Anda di halaman 1dari 36

PERUBAHAN FISIOLOGI DAN PSIKOLOGI

MASA REPRODUKSI
MENARCHE

Di Susun Oleh Kelompok 1 :


1. Arnesa Rebaan Laisa Fitri P0 0340421002
2. Ataniyallahuhair P0 0340421003
3. Mita Ferbriyanti P0 0340421014
4. Nadia Utari Pratiwi P0 0340421015
5. Wulan Dari Arpan P0 0340421026

Dosen Pengajar :
Lydia Febrina, STT, M.Keb

Semester VII DIV Alih Jenjang Kebidanan Curup


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PRODI DIV ALIH JENJANG KEBIDANAN
TA.2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT.Karena berkat dan rahmat-Nya jualah kami

bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul ”Perubahan Fisiologi dan

Psikologi Masa Reproduksi (Menarche)”. Di harapkan dengan adanya makalah

ini bisa membantu para pembaca dalam mempelajari dan mendalami pengetahuan

tentang Perubahan Fisiologi dan Psikologi Masa Reproduksi (Menarche)”. .

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-

teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. .

Kami berharap mudah-mudahan dengan adanya makalah ini dapat

menambah wawasan para pembaca.Kami sadari dalam pembuatan makalah masih

terdapat kekurangan di sana-sini,oleh karena itu kritik dan saran sangat kami

butuhkan dari pembaca. Agar kedepannya bisa menjadi penyempurnaan bagi kami

untuk lebih baik lagi.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan

semoga Allah SWT. Selalu memberikan rahmat dan ridho-Nya kepada kita.

Aamiin yaa robbal ‘alamin.

Curup, Juli 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

COVER ..........................................................................................................i

KATA PENGANTAR .................................................................................ii

DAFTAR ISI ...............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................1

B. Rumusan Masalah .......................................................................4

C. Tujuan .........................................................................................4

D. Manfaat ......................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Menarche …................................................................................6

B. Ciri- ciri pubertas .........................................................................9

C. Kesiapan remaja menghadapi menarche .....................................13

D. Perubahan Fisiologi Menarche..................................................13

E. Perubahan Psikologis Menarche................................................18

F. Tahapan Perubahan Psikologis..................................................23

G. Penatalaksanaan Setiap Perubahan Psikologis..........................24

H. Penatalaksanaan Perubahan Psikologi Selama Pandemi...........28

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...............................................................................29

B. Saran..........................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam

rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja ditengah masa

pubertas sebelum memasuki masa reproduksi. Setiap 1 diantara 6

penduduk dunia adalah remaja,sedangkan 85% diantaranya hidup dinegara

berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang

sangat cepat. Pada tahun 2000, kelompok umur 15-24 tahun jumlahnya

meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% menjadi 21% dari

jumlah total populasi di Indonesia. Menurut world health organization

(WHO) periode masa remaja yaitu antara 10-19 tahun (Kusmiran, 2012).

Menarche adalah haid pertama yang terjadi pada seorang wanita

(Ambarwati,2015). Hasil RISKESDAS Indonesia tahun 2012

menunjukkan bahwa rata-rata usia menarche di Indonesia adalah 13 tahun,

dengan kejadian lebih awal pada usia kurang dari 9 tahun atau lebih

lambat sampai usia 17 tahun. Di Jawa Timur, khususnya kota Surabaya,

sekitar 0,1% remaja putri mengalami menarche lebih awal pada usia 6

sampai 8 tahun, dan sekitar 26,3% lainnya mendapat menarche pada usia

lebih dari 14 tahun(Kemenkes RI Tahun 2016).

Permulaan menstruasi akan menjadi peristiwa yang traumatik bagi

beberapa remaja putri yang tidak mempersiapkan dirinya terlebih dahulu.

1
2

Remaja putri membutuhkan informasi tentang proses menstruasi dan

kesehatan selama menstruasi. Remaja putrid akan mengalami kesulitan

dalam menghadapi menstruasi yang pertama jika sebelunya iya belum

pernah mengetahui atau membicarakannya baik dengan teman sebaya atau

orang tua (Sayogo, 2016).

Berbagai gangguan dan kesulitan tersebut secara langsung ataupun

tidak langsung dapat mempengaruhi kondisi fisik ataupun psikologis

anak.Terlebih lagi bila yang bersangkutan tidak memahami dengan baik

apakah yang harus dilakukan untuk mengtasi masalah yang

terjadi.Kebanyakan dari mereka justru merasa jijik, takut, bingung dan

menjadi panik. Dalam situasi seperti ini diperlukan pengetahuan yang

benar terntang menarche dengan sikap yang positif diharapkan pula orang

tua mampu memberikan alternatif pemecahan masalah secra tepat

(BKKBN,2016).

Remaja mengalami kematangan seksual dan tercapainya bentuk

dewasa karena kematangan fungsi endokrin.WHO mendefinisikan remaja

bila anak telah mencapai umur 12-24 tahun. Menurut Depkes RI adalah

antara 10-19 tahun dan belum kawin, Sedangkan menurut BKKBN adalah

10-19 tahun (Widiastuti,dkk, 2016).Pada masa remaja khususnya remaja

putri akan mengalami perubahan fisik yang pesat sebagai tanda biologis

dari kematang fisik. Perubahan ini terjadi pada suatu masa yang disebut

pubertas yang merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

reproduksi (Wiknjosastro, 2016).


3

Menstruasi adalah perdarahan secara periodic dan siklus dari uterus,

disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus menstruasi

ialah jarak antara tanggal mulainnya haid yang lalu dan mulainnya haid

berikutnya.Menstruasi pertama menjadi saat-saat mendebarkan bagi

remaja puteri karena baru pertama mengalaminya.Perubahan-perubahan

yang terjadi pada saat remaja sebagian hal mengagumkan namun sekaligus

menakutkan, senang sekaligus kecewa, percaya diri sekaligus sadar diri

(Proverawati dan Misaroh, 2017).

