrasi atau terpadu di unit rawat jalan fasilitas pelayanan kesehatan dasar, seperti
Puskesmas, Pustu, Polindes atau Poskesdes. MTBS diperlukan karena angka kematian balita
masih tinggi. 70% diantaranya disebabkan oleh pneumonia, diare, malaria, campak dan
Disamping itu, lebih dari 75% ibu membawa anaknya ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar
dengan salah satu kondisi di atas dan sering ditemukan overlapping gejala sehingga
MTBS bertujuan untuk mengurangi kematian, kesakitan dan kecacatan pada balita.
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu serta pengasuh anak dalam perawatan anak
Dalam MTBS, anak dengan batuk di”klasifikasi”kan sebagai penyakit sangat berat
(pneumonia berat) dan pasien harus dirawat-inap; pneumonia yang berobat jalan, dan batuk:
bukan pneumonia yang cukup diberi nasihat untuk perawatan di rumah. Derajat keparahan
dalam diagnosis pneumonia dalam buku ini dapat dibagi menjadi pneumonia berat yang
harus di rawat inap dan pneumonia ringan yang bisa rawat jalan
(http://fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_MTBS).
Batuk merupakan mekanisme reflex yang sangat penting untuk menjaga jalan napas
tetap terbuka (paten) dengan cara menyingkirkan hasil sekresi lendir yang menumpuk pada
jalan napas. Tidak hanya lendir yang akan disingkirkan oleh reflex batuk tetapi juga
jadi secara sederhana pneumonia merupakan infeksi akut saluran pernafasan bawah.
Masyarakat awam menyebut kondisi ini sebagai paru-paru basah. Pneumonia banyak
menyerang anak – anak dan balita hampir di seluruh dunia. Pada negara berkembang
penyakit ini menyerang hingga 30 % anak – anak di bawah usia 5 tahun dengan resiko
kematian yang tinggi. Pneumonia pada anak biasanya muncul dalam bentuk
bronkopneumonia (https://mediskus.com/penyakit/pneumonia-pada-anak).
masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit
WHO juga mendukung upaya-upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari
obat tradisional. Obat tradisional telah diterima secara luas di hampir seluruh Negara di
dunia, negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai
pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Di Afrika, sebanyak 80% dari populasi
menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer. Negara Cina dari total konsumsi obat,
Berdasarkan data yang didapatkan diPuskesmas Muara Delang jumlah pasien di Poli
MTBS Puskesmas Muara Delang pada bulan Maret 2022 adalah 45 anak, dan 20 diantaranya
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang diambil adalah “Bagaimana
Asuhan Kebidanan Pada Balita Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di
Pernapasan Akut (ISPA) Pada An. A Umur 30 Bulan diPuskesmas Muara Delang
2. Tujuan Khusus
Pernapasan Akut (ISPA) Pada An. A Umur 30 Bulan diPuskesmas Muara Delang.
c. Mampu melakukan evaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan Pada Balita Dengan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada An. A Umur 30 Bulan diPuskesmas
Muara Delang.
D. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
anak balita.
3. Bagi institusi
Menjadi bahan tambahan untuk pengetahuan dan informasi pada kasus Infeksi
A. Balita
a. Pengertian
bulan( Wikipedia Indonesia, 2019). Balita adalah anak berusia 12 sampai 59 bulan
(Permenkes, 2014).
1. Perkembangan fisik
2. Perkembangan psikologis
a) Psikomotor
Terjadi perubahan yang cukup drastis dari kemampuan psikomotor balita yang mulai
rentang atensi.
Pada akhir periode balita kemampuan motorik halus anak juga mulai terlatih seperti
mengikat tali sepatu.
b) Aturan
Pada masa balita adalah saatnya dilakukan latihan mengendalikan diri atau biasa
membuang kotoran.
