Anda di halaman 1dari 13

KREATIVITAS DAN EKSPRESI KREATIVITAS ANAK

SERTA KREATIVITAS WARISAN ATAU


DIPELAJARI (TRADISIONAL)

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Seni Anak
Yang dibina oleh Dwi Aminatus Sa’adah, M.Pd.

Oleh:
CHOLISNAWATI (2113021)
PUPUT AYYUN MAHMUDAH (2113030)

INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA (IAINU) TUBAN


FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb

Segala puji bagi Allah Swt, Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan yang
Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmatnya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kreativitas, dan Ekspresi
Kreativitas Anak Serta Kreativitas Warisan atau Dipelajari (Tradisional)”. Dan sholawat serta
salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai figur pendidik dan
teladan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dwi Aminatus Sa’adah, M.Pd. Selaku
dosen pengampu mata kuliah Perkembangan Seni Anak, yang telah membimbing kami
sehingga dapat menambah wawasan kami. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, Kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum. Wr. Wb

Tuban, 26 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

2.1 Definisi Kreativitas Anak Usia Dini ...................................................................... 3

2.2 Ekspresi Kreativitas Anak ...................................................................................... 4

2.3 Kreatifitas Warisan (Tradisional) .......................................................................... 6

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 9

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 9


3.2 Saran ....................................................................................................................... 9

DAFTAR RUJUKAN ...................................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Usia dini adalah usia yang paling kritis atau paling menentukan dalam
pembentukan karakter dan kepribadian seseorang. Perolehan kesempatan untuk dapat
mengoptimalkan tugas-tugas perkembangan pada usia dini sangat menentukan
keberhasilan perkembangan anak selanjutnya. Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat
kreatif tanpa kecuali walaupun setia porang berbeda dalam macam bakat yang dimiliki
serta derajat atau tingkat dimilikinya bakat tersebut.

1.1 Latar Belakang


Usia dini adalah usia yang paling kritis atau paling menentukan dalam
pembentukan karakter dan kepribadian seseorang. Perolehan kesempatan untuk dapat
mengoptimalkan tugas-tugas perkembangan pada usia dini sangat menentukan
keberhasilan perkembangan anak selanjutnya. Setiap orang pada dasarnya memiliki
bakat kreatif tanpa kecuali walaupun setia porang berbeda dalam macam bakat yang
dimiliki serta derajat atau tingkat dimilikinya bakat tersebut. Satu hal yang penting
adalah bahwa ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif dapat ditingkatkan, dan
karena itu perlu dipupuk sejak dini. Bila bakat kreatif tersebut tidak dipupuk maka
bakat tersebut tidak akan berkembang, bahkan menjadibakat terpendam, yang tidak
dapat diwujudkan. Untuk memahami kreativitas pada anak-anak, ada satu yang harus
membedakan kreativitas dari kecerdasan dan bakat. Ward (1974) menyatakan tentang
kreativitas anak-anak dapat dibedakan dari kemampuan kognitif. Studi-studi terakhir
menunjukkan bahwa komponen-komponen dari potensi kreatif dapat dibedakan dari
kecerdasan (Moran, 1983). Istilah ”Gifted ” sering digunakan untuk menyatakan anak
yang memiliki kecerdasan tinggi.
Pengembangan kreativitas menjadi salah satu hal yang memegang peranan
penting dalam perkembangan anak. Kreativitas merupakan suatu potensi yang
terdapat dalam diri seseorang. Potensi tersebut merupakan kemampuan untuk
mengeluarkan gagasan yang kreatif dalam bentuk ide-ide baru atau eksplorasi yang
nantinya dikembangkan dan dikombinasikan untuk menghasilkan sesuatu yang baru
secara lebih kreatif dan mampu melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan
keinginannya. Anak yang kreatif dapat dilihat dari perilakunya, yaitu anak selalu aktif
dalam segala kegiatan, selalu ingin bergerak karena rasa ingin tahunya yang tinggi
terhadap sesuatu yang baru di lihatnya, selalu bertanya tentang hal yang baru saja di

