Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS KELOLAAN

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADAIBU HAMIL FISIOLOGIS


DI PUSKESMAS KUMANIS

Disusun Oleh

Wihartuti 2015901090

PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADAIBU HAMIL FISIOLOGIS


DI PUSKESMAS KUMANIS

Disusun oleh :
Nama : Wihartuti
NIM : 2015901090

Telah diseminarkan di depan penguji


Pada tanggal …………. 2021

Mengetahui,
Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

( Dian Afraida, SST. M.Kes) (Resty Nofilda Putri SST.Mkes )

Ketua Prodi Kebidanan


Universitas Fort De Kock

( Nurhayati,SST. M. Biomed )
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
hidayahNya hingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan “Manajemen
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Fisiologis di Puskesmas Kumanis”.
Laporan kasus ini merupakan salah satu persyaratan menyelesaikan Praktik Klinik
Kebidanan pada Program Profesi Kebidanan Fakultas Kesehatan Universitas Ford De
Kock Bukitttinggi Tahun ajaran 2021/2022.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Resty
Nofilda Putri SST.Mkes selaku pemimbing akademik dan Ibu Dian Afraida SST.Mkes
selaku pembimbing lapangan. Yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
penulisan laporan kasus ini.Mudah-mudahan laporan kasus ini dapat bermanfaat dan
menjadi acuan untuk pengembangan inovasi dalam bidang pendidikan kususnya di bidang
kebidanan.

Bukittinggi, Juli 2021

Penulis

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan menurut Federasi Obstetri Ginekologi International adalah fertilisasi

atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau

implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender

internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di mana trimester pertama berlangsung

dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester

ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke- 40). (Sarwono, 2016)

Setiap hari 830 ibu didunia (di Indonesia 38 ibu berdasarkan AKI 305) meninggal

dunia akibat penyakit/ komplikasi terkait kehamilan dan persalinan (WHO, 2019).

Berdasarkan Hasil Survei Penduduk Antar Sensus Tahun 2015, AKI di Indonesia sebesar

305 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2018). Sedangkan jumlah Angka

Kematian Bayi sebesar 22,23 per 1.000 KH, artinya sudah mencapai target MDG’s 2015

sebesar 23 per 1.000 KH. 75% kematian ibu disebabkan karena perdarahan, infeksi,

preeklampsi/ eklampsi, partus lama dan aborsi yang tidak aman. Ibu meninggal karena

komplikasi kebidanan yang tidak ditangani dengan baik dan tepat waktu. Masalahnya

sebagian besar komplikasi tidak dapat diprediksi sehingga semua kehamilan dianggap

berisiko (Kemenkes, 2018).

Menurut Kemenkes RI dalam program SDGs bahwa target sistem kesehatan

nasionalyaitu pada goals ke-3 menerangkan bahwa pada tahun 2030, mengurangi angka

kematian ibu hingga 70 per 100.000 kelahiran hidup, mengakhiri kematian bayi dan balita

yang dapat dicegah dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka Kematian

Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup dan angka kematian balita 25 per
1.000 kelahiran hidup Mengacu pada saat ini, potensi untuk mencapai target SDG’s ke-5

untuk menurunkan adalah off track, artinya diperlukan kerja keras dan sungguh-sungguh

untuk mencapainya (Permenkes RI,2016).

Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2017), angka kematian ibu
melonjak drastic dari 228 per 100.000 kelahiran hidup ditahun 2007 menjadi 359 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Berdasarkan hasil survey penduduk antar sensus
(SUPAS) tahun 2015, AKI kembali menunjukan penurunan pada tahun 2015 menjadi 309
per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan untuk angka kematian bayi (AKB), berdasarkan
hasil SDKI tahun 2017 menunjukan penurunan yaitu 32 per 1.000 kelahiran hidup
(Kemenkes RI, 2018).
Dalam upaya mengurangi angka kematian ibu, pemerintah mengeluarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual. Salah satu
isinya adalah memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu kehamilan yang dilakukan dalam
tiga kali pemeriksan (Permenkes, 2014).
Oleh karena itu pelayanan dan asuhan kebidanan pada masa kehamilan merupakan
cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu kehamilan normal dan
mengetahui secara dini bila ada komplikasi yang ditemukan dengan tujuan agar ibu dapat
melalui masa kehamilannya dengan selamat dan bayi yang sehat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari laporan ini
adalah: “ Bagaimana asuhan kebidanan pada kehamilan normal?”

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tentang asuhan kebidanan pada kehamilan normal.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui tinjauan pustaka asuhan kebidanan pada kehamilan normal.

Diantaranya:

1) Mengetahui pengertian asuhan kehamilan

2) Mengetahui tujuan pemeriksaan kehamilan

3) Mengetahui waktu kunjungan pemeriksaan kehamilan

4) Mengetahui konsep pemeriksaan kehamilan

5) Mengetahui pengkajian asuhan kehamilan

6) Mengetahui beberapa hal penting berkaitan dengan kehamilan

b. Mengetahui laporan asuhan kebidanan pada kehamilan normal

c. Mengetahui pembahasan laporan asuhan kebidanan pada kebidanan normal

d. Mengetahui jurnal internasional yang berkaitan beserta pembahasannya

1.4 Manfaat Penulisan


a. Sebagai bahan pembantu materi yang akan dipelajari pada mata kuliah kajian

asuhan kebidanan pada kehamilan normal

b. Sebagai bahan diskusi dalam memahami implikasi kajian asuhan kebidanan pada

kehamilan normal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan
2.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan menurut Federasi Obstetri Ginekologi International adalah

fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan

nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,

kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar

atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester,

di mana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15

minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-

28 hingga ke- 40). (Sarwono, 2016)

2.1.2 Perubahan Anatomi dan Fisiologi Ibu Hamil Trimester II


1. Sistem Reproduksi
a. Vagina dan Vulva: Karena hormone estrogen dan progesterone terus
meningkat dan terjadi hipervakularisasi mengakibatkan pembuluh-
pembuluh darah alat genetalia membesar (Romauli, S, 2011).
b. Serviks Uteri: Konsistensi serviks menjadi lunak dan kelenjar-kelenjar di
serviks akan berfungsi lebih dan akan mengeluarkan sekresi lebih banyak
(Romauli, S, 2011).
c. Uterus: Tinggi Fundus Uteri 12 minggu diatas simphisis, 16 minggu
antara pusat dan simpisis, 20 minggu di pinggir bawah pusat, 24 minggu
di pinggir atas pusat, 28 minggu 3 jari di atas pusat. WHO
merekomendasikan penggunaan meteran saat usia kehamilan 24 minggu
untuk menilai pembesaran uterus. Nilai yang dikatakan normal yaitu
selisih + 2 cm dari usia kehamilan [ CITATION WHO16 \l 1057 ].
Pengukuran ini dapat dilakukan sampai saat usia kehamilan 34 minggu
[ CITATION Evi16 \l 1057 ].