Pada periode usia ini balita mulai belajar berinteraksi dengan lingkungan sosial di
luar keluarga, pada awal masa balita, bermain bersama berarti bersama-sama berada
pada suatu tempat dengan sebaya, namun tidak bersama-sama dalam satu
pribadi maupun orang signifikannya sehingga pada usia ini balita sulit untuk dapat
Proses pembedaan diri dengan orang lain atau individuasi juga menyebabkan anak
pada usia tiga atau empat tahun memasuki periode negativistik sebagai salah satu
kesehatan Bayi, Anak Balita dan Prasekolah ditujukan untuk meningkatkan kelangsungan dan
kualitas hidup Bayi, Anak Balita dan Prasekolah. Pelayanan Kesehatan Bayi, Anak Balita dan
3. pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) mulai usia 6 (enam) bulan;
5. pemberian imunisasi lanjutan DPT/HB/Hib pada anak usia 18 bulan dan imunisasi
6. pemberian Vitamin A;
8. pemantauan pertumbuhan;
9. pemantauan perkembangan;
12. merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil, tepat waktu ke ke
Bagan MTBS sebagai panduan pelayanan, disertai Formulir Pencatatan yang harus diisi
lengkap sesuai ketentuan..Langkah-langkah pada bagan tatalaksana balita sakit
menggambarkan apa yang harus dilakukan apabila seorang anak dibawa ke puskesmas karena
sakit.
1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang terkait dengan penyebab utama
penyakit pada balita, melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat
3. Kombinasi perbaikan tatalaksana kasus pada balita sakit (kuratif) dengan aspek gizi,
4. Menangani secara fokus penyakit anak yang merupakan penyebab utama kematian dan
kesakitan balita.
Biasanya seorang anak dibawa ke klinik karena sakit. Namun, mungkin juga untuk
pemeriksaan anak sehat, imunisasi atau perawatan luka. Langkah-langkah pada bagan
Penilaian dan Klasifikasi menggambarkan apa yang harus di lakukan oleh tenagab kesehatan
apabila seorang anak dibawa ke klinik karena sakit. Bagan tidak digunakan bagi anak sehat
yang dibawa untuk imunisasi atau bagi anak dengan keracunan, kecelakaan atau luka bakar.
1. Jika umur anak 2 bulan - 5 tahun, gunakan bagan Penilaian dan Klasifikasi Balita Sakit
2. Jika umur anak kurang dari 2 bulan, gunakan bagan Penilaian dan Klasifikasi Bayi Muda
yang mudah dimengerti ibu, agar mendapatkan jawaban yang jelas sehingga dapat
Penilaian yang dilakukan pertama kali adalah dengan memeriksa adanya Tanda Bahaya
2. Memuntahkan semuanya
3. Kejang
5. Ada stridor
Anak yang memiliki satu atau lebih tanda bahaya umum mempunyai masalah serius
dan sebagian besar perlu dirujuk segera. Selesaikan dulu seluruh penilaian dan klasifikasi
secara cepat dan lakukan segera tindakan pra rujukan sebelum merujuk anak sehingga rujukan
tidak terlambat.
Setelah memeriksa tanda bahaya umum, setiap balita sakit harus ditanya 4 keluhan
utama, yaitu: batuk atau sukar bernapas, diare, demam dan masalah telinga. Jika ada keluhan,
maka balita tersebut harus diperiksa, diklasifikasikan dan diberi tindakan/pengobatan terkait
dengan keluhannya.
Infeksi saluran pernapasan dapat terjadi pada bagian mana saja dari saluran pernapasan
seperti hidung, tenggorokan, laring, trakhea, saluran udara atau paru. Anak dengan batuk dan
atau sukar bernapas mungkin menderita Pneumonia atau infeksi saluran pernapasan berat
lainnya. Akan tetapi sebagian besar anak datang ke puskesmas dengan batuk atau infeksi
Petugas perlu mengenal anak-anak yang sakit serius dengan gejala batuk dan atau
sukar bernapas yang membutuhkan pengobatan dengan antibiotik, yaitu pneumonia (infeksi
paru) yang ditandai dengan napas cepat dan mungkin juga tarikan dinding dada ke dalam.
Anak yang menderita Pneumonia, paru mereka menjadi kaku, sehingga tubuh bereaksi
dengan bernapas cepat, agar tidak terjadi hipoksia (kekurangan oksigen). Apabila Pneumonia
bertambah parah, paru akan bertambah kaku dan timbul tarikan dinding dada ke dalam. Anak
dengan Pneumonia dapat meninggal karena hipoksia atau sepsis (infeksi umum). Anak yang
Anak dengan batuk lebih dari 14 hari, rujuk untuk pemeriksaan batuk karena sebab lain
(TBC, asma, batuk rejan atau penyakit lain). Lakukan skoring gejala TBC sesuai buku
c. Nafsu makan tidak ada atau berat badan turun/tidak naik dalam 2 bulan terakhir.
e. Malaise ≥ 2 minggu
g. Semua gejala tersebut menetap walaupun sudah diberikan terapi yang adekuat.
