Anda di halaman 1dari 34

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn. F UMUR 15 TAHUN


REMAJA DENGAN KEPUTIHAN DI PMB WACIH WIDIANINGSIH

Nama : Wacih Widianingsih


NIM : 07210200007

PROGAM STUDI PENDIDIKAN KEBIDANAN PROGRAM

SARJANA TERAPAN DEPARTEMEN KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INDONESIA

MAJU 2022

Depatemen Kebidanan UIMA i


LEMBAR PERSETUJUAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn. F UMUR 15 TAHUN
REMAJA DENGAN KEPUTIHAN DI PMB WACIH WIDIANINGSIH

Oleh:

NAMA : Wacih Widianingsih

NPM : 07210200007

Telah dilakukan pembimbingan dan dinyatakan layak untuk dipresentasikan di


hadapan tim penguji.

Tanggal, ………….. 2022

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

(Nama Dosen)

NIDN

Depatemen Kebidanan UIMA ii


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan segala rahmat
kemudahan, kemurahan, ketenangan dan ampunan-Nya yang telah diberikan, sehingga
penulis dapat menyelesaian Laporan Praktik Magang yang berjudul “Laporan Individu
Nn. F Usia 15 tahun Remaja Dengan Keputihan di PMB Wacih Widianingsih “. Dalam
penyusunan laporan individu ini penulis mendapatkan bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, baik institusi, tempat penelitian, keluarga dan yang lainnya. Oleh karena
itu, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. H. Jakub Chatib sebagai ketua yayasan Universitas Indonesia Maju Jakarta
2. Dr. H. M. Hafizurrachman, M PH sebagai Pembina Yayasan universitas indonesia
Indonesia Maju.
3. Astrid Novita, SKM.,M,KM selaku pjs rektor universitas Indonesia Maju.
4. Hidayani A MD.Keb, SKM,M.KM sebagai kepala Dapartemen Kebidanan
universitas Indonesia Maju.
5. Retno Sugesti, S.ST, M.Kes sebagai Koordinator Program Studi Kebidanan
Program Sarjana Terapan universitas Indonesia Maju.
6. Ratna wulandari S.ST., MKM sebagai dosen pembimbing dalam Praktik Magang
Asuhan Kebidanan Dalam Program Sarjana Terapan universitas Indonesia Maju.
7. Serta dosen-dosen pembimbing dalam kelompok yang senantiasa mendampingi
penulis dan tim, serta berkenan untuk memberikan pengarahan serta dukungan
dalam membimbing penyusunan laporan ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penyusunan individu ini

jauh dari kata kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca demi perbaikan selanjutnya dan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Pandeglang, …… 2022

penyusun

Depatemen Kebidanan UIMA iii


DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................3
C. Manfaat ................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Remaja...........................................................................5
B. Kesehatan Reproduksi ..........................................................................8
C. Keputihan .............................................................................................9
D. Manajeen asuhan kebidanan...............................................................19
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ..........................................................................................29
B. Identitas Pasien....................................................................................29
BAB IV PEMBAHASAN
A. pembahasan.........................................................................................35
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................39
B. Saran....................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA

Depatemen Kebidanan UIMA iv


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) mendefinisikan Kesehatan reproduksi

sebagai suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari

penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem

reproduksi, fungsi serta prosesnya. Kesehatan reproduksi remaja putri terutama

dalam menjaga dan merawat organ reproduksi dipengaruhi oleh pengetahuan orang

tua, tingkat pendidikan orang tua, dan peran orang tua terutama ibu dalam

memberikan pendidikan kesehatan reproduksi sehingga remaja putri dapat

mengetahui dan merawat organ reproduksi. (1)

Berdasarkan data WHO 2010 masalah kesehatan reproduksi perempuan yang

buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban penyakit yang diderita para

perempuan di dunia salah satunya adalah keputihan. Jumlah wanita di dunia yang

pernah mengalami keputihan 75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami

keputihan sebesar 25%. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan masalah

reproduksi pada kaum laki-laki yang hanya mencapai 12,3% pada usia yang sama

dengan kaum wanita. Data tersebut menunjukkan bahwa keputihan pada wanita di

dunia, Eropa, dan di Indonesia cukup tinggi. (2)

Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012

menunjukkan bahwa sekitar 46% wanita umur 15-49 tahun pernah mengalami

keputihan, prevalensi keputihan tertinggi terjadi pada wanita belum menikah

sebanyak 21%, dan keputihan terjadi pada wanita tidak tamat SMA sebanyak 11%

Depatemen Kebidanan UIMA 1


(Survey Demografi Dan Kesehatan Indonesia, 2012). Berdasarkan data statistik

tahun 2011 jumlah remaja putri di Provinsi Banten yaitu 2,9 juta jiwa berusia 15-

24 tahun 68% mengalami keputihan patologi. (3)

Keputihan merupakan salah satu gangguan klinis yang sering dikeluhkan oleh

semua wanita. Remaja putri yang baru memasuki masa pubertas dengan segala

bentuk fenomena perubahan pada diri mereka, masalah ini dapat berdampak negatif

jika tidak ditangani sejak dini. (4)

Faktor pencetus keputihan yaitu faktor infeksi diakibatkan karena kuman, jamur,

virus, parasit. Faktor noninfeksi diakibatkan karena masuknya benda asing ke

vagina seperti kebersihan daerah vagina yang kurang, jarang mengganti celana

dalam dan pembalut saat menstruasi. Kebersihan area genitalia memiliki peran

penting dalam memicu terjadinya infeksi. Pengetahuan remaja putri yang kurang

mengenai perawatan genitalia akan mempengaruhi rendahnya kesadaran tentang

pentingnya merawat kebersihan organ reproduksi dan hal ini berpengaruh pada

kebiasaan remaja yang berakibat terjadinya masalah pada daerah kewanitaan (5).

Keputihan dapat disebabkan oleh gangguan hormon, stress, kelelahan kronis,

peradangan alat kelamin, serta ada penyakit dalam organ reproduksi seperti kanker

leher rahim, menimbulkan rasa tidak nyaman serta mempengaruhi rasa percaya diri

pada wanita (6). Upaya pencegahan keputihan yang dapat diberikan seperti

konseling, memberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan menyediakan

pelayanan kesehatan peduli remaja yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan

remaja termasuk pelayanan untuk kesehatan reproduksi (7).