Remaja yang akan mengalami menstruasi membutuhkan kesiapan

mental yang baik. Kesiapan menghadapi menstruasi adalah keadaan yang

menunjukkan bahwa seseorang siap untuk mencapai salah satu

kematangan fisik yaitu datangnya menstruasi (Fajri & Khairani, 2011).

Kurangnya pengetahuan tentang reproduksi khususnya menstruasi pada

remaja putri dapat berdampak terhadap kesiapan dalam menghadapi

menarche.Kesiapan atau ketidaksiapan menghadapi menarche berdampak

terhadap reaksi individual remaja putri pada saat menstruasi pertama yang

dapat berdampak positif atau negatif. Pengetahuan tentang menstruasi

dapat distimulus dari berbagai faktor, diantaranya sosial ekonomi, kultur,

pendidikan, dan pengalaman.

Sulistyoningsih (2014) menyatakan bahwa sebanyak 46,7% remaja

putri di Kabupaten Jember belum memiliki kesiapan dalam menghadapi

menarche sebanyak 70% siswi mengatakan takut bila dalam waktu dekat

akan mengalami menarche, 60% siswi tidak tahu apa yang akan
4

dilakukan, dan 40% siswi belum ada persiapan khusus jika

akan mengalami menstruasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam makalah ini

1. Apakah itu menarche?

2. Apa saja Perubahan Fisik yang terjadi setelah menarche?

3. Apa saja Perubahan Psikologis apa yang terjadi setelah terjadinya

menarche?

4. Bagaimana tahapan Perubahan setelah terjadi menarche?

5. Bagaimana Tatalaksana yang dilakukan perubahan psikologi setelah

menarche?

6. Bagaimana Tatalaksana yang dilakukan perubahan psikologi selama

Pandemi?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui apa itu menarche dan bagaimana tatalaksana yang

akan dilakukan.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui apa itu menarche

b. Mengetahui apa saja Perubahan Fisik yang terjadi setelah

menarche
5

c. Mengetahui apa saja Perubahan Psikologis apa yang terjadi setelah

terjadinya menarche

d. Mengetahui Bagaimana tahapan Perubahan setelah terjadi

menarche

e. Mengetahui Bagaimana Tatalaksana yang dilakukan perubahan

psikologi setelah menarche

f. Mengetahui Bagaimana Tatalaksana yang dilakukan perubahan

psikologi selama Pandemi

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Menambah wawasan pengetahuan tentang menarche dan

kesiapan mengahadapi menarche pada siswi sekolah dasar.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Mahasiswa

Menambah wawasan pengetahuan tentang menstruasi dan

upaya menghadapi menarche serta mampu mengaplikasikan

kesehatan reproduksi dalam bentuk perilaku.


6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Menarche

Salah satu tanda seorang wanita memasuki usia pubertas adalah terjadinya

menarche. Menarche adalah menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam

rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja sebelum memasuki usia

reproduksi. Menstruasi adalah perdarahan yang bersifat periodik dan siklik

dari uterus yang disertai deskuamasi atau peluruhan endometrium. Menstruasi

terjadi secara teratur setiap 28 hari ditambah 5 hari dengan pengeluaran ovum

melalui proses ovulasi (Christin Jayanti, 2021).

Menarche terjadi akibat peningkatan LH dan FSH yang merangsang sel

target ovarium. LH dan FSH berkombinasi dengan reseptornya untuk

meningkatkan laju kecepatan sekresi, pertumbuhan dan poliferasi sel.

Rangsangan ini dihasilkan dari pengaktifan sistem second messenger

adenosine-monophosphate cyclic dalam sitoplasma sel ovarium untuk

menstimulasi ovarium agar memproduksi estrogen dan progesteron. Estrogen

dan progesteron akan menstimulasi uterus dan kelenjar payudara agar siap

untuk terjadinya ovulasi. Ovulasi yang tidak dibuahi akan menjadi menstruasi

(Christin Jayanti, 2021).

Menurut Evi & Shinta (2017) Menarche adalah haid pertama yang terjadi

akibat proses sistem hormonal yang kompleks. Setelah panca indra menerima

rangsangan yang diteruskan kepusat dan diolah oleh hipotalamus, dilanjutkan


7

dengan hipofise melalui sistem fortal dikeluarkan hormon gonadotropin

perangsang folikel dan luteinizing hormon untuk merangsang indung telur.

Banyak faktor-faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan

kejadian menarche. Faktor internal berupa : status menarche ibu (genetik),

berhubungan dengan percepatan dan perlambatan kejadian menarche yaitu

antara status menarche ibu (genetik) dengan kejadian menarche putrinya dan

Usia. faktor eksternal berupa : lingkungan sosial, ekonomi, nutrisi,

keterpaparan media massa dan gaya hidup (Evi & Shinta, 2017).

Sedangkan Menurut Astriana (2017) Usia salah satu factor yang

mempengaruhi terjadinya menarche. Adapun akibat dari menarche yang

terjadi terlalu lambat maupun terlalu cepat berdampak buruk bagi kesehatan

menyebutkan remaja yang mengalami menarche dibawah usia 11 tahun dapat

meningkatkan penyakit kardiovaskular. Sedang kan menarche yang terjadi

terlambat dapat menyebabkan lebih cepat mengalami menopause. Itu artinya,

akan lebih cepat menghadapi gangguan kesehatan yang timbul akibat

menopause.