5
d. Ovarium: Pada usia kehamilan 16 minggu, plasenta mulai terbentuk dan
menggantikan fungsi korpus luteum graviditatum (Romauli, S, 2011).
e. Payudara: Pada minggu-minggu awal kehamilan, wanita sering
merasakan parestesia dan nyeri payudara. Setelah bulan kedua, payudara
membesar dan memperlihatkan vena-vena halus di bawah kulit. Puting
menjadi jauh lebih besar, lebih gelap, dan lebih tegak. Setelah beberapa
bulan pertama, pemijatan lembut pada putih dapat menyebabkan
keluarnya kolostrum. Pada masa tersebut areola menjadi semakin lebar
dan muncul tonjolan kelenjar montgomery. Jika payudara membesar
berlebih dapat muncul striae seperti yang terjadi pada abdomen
(Cunningham dkk, 2013). Pada kehamilan setelah 12 minggu, putting
susu dapat mengeluarkan cairan berwarna putih agak jernih yang disebut
colostrum. Colostrum berasal dari asinus yang mulai bersekresi. Selama
trimester kedua dan ketiga, pertumbuhan kelenjar mamae membuat
ukuran payudara meningkat secara progresif (Romauli, S, 2011).
2. Sistem Endokrin: Adanya peningkatan hormone estrogen dan progesterone
serta terhambatnya pembentukan FSH dan LH (Romauli, S, 2011).
3. Sistem Perkemihan: Pada trimester II kandung kemih tertarik ke atas dan
keluar dari panggul kearah abdomen. Uretra memanjang sampai 7,5 cm
karena kandung kemih bergeser kearah atas. Tonus kandung kemih menurun
dan memungkinkan distensi kandung kemih sampai 1500 ml. Pada saat yang
sama pembesaran uterus menekan kandung kemih dan menimbulkan rasa
ingin berkemih walaupun kandung kemih hanya berisi sedikit urin (Romauli,
S, 2011).
4. Sistem Pencernaan: Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormone
progesterone yang meningkat. Selain itu perut kembung juga terjadi karena
adanya tekanan uterus yang membesar dalam dalam rongga perut yang
mendesak organ-organ dalam perut khusunya saluran pencernaan, usus besar
kearah atas lateral. Wasir cukup sering pada kehamilan sebagian besar karena
konstipasi dan naiknya tekanan vena-vena bawah uterus termasuk hemoroid.
Panas perut terjadi karena aliran balik asam gas ke dalam esophagus bagian
bawah (Romauli, S, 2011).
5. Sistem Kardiovaskuler: Pada usia kehamilan 16 minggu terjadi hemodilusi.
Setelah 24 minggu tekanan darah sedikit demi sedikit naik dan kembali pada
tekanan sebelum aterm. Perubahan auskultasi mengiringi perubahan ukuran
dan posisi jantung, peningkatan volume darah dan curah jantung
menimbulkan perubahan hasil auskultasi yang umum pada masa hamil
(Romauli, S, 2011).
6. Sistem Integumen: Akibat peningkatan hormone estrogen dan progesterone,
kadar MSH meningkat, terjadi perubahan deposit pigmen dan
hiperpigmentasi karena pengaruh MSH dan pengaruh kelenjar suprarenalis.
Hiperpigmentasi terjadi pada striae gravidarum atau alba, areola mamae,
papilla mamae, linea nigra, cloasma gravidarum. Setelah persalinan
hiperpigmentasi akan menghilang (Romauli, S, 2011).
7. Sistem Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh: Kenaikan berat bada 0,4-0,5 kg/
minggu selama kehamilan (Romauli, S, 2011).

2.1.3 Perubahan Fisik Ibu Hamil Trimester II


Perubahan fisik selama hamil menurut Kurnia (2009) sebagai berikut :
1. Perut semakin membesar: Setelah usia kehamilan 12 minggu, rahim akan
membesar dan melewati rongga panggul. Pembesaran rahim akan tumbuh
sekitar 1 cm setiap minggu. Pada kehamilan 20 minggu, bagian teratas rahim
sejajar dengan pusar (umbilicus). Setiap individu akan berbeda-beda tapi
pada kebanyakan wanita, perutnya akan mulai membesar pada kehamilan 16
minggu.
2. Sendawa dan buang angin: Sendawa dan buang angin akan sering terjadi
pada ibu hamil hal ini sudah biasa dan normal karena akibat adanya
perenggangan usus selama kehamilan. Akibat dari hal tersebut perut ibu
hamil akan terasa kembung dan tidak nyaman.
3. Pelupa: Pada beberapa ibu hamil akan menjadi sedikit pelupa selama
kehamilannya. Ada beberapa teori tentang hal ini, diantaranya adalah karena
tubuh ibu hamil terus bekerja berlebihan untuk perkembangan bayinya
sehingga menimbulkan blok pikiran.
4. Rasa panas di perut: Rasa panas diperut adalah keluhan yang paling sering
terjadi selama kehamilan, karena meningkatnya tekanan akibat rahim yang
membesar dan juga pengaruh hormonal yang menyebabkan rileksasi otot
saluran cerna sehingga mendorong asam lambung kearah atas.
5. Pertumbuhan rambut dan kuku: Perubahan hormonal juga menyebabkan
kuku bertumbuh lebih cepat dan rambut tumbuh lebih banyak dan kadang di
tempat yang tidak diinginkan, seperti di wajah atau di perut. Tapi, tidak perlu
khawatir dengan rambut yang tumbuh tak semestinya ini, karena akan hilang
setelah bayi lahir.
6. Sakit perut bagian bawah: Pada kehamilan 18-24 minggu, ibu hamil akan
merasa nyeri di perut bagian bawah seperti ditusuk atau tertarik ke satu atau
dua sisi. Hal ini karena perenggangan ligamentum dan otot untuk menahan
rahim yang semakin membesar. Nyeri ini hanya akan terjadi beberapa menit
dan bersifat tidak menetap.
7. Pusing: Pusing menjadi keluhan yang sering terjadi selama kehamilan
trimester kedua, karena ketika rahim membesar akan menekan pembuluh
darah besar sehingga menyebabkan tekanan darah menurun.
8. Hidung dan Gusi berdarah: Hal ini juga terjadi karena peningkatan aliran
darah selama masa kehamilan. Kadang juga mengalami sumbatan di hidung.
Ini disebabkan karena adanya perubahan hormonal.
9. Perubahan kulit: Ibu hamil akan mengalami perubahan pada kulit. Perubahan
tersebut bisa berbentuk garis kecoklatan yang dimulai dari puser (umbilicus)
sampai ke tulang pubis yang disebut linea nigra. Sedangkan kecoklatan pada
wajah disebut chloasma atau topeng kehamilan. Hal ini dapat menjadi
petunjuk sang ibu kurang asam folat. Strecth mark terjadi karena peregangan
kulit yang berlebihan, biasanya pada paha atas dan payudara. Akibat
peregangan kulit ini dapat menimbulkan rasa gatal, sedapat mungkin jangan
menggaruknya. Strecth mark tidak dapat dicegah, tetapi dapat diobati setelah
persalinan.
10. Payudara: Payudara akan semakin membersar dan mengeluarkan cairan
kekuningan (colostrum). Puting dan sekitarnya akan semakin bewarna gelap
dan besar. Bintik-bintik kecil akan timbul disekitar kulit dan itu adalah
kelenjar kulit.
11. Kram pada kaki: Kram otot ini timbul karena sirkulasi darah yang lebih
lambat saat kehamilan. Atasi dengan menaikkan kaki ke atas dan minum
kalsium yang cukup. Jika terkena kram kaki ketika duduk atau saat tidur,
cobalah menggerak-gerakkan jari-jari kaki ke arah atas.
12. Sedikit Pembengkakan: Pembengkakan adalah kondisi normal pada
kehamilan, dan hampir 40% wanita hamil mengalaminya. Hal ini karena
perubahan hormon yang menyebabkan tubuh menahan cairan. Pada trimester
kedua akan tampak sedikit pembengkakan pada wajah dan terutama terlihat
pada kaki bagian bawah dan pergelangan kaki. Pembengkakan akan terlihat
lebih jelas pada posisi duduk atau berdiri yang terlalu lama.

2.1.4 Psikologi Ibu Hamil Trimester II


Perubahan psikologis pada trimester II menurut Sulistyawati (2011) sebagai
berikut :
1. Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi.
2. Ibu sudah bisa menerima kehamilannya.
3. Merasakan gerakan anak.
4. Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran.
5. Libido meningkat.
6. Menuntut perhatian dan cinta.
7. Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya.
8. Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada orang
lain yang baru menjadi ibu.
9. Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran, dan
persiapan untuk peran baru.

2.1.5 Ketidaknyamanan Ibu Hamil Trimester II


1. Leukorea (keputihan): Leukorea merupakan sekresi vagina dalam jumlah
besar dengan konsistensi kental atau cair akibat dari produktivitas kelenjar
serviks dalam menyekresi sejumlah besar lendir pada saat hamil guna
membentuk sumbat lendir serviks (mucus plaque). Anjurkan ibu untuk
memperhatikan kebersihan tubuh pada daerah vagina, menggunakan
pembalut wanita jika diperlukan. Rujuk ke dokter bila pengeluaran cairan
berlebihan, berbau, berwarna dan gatal.
2. Nyeri punggung: Perut yang membuncit otomatis akan menarik otot
punggung lebih kencang, sehingga akan menyebabkan rasa sakit pada daerah
punggung. Anjurkan ibu untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat dan
anjurkan untuk banyak istirahat, serta menggunakan tempat tidur yang
nyaman.
3. Oedema: Perubahan hormonal yang menyebabkan retensi cairan.
Fisiologisnya, ibu hamil memang menanggung beban tambahan yang
nantinya akan semakin memperlambat aliran darah pada pembuluh darah
vena. Anjurkan saat ibu duduk, sebisa mungkin selalu luruskan kaki.
Sempatkan untuk beristirahat sejenak di sela-sela aktivitas, dan tidur dengan
posisi berbaring pada sisi kiri tubuh agar tidak menekan pembuluh darah
vena.
4. Flatulen (kentut): Flatulen diduga sebagai akibat dari penurunan motilitas
gastrointestinal yang disebabkan karena terjadinya peningkatan hormon
progesteron. Satu-satunya hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi
flatulen adalah pola memiliki defekasi harian teratur dan menghindari
makanan yang menghasilkan gas. Selain itu posisi lutut dan dada akan
membantu ketidaknyamanan akibat gas yang terperangkap di dalam.
5. Konstipasi: Hormon progesteron meningkat saat hamil dan menyebabkan
relaksasi usus atau gerakan peristaltik usus menurun. Anjurkan ibu untuk
minum banyak cairan dan akan makan makanan yang tinggi serat, seperti
buah-buahan (pepaya, pisang, jeruk) dan sayuran, serta berolahraga secara
teratur.
6. Nyeri ulu hati: Ketidaknyamanan ini biasanya terjadi pada trimester kedua
dan ketiga. Meningkatnya tekanan dari rahim yang membesar dan efek
hormonal yang merelakskan otot-otot bagian atas lambung sehingga
menyebabkan pengosongan lambung berjalan lebih lambat. Anjurkan ibu
untuk menghindari makanan berlemak dan anjurkan untuk posisi semi fowler
(setengah duduk).
7. Insomnia: Terjadi mulai pada pertengahan masa kehamilan. Disebabkan oleh
perasaan gelisah, khawatir maupun bahagia. Bisa juga disebabkan karena
ketidaknyamanan fisik seperti membesarnya uterus, pergerakan janin, bangun
di tengah malam karena nocturia, dyspnea, heartburn, sakit otot dan stres.
Cara mengatasinya bisa dengan menggunakan teknik relaksasi, mandi air
hangat, minum minuman hangat dan melakukan aktivitas yang tidak
menstimulasi sebelum tidur.
8. Hemorroid: Haemoroid selalu didahului dengan konstipasi, oleh sebab itu
semua hal yang menyebabkan konstipasi berpotensi menyebabkan
haemoroid. Progesteron juga berperan dalam menyebabkan terjadinya
relaksasi dinding vena dan usus besar, pembesaran uterus juga menyebabkan
peningkatan tekanan pada dinding vena dan usus besar (Marmi, 2011). Cara
mengatasi hemoroid yaitu dengan menghindari memaksakan mengejan saat
defekasi jika tidak ada rangsangan untuk mengedan.

2.1.6 Tanda Bahaya Kehamilan Trimester II


Tanda bahaya adalah keadaan-keadaan pada ibu hamil yang mengancam jiwa ibu
dan janin yang dikandungnya selama kehamilan. Tanda-tanda bahaya dalam
kehamilan dapat terjadi kapan saja. Tanda bahaya dalam kehamilan perlu kita
waspadai sehingga ibu hamil dan anak yang dikandungnya sehat dan selamat
(Sulistyawati, 2011).
1. Sakit kepala yang hebat: Sakit kepala sering dirasakan pada awal kehamilan
dan umumnya disebabkan oleh peregangan pembuluh darah diotak akibat
hormon kehamilan, khususnya hormon progesteron.
2. Demam tinggi: Ibu hamil menderita demam dengan suhu tubuh lebih 38°C
dalam kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan
gejala adanya infeksi dalam kehamilan
3. Bengkak pada wajah, kaki dan tangan: Bengkak bisa menunjukkan adanya
masalah serius jika muncul pada muka dan tangan tidak hilang setelah
beristirahat dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa
merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau preeklamsia. Terkadang
bengkak membuat kulit di kaki di bagian bawah meregang, terlihat
mengkilat, tegang dan sangat tidak nyaman.
4. Keluar air ketuban sebelum waktunya: Keluarnya cairan berupa air dari
vagina setelah kehamilan 22 minggu, ketuban dinyatakan pecah dini jika
terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban
dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun
kehamilan aterm.
5. Gerakan bayi berkurang: Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan
ke-5 atau ke-6. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus
bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Apabila ibu tidak
merasakan gerakan bayi seperti biasa, hal ini merupakan suatu risiko tanda
bahaya.Bayi kurang bergerak seperti biasa dapat dikarenakan oleh aktivitas
ibu yang terlalu berlebihan, keadaan psikologis ibu maupun kecelakaan
sehingga aktivitas bayi di dalam rahim tidak seperti biasanya.
6. Penglihatan menjadi kabur atau berbayang: Dapat disebabkan oleh sakit
kepala yang hebat, sehingga terjadi oedema pada otak dan meningkatkan
resistensi otak yang mempengaruhi sistem saraf pusat, yang dapat
menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala/ kejang), dan gangguan
penglihatan. Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat juga
menjadi tanda preeklampsia.
7. Kejang: Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya keadaan
dan terjadinya gejala gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu hati hingga muntah.
Kejang dalam kehamilan dapat merupakan gejala dari eklamsia.

2.1.7 Asuhan Pada Ibu Hamil


1. Defensi
Asuhan antenatal adalah upaya preventif dalam program pelayanan
kesehatan obstetric untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui
serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. Berdasarkan
rekomendasi WHO (2016), antenatal care (ANC) merupakan perawatan ibu dan
janin selama masa kehamilan. Sangat penting melakukan kunjungan ANC
karena melalui ANC berbagai informasi serta edukasi terkait kehamilan dan
persiapan persalinan bisa diberikan kepada ibu sedini mungkin. Kurangnya
pengetahuan mengenai tanda bahaya kehamilan sering terjadi karena kurangnya
kunjungan ANC. Kurangnya kunjungan ANC ini bisa menyebabkan bahaya bagi
ibu maupun janin seperti terjadinya perdarahan saat masa kehamilan karena
tidak terdeteksinya tanda bahaya pada kehamilan.
Pada tahun 2016 WHO membuat rekomendasi yang bertujuan
meningkatkan kualitas ANC dan meningkatkan kualitas ibu, janin dan bayi baru
lahir yang terkait dengan hasil ANC. Berikut adalah tabel perbedaan jadwal
four-visit Focused Antenatal Care (FANC) Model dengan 2016 WHO ANC
model

2. Pelayanan kesehatan ibu hamil yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di


fasilitas pelayanan kesehatan. (Kemenkes, 2018)
Proses ini dilakukan selama rentang usia kehamilan ibu yang
dikelompokkan sesuai usia kehamilan menjadi trimester pertama, trimester
kedua, dan trimester ketiga. Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus
memenuhi elemen pelayanan sebagai berikut :
a. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan; Memeriksa BB
penting untuk menggambarkan status gizi pada awal pra kehamilan. Untuk
dijadikan dasar guna mengetahui pola pertambahan BB ibu selama
kehamilan. (Kemkes, 2016)
Tabel. Rekomendasi kenaikan berat badan berdasarkan
IMT (IOM, 2019)
b. Pengukuran tekanan darah: Pengukuran tekanan darah harus dilakukan
secara rutin dengan tujuan untuk melakukan deteksi dini terhadap terjadinya
tiga gejala preeklamsi. Tekanan darah yang normal 110/70 - 120/80 mmHg.
(Sarwono, 2016).
c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA): Dilakukan pada kontak pertama
oleh tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko KEK
(Kurang Energi Kronis) atau kekurangan gizi. Ibu hamil dikatakan Kurang
Energi Kronis (KEK) apabila didapati LiLA <23,5 cm hal ini berisiko
melahirkan bayi berat lahir rendah (Wahyuni, 2017).
d. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri): Tinggi fundus uteri
dipantau setiap pemeriksaan kehamilan, hal ini dilakukan untuk melihat
kesesuaian antara tinggi fundus uteri dengan usia kehamilan. Pengukuran
tinggi fundus uteri ini pun menjadi salah satu indikator pengukuran taksiran
berat janin. Tinggi fundus uteri yang normal untuk usia kehamilan 20-36
minggu dapat diperkirakan dengan rumus: (usia kehamilan dalam minggu +
2) cm. .
e. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid
: Sesuai status imunisasi; Pemberian imunisasi pada wanita usia subur atau
ibu hamil harus didahului dengan skrining untuk mengetahui jumlah dosis
(dan status) imunisasi tetanus toksoid (TT) yang telah diperoleh selama
hidupnya. Imunisasi TT dilakukuan 5 kali selama hidupnya. Pemberian
imunisasi TT tidak mempunyai interval (selang waktu) maksimal, hanya
terdapat interval minimal antar dosis TT.
f. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan;
Kebutuhan zat besi wanita hamil lebih tinggi 200 – 300% dari wanita tidak
hamil untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin. Selama hamil terjadi
kehilangan basal 250 mg kebutuhna janin dan plasenta 315 gr dan
kebutuhan meningkatkan massa hemoglobin 500 mg dibutuhkan total 1,1
gram. Pada trimester 1 belum ada kebutuhan yang drastis sehingga
kebutuhan zat besi trimester 1 sama dengan wanita dewasa yang masih
menstruasi 26 mg/hari. Pada saat melahirkan ada kehilangan zat besi 250
mg sehingga masih tersimpan 250 mg. bila ditambah untuk kebutuhan
plasenta 315 mg maka diperlukan 550 mg. jumlah ini yang harus dipenuhi
selama trimester 2 dan 3 maka diperlukan tambahan rata-rata 2,9 mg/hari
selama trimester 2 dan 3. Maka diberikan tablet tambah darah 90 butir
sediaan di Indonesia mengandung 60 mg Fe dan 0,25 asam folat. Setiap
tablet setara 200 ferosulfat, maka selama hamil 14 minimal diberikan 90
tablet sampai 42 minggu.
g. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ); Pemeriksaan
denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil. Denyut jantung janin
baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu/4 bulan. Gambaran DJJ
Takikardi berat : detak jantung di atas 180x/menit, Takikardi ringan : antara
160-180x/menit, Normal : antara 120-160x/menit, Bradikardi ringan : antara
100-119x/menit, Bradikardi sedang : antara 80- 100x/menit, dan Bradikardi
berat : kurang dari 80x/menit. (Sarwono, 2016).
h. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk keluarga berencana);
i. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb),
pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum
pernah dilakukan sebelumnya); dan
j. Tatalaksanakasus

3. Pelayanan Asuhan Standar 14T


Asuhan Asuhan Standar 14T (Kemenkes, 2016) :
a. Ukur berat badan dan tinggi badan (T1): Dalam keadaan normal kenaikan
berat badan ibu dari sebelum hamil dihitung dari trimester I sampai
trimester III yang berkisar antara 9-13,9 kg dan kenaikan berat badan setiap
minggu yang tergolong normal adalah 0,4-0,5 kg tiap minggu mulai
trimester II. Pengukuran tinggi ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor
resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan rongga
panggul.
b. Ukur tekanan darah (T2): Tekanan darah yang normal 120/80 mmHg, bila
melebihi dari 130/90 mmHg perlu diwaspadai adanya hipertensi dalam
kehamilan, preeklamsia, atau eklamsia.
c. Ukur tinggi fundus uteri (T3): Tujuan pengukuran tinggi fundus uteri
menggunakan tehnik Mc. Donald adalah menentukan umur kehamilan
berdasarkan minggu dan hasilnya dapat dibandingkan dengan hasil
anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin
mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan umur kehamilan
dalam minggu yang dicantumkan pada HPHT.
d. Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4): Pemberian
tablet zat besi pada ibu hamil adalah mencegah terjadinya defisiensi zat besi
pada ibu hamil, bukan menaikan kadar haemoglobin. Ibu hamil dianjurkan
meminum tablet zat besi yang berisi 60ml/hari atau 500 μg (FeSO4 325
mg). kebutuhan meningkat secara signifikan pada trimester II karena
absorpsi usus yang tinggi. Tablet Fe dikonsumsi minimal 90 tablet selama
kehamilan, sebaiknya tidak boleh diminum bersama the atau kopi karena
menghambat penyerapan.
e. Pemberian imunisasi TT (T5): Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toxoid)
harus segera diberikan pada seorang wanita hamil yang melakukan
kunjungan pertama dan dilakukan pada minggu ke-4. Tujuan pemberian
imunisasi TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum. Efek
sampingnya adalah kemerahan dan bengkak selama 1-2 hari.
Tabel 2.1
Interval Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Lengkap

Interval (Selang Lama %


Antigen
Waktu Minimal) Perlindungan Perlindungan

TT 1 Pada kunjungan - Tidak ada


antenatal pertama
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun* 80
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun 99