2. Napas cepat.
Anak umur 2 bulan sampai 1 tahun dikatakan bernapas cepat jika frekuensi napasnya 50
kali per menit atau lebih. Sedangkan anak umur 1 sampai 5 tahun dikatakan bernapas
Menghitung frekuensi napas harus dalam waktu 1 menit penuh dengan mengamati
gerakan napas pada dada atau perut anak. Gunakan ARI timer atau jam tangan dengan
Tarikan dinding dada ke dalam mungkin merupakan satu-satunya tanda pneumonia berat.
Anak dengan tarikan dinding dada ke dalam mempunyai risiko kematian akibat
pneumonia yang lebih besar daripada anak yang bernapas cepat dan tidak mempunyai
4. Wheezing.
Wheezing adalah suara kasar yang terdengar pada saat anak mengeluarkan napas.
Usahakan anak dalam keadaan tenang ketika saudara mendengar wheezing(sama seperti
ketika menghitung napas, memeriksa tarikan dinding dada ke dalam dan mendengar
stridor)
5. Saturasi Oksigen
Periksa nilai saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oxymeter (jika ada). Apabila
anak tidak mengalami batuk atau sukar bernapas, penilaian ini dapat dilewatkan. Saturasi
Setelah petugas melakukan penilaian untuk batuk dan atau sukar bernapas,langkah
pneumonia berat
3. Jika tidak ada tanda diatas, maka anak di klasifikasikan batuk : bukan pneumonia ( modul
MTBS 2019)
Penerapan pelayanan kesehatan anak yang sesuai dengan standar MTBS, sejalan
dengan Undang-undang no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Permenkes no. 25 tahun
2014 tentang Upaya Kesehatan Anak serta Standar Pelayanan Minimal Kabupaten/Kota.
sarana, prasarana, alat kesehatan, obat dan vaksin serta dukungan lainnya, termasuk supervisi
puskesmas lain yaitu menggunakan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
(SP2TP). Dengan demikian semua pencatatan dan pelaporan yang digunakan tidak perlu
mengalami perubahan. Perubahan yang perlu dilakukan adalah konversi klasifikasi ke dalam
kode diagnosis berdasarkan ICD 10 dalam SP2TP sebelum masuk ke dalam sistim pelaporan.
Hasil pemeriksaan MTBS ditulis dalam bentuk klasifikasi sedangkan pelaporan yang
ada dalam bentuk diagnosis. Diperlukan konversi dari klasifikasi ke diagnosa dan
menggunakan kode diagnosa. Dimana bila anak menderita Batuk Bukan Pneumonia, makan
akan dikonversi dalam laporan SP2TP menjadi ISPA, dengan kode ICD 10 J 06.9.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA DENGAN BATUK BUKAN PNEUMONIA
PADA AN. A UMUR 30 BULAN
DI PUSKESMAS MUARA DELANG
No. RM : 035411
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Anak
Umur : 30 bulan
Anak Ke :1
Ibu mengatakan anaknya sejak 2 hari yang lalu batuk pilek dan badannya terasa panas.
b. Riwayat Kesehatan
1) Imunisasi
Ibu mengatakan sebelumnya anaknya pernah sakit panas pada usia 2 bulan yang
lalu.
Ibu mengatakan anaknya batuk, pilek serta terasa panas, rewel dan susah makan
Ibu mengatakan dalam keluarga baik bapak maupun ibu tidak ada yang mempunyai
seperti TBC.
b. Riwayat Sosial
1) Yang Mengasuh
Ibu mengatakan mengasuh sendiri anaknya dibantu dengan suami dan orang tuanya.
4) Lingkungan rumah
Ibu mengatakan lingkungan rumah bersih, letak rumah berdekatan dengan rumah
1) Nutrisi
Sebelum sakit :Ibu mengatakan anaknya makan nasi beserta sayur dan lauk sehari
Selama sakit :Ibu mengatakan anaknya makan nasi beserta sayur dan lauk sehari
2) Istirahat / tidur
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur siang ± 2 jam dan tidur malam ± 12
Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur ± 10 jam karena sering menangis,
3) Mandi
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya mandi 2 kali sehari, ganti baju sewaktu-
waktu ketika baju kotor terkena kencing, berak atau keringat dan selesai mandi.