Proses terjadinya Menarche ini melibatkan beberapa tahap yang

dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus,

kelenjar dibawah otak depan dan indung telur. Pada permulaan daur, lapisan

sel rahim mulai berkembang dan menebal, kemudian hormone progesterone

yang dikeluarkan oleh indung telur memberi sinyal pada telur untuk mulai

berkembang. Tak lama kemudian sebuah telur dilepaskan dari indung telur

wanita dan mulai bergerak menuju tuba falopii terus ke rahim, bila telur tidak
8

buahi oleh lapisan sperma, maka lapisan rahim akan berpisah dari dinding

uterus dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina. Periode

pengeluaran darah dikenal periode menstruasi berlangsung selama 3 hingga 7

hari. Bila seorang wanita menjadi hamil, menstruasi bulanannya akan

berhenti. Oleh karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan

tanda (walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanitaa sedang hamil.

Kehamilan dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan darah sederhana (Jurnal

Kebidanan, 2018).

Gambar 2.1 Proses Menarche

Menurut Jurnal Kebidanan (2018) adapun dalam satu siklus haid dibagi

fase, yaitu :

1. Fase Menstruasi Karena penurunan kadar estrogen dan progesterone,

endometrium dilepaskan dari dinding Rahim yang disertai dengan

perdarahan, hanya stratum basal yang tinggal utuh. Fase ini berlangsung

3-4 hari.

2. Pada fase ini luka bekas pelepasan endometrium berangsur-angsur

sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang tumbuh dari
9

sel-sel epitel endometrium, yang tebalnya ± 0,5 mm. Fase ini berlangsung

sejak fase menstruasi ± 4 hari. 10

3. Fase Proliferasi Karena pengaruh FSH dan LH, serta adanya estrogen

endometrium tumbuh tebal menjadi setebal ± 3-5 mm. Fase ini

berlangsung dari hari ke 5 sampai hari ke 14 siklus haid.

4. Fase Pre-menstruasi atau sekresi Fase ini dimulai sesudah ovulasi dan

berlangsung hari ke-14 sampai hari ke-28. Pada fase ini, endometrium

sangat vaskuler, kelenjarnya sangat banyak dan berkelok-kelok serta kaya

akan glikogen yang idealnya untuk nutrisi dan perkembangan ovum. Bila

tidak terjadi kehamilan, endometrium akan dilepaskan lagi.

B. Ciri- ciri pubertas

Sebagian besar anak perempuan memulai masa puber ketika

mereka berusia antara 8 sampai 13 tahun. Sementara pada anak laki-laki,

pubertas akan dialami saat mereka memasuki usia 10 hingga 16 tahun. Ya,

anak laki-laki memang mengalami masa puber lebih lambat dibandingkan

dengan anak perempuan. Di fase ini akan terjadi puncak pertumbuhan

(growth spurt) anak, yang merupakan masa pertumbuhan kedua tercepat

setelah masa bayi. Perubahan fisik anak laki-laki dan perempuan saat

memasuki masa puber berbeda. Bahkan, usia mulai terjadinya puber pun

juga berbeda antar keduanya. Biasanya, anak perempuan lebih cepat

memasuki usia pubertas dibandingkan dengan laki-laki.

Ciri awal dari remaja perempuan saat mengalami pubertas adalah

pertumbuhan payudara. Pertumbuhan payudara ini bahkan bisa saja terjadi


10

tidak secara bersamaan. Sebagai contoh, payudara yang satu terbentuk

lebih dahulu dibanding payudara yang lain. Selain itu, ciri awal lainnya

yang dialami anak perempuan saat puber adalah pertumbuhan rambut pada

lengan dan kaki. Tidak hanya itu saja, rambut di area organ seksual dan di

ketiak juga mulai tumbuh. Jika anak sudah mengalami pertumbuhan

payudara dan pertumbuhan rambut pada kemaluan dan ketiak, tandanya

sebentar lagi akan mencapai puncak pertumbuhannya.

Ciri pubertas yang dialami oleh anak perempuan tidak hanya

berhenti pada tanda awalnya saja. Selanjutnya, remaja perempuan akan

mengalami beberapa ciri pubertas lainnya, seperti:

1. Menarche atau menstruasi pertama.

2. Mulai tumbuh jerawat pada wajah

3. Payudara terus tumbuh hingga seperti orang dewasa

4. Rambut di area organ seksual dan ketiak menjadi semakin lebat

5. Munculnya kumis tipis pada beberapa anak perempuan

6. Lebih mudah berkeringat

7. Mulai mengalami keputihan

8. Tinggi badan meningkat drastis sejak menstruasi, biasanya 5-7.5

cm setiap tahun.

9. Berat badan mulai meningkat

10. Pinggul membesar sementara pinggang mengecil


11

Menarche biasanya dimulai sekitar 18 bulan sampai 2 tahun setelah

anak menunjukkan tanda-tanda pubertas pertamanya. Tubuh anak Anda

akan mulai membesar, khususnya pada lengan, paha, tangan, dan kaki

karena cadangan lemak yang dimilikinya. Itu sebabnya, pada masa puber,

berat badan remaja perempuan cenderung bertambah. Sebetulnya, anak

tidak perlu diet hanya untuk menurunkan berat badannya yang naik saat

puber. Bukannya membuat berat badannya langsing, hal ini justru dapat

menghambat pertumbuhan dan perkembangan seksualnya. Ketimbang

membiarkan anak diet, sebaiknya atur pola makan anak supaya berat

badannya tetap stabil. Berikan berbagai makanan yang sehat dan bergizi

seperti daging rendah lemak tanpa kulit, ikan, biji-bijian, sayur, dan buah-

buahan. Selain itu, tinggi anak perempuan Anda juga akan bertambah.

Oleh karena itu, sebelum mengalami menstruasi, penting bagi Anda untuk

selalu mencukupi kebutuhan nutrisinya. Hal ini bertujuan untuk membantu

memaksimalkan pertumbuhan tinggi badan anak.

