MAKALAH BIOETIKA
ISU-ISU DALAM BIOETIKA
“TRANSGENDER”
Oleh Kelompok 5:
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui mengenai transgender dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk
melakukan transgender.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dampak dan pandangan masyarakat terhadap kasus
transgender.
4. Mahasiswa dapat mengetahui pandangan dari segi agama, hukum, sosial, dan
medis terhadap kasus transgender.
D. Manfaat
1. Dapat meningkatkan pengetahuan mengenai transgender dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Dapat mengambil sikap yang bijak dalam menghadapi seseorang yang melakukan
transgender.
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar di atas contohnya, adalah orang yang berpakaian sebagai wanita, tetapi ia
menunjukan tanda pada tangannya bahwa ia memiliki kromosom XY. Hal ini berarti ia
terlahir sebagai pria. Aktivis transgender berdemo di Paris, 1 Oktober 2005.
Pada hakikatnya, masalah kebingungan jenis kelamin atau yang lazim disebut
juga sebagai gejala transseksualisme ataupun transgender merupakan suatu gejala
ketidakpuasan seseorang karena merasa tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik dan
kelamin dengan kejiwaan ataupun adanya ketidakpuasan dengan alat kelamin yang
dimilikinya. Ekspresinya bisa dalam bentuk dandanan, make up, gaya dan tingkah laku,
bahkan sampai kepada operasi penggantian kelamin (Sex Reassignment Surgery).
Dalam DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder) – III,
penyimpangan ini disebut sebagai juga gender dysporia syndrome. Penyimpangan ini
terbagi lagi menjadi beberapa subtipe meliputi transseksual, a-seksual, homoseksual,
dan heteroseksual.
Tanda-tanda transgender atau transseksual yang bisa dilacak melalui DSM,
antara lain:
1. Perasaan tidak nyaman dan tidak puas dengan salah satu anatomi seksnya;
2. Berharap dapat berganti kelamin dan hidup dengan jenis kelamin lain;
3. Mengalami guncangan yang terus menerus untuk sekurangnya selama dua tahun dan
bukan hanya ketika dating stress;
4. Adanya penampilan fisik interseks atau genetik yang tidak normal;
5. Dan dapat ditemukannya kelainan mental semisal schizophrenia yaitu menurut J.P.
Chaplin dalam Dictionary of Psychology (1981) semacam reaksi psikotis dicirikan di
antaranya dengan gejala pengurungan diri, gangguan pada kehidupan emosional dan
afektif serta tingkah laku negativisme.
Salah satu akibatnya trangender muncullah istilah waria yaitu wanita pria. Waria
adalah seorang pria yang secara psikis merasakan adanya ketidakcocokan antara jati diri
yang dimiliki dengan alat kelaminnya, sehingga akhirnya memilih dan berusaha untuk
memiliki sifat dan perilaku lawan jenisnya yaitu wanita. Fisik mereka laki-laki namun
cara berjalan, berbicara dan dandanan mereka mirip perempuan.
Orang yang secara genetik mempunyai potensi penyimpangan ini dan apabila
didukung oleh lingkungan keinginannya sangat besar untuk merubah diri menjadi waria.
Misalnya ada laki-laki yang tidak percaya diri atau tidak nyaman bila tidak berdandan
atau berpakain wanita. Selain itu, faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi yaitu
faktor ekonomi misalnya. Awalnya hanya untuk mendapatkan uang tapi lama-kelamaan
jadi keterusan.
Adapun ciri seorang pria adalah sebagai berikut :
a. Memiliki bentuk tubuh seperti pria.
contoh : Rahangnya yang kuat,lengannya yang berotot,bentuk paha, dan lain-lain,
b. Waria tidak memancarkan PHEROMONE dari dalam tubuhnya seperti pada
wanita.
c. Waria biasa memekai pakaian yang cenderung seperti wanita,biasanya pakaian
sexy untuk menarik perhatian “sesama jenisnya”.
d. Waria tidak mungkin memiliki organ tubuh wanita secara alami (seperti rahim
dan payudara) karna hormon tectoseron dalam tubuhnya tidak terbentuknya organ-organ
wanita tersebut.