Selama sakit : ibu mengatakan anaknya tidak dimandikan karena masih demam dan
4) Aktivitas
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya aktif dan ceria serta merespon jika
Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tidak aktif, sering menangis, tidak mau
5) Eliminasi
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya BAB 1-2 x/hari dengan konsistensi
lembek, kuning, BAK 5-6 x/hari dengan konsistensi warna kuning jernih, bau
pesing.
Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya BAB 1 x/hari, konsistensi lunak, warna
kuning kecoklatan dan BAK 4-5 x/hari, warna kuning pekat dan bau khas.
a. Keadaan umum : baik, tidak ditemukan tanda bahaya umum berupa anak tidak bisa
minum , memuntahkan semua makanan dan minuman, kejang, letargis atau tidak
sadar.
LK : 40 cm
Mata : Kanan kiri simetris, conjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarna putih
dan bersih.
Telinga : Kanan kiri simetris, tidak ada sakit telinga, tidak ada cairan yang keluardari
Mulut : Bibir berwarna merah muda, tidak ada stomatitis, gusi tidak
Hidung : Hidung simetris terdapat cairan / lendirberwarna jernih dan encer kulit
Dada : Tidak ada tarikan dinding dada kedalam, tidak ada stridor, dada tampak
simetris.
Perut : Tidak ada penonjolan umbilikus, tidak ada nyeri tekan, tidak kembung.
Ekstremitas : Dapat bergerak bebas, jari-jari tangan dan kaki lengkap, tidak ada
c. Pemeriksaan penunjang
B. Interpretasi Data
1. Diagnosa Kebidanan
An. Y umur 28 bulan dengan diagnose ISPA
Data Dasar
Data Subjektif
e. Ibu mengatakan anaknya mengalami batuk, pilek serta badan terasa panas sejak 2 hari
Data Objektif
b. Suhu : 37,7 °C, pernafasan : 36 x/menit, tidak ada tarikan dinding dada kedalam,
2. Kebutuhan
C. Perencanaan
D. Pelaksanaaan
2. Memberitahu ibu untuk memberikan obat penurun demam, yaitu dengan pemberian
3. Memberikan pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman, yaitu dengan memberikan
4. Memberitahu ibu tentang pencegahan penularan batuk, yaitu dengan memakai masker
ketika keluar rumah, menutup mulut dan hidung ketika batuk atau bersin dan sering
5. Konseling cara pemberian makan pada anak sakit, yaitu dengan memberikan makanan
keluarga 3x sehari, sebanyak 1/3 atau ½ porsi makan orang dewasa yang terdiri dari nasi,
lauk, sayur dan buah, memberikan makanan selingan kaya gizi 2x sehari diantara waktu
makan, dan perbanyak minum air putih, kuah sayur atau jus buah.
7. Memberi nasehat kapan ibu harus kembali segera kepetugas kesehatan, yaitu jika anak
demamnya bertambah parah, atau tidak bisa minum, atau sukar bernapas atau napas anak
D. Evaluasi
1. ibu mengerti sakit yang diderita anaknya, dan bersedia memberikan obat penurun demam
3. Ibu mengerti tentang cara pemberian makan pada anak sakit, dan bersedia
4. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 2 hari jika tidak ada perbaikan
5. Ibu mengerti penjelasan tentang kapan ibu harus kembali segera kepetugas kesehatan
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, langkah awal adalah melakukan pengkajian dengan mengumpulkan data
dasar, data subyektif, dan obyektif. Semua informasi yang akurat dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi pasien. Data subyektif didapatkan keluhan utama yang diinformasikan
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, tidak ditemukan tanda bahaya
umum berupa anak tidak bisa minum , memuntahkan semua makanan dan minuman, kejang,
letargis atau tidak sadar.Tanda-tanda vital : pernafasan 36 x/menit, suhu 37,7°C, nadi 110
x/menit, BB: 9,8 kg, TB 89 cm, dimana BB/Tb -2 SD sd 2 SD, menunjukkan bahwa status gizi
utamanya yaitu batuk atau sukar bernapas. Dari hasil pemeriksaan diperoleh data bahwa batuk
sudah dialami 2 hari ini, tidak disertai nafas yang cepat, tidak ada tarikan dinding dada kedalam
dan tidak ada stridor. Dalam penatalaksanaan MTBS anak diklasifikasikan kedalam batuk bukan
pneumonia yang selanjutnya dalam pelaporan diselaraskan dengan system ICD 10, maka
klasifikasi dikonversi menjadi diagnosa yaitu ISPA( Madul pelatihan MTBS, 2019).
Tindakan yang dilakukan yaitu dengan memberikan pelega tenggorokan dan pereda
batuk yang aman, yaitu dengan memberikan perasan jeruk nipis dicampur madu diminumkan
3x1 sdk. Ibu diberikan nasehat kapan harus kembali segera, yaitu jika anak demamnya
bertambah parah, atau tidak bisa minum, atau sukar bernapas atau napas anak menjadi cepat
lebih kental dan berasa manis, dihasilkan oleh lebah dan serangga lainnya dari nektar bunga.
Penelitian oleh Department of Pediatrics di Amerika, madu merupakan salah satu pengobatan
tradisional yang unggul untuk gejala ISPA, diantaranya dapat menurunkan keparahan batuk dan
dapat meningkatkan kualitas tidur anak pada malam hari (Ramadhani, A.P, dkk 2014). Al-quran
surah An-Nahl (lebah) ayat 69 menjelaskan tentang manfaat madu, yang artinya “Kemudian
makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah
dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam
warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
berpikir.”
syrup 3x1 sdk, dan perbanyak minum air putih, kuah sayur atau jus buah. Dan menganjurkan
keluar rumah, menutup mulut dan hidung anak ketika batuk atau bersin dan sering mencuci
Dalam keadaan sakit, anak tetap harus memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuhnya.
Ibu diberikan konseling cara pemberian makan pada anak sakit, yaitu dengan memberikan
makanan keluarga 3x sehari, sebanyak 1/3 atau ½ porsi makan orang dewasa yang terdiri dari
nasi, lauk, sayur dan buah, memberikan makanan selingan kaya gizi 2x sehari diantara waktu
makan, dan perbanyak minum air putih, kuah sayur atau jus buah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
dan klaifikasi ini setelah dikonversi ke diagnosa ICD 10, diangnosa menjadi ISPA.
batuk yang aman, yaitu dengan memberikan perasan jeruk nipis dicampur madu
diminumkan 3x1 sdk. Edangkan untuk demamnya diberikan paracetamol yrup 3x1 sdk.
3. Ibu diberikan nasehat kapan harus kembali segera, yaitu jika anak demamnya bertambah
parah, atau tidak bisa minum, atau sukar bernapas atau napas anak menjadi cepat lebih
4. Dalam keadaan sakit, anak tetap harus memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuhnya. Ibu
B. Saran
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan khusus pada balita dengan ISPA, dan
mampu melakukan penatalaksanakan yang tepat pada balita yang sedang sakit, sehingga
Dwi. Y. H. 2009. Asuhan kebidanan pada Balita Z dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) sedang di RS.UD kota surakarta. Akademi Kebidanan Kusuma Husada. KTI. Tidak
dipublikasikan
Fitri, yuli. 2012. Asuhan Keperawatan Anak Dengan ISPA. (online) http
://yulifitri34.wordpress.com/2012/10/21/askep-ispa-pada-anak/. Diakses pada tanggal 25
oktober 2013
Hartono, dkk. 2012. Gangguan Pernafasan Pada Anak. Yogjakarta : Nuha Medika.
Imron lubis, dkk. 2013. Etiologi Infeksi Saluran Prnafasan Akut (ISPA) dan Faktor Lingkungan.
Available:http://ejournal . litbang. depkes. go. id/ index. php/
BPK/article/download/510/1357. Di akses pada tanggal 25 oktober 2013.
Kepmenkes, RI. 2010. Permenkes Indonesia Tentang Penyelenggaraan Praktik Bidan. Available
online : http://ummukautsar.wordpress.com Diakses tanggal 22 Oktober 2013.
Modul Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit Untuk Peserta Dan Fasilitator, Kemenkes,
2019
Nandia. I. S. 2013. Asuhan Kebidanan pada An. A umur 4 bulan dengan ISPA sedang di RSUD
dr. Moewardi Surakarta. Akademi Kebidanan Kusuma Husada Surakarta. KTI. Tidak
dipublikasikan