1
2

lihatnya, memiliki kekhasan tersendiri dalam hal bakat, minat, gaya belajar, dan yang
lainnya, suka dengan hal-hal yang menantang keingintahuannya, lebih mengutamakan
diri sendiri dan memiliki konsentrasi yang sangat pendek atau cepat merasa bosan.
Melalui kreativitas anak akan belajar untuk mengembangkan kemampuan-
kemampuan yang ada dalam dirinya dengan lebih optimal. Wallach (1970)
berpendapat bahwa ” kecerdasan dan kreativitas tidak terikat satu sama lain, dan anak
yang sangat kreatif bisa saja kecerdasannya tidak tinggi”. Kreativitas tidak hanya di
dalam musik, seni, atau penulisan, tetapi juga di dalam ilmu pengetahuan, ilmu
kemasyarakatan dan ilmu dalam bidang-bidang lainnya.
Mengoptimalkan kreativitas anak memang membutuhkan tenaga, kesabaran
dan ketenangan dalam mendampinginya. Pada dasarnya anak memiliki imajinasi yang
tidak terbatas dan ini bisa menjadi modal untuk membuatnya menjadi kreatif. Semua
kegemaran yang timbul dalam diri anak merupakan potensi kreatif yang sangat
dibutuhkan hingga mereka dewasa nanti. Oleh karena itu, upaya perangsangan
kreativitas pada usia dini sangat penting sekali. Orang tua dan pendidik harus
memahami tentang pentingnya mengembangkan kreativitas anak sejak usia dini.
Namun, dalam pelaksanaannya masih banyak ditemukan kesulitan yang berkenaan
dengan pengembangan kreativitas pada anak usia dini. Kesulitan atau hambatan yang
dihadapi oleh orang tua dan pendidik lebih banyak terkait dengan pemilihan kegiatan
yang seharusnya dapat menstimulasi dan mengoptimalkan kreativitas anak usia dini.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua maupun pendidik untuk
mengoptimalkan kreativitas anak usia dini adalah melalui kegiatan seni, baik itu seni
rupa, seni musik maupun seni tari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Definisi Kreativitas Anak Usia Dini ?
2. Bagaimana Ekspresi Kreativitas Anak ?
3. Bagaimana Kreatifitas Warisan (Tradisional) ?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Kreativitas Anak Usia Dini.
2. Untuk Mengetahui Ekspresi Kreativitas Anak.
3. Untuk Mengetahui Kreativitas Warisan (Tradisional).
BAB II
PEMBAHASAN

Anak usia dini memiliki kreativitas yang sangat penting untuk dikembangkan
oleh para pendidik. Upaya untuk meningkatkan kreativitas ini perlu dilakukan karena
anak usia dini memerlukan bimbingan agar kreativitas yang dimiliki dapat
ditingkatkan sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

2.1 Pengertian Kreativitas Anak Usia Dini


Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) kreatifitas berasal dari kata
dasar kreatif yang diartikan sebagai kemampuan mencipta. Menurut Santrock (2002)
“kreativitas merupakan kemampuan memikirkan sesuatu dengan cara yang baru dan
tidak biasa disertai dengan suatu solusi yang unik dalam memecahkan permasalahan.”
Dalam kehidupan sehari-hari pengembangan kreativitas sangatlah penting
karena kreativitas merupakan salah satu kemampuan yang sangat berarti dalam
kehidupan manusia. Kreativitas bukan sekadar keberuntungan melainkan yang
didasari sebuah kerja keras. Kreativitas pada abad 21 sangat penting karena
merupakan salah satu dari tujuh kompetensi pembelajaran inti, selain itu kreativitas
juga memerlukan sebuah dorongan dan daya tarik yang mendorong dalam pendidikan
saat ini (Perry & Collier, 2018: 24). Dalam kurikulum juga dijelaskan bahwa
pendidikan atau guru perlu mengembangkan kreativitas pada anak-anak didiknya,
karena hal ini dapat membuat anak berkarya dan dapat mempunyai gagasan.
Kreativitas adalah konsep yang komprehensif termasuk proses kognitif seperti
persepsi, kepekaan, fleksibilitas, rasionalisme, intuisi dan penemuan, yang umum
digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari (MEB dalam Yildirim, 2010: 1561-
1562). Meningkatkan kreativitas anak dapat dilakukan pula dengan cara mendukung
kreativitas anak tersebut sejak usia dini. Mendukung kreativitas pada masa anak usia
dini memperoleh manfaat yang sangat penting dan berguna bagi masa yang akan
dating.
Secara umum setiap anak terlahir dengan potensi kreatif dan usia antara tiga
dan lima tahun adalah tahun-tahun kritis untuk pengembangan 17 potensi kreativitas
anak (Gardner dalam Cheung, 2010: 378). Selain itu juga dijelaskan bahwa pada usia
3 atau 4 tahun anak dapat menggunakan hampir apa saja untuk melambangkan peran
atau objek dalam situasi apapun. Kreativitas merupakan proses dalam memicu ide-ide

3
4

dan merealisasikannya dalam bentuk produk nyata yang sesuaian dengan ide dan
memiliki kualitas yang tinggi kreativitas dapat dikatakan sebagai suatu hal yang
berhubungan dengan pemikiran yang mewujudkan seorang anak untuk
mengemukakan ide-ide yang dimilikinya. Kartini & Sujarwo (2014). Dengan adanya
pemikiran kreatif tersebut diharapkan anak dapat memecahkan masalah dengan cara
dan ide yang dimilikinya, sehingga dapat merasakan manfaat dari kreativitas tersebut.
Kraetivitas menurut Maslow (1945) Kretaivitas merupakan manifestasi dari
induvidu yang berfungsi sepenuhnya karena dengan berkreasi orang dapat
mewujudkan (mengaktualisasikan) dirinya dan perwujudan/aktualisasi diri merupakan
kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia. Kreativitas atau berfikir
kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan
penyelesaian terhadap suatu masalah. Kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi
dan bagi lingkungan tetapi juga memberikan kepuasan kepada induvidu. Dalam era
pembangunan ini kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan Negara bergantung
pada teknologi baru. Untuk mencapai hal itu perlulah sikap, pemikiran dan perilaku
kratif di pupuk sejak dini.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kreativitas


merupakan kemampuan yang unik yang telah ada sejak lahir yang dimiliki oleh semua
anak. Kreativitas memiliki proses-proses yang sangat unik dan berbeda, seperti
kemampuan berpikir kreatif, berpikir lancar serta mengelaborasikan sesuatu gagasan
dari orang lain dan melihat berbagai hal dari sudut pandang yang berbeda-beda.
Kreativitas adalah kemampuan yang bersifat orisinal, baru, dan mampu
mengombinasikan berbagai hal berupa gagasan atau ide-ide dalam mengungkapkan
sesuatu yang dilihat menjadi suatu produk atau hasil yang baru, nyata dan bermakna.

2.2 Ekspresi Kreativitas Anak


Hurlock dalam Novi Mulyani (2016:39-44) mengemukakan bahwa terdapat
beberapa eksprsesi yang biasa dilakukan anak-anak dalam masa perkembangannya.
Berikut beberapa kreativitas yang sering ditunjukkan oleh anak-anak :
1. Animisme
Animisme ialah kecenderungan yang biasa dilakukan anak-anak dengan
menganggap benda mati menjadi sesuatu yang hidup. Animisme ini membantu
anak untuk berimajinasi dan meposisikan dirinya sebagai orang lain
5

membayangkan bagaimana jika ia berada di suatu situasi tertentu yang dapat


menumbuhkan sikap simpati dan empati pada anak.

2. Bermain Drama
Bermain drama biasa disbut bermain pura-pura. Biasanya di sini anak berpura-
pura menjadi tokoh tertentu dan menjalankan peran sesuai dengan yang anak
inginkan. Namun sayangnya ketika memasuki usia sekolah, permainan drama ini
kehilangan daya tariknya. Permainan drama memberika kepuasan tersendiri
kepada anak dikarenakan dalam permainan ini anak bebas mengeskpresikan
dirinya.

3. Bermain Kontruktif
Permainan ini mempersilahkan anak untuk membangun benda dari bahan yang
ada di sekitar mereka. dengan demikian permainan ini bisa mengatasi kebosanan
pada anak.

4. Teman Imajiner
Teman imajiner adalah orang, hewan ataupun benda yang diciptakan oleh
anak dalam khayalannya untuk mengatasi kesepian yang dialami oleh anak.
Namun teman imajiner ini akan berdampak tidak baik bagi perkemangan sosial
anak dikarenakan anak tidak bisa menyesuaikan diri dengan orang lain.

5. Melamun
Melamun merupakan sebuah kegiatan yang terjadi karena seseorang menerima
stimulus kesenangan yang berkaitan dengan mental dan sering disebut dengan
khayalan atau mengkhayal. Melamun memiliki perbedaan dengan bermain pura-
pura. Pada kegiatan melamun, seseorang memiliki khayalan peran yang sedang ia
mainkan lebih menarik, lebih heroik, dan lebih menyenangkan.

6. Dusta Putih
Dusta putih merupakan sebuah kebohongan yang diciptakan oleh anak, dengan
melebih-lebihkan cerita yang mereka alami atau yang belum pernah mereka alami
dengan tujuan bukan untuk membohongi atau menipu orang lain namun hanya
untuk membuat lawan bicaranya menjadi terkesan akan cerita yang anak buat.
6

7. Melucu/humor
Melucu merupakan kegiatan untuk mempersepsikan hal-hal lucu, dan
menciptakan kesan bahwa anak itu cukup menyenangkan dalam pergaulan dan
suportif.

8. Bercerita
Bercerita merupakan sebuah feedback dari pengalaman yang telah di dapat
oleh anak. Apabila lawan bicara anak menunjukkan reaksi senang dengan cerita
yang dibawakan, maka anak akan terdorong untuk bercerita dan menjadikannya
sebagai kesenangan atau hobi.

Dari materi mengenai ekspresi anak kreativ di atas dapat disimpulkan bahwa,
kita dapat melihat anak yang kreativ melalui delapan ekspresi. Ekspresi animisme
yang mana anak cenderung menganggap benda mati seperti benda hidup, bermain
drama anak pura-pura memrankan suatu tokoh, bermain kontruktif anak membangun
atau menciptakan sesuatu dari benda disekitarnya, teman imajiner atau hayalan yang
diciptakan anak sendiri, melamun, dusta putih atau anak berbohon dengan melebih-
lebihkan cerita, melucu/humor, bercerita anak menceritakan kejadian ataupun
pengalaman yang telah mereka alami.

2.3 Kreativitas Warisan (Tradisional)


Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki keaneka ragaman
budaya dan tradisi. Begitu pula dengan keaneka ragaman permainan-permainan
tradisional yang telah ada sejak jaman nenek moyang. di setiap daerah memiliki
permainan tradisional yang berbeda beda antara satu wilayah dengan wilayah
lainnya yang disebabkan oleh perbedaan kultur dan kondisi wilayah serta lingkungan
di masing masing daerah. Walaupun terdapat jenis permainan yang sama antara satu
wilayah dengan wilayah yang lain, pastinya nama permainan itu berbeda.
Melatih kreativitas anak tidak harus dengan menyediakan alat permainan
modern dan mahal. Orang tua sebenarnya bisa mengajari kreativitas kepada anak
melalui berbagai permainan tradisional yang tanpa biaya. Contohnya, bisa mengajari
anak permainan gobag sodor maupun jenis permainan lainnya. Kreativitas yang
terbentuk dari permainan tradisional nyatanya tidak kalah dengan yang dihasilkan dari
7

berbagai permainan tradisional. Ditambah lagi, lewat permainan tradisional, bukan


hanya kreativitas yang diasah, melainkan kemampuan buah hati dalam berinteraksi
dengan lingkungan dan teman-temannya.
Semua permainan tradisional sangat bisa meningkatkan kreativitas anak.
Namun beberapa permainan tradisional ini direkomendasikan karena selain mampu
mengasah kecerdasan, cara memainkannya pun tidak sulit dan mampu dengan mudah
dimengerti anak. Menurut Sukamti, dkk (2010) bentuk permainan tradisional yang
dapat membangun kretaivitas adalah sebagai berikut:
1. Gobag Sodor
Bermain gobag sodor bisa dikatakan sebagai paket lengkap untuk melatih
kecerdasan anak. Lewat permainan tradisional yang satu ini, anak tidak hanya
diajarkan untuk melatih kreativitas, tetapi juga bekerja sama dalam tim.
Kreativitas anak bisa terbentuk melalui gobag sodor karena dalam permainan
dituntut untuk mencari strategi agar bisa menenangi pertandingan. Anak juga akan
banyak bergerak sehingga permainan ini bisa menjadi pengganti olahraga. Tidak
ketinggalan, lewat permainan ini, anak dilatih untuk memimpin dan bekerja sama
dalam tim.

2. Congklak
Lewat permainan tradisional yang satu ini, anak bisa duduk tenang sambil
memikirkan cara untuk bisa memenangi permainan. Bagi ibu, tentu ini
menyenangkan karena bisa lebih memantau anak. Di sisi lain, cara bermain
congklak amat menuntut logika dan hitung-hitungan. Anak bisa belajar
matematika dengan bermain congklak. Secara tidak langsung, ia akan belajar
menghitung dan membuat strategi agar biji congklaknya tidak sampai jatuh di
lumbung yang kosong. Kreativitasnya pun akan terasah dengan demikian.

3. Petak Umpet
Petak umpet menjadi permainan yang akan menyenangkan bagi anak.
Bagaimana tidak, lewat permainan ini, anak diharuskan bisa selamat dari status
jaga dengan tidak ketahuan mengumpet di mana. Di sinilah kreativitas dituntut.
Anak akan belajar membuat strategis di mana ia akan bersembunyi. Tempat
persembunyiannya haruslah yang tidak mudah diketahui penjaga. Di sisi lain,
dekat dengan tempat penjaga agar bisa memantau. Selain kreativitas, anak juga
8

dilatih untuk bergerak cepat dan berlatih bersabar melalui permainan tradisional
yang satu ini.

4. Bentengan
Kreativitas anak juga bisa dilatih lewat permainan bentengan. Jenis permainan
ini biasa dimainkan dua tim. Setiap tim memiliki tiang sebagai markasnya yang
harus dijaga agar tidak disentuh tim lawan. Di sinilah kreativitas anak dituntut.
Anak-anak harus mampu bekerja sama dengan tim untuk membuat strategi dalam
menjaga benteng sendiri. Di sisi lain, anak juga mesti memikirkan cara agar bisa
menguasai benteng lawan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya semua permainan
tradisional sangat bisa meningkatkan kreativitas anak. Namun, beberapa permainan
tradisional ini direkomendasikan karena selain mampu mengasah kecerdasan, cara
memainkannya pun tidak sulit dan mampu dengan mudah dimengerti anak
diantaranya yaitu gobag sodor, congklak, petak umpet dan bentengan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya, kami menarik
kesimpulan bahwa kreativitas adalah kemampuan yang bersifat orisinal, baru, dan
mampu mengombinasikan berbagai hal berupa gagasan atau ide-ide dalam
mengungkapkan sesuatu yang dilihat menjadi suatu produk atau hasil yang baru,
nyata dan bermakna.
Ekspresi kreatifitas anak terdapat delapan ekspresi yaitu ekspresi animisme,
bermain drama, bermain kontruktif, teman imajiner, dusta putih, melucu/humor,
bercerita.
Kreativitas warisan (tradisional) bagi anak yaitu permainan tradisional.
Permainan tradisional sangat bisa meningkatkan kreativitas anak dan mampu
mengasah kecerdasan serta cara memainkannya juga tidak sulit dan mudah dimengerti
anak diantaranya yaitu gobag sodor, congklak, petak umpet dan bentengan.

3.2 Saran
Diharapkan nantinya guru dan orang tua lebih menggali dan mengenali bakat
dan minat yang dimiliki anak, sehingga nantinya lebih dapat mengembangkan
kreativitas pada anak.

9
DAFTAR RUJUKAN

Cheung, Rabecca. H. p. (2010). Designing movement activities to develop children’s


creativity in early childhood education. Early Chilhood Development And Care, 180(3),
377-385.

Kartini, Sujarwo. (2014). Penggunaan media pembelajarana plastisin untuk meningkatkan


kreatifitas anak usia dini. Yogyakarta: Jurnal Pendidikan Dan Pemberdayaan
Masyarakat, Vol 1, No. 2: 199-208.

Maslow, Abraham. (1945). Motivation and Personality. New York: Harper.

Novi, Mulyani. (2016). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Kalimedia.

Perry & Collier. (2018). What counts as creativity in education? An inquiry into the
intersection of public, political, and policy discaurses. Canadian Journal Of Educatoin,
Vil. 41 Issue 1, P24-43. 20p.

Sukamti, Endang R. dkk. (2010). Bermain dan Kreativitas sebagai Fondasi bagi Tumbuh
Kembang Anak Usia Dini. Yogyakarta: Prenada Media Group.
Santrock. (2002). Life-span Development : Perkembangan Masa Hidup. Edisi 5 jilid 2,
Jakarta : Erlangga.
Yildirim, A. (2010). Creativity in early childhood education program. Procedia – Social And
Behavioral Sciences, 9, 1561-1565. http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2010.12.365.

10

Anda mungkin juga menyukai