D. Pandangan dari Segi Agama, Hukum, Sosial, dan Medis terhadap kasus
transgender
Terdapat berbagai pandangan mengenai transseksualisme dan sex reassignment
surgery yang merupakan ujung gender-reassignment. Berikut adalah penjelasan
pandangan dari sisi sosial, agama, hukum dan medis (kedokteran).
a. Dari Segi Sosial
Dari sisi sosial, masyarakat dapat dikatakan terbagi ke dalam jenis kaum
esensalisme dan kontruksionisme. Menurut pandangan esensalisme, transseksualisme
merupakan sesuatu yang berjalan di luar kewajaran dan hal tersebut dianggap tidak
benar. Kaum transseksual sendiri dianggap membawa keburukan. Menurut pandangan
kaum konstruksionisme, transseksual juga merupakan bagian dari masyarakat.
Kelompok ini lebih bersifat terbuka dengan melandaskan tindakannya kepada Hak
Asasi Manusia (HAM). Mereka membuat beragam peraturan terkait kaum transseksual
sebagai bentuk perlindungan atas ketidakadilan.
A. Kesimpulan
1. Transgender adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan orang yang
melakukan, merasa, berpikir atau terlihat berbeda dari jenis kelamin yang ditetapkan
saat mereka lahir. "Transgender" tidak menunjukkan bentuk spesifik apapun dari
orientasi seksual orangnya. Orang-orang transgender dapat saja mengidentifikasikan
dirinya sebagai heteroseksual, homoseksual, biseksual, panseksual, poliseksual, atau
aseksual.
2. Faktor-faktor yang Mendorong Seseorang Untuk Melakukan Transgender, yaitu :
a. Faktor bawaan (hormon dan gen) atau Transseksualisme
Faktor genetik dan fisiologis adalah faktor yang ada dalam diri individu
karena ada masalah antara lain dalam susunan kromosom, ketidakseimbangan hormon,
struktur otak, kelainan susunan syaraf otak. Adapun beberapa macam penggantian
transgender:
1. Gender reassignment merupakan suatu proses atau mekanisme perubahan gender.
Metode ini banyak ditempuh oleh kaum transseksual untuk memenuhi hasrat dan
ketidaknyamanannya atas gender yang dimilikinya sejak semula.
2. Sex reassignment surgery merupakan suatu prosedur operasi medis pengubahan
organ kelamin antar jenis kelamin.
b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya pendidikan yang salah pada masa kecil
dengan membiarkan anak laki-laki berkembang dalam tingkah laku perempuan, pada
masa pubertas dengan homoseksual yang kecewa dan trauma, trauma pergaulan seks
dengan pacar, suami atau istri.
3. Dampak dan pandangan masyarakat terhadap kasus transgender, yaitu:
a. Dampak Menjadi Transgender dan Waria
Seorang transgender yaitu dalam kasus waria msih memiliki kendala seperti
diskriminasi yang mencederai hak waria sebagai warga negara misalnya mencari
pekerjaan. Dan mereka pun juga dianggap samapah masyarakat. Padahal kita ketahui
seorang waria itu bisa menjadai penghibur dan memiliki kreatifitas tinggi yaitu dibidang
seni.
b. Pandangan Masyarakat
Kita ketahui kebanyakan masyarakat memandang seorang yang terkait kasu
transgender seperti waria memiliki pandangan negative, karena meraka menggangap
bahwa seorang transgender itu telah mengubah kodrat yang diberikan Tuhan sejak lahir
dan itu merupakan larangan agama.
c. Kesataraanya Pelaku Transgender Dengan Lingkungan Sekitar
Seorang yang melakukan trnsgender memiliki Hak Asasi Manusia yang sama
dengan warga negara yang normal. Hak Asasi Manusia tersebut tidak boleh dihilangkan
karena dia berbeda dengan yang lain atau dianggap berbeda. Karena Hak Asasi Manusia
merupakan hak yang dibawa sejak dia lahir.
4. Pandangan dari segi agama, hukum, sosial, dan medis terhadap kasus transgender,
yaitu :
a. Dari Segi Agama
Menurut Agama Islam, Kristen dan Protestan tidak memperbolehkan adanya
kelamin ketiga atau transgender, karena dalam ajaran agama tersebut hanya ada jenis
kelamin laki-laki dan perempuan. Sedangkan agama Budha dan Hindu memperbolehkan
adanya tritiya-prakriti (seks ketiga). Jenis seks ketiga ini terdiri dari shanda (male to
female) dan shandi (female tomale). Karena adanya pengakuan, pemilik tritiya prakriti
diijinkan hidup bebas dan terbuka.
b. Dari Segi Common Law (Hukum Konvensional)
Dalam skala nasional di Indonesia, belum ada peraturan yang tegas mengatur
transseksualisme. Meskipun begitu, secara hukum, kaum transseksual memiliki hak
yang sama dengan manusia pada umumnya sesuai dengan Undang-Undang No.9 tahun
1999 mengenai hak asasi manusia. Menurut pasal 1 Undang-undang nomor 1 tahun
1974 tentang perkawinan, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria
dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah
tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
B. Saran
Sebagai makhluk Tuhan hendaklah saling menghargai kehidupan orang yang
memiliki perbedaan, karena pada prinsipnya seorang yang berbeda tidak meminta
ketidak normalan yang terjadi pada tubuhnya tetapi, sikap psikologisnya yang
mempengaruhinya. Dan merakan memiliki Hak Asasi Manusia yang sama dimata
negaranya.
Dari pandangan agama seorang yang memilih untuk transgender hingga
sampai mengoperasi kelamin tidak diperbolehkan atau dilarang. Untuk membuat
seorang menyadari kesalahnnya sebaiknya kita melakukan pendekatan atau
pengayoman, menjauhi mereka, karena perubahan tidak terjadi secara langsung tetapi
bertahap.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, MD. 2004. Serial Femina: Dorce Gamalama (Bagian 8) Diakui sebagai
Menantu. (Online) diunduh dari http://www.femina-online.com/serial/serial_detail.asp?
id=85&views=49
Brown, George R. 2007. Gender Identity Disorder and Transsexualism. (Online)
http://www.merck.com/mmpe/sec15/ch203/ch203b.html
Chaplin ,J.P. 1981. Dictionary of Psychology. New York: Dells Publishing.
Bellringer, James. Sex Reassignment Surgery Photos – Gender Reassignment Surgery
Images. (Online) diunduh dari http://www.transgenderzone.com/library/srs/1.htm
Bostwick, John. Plastic and Reconstructive Breast Surgery, 2nd edition. St. Louis:
Quality Medical Publishers, 1999.
Docter, R. F. and J. S. Fleming. “Measures of Transgender Behavior.” Archives of
Sexual Behavior 30, No. 3 (2001): 255–71.
Engler, Alan M. Body Sculpture: Plastic Surgery of the Body for Men and Women, 2nd
edition. New York: Hudson, 2000.
Fugate, S. R., C. C. Apodaca, and M. L. Hibbert. “Gender Reassignment Surgery and
the Gynecological Patient.” Primary Care Update for Obstetrics and Gynecology 8,
No. 1 (2001): 22–4.
Harish, D., and B. R. Sharma. “Medical Advances in Transsexualism and the Legal
Implications.” American Journal of Forensic Medicine and Pathology 24, No. 1 (2003):
100–05.
Hays, Matthew. 2008. Iran’s Gay Plan. Canadian Broadcasting Corporation.
MtF Surgery Center Co., Ltd. 2008. MTF Surgery. (Online) diunduh dari
http://www.mtfsurgery.com/mtf-surgery.php
Looking Glass Society. 1996. Transsexualism: A Primer Second Edition. (online)
dinduh dari http://www.looking-glass.greenend.org.uk/primer.htm
Seputro, Jati. 2010. Diduga Transeksual Mengancam Legitimasi Pemerintahan.
(Online) diunduh dari http://jatiseputro.blogspot.com/2010/02/diduga-transeksual-
mengancam-legitimasi.html
Suwantana, Gede. 2009. Tritiya Praktiti Dunia Seks Ketiga. (online) diunduh dari
http://gedesuwantana.blogspot.com/2009/07/tritiya-prakrti-dunia-seks-ketiga.html
http://www.wihara.com/forum/kongko2/3682-tanya-jawab-buddhist-1-ttg-waria.html
Utomo, Setiawan Budi. 2009. Fenomena Transgender dan Hukum Operasi Kelamin.
(Online) diunduh dari http://www.dakwatuna.com/wap/index-wap2.php?p=3427
Wijaya, Andik. 2010. LGBT. Majalah Bahana. (Online) diunduh dari
http://www.ebahana.com/warta-2532-Lesbian-Gay-Biseksual-Transeksual.html