f. Pemeriksaan Hb (T6): Pemeriksaan Hb pada ibu hamil harus dilakukan


pada kunjungan pertama dan minggu ke-28. Bila kadar Hb <11gr% ibu
hamil dinyatakan anemia, maka harus diberi suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg
asam folat hingga Hb menjadi 11gr% atau lebih.
g. Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab) (T7): Pemeriksaan
dilakukan saat ibu hamil melakukan kunjungan pertama kali dan diambil
specimen darah vena kurang lebih 2cc. apabila hasil tes positif maka akan
pengobatan dan rujukan.
h. Pemeriksaan protein urine (T8): Dilakukan untuk mengetahui apakah pada
urine mengandung protein atau tidakhal ini digunakan untuk mendeteksi
gejala preeklamsia.
i. Pemeriksaan reduksi urine (T9): Untuk ibu hamil dengan riwayat diabetes
melitus, bila hasil tes positif maka perlu diikuti pemeriksaan gula darah.
j. Pemeriksaan payudara (T10): Perawatan payudara untuk ibu hamil,
dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dan dimulai pada usia kehamilan 6
minggu.
k. Senam hamil (T11): Senam hamil membuat otot ibu hamil rileks dan
tenang, rasa rileks dan tenang itu dapat mempengaruhi kondisi psikis pada
ibu hamil. Rasa gugup dan takut saat akan mengalami persalinan dapat
menimbulkan kerugian bagi ibu hamil itu sendiri. Saat ibu hamil gugup, ibu
hamil akan mengalami penrunan Hb. Hb sangat penting bagi ibu hamil yang
akan melahirkan. Sebab saat melahirkan ibu dapat kehilangan banyak darah.
l. Pemberian obat malaria (T12): Diberikan kepada ibu hamil pendatang dari
daerah malaria juga kepada ibu hamil dengan gejala malaria yaitu panas
tinggi disertai menggigil dan hasil apusan darah positif.
m. Pemberian kapsul minyak yodium (T13): Diberikan kepada kasus gangguan
akibat kekurangan Yodium di daerah endemis yang dapat berefek buruk
terhadap tumbuh kembang.
n. Temu wicara/koneling (T14): Temu wicara dalam rangka persiapan
rujukan. Memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluarganya tentang tandatanda resiko kehamilan
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal/pukul: 13 Juli 2021/08.00

Data Subyektif
1. Identitas

Nama ibu : Ny. L Nama : Tn. N


suami
Umur : 26 tahun Umur : 31 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kumanis
2. Alasan Kunjungan
Kontrol kehamilan
3. Keluhan
Tidak ada keluhan
4. Riwayat Menstruasi

Siklus : 28 hari
Teratur/ : Teratur
tidak
HPHT : 07-01-2021
TP : 14-10-2021
5. Riwayat Obstetri Lalu
Kehamilan Persalinan Anak Nifas KB
Suami Anak
UK Pylt Penol Jenis T4 Pylt JK BB H/M Pylt ASI
ke ke
1 1 9 bln - Bidan Spt.B PMB - P 3200 H. 5 tahun - 2 tahun -
1 2 Abortus
1 3 HAMIL INI
6. Riwayat Kehamilan Sekarang
Ini merupakan kunjungan keempat ke puskesmas kumanis” dan mendapat konseling
nutrisi, istirahat. Ibu mendapatkan terapi berupa tablet tambah darah, kalsium dan
B.Com. Tidak ada penyulit selama kehamilan ini. Sudah TT 1 dan TT 2. Gerakan janin
aktif dirasakan ibu dan terakhir ibu merasakan gerakan janin 10 menit yang lalu.
7. Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu tidak sedang dan tidak pernah menderita penyakit asma, jantung, hipertensi, DM,
ginjal, hepatitis, TBC, dan HIV.
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari keluarga ibu maupun suami tidak ada yang pernah menderita penyakit hipertensi,
jantung, asma, DM, ginjal, hepatitis, TBC dan HIV.
9. Riwayat Psikososial Budaya
Menikah 1 kali saat berusia 20 tahun. Lama menikah 6 tahun. Ini merupakan
kehamilan ketiga, kehamilan ini direncanakan dan mendapatkan dukungan penuh dari
keluarga. Pengambil keputusan adalah suami. Dalam keluarga tidak ada tradisi khusus
yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya.
10. Data Fungsional Kesehatan
Nutrisi : makan 3x sehari dengan porsi sedang. Minum 2 botol besar, tidak
ada keluhan. Tidak ada alergi maupun pantang makanan.
Eliminasi : BAK ± 6-7x/ hari, BAB 1 kali/ hari. Tidak ada keluhan.
Aktivitas : ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti biasanya.
Istirahat : Ibu jarang tidur siang, saat malam tidur 6-7 jam.
Seksual : Tidak terkaji.
Kebiasaan : Ibu tidak merokok, tidak minum minuman beralkohol, tidak
minum jamu dan tidak pijat perut saat hamil. Di rumah tidak ada
hewan peliharaan apapun.

Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg
N : 90 x/i
RR : 24 x/i
S : 36,80C
Berat Badan : Sebelum Hamil 50 kg IMT : 20,5
Saat ini 57,5 kg
Tinggi Badan : 156 cm
Lila : 25 cm

2. Pemeriksaan fisik
Wajah : tidak pucat dan tidak oedema
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
Mulut : bibir tidak pucat dan tidak kering
Payudara : Payudara bersih, hiperpigmentasi aerola, puting susu menonjol,
tidak teraba benjolan, colostrum +/+
Abdomen : tidak terdapat bekas jahitan operasi
Leopold I : TFU 24 cm, pada bagian atas perut ibu teraba lunak, kurang
bulat, tidak melenting
Leopold II : teraba panjang keras seperti papan pada bagian kanan perut ibu,
dan teraba bagian-bagian kecil janin pada bagian kiri perut ibu
pada bagian bawah perut ibu teraba keras, bulat dan melenting
Leopold III : belum masuk PAP
Leopold IV : tidak dilakukan
TBJ : (24-12) x 155 = 1860 cm
DJJ : 132x/menit

Genetalia : tidak terkaji


Ekstremitas : tidak terdapat oedem pada ekstremitas atas maupun bawah

3. Pemerksaan laboratorium
Golongan Darah : B+
Hb : 11,6 gr%
Reduksi Urin :-
Protein Urin :-
HbsAg : NR
PITC : NR
TPHA : NR

Analisis
G3P1011 UK 25-26 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterine KU Ibu dan janin baik.

Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu; ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
2. Memberikan KIE tentang tanda bahaya kehamilan menggunakan buku KIA, ibu
mampu menyebutkan kembali tentang tanda bahaya kehamilan.
3. Memberikan KIE kepada ibu tentang kontrol gerak janin
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
4. Memberikan terapi multivitamin pada ibu dan menganjurkan ibu untuk meminumnya
sesuai anjuran; ibu bersedia mengkonsumsi terapi yang diberikan.
5. Menganjurkan ibu melakukan kunjungan ulang 4 minggu lagi yaitu tanggal 13-08-
2021 atau bila ibu memiliki keluhan; Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang
BAB IV

PEMBAHASAN

Asuhan kebidanan pada ibu hamil fisiologis dilakukan pada Ny. L dengan G3P1A1
Usia kehamilan 26-27 minggu. Hasil anamnesa ibu mengatakan hari pertama haid terakhir
adalah tanggal 07-01-2021 dengan tafsiran persalinan tanggal 14-10-2021, sehingga
didapatkan hasil usia kehamilan 25-26 minggu. Menurut Academic Journal of Pediatric
and Neonatal (2019) trimester kedua berlangsun selama 15 minggu mulai dari minggu ke-
13 hingga ke-27.
Ibu mengatakan tidak ada keluhan karena ibu sudah masuk trimester 2 dimana ibu
merasa sehat dan tidak ada masalah kesehatan yang dirasakan ibu. Hal ini sesuai dengan
teori perubahan psikologis ibu hamil trimester II menurut Sulistyawati (2011) yang
mengatakan bahwa ibu merasa sehat dan tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon
yang tinggi (Sulistyawati, 2011). Hal ini sesuai dengan penelitian Azees et al (2018)
dimana pada trimester kedua ibu karena menghilangnya banyak gejala fisik yang tidak
menyenangkan, pada masa ini ibu merasa damai dan menyenangkan. Selain itu juga
adanya gerakan janin dan mendengar detak jantung janin semakin meyainkan ibu adanya
kehidupan lain dalam dirinya.
Ibu berusia 26 tahun yang merupakan usia reproduktif, sehingga ibu tidak
tergolong resiko tinggi. Dalam teori yang dijelaskan oleh Rochjati (2003) menyebutkan
bahwa wanita hamil dengan usia <16 tahun dan> 35 tahun memiliki risiko lebih tinggi
mengalami penyakit obstetris serta mortalitas dan morbiditas perinatal. Ibu berpendidikan
SMA (tinggi) sehingga ibu mudah menerima perubahan dan konseling yang diberikan.
Menurut depkes RI (2002) pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh terhadap
peningkatan kemampuan berfikir, dimana seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan
mengambil keputusan yang lebih rasional, umunya terbuka untuk menerima perubahan
atau hal baru dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih rendah. Usia
kehamilan 25-26 minggu ibu sudah merasakan gerakan janin dan ibu mengatakan gerakan
janin aktif dan ibu terakhir merasakan 5 menit yang lalu. Hal ini sesuai dengan teori
Sulistyawati (2011) yang mengatakan bahwa pada trimester II ibu sudah merasakan
gerakan janin.