Depatemen Kebidanan UIMA 2


Peran bidan salah satunya untuk masalah gangguan reproduksi terutama pada

keputihan dalam upaya pencegahan dan penanganan gangguan reproduksi bidan

merupakan fasilitator dalam mempromosikan kesehatan. Bidan memberikan

pelayanan yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan,

penanganan dan promosi kesehatan dengan berlandasan kemitraan dan

pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk

senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkan pertolongan kapanpun dan

dimanapun dia berada.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Melakukan Pengkajian dan Analisis serta Memberikan Konseling Asuhan

Kebidanan Pada Nn F Umur 15 Tahun Remaja dengan keputihan di PMB

Wacih widianingsih.

2. Tujuan khusus

a. Dapat melaksanakan pengkajian data subjektif dan data objektif kepada Nn F

Umur 15 Tahun Remaja dengan keputihan

b. Dapat melakukan interpretasi data kepada Nn F Umur 15 Tahun Remaja

dengan keputihan

c. Dapat melakukan penatalaksanaan Kie kepada Nn F Umur 15 Tahun

Remaja dengan keputihan

d. Dapat melakukan Telaah Kasus dengan Teori kepada Nn F Umur 15 Tahun

Remaja dengan keputihan

Depatemen Kebidanan UIMA 3


C. Manfaat Penulisan

1. Bagi PMB

Dapat menjadi bahan masukan dalam pelayanan asuhan kebidanan pada

kesehatan reproduksi pada remaja dengan flour albus.

2. Bagi institusi pendidikan

Dapat diharapkan sebagai bahan kajian, masukan dan dasar pemikiran bagi

mahasiswa khususnya untuk studi kasus lebih lanjut guna meningkatkan kualitas

pendidikan

3. Bagi remaja

Dapat menambah pengetahuan pasien agar terhindar dari keputihan yang dapat

merugikan kesehatan reproduksinya..

Depatemen Kebidanan UIMA 4


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju ke masa dewasa. Pada

masa itu remaja akan mengalami perubahan baik fisik, psikis dan kematangan

fungsi seksual. Masa remaja (adolescence) merupakan periode transisi

perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan

perubahan-perubahan biologis, kogntif, dan sosio-emosional (Siahaan, 2012).

Menurut Depkes (2018) diterangkan bahwa remaja putri adalah masa

peralihan dari anak ke dewasa, ditandai dengan perubahan fisik dan mental.

Perubahan fisik ditandai dengan berfungsinya alat reproduksi seperti menstruasi

(umur 10-19 tahun)

Banyak para ahli mengemukakan berbagai pendapat mengenai batasan usia

remaja. Menurut Ani (2016), remaja dapat dibagi menjadi 3 sub fase:

a. Remaja awal (early adolescence) Usia masa remaja awal antara 11 – 14

tahun. Karakter remaja pada masa ini adalah suka membandingkan diri

dengan orang lain, sangat mudah dipengaruhi oleh teman sebaya dan lebih

senang bergaul dengan teman sejenis.

b. Remaja tengah (middle adolescence) Usia masa remaja tengah antara 15 – 17

tahun. Masa remaja ini lebih nyaman dengan keadaan sendiri, suka

Depatemen Kebidanan UIMA 5


berdiskusi, mulai berteman dengan lawan jenis dan mengembangkan rencana

masa depan.

c. Remaja akhir (late adolescence) Usia antara 18 – 21 tahun, mulai

memisahkan diri dari keluarga, bersifat keras tetapi tidak berontak. Masa

remaja akhir menganggap teman sebaya tidak penting, berteman dengan

lawan jenis secara dekat dan lebih terfokus pada rencana karir masa depan

2. Perkembangan fisik dan Kognitif

Masa remaja merupakan masa peralihan anatara masa anak-anak ke masa

dewasa. Pada masa perkembangan ini, remaja mencapai kematangan fisik,

mental, sosial dan emosional (Asrori, 2012).

Beberapa penelitian mengenai pertumbuhan fisik pada remaja

menunujukkan bahwa pertumbuhan tinggi badan pada masa remaja lebih cepat

bila dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya, dan perubahan proporsi

tubuhpada remaja wanita terjadi lebih cepat dari pada remaja laki-laki, hal ini

terlihat dengan jelas bahwa wanita usia 12,13 atau 14 tahun anak wanita lebih

tinggi dapi pada laki-laki

Pada masa perkembangan remaja juga merupakan tahapan pubertas.

Tahapan pubertas (puberty) adalah sebuah periode dimana kematangan fisik

berlangsung cepat, yang melibatkan perubahan hormonal dan tubuh, yang

terutama berlangsung dimasa remaja awal.

Menurut Jean Piaget (dalam Moh Ali : 2012) remaja dalam tahapan

perkembangan kognitifnya memasuki tahap oprasional formal. Tahapoprasional

formal ini dialami oleh anak pada usia 11 tahun keatas. Pada tahapan oprasional

Depatemen Kebidanan UIMA 6


formal ini, anak telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam

pekerjaannya yang merupakan hasil dari berpikir logis. Aspek perasaaan dan

moralnya juga telah berkembang.6 Pada tahapan ini menurut piaget (dalam Moh

Ali:2012), dalam tahapan ini remaja mulai berinteraksi dengan lingkungan dan

semakin luas dari pada tahapan anak-anak, remaja mulai berinteraksi dengan

teman sebayanya dan bahkan berusaha untuk dapat berinteraksi dengan orang

dewasa. Karena pada tahapan ini anak sudah mulai mampu mengembangkan

pikiran normalnya, mereka juga mampu mencapai logika dan rasio serta dapat

menggunakan abstraksi. Arti simbolik dan kiasan dapat mereka mengerti.

Melibatkan mereka dalam suatu kegiatan akan lebih memberikan akaibat positif

pada perkembngan kognitifnya

3. Perkembangan hubungan sosial

Hubungan sosial adalah cara-cara individu bereaksi terhadap orang-

orang disekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya.

Hubungan sosial ini juga berkaitan dengan penyesuaian diri terhadap lingkungan

sosialnya misalnya makan dan minum sendiri, berpakaian sendiri, menaati

peraturan, membangun komitmen bersama dalam kelompok atau organisasinya

dan sejenisnya (Moh Ali : 2012).

Perkembangan Hubungan sosial pada masa remaja berawal dari

lingkungan rumah kemudian berkembang lebih luas lagi ke lingkungan sekolah

dan kemudian berkembang lagi pada teman-teman sebaya (Moh Ali : 2012).

Karakteristik hubungan sosial remaja adalah sebagai berikut :

Depatemen Kebidanan UIMA 7


a. Berkembangnya kesadaran akan kesunyian Dan dorongan pergaulan. Hal ini

menyebabkan remaja memiliki solidaritas yang amat tinggi dan kuat dengan

kelompok sebayanya, jauh melebihi dengan kelompok lain, bahkan dengan

orang tuanya sekalipun.

b. Adanya upaya memilih nilai-nilai sosial. Hal Ini menyebabkan remaja

senantiasa mencari nilai-nilai yang dapat dijadikan pegangan, jika remaja

tidak menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pegangan maka remaja

cenderung akan menciptakan nilai-nilai kelompok mereka sendiri

c. Mulai ada rasa tertarik terhadap lawan jenis, hal ini menyebabkan remaja

pada umumnya berusaha keras memiliki teman dekat dari lawan jenisnya.

d. Pada masa remaja Mulai tanpak kecenderungannya untuk memilih karier

tertentu, meskipun sebenarnya perkembangan karier remaja masih beradada

pada tahap pencarian karier.

B. Kesehatan Reproduksi

1. Pengertian kesehatan reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan social yang utuh dan

bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang

berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses-

prosesnya (Taufan, 2014)

2. Ruang Lingkup Masalah Kesehatan Reproduksi

Fungsi dan proses reproduksi tercermin dari kondisi kesehatan selama siklus

kehidupannya, mulai dari saat konsepsi, masa anak, remaja, dewasa hingga masa

pasca usia reproduksi (Taufan, 2014)

Depatemen Kebidanan UIMA 8


.

3. Adapun masalah kesehatan reproduksi ditinjau dari pendekatan siklus kehidupan

keluarga meliputi Taufan, 2014):

a. Praktek tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak (seperti mutilasi,

deskriminasi, nilai anak, dsb.)

b. Masalah kesehatan reproduksi remaja (kemungkinan besar dimulai sejak masa

kanak-kanak yang seringkali muncul dalam bentuk kehamilan remaja,

kekerasan/pelecehan seksual dan tindakan seksual yang tidak aman).

c. Tidak terpenuhinya kebutuhan ber KB biasanya terkait dengan isu aborsi tidak

aman.

d. Mortalitas dan morbiditas ibu dan anak (sebagai kesatuan) selama kehamilan,

persalinan, dan masa nifas yang diikuti dengan malnutrisi, anemia, berat bayi

lahir rendah.

e. Infeksi saluran reproduksi, yang berkaitan dengan penyakit menular seksual.

f. Kemandulan, yang berkaitan erat dengan infeksi saluran reproduksi dan

penyakit menular seksual.

g. Sindrom pre dan post menepouse dan peningkatan resiko kanker organ

reproduksi

C. Keputihan

1. Pengertian keputihan

Keputihan (fluor albus, leukorea, vaginal discharge) adalah istilah keluarnya

cairan dari genitalia seorang wanita yang bukan darah. Keputihan mungkin

merupakan kejadian fisiologis normal atau manifestasi patologis. Seringkali sulit

Depatemen Kebidanan UIMA 9


untuk membedakan cairan abnormal dengan yang normal, baik dari perspektif

pasien dan penyedia layanan kesehatan. Selain itu, variasi fisiologis normal terjadi

karena perubahan biologis atau hormonal. (Zemouri, et al, 2016) Secara

epidemiologi, fluor albus patologis dapat menyerang wanita mulai dari usia muda,

usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak mengenal tingkat pendidikan,

ekonomi dan sosial budaya. (Nikmah, 2018) Leukorea merupakan manifestasi

klinis berbagai infeksi, keganasan, atau tumor jinak reproduksi gejala ini tidak

menimbulkan mortalitas, tetapi morbiditas karena selalu membasahi bagian dalam

wanita dan dapat menimbulkan iritasi, terasa gatal sehingga mengganggu, dan

mengurangi kenyamanan dalam berhubungan seks. (Khuzaiyah, 2015)

2. Klasifikasi Keputihan

a. Keputihan Fisiologis

Banyak wanita memiliki apa yang mereka anggap keputihan abnormal di

beberapa titik dalam hidup mereka, tetapi biasanya ini hanya pengeluaran

fisiologis yang normal. Keputihan fisiologis disebabkan oleh kongesti membran

mukosa vagina akibat stimulasi hormon. Ini dapat terjadi selama ovulasi dan

kehamilan. (Abid, 2016)

Keputihan normal berwarna putih atau kekuningan. Terdiri dari sel

epitel, lendir, bakteri dan cairan transudat. Asam laktat berasal dari glikogen

yang dimetabolisme oleh epitel vagina dan bakteri penghasil asam laktat e

lactobacilli atau bifidobacteria. Cairan fisiologis meningkat di pertengahan

siklus. Ini juga meningkat dalam kehamilan dan kadang-kadang ketika wanita

mulai mengonsumsi pil kontrasepsi oral kombinasi. Ektropion serviks juga dapat

Depatemen Kebidanan UIMA 10


dikaitkan dengan produksi lendir yang berlebihan menyebabkan persistent

discharge, yang dapat diobati dengan kauter serviks. (Hay,2018)

b. Keputihan Patologis

Keputihan fisiologis jika dibiarkan akan berisiko menjadi keputihan yang

patologis. Sehingga diperlukan perubahan perilaku seharihari untuk menjaga

organ intim tetap kering dan tidak lembab. (Khuzaiyah, 2015)

Keputihan patologis biasanya karena infeksi pada saluran genital wanita

bagian atas dan bawah. Patogen menular seksual yang paling umum terkait

dengan keputihan adalah Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorrhoeae, dan

Trichomonas vaginalis. Keputihan mungkin merupakan satu-satunya tanda yang

muncul pada wanita yang terinfeksi patogen ini. (Abid, 2016) Keputihan

abnormal ditandai dengan perubahan warna, konsistensi, volume, dan / atau bau

dan dapat dikaitkan dengan gejala seperti gatal, rasa sakit, disuria, nyeri

panggul, atau pendarahan intermenstrual atau postcoital .(Rao, 2019)

3. Etiologi Keputihan

a. Etiologi Keputihan Normal

Pengeluaran normal disebabkan oleh lendir yang diproduksi oleh serviks.

Seorang wanita mungkin memperhatikan perubahan jumlah pengeluaran selama

siklus menstruasi; ini normal, dan memang karena perubahan kadar hormon

wanita. Banyak wanita melihat peningkatan di sekitar waktu ovulasi. Terkadang

jumlah lendir lebih besar dari yang diinginkan seseorang, terutama pada

pemakaian pil kontrasepsi oral atau selama kehamilan, tetapi ini tidak berarti ada

yang salah. (ISSVD, 2013).

Depatemen Kebidanan UIMA 11


Faktor-faktor yang dapat menyebabkan keputihan fisiologis adalah 1)

Bayi yang baru lahir kira- kira 10 hari, keputihan ini disebab- kan oleh pengaruh

hormon estrogen dari ibunya; 2) Masa sekitar menarche atau pertama kalinya

haid datang, keadaan ini ditunjang oleh hormon estrogen; 3) Masa di sekitar

ovulasi karena poduksi kelenjar- kelenjar rahim dan pengaruh dari hormon

estrogen serta progesteron; 4) Seorang wanita yang terangsang secara seksual.

Ransangan seksual ini berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima

penetrasi senggama, vagina mengeluarkan cairan yang digunakan sebagai

pelumas dalam senggama; 5) Kehamilan yang mengakibatkan meningkatnya

suplai darah ke vagina dan mulut rahim, serta penebalan dan melunaknya selaput

lendir vagina; 6) Akseptor kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen

dan progesteron yang dapat meningkatkan lendir servik menjadi lebih encer; 7)

Pengeluaran lendir yang bertambah pada wanita yang sedang menderita penyakit

kronik. (Marhaeni, 2016)

b. Etiologi Keputihan Abnormal

Keputihan abnormal biasanya disebabkan oleh infeksi. Keputihan yang

abnormal juga dapat disebabkan penyebab non-infektif meskipun jarang.

(Bowler, 2017).

1) Penyebab Keputihan yang Bersifat Infektif

Candida dan Bacterial vaginosis adalah penyebab paling umum dari

keputihan; diagnosis dapat didasarkan pada gejala, pH dan tanda-tanda.

Bacterial vaginosis disebabkan oleh pertumbuhan berlebih dari bakteri

anaerob, terutama Gardnerella vaginalis.

Depatemen Kebidanan UIMA 12


a) Trikomoniasis adalah penyebab keputihan yang kurang umum dalam

perawatan primer tetapi sering ditemukan terkait dengan infeksi menular

seksual lainnya. Trikomonisasis disebabkan oleh Trichomonas vagonalis.

b) Kandidiasis vagina disebabkan oleh infeksi jamur dengan Candida

albicans.

c) Infeksi endoserviks yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis dan

Neisseria gonorrhoeae dapat menyebabkan keputihan

2) Penyebab Keputihan yang Bersifat Non-Infektif

a) Benda asing yang tertahan seperti tampon, kondom, atau spons vagina.

b) Peradangan karena alergi atau iritasi yang disebabkan oleh zat seperti

deodoran, pelumas, dan desinfektan.

c) Tumor vulva, vagina, serviks, dan endometrium.

d) Vaginitis atrofi pada wanita pasca-menopause. e. Ektopi atau polip

serviks.

4. Patogenesis Keputihan

Keputihan bersifat fisiologis jika dikaitkan dengan berbagai fase siklus

menstruasi. Dianggap bahwa perubahan epitel vagina; perubahan flora normal dan

pH sekresi vagina merupakan predisposisi keputihan. Tetapi ketika menjadi kondisi

patologis itu menyebabkan masalah seperti sakit punggung, gatal dan sensasi

terbakar pada vulva, nafsu makan yang menurun, ketidaknyamanan, kelemahan

umum, nyeri di kedua kaki dan sebagainya. (Tabassum, 2014)

Keputihan abnormal biasanya dikaitkan dengan salah satu dari tiga kondisi,

seperti bacterial vaginosis (BV), kandidiasis vulvovaginal (VVC), dan

Depatemen Kebidanan UIMA 13


trikomoniasis. BV, yang terutama ditandai oleh keluarnya cairan berbau busuk,

umum terjadi pada wanita dengan banyak pasangan seks dan disebabkan oleh

pertumbuhan berlebih dari beberapa spesies bakteri fakultatif dan anaerob. VC

ditandai oleh pruritus dan keluarnya cairan seperti dadih. Trikomoniasis vagina

berhubungan dengan keluarnya cairan berwarna kuning atau hijau, terkadang

berbusa. (Venugopal, 2017)

BV disebabkan oleh ketidakseimbangan flora vagina yang terjadi secara

alami, ditandai oleh perubahan jenis bakteri yang paling umum, serta peningkatan

jumlah total bakteri yang ada. Spesies Lactobacillus mendominasi mikrobiota

vagina normal. BV dikaitkan dengan penurunan jumlah keseluruhan Lactobacillus.

Meskipun masih belum pasti, diperkirakan bahwa sebagian besar infeksi BV

dimulai dengan Gardnerella vaginalis menciptakan biofilm yang kemudian

memungkinkan bakteri oportunistik lain tumbuh di dalam vagina. (Kairys, 2019)

Vulvovaginitis kandida terjadi ketika spesies Kandida menembus lapisan

mukosa vagina dan menyebabkan respons peradangan. Sel-sel inflamasi biasanya

berupa sel-sel polimorfonuklear dan makrofag. Pasien dapat datang dengan

keluarnya cairan, yang biasanya kental dan melekat, atau dengan ekskoriasi, disuria

"eksternal", gatal-gatal pada vagina, rasa terbakar pada vagina, dispareunia, atau

pembengkakan. (Jeanmonod, 2020) Kandidiasis vulvovaginal kadang-kadang

terjadi setelah pengobatan antimikroba trichomonas atau BV. Pertumbuhan ragi

tampaknya didukung oleh tingkat estrogen yang tinggi. tingkat, meskipun tingkat

tersebut juga mempromosikan pertumbuhan lactobacilli. Prevalensi karier kandida

Depatemen Kebidanan UIMA 14


lebih tinggi di antara pengguna kontrasepsi oral dibandingkan wanita yang

menggunakan metode kontrasepsi lainnya. (Mustafa, 2014)

Trikomoniasis disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis (Tv). Untuk

menginfeksi, parasit tersebut harus melakukan kontak dengan sel epitel,

menghindari respon imun dari tubuh inang, dan bersaing dengan mikrobiota vagina.

Tv adalah patogen ekstraseluler yang melekat pada sel-sel inang sebagai cara

infeksi dan patogenesisnya, kemungkinan mengandalkan kelekatan pada sel-sel

epitel genital untuk bertahan dari eliminasi melalui gravitasi dan sekresi. (Mercer,

2018)

5. Diagnosis Keputihan

Keputihan adalah fitur klinis bukan diagnosis. Sejarah dan pemeriksaan

pasien harus menjadi baris pertama dalam memutuskan apakah investigasi dan

perawatan diperlukan. Rutinitas riwayat ginekologis harus diperoleh termasuk

paritas, riwayat hapusan, riwayat seksual dan kontrasepsi saat ini. Riwayat seksual

diperlukan untuk skrining IMS. Berkenaan dengan keputihan, waktu timbulnya,

durasi, waktu yang berkaitan dengan siklus menstruasi, bau, warna, konsistensi dan

faktor-faktor yang memperburuk harus dicatat. Gejala terkait termasuk gatal, tidak

nyaman, sakit, disuria, dispareunia dan perdarahan tidak teratur harus ditanyakan.

(Rice, 2016)

Di klinik khusus kesehatan seksual kandidiasis, BV dan trikomoniasis dapat

didiagnosis dengan mikroskopik dari saline wet mount dan hapusan vagina dengan

pewarnaan Gram. Ini memungkinkan diagnosis segera, selanjutnya didukung oleh

kultur dan tes deteksi asam nukleat sesuai kebutuhan. Jika tidak ada gambaran

Depatemen Kebidanan UIMA 15


mikroskopik, pH vagina dapat diukur hanya dengan kertas pH rentang sempit. BV

dan trikomoniasis dikeluarkan oleh pH 4,5 tidak terlalu spesifik untuk diagnosis

positif. (Hay, 2018)

Beberapa pasien dapat diberikan perawatan tanpa perlu melakukan

investigasi penuh. Seorang pasien yang mengeluh dengan episode pertama

keputihan dengan bukti klinis yang jelas baik kandidiasis vulvovaginal (VVC) atau

bacterial vaginosis (BV), dan tidak ada faktor risiko lainnya, dapat diberikan

pengobatan empiris tanpa penyelidikan lebih lanjut. Namun, faktor-faktor risiko

berikut membutuhkan penyelidikan lebih lanjut (Rice, 2016):

a. Risiko IMS tinggi (riwayat IMS masa lalu, banyak pasangan seksual, berbagi

jarum suntik dan penggunaan narkoba suntikan)

b. Gejala yang menunjukkan penyebab alternatif (mis. Perdarahan vagina dan

gejala kemih atau usus)

c. BV yang diasosiasikan dengan kehamilan

Diagnosis klinis penting untuk mendiagnosis kandidiasis vagina. Gejalanya

meliputi keputihan, pruritus, rasa terbakar, disuria, nyeri atau kemerahan.

Tandatanda termasuk fisura, ekskoriasi, edema vulva, atau keluarnya cairan kental.

(Rice, 2016)

Sekitar 70-85% pasien yang terinfeksi TV tidak menunjukkan gejala.

Peningkatan polymorph nuclear leucocytes (PMNL) adalah respons utama tubuh

terhadap infeksi. NAAT (nucleic acid amplification testing) adalah metode yang

sangat sensitif untuk mendeteksi TV. Ini dapat mendeteksi tiga sampai lima kali

lebih banyak daripada preparat basah menggunakan mikroskop langsung. Sekarang

Depatemen Kebidanan UIMA 16


dianggap sebagai standar emas untuk deteksi TV. Spesimen biasanya diambil dari

vagina, endoserviks atau urin. (Rice, 2016)

6. Tatalaksana Keputihan

Tatalaksana dari Keputihan simtomatik didasarkan pada tanda-tanda dan

gejala klinis dengan risiko pengobatan yang berlebihan dan terjadinya resistensi

antimikroba karena tidak adanya organisme etiologi yang diidentifikasi. Untuk

memantau perubahan epidemiologis dalam etiologi keputihan, penting untuk

melakukan survei berkala untuk memberikan strategi pengobatan berbasis bukti

kepada pembuat kebijakan. (Chirenje, 2018)

Untuk CCV secara umum obat yang banyak digunakan adalah flukonazol

dan Flagistatin. Dalam suatu penelitian didapatkan bahwa pengobatan dengan

flukonazol 150 mg dosis tunggal, dapat mengurangi gejala keputihan dan gatal

dalam waktu 2-4 hari. Penggunaan dosis tunggal flukonazol juga menghasilkan

konsentrasi terapeutik yang persisten di vagina selama beberapa hari. Rata-rata

eradikasi kandidiasis dalam waktu singkat yaitu antara 72% dengan klotrimazol,

sampai > 95% dengan tiokonazol, flukonazol, mikonazol dan terkonazol. Untuk

waktu lama (rekurensi dan resistensi) yaitu antara 57% dengan klotrimazol sampai

89% dengan tiokonazol dan terkonazol. (Rusdi, 2008)

Pada BV secara umum obat yang banyak digunakan adalah metronidazol,

klindamisin dan Flagistatin. Pada penelitian meta analisis terhadap metronidazol

pada pengobatan BV, melaporkan bahwa angka kesembuhan yang dicapai yaitu

87% pada 280 wanita yang menerima oral metronidazol (400-500mg), 2-3 kali

sehari selama 7 hari, dan 86% pada 317 wanita yang menerima terapi selama 5 hari,

Depatemen Kebidanan UIMA 17


sehingga dapat disimpulkan angka kesembuhan metronidazol pada BV lebih dari

85%. (Rusdi, 2008)

7. Pencegahan Keputihan

Ada beberapa cara untuk mencegah keputihan, yaitu (Marhaeni, 2016):

a. Menjaga kebersihan alat kelamin Vagina secara anatomis berada di antara uretra

dan anus. Alatkelamin yang dibersihkan daribelakang ke depan dapat

meningkatkan resiko masuknya bakteri kedalam vagina. Masuknya kuman

kedalam vagina menyebabkan infeksisehingga dapat menyebabkan keputihan.

b. Menjaga kebersihan pakaian dalam Pakaian dalam yang tidak disetrika dapat

menjadi alat perpindahan kuman dari udara ke dalam alat kelamin. Bakteri,

jamur, dan parasit dapat mati dengan pemanasan sehingga menyetrika pakaian

dalam dapat menghindarkan infeksi kuman melalui pakaian dalam.

c. Tidak bertukar handuk Handuk merupakan media penyebaran bakteri, jamur,

dan parasit. Handuk yang telah terkontaminasi bakteri, jamur, dan parasit apabila

digunakan bisa menyebabkan kuman tersebut menginfeksi pengguna handuk

tersebut. dapat meningkatkan kolonisasi dari bakteri, jamur, dan parasit.

Peningkatan kolonisasi dari kuman tersebut dapat meningkatkan infeksi yang

bisa memicu keputihan.

d. Menghindari cuci vagina Produk cuci vagina dapat membunuh flora normal

dalam vagina. Ekosistem dalam vagina terganggu karena produk pencuci vagina

bersifat basa sehingga menyebabkan kuman dapat berkembang dengan baik.

Produk cuci vagina yang digunakan harus sesuai dengan pH normal vagina,

yaitu 3,8-4,2 dan sesuai dengan petunjuk dokter.

Depatemen Kebidanan UIMA 18


e. Mencuci tangan sebelum mencuci alat kelamin Tangan dapat menjadi perantara

dari kuman penyebab infeksi. Mencuci tangan sebelum menyentuh alat kelamin

dapat menghindarkan perpindahan kuman yang menyebabkan infeksi.

f. Sering menganti pembalut Mengganti pembalut minimal 3-4 kali sehari dapat

menghindari kelembaban.

Depatemen Kebidanan UIMA 19


BAB III

TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA REAMAJA DENGAN
KEPUTIHAN

No. Registrasi : 02/II/BPM/2022


Tanggal Pengkajian : 08 Februari 2022
Waktu Pengkajian : 19.00 WIB
Tempat Pengkajian : BPS Wacih Widianingsih
Pengkaji : Wacih Widianingsih

A. Data Subjektif
Identitas Remaja
Nama : Nn. F
Umur : 15 tahun
Anak ke :1
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Kp. Sompok RT/RW 001/002 Desa kramatjaya
Kec.Cimanggu Kab. Pandeglang-Banten

Identitas Orang Tua


Nama Ibu : Ny. A Nama Suami : A
Umur : 37 Umur : 39
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sunda Suku : Sunda
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Alamat : Kp. Sompok RT/RW 001/002 Desa kramatjaya
Kec.Cimanggu Kab. Pandeglang-Banten

1. Alasan datang
Remaja mengatakan ingin memeriksakan kondisinya

2. Keluhan utama
Remaja mengatakan keputihan di area kewanitaannya

Depatemen Kebidanan UIMA 20


3. Riwayat obstetri
Remaja mengatakan belum pernah hamil, keguguran dan melahirkan

4. Riwayat ginekologi
Remaja mengatakan tidak ada riwayat penyakit ginekologi seperti kista, mioma,
endometritis, dll

5. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan remaja
keputihan hari ke 3 dan merasakan tidak nyaman

b. Riwayat kesehatan keluarga


Remaja mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang sedang dan pernah menderita
penyakit menular, menurun dan menahun seperti Jantung, DM, Asma, Hipertensi,
Hepatitis,Epilepsi, TBC, dll.

6. Riwayat psikososial
Remaja mengatakan bahwa dirinya cemas dan khawatir dengan kondisinya

7. Pola kebiasaan sehari-hari


a) Pola istirahat
Tidur siang : 1jam
Tidur malam : 7-8 jam
b) Pola aktivitas
Remaja mengatakan kegiatan sehari hari melakukan kegiatan rumah, seperti mencuci
mengepel dan menyapu, dan sekolah

c) Pola eliminasi
Frekuensi BAK : 4-5 x/hari, warna kuning jernih, bau khas
Frekuensi BAB : 1x sehari, Warna kecoklatan, bau khas

d) Pola nutrisi
Makan : 3xsehari, porsi 1 piring, jenis makanan nasi, ikan, sayur,buah-buahan, tidak
ada pantangan makanan
Minum : 8 - 10 gelas / Hari

e) Pola personal hygiene


Ganti pakaian dalam : 3x sehari
Mandi : 2x sehari
Keramas : 3x seminggu

Depatemen Kebidanan UIMA 21


Ganti baju : 3x sehari
Cara membersihkan alat genital: Setelah BAB/BAK langsung mengeringkan setelah
BAB/BAK

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis

2. Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Denyut nadi : 80 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit
Suhu tubuh : 36,50C

3. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 150 cm
LILA : 26 cm
IMT : kg/m2
4. Pemeriksaan Fisik
Wajah : tidak pucat, bersih
Mata : Bentuk simetris, skelera putih, konjungtifa merah muda

Mulut : Tidak stomatitis, gusi tudak berdarah, gigi tidak caries

Leher : Kelenjar tyroid tidak ada pembesaran, kelenjar limfe tidak ada
pembesaran, vena jogularis tidak ada pembengkakan

Dada : simetris

Abdomen : Simetris, tidak ada bekas luka, tidak ada tumor, nyeri tekan
tidak ada
Ekstremitas Atas : baik

Ekstremitas Bawah: Oedema (-), Varices (-), Reflek patella kanan (+),Kiri (+)

Anogenitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

5. Pemeriksaan Penunjang : tidak dilakukan

Depatemen Kebidanan UIMA 22


C. Analisis Data
Nn. F Remaja umur 18 Tahun dengan keputihan

D. Penatalaksanaan
Pukul 19.50 WIB
a. Melakukan informed consent
- Telah dilakukan informed Consent
b. Menganjurkan kepada klien untuk tetap menerapkan protokol 3M yakni Mencuci
Tangan, Memakai Masker dan Menjaga Jarak Minimal 1 Meter
- Pasien mengerti dan bersedia melaksanakan anjuran bidan
c. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pasein dan Menjelaskan kepada pasien
tentang kondisinya saat ini agar pasien merasa tenang
- Pasien mengerti penjelasan yang disampaikan oleh bidan dan merasa lebih
tenang
d. Membina hubungan baik dengan pasien sejak awal pertemuan, menjelaskan
keputihan yang fisiologis pada pasien seperti tidak berwarna,encer,tidak gatal dan
tidak berbau
- pasien mengerti yang telah disampaikan oleh bidan
e. Memberitahu tentang personal hygiene pada pasien seperti : Teknik membersihkan
bagian luar vagina yang tepat, menghindari penggunan tisu terlalu sering, celana
dalam harus sering di ganti tiap hari, Ketika haid disarankan untuk sering
mengganti pembalut, tidak menggunakan sabun pada area kewanitaan, tidak
menggunakan jeans ketat.
- pasien mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia melaksanakan
anjuran yang diberikan oleh bidan
f. Menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang tanggal 12 Februari 2022
- Pasien bersedia untuk melakukan kunjungan ulang
g. Melakukan pendokumentasian
- Telah dilakukan pendokumentasian

Pandeglang, 08 Februari 2022


Pengkaji

(Wacih Widianingsih)

Depatemen Kebidanan UIMA 23


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis menjelaskan tentang manajemen Asuhan


Kebidanan Komunitas Pada Nn. F usia 15 Tahun remaja dengan keputihan akan
dilakukan pembahasan mengenai kesenjangan dan perbandingan antara teori dan
praktek dilapangan dengan manajemen pola pikir SOAP, yang dilakukan pada
tanggal periode 08 Februari 2022.

1. Dari pembahasan yang di angkat penulis, di peroleh hasil Nn. F usia 15


Tahun, pada data subjektif Ny. F mengatakan Keputihan diarea
kewanitaannya. Hal ini sesuai dengan teori (Zemouri, et al, 2016) Keputihan
(fluor albus, leukorea, vaginal discharge) adalah istilah keluarnya cairan dari
genitalia seorang wanita yang bukan darah. Keputihan mungkin merupakan
kejadian fisiologis normal atau manifestasi patologis.

2. Pada keluhan utama Ny. F mengatakan mengalami keputihan dan merasakan


tidak nyaman tidak ada gatal dan berwarna jernih, hal ini seuai dengan teori
(Anita Herawati, Dede Mahdiyah, 2016) Tanda dan gejala dari keputihan
yang fisiologis berwarna jernih, tidak berbau, tidak gatal dan tidak pedih.
Sedangkan keputihan yang patologis jumlahnya banyak, warnanya kuning
atau kehijauan, warna putih seperti susu basi, disertai rasa gatal, pedih
terkadang disertai bau amis atau.

3. Pada Ny. F dilakukan pengkajian data objektif seperti pemeriksaan umum,


pemeriksaan fisik hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Halen Varney pertama
(pengkajian data), terutama yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur
dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan
diagnostik lain. Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan khusus kebidanan, data penunjang yang dilakukan sesuai dengan
beratnya masalah (Sih Rini Handayani, 2017).

Depatemen Kebidanan UIMA 24


1. Menganalisis data asuhan kebidanan prakonsepsi pada Ny. I sehingga
didapatnya diangnosa. Hal ini sesuai dengan teori dimana Merupakan
pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah
kedua, ketiga dan keempat sehingga mencangkup hal-hal berikut ini:
diagnosis/masalah kebidanan diagnosis/masalah potensial serta perlunya
mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi
diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan tindakan segera harus
diidentifikasi manurut kewenangan bidan meliputi : tindakan mandiri,
tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien ( Sih Rini Handayani, 2017)
2. Pada penatalaksanaan kepad Ny. F Memberitahu tentang personal hygiene pada
pasien seperti : Teknik membersihkan bagian luar vagina yang tepat, menghindari
penggunan tisu terlalu sering, celana dalam harus sering di ganti tiap hari, Ketika
haid disarankan untuk sering mengganti pembalut, tidak menggunakan sabun pada
area kewanitaan, tidak menggunakan jeans ketat. Hal ini sesuai dengan teori
Menurut Abidin (2015) rencana asuhan atau penatalaksanaan yang diberikan
pada gangguan reproduksi dengan fluor albus diantaranya: 1) Jelaskan pada
klien tentang kondisinya. 2) Beri KIE tentang fluor albus. 3) Jelaskan
bagaimana cara membersihkan daerah pribadi dan genetalianya agar tetap
bersih dan kering. 4) Jelaskan pemakaian celana dalam dengan benar. 5)
Jelaskan untuk tidak sering menggunakan pencuci vagina. 6) Berikan terapi
pada keputihannya
3. Penulis juga menganjurkan Ny. F untuk melakukan kunjungan ulang apa bia
masih ada keluhan.

Depatemen Kebidanan UIMA 25


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah Penulis melakukan asuhan kebidanan pada Ny. F usia 15 tahun Remaja

Dengan keputihan maka di dapatkan kesimpulan :

1. Penulis Telah mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada

Ny. F usia 15 tahun Dengan keputihan

2. Penulis Telah mampu melakukan Interpretasi data pada Ny. F usia 15 tahun

Dengan keputihan

3. Penulis Telah mampu melakukan penatalaksanaan keputihan pada Ny. F usia

15 tahun Dengan keputihan

4. Penulis Telah mampu melakukan Telaah kasus dengan teori pada Ny. F usia

15 tahun Dengan keputihan

Sehingga dapat disimpulkan bahwa asuhan keluarga binaan yang sudah diberikan

kepada Ny.F sudah dilakukan sesuai dengan Standar kewenangan Bidan dan tidak

ditemukan kesenjangan.

A. Saran Saran yang dapat penulis berikan kepada semua pihak pada kasus ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagi pasien

Depatemen Kebidanan UIMA 26


a. Diharapkan mampu mendeteksi dini tanda-tanda disminorea pada remaja dan

menganjurkan untuk segera membawa ke petugas kesehatan yang terdekat bila

mengalami tanda keputihan.

b. Diharapkan dapat memberikan penanganan segera apabila menderita

keputihan. Memberikan kompres hangat pada perut yang nyeri.

2. Bagi bidan

Diharapkan lebih mengutamakan upaya promotif dalam kasus keputihan,

misalnya KIE tentang keputihan, pemberian pendidikan kesehatan tentang

kesehatan reproduksi sehingga remaja berperilaku hidup sehat dan memahami

tentang organ reproduksi.

3. Bagi institusi

a. BPM Pelayanan yang diberikan oleh BPM sudah baik diharapakan untuk

lebih meningkatkan kualitas pelayanan dalam pengelolaan asuhan kebidanan

pada remaja dengan keputihan.

b. Pendidikan Referensi bacaan tentang pengetahuan kesehatan reproduksi

masih kurang lengkap, diharapakan karya tulis ilmiah ini bisa menjadi

referensi yang baik untuk bahan bacaan.

Depatemen Kebidanan UIMA 27


DAFTAR PUSTAKA

1) Rifa, A.N., Syamsianah, A., & Wahyuni, D. 2015, ‘Perbedaan tingkat Pengetahuan
Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan
di SMA Negeri 9 Semarang tahun 2012’, Jurnal Kebidanan, vol. 4, no. 2, pp. 40-48.

2) Oriza, N. & Yulianty, R. 2018, ‘Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian


Keputihan Pada Remaja Putri di SMA Darussalam Medan’, Jurnal Bidan
Komunitas, vol. 1, no. 3, pp. 142-153

3) Setiani, T.I., Prabowo,T., & Paramita, D.P. 2016, ‘Kebersihan Organ Kewanitaan
dan Kejadian Keputihan Patologi pada Santriwati di Pondok Pesantren Al
Munawwir Yogyakarta Tri’, Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, vol. 3, no. 1, pp.
39-42.

4) Siahaan, N.R. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Anemia


PadaRemaja Putri Di Wilayah Kota Depok Tahun 2011. Fakultas
KesehatanMasyarakat Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Depok Januari 2012.

5) Indrajati, R. 2019, ‘HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA


PUTRI TENTANG KEPUTIHAN DIKELAS X SMA SWASTA PENCAWAN
MEDAN TAHUN 2019’ available at:
http://poltekkes.aplikasiakademik.com/xmlui/handle/123456789/2074

6) Abidin, T. 2015. Flour Albus / leukorea http : // www.abidin.blogspot.com// diakses


tanggal 24 maret 2015

7) Mayasari, I,C. (2015). Karakteristik Wanita dengan Flour Albus. Jurnal Ilmu
Kesehatan STIKes Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan.

8) Noviyana. (2013). Hubungan Pengetahuan Remaja Putri dengan Usaha Preventif


Terjadinya Keputihan. Jurnal Kebidanan.

9) Nugroho, Taufan .2010 Buku Ajar Ginegologi. Yogyakarta

10) Lubis, Namora Lumongga.2013. Psikologi Reproduksi Wanita & Perkembangan


Reproduksinya ditinjau dari Aspek Fisik dan Psikologi.Jakarta : Kencana
Prenada Media Group

11) Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Standar Nasional Pelayanan


Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) [Guidance of national standard of adolescent
health services] (1st ed.). https://doi.org/613.043.3. Ind.b

Depatemen Kebidanan UIMA 28


12) Kusmiran, E. 2016. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika:
Jakarta

13) Nugroho dan utama, 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta:
Medical Book.

14) Mohammad Ali dan Mohammad Asrori.,2012. Psikologi Remaja Perkembangan


Peserta didik. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Hal 85

15) Rao, V.L. & Mahmood T. 2019. ‘Vaginal Discharge’ Obstetrics, Gynaecology and
Reproductive Medicine, vol. 30, no.1, pp. 11-18
https://doi.org/10.1016/j.ogrm.2019.10.004

16) Rice, A., Elwerdany, M., Hadoura. E, et al. 2016, ‘Vaginal discharge’, Obstetrics,
Gynaecology and Reproductive Medicine, vol. 26, no. 11, pp. 317-323.
http://dx.doi.org/ 10.1016/j.ogrm.2016.08.002

17) Rajarateram, S.G., Martini, R.D., & Lipoeto,N.I. 2014, ‘Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Pencegahan Osteoporosis pada Wanita
Usila di Kelurahan Jati’, Jurnal Kesehatan Andalas, vol. 3, no. 2, pp. 225-228.

18) Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:


PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

19) Sibagariang, (2016). Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Penerbit Trans Info
Media

20) Tresnawati, Frisca. 2013. Asuhan Kebidanan Panduan Lengkap Menjadi Bidan
Profesional.Jakarta : Prestasi Pelajar Publisher

21) Tabassum.K, Begum, S. Rais, N. &, Zulkifle. 2014, ‘Analysis of Leucorrhoea


manifestations an observational case study’, International Journal of Herbal
Medicine, vol. 2, no. 2, pp. 23-26. Venugopal,

22) S., Gopalan, K., Devi, A., & Kavitha, A. 2017, ‘Epidemiology and clinico-
investigative study of organisms causing vaginal discharge’, Indian journal of
sexually transmitted diseases and AIDS, vol. 38, no. 1, pp. 69–75.
https://doi.org/10.4103/0253-7184.203433

23) Zemouri, C., Wi, T.E., Kiarie, J., Seuc, A., Mogasale, V., Latif, A., et al. 2016,
‘The Performance of the Vaginal Discharge Syndromic Management in Treating
Vaginal and Cervical Infection: A Systematic Review and Meta-Analysis.’ PLoS
ONE, vol. 11, no. 10, pp. 1-21. doi:10.1371/journal. pone.0163365

Depatemen Kebidanan UIMA 29


DOKUMENTASI

Depatemen Kebidanan UIMA 30

Anda mungkin juga menyukai