Sedikit berbeda dengan anak perempuan, anak laki-laki akan

menunjukkan ciri pubertas yang lebih lambat daripada anak perempuan.

ciri pertama yang menunjukkan anak laki-laki memasuki masa pubertas

adalah membesarnya ukuran testis. Umumnya, hal ini terjadi pada usia 11

tahun. Setelah itu, diikuti dengan membesarnya ukuran penis. Berikutnya,

rambut keriting pada area organ seksual mulai tumbuh, juga pada ketiak

anak.
12

Selain ciri pubertas yang dialami pada masa awal puber, berikut

adalah beberapa tanda lain yang dialami anak selama masa pubernya:

1. Pertumbuhan penis dan testis

2. Skrotum anak laki-laki akan berubah menjadi semakin gelap

3. Rambut di area organ seksual dan ketiak menjadi lebih tebal

4. Produksi keringat bertambah

5. Mengalami mimpi basah.

6. Terjadinya perubahan suara yaitu menjadi lebih berat

7. Mulai tumbuh jerawat baik di area wajah maupun badan

8. Tinggi anak laki-laki bertambah hingga 7-8 cm setiap tahun

9. Terbentuk otot-otot pada tubuh

10. Mulai tumbuh rambut pada wajah

Memasuki masa puber, anak laki-laki sudah bisa mengalami ereksi

dan juga ejakulasi. Ejakulasi pertama kali atau spermarche biasanya

menjadi ciri pubertas pada laki-laki yang paling mudah dikenali. Ejakulasi

ini biasanya ditandai dengan mimpi basah, tapi ereksi sendiri bisa terjadi

secara spontan saat anak bangun tidur tanpa alasan yang jelas. Pada remaja

laki-laki, puncak pertumbuhan akan terjadi sekitar dua tahun setelah tanda

awal pubertas muncul. Ia akan mengalami puncak pertumbuhan tinggi

badan dan berat badan secara bersama-sama. Pertumbuhan dan

kematangan organ pada masa puber disebabkan oleh perubahan hormon

GnRH (gonadotropin-releasing hormone) yang diproduksi oleh otak.

Hormon inilah yang bertugas untuk mematangkan fungsi organ-organ


13

tubuh remaja selama masa puber. jika perempuan akan memiliki massa

lemak yang lebih besar di masa puber, laki-laki akan memiliki massa otot

yang lebih besar.

C. Kesiapan remaja menghadapi menarche

Remaja yang akan mengalami menarche membutuhkan kesiapan

mental yang baik. Kesiapan menghadapi menarche adalah keadaan yang

menunjukan bahwa seseorang siap untuk mencapai salah satu kematangan

fisik yaitu datangnya menarche. Remaja yang belum siap menghadapi

menarche akan timbul keinginan untuk menolak proses fisiologis tersebut,

mereka akan merasa haid sebagai sesuatu yang kejam dan mengancam,

keadaan ini dapat berlanjut ke arah yang lebih negatif. Tetapi berbeda bagi

mereka yang telah siap dalam menghadapi menarche, mereka akan merasa

senang dan bangga, dikarenakan mereka menganggap dirinya sudah

dewasa secara biologis.

Kesiapan menghadapi menarche dapat dilakukan dengan cara

memberikan informasi dan perhatian pada remaja putri pada masa

menghadapi menarche, dengan demikian remaja putri akan menjadi lebih

tenang dan siap menyambut datangnya menarche. Sumber informasi

utama sebenarnya berasal dari ibu dan kakak perempuan.

D. Perubahan Fisiologi Menarche

Menurut Nurul & Sara (2018) Perubahan-perubahan fisik pada masa ini

mencakup penampilan fisik seperti bentuk tubuh, proporsi tubuh, dan fungsi

fisiologis (kematangan organorgan seksual).


14

1. Tanda-tanda seks primer

Tanda-tanda seks primer yaitu yang berhubungan langsung dengan organ

seks (terjadinya haid pada remaja putri dan terjadinya mimpi basah pada

remaja laki-laki). Pertumbuhan dan perkembangan ciri-ciri seks primer,

yaitu organ-organ seks merupakan perubahan fisik mendasar yang ketiga.

Organ-organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber dengan

tingkat kecepatan yang bervariasi. Haid dianggap sebagai petunjuk

pertama bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi matang.

Gejala ini merupakan awal dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan

jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, dan akan berhenti saat

wanita mencapai menopause.

2. Tanda- tanda seks sekunder

Pada masa pubertas ditandai dengan kematangan organ-organ reproduksi,

termasuk pertumbuhan seks sekunder. Pada masa ini juga remaja

mengalami pertumbuhan fisik yang sangat. Tanda-tanda seks sekunder

pada remaja remaja putri seperti pinggul menjadi tambah lebar dan bulat,

kulit lebih halus dan pori-pori bertambah besar. Selanjutnya ciri sekunder

lainnya ditandai oleh kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif, dan

sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat.

Ciri-ciri seks sekunder pada wanita antara lain :

a. Pinggul yang membesar dan membulat sebagai akibat membesarnya

tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit.


15

b. Buah dada dan puting susu semakin tampak menonjol, dan dengan

berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi semakin lebih besar

dan lebih bulat lagi.

c. Tumbuhnya rambut di kemaluan, ketiak, lengan dan kaki, dan kulit

wajah. Semua rambut, kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan

terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih

gelap dan agak keriting.

d. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang poripori

bertambah besar. Suara dari suara kanak-kanak menjadi merdu

(melodious), suara serak dan suara yang pecah jarang sekali terjadi.

e. Kelenjar keringat lebih aktif, dan kulit lebih menjadi kasar dibanding

kulit anak-anak. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan

jerawat.

f. Kelenjar keringat di ketiak mengeluarkan banyak keringat dan

baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.

g. Otot semakin kuat dan semakin besar, terutama pada pertengahan dan

menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada

bahu, lengan dan tungkai kaki.

Perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil aktivitas hormonal

dibawah pengaruh sistim saraf pusat, walaupun semua aspek fungsi

fisiologis berinteraksi secara bersama - sama. Perubahan fisik yang

sangat jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada

penampakan serta perkembangan karakteristik seks sekunder. Perubahan


16

yang tidak tampak jelas adalah perubahan fisiologis dan kematangan

neurogonad dengan kemampuan untuk bereproduksi.

Perbedaan fisik antara dua jenis kelamin ditentukan dengan karakteristik

pembeda, karakteristik seks primer merupakan organ eksternal dan

internal yang melaksanakan fungsi reproduktif (misalnya : ovarium,

uterus, payudara, penis). Karakteristik seks sekunder merupakan

perubahan yang terjadi di seluruh tubuh sebagai hasil dari perubahan

hormonal (misalnya : perubahan suara, munculnya rambut pubertas dan

bulu pada wajah, penumpukan lemak) tetapi tidak berperan langsung

dalam reproduksi (Jurnal Kebidanan, 2018).

Gambar 2.2 Organ Reproduksi

Menurut Astriana (2017) perubahan-perubahan fisik yang penting dan

terjadi selama masa remaja adalah sebagai berikut :

a. Perubahan Ukuran Tubuh Pertumbuhan tinggi dan berat badan

merupakan perubahan fisik mendasar yang pertama pada masa

pubertas. Hurlock berpendapat bahwa pertambahan tinggi badan anak-

anak perempuan mencapai rata - rata 3 inci per tahun, dalam tahun

sebelum haid, bahkan bisa saja mencapai 5 hingga 6 inci. Peningkatan


17

berat tubuh bukan hanya disebabkan lemak, tetapi juga semakin

bertambah beratnya tulang dan jaringan otot. Pada anak perempuan,

peningkatan berat tubuh yang paling besar terjadi sesaat sebelum dan

sesudah haid. Pada awal terjadinya pertumbuhan pesat, lemak

cenderung menumpuk, terutama di sekitar perut, puting susu, pinggul,

paha, pipi, leher dan rahang. Biasanya lemak itu akan hilang dengan

sendirinya pada saat akhir masa puber dan pesatnya pertumbuhan

tinggi badan.

b. Perubahan Bentuk Tubuh Perubahan bentuk tubuh merupakan

perubahan fisik mendasar kedua. Akibat terjadinya kematangan yang

lebih cepat dari daerahdaerah tubuh yang lain, sekarang daerah-daerah

tubuh tertentu yang tadinya kecil menjadi besar. Gejala ini tampak

jelas pada hidung, kaki dan tangan. Namun demikian semua bagian itu

akan mencapai ukuran dewasa walaupun perubahannya terjadi

sebelum akhir masa puber pada akhir masa remaja. Awal pubertas,

ekstremitas tumbuh lebih cepat daripada batang tubuh. Pertumbuhan

ekstremitas kemudian berhenti, tetapi batang tubuh terus tumbuh

dengan baik sampai remaja. Pertumbuhan batang tubuh yang paling

besar biasanya pada tulang pelvis. Lebarnya bertambah lebih cepat

dari pada ukuran antero-posterior. Rongga pelvis memanjang dan

pintu panggul melebar, untuk mempersiapkan fungsi kehamilan.

Menurut Sarwono (2011, p.62), urutan perubahan-perubahan fisik

yang terjadi pada remaja adalah sebagai berikut :


18

a. Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota - anggota

badan menjadi panjang). Pinggul pun menjadi berkembang, membesar

dan membulat. Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul

dan berkembangnya lemak di bawah kulit.

b. Pertumbuhan payudara, seiring pinggul membesar, maka payudara

juga membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara

harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya

kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.

c. Tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan.

Rambut kemaluan yang tumbuh ini terjadi setelah pinggul dan

payudara mulai berkembang.

d. Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap

tahunnya.

e. Bulu kemaluan menjadi keriting.

f. Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai

pelepasan (deskuamasi) endometrium.

g. Tumbuh bulu-bulu ketiak.

E. Perubahan Psikologis Menarche

Menurut Christin Jayanti (2021) Perubahan psikologis juga didapatkan

oleh peningkatan hormone gonadotropin. Bentuk perubahan yang

menyertai pubertas meliputi kognitif, moral, emosi, social sebagai bentuk

perkembangan diri remaja. Keluarga dituntut agar mampu melaksanakan


19

tugas perkembangan keluarga yaitu memberikan kebebasan yang

bertanggung jawab, membina komunikasi terbuka orang tua dengan anak.

1. Mood depresi yang jelas, merasa tiada harapan atau pikiran-pikiran buruk

2. Cemas, tegang, merasa sulit berpikir

3. Labil, menjadi murah sedih, menangis dan meningkat sensitifitasnya

terhadap penolakan

4. Marah yang terus menerus, iritabilitas, peningkatan konflik interpersonal

5. Penurunan minat terhadap aktifitas yang biasa (kerja,sekolah, sosial,

hobi)

6. Perasaan subyektif sulit berkonsentrasi

7. Mudah lelah, lesu, tidak bertenaga

8. Perubahan nafsu makan, terlalu banyak makan atau “mengidam”

makanan tertentu

9. Terlalu banyak tidur atau Insomnia

10. Merasa banyak beban dan sulit mengkontrol diri

11. .Gejala fisik seperti sakit kepala, payudara menjadi keras, nyeri otot dan

sendiri, mual atau bertambah berat badan

Sedangkan menurut Evi & Shinta (2017) Pengalaman pertama anak

saat menarche merupakan suatu hal yang mengejutkan dan penuh

emosional. Anak akan merasakan menarche sekali seumur hidup dan tidak

semua individu memiliki respon yang sama, salah satu respon yang sering

muncul adalah kecemasan. Menurut Evi & Shinta (2017) terdapat 2 jenis

reaksi anak perempuan saat menghadapi menarche yaitu :


20

1. Reaksi negatif merupakan pandangan anak yang kurang baik terhadap

menarche. Anak akan menghadapi berbagai macam keluhan fisiologis

yaitu sakit kepala, sakit pinggang, mual, muntah, selain itu juga anak

akan mengalami psikologis yang tidak stabil seperti bingung, sedih,

stres, cemas, mudah tersinggung, marah dan emosional. Macam-

macam keluhan yang dirasakan anak kemungkinan karena

ketidaktahuan anak tentang perubahan-perubahan fisiologi yang

terjadi.

2. Reaksi positif merupakan pandangan anak untuk menilai menarche

sebagai peristiwa yang normal yang wajar. Anak mampu memahami,

menghargai dan menerima menarche sebagai tanda dari sebuah

kedewasaan, seringkali anak akan merasakan senang dan gembira saat

menghadapi menarche.

Respon yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa respon positif

hanya mencakup rasa bahagia dan biasa saja, sedangkan respon negatif

ditunjukkan dengan rasa cemas, sedih, takut, tegang, dan marah.

1. Kecemasan

Kecemasan adalah gangguan dari dalam perasaan atau afektif yang

ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam

dan berkelanjutan, kecemasan tidak mengalami gangguan dalam menilai

realitas atau kenyataan, kepribadian utuh, perilaku dapat terganggu akan

tetapi dalam batas wajar. Kecemasan digambarkan dengan keadaan

khawatir, gelisah, tidak tentram dan disertai berbagai keluhan.


21

Kecemasan merupakan gejala yang sering terjadi dan sangat

mencolok pada peristiwa menarche yang kemudian diperkuat oleh

keinginan untuk proses fisiologi tersebut.

Menurut Ann (1996) kemampuan individu dalam berespon terhadap

penyebab kecemasan tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yaitu :

usia, status kesehatan, jenis kelamin, pengalaman sistem pendukung,

besar kecilnya stressor dan tahap perkembangan. Beberapa aspek

terhadap menstruasi ditandai dengan timbulnya kram dan

ketidaknyamanan yang merupakan reaksi anak perempuan terhadap

menarche dengan kecemasan. Menurut Hawari (2011), bahwa tingkatan

kecemasan yaitu kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat,

kecemasan berat sekali.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan antara lain adalah

faktor predisposisi atau pendukung, faktor presdisposisi ini memiliki

beberapa teori yaitu menurut pandangan psikoanalitik, kecemasan

adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian

yaitu ide dan superego, dalam pandangan interpersonal, kecemasan

timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan

penolakan interpersonal.

Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan produk frustasi

yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Kajian keluarga menunjukkan bahwa

gangguan kecemasan pada hal-hal yang biasa ditemui dalam suatu


22

keluarga ada tumpang tindih dalam gangguan kecemasan, yaitu: antara

gangguan kecemasan dengan depresi. Anak perempuan seringkali

mempertanyakan apakah mereka akan mati karena mengeluarkan darah,

dan apakah kejang-kejang, sakit kepala dan sakit punggung itu

merupakan hal yang normal dialami saat menarche.

2. Takut

Takut merupakan rasa gemetar dalam menghadapi sesuatu yang dianggap

mendatangkan bencana. Menurut Krebs, takut adalah pengalaman emosi

yang muncul ketika individu dihadapkan pada bahaya yang nyata di

lingkungan. Ketakutan seringkali membuat individu menajadi bingung

atau tidak berdaya.

3. Marah

Marah adalah perasaan yang tidak menyenangkan atau kejengkelan yang

dialami oleh seseorang. Respon marah merupakan respon yang umum

terjadi. Marah seringkali membuat seseorang kehilangan kendali dan

penuh dengan emosi sehingga tidak mampu berfikir jernih. Bentuk dari

marah dapat berupa ucapan, perbuatan ataupun keduanya.

4. Stress

Stress merupakan gangguan, kekacauan mental dan emosional yang

disebabkan karena faktor dari luar. Semua anak rentan mengalami stress,

namun usia anak yang lebih muda cenderung lebih rentan, hal-hal yang

membuat anak rentan stress adalah usia anak, tempramen, situasi hidup

dan status kesehatan mempengaruhi kerentanan, reaksi, dan kemampuan


23

anak dalam mengatasi stress. Respon terhadap stressor juga dapat berupa

respon perilaku, fisiologi, dan psikologi. Hubungan antara interpersonal

yang baik akan mendukung kesejahteraan psikologi anak.

5. Sedih

Sedih adalah perasaan yang pilu dalam hati dan identik dengan air mata.

Rasa sedih terkadang dijadikan suatu ungkapan perasaan kehilangan

(Stosny, 2011).

6. Bahagia

Bahagia adalah perasaan senang, bebas dan damai selain hal-hal yang

menyedihkan. Menurut Deanna Mascle, bahagia adalah mengetahui

bahwa hidup sangat berarti serta bagaimana setiap hari hidup

individu dapat menyentuh hati orang lain secara positif, seperti

membuat orang lain tertawa, belajar, atau keduanya (Macle, 2011).

Kebahagiaan merupakan reward karena individu memiliki karakter

yang baik dan nilai yang rasional dalam kehidupan (Kenner, 2011).

7. Biasa saja

Respon biasa saja dapat terjadi karena seseorang telah mendapatkan

pengetahuan atau informasi tentang suatu hal khususnya menarche.

Reaksi emosional yang dimunculkan adalah datar, tidak bahagia atau

sedih.

F. Tahapan Perubahan Psikologis


24

Fase tibanya haid ini merupakan satu periode dimana gadis benar- benar

telah siap secara biologis menjalani fungsi kewanitaanya. Maka bagi

perempuan, peristiwa menarche menduduki satu eksistensi psikologis yang

unik. Yang bisa mempengaruhi sekali persepsi anak gadis terhadap realita

hidup, baik pada masa remaja maupun setelah dia menjadi dewasa. Gejala

psikologis dari menarche diantaranya:

Kecemasan dan ketakutan yang kuat oleh keinginan untuk menolak proses

fisiologis tersebut. Remaja putri yang mengalami menarche sering merasakan

kebingungan dan kesedihan. Hal ini terjadi dikarenakan kebanyakan remaja

tidak memahami dasar dari perubahan yang terjadi pada dirinya.

Ketika menjelang menstruasi, setiap remaja perempuan memiliki sikap dan

respon yang berbeda. Persepsi terhadap menstruasi dapat berupa: persepsi

positif, ketika diasosiasikan dengan kedewasaan, dan persepsi negatif, ketika

diasosiasikan dengan kondisi yang membatasi, dan ketidaknyamanan. Hampir

sebagian remaja putri memberikan respon negatif terhadap menarche seperti

perasaan malu, cemas, takut dan bingung. (Jurnal Ilmiah Psikologi 2018, vol.

5)

G. Penatalaksanaan Setiap Perubahan Psikologis

1. Dukungan Sosial Keluarga

Dukungan keluarga merupakan suatu tindakan atau sikap hubungan

interpersonal keluarga dalam menerima anggota keluarganya yang berupa

dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan


25

dukungan emosional. Dukungan keluarga diberikan sebagai bentuk rasa

peduli atau perhatian.

Menurut Sarafino (2016), macam-macam dukungan keluarga yaitu

dukungan emosional, dukungan penilaian atau penghargaan, dukungan

informatif dan dukungan instrumental.

a. Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai sumber informasi tentang ilmu

atau suatu wawasan yang dapat digunakan untuk mengungkapkan

suatu masalah. Dukungan informasi dapat berupa nasehat, saran atau

umpan balik.

b. Dukungan penilaian atau penghargaan

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

membimbing dan menengahi suatu masalah serta sebagai sumber

kebenaran identitas dari anggota keluarga, diantaranya adalah

memberikan dukungan atau motivasi, memberi pengakuan,

penghargaan dan perhatian.

c. Dukungan instrumental

Keluarga berperan sebagai sumber pertolongan yang praktis

dan nyata dimana keluarga atau orang yang diandalkan dalam

kelaurga memberikan bantuan langsung seperti memberikan bantuan

materi, tenaga atau sarana. Dukungan ini akan membantu individu

dalam melaksanakan misi atau tujuannya.

d. Dukungan emosional
26

Dukungan emosional dalam keluarga adalah peran keluarga

untuk menciptakan suasana aman dan damai serta membantu antar

anggota keluarga dalam mengendalikan emosi.

2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan yang

diperoleh remaja tentang menstruasi akan mempengaruhi persepsi remaja

tentang menarche. Jika persepsi yang dibentuk remaja tentang menarche

positif, maka hal ini akan berpengaruh pada kesiapan remaja dalam

menghadapi menarche (Fajri & Khairani, 2010).

Menurut Yanti dkk, 2014 Hasil penelitian pengetahuan menarche

menunjukan bahwa responden berpengetahuan baik yakni 13 responden

(37,1%), berpengetahuan cukup yakni 16 responden (45,7%), dan

berpengetahuan kurang yakni 6 responden (17,1%). Hal ini menunjukan

bahwa sebagian besar responden berpengetahuan cukup dikarenakan

sebagian besar informasi yang diperoleh dari orang tua dan teman

sebanyak 19 responden (54,3%)

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Leliana (2010) tentang hubungan pengetahuan terhadap kesiapan

mengahadapi menarche yang menyatakan ada hubungan positif dan

signifikan antara pengetahuan terhadap kesiapan remaja putri. Semakin


27

baik pengetahuan seseorang, maka semakin siap seseorang menghadapi

menarche.

Peningkatan pengetahuan siswi tentang menstruasi juga

dipengaruhi oleh faktor usia. Menurut Budiman & Riyanto (2013:6)

semakin bertambah usia akan semakin baik daya tangkap dan pola pikir

seseorang sehingga menyebabkan pengetahuan yang diperoleh semakin

baik. Seperti hasil penelitian, siswi yang memiliki pengetahuan baik

sebagian besar berusia 11 dan 12 tahun.

Pengalaman juga dapat mempengaruhi peningkatan pengetahuan

siswi tentang menstruasi. Pengalaman merupakan guru terbaik.

Pengalaman bisa didapat siswi baik secara langsung maupun tidak

langsung. Pengalaman bisa didapat dari kejadian yang dialami sendiri

maupun orang lain seperti dari teman sebaya, orang tua, keluarga. Dari

pengalaman tersebut siswi bisa memperoleh pengetahuan atau

pembelajaran terkait menstruasi (Afifah & Hastuti, 2016:57)

3. Kesiapan Mental

Kesiapan Mental dalam menghadapi menarche dipengaruhi oleh

berbagai macam hal yaitu usia, sumber informasi yang terdiri dari

keluarga, teman, dan lingkungan sekolah. Menurut Hasil penelitian Silvia

dkk (2018) ini menunjukkan 18 responden tidak siap yang sebagian besar

terdiri dari usia 9 dan 10 tahun, sedangkan 17 responden siap yang

sebagian besar dari usia 11 dan 12 tahun.


28

Sejalan dengan penelitian Jayanti & Purwanti (2011:13) semakin

muda usia siswa maka akan semakin belum siap menghadapi menarche.

Pada usia yang masih sangat muda mereka belum mendapatkan informasi

yang lengkap mengenai menstruasi. Sehingga menarche akan dianggap

sebagai beban oleh anak, dan menyebabkan ketidaksiapan menghadapi

menarche.

H. Penatalaksanaan Perubahan Psikologi Selama Pandemi

Secara psikologis remaja mulai mengalami masa peralihan yang

membutuhkan arahan termasuk berkaitan dengan kesehatan reproduksinya.

Perubahan yang terjadi pada saat menarche, baik secara fisik, sosial

maupun psikologi, menuntut remaja untuk memahami pertumbuhan dan

perkembangan yang mereka alami agar mereka mampu melewati masa

remajanya dengan baik. Dimasa pandemi sekarang keterbatasannya untuk

menjalankan aktivitas diluar rumah menjadi hambatan untuk semua orang.

Jadi dalam kesiapan menghadapi menarche dalam pandemi dapat

dilakukan dengan cara memberikan informasi dan perhatian pada remaja

putri , dengan demikian remaja putri akan menjadi lebih tenang dan siap

menyambut datangnya menarche. Sumber informasi utama sebenarnya

berasal dari keluarga itu sendir terutama ibu dan kakak perempuan. Orang

tua terutama ibu yang pernah mengalami menarche dapat dijadikan

sebagai tempat untuk bertanya dan ibu harus memberikan penjelasan


29

tentang menache pada anak perempuannya, agar anak lebih mengerti dan

siap dalam menghadapi menarche.

Selain informasi yang didapat dari keluarga, remaja juga bisa

mendapatkan informasi dari sosial media, seperti dengan cara menonton

youtube, membaca artikel-artikel online, dan menggunakan metode daring

untuk mencari infomasi pendidikan kesehatan dengan tepat . walaupun

dimasa pandemi ini remaja tidak kekurangan ilmu dan informasi sehingga

dampak negatif menarche seperti perasaan malu, cemas, takut dan bingung

bisa teratasi dan remaja siap menghadapi menarche.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa:

1. Perubahan fisiologi menarche timbul karena serangkaian interaksi

antara beberapa kelenjar dalam tubuh. Sehingga perubahannya tidak

tampak jelas seperti perubahan fisik.

2. Perubahan psikologis menarche lebih mengarah ke kognitif, moral,

emosi, social sebagai bentuk perkembangan diri.

B. Saran

1. Remaja putri

Agar dapat memiliki konsep diri yang baik ketika menghadapi

menarche remaja putri diharapkan dapat membekali dirinya dengan

pengetahuan tentang menarche. Selain itu remaja putri juga diharapkan

dapat memandang perubahan yang menyertai datangnya menarche

sebagai hal yang wajar dalam perkembangan remaja.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai perubahan fisiologi

dan psikologi pada remaja putri agar mengoptimalkan kajian dari

berbagai disiplin ilmu sehingga dapat diperoleh pemahaman tentang

perubahan saat menarche secara mendalam dan lebih objekif.

26
DAFTAR PUSTAKA

Astriana.2017. Hubungan Status Gizi Dengan Usia Menarche Di Madrasah

Tsanawiyah (Mts ) Dinniyah Putri Kabupaten Pesawaran Provinsi

Lampung Tahun 2017. Jurnal Kebidanan Vol 3, No 4, Oktober 2017 :

196 – 203

Evi & Shinta. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Usia Menarche

Pada Siswi Kelas VIII MTsN 1 Bukittinggi Tahun 2016. Jurnal Kesehatan

Prima Nusantara.Volume 8 No 2 Juli 2017:155-160

Harahap&Erris.2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Menarche Pada

Remaja Putri Di Smp Negeri 3 Kota Jambi Tahun 2014. Vol.3 No.2

Desember 2014.62-67

Hidayah&Pailila. 2018. Kesiapan Menghadapi Menarche pada Remaja Putri

Prapubertas Ditinjau dari Kelekatan Aman Anak dan Ibu. : Jurnal Ilmiah

Psikologi eISSN: 2502-2903, pISSN: 2356-3591 .Volume 5, Nomor 1,

2018: 107-114

Jayanti,Cristian.2021. Hubungan Status Gizi Dan Usia Menarche Dengan

Kejadian Dismenore Pada Mahasiswa Tingkat I Semester Ii Akademi

Kebidanan Rspad Gatot Soebroto. Jurnal Bidan Komunitas. , Vol. 4 No.

2 Hal.89-95, e-ISSN 2614-7874

Juwita.2019. Dukungan Ibu Dengan Kesiapan Remaja Putri Dalam Meng Hadapi

Menarche. Jurnal Kesmas Asclepius.Volume 1, Nomor 2, Desember

2019. 166-175.
27

Sakinah dkk.2020. Gambaran Tingkat Kecemasan Remaja Putri Dalam

Menghadapi Haid Pertama Kali (Menarche) Pada Siswi Kelas Vii Smp

Negeri 1 Atambua. Jurnal sahabat keperawatan. Vol. 2; No. 2; Agustus

2020:13-17

Yanti & Handayani.2018. Pre menarche class dan kesiapan menghadapi

menarche pada siswa smp. Jurnal Keperawatan Terapan.Volume 4,

NO. 1, maret 2018: 65-73.

Yusuf dkk.2014. Hubungan Pengetahuan Menarche Dengan Kesiapan Remaja

Putri Menghadapi Menarche Di Smp Negeri 3 Tidore Kepulauan.

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai