MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Seni Anak
Yang dibina oleh Dwi Aminatus Sa’adah, M.Pd.
Oleh:
CHOLISNAWATI (2113021)
PUPUT AYYUN MAHMUDAH (2113030)
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum. Wr. Wb
Segala puji bagi Allah Swt, Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan yang
Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmatnya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kreativitas, dan Ekspresi
Kreativitas Anak Serta Kreativitas Warisan atau Dipelajari (Tradisional)”. Dan sholawat serta
salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai figur pendidik dan
teladan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dwi Aminatus Sa’adah, M.Pd. Selaku
dosen pengampu mata kuliah Perkembangan Seni Anak, yang telah membimbing kami
sehingga dapat menambah wawasan kami. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, Kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum. Wr. Wb
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Usia dini adalah usia yang paling kritis atau paling menentukan dalam
pembentukan karakter dan kepribadian seseorang. Perolehan kesempatan untuk dapat
mengoptimalkan tugas-tugas perkembangan pada usia dini sangat menentukan
keberhasilan perkembangan anak selanjutnya. Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat
kreatif tanpa kecuali walaupun setia porang berbeda dalam macam bakat yang dimiliki
serta derajat atau tingkat dimilikinya bakat tersebut.
1
2
lihatnya, memiliki kekhasan tersendiri dalam hal bakat, minat, gaya belajar, dan yang
lainnya, suka dengan hal-hal yang menantang keingintahuannya, lebih mengutamakan
diri sendiri dan memiliki konsentrasi yang sangat pendek atau cepat merasa bosan.
Melalui kreativitas anak akan belajar untuk mengembangkan kemampuan-
kemampuan yang ada dalam dirinya dengan lebih optimal. Wallach (1970)
berpendapat bahwa ” kecerdasan dan kreativitas tidak terikat satu sama lain, dan anak
yang sangat kreatif bisa saja kecerdasannya tidak tinggi”. Kreativitas tidak hanya di
dalam musik, seni, atau penulisan, tetapi juga di dalam ilmu pengetahuan, ilmu
kemasyarakatan dan ilmu dalam bidang-bidang lainnya.
Mengoptimalkan kreativitas anak memang membutuhkan tenaga, kesabaran
dan ketenangan dalam mendampinginya. Pada dasarnya anak memiliki imajinasi yang
tidak terbatas dan ini bisa menjadi modal untuk membuatnya menjadi kreatif. Semua
kegemaran yang timbul dalam diri anak merupakan potensi kreatif yang sangat
dibutuhkan hingga mereka dewasa nanti. Oleh karena itu, upaya perangsangan
kreativitas pada usia dini sangat penting sekali. Orang tua dan pendidik harus
memahami tentang pentingnya mengembangkan kreativitas anak sejak usia dini.
Namun, dalam pelaksanaannya masih banyak ditemukan kesulitan yang berkenaan
dengan pengembangan kreativitas pada anak usia dini. Kesulitan atau hambatan yang
dihadapi oleh orang tua dan pendidik lebih banyak terkait dengan pemilihan kegiatan
yang seharusnya dapat menstimulasi dan mengoptimalkan kreativitas anak usia dini.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua maupun pendidik untuk
mengoptimalkan kreativitas anak usia dini adalah melalui kegiatan seni, baik itu seni
rupa, seni musik maupun seni tari.
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Kreativitas Anak Usia Dini.
2. Untuk Mengetahui Ekspresi Kreativitas Anak.
3. Untuk Mengetahui Kreativitas Warisan (Tradisional).
BAB II
PEMBAHASAN
Anak usia dini memiliki kreativitas yang sangat penting untuk dikembangkan
oleh para pendidik. Upaya untuk meningkatkan kreativitas ini perlu dilakukan karena
anak usia dini memerlukan bimbingan agar kreativitas yang dimiliki dapat
ditingkatkan sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
3
4
dan merealisasikannya dalam bentuk produk nyata yang sesuaian dengan ide dan
memiliki kualitas yang tinggi kreativitas dapat dikatakan sebagai suatu hal yang
berhubungan dengan pemikiran yang mewujudkan seorang anak untuk
mengemukakan ide-ide yang dimilikinya. Kartini & Sujarwo (2014). Dengan adanya
pemikiran kreatif tersebut diharapkan anak dapat memecahkan masalah dengan cara
dan ide yang dimilikinya, sehingga dapat merasakan manfaat dari kreativitas tersebut.