22
Berdasarkan data riwayat kehamilan ini diketahui pemeriksaan kehamilan telah
dilakukan 4 kali. WHO (2016) merekomendasikan pemeriksan selama kehamilan adalah
sebanyak 8 kali. Kontak ke 4 dilakukan pada kehamilan 30 minggu. Artinya, pasien ini
lebih sering daripada yang direkomendasikan WHO. Hal ini diharapkan terus berlnjut
hingga akhir kehamilan agar kehamilannya terpantau dengan baik. Menurut Azzaz et
( 2016) ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan
rekomendasi WHO berisiko lebih tinggi mengalami perdarahan post prtum, eklampsia dan
mendapatkan perawatan di ICU. 12x berisiko outcome ibu yang jelek dan 53x berisiko
outcome janin yang jelek, serta meningkatkan mortalitas neonatal.
Berdasarkan pengkajian data objektif ditemukan adanya hasil pemeriksaan umum:
keadaan umum ibu baik, tinggi badan 156 cm, BB sebelum hamil 50 kg, sehingga
didapatkan IMT 20,5. Peningkatan berat badan selama hamil adalah 7,5 kg. Berdasarkan
Institute of Medicine (IOM) angka ibu tergolong memiliki IMT normal. Selama hamil
kenaikan berat badan yang direkomendasaikan adalah 12,5-16 kg. Simko et al (2019)
mengatakan bahwa overweight dan obes selama kehamilan berkontribusi untuk teradinya
patologi dalam kehamilan dan meningkatkan insiden seksio sesaria. overweight dan obes
meningkatkan resiko hipertensi dalam kehamilan (OR 15,3), preeklampsia (OR 3,4) dan
diabetes gestasional (OR 1,9), serta persalinan dengan sesar. Penambahan berat badan
yang melebihi rekomendasi IOM berisiko 1,2 kali untuk bersali sesar, 1,7 kali hipertensi
gestasional, dan 1,7 kali makrosomia janin.
Pemeriksaan fisik dimulai dari pemeriksaan konjungtiva ibu merah muda, mulut
dan wajah tidak pucat. Dari hasil laboratorium didapatkan Hb 11,6 gr%. Berdasarkan
kriteria WHO termasuk keadaan fisiologis. Parks et al (2019) Anemia berat pada ibu hamil
dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi dari hasil ibu, janin, dan neonatal yang buruk,
tetapi derajat anemia lainnya tidak. Intervensi yang ditujukan untuk mencegah anemia
berat pada wanita hamil harus dipertimbangkan. Anemia berat berhubungan dengan
kematian janin dan kematian neonatus, selian itu juga dikaitkan dengan berat badan lahir
rendah (<2500 dan <1500 g), kelahiran prematur, dan perdarahan postpartum.
Pada pemeriksaan payudara pada Ny. L didapatkan adanya hiperpigmentasi aerola
dan colostrum. Hal ini sesuai dengan teori Romauli, S, 2011 yang menyebutkan bahwa
payudara pada trimester II putting susu mengeluarkan cairan berwarna putih yang disebut
colostrum. Putting dan aerola berwarna gelap dan besar. Pada tiga sampai empat bulan
kehamilan, prolaktin dari adenohipofise (hipofiseanterior) mulai merangsang kelenjar air
susu untuk menghasilkan kolostrum. Pada masa ini pengeluaran kolostrum masih dihambat
oleh estrogen dan progesterone, tetapi jumlah prolaktin meningkat hanya aktivitas dalam
pembuatan kolostrum yang ditekan. Sedangkan pada trimester kedua kehamilan, laktogen
plasenta mulai merangsang pembuatan kolostrum (Utami Roesli, 2004). Hasil pemeriksaan
leoplold didapatkan tinggi fundus uteri 24 cm, ini sesuai dengan teori WHO Reproductive
Healt Library (2016) yang menyebutkan bahwa saat usia kehamilan diatas 24 minggu
digunakan meteran untuk menilai pembesaran uterus dan dikatakan nilai normal yaitu
selisih ±2 cm. jika usia kehamilan Ny. L 26-27 minggu sesuai teori WHO (24-29 cm).
Menurut buku obstetric fisiologis pada pemeriksaan palpasi menurut Leopold 1
dengan perabaan pada usia kehamilan 28 minggu TFU berada 3 jari atas pusat. Hal ini
sesuai yang ditemukan pada Ny. L saat perabaan TFU berada 2 jadi diatas pusat. Hal ini
juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Juni Astuti yang meyebutkan bahwa
metode Leopold memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan dengan hasil pada
pemeriksaan Mc. Donald karena metode Leopold menggunakan patokan yang konsisten
seperti simfisis pubis, umbilicus, dan processus xyphoideus, sedangkan metode Mc.
Donald dipengaruhi oleh karakteristik ibu yang didapatkan jika BB berat/ gemuk (65,6-
81kg) berpengaruh kepada hasil yang menjadi lebih tinggi dari sebenarnya karena adanya
penebalan lemak pada dinding perut dan ibu dengan tinggi badan rendah (145-150) maka
semakin pendek jarak antara simfisis pubis, umbilicus, dan processus xyphoideus dan juga
multigravida mempengaruhi ukuran TFU karena kehamilan ketiga atau lebih terjadi
kekendoran otot rahim dan perut yang memungkinkan janin menempati ruangan yang
lebih luas sehingga dapat menekan kearah samping kiri dan kanan perut ibu sehingga
terkesan melebar. Penempatan posisi janin seperti ini bisa menghasilkan pengukuran TFU
yang cenderung lebih kecil dari ukuran sebenarnya (Astuti J, 2011).
Analisa pada kasus ini adalah G3P1A1, usia kehamilan 25-26 minggu, janin
T/H/IU, KU ibu dan janin baik. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan didapatkan janin
tunggal (Berdasarkan palpasi leopold, hidup terdengarnya bunyi jantung janin, intra uterin
(Ibu pernah USG dan hasilnya normal, janin intrauterin), serta KU ibu dan janin baik
berdasarkan pemeriksaan tanda vital ibu dan DJJ janin dalam batas normal. Di trimester II
asuhan kebidanan yang telah diberikan lebih mengkaji ulang pengetahuan ibu yang telah
diberikan sebelumnya karena ibu rutin memeriksakan kehamilan ke petugas kesehatan.
Dalam asuhan ini mengkaji pengetahuan ibu mengenai pola nutrisi dan sudah baik dalam
nutrisi karena kenaikan badan dalam batas normal. Ibu sudah mengetahui tanda-tanda
bahaya kehamilan dan bisa menyebutkan saat ditanyakan dan ibu juga rajin meminum
multivitamin yang diberikan. Untuk pemeriksaan sekarang ibu diajarkan cara kontrol gerak
janin karena ibu sudah bisa merasakan gerakan janin. Sehingga jika ibu merasakan gerakan
janin kurang seperti biasanya, ibu bisa kepetugas kesehatan untuk memeriksakan keadaan
janinnya.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kehamilan adalah suatu peristiwa alami dan fisiologis yang terjadi pada wanita
yang didahului oleh suatu peristiwa fertilisasi yang membentuk zigot dan akhirnya
menjadi janin yang mengalami proses perkembangan dan akhirnya menjadi janin yang
mengalami proses perkembangan dan pertumbuhan di dalam uterus sampai proses
persalinan.
Dalam menegakkan diagnosa Ny. “L” G3P1011 UK 26-27 minggu, janin tunggal,
hidup, intrauterine KU Ibu dan janin baik dilakukan asuhan kebidanan dengan
manajemen 7 langkah varney, yaitu: pengkajian data subjektif dan objektif,
mengidentifikasi diagnosa dan masalah, mengidentifikasi potensial masalah,
mengembangkan rencana tindakan asuhan secara menyeluruh, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
Semua intervensi dilakukan sesuai dengan masalah dan kebutuhan yang
dibutuhkan ibu. Semua dapat dilaksanakan dengan baik karena adanya sarana dan
keterlibatan pasien sehingga pada akhir pelaksanaan asuhan kebidanan berakhir dengan
baik dan memuaskan.

1.2 Saran

Diperlukan asuhan lanjutan dengan model praktik “komprenhensive


practice modle” bagi petugas pelayanan kesehatan khususnya bidan agar mereka
mampu mengikuti perkembangan keilmuwan khususnya kebidanan terkini secara
berkala. Dengan meningkatnya pengetahuan mereka, pelayanan kebidanan tentang
kehamilan normal di Indonesia diharapkan dapat meningkat kualitasnya, sehingga
AKI dapat diturunkan dan dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu.

26
DAFTAR PUSTAKA

Co-ordinator, E. B. C. G. (2016). Goverment of Western Australia North Metropolitan


Service King Edward Memorial Hospital. [Online]
Cunningham, F. G, dkk. (2013). Obstetri William Volume 1-2 edisi 21. Jakarta: EGC
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI.
Kurnia, N. (2009). Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta : Panji Pustaka.
Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil. Yogyakarta: Penerbit Pelajar
Prawirohardjo, Sarwono. (2016). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Romauli,S. 2011. Buku Ajar Kebidanan Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.
Yogyakarta: Nuha Medika
Sulistyawati. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba
Medika.
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI). (2017). Jakarta : BKKBN, BPS,
Kementerian Kesehatan, dan ICF International.
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Ed.4, Vol. I. Terjemahan oleh Esty
Wahyuningsih. 2006. Jakarta: EGC
WHO Reproductive Health Library, 2016. WHO recommendation on symphysis-fundal
height measurement. Geneva: World Health Organization
WHO. 2016. WHO recommendations on antenatal care for a positive pregnancy
experience. World Heal Organ [Internet]
WHO. 2019.Maternal Healt. [online]. https://www.afro.who.int/health-topics/maternal-
health.
Wiknjosastro. 2010. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Edisi 1. Cet. 12. Jakarta : Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai