Anda di halaman 1dari 29

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS TUMBUH

KEMBANG ANAK

DOSEN MATA KULIAH :


Dr. Hj. Eva Chundrayetti Sp. A (K)

OLEH :

ADHIKA WIJAYANTI 1820332016

PROGRAM STUDI S2 ILMU KEBIDANAN FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah atas karunia Allah


SWT, akhirnya makalah dengan judul “UPAYA PENINGKATAN
KUALITAS TUMBUH KEMBANG ANAK” dapat diselesaikan tepat
pada waktu.

Tugas ini disusun terutama untuk memenuhi tugas mata kuliah


Manajemen Pelayanan Kebidanan. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada dosen mata kuliah Manajemen Pelayanan Kebidanan, ibu Dr. Hj.
Eva Chundrayetti SpA (K) yang telah memberi kesempatan dan
bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,


oleh karena itu penulis mengharapkan saran serta masukan yang
bermanfaat dalam kesempurnaan makalah ini.

Padang, Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

A. Latar Belakang........................................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3

A. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN......................................3

a. Pertumbuhan 3

b. Perkembangan 8

B. UPAYA PENINGKATAN KUALITAS TUMBUH KEMBANG ....12

1. Faktor Pra-nikah/Pra hamil 12

2. Faktor Pranatal 13

3. Faktor Perinatal 16

4. Faktor Postnatal 18

5. Interaksi antara orang tua dan anak 20

6. Jurnal Pendukung Teori 21

BAB III PENUTUP..............................................................................................24

A. Kesimpulan............................................................................................24

B. Saran.......................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya, memiliki anak yang sehat dan cerdas merupakan
dambaan setiap orangtua. Dalam upaya mewujudkan hal tersebut, orangtua
selalu berupaya memberikan perawatan kesehatan dan gizi yang baik bagi
perkembangan sang buah hati. Proses tumbuh kembang anak sangat
berkaitan dengan faktor-faktor yang nantinya akan memberikan pengaruh
pada  perkembangan anak yang optimal. Berbagai cara dilakukan orang-tua
agar anak yang lahir adalah anak yang sehat, kuat dan cerdas.
Dalam proses tumbuh kembang anak, memang terjadi secara
alamiah, namun orangtua juga terus berupaya agar perkembangan tumbuh
kembang anak dapat terjadi sesuai dnegan tahap usia serta secara optimal.
Pada tahap awal kehidupan, yakni pada masa balita merupakan masa yang
paling kritis guna menentukan kemampuan intelektual, sikap, nilai dan pola
perilaku seseorang dikemudian hari. Pada periode yang kritis ini, semua
dapat terjadi secara optimal apabila mendapatkan stimulasi dan perawatan
yang baik.
Para orangtua yang mengharapkan tumbuh kembang anak secara
optimal, perlu mempelajari upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh
orangtua, agar orangtua dapat memberikan perawatan terbaik kepada anak.
Hasil dari tersebut adalah, anak-anak dapat tumbuh kembang secara
optimal. Oleh sebab itu, perlu adanya memberikan edukasi kepada setiap
orangtua perihal upaya tumbuh kembang anak agar orangtua memiliki
gambaran apa yang harus dilakukan oleh orangtua ketika memiliki seorang
anak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah pada makalah
ini adalah sebagai berikut.
1. Apa definisi, factor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan, ciri-ciri tumbuh kembang?

1
2. Bagaimana upaya-upaya peningkatan tumbuh kembang anak pada
masa prenatal, perinatal, postnatal?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun tujuan penulisan makalah
ini adalah.
1. Menjelaskan definisi, factor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan, ciri-ciri tumbuh kembang?
2. Menjelaskan upaya-upaya peningkatan tumbuh kembang anak pada
masa prenatal, perinatal, postnatal?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


Pada proses kehidupan anak berjalan dalam dua sisi yang kontinyu,
yakni proses pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses ini
berlangsung saling bergantung antar satu sama lain. Istilah tumbuh kembang
merupakan dua istilah yang berbeda namun saling berkaitan dan sulit untuk
dipisahkan. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah,
atau ukuran sedangkan perkembangan diartikan sebagai bertambahnya
kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dari
seluruh bagian tubuh masing-masing, termasuk di dalamnya perkembangan
emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi.
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan secara fisiologis
sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik, yang
berlangsung secara normal pada diri anak sehat, serta dalam waktu
tertentu (Efendi, 2011:66). Indikator pada pertumbuhan jasmani anak
balita diukur berdasarkan berat, panjang, ukuran lingkaran (lingkaran
kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, lingkar lengan dan lain-lain).
Bagian-bagian tubuh tersebut memiliki perbedaan tempo kecepatan
dalam pertumbuhannya. Perbedaan kecepatan tersebut mengakibatkan
adanya perbedaan dalam keseluruhan proporsi tubuh dan menimbulkan
perbedaan dalam fungsinya.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur
tubuh sebagian atau keseluruhan , sehingga dapt diukur dengan satuan
panjang dan berat. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan dalam
jumlah, ukuran dan fungsi tingkat sel, organ, maupun individu
(Kemenkes RI, 2012).
Pertumbuhan dapat dibagi dua, yaitu pertumbuhan yang bersifat
linear dan pertumbuhan massa jaringan. Pertumbuhan linear

3
menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada masa lampau.
Ukuran linear yang rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi yang
kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita waktu
lampau. Ukuran linear yang sering digunakan adalah tinggi atau
panjang badan. Pertumbuhan massa jaringan menggambarkan status
gizi yang dihubungkan pada masa sekarang atau saat pengukuran.
Contoh massa jaringan adalah berat badan, lingkar lengan atas (LILA)
dan tebal lemak bawah kulit. Ukuran yang rendah atau kecil
menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein
yang diderita pada waktu pengukuran dilakukan. Ukuran massa
jaringan yang yang paling sering digunakan adalah berat badan
(Supariasa dkk, 2016).
a. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu
faktor internal (genetik) dan faktor eksternal (lingkungan). Faktor
internal antara lain jenis kelamin, obstetrik dan ras atau suku
bangsa. Apabila faktor ini dapat berinteraksi dalam lingkungan
yang baik dan optimal, akan menghasilkan pertumbuhan yang
optimal pula. Gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering
diakibatkan oleh faktor genetik, di negara berkembang selain
disebabkan oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh lingkungan
yang tidak memungkinkan seseorang tumbuh secara optimal.
Faktor eksternal sangat menentukan tercapainya potensi genetik
yang optimal. (Supariasa dkk, 2016) .
Menurut Supariasa dkk, 2016 faktor lingkungan dapat
dibagi dua, yaitu faktor pranatal dan lingkungan pascanatal. Faktor
lingkungan pranatal adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi
anak pada waktu masih dalam kandungan. Menurut Supariasa dkk,
2016, lingkungan pranatal yang mempengaruhi pertumbuhan janin
mulai konsepsi sampai lahir, antara lain:

4
1) Gizi ibu pada saat hamil
Status gizi ibu sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan. Status gizi ibu buruk baik sebelum maupun selama
kehamilan, akan menyebabkan Berat bayi Lahir Rendah
(BBLR), mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan otak
janin, anemia pada bayi baru lahir maupun terinfeksi atau
terjadi abortus (Soetjiningsih 1998 dalam Supariasa, dkk
2016).
2) Mekanis
Kelainan bawaan pada bayi dapat disebabkan oleh trauma dan
cairan ketuban yang kurang. Posisi janin yang tidak normal
dapat menyebabkan berbagai kelainan pada bayi yang
dilahirkan dan dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
(Soetjiningsih 1998 dalam Supariasa, dkk 2016).
3) Toksin/zat kimia
Obat-obatan yang bersifat racun seperti Thalidomide,
Phenitoin, Methadion dan obat-obatan anti kanker yang
diminum oleh ibu pada saat kehamilan akan menyebabkan
kelainan bawaan. Ibu hamil yang kecanduan alkohol dan
perokok berat, dapat melahirkan bayi dengan BBLR, lahir
mati, cacat atau retadasi mental. Pada ibu hamil yang
menderita keracunan logam berat, seperti makan ikan yang
terkontaminasi merkuri (air raksa) dapat menyebabkan
mikrosefali (Supariasa, dkk 2016).
4) Endokrin
Jenis hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin
adalah somatotropin, hormon plasenta, hormon tiroid, dan
hormon insulin (Soetjiningsih 1998 dalam Supariasa, dkk
2016).
5) Radiasi
Pengaruh radiasi pada bayi sebelum berumur 18 minggu dapat
mengakibatkan kematian, kerusakan otak, mikrosefali atau

5
cacat bawaan lainnya (Soetjiningsih 1998 dalam Supariasa,
dkk 2016).
6) Infeksi
Cacat bawaan juga bisa disebabkan oleh infeksi intrauterin,
varisela, malaria, HIV, virus hepatitis dan virus influenza
(Soetjiningsih 1998 dalam Supariasa, dkk 2016).
7) Stress
Ibu hamil yang mengalami stress akan mempengaruhi tumbuh
kembang janin, yaitu berupa cacat bawaan dan kelainan
kejiwaan (Soetjiningsih 1998 dalam Supariasa, dkk 2016).
8) Anoksia embrio
Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta
dapat menyebabkan berat badan lahir rendah (Soetjiningsih
1998 dalam Supariasa, dkk 2016).
Soetjiningsih (1998) dalam Supariasa dkk, 2016, faktor
lingkungan pascanatal adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan anak setelah lahir. Faktor lingkungan pascanatal yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan anak yaitu :
1) Lingkungan biologis
Lingkungan biologis yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
adalah ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan,
kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis dan fungsi
metabolisme yang saling terkait satu dengan yang lain. Faktor
dominan yang mempengaruhi pertumbuhan adalah status gizi
bayi yang dilahirkan. Bayi yang mengalami kekurangan gizi,
dapat dipastikan pertumbuhan anak akan terhambat dan tidak
akan mengikuti potensi genetik yang optimal (Soetjiningsih
1998 dalam Supariasa, dkk 2016)
2) Lingkungan fisik
Lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
adalah cuaca, keadaan geografis, sanitasi lingkungan, keadaan
rumah dan radiasi. Cuaca dan keadaan geografis berkaitan

6
dengan pertanian dan kandungan unsur mineral dalam tanah.
Daerah kekeringan atau musim kemarau yang panjang
menyebabkan kegagalan panen. Kegagalan panen
menyebabkan persediaan pangan di tingkat rumah tangga
menurun yang berakibat pada asupan gizi keluarga rendah.
Keadaan ini dapat menyebabkan gizi kurang dan pertumbuhan
anak akan terhambat. Di daerah endemik, gangguan akibat
kekurangan iodium (GAKY) menyebabkan petumbuhan
penduduknya sangat terhambat sepeti kerdil atau kretinisme
(Soetjiningsih 1998 dalam Supariasa, dkk 2016).
3) Keadaan sanitasi lingkungan
Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan
terjadinya berbagai jenis penyakit antara lain diare, cacingan
dan infeksi saluran pencernaan. Anak yang menderita infeksi
saluran pencernaan akan mengalami gangguan penyerapan zat
gizi sehingga terjadi kekurangan zat gizi. Anak yang
kekurangan zat gizi akan mudah terserang penyakit dan
pertumbuhan akan terganggu (Soetjiningsih 1998 dalam
Supariasa, dkk 2016).
4) Faktor psikososial
Faktor psikososial yang berpengaruh pada tumbuh kembang
anak adalah stimulasi, motivasi, ganjaran, kelompok sebaya,
stres, lingkungan sekolah, cinta dan kasih sayang serta kualitas
interaksi antara anak dan orang tua. Interaksi tidak ditentukan
oleh seberapa lama orang tua berinteraksi dengan anak, tetapi
ditentukan oleh kualitas interaksi yaitu pemahaman terhadap
kebutuhan masingmasing dan upaya optimal untuk memenuhi
kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa kasih sayang
(Soetjiningsih 1998 dalam Supariasa, dkk 2016).
5) Faktor keluarga dan adat istiadat
Faktor keluarga dan adat istiadat yang berpengaruh pada
pertumbuhan anak antara lain: pekerjaan atau pendapatan

7
keluarga, stabilitas rumah tangga, norma dan tabu serta
urbanisasi (Soetjiningsih 1998 dalam Supariasa, dkk 2016).
6) Faktor sosial ekonomi
Faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan anak
antara lain: pendidikan, pekerjaan, teknologi, budaya dan
pendapatan keluarga. Faktor tersebut akan berinteraksi satu
dengan yang lainnya sehingga dapat mempengaruhi masukan
zat gizi dan infeksi pada anak. Ketersediaan zat gizi pada
tingkat seluler yang rendah yang pada akhirnya akan
mengakibatkan pertumbuhan terganggu (Supariasa dkk,
2016).
b. Ciri-ciri pertumbuhan
1) Perubahan ukuran, perubahan yang terlihat pada pertumbuhan
fisik yang dengan bertambahnya umur anak terjadi pula
penambahan berat badan, lingkar kepala dan lain-lain
2) Hilangnya ciri-ciri lama, selama proses pertumbuhan terdapat
hal yang terjadi perlahan-lahan, seperti lepasnya gigi susu.
3) Tumbuhnya ciri-ciri baru, perubahan fisik selama pertumbuhan
adalah seperti munculnya gigi tetap.
2. Perkembangan
Perkembangan diartikan sebagai proses pematangan fungsi-
fungsi yang non-fisik (Efendi, 2011: 67). Perkembangan anak tidak
dapat berlangsung secara mekanis-otomatis, sebab perkembangan anak
bergantung juga terhadap simultan antara lain herediter, lingkungan
sekitar yang menguntungkan, kematangan fungsi-fungsi organis dan
fungsi psikis, dan aktivitas anak sebagai subyek bebas yang
berkemauan.
Perkembangan dalam arti luas didefinisikan sebagai perubahan
psiko-fisik sebagai hasil dari pematangan fungsi psikis dan fisik pada
diri anak, yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar
dalam kurun waktu tertentu menuju kedewasaan. Perkembangan anak
juga didefiniskan sebagai proses perubahan kualitatif yang mengacu

8
kepada kualitas fungsi organ-organ jasmaniah, dan bukan pada organ-
organ rohaniah, sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada
penyempurnaan fugsi psikologis yang termanisfesrasi pada kemampuan
fisiologis (Mursid, 2015:3).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill)dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan. Perkembangan
menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsi di dalamnya termasuk
pula perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya. Mengukur perkembangan tidak dapat
dilakukan dengan menggunakan antropometri, tetapi pada anak yang
sehat perkembangannya searah (paralel) dengan pertumbuhannya
(Supariasa dkk, 2016).
Menurut Kemenkes, 2012 perkembangan merupakan hasil
interaksi kematangan sususnan syaraf pusat dengan organ yang
dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuskuler,
kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Aspek-aspek perkembangan
yang biasanya dipantau adalah:
a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh
yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri dan
sebagainya (Kemenkes, 2012).
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan yang melibatkan bagian-
bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati seseuatu,
menjimpit, menulis dan sebagainya (Kemenkes, 2012).
c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,

9
berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya
(Kemenkes, 2012).
d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan
mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya (Kemenkes
RI, 2012).
Terdapat ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan, antara lain:
a. Ciri-ciri perkembangan
1) Perkembangan melibatkan perubahan
Perubahan terjadi bersama dengan pertumbuhan disertai
dengan perubahan fungsi. Perubahan ini meliputi perubahan
proporsi tubuh, berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-
ciri baru sebagai tanda kematangan suatu organ tubuh.
2) Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya
Seseorang tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Oleh karena itu
perkembangan awal merupakan masa kritis karena menentukan
perkembangan selanjutnya.
3) Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian
menuju ke arah kaudal. Pola ini disebut pola sefalokaudal.
4) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal
(gerakan kasar) lalu berkembang di daerah distal seperti jari-
jari yang mempunyai kemampuan dalam gerakan halus. Pola
ini disebut proksimodistal.
5) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan, tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik.
6) Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbeda-
beda. Kaki dan tangan berkembang pesat pada awal masa

10
remaja, sedangkan bagian tubuh yang lain mungkin
berkembanga pesat pada masa lainnya.
7) Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Pada pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun
demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar dan
asosiasi.
Secara umum, terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi
tumbuh kembang anak, yaitu:
1. Faktor genetik
Faktor ini menentukan sifat bawaan anak tesebut serta kemampuan
anak merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan dari orangtuanya.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan memberikan suasana dimana anak berada. Lingkungan
berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh
kembang sejak dini. Lingkungan yang baik akan memberikan
pengaruh yang baik serta menunjang tumbuh kembang anak dengan
baik, namun lingkungan yang kurang baik dapat menghambat tumbuh
kembang anak.
Selain kedua faktor tersebut, Effendi (2011:68) menyebutkan
secara detail faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
selain faktor genetik dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Sebelum Lahir
Seorang anak akan terhambat proses tumbuh kembangnya apabila
sejak dalam kandungan anak sudah ekkurangan nutrisi baik antara
ibu dan anak, keracunan ataupun terkena virus.
2.      Ketika lahir
Ketika lahir anak yang mengalami intracranial haemorhage atau
pendarahan pada bagian kepala bayi, akibat dari adanya tekanan dari
dinding rahim ibu sewaktu dilahirkan dapat pula menjadi
penghambat dalam tumbuh kembang anak saat dewasa.

11
3.      Sesudah lahir
Sesudah lahir anak yang mengalami pengalaman traumatik (luka-
luka) pada kepala, baik bayi jatuh maupun terpukul maka dapat
emnyebabkan pertumbuhan anak menjadi terganggu.
4.      Psikologis
Apabila seorang anak yang ditinggalkan oleh ibunya atau dititipkan
pada suatu lembaga perawatan tertentu, maka akan mengalami
kehampaan psikologis. Akibatnya adalah proses tumbuh kembang
anak terhambat baik pada fungsi jasmaniah ataupun rohaniah.
Pada dasarnya kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak
secara umum dibagi menjadi 3, yaitu:
1.      Kebutuhan fisik-biomedis (Asuh)
Meliputi pangan atau gizi, perwatan kesehatan dasar, pemukiman
yang layak, kebersihan perseorangan, sanitasi lingkungan, pakaian,
rekreasi dan kesegaran jasmani.
2.      Kebutuhan emosi/kasih sayang (Asih)
Kasih sayang dari orangtua akan emnciptakan ikatan yang erat dan
kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras
baik fisik, mental atau psikososial
3.      Kebutuhan akan stimulasi mental (Asah)
Stimulasi mental mengembangkan perkembangan kecerdasan,
kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika,
produktivitas dan sebagainya.Anak yang sejak kecil mendapatkan
Asuh, Asaih, dan Asah yang memadai akan  mengalami tumbuh
kembang yang optimal sesuai dengan potensi genetik yang
dimilikinya.
B. UPAYA PENINGKATAN KUALITAS TUMBUH KEMBANG ANAK
Tumbuh kembang anak merupakan hasil interaksi antara faktor
genetik dan faktor lingkungan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guna
meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak antara lain:

12
1. Faktor Pra Nikah/Pra Hamil
Dianjurkan pada wanita untuk tidak hamil sebelum usia 18
tahun atau lebih dari 35 tahun, untuk mengurangi risiko untuk ibu
maupun untuk bayinya. wanita pada waktu sebelum hamil juga
berpengaruh terhadap berat badan lahir bayi, misalnya wanita yang
malnutrisi atau tinggi badan kurang dari 145 cm sering melahirkan bayi
KMK (Kecil untuk masa Kehamilan).
2. Faktor Pra Natal
Berhubung dengan berbagai ciri pertumbuhan janin selama
dalam kandungan dan masalah-masalah yang mungkin terjadi, maka
masa pranatal dibagi: Masa embrionik/masa mudigah: 8 sampai minggu
Masa fetal/masa janin: 12 – 40 minggu a. Periode praviabel: sebelum
minggu b. Periode viabel: dari 26-40 minggu.
Perlu adanya asupan gizi yang baik selama kehamilan
berlangsung. Selain gizi yang baik, pemeriksaan yang cukup dan teratur
juga penting. Beberapa hal yang penting diperhatikan adalah gizi ibu
hamil. Tujuan dari penataan gizi ibu hamil adalah menyiapkan (a)
cukup kalori, protein yang bernilai tinggi, vitamin, mineral dan cairan
untuk memenuhi kebutuhan zat gizi ibu, janin serta plasenta (b)
makanan padat kalori (c) cukup kalori dan zat gizi (d) perencanaan
perwatan gizi (e) perawatan gizi yang dapat mengurangi atau
menghilangkan reaksi yang tidak diinginkan (f) perawatan gizi yang
dapat membantu pengobatan penyulitan yang terjadi dan (g)
mengembangkan kehidupan ibu hamil agar senantiasa kebiasaan hidup
sehat (Arisman, 2008:13). Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi
pada masa janin:
a. Gizi Ibu pada waktu hamil
Kenaikan berat badan wanita hamil selama kehamilan
adalah skitar 10-12,5 kg agar tidak terjadi kelahiran bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR). maka ibu yang hamil dianjurkan
untuk meningkatkan kalori yang dimakan dengan tambahan 300

13
kkal/hari, atau sekitar satu porsi makanan lebih banyak daripada
sebelum hamil.
Akibat tidak terpenuhi zat gizi ibu pada waktu hamil,
jangka panjangnya terhadap tumbuh kembang anak akan lebih
buruk, bila kekurangan gizi pada bayi akan terus berlanjut sampai
2 tahun setelah lahir. Pemberian suplemen zat besi juga harus
diberikan pada ibu hamil, untuk mencegah anemia pada ibu,
sehingga tidak berdampak negatif pada janin seperti BBLR dan
anemia pada bayi.
b. Obat-obatan, toksin atau zat kimia
Bila pada kehamilan trimester I (masa organogenesis) ibu
minum obat teratogenik, maka akan terjadi keguguran atau cacat
bawaan. Beberapa obat yang mempunyai efek sinergistik dengan
yang lainnya mungkin akan mempunyai efek teratogenik.
Berikut ini contoh toksin/obat-obatan yang dapat
menyebabkan kelainan pada janin: alkohol atau perokok berat,
cacat bawaan, KMK, aminopterin, abortus, cacat bawaan,
Kina/quinine, trombositopenia, tuli, streptomisin (diragukan).
Tolbutamid cacat bawaan talidomid forkomelia dan malformasi
lainnya, tetrasiklin gigi berpigmen, hipoplasi propiltiourasil/
metimazol goiter trimetadion/para metadion abortus, cacat mental
dan fisik.
Sedangkan obat-obat yang diberikan pada ibu hamil yang
mempunyai pengaruh buruk terhadap bayi baru lahir, misalnya:
Anestesi yang menguap Depresi SSP Anestesi kaudal dengan
mepivakain. Bradikardi, apnea, kejang. Aspirin Pendarahan pada
bayi serotinus Bromida Depresi SSP, ruam Derivat morfin/adiksi
Sindrom putus obat (bayi malas minum, muntah, diare, gelisah,
berkeringat, tremor, kejang) Naftalen, nitrofurantoin, primaquin
Anemia hemolitik/G6PD Indometasin PDA MgSO4 Depresi
pernapasan, hipotonia, oksitosin, hiperbilirubinemia.

14
Berhubung masih terbatasnya pengetahuan mengenai efek
obat yang diberikan pada ibu hamil terhadap janin/neonatus, maka
hati-hati memberikan obat pada ibu hamil terutama pada trimester I
dan pada beberapa minggu sebelum lahir/pada waktu persalinan.
c. Endokrin
Bayi dari ibu yang menderita diabetes melitus dapat
menderita organomegali, berat lahir diatas 4000 gram, hipertrofi
dan hiperplasia sel beta pankreas janin dan gangguan metabolik
pada neonatus. Angka kejadian cacat bawaan lebih tinggi pada ibu
hamil yang mendapat terapi hormon, ibu yang pada waktu hamil
usianya lebih dari 35 tahun dan kelainan hormon tiroid.
d. Imunitas
Pada rhesus dan ABO antagonisme sering mengakibatkan
hydrops foetalis, bayi lahir mati. Pada umumnya terjadi setelah
plasenta terbentuk yaitu pada trimester II kehamilan. Pada rhesus
antagonisme antibodi yang terbentuk ukuran kecil 7 S-globulin,
sehingga mudah menembus plasenta dengan akibat terjadi
“erythroblastosis fetalis”. Penatalaksanaannya adalah melahirkan
bayi sebelum waktunya dengan induksi, untuk menjaga jangan
terjadi hydrops foetalis. Atau melakukan transfusi sel darah merah
yang Rh negatip intra-peritoneal, agar janin dapat tumbuh
sempurna dan mempunyai kemungkinan hidup lebih besar.
e. Anoksia
Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada
plasenta dan tali pusat, dapat mengakibatkan BBLR. Keadaan ini
terdapat pada ibu hamil dengan hipertensi, kehamilan serotinus,
kehamilan dengan penyakit jantung, ginjal, asma, diabetes melitus,
dll. Ibu yang menderita toksemia pada waktu hamil akan
melahirkan bayi KMK, prematur dan kematian intrateurin.

15
f. Stress
Keadaan kejiwaan ibu selama hamil dapat mempengaruhi janin
yang dikandungnya suatu kehamilan sebaiknya adalah kehamilan
yang benar-benar dikehendaki.
g. Penyakit Ibu
Infeksi Hampir semua penyakit infeksi yang berat yang
diderita ibu pada waktu hamil, masih mengakibatkan keguguran,
lahir mati, atau BBLR. Beberapa mikroorganisme tertentu dapat
menyebabkan infeksi pada janin, gangguan pertumbuhan janin,
bahkan cacat bawaan. Bukan infeksi Ibu yang menderita hipertensi
yang tidak diobati, akan mengakibatkan retardasi pertumbuhan
intrauterin dan lahir mati. Ibu menderita goiter endemik, bayinya
bisa menderita hipotiroid kongenital.
h. Radiasi
Sebelum fase organogenesis, radiasi dengan dosis 10 rad dapat
menyebabkan kematian janin. Sebaiknya hindari penyinaran pada
waktu hamil muda.
3. Faktor Pada Perinatal
Masa perinatal merupakan masa yang penting juga dalam proses
tumbuh kembang anak, karena menentukan mutu kehidupan
selanjutnya, apakah seorang anak akan tumbuh dengan baik atau
menjadi seorang yang cacat dengan segala hambatannya. (masa
perinatal adalah periode dari kehamilan 28 minggu sampai 7 hari
setelah bayi lahir).
Persalinan yang berjalan mulus tanpa ada kendala atau
komplikasi pada bayi akan memberi dampak yang baik bagi tumbuh
kembang anak di kemudian hari. Komplikasi persalinan dapat
menyebabkan kelainan tumbuh kembang. Oleh sebab itu perawatan pra
lahir sangat penting, dengan perawatan yang baik maka akan
mendapatkan tindakan sejak awal sehingga bayi dapat terlahir dengan
selamat. Keadaan-keadaan penting yang harus diperhatikan pada masa
perinatal tersebut adalah:

16
a) Asfiksia
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan dimana bayi
tidak dapat bernafas secara spontan, teratur dan adekuat.
Akibatnya bayi-bayi ini memiliki IQ yang lebih rendah dan
bahkan ada yang menderita retardasi mental. Oleh karena itu
sebaiknya kita mencegah terjadinya asfiksia neonatorum, atau
jika terjadi asfiksia harus ditolong dengan cepat dan tepat.
Perawatan pranatal yang teliti dan menemukan ibu dengan
resiko tinggi dan mengawasi sebaik mungkin, akan mengurangi
angka kejadian asfiksia neonatarum.
b) Trauma Lahir
Angka kejadian trauma lahir masih tinggi pada persalinan
yang ditolong oleh bukan tenaga kesehatan. Trauma lahir
disamping angka kematiannya tinggi, juga dapat menghambat
tumbuh kembang anak. Dengan pengawasan pranatal yang baik,
maka akan dapat dilakuakan tindakan dini sehingga bayi lahir
dengan selamat.
c) Hipoglikemia
Hipoglikemia bila kadar glukosa darah kurang dari 20mg%
pada BBLR atau kurang dari 30mg% pada bayi cukup bulan.
Keadaan ini dapat disertai dengan gejala klinik, dan bila tidak
diobati dengan segera dapat menyebabkan kematian atau
kerusakan berat pada otak. Setiap bayi resiko tinggi yang baru
lahir harus dimonitor kadar glukosanya.
d) Hiperbilirubinemia
Semua penderita hiperbilirubinemia dilakukan pemeriksaan
berkala, baik pertumbuhan fisik, motorik, perkembangan mental
dan ketajaman pendengarannya. Penatalaksanaan yang baik dari
penderita hiperbilirubinemia adalah sangat penting untuk
mencegah akibat tersebut diatas.

17
e) BBLR
Pencegahan BBLR adalah sangat penting, yaitu dengan
pemeriksaan prenatal yang baik dan memperhatikan gizi ibu.
Angka kesakitan dan kematian BBLR dapat ditekan dengan
penanganan yang baik atas dasar pengetahuan yang memadai
tentang seluk beluk BBLR.
f) Infeksi
Infeksi pada bayi baru lahir ini pada umumnya
mortalitasnya tinggi, sehingga pencegahan sangat penting.
Pencegahan dititikberatkan pada cara kerja aseptik, misalnya
alat-alat minum, alat-alat resusitasi, alat pemberi oksigen yang
steril, perawatan tali pusat yang baik dan kebiasaan mencuci
tangan oleh petugas di pusat perawatan bayi, baik sebelum
maupun sesudah memeriksa bayi.
4. Faktor Postnatal
Faktor postnatal yang mempengaruhi kualitas anak adalah
faktor bio-fisiko-psiko-sosial. Komponen biologis: kesehatan tubuh
atau organ, keadaan gizi, kekebalan terhadap penyakit. Komponen
fisis: perumahan, kebersihan lingkungan, fasilitas kesehatan dan
pendidikan. Komponen psikososial: kesehatan jiwa, stimulasi
mental, pengaruh keluarga/sekolah/masyarakat, nilai sosial budaya,
tradisi, adal dan adama, dan lain-lain. Beberapa faktor yang perlu
diupayakan untuk meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak
antara lain:
a. Gizi anak
Makanan memegang peranan yang sangat penting dalam tumbuh
kembang anak karena anak sedang tumbuh sehingga
membutuhkan banyak asupan makanan yang bergizi. ASI
diberikan kepada bayi secara ekslusif sangat baik, sebab nilai gizi
pada ASI sangat tinggi serta terdapat zat-zat kekebalan tubuh
yang melindungi anak dari berbagai macam infeksi. Pengaturan
makanan yang baik juga perlu diperhatikan. Dalam hal ini

18
makanan harus disesuaikan dengan usia anak. Makanan juga
harus mengandung energi dan semua zat gizi yang dibutuhkan
pada tingkat usianya. Pemberian makanan pendamping harus
bertahap dan bervariasi.
b. Kesehatan anak
Kesehatan anak menjadi bagian penting pengawasan orangtua.
Apabila orangtua menemukan gejala yang tidak lazim dalam diri
anak, maka orangtua perlu mawas diri dan segera membawa anak
untuk berobat. Anak yang sehat pada umumnya akan tumbuh dan
berkembang dengan baik. Monitoring pertumbuhan anak dengan
KMS, merupakan salah satu usaha untuk mencegah terjadinya
gangguan pertumbuhan pada anak.  Melalui KMS orangtua dapat
mengetahui status kesehatan anak.
C. Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh agar anak tidak
mudah terserang atau tertular suatu penyakit. Pemberian
imunisasi ini harus diberikan sedini mungkin secara lengkap.
Imunisasi yang wajib diberikan adalah BCG, hepatitis B, polio,
DPT dan campak.
D. Stimulasi (Perangsangan)
Anak yang mendapatkan stimulasi secara terarah akan lebih cepat
berkembang dibandingkan anak yang kurang bahkan tidak
mendapatkan stimulasi. Perhatian dan kasih sayang merupakan
stimulasi yang penting dalam awal perkembangan anak.
E. Perumahan
Pemilihan perumahan atau rumah huni yang layak, baik dari segi
ventilasi dan pencahayaan yang cukup serta tidak sesak dan
menjamin kesehatan serta keselamatan penghuninya. Memilih
perumahan tidak sekedar bagus saja, melainkan juga
memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan dalam keluarga.

19
F. Sanitasi Lingkungan
Kebersihan lingkungan baik secara pribadi maupun masyarakat
memegang peran yang penting dalam tumbuh kembang anak.
Lingkungan dengan tingkat kebersihan yang baik dapat mencegah
atau mengurang terjadinya penyakit bagi anak-anak.
G. Keluarga
Keluarga yang senantiasa menajga hubungan harmnois dengan
penuh kasih sayang maka dapat membuat anak menjadi tumbuh
dan berkembang lebih baik dibandingkan dengan anak yang
tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga yang kurang
baik.
5. Interaksi antara orang tua dan anak dapat digambarkan sebagai
berikut:
Faktor resiko selain dari berbagai upaya yang telah kita bicarakan
diatas, sebaiknya kita juga dapat mengidentifikasi berbagai faktor
resiko yang mungkin dapat mengakibatkan kelainan baik pada ibu
maupun pada anaknya. Sehingga kita dapat mencegah kelainan yang
mungkin terjadi dan menangani dengan baik. 45 Ibu yang dalam
resiko, antara lain:
Dibawah ini adalah berbagai keadaan yang mungkin membawa resiko
baik bagi ibu maupun bagi anaknya (dikutip dari Ebrahim): Ibu yang
dalam resiko, antara lain: Umur ibu dibawah 18 dan diatas 35 tahun.
Tinggi ibu kurang dari 145 cm. Hamil pertama kali, atau setelah
kehamilan kelima. Berat badan sebelum hamil kurang dari 40 kg atau
kenaikan berat badan saat hamil kurang dari 7 kg. Riwayat
sebelumnya terdapat anak yang lahir mati, kematian pada masa
neonatal, kesulitan partus dan bayi berat lahir rendah. Anemia pada
waktu hamil. Masalah sosial, seperti pecandu alkohol dan keluarga
yang tuna karya. Ibu yang terlantar. Jarak antara anak satu dan lainnya
pendek, kurang dari 24 bulan.

20
Anak yang dalam resiko, adalah, berat badan lahir rendah. Bayi
kembar 2, 3 atau lebih. Anak ke 5 atau lebih. Kehamilan pada ibu
sebelum anak berumur 18 bulan. Sedang menderita sakit pertusis,
campak, diare atau penyakit yang berat lainnya. Riwayat malnutrisis
atau ada saudaranya yang meninggal. Tidak ada kenaikan berat badan
pada 2 bulan terakhir. Masalah sosial lainnya, misalnya anak yang
tidak dikehendaki, satu orang tua, anak yang terlantar, orang tua/anak
menderita penyakut kronis, dan lain-lain.
6. Jurnal pendukung teori
a. Growth and development in children born very low birth weight
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan
antara pertumbuhan (lahir hingga usia 2 tahun) dan hasil
perkembangan pada anak yang lahir dengan berat lahir sangat
rendah (VLBW). Desain-Perkembangan motorik dan mental
pada anak yang lahir dengan VLBW mengalami kemunduran
pada pengukuran antropometrik saat lahir, 9 bulan dan 2 tahun
menggunakan regresi multivariabel. Pengaturan-Studi
Longitudinal Anak Usia Dini, Kelompok lahir, kelompok
komunitas, dirancang untuk menjadi perwakilan anak-anak yang
lahir di seluruh AS.
Pasien sebanyak 950 anak yang lahir dengan VLBW
(<1500 g). Hasil-Skor motorik dan kognitif pada Skala Bayley
pada usia kronologis 9 bulan dan 24 bulan. Hasilnya, sebagian
besar anak menunjukkan pertumbuhan yang buruk, dengan skor z
panjang-untuk-usia <−2 (yaitu, pengerdilan) di 21,3 % anak-anak
pada 9 bulan (disesuaikan untuk prematur) dan 34,2% anak-anak
pada 2 tahun. Dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki
skor-z> −2, anak-anak dengan kekurangan pertumbuhan pada
lingkar kepala, panjang dan berat badan memiliki OR yang lebih
tinggi yang disesuaikan (aOR) skor motor Bayley rendah pada 9
bulan dan 2 tahun (aOR mulai dari 1,8 hingga 3,3, semua p
<0,05), sementara skor kognitif Bayley yang rendah diprediksi

21
oleh defisit 9 bulan dalam panjang dan berat (AOR 2.0 dan 2.4,
masing-masing, baik defisit p <0,01) dan 2 tahun dalam panjang
dan lingkar kepala (aOR 2.9 dan 2.8, keduanya p <0,05).
Kesimpulannya adalah ukuran pertumbuhan
antropometrik terkait dengan hasil perkembangan saraf saat ini
dan masa depan pada anak yang lahir dengan VLBW. Sementara
itu, untuk ukuran panjang yang dilakukan dengan hati-hati
mungkin merupakan penanda yang sangat berguna, defisit dalam
semua ukuran antropometri adalah faktor risiko dalam
keterlambatan perkembangan
b. Effect of Anesthesia on the Developing Brain: Infant and Fetus
Potensi anestesi dan sedatif yang umum digunakan untuk
menyebabkan neuroapoptosis dan perubahan neurodegeneratif
lainnya dalam otak mamalia yang berkembang telah menjadi
bukti dalam penelitian pada hewan selama 15 tahun terakhir.
Kekhawatiran ini telah menyebabkan sejumlah studi retrospektif
pada bayi manusia dan anak-anak, dan beberapa penelitian ini
mengamati hubungan antara paparan anestesi umum sebagai
bayi, dan masalah neurobehavioral pada anak-anak. Asosiasi ini
khususnya terbukti untuk eksposur yang lama atau berulang.
Karena pertumbuhan yang signifikan dari intervensi janin yang
membutuhkan sedasi dan analgesia untuk janin, atau karena efek
anestesi ibu, kekhawatiran tentang neurotoksisitas anestesi ini
relevan untuk janin.
Potensi neurotoksisitas anestesi adalah masalah klinis dan
penelitian yang paling penting dalam bidang anes-thesiologi
anak. Ulasan ini pertama-tama akan secara singkat merangkum
pertumbuhan dan perkembangan otak yang cepat pada janin dan
neonatus. Selanjutnya, data model hewan dari neurotoksisitas
anestesi pada janin dan neonatus akan disajikan, diikuti oleh
tinjauan uji coba neurotoksisitas anestesi klinis manusia baru-
baru ini. Akhirnya, alasan untuk mempelajari dexmedetomidine

22
sebagai agen neuroprotektan potensial dalam neurotoksisitas
anestesi akan ditinjau kembali bersama dengan desain studi
untuk dua uji klinis manusia yang melibatkan dexmedetomidine.
c. How Do Children Commercial Foods Influence Their Growth
and Development? A Map of Commercially Available Children's
Foods in Honduras
Konsumsi makanan olahan dengan kadar gula dan natrium
yang tinggi selama masa hidup telah dikaitkan dengan
peningkatan risiko menderita penyakit kronis yang dimulai pada
masa remaja atau awal masa dewasa. Metode: Ada pemeriksaan
label nutrisi produk olahan untuk anak kecil (n = 140) yang
tersedia di pasar Honduras untuk mengevaluasi kualitas nutrisi
mereka sehubungan dengan kandungan natrium dan gula, sesuai
dengan berbagai rekomendasi internasional.
Hasilnya diperoleh 54% dari produk yang dievaluasi
mendapatkan lebih dari 20% kalori dari gula. Kategori yang
sebagian besar melebihi kisaran kadar gula yang disarankan
adalah minuman buah (80%) dan pure makanan penutup (65%).
Harga rata-rata per penyajian produk lebih rendah dari satu dolar
AS ($ 0,81). 46% dan 6% dari produk menempatkan gula dan
garam, masing-masing, di antara lima posisi pertama dalam
daftar bahan mereka.
Sehingga dapat disimpulkan makanan olahan untuk bayi
dan anak-anak muda umumnya melebihi kadar gula yang
direkomendasikan, tetapi karena harganya yang rendah dan akses
yang mudah, mereka mengganti konsumsi makanan tradisional,
berkontribusi pada peningkatan obesitas pada masa kanak-kanak
dan penyakit kronis pada tahap awal kehidupan.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan sebagai perubahan
secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik
maupun non-fisik, yang berlangsung secara normal pada diri anak sehat,
serta dalam waktu tertentu. Selain itu pertumbuhan dan perkembangan anak
juga ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam kurun waktu
tertentu menuju kedewasaan. Secara umum, terdapat dua faktor utama yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak, yaitu: faktor genetic menentukan
sifat bawaan anak tesebut serta kemampuan anak merupakan ciri-ciri yang
khas yang diturunkan dari orangtuanya, serta faktor lingkungan, yang
memberikan suasana dimana anak berada. Lingkungan berfungsi sebagai
penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang sejak dini.
Lingkungan yang baik akan memberikan pengaruh yang baik serta
menunjang tumbuh kembang anak dengan baik, namun lingkungan yang
kurang baik dapat menghambat tumbuh kembang anak.
Upaya yang dapat dilakukan orangtua terhadap kualitas
pertumbuhan dan perkembangan pada anak yaitu harus memperhatikan gizi
anak, kesehatan anak, imunisasi, stimulasi, perumahan, sanitasi lingkungan
dan keluarga.
B. Saran
Dari hasil kesimpulan yang telah dikemukakan, maka dapat
diberikan saran sebagai bahan masukan bagi pihak yang bersangkutan
dalam rangka meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak serta
menambah informasi dan wawasan.
1. Bagi Instansi pendidikan
Disarankan agar mengembangkan pengetahuan tentang tumbuh
kembang anak guna menunjuang peningkatan kualitas kesehatan anak
sehingga dapat menjadi literature untuk mendukung peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan khususnya kesehatan anak.

24
2. Bagi Profesi Kebidanan
Disarankan agar mengembangkan pengetahuan kesehatan terkait
tumbuh kembang anak terhadap klien guna memonitoring pertumbuhan
dan perkembangan anak.
3. Bagi Pembaca
Disarankan agar memahami dan memperluas wawasan mengenai
tumbuh kembang anak.

25
DAFTAR PUSTAKA

Arisman, 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Gizi Ed 2.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Efendi, Muhammad. 2011. Pengantar Kesehatan dan Gizi Anak.
Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan.
Supariasa. 2016. Penilaian Status Gizi. Jakarta: ECG.
Mursid. 2015. Pengembangan Pembelajaran PAUD. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Kemenkes RI. 2012. Panduan Gerakan Nasional Sadar Gizi. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI
Scharf, Rebbeca j. 2016.Growth and development in children born very
low birth weight. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed . 2016
September ; 101(5): F433–F438. doi:10.1136/
Andropholous Dean B. 2017. Effect of Anesthesia on the Developing
Brain: Infant and Fetus. Department of Anesthesiology, Baylor
College of Medicine.
Hernandez, Adriana S. 2019. How Do Children Commercial Foods
Influence Their Growth and Development? A Map of
Commercially Available Children's Foods in Honduras.
Honduras. Universidad Tecnológica Centroamericana,
Tegucigalpa.

26

Anda mungkin juga menyukai