Kraetivitas menurut Maslow (1945) Kretaivitas merupakan manifestasi dari
induvidu yang berfungsi sepenuhnya karena dengan berkreasi orang dapat
mewujudkan (mengaktualisasikan) dirinya dan perwujudan/aktualisasi diri merupakan
kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia. Kreativitas atau berfikir
kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan
penyelesaian terhadap suatu masalah. Kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi
dan bagi lingkungan tetapi juga memberikan kepuasan kepada induvidu. Dalam era
pembangunan ini kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan Negara bergantung
pada teknologi baru. Untuk mencapai hal itu perlulah sikap, pemikiran dan perilaku
kratif di pupuk sejak dini.
2. Bermain Drama
Bermain drama biasa disbut bermain pura-pura. Biasanya di sini anak berpura-
pura menjadi tokoh tertentu dan menjalankan peran sesuai dengan yang anak
inginkan. Namun sayangnya ketika memasuki usia sekolah, permainan drama ini
kehilangan daya tariknya. Permainan drama memberika kepuasan tersendiri
kepada anak dikarenakan dalam permainan ini anak bebas mengeskpresikan
dirinya.
3. Bermain Kontruktif
Permainan ini mempersilahkan anak untuk membangun benda dari bahan yang
ada di sekitar mereka. dengan demikian permainan ini bisa mengatasi kebosanan
pada anak.
4. Teman Imajiner
Teman imajiner adalah orang, hewan ataupun benda yang diciptakan oleh
anak dalam khayalannya untuk mengatasi kesepian yang dialami oleh anak.
Namun teman imajiner ini akan berdampak tidak baik bagi perkemangan sosial
anak dikarenakan anak tidak bisa menyesuaikan diri dengan orang lain.
5. Melamun
Melamun merupakan sebuah kegiatan yang terjadi karena seseorang menerima
stimulus kesenangan yang berkaitan dengan mental dan sering disebut dengan
khayalan atau mengkhayal. Melamun memiliki perbedaan dengan bermain pura-
pura. Pada kegiatan melamun, seseorang memiliki khayalan peran yang sedang ia
mainkan lebih menarik, lebih heroik, dan lebih menyenangkan.
6. Dusta Putih
Dusta putih merupakan sebuah kebohongan yang diciptakan oleh anak, dengan
melebih-lebihkan cerita yang mereka alami atau yang belum pernah mereka alami
dengan tujuan bukan untuk membohongi atau menipu orang lain namun hanya
untuk membuat lawan bicaranya menjadi terkesan akan cerita yang anak buat.
6
7. Melucu/humor
Melucu merupakan kegiatan untuk mempersepsikan hal-hal lucu, dan
menciptakan kesan bahwa anak itu cukup menyenangkan dalam pergaulan dan
suportif.
8. Bercerita
Bercerita merupakan sebuah feedback dari pengalaman yang telah di dapat
oleh anak. Apabila lawan bicara anak menunjukkan reaksi senang dengan cerita
yang dibawakan, maka anak akan terdorong untuk bercerita dan menjadikannya
sebagai kesenangan atau hobi.
Dari materi mengenai ekspresi anak kreativ di atas dapat disimpulkan bahwa,
kita dapat melihat anak yang kreativ melalui delapan ekspresi. Ekspresi animisme
yang mana anak cenderung menganggap benda mati seperti benda hidup, bermain
drama anak pura-pura memrankan suatu tokoh, bermain kontruktif anak membangun
atau menciptakan sesuatu dari benda disekitarnya, teman imajiner atau hayalan yang
diciptakan anak sendiri, melamun, dusta putih atau anak berbohon dengan melebih-
lebihkan cerita, melucu/humor, bercerita anak menceritakan kejadian ataupun
pengalaman yang telah mereka alami.
2. Congklak
Lewat permainan tradisional yang satu ini, anak bisa duduk tenang sambil
memikirkan cara untuk bisa memenangi permainan. Bagi ibu, tentu ini
menyenangkan karena bisa lebih memantau anak. Di sisi lain, cara bermain
congklak amat menuntut logika dan hitung-hitungan. Anak bisa belajar
matematika dengan bermain congklak. Secara tidak langsung, ia akan belajar
menghitung dan membuat strategi agar biji congklaknya tidak sampai jatuh di
lumbung yang kosong. Kreativitasnya pun akan terasah dengan demikian.
3. Petak Umpet
Petak umpet menjadi permainan yang akan menyenangkan bagi anak.
Bagaimana tidak, lewat permainan ini, anak diharuskan bisa selamat dari status
jaga dengan tidak ketahuan mengumpet di mana. Di sinilah kreativitas dituntut.
Anak akan belajar membuat strategis di mana ia akan bersembunyi. Tempat
persembunyiannya haruslah yang tidak mudah diketahui penjaga. Di sisi lain,
dekat dengan tempat penjaga agar bisa memantau. Selain kreativitas, anak juga
8
dilatih untuk bergerak cepat dan berlatih bersabar melalui permainan tradisional
yang satu ini.
4. Bentengan
Kreativitas anak juga bisa dilatih lewat permainan bentengan. Jenis permainan
ini biasa dimainkan dua tim. Setiap tim memiliki tiang sebagai markasnya yang
harus dijaga agar tidak disentuh tim lawan. Di sinilah kreativitas anak dituntut.
Anak-anak harus mampu bekerja sama dengan tim untuk membuat strategi dalam
menjaga benteng sendiri. Di sisi lain, anak juga mesti memikirkan cara agar bisa
menguasai benteng lawan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya semua permainan
tradisional sangat bisa meningkatkan kreativitas anak. Namun, beberapa permainan
tradisional ini direkomendasikan karena selain mampu mengasah kecerdasan, cara
memainkannya pun tidak sulit dan mampu dengan mudah dimengerti anak
diantaranya yaitu gobag sodor, congklak, petak umpet dan bentengan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya, kami menarik
kesimpulan bahwa kreativitas adalah kemampuan yang bersifat orisinal, baru, dan
mampu mengombinasikan berbagai hal berupa gagasan atau ide-ide dalam
mengungkapkan sesuatu yang dilihat menjadi suatu produk atau hasil yang baru,
nyata dan bermakna.
Ekspresi kreatifitas anak terdapat delapan ekspresi yaitu ekspresi animisme,
bermain drama, bermain kontruktif, teman imajiner, dusta putih, melucu/humor,
bercerita.
Kreativitas warisan (tradisional) bagi anak yaitu permainan tradisional.
Permainan tradisional sangat bisa meningkatkan kreativitas anak dan mampu
mengasah kecerdasan serta cara memainkannya juga tidak sulit dan mudah dimengerti
anak diantaranya yaitu gobag sodor, congklak, petak umpet dan bentengan.
3.2 Saran
Diharapkan nantinya guru dan orang tua lebih menggali dan mengenali bakat
dan minat yang dimiliki anak, sehingga nantinya lebih dapat mengembangkan
kreativitas pada anak.
9
DAFTAR RUJUKAN
Novi, Mulyani. (2016). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Kalimedia.
Perry & Collier. (2018). What counts as creativity in education? An inquiry into the
intersection of public, political, and policy discaurses. Canadian Journal Of Educatoin,
Vil. 41 Issue 1, P24-43. 20p.
Sukamti, Endang R. dkk. (2010). Bermain dan Kreativitas sebagai Fondasi bagi Tumbuh
Kembang Anak Usia Dini. Yogyakarta: Prenada Media Group.
Santrock. (2002). Life-span Development : Perkembangan Masa Hidup. Edisi 5 jilid 2,
Jakarta : Erlangga.
Yildirim, A. (2010). Creativity in early childhood education program. Procedia – Social And
Behavioral Sciences, 9, 1561-1565. http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2010.12.365.
10