Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA

DENGAN AMENOREA SEKUNDER NN M

DI PUSKESMAS MUARA DELANG

Laporan Kelompok Praktik Klinik Kebidanan Remaja

Disusun oleh:

Kelompok Merangin

Nama NIM

1. Rezki Andriyani 2115901121


2. Puji Rahayu 2115901119
3. Fadzilatul Rahmawati 2115901112
4. Wiwit Inayatul Wiqoyah 2115901139

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN BIDAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2020/2021
ASUHAN KEBIDANAN PADA NN M DENGAN AMENOREA

SEKUNDER DI PUSKESMAS MUARA DELANG

Laporan Kelompok Praktik Klinik Kebidanan Remaja

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui

Tanggal……………………

Disusun oleh:

Kelompok Merangin

Nama NIM

1. Rezki Andriyani 2115901121


2. Puji Rahayu 2115901119
3. Fadzilatul Rahmawati 2115901112
4. Wiwit Inayatul Wiqoyah 2115901139

Menyetujui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

(……………………………) (………………………………)

LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA NN M DENGAN AMENOREA
SEKUNDER DI PUSKESMAS MUARA DELANG

Disusun oleh :

Kelompok Merangin

Nama NIM

1. Rezki Andriyani 2115901121


2. Puji Rahayu 2115901119
3. Fadzilatul Rahmawati 2115901112
4. Wiwit Inayatul Wiqoyah 2115901139

Telah diseminarkan di depan penguji

Pada tanggal……….20…...........

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademi

(……………………………) (………………………………)

Ketua Prodi Kebidanan


Universitas Fort De Kock

(.................................................)

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif yang

berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Nn M Dengan Amenorea Sekunder di Puskesmas

Muara Delang”, dalam kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat dan terima

kasih yang sebesar – besarnya kepada dosen pembimbing ibu Febrinati Rifdi, SSIT, M.

Biomed, dan lapangan pembimbing lapangan ibu Ancy Gusputria, Str. Keb yang telah

membimbing selama ini.

Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih jauh

dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis

telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.

Penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan

kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan laporan ini

dikemudian hari.

Akhirnya penulis berharap, laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam proses

perkuliahan Praktik Klinik Kebidanan.

Penulis

Rezki Andriyani

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa

dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka

harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

Banyak sekali life events yang akan terjadi yang tidak saja akan menentukan

kehidupan masa dewasa tetapi juga kualitas hidup generasi berikutnya sehingga

menempatkan masa ini sebagai masa kritis.

Memasuki usia remaja, beberapa jenis hormon terutama hormon estrogen

dan progesteron mulai berperan aktif, sehingga pada diri remaja khususnya remaja

putri terjadi menarche atau menstruasi. Disamping itu remaja putri merupakan

salah satu kelompok penduduk yang termasuk kelompok wanita usia subur (WUS)

(Depkes, 2010).

Menstruasi merupakan tanda bahwa siklus masa subur telah dimulai. menstruasi

terjadi saat lapisan dalam dinding rahim luruh dan keluar dalam bentuk yang

dikenal dengan istilah darah menstruasi. Menstruasi yang terjadi disaat saat awal

memang cenderung tidak teratur setelah pertama kali datang bulan berikutnya bisa

saja menghilang, dan hal ini merupakan kondisi yang normal. seiring bertambahnya

usia menstruasi akan datang secara teratur (Proverawati, 2009).

Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita

memiliki siklus 25-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang silklus 28

hari, namun beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa

menjadi indikasi adanya masalah kesuburan panjang siklus menstruasi dihitung dari

hari pertama periode menstruasi. Hal ini dimana pendarahan dimulai disebut

sebagai hari pertama yang kemudian dihitung sampai dengan hari terakhir yaitu 1

hari sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai (Saryono, 2009).


Menurut Proverawati pada kenyataanya tidak semua wanita memiliki siklus

menstruasi yang normal, yaitu siklus setiap wanita tidak memiliki pola tertentu.

Sedangkan berdasarkan penelitian Titik Sugiyanti bahwa 55,7% remaja mengalami

siklus menstruasinya yang tidak teratur. Dan hanya 44,3% remaja yang siklus

menstruasinya teratur. Hal tersebut dapat dipngaruhi beberapa faktor yaitu faktor

Hormon, Psikis/ Stress, Aktivitas, Gizi, sampai dengan pola makan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut didapatkan rumusan masalah bagaimana asuhan

kebidanan pada remaja dengan amenorea sekunder Nn.M diPuskesmas Muara

Delang.

C. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus

1. Tujuan umum

Untuk memberikan asuhan kebidanan pada remaja dengan amenorea

sekunder pada Nn. M diPuskesmas Muara Delang.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengumpulan data dasar pada remaja dengan

amenorea sekunder pada Nn. M diPuskesmas Muara Delang.

b. Mampu menginterpretasi data dasar pada remaja dengan amenorea

sekunder pada Nn. M diPuskesmas Muara Delang.

c. Mampu mengidentifikasikan diagnosa pada pada remaja dengan

amenorea sekunder pada Nn. M diPuskesmas Muara Delang.

d. Mampu merencanakan asuhan kebidanan pada remaja dengan amenorea

sekunder pada Nn. M diPuskesmas Muara Delang.

e. Mampu melakukan evaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada

remaja dengan amenorea sekunder pada Nn. M diPuskesmas Muara

Delang.
D. Manfaat Penulisan

E. Manfaat Teoritis

Hasil Laporan Tugas ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi ilmu

pengetahuan terutama yang berkaitan dengan Amenorea sekunder pada remaja.

F. Manfaat Praktis

a. institusi

Diharapkan sebagai bahan kajian, masukan dan dasar pemikiran bagi

mahasiswa khususnya untuk studi kasus lebih lanjut guna meningkatkan

kualitas pendidikan.

b. Lahan praktek

Dapat menjadi bahan masukan dalam pelayanan asuhan kebidanan terhadap

pasien dengan Amenorea sekunder pada remaja

c. Bagi Pasien

Meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan dengan Amenorea sekunder

sehingga dapat mengatasi dengan Amenorea sekunder pada remaja yang

dapat merugikan kesehatan reproduksinya.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Remaja

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan

yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja

mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan

serta cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh

pertimbangan yang matang (Kemenkes RI, 2015).

Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah penduduk dalam

rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014,

remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-

24 tahun dan belum menikah.

Remaja adalah seseorang yang tumbuh menjadi dewasa mencakup

kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Dimana remaja mempunyai rasa

keingintahuan yang besar dan sedang mengalami proses perkembangan sebagai

persiapan memasuki masa dewasa.

1. Ciri-ciri Remaja

Ciri remaja menurut (Putro, 2017), yaitu:

a. Masa remaja sebagai periode yang pentingPada periode remaja, baik akibat

langsung maupun akibat jangka panjang tetaplah penting. Perkembangan

fisik yang begitu cepat disertai dengan cepatnya perkembangan mental,

terutama pada masa awal remaja. Semua perkembangan ini menimbulkan

perlunya penyesuaian mental serta perlunya membentuk sikap, nilai, dan

minat baru.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan


Pada fase ini, remaja bukan lagi seorang anak dan bukan juga orang dewasa.

Kalau remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk bertindak

sesuai dengan umurnya. Kalau remaja berusaha berperilaku sebagaimana

orang dewasa, remaja seringkali dituduh terlalu besar ukurannya dan

dimarahi karena mencoba bertindak seperti orang dewasa. Di lain pihak,

status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status

memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan

menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar

dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan

fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung

pesat. Kalau perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap dan perilaku

juga menurun.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode perkembangan mempunyai masalahnya sendiri-sendiri,

namun masalah masa remaja sering menjadi persoalan yang sulit diatasi

baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Ketidakmampuan mereka

untuk mengatasi sendirimasalahnya menurut cara yang mereka yakini,

banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu

sesuai dengan harapan mereka.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri terhadap kelompok

masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka

mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama

dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya. Status remaja

yang mendua ini menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan remaja


mengalami “krisis identitas” atau masalah-masalah identitas ego pada

remaja.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Anggapan stereotip budaya bahwa remaja suka berbuat semaunya sendiri,

yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak,

menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi

kehidupan remaja yang takut bertanggung jawab dan bersikap tidak

simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Masa remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamata berwarna

merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia

inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal harapan dan

cita-cita. Harapan dan cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi

dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan

meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Remaja

akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau

ia tidak berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkannya sendiri.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi

gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan

kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak

seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja

mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status

dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obatan,

dan terlibat dalam perbuatan seks bebas yang cukup meresahkan. Mereka

menganggap bahwa perilaku yang seperti ini akan memberikan citra yang

sesuai dengan yang diharapkan mereka.


2. Tahap Perkembangan Remaja

Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap

(Putra, 2013) yaitu :

a. Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain:

1) Lebih dekat dengan teman sebaya

2) Ingin bebas

3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak

b. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain:

1) Mencari identitas diri

2) Timbulnya keinginan untuk kencan

3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam

4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak

5) Berkhayal tentang aktivitas seks

c. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain

1) Pengungkapan identitas diri

2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya

3) Mempunyai citra jasmani dirinya

4) Dapat mewujudkan rasa cinta

5) Mampu berpikir abstrak

3. Perkembangan Fisik Remaja

Pertumbuhan fisik pada masa remaja, berlangsung sangat pesat. Dalam

perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks

primer dan seks sekunder (Putra, 2013). Berikut ini adalah uraian lebih lanjut

mengenai kedua hal tersebut.

1) Ciri-ciri seks primer

Modul kesehatan reproduksi remaja (Sarwono,2003) menyebutkan

bahwa ciri-ciri seks primer pada remaja putri yaitu mengalami


menstruasi. Menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat

kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim.

2) Ciri-ciri seks sekunder

Menurut (Sarwono,2003), ciri-ciri seks sekunder pada remaja putri

adalah sebagai berikut:

a) Pinggul lebar, bulat dan membesar, putting susu membesar dan

menonjol, serta berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi

lebih besar dan lebih bulat

b) Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat lubang pori-pori

bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih

aktif

c) Otot semakin besar dan semakin kuat terutama pada pertengahan dan

menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk bahu,

lengan dan tungkai

d) Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu

4. Karakteristik Remaja

Menurut (Titisari dan Utami, 2013) karakteristik perilaku dan pribadi

pada masa remaja meliputi aspek:

a) Perkembangan Fisik-seksual

Laju perkembangan secara umum berlangsung pesat, dan munculnya ciri-

ciri seks sekunder dan seks primer

b) Psikososial

Dalam perkembangan sosial remaja mulai memisahkan diri dari orangtua

memperluas hubungan dengan teman sebayanya.

c) Perkembangan Kognitif

Ditinjau dari perkembangan kognitif, remaja secara mental telah berpikir

logis tentang berbagai gagasan yang abstrak

d) Perkembangan Emosional
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi

yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual

mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan

dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya seperti perasaan cinta,

rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis.

e) Perkembangan Moral

Remaja berada dalam tahap berperilaku sesuai dengan tuntutan dan

harapan kelompok dan loyalitas terhadap norma atau peraturan yang

berlaku yang diyakininya maka tidak heranlah jika diantara remaja masih

banyak yang melakukan pelecehan terhadap nilai-nilai seperti tawuran,

minum minuman keras dan hubungan seksual diluar nikah.

f) Perkembangan Kepribadian

Fase remaja merupakan saat yang paling penting bagi perkembangan dan

integrase kepribadian

5. Perkembangan Perilaku Seksual Remaja

Terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap lawan jenis sangat

dipengaruhi oleh faktor perubahan-perubahan fisik selama periode pubertas

(Santrock, 2003). Sebagian besar dari remaja biasanya sudah mengembangkan

perilaku seksualnya dengan lawan jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan.

Bila ada kesempatan para remaja melakukan sentuhan fisik, mengadakan

pertemuan untuk bercumbu bahkan kadang-kadang remaja tersebut mencari

kesempatan untuk melakukan hubungan seksual (Soetjiningsih, 2004).

Menurut Irawati (Irawati dan Prihyugiarto, 2005) remaja melakukan

berbagai macam perilaku seksual berisiko yang terdiri atas tahapan-tahapan

tertentu. Perilakuhubungan seksual pranikah pada remaja ini pada akhirnya

dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan remaja itu sendiri

(Darmasih , 2011).
B. Menstruasi

Menstruasi merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis dan

ovarium dengan perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi.

Gangguan menstruasi merupakan masalah yang cukup banyak dihadapi oleh

wanita, terutama pada usia remaja dan merupakan indikator penting untuk

menunjukkan adanya gangguan sistem reproduksi yang dapat dikaitkan dengan

peningkatan risiko berbagai penyakit seperti kanker rahim, kanker payudara dan

infertilitas. Beberapa faktor seperti lemak tubuh, dan obesitas dapat menyebabkan

penyimpangan dalam siklus menstruasi. Wanita yang memiliki bobot tubuh

berlebih atau gemuk tidak ditemukan kejadian infertilitas yang terlalu tinggi namun

kejadian infertilitas terjadi berkaitan dengan disfungsi ovulasi. Pada wanita obesitas

tersebut ditemukan 30-47% yang mengalami siklus yang tidak teratur.

Menstruasi adalah proses keluarnya darah atau perdarahan yang secara

teratur atau periodik dan siklik. Darah ini keluar dari uterus yang diikuti dengan

pelepasan dari endometrium. Proses menstruasi ini terjadi bila ovum tidak dibuahi

oleh sperma (Fahmawati, 2009).

Menstruasi merupakan perdarahan akibat dari luruhnya dinding sebelah

dalam rahim (endometrium). Lapisan endometrium dipersiapkan untuk menerima

implantasi embrio. Jika tidak terjadi implantasi embrio lapisan ini akan luruh.

Perdarahan ini terjadi secara periodik, jarak waktu antar menstruasi dikenal

dengan satu siklus menstruasi (Purwoastuti & Walyani, 2015).

a. Siklus Menstruasi

Pada umumnya siklus menstruasi berlangsung selama 28 hari. Siklus

normal berlangsung 21-35 hari. Siklus menstruasi bervariasi pada tiap

perempuan, namun beberapa perempuan memiliki siklus yang tidak teratur.

Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama menstruasi yang

kemudian dihitung sampai dengan hari perdarahan menstruasi bulan


berikutnya dimulai. (Saryono, 2009). Siklus menstruasi bervariasi pada

perempuan dan hampir 90% perempuan memiliki siklus 25-35 hari dan hanya

10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun beberapa perempuan

memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya

masalah kesuburan. (Wijayanti, 2009).

Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi, pada umumnya

lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat dianggap

normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen- fragmen

kelupasan endrometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya tidak

tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan aliran darahnya terlalu

besar, bekuan dengan berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan.

Ketidakbekuan darah menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatu sistem

fibrinolitik lokal yang aktif di dalam endometrium. Rata-rata banyaknya

darah yang hilang pada perempuan normal selama satu periode menstruasi

telah ditentukan oleh beberapa kelompok peneliti, yaitu 25-60 ml.

Konsentrasi Hb normal 14 gr per dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg per gr,

volume darah ini mengandung 12-29 mg besi dan menggambarkan

kehilangan darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk setiap hari

siklus tersebut atau 150 sampai 400 mg per tahun (Heffner, 2008).

b. Mekanisme Menstruasi

Pada hari ke 1-14 terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel

primer yang dirangsang oleh hormon FSH. Pada saat tersebut, sel oosit primer

akan membelah dan menghasilkan ovum yang haploid. Saat folikel

berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak, folikel ini juga

menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis.

Estrogen yang keluar berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus, yaitu

endometrium, yang habis terkelupas saat menstruasi. Selain itu, estrogen


menghambat pembentukan FSH dan memerintahkan hipofisis menghasilkan

LH yang berfungsi merangsang folikel de Graaf yang masak untuk

mengadakan ovulasi yang terjadi pada hari ke-14. Waktu di sekitar terjadinya

ovulasi disebut fase estrus.

Selain itu, LH merangsang folikel yang telah kosong untuk berubah

menjadi badan kuning (corpus luteum). Badan kuningmenghasilkan hormon

progesterone yang berfungsi mempertebal lapisan endometrium yang kaya

dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan datangnya embrio. Periode ini

disebut fase luteal. Selain itu progesterone juga berfungsi menghambat

pembentukan FSH dan LH, akibatnya corpus luteum mengecil dan

menghilang. Pembentukan progesterone berhenti sehingga pemberian nutrisi

kepada endometriam terhenti. Endometrium menjadi mongering dan

selanjutnya akan terkelupas dan terjadilah perdarahan (menstruasi) pada hari

ke-28. Fase ini disebut fase perdarahan atau fase menstruasi. Oleh karena

tidak ada progesterone, maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilah proses

oogenesis kembali (Kusmiran, 2011).

c. Fase Menstruasi
Menurut Redeer, dkk (2011) siklus menstruasi dibagi menjadi tiga
fase: proliferasi, sekresi, dan iskemik. Siklus menstruasi berhubungan
langsung dengan siklus ovarium, dan keduanya di bawah pengaruh hormon,
seperti yang akan dijelaskan pada bagian berikut
1) Fase Proliferasi

Segera setelah menstruasi, endometrium menjadi sangat tipis. Selama

minggu berikutnya, endometrium mengalami proliferasi dengan sangat

jelas. Sel-sel pada permukaan endometrium menjadi lebih tinggi,

sementara kelenjar yang terdapat di endometrium tersebut menjadi lebih

panjang dan lebih luas. Akibat perubahan ini, ketebalan endometrium

meningkat enam atau delapan kali lipat. Kelenjar- kelenjarnya menjadi


lebih aktif dan menyekresi zat yang kaya nutrisi. Setiap bulan selama

siklus menstruasi ini (sekitar hari ke lima sampai hari ke empat belas),

sebuah folikel de Graaf berkembang mendekati bentuk terbesarnya dan

menghasilkan peningkatan jumlah cairan folikular. Cairan ini mengandung

hormon estrogenic estrogen. Karena estrogen menyebabkan endometrium

tumbuh atau berproliferasi, fase siklus menstruasi ini disebut fase

proliferasi. Kadang kala fase ini disebut fase estrogenic atau fase folikular.

2) Fase Sekresi

Setelah pelepsan ovum dari folikel de Graaf (ovulasi), sel-sel yang

membentuk korpus luteum mulai menyekresi hormon penting lainnya,

yaitu progesterone, selain estrogen. Kondisi ini menambah kerja estrogen

pada endometrium sedemikian rupa sehingga kelenjar menjadi sangat

kompleks, dan lumennya sangat berdilatasi dan berisi sekresi.

Sementara itu suplai darah ke endometrium meningkat, dan endometrium

menjadi tervaskularisasi dan kaya air. Arteri spiral meluas ke lapisan

superfisial endometrium dan menjadi sangat kompleks. Efek kondisi ini

adalah memberi tempat untuk ovum yang telah dibuahi. Fase siklus

menstruasi ini berlangsung 14 ± 2 hari dan disebut fase sekresi, fase ini

kadang kala juga disebut fase progestasi, fase luteal, atau fase

pramenstruasi.

3) Fase Menstruasi

Jika ovum tidak dibuahi, korpus luteum mengalami regresi, sekresi

estrogen dan progesterone menurun, dan endometrium mengalami

involusi. Saat endometrium mengalami degenerasi, sejumlah pembuluh

darah kecil mengalami ruptur disertai terjadinya hemoragi. Endometrium

yang luruh disertai darah dan sekresi dari kelenjar, keluar menuju rongga

uterus, melewati serviks, dan keluar melalui vagina, disertai ovum kecil
yang tidak dibuahi. Dengan demikian menstruasi merupakan terminasi

mendadak suatu proses yang dirancang untuk mempersiapkan tempat

untuk ovum yang telah dibuahi. Tujuan mestruasi adalah membersihkan

endometrium yang lama sehingga endometrium yang baru dan segar

dapat dibentuk kembali untuk bulan berikutnya. Fase siklus ini

(berlangsung sekitar hari pertama sampai kelima) disebut fase

menstruasi.

d. Hormon yang Mempengaruhi Menstruasi

Menurut Wulanda (2011), hormon yang berpengaruh dalam

menstruasi diantaranya:

1) Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen, tetapi

yang paling penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna

untuk pembentukan cirri-ciri perkembangan seksual pada perempuan yaitu

pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan, dan lain-lain.

Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk

ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan serviks dan

vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma, selain fungsinya yang turut

membantu mengatur temperature suhu (sistem saraf pusat/ otak).

Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di

ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di

kelenjar adrenal melalui konversi hormon androgen.

Pada uterus, estrogen menyebabkan proliferasi endometrium; pada serviks

menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks; pada

vagina menyebabkan proliferasi epitel vagina; dan pada payudara

menstimulasi pertumbuhan payudara. Selain itu estrogen juga mengatur

distribusi lemak tubuh.


Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu

pertumbuhan/ regenerasi tulang. Pada perempuan pascamenopause, untuk

pencegahan tulang keropos/ osteoporosis, dapat diberikan terapi hormon

estrogen (sintetik) pengganti.

2) Progesteron
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum, sebagian diproduksi di
kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta.
Progesterone mempertahankan ketebalan endometriumsehingga dapat
menerima implantasi zigot. Kadar progesterone terus dipertahankan selama
trimester awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk hormon hCG.
Progesterone menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase
sekresi) pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium
uterus berada pada keadaan yang optimal jika terjadi implantasi.
3) Gonadotrophin Releasing Hormone (GnRH)
GnRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus otak. GnRH
akan merangsang pelepasan Follicle Stimulating Hormone (FSH) di
hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan
umpan balik ke hipotalamus sehingga kadar GnRH akan menjadi rendah,
begitupun sebaliknya.
Hormon ini diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi
menstimulasi hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan
hormon-hormon gonadotropin (FSH/ LH).

4) Follicle Stimulating Hormone (FSH)


Hormon ini diproduksi pada sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai respons
terhadap GnRH yang berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan
folikel dan sel-sel granulosa di ovarium perempuan (pada pria: memicu
pematangan sperma di testis).
Pelepasannya periodik/ pulsatif, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 3
jam), sering tidak ditemukan dalam darah. Sekresinya dihambat oleh enzim
inhibin dari sel-sel granulosa ovarium, melalui mekanisme umpan balik
negatif.
5) Luteinizing Hormone (LH)
Hormon ini diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH,
LH berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel
granulosa) dan juga mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus
(LH-surge). Selama fase luteal siklus, LH meningkatkan dan
mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan
progesterone.
Pelepasannya juga periodik/ pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap
fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat
cepat dan singkat. Pada pria LH memicu sintesis testosterone di sel-sel
leydig testis.
6) Lactotrophic Hormone (LTH)/ Prolactin
Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktivitas memicu/ meningkatkan
produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin
ikut memengaruhi pematangan sel telur dan memengaruhi fungsi korpus
luteum. Pada kehamilan, prolaktin juga diproduksi oleh plasenta (Human
Placental Lactogen / HPL).
Fungsi laktogenik / laktotropik prolaktin tampak terutama pada masa laktasi/
pascapersalinan. Prolaktin juga memiliki efek inhibisi terhadap GnRH
hipotalamus sehingga jika kadarnya berlebihan (hiperprolaktinemia) dapat
terjadi gangguan pematangan follikel, gangguan ovulasi, dan gangguan haid
berupa amenorea.

e. Faktor yang Mempengaruhi Menstruasi


Menurut Kusmiran (2011) faktor yang mempengaruhi menstruasi
diantaranya yaitu:
1) Faktor Hormon

Hormon-hormon yang memengaruhi terjadinya haid pada seorang wanita

yaitu:

a) Follicle Stimulating Hormone (FSH)

b) Estrogen yang dihasilkan oleh ovarium

c) Luteinizing Hormone (LH) yang dihasilkan oleh hipofisis

d) Progesteron yang dihasilkan oleh ovarium

2) Faktor Enzim

Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang

berperan dalam sintesis protein, yang mengganggu metabolisme sehingga


mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.

3) Faktor Vaskular

Saat fase proliferasi, terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan

fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula

arteri-arteri, vena-vena, dan hubungan diantara keduanya. Dengan regresi

endometrium, timbul statis dalam vena-vena serta saluran-saluran yang

menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan

perdarahan dengan pembentukan hematoma, baik dari arteri maupun vena.

4) Faktor Prostaglandin

Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan adanya

desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan

kontraksi miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan

pada haid.

Selain itu penelitian mengenai faktor resiko dari variabilitas siklus menstruasi

adalah pengaruh dari berat badan, aktivitas fisik, serta proses ovulasi dan adekuatya

fungsi luteal. Perhatian khusus saat ini juga ditekankan pada perilaku diet dan stress

pada atlet perempuan.

1) Berat badan

Berat badan dan perubahan berat badan memengaruhi fungsi menstruasi.

Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan gangguan pada fungsi

ovarium, tergantung derajat tekanan pada ovarium dan lamanya penurunan

berat badan. Kondisi patologis seperti berat badan yang kurang/ kurus dan

anorexia nervosa yang menyebabkan penurunan berat badan yang berat

dapat menimbulkan amenorhea.

2) Usia

Beberapa penelitian mengemukakan bahwa atlet yang lebih muda, di bawah


25 tahun lebih besar kemungkinannya mendapat amenorrhea.

3) Aktivitas fisik

Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi

menstruasi. Atlet perempuan seperti pelari, senam balet memiliki resiko

untuk mengalami amenorhea, anovulasi, dan defek pada fase luteal.

Aktivitas fisik yang berat merangsang inhibisi Gonadotropin Releasing

Hormon (GnRH) dan aktivitas gonadotropin sehingga menurunkan level

dari serum estrogen.

4) Stress

Stres menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh, khususnya sistem

persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan prolaktin atau endogenous

opiate yang dapat memengaruhi elevasi kortisol basal dan menurunkan

hormon lutein (LH) yang menyebabkan amenorhea.

5) Diet

Diet dapat memengaruhi fungsi menstruasi. Vegetarian berhubungan dengan

anovulasi, penurunan respons hormon pituitary, fase folikel yang pendek,

tidak normalnya siklus menstruasi (kurang dari 10x/ tahun). Diet rendah

lemak berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi dan periode

perdarahan. Diet rendah kalori seperti daging merah dan rendah lemak

berhubungan dengan amenorhea.

6) Paparan lingkungan dan kondisi kerja

Beban kerja yang berat berhubungan dengan jarak menstruasi yang panjang

dibandingkan dengan beban kerja ringan dan sedang. Perempuan yang

bekerja di pertanian mengalami jarak menstruasi yang lebih panjang

dibandingkan dengan perempuan yang bekerja perkantoran. Paparan suara

bising di pabrik dan intensitas yang tinggi dari pekerjaan berhubungan


dengan keteraturan dari siklus menstruasi . Paparan agen kimiawi dapat

memengaruhi / meracuni ovarium, seperti beberapa obat anti kanker (obat

sitotoksik) merangsang gagalnya proses di ovarium termasuk hilangnya

folikel-folikel, anovulasi, oligomenorhea, dan amenorhea. Neuroleptik

berhubungan dengan amenorhea.

Tembakau pada rokok berhubungan dengan gangguan pada metabolisme

estrogen sehingga terjadi elevasi folikel pada fase plasma estrogen dan

progesterone. Faktor tersebut menyebabkan resiko infertilitas dan

menopause yang lebih cepat. Hasil penelitian pendahuluan dari merokok

dapat juga menyebabkan dysmenorhea, tidak normalnya siklus menstruasi,

serta perdarahan menstruasi yang banyak (Kusmiran, 2011).

f. Gangguan atau Kelainan Haid.

Gangguan siklus haid disebabkan ketidakseimbangan FSH atau LH

sehingga kadar estrogen dan progesteron tidak normal. Biasanya gangguan

menstruasi yang sering terjadi adalah siklus menstruasi tidak teratur atau jarang

dan perdarahan yang lama atau abnormal, termasuk akibat sampingan yang

ditimbulkannya, seperti nyeri perut, pusing, mual atau muntah (Prawirohardjo,

2008).

1) Menurut Jumlah Perdarahan

a) Hipomenorea

Perdarahan menstruasi yang lebih pendek atau lebih sedikit dari biasanya.

Hipomenorea tidak mengganggu fertilitas. Hipomenorea adalah

perdarahan dengan jumlah darah sedikit (<40 ml), melakukan pergantian

pembalut 1-2 kali per hari, dan berlangsung selama 1-2 hari saja.

Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang

akibat kurang gizi, penyakit menahun, maupun gangguan hormonal.

Sering disebabkan karena gangguan endokrin. Kekurangan estrogen


maupun progesteron, stenosis hymen, stenosis serviks uteri, sinekia uteri

(sindrom asherman).

b) Hipermenorea

Perdarahan menstruasi yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya

(lebih dari 8 hari) dan mengganti pembalut 5-6 kali per hari. Penyebab

hipermenorea bisa berasal dari rahim berupa mioma uteri (tumor jinak

dari otot rahim, infeksi pada rahim atau hyperplasia endometrium

(penebalan lapisan rahim). Dapat juga disebabkan oleh kelainan di luar

rahim (anemia, gangguan pembekuan darah), juga bisa disebabkan

kelainan hormon (gangguan endokrin).

2) Menurut Siklus atau Durasi Perdarahan

a) Polimenorea

Siklus menstruasi tidak normal, lebih pendek dari biasanya atau kurang

dari 21 hari. Wanita dengan polimenorea akan mengalami menstruasi

hingga dua kali atau lebih dalam sebulan, dengan pola teratur dan jumlah

perdarahan yang relatif sama atau lebih banyak dari biasanya.

Polimenorea dapat terjadi akibat adanya ketidakseimbangan sistem

hormonal pada aksis hipotalamus- hipofisis-ovarium. Ketidakseimbangan

hormon tersebut dapat mengakibatkan gangguan pada proses ovulasi

(pelepasan sel telur) atau memendeknya waktu yang dibutuhkan untuk

berlangsungnya suatu siklus menstruasi normal sehingga didapatkan

menstruasi yang lebih sering. Gangguan keseimbangan hormon dapat

terjadi pada 3-5 tahun pertama setelah haid pertama, beberapa tahun

menjelang menopause, gangguan indung telur, stress dan depresi, pasien

dengan gangguan makan, penurunan berat badan berlebih, obesitas,

olahraga berlebih misal atlet, dan penggunaan obat-obat tertentu.

b) Oligomenorea
Siklus menstruasi lebih panjang atau lebih dari 35 hari dengan jumlah

perdarahan tetap sama. Perempuan yang mengalami oligomenorea akan

mengalami menstruasi yang lebih jarang daripada biasanya.

Oligomenorea biasanya terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan

hormonal pada aksis hipotalamus- hipofisis-ovarium. Gangguan hormon

tersebut menyebabkan lamanya siklus menstruasi normal menjadi

memanjang, sehingga menstruasi menjadi lebih jarang terjadi. Penyebab

lain dari terjadinya oligomenorea diantaranya adalah kondisi stress dan

depresi, sakit kronik, pasien dengan gangguan makan, penurunan berat

badan berlebih, olahraga berlebihan missal atlet, adanya tumor yang

melepaskan estrogen, adanya kelainan pada struktur rahim atau serviks

yang menghambat pengeluaran darah menstruasi, dan penggunaan obat-

obat tertentu. Umumnya oligomenorea tidak menyebabkan masalah,

namun pada beberapa kasus dapat menyebabkan gangguan kesuburan.

c) Amenorea

Amenorea adalah keadaan tidak ada menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan

berturut-turut. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas,

kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause.

Amenorea terdiri dari:

i. Amenorea primer

Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadi menstruasi pada

wanita usia 16 tahun. Amenorea primer terjadi pada 0,1-2,5%

wanita usia reproduksi.

ii. Amenorea sekunder

Amenorea sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3

siklus. Angka kejadian berkisar antara 1-5 %.


(Purwoastuti & Walyani, 2015)

d) Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi, diantaranya:

i. Premenstrual tension

Gangguan ini berupa ketegangan emosional sebelum haid, seperti

gangguan tidur, mudah tersinggung, gelisah, sakit kepala.

ii. Mastadinia.

Nyeri pada payudara dan pembesaran payudara sebelum

menstruasi.

iii. Mittelschmerz

Rasa nyeri saat ovulasi, akibat pecahnya folikel de Graff dapat

juga disertai dengan perdarahan/ bercak.

iv. Dismenorea

Rasa nyeri saat menstruasi yang berupa kram ringan pada bagian

kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari.

v. Perdarahan di luar menstruasi

Perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 menstruasi

(metroragia). Pendarahan ini disebabkan oleh keadaan yang

bersifat hormonal dan kelainan anatomis. Pada kelainan hormonal

terjadi gangguan poros hipotalamus hipofisis, ovarium (indung

telur) dan rangsangan estrogen dan progesterone dengan bentuk

pendarahan yang terjadi di luar menstruasi, bentuknya bercak dan

terus menerus, dan pendarahan menstruasi berkepanjangan.

Keadaan ini dipengaruhi oleh ketidakseimbangan hormon tubuh,

yaitu kadar hormon progesteron yang rendah atau hormon

estrogen yang tinggi.

C. Amenorea
Dikatakan amenorea sekunder bila seorang wanita usia reproduktif yang

pernah mengalami haid, tiba-tiba haidnya berhenti untuk sedikitnya tiga bulan

berturut-turut. Penyebab tidak datangnya haid ialah gangguan pada organ-organ

yang bertanggung jawab terhadap proses terjadinya siklus haid, yaitu: hipotalamus-

hipofisis (amenorea sentral), ovarium (amenorea ovarium), dan uterus (amenorea

uteriner). Pervalensi amenorea sekunder sekitar 3-4% wanita usia reproduktif,

sebagian besar kasus disebabkan oleh sindroma ovarium polikistik (SOPK),

amenorea hipotalamik, hiperprolaktinemia, dan kegagalan ovarium dini. Untuk

memastikan diagnosis amenorea, dilakukan pemeriksaan penunjang berupa:

1. Tes kehamilan, untuk memastikan apakah amenorrhea disebabkan oleh

kehamilan atau tidak, terutama untuk wanita usia subur yang aktif secara

seksual

2. Tes darah yang meliputi pemeriksaan hormon prolaktin, tiroid, estrogen, FSH

(follicle-stimulating hormone), DHEA-S (dehydroepiandrosterone sulfate),

atau testosterone, untuk memastikan ada tidaknya gangguan hormonal yang

bisa menyebabkan terjadinya amenorrhea

3. Tes pemindaian dengan USG, CT scan, atau MRI, untuk melihat ada tidaknya

kelainan pada organ reproduksi dan tumor pada kelenjar hipofisis (pituitary)

Selain tidak mengalami haid, amenorrhea juga dapat disertai dengan

beberapa gejala lain tergantung dari penyebab yang mendasari terjadinya

amenorrhea.Jika disebabkan oleh gangguan hormonal, bisa muncul keluhan

tambahan, seperti tumbuhnya rambut yang berlebihan, perubahan suara menjadi

lebih berat, timbulnya jerawat, keluarnya ASI padahal tidak sedang menyusui, atau

rambut rontok.

Amenorrhea tidak selalu dapat dicegah, terutama jika disebabkan oleh

gangguan pada organ reproduksi, seperti tidak terbentuknya rahim, leher rahim,
atau vagina. Jika remaja tidak kunjung mengalami menstruasi di usia 15 tahun

padahal sudah muncul tanda pubertas,sebaiknya segera dilakukan pemeriksaan ke

dokter, sehingga penyebabnya bisa segera diketahui. Selain itu, jika amenorrhea

berkaitan dengan gaya hidup, dan dapat menurunkan risikonya dengan melakukan

beberapa cara berikut:

● Menjaga berat badan ideal dengan mengonsumsi makanan yang sehat

dan bergizi seimbang

● Mengelola stres dengan cara yang benar

● Berolahraga dengan rutin

● Beristirahat yang cukup

Terapi / tindakan penanganan yang dilakukan sesuai teori

1. Pemberian obat dan terapi hormonal

Obat dan terapi hormonal diberikan untuk memicu siklus haid dan

mengobati gangguan hormon. Beberapa jenis obat yang bisa diberikan untuk

memicu siklus haid adalah pil KB, preparat atau obat yang mengandung

progestogen, analog GnRH-a (gonadotropin releasing hormone analogue),

atau bromocriptine. Sedangkan, terapi penggantian hormon untuk mengatasi

amenorrhea akan disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya. Beberapa

jenis terapi hormon yang bisa diberikan adalah:

a. Terapi pengganti hormon estrogen (ERT), untuk amenorrhea yang disebabkan

oleh insufisiensi ovarium primer, terapi ini akan diimbangi dengan pemberian

progestin atau hormon progesterone untu mengurangi risiko terjadinya kanker

rahim

b. Terapi pengurangan hormon androgen, untuk amenorrhea yang disebabkan

oleh sindrom ovarium polikistik (PCOS)


2. Perubahan gaya hidup

Jika amenorrhea dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat, untuk

mengatasinya yaitu dengan menerapkan pola hidup sehat dengan melakukan

beberapa hal berikut ini:

a. Menjaga berat badan ideal

b. Mengelola stres

c. Rutin berolahraga

d. Mengonsumsi makanan yang bergizi

e. Beristirahat yang cukup

3. Operasi

Meski jarang dilakukan, jika amenorrhea disebabkan oleh tumor atau

adanya jaringan parut, dapat dilakukan operasi pengangkatan tumor atau jaringan

parut.

Komplikasi amenorrhea tergantung dari penyebab yang mendasarinya.

Jika amenorrhea terjadi akibat tidak adanya ovulasi, bisa saja terjadi kemandulan

(infertilitas). Jika disebabkan oleh gangguan hormonal, misalnya kurangnya kadar

estrogen, risiko terjadinya osteoporosis juga bisa meningkat.

BAB III
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN

AMENOREA SEKUNDER NN ”M“ DI PUSKESMAS MUARA DELANG

KECAMATAN TABIR SELATAN KABUPATEN MERANGIN

Tanggal Pengkajian : 24 Desember 2021

Pukul : 08.45 WIB

Tempat Pengkajian : Poli KIA/KB Puskesmas Muara Delang

A. SUBJEKTIF

1. Identitas

Nama : Nn M

Umur : 17 tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Jl.Tumbro Raya

No.Telp : 082277xxxxxx

2. Alasan datang

Pasien datang ingin memeriksakan kesehatan, dengan keluhan pusing dan sudah 6

bulan ini tidak menstruasi.

3. Keluhan Utama

Pusing

4. Riwayat Menstruasi

a. Menarche : 11 tahun

b. Siklus : 28 hari/bulan, teratur, lama 4-6 hari

c. Banyaknya : ganti pembalut 2-3 kali ganti pembalut

d. Disminorhea : kadang- kadang tapi hanya nyeri ringan


e. HPHT : 12 Juni 2021

f. Fluor Albus : kadang-kadang, bening, sebelum dan setelah menstruasi, tidak

gatal, tidak berbau

5. Penyuluhan yang Pernah Didapat

Nn M pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan reproduksi saat belajar

disekolah dan saat petugas puskesmas memberikan penyuluhan diSekolah

6. Riwayat Kesehatan

Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, asma, DM,

ginjal, batuk lama (TBC atau difteri),belum pernah melakukan pemeriksaan

hepatitis, IMS dan HIV/AIDS, dan golongan darah, Status TT4 (SD Kelas 1 dan

6).

7. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ayah menderita hipertensi

Ibu menderita DM

8. Pola Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan

Tidak ada

9. Pola Fungsional Kesehatan

a. Nutrisi :

Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, terdiri dari nasi, ayam, telur,

daging, jarang mengkonsumsi buah dan sayur . Minum air putih 6-7 gelas

sehari, suka mengkosumsi minuman berwarna seperti es teh dan capuccino.

Tidak ada pantangan/alergi makanan

b. Eliminasi:

BAB 1-2 hari sekali, warna kuning khas, tidak ada keluhan sakit saat BAB.

BAK 4-6 kali sehari, tidak nyeri saat berkemih

c. Istirahat :

Tidur siang 1 jam dan pada malam hari tidur 7-8 jam

d. Aktivitas :
Sekolah dan membantu mengerjakan pekerjaan rumah, seperti menyapu,

mencuci piring dan menjemur baju

e. Hygiene :

Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, ganti celana dalam 2-3 kali/hari

atau setiap kali basah. Setelah BAK atau BAB tidak dikeringkan memakai

tisu atau handuk.

f. Riwayat Pernikahan

Belum pernah menikah

g. Riwayat Psikososial Budaya

Tidak ada budaya tertentu yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi

remaja.

B. OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : baik

b. Kesadaran : composmentis

c. Antropometri :

BB : 50 Kg

TB : 156 cm

IMT : 20,5 kg/m2

LILA: 25 cm

d. Tanda-tanda Vital

TD : 110/70 mmHg

N : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

2. Pemeriksaan Fisik

a. Bentuk tubuh : Normal

b. Wajah : wajah tidak pucat, tidak ada kelainan yang berkenaan dengan genetic

seperti sindrom down


c. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih

d. Mulut : bibir tidak pucat, lembab tidak kering

e. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

f. Dada : tidak dilakukan

g. Abdomen : nyeri tekan perut bawah

h. Anogenital : tidak dilakukan

3. Pemeriksaan Penunjang

Hb :-

HIV :-

C. ASSESMENT

1. Diagnosa

Nn. M usia 17 tahun dengan Amenorea Sekunder

Data dasar

a. Nn M mengatakan HPHT pada tanggal 12 Juni 2021

2. Masalah

Nn. M merasakan cemas dengan tidak datangnya menstruasi selama 6 bulan

terakhir

3. Kebutuhan

a. Informasikan hasil pemeriksaan

b. Informasikan cara menjaga kesehatan reproduksi

c. Informasikan resiko penyakit yang mungkin diderita berdasarkan riwayat

penyakit orangtua

d. Informasikan cara menjaga pola makan, minum, istirahat dan olahraga

e. Informasi cara mengatasi amenorea sekunder yang dialami

f. Terapi untuk sakit kepala

D. PERENCANAAN
1. Jelaskan hasil pemeriksaan

2. Jelaskan status imunisasi Nn. M

3. Jelaskan cara menjaga kesehatan reproduksi

4. Jelaskan resiko penyakit yang mungkin diderita berdasarkan riwayat penyakit

orangtua

5. Anjurkan untuk mengurangi garam dan makanan minuman berkalori tinggi

6. Anjurkan untuk makan makanan yang mengandung zat gizi dan minum tablet

tambah darah

7. Jelaskan bahwa keputihan yang dialami masih normal

8. Anjuran mengonsumsi herbal kunyit 1x 1 gelas sebagai salah satu cara

mengatasi amnorea sekunder

9. Anjuran mengelola stres dengan cara yang benar

10. Anjuran untuk berolahraga dengan rutin 1 mggu 3x selama minimal 30 menit

11. Anjuran untuk istirahat yang cukup

12. Beri terapi

D. PENATALAKSANAAN

Tanggal : 24 Desember 2021 Pukul :09.00 WIB

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada Nn. M bahwa keadaan baik, tanda- tanda

vital dalam batas normal dan Nn. M menderita Amenorea sekunder.

BB : 50 Kg

TB : 156 cm

IMT : 20,5

LILA: 25 cm

2. Menjelaskan kepada Nn. M bahwa status imunisasi TT saat ini sudah TT4 dan

tetap akan dilakukan imunisasi booster nanti saat akan melangsungkan

pernikahan.
3. Menjelaskan kepada Nn. M untuk menjaga kesehatan reproduksinya, dengan

mengganti pembalut setiap 4-6 jam pemakaian, Vagina cukup dibersihkan

dengan sabun polos dan air saat mandi dari arah depan kebelakang, memilih

sabun untuk membersihkan vagina yang tidak mengandung pewangi dan

antiseptic, dan mengeringkan vagina setelah BAK atau BAB.

4. Menjelaskan kepada Nn.M memiliki risiko terkena DM karena memiliki

keturunan diabetes mellitus dan memiliki risiko mengalami hipertensi

dikarenakan memiliki keturunan penyakit hipertensi

5. Menganjurkan kepada Nn. M , mengurangi makanan yang mengandung kadar

garam dikarenakan berisiko mengalami hipertensi (menurut WHO batas

konsumsi sodium 2.400mg atau sekitar 1 sendok teh garam per hari) dan

makanan yang mengandung kadar gula tinggi (Batas konsumsi gula yang

disarankan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia per orang dalam per hari

yaitu 50 gram gula atau setara dengan 5 – 9 sendok teh) serta mengurangi kafein

(batas mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram/hari) karena bila kelebihan

dapat memperburuk kesehatan dimasa yang akan datang, serta mencegah stress

berlebihan, minum air putih minimal 8 gelas sehari, melakukan olahraga dan

kontrol kesehatan secara rutin

6. Menganjurkan kepada Nn. M untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang

kaya zat besi seperti hati, daging sapi, sayuran berwarna hijau tua, kacang-

kacangan, ikan, dan daging ayam, serta mengandung asam folat seperti pada

sayuran bewarna hijau tua atau minum susu yang terdapat kandungan asam

folat.Selain itu, juga penting mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD). Aturan

minum TTD bagi remaja putri yaitu diminum secara teratur 1 tablet dosis 1 (satu)

tablet per minggu sepanjang tahun, TTD diminum setelah makan dengan air

putih/jus buah tidak dengan teh, kopi, dan susu.

7. Menjelaskan kepada Nn. M bahwa keputihan yang dialami merupakan keputihan

yang fisiologis. Menganjurkan klien untuk sering mengganti celana dalam,


menggunakan celana dalam dengan bahan yang mudah menyerap keringat seperti

berbahan cutton, tidak perlu menggunakan cairan pembersih genetalia untuk

menjaga tingkat keasaman normal vagina dan tidak perlu menggunakan

pantyliner untuk mencegah agar vagina tidak lembab.

8. Memberikan konseling untuk mengonsumsi herbal kunyit 1x 1 gelas sebagai

salah satu cara mengatasi amnorea sekunder,

9. Member konseling untuk berolahraga secara teratur1 mggu 3x selama minimal

30 menit

10. Menganjurkan untuk istirahat yang cukup

11. Memberikan terapi paracetamol 500mg 3x1 dan menganjurkan Nn. M untuk

memeriksakan kesehatan apabila keluhan bertambah.

E. EVALUASI

Nn. M mengerti penjelasan yang diberikan

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 31 Desember 2021

Pukul : 10.00 WIB


SUBJEKTIF

1. Nn. M mengatakan haid belum datang namun sudah terasa nyeri perut bagian

bawah

2. Nn. M mengatakan sudah tidak sakit kepala lagi

3. Nn. M mengatakan membersihkan vagina seperti yg dianjurkan bidan

4. Nn. M mengetahui resiko penyakit yang mungkin diderita berdasarkan riwayat

penyakit orangtua

5. Nn. M berjanji untuk mengurangi makanan mengurangi makanan yang

mengandung kadar garam, namun masih susah untuk mengurangi makanan

yang mengandung kadar gula tinggi serta mengurangi kafein

6. Nn.M berjanji untuk makan makanan yang mengandung zat besi namun masih

susah minum tablet tambah darah

7. Nn. M sudah mempraktekkan cara minum herba kunyit 1x1 gelas selama 1

minggu ini

8. Nn. M berjanji untuk memeriksakan kesehatan apabila ada keluhan.

OBJEKTIF

a. Keadaan Umum : baik

b. Kesadaran : composmentis

c. Antropometri :

BB : 46 Kg

TB : 155 cm

IMT : 19,1 kg/m2

LILA: 24 cm

d. Tanda-tanda Vital

TD : 110/70 mmHg

N : 80 x/menit

RR : 20 x/menit
ASSESMENT

Nn. M usia 17 tahun dengan amenorea sekunder

PLANNING

a. Jelaskan hasil pemeriksaan

b. Ingatkan cara menjaga kesehatan reproduksi

c. Ingatkan resiko penyakit yang mungkin diderita berdasarkan riwayat penyakit

orangtua

d. Ingatkan cara menjaga pola makan, minum dan olahraga

e. Ingatkan untuk mengurangi garam dan makanan yang mengandung gula yang

tinggi

f. Ingatkan untuk makan makanan yang mengandung zat besi dan minum tablet

tambah darah

g. Anjuran melanjutkan mengkonsumsi herba kunyit 1x1 gelas

h. Anjurkan untuk memeriksakan kesehatan bila ada keluhan

PELAKSANAAN

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada Nn. M bahwa keadaan baik, tanda- tanda

vital dalam batas normal.

2. Menjelaskan kepada Nn. M untuk tetap mempertahankan kesehatan

reproduksinya, dengan Vagina cukup dibersihkan dengan sabun polos dan air

saat mandi dari arah depan kebelakang, memilih sabun untuk membersihkan

vagina yang tidak mengandung pewangi dan antiseptic, dan mengeringkan

vagina setelah BAK atau BAB.

3. Mengingatkan Nn. M memiliki risiko terkena DM karena memiliki keturunan

diabetes mellitus dan memiliki risiko mengalami hipertensi dikarenakan


memiliki keturunan penyakit hipertensi jadi harus memperhatikan pola makan

dan gaya hidupa

4. Mengingatkan Nn. M untuk mengurangi makanan yang mengandung kadar

garam dikarenakan berisiko mengalami hipertensi dan makanan yang

mengandung kadar gula tinggi serta mengurangi kafein karena dapat

memperburuk kesehatan dimasa yang akan datang, serta mencegah stress

berlebihan, minum air putih minimal 8 gelas sehari, melakukan olahraga dan

kontrol kesehatan secara rutin

5. Mengingatkan kepada Nn. M untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang

kaya zat besi seperti hati, daging sapi, sayuran berwarna hijau tua, kacang-

kacangan, ikan, dan daging ayam, serta mengandung asam folat seperti pada

sayuran bewarna hijau tua atau minum susu yang terdapat kandungan asam

folat.Selain itu, juga penting mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD). Dan

tetap minum TTD bagi remaja putri yaitu diminum secara teratur 1 tablet dosis 1

(satu) tablet per minggu sepanjang tahun, TTD diminum setelah makan dengan

air putih/jus buah tidak dengan teh, kopi, dan susu.

6. Menganjurkan untuk melanjukan mengonsumsi herbal kunyit 1x 1 gelas sebagai

salah satu cara mengatasi amnorea sekunder

7. Menganjurkan Nn. M untuk memeriksakan kesehatan apabila ada keluhan.

EVALUASI

1. Nn. M mengetahui hasil pemeriksaan

2. Nn. M mengetahui cara menjaga kesehatan reproduksi

3. Nn. M mengetahui resiko penyakit yang mungkin diderita berdasarkan

riwayat penyakit orangtua

4. Nn. M mengetahui cara menjaga pola makan, minum dan olahraga

5. Nn. M bersedia untuk mengurangi garam dan makanan yang mengandung

gula yang tinggi


6. Nn. M bersedia untuk makan makanan yang mengandung zat besi dan

minum tablet tambah darah

7. Nn. M bersedia melanjukan mengonsumsi herbal kunyit 1x 1 gelas sebagai

salah satu cara mengatasi amnorea sekunder

8. Nn. M bersedia untuk memeriksakan kesehatan bila ada keluhan


BAB IV

ANALISIS KASUS

Pasien adalah seorang pelajar berusia 17 tahun, berasal dari Tabir Selatan,

bertempat tinggal tetap di jl Tumro Raya Desa Muara Delang Kecamatan Tabir Selatan.

Pasien beragama Islam dan merupakan keturunan suku Jawa. Aktivitas pasien setiap

harinya merupakan pelajar di pagi hari hingga jam 2 siang. Pada saat dilakukan

pemeriksaan pasien dalam keadaan sadar. Ekspresi wajah ramah, bentuk tubuh pasien

sedang dengan tinggi badan 156 cm serta memiliki berat badan 50 kg. Pasien memiliki

gerak gerik yang santai, kulit pasien cenderung kering, rambut pasien hitam tebal dan

bergelombang, mata simetris, telinga simetris dan tidak sedang memakai alat bantu

pendengaran, mulut pasien simetris dan kering dengan warna bibir coklat kehitaman.

Berdasarkan observasi pada menggunakan indra penciuman dan pendengaran

pada pasien, pasien memiliki keringat yang tidak berbau, suara pasien jelas. Pasien

memiliki keluhan utama tidak menstruasi selama 6 bulan 12 hari dan memiliki keluhan

tambahan yaitu pusing, juga memiliki penyakit lambung yang dapat kambuh bila pola

makan pasien tidak baik. Menstruasi terakhir pasien pada tanggal 12 Juni 2021 dan

belum mengalami menstruasi hingga tanggal 24 Desember 2021 (6 bulan 12 hari setelah

menstruasi terakhir).

Pasien buang air besar 1-2 hari sekali, warna kuning khas, tidak ada keluhan

sakit saat buang air besar. Buang air kecil 4-6 kali sehari, tidak nyeri saat berkemih.

Pasien tidak suka mengkonsumsi sayur. Suka makanan kemasan seperti mie, minuman

kemasan, minum dingin (es) dan manis. Pasien adalah seseorang yang tidak mudah haus
dan sedikit minum. Pasien Nn. M tidak ada pantangan/alergi makanan. tidak pernah

berolahraga, hanya bila ada jam olahraga disekolah Pengukuran tekanan darah pada

pasien menunjukkan skala 110/70 mm/Hg. Pasien baru selesai ujian semester.

Fluor albus yang kadang dialami Nn. M sebelum dan setelah menstruasi,

memiliki sifat bening, tidak gatal, tidak berbau merupakan fisiologis atau normal.

Sebagaimana diungkapkan oleh Saifuddin (2012) bahwa keputihan normal adalah tidak

berbau, berwarna putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan gatal dicurigai

adanya kemungkinan infeksi alat genital.

Riwayat kesehatan keluarga Nn. M ditemukan bahwa ayah memiliki riwayat

penyakit hipertensi, begitupun ibu memiliki penyakit diabetes melitus. Beberapa

penyakit yang dapat diturunkan ialah hipertensi dan diabetes mellitus (Kemenkes,

2018). Dengan mengetahui gejala dan faktor risiko hipertensi dan diabetes mellitus

diharapkan Nn. M dapat melakukan pencegahan dengan modifikasi diet/gaya hidup,

seperti pola makan seimbang dengan mengurangi makanan yang mengandung

kolesterol, kadar garam natrium dan kadar gula tinggi, mengurangi makanan cepat saji,

mencegah stress berlebihan, menghentikan kebiasan merokok, olahraga rutin,

menghindari stress, olahraga rutin, dan cek kesehatan secara rutin sehingga dapat

terhindar dari hipertensi dan diabetes mellitus maupun komplikasinya

Selain itu, pemberian imunisasi TT pada Nn. C, hal tersebut dilakukan dalam

upaya pencegahan dan perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki

kekebalan untuk melindungi tubuh terhadap penyakit tetanus. Pemberian imunisasi

tetanus toxoid (TT) akan dilakukan suntikan booster nanti saat hendak melangsungkan
pernikahan untuk mencapai status T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan.

Status T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur memiliki kekebalan

penuh. Dalam hal status imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian imunisasi

dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan saat yang

bersangkutan menjadi calon pengantin (Kemenkes, 2017).

Berdasarkan tahun kelahiran Nn. C yakni 2009 dan mengaku selalu ikut

imunisasi yang diadakan saat SD yakni kelas 1 dan 6 yang masing-masing diberikan 2

dosis imunisasi (4 dosis), sehingga status imunisasi TT Nn. C adalah T4 dan kurang

satu kali imunisasi TT. Sehingga pada kunjungan ini diberikan injeksi imunisasi TT

yang ke-5 untuk kekebalan seumur hidup.

Didapatkan bahwa pada terapi tahap satu pasien belum mendapatkan

menstruasi, namun pusing sudah berkurang. Menurut Rianda (2011), Stres

memengaruhi fungsi normal menstruasi. Pada keadaan stres, mengaktifkan hipotalamus

menyekresikan CRH (corticotropin releasing hormone). Corticotropin Releasing

Hormone mempunyai pengaruh negatif terhadap pengaturan sekresi GnRH. Pelepasan

GnRH inilah menyebabkan pengeluaran LH dan FSH sebagai hormon pengatur

menstruasi (Hall John, 2006). Pada awal terapi pasien mengaku bahwa dirinya sudah

tidak banyak pikiran dan sudah tidak stres lagi karena pasien ujian telah selesai. Pada

terapi tahap dua pasien mengatakan sedang mengalami tanda datangnya menstruasi

seperti nyeri daerah perut bagian bawah yang pada sebelumnya juga dirasakan pasien

ketika menstruasi atau sebelum menstruasi.

Kunyit (Curcuma domestica) adalah salah satu tanaman obat sebagai tanaman

tradisional yang memiliki banyak kegunaan dan banyak manfaat, salah satu manfaatnya
untuk memperlancar haid yang membuktikan adanya aktivitas estrogenik dari infus

rimpang kunyit berasal dari kandungan fitosteroid berupa kampesterol, beta sisterol dan

signasterol (Kusmana, 2007). Estrogen itu sendiri memiliki pengaruh terhadap selaput

dalam rahim untuk mengeluarkan darah menstruasi dan menumbuhkan endometrium

pada waktu daur haid. Dalam keseimbangan yang tertentu menyebabkan ovulasi, dan

pada akhirnya penurunan kadarnya mengakibatkan disintegrasi endometrium dan haid

(Rianda, 2011).

Terapi herbal kunyit (Curcuma domestica Val.) yang diberikan pada pasien

juga berperan penting pada berkurangnya keluhan yang dirasakan pasien. Kunyit

memiliki fungsi sebagai analgetik dapat digunakan untuk pusing (Kementerian

Kesehatan RI, 2012). Kunyit juga mengandung kurkumin sehingga dapat berfungsi

mengatasi masalah pada lambung seperti maag yang dapat menimbulkan mual pada

pasien (Kementerian Kesehatan RI, 2012). Kunyit juga memiliki khasiat untuk

melancarkan sirkulasi darah (Kementerian Kesehatan RI, 2012).

Kacang kedelai merupakan sumber utama dari fitoestrogen yang berperan

dalam menstabilkan kadar hormon estrogen dalam tubuh, dimana dalam 250 ml susu

kedelai mengandung 40 mg fitoestrogen. Makanan yang dikonsumsi yang mengandung

Fitoestrogen sangat berperan dalam menstabilkan kadar hormone estrogen dalam tubuh,

yaitu dengan cara menghambat aktifitas estrogen yang berlebihan dan mensubstitusi

estrogen ketika kadarnya dalam tubuh rendah sehingga mencegah terjadinya siklus

menstruasi yang tidak normal. Seperti diketahui kacang kedelai dan hasil olahannya

merupakan sumber utama dari isoflavon. Fitoestrogen merupakan suatu substrat dari

tumbuhan yang memiliki aktivitas mirip estrogen. Fitoestrogen merupakan dekomposisi


alami yang ditemukan pada tumbuhan yang memiliki banyak kesamaan dengan

estradiol, bentuk alami estrogen. Penggunaan fitoestrogen memiliki efek keamanan

yang lebih baik dibandingkan dengan estrogen sintesis atau obat-obat hormonal

penggantiu( Yusnaini, 2020).


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil asuhan kebidanan pada pasien dengan Disminorea di Puskesmas

Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin pada tahun 2021,

penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil pengkajian pada Nn. M didapatkan, Nn. M mengalami amenorea

sekunder. Saat ini Nn. M mengeluhkan sudah 6 bulan tidak datang menstruasi.

2. keluhan ini diatasi dengan memberikan Memberikan konseling untuk makan

makan bergizi, olahraga teratur, istirahat yang cukup dan memanajemen stress.

3. Memberikan herbal kunyit 1 kali sehari 1 gelas sebagai obat traditional untuk

mengatasi amenorea sekunder.

5. Evaluasi dari asuhan yang dilakukan yaitu dilakukan kunjungan berikutnya,

dimana pada kunjungan rumah yang dilakukan pada tanggal 31 Desember 2021,

keluhan amenorea sekonder masih ada, namun sudah ada tanda-tanda datangnya

haid yaitu nyeri perut bagian bawah. Terdapat pengaruh pada remaja putri yang

diberikan herbal kunyit terhadap amenorea sekunder, yaitu terdapat tanda- tanda

datangnya menstruasi seperti nyeri daerah perut bagian bawah yang pada

sebelumnya juga dirasakan pasien ketika menstruasi atau sebelum menstruasi.

B. Saran

Disamping mengkomsumsi herbal kunyit hendaknya pasien harus tetap rutin


menerapkan gaya hidup sehat, mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi

seimbang, mengelola stres dengan cara yang benar, istirahat yang cukup, dan

berolahraga dengan teratur. Dan pasien harus bersabar karena untuk mengatasi

amenorea sekunder membutuhkan waktu yang tidak sebentar.


DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/amenorrhea 2020

https:// Rianda, A.S. 2010. Gambaran Gangguan Haid pada Mahasiswi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tingkat I Angkatan 2010. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, Medan
sardjito.co.id/2019/04/15/mengenal-amenorea-lebih-dekat/2020

Isnaeni, Desty N. Hubungan antara stres dengan pola menstruasi D IV Kebidanan


jalur reguler Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta: Jurusan Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret; 2010

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Vademekum Tanaman Obat


untuk Saintifikasi Jamu Jilid 1 (Ed Revisi). Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Kementerian Kesehatan


RI, Jakarta.

Kusmiran, E. 2011. Reproduksi Remaja dan Wanita, Salemba Medika, Jakarta.

Manuaba, I.G.B. 2014. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:
EGC. Nurmaidah, 2020.

Nindy rahmi izzati, 2017 terapi amenore sekunder dengan akupunktur serta
Herbal kunyit dan kelabetjournal of vocational health studies

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. llmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.


Dalam: Saifudding AB, dkk (Editor). PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta,
Indonesia.

Prawirohardjo, S. 2010, Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo, Jakarta.

Prita, Y. I, 2013.Asuhan kebidanan Gangguan Reproduksi Pada Ny. T umur 32 th


dengan amenorea sekunder di RSUD Surakarta.

Yusnaini 2020, pengaruh konsumsi susu kedelai terhadap amenorhoe sekunder


pada remaja putri periode late adolescence di dayah insan qur’ani aceh besar, Aceh
Nutrition Journal

Anda mungkin juga menyukai