Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEBIDANAN PASCAPERSALINAN DAN BBL

“Adaptasi Fisiologis dan Psikologis Kala I, II, III, IV Persalinan dan BBL”

DOSEN PENGAMPU: Luh Nik Armini,S.ST.,M.Keb

DisusunOleh :
Made Komala Intan Pratiwi (1906091004)
Ni Putu Sri Wijayantiyani Nida (1906091008)
Made Ita Suardhiani (196091014)
Ni Komang Cornelia Soviandari (196091016)

Kelas IIB

PRODI D3 KEBIDANAN
JURUSAN ILMU OLAHRAGA DAN KESEHATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan karena atas berkat dan
rahmatnya, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Asuhan
Kebidanan PascaPersalinan dan BBL. Tugas ini dibuat guna memenuhi
tugasAsuhan Kebidanan PascaPersalinan dan BBL yang merupakan salah satu
standar atau kriteria penilaian dari mata kuliah yang diberikan secara kelompok.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Luh Nik
Armini,S.ST.,M.Kebselaku dosen pembimbing mata kuliahAsuhan Kebidanan
PascaPersalinan dan BBL. Beliau yang telah banyak membimbing dan
mengarahkan kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Tak
lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak
membantu kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami menyadari kekurangan kami sebagai manusia biasa dan oleh
keterbatasan sumber referensi yang kami miliki sehingga kiranya dalam makalah
ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan baik itu dalam penyusunan
maupun isinya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran dari Ibu Dosen Pembimbing ataupun pihak-pihak lain dan sesama teman
mahasiswa untuk dapat menambahkan sesuatu yang kiranya dianggap masih
kurang atau memperbaiki sesuatu yang dianggap salah dalam tulisan ini.
Akhirnya kami mengucapkan banyak terima kasih. Dan semoga makalah
ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua sebagai bahan pengetahuan
untuk memperluas wawasan kita.

Singaraja, 23 November 2020

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang................................................................................................. 1
I.2. Rumusan Masalah............................................................................................. 1
I.3. Tujuan............................................................................................................... 2
1.4 Manfaat............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Kala I Persalinan...................................... 3
2.2 Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Kala II Persalinan..................................... 9
2.3 Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Kala III Persalinan.................................. 12
2.4 Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Kala IV Persalinan.................................. 13
2.5 Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Bayi Baru Lahir...................................... 15
Bab III PENUTUP
III.1. Kesimpulan................................................................................................ 21
III.2. Saran.......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan adalah serangkaian proses dimana jalan lahir disiapkan untukmemungkinkan
bayi bisa keluar dari rongga rahim ke dunia luar. Dalam proses ini biasanya bisa terlaksana
dengan persalinan pervaginam baiksecara spontan, instrumental, dan section caesarean
(Capogna, 2015).Menurut Johariyah (2012) persalinan merupakan proses pergerakankeluar
janin, plasenta, dan membrane dari dalam rahim melalui jalan lahir.Proses ini berawal dari
pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat darikontraksi uterus dengan frekuensi, durasi,
dan kekuatan teratur yang mula-mula kecil kemudian terus menerus meningkat sampai pada
puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin darirahim ibu.
Dalam serangkaian proses pengeluaran hasil konsepsi pada persalinan tersebut maka ibu
bersalin akan mengeluarkan banyak energiyang dapat mengakibatkan perubahan, baik secara
fisiologis maupun psikologis secara alamiah. Dengan adanya perubahan fisiologis dan
psikologis secara alamiah pada proses persalinan tersebut, ibu bersalinmembutuhkan tindakan
pendukung dan penenang selama persalinan,sehingga mampu memberikan efek yang postif
baik secara emosionalataupun fisiologis terhadap ibu dan janin.

Saat-saat dan jam pertama kehidupan di luar rahim merupakan salah satu siklus kehidupan.
Pada saat bayi dilahirkan beralih ketergantungan pada ibu menuju kemandirian fisiologi. Proses
perubahan yang komplek ini dikenal sebagai periode transisi. Bidan harus selalu berupaya
untuk mengetahui periode transisi ini berlangsung sangat cepat. Adaftasi fisiologis BBL adalah
sangat berguna bagi bayi untuk menjaga kelangsungan hidupnya diluar uterus. Artinya nantinya
bayi harus dapat melaksanakan sendiri segala kegiatan untuk mempertahankan kehidupannya.
Dalam hal ini yang sangat perlu diperhatikan adalah bagaimana upaya untuk menjaga agar bayi
tetap terjaga kesehatannya. Yang utama adalah menjaga bayi agar tetap hangat, mampu
melakukan pernafasan dengan spontan dan bayi menyusu sendiri pada ibunya.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Kala I Persalinan?


1.2.2 Bagaimana Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Kala II Persalinan?
1.2.3 Bagaimana Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Kala III Persalinan?
1.2.4 Bagaimana Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Kala IV Persalinan?
1.2.5 Bagaimana Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Bayi Baru Lahir?

1
1.3 Tujuan
1.3.1 Agar Mengetahui Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Kala I Persalinan.
1.3.2 Agar Mengetahui Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Kala II Persalinan.
1.3.3 Agar Mengetahui Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Kala III Persalinan.
1.3.4 Agar Mengetahui Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Kala IV Persalinan.
1.3.5 Agar Mengetahui Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Bayi Baru Lahir.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi para pembaca, pembaca dapat mengetahui, memahami konsep dasar penulisan
makalah
1.4.2 Pembaca dapat mengetahui, memahami dan mampu mengimplementasi teori, konsep
dan langkah-langkah penulisan makalah dan unsure-unsurnya.
1.4.3 Pembaca dapat mengetahui tentang pembuatan makalah
1.4.4 Bagi masyarakat luas makalah ini akan memberikan pengetahuan tambahan tentang
Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Kala I, Kala II, Kala III, Kala IVPersalinan dan Bayi
Baru Lahir.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Kala I Persalinan

A. Adaptasi Fisiologi Kala I Persalinan

Persalinan merupakan proses alamiah, yakni merupakan serangakaian kejadian yang


berakhir dengan pengeluaran bayi cukup culan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Erawati AD, 2011).

Menurut Sulistyawati A (2010) dan Johariyah (2012) mengungkapkan bahwa


serangkaian proses persalinan yang normal dapat menimbulkan adanya adaptasi fisiologi
pada ibu bersalin. Adapun adaptasi atau perubahan fisiologi ibu bersalin tersebut adalah
sebagai berikut.

1. Perubahan Fisiologis Kala I

a. Uterus
Saat mulai persalinan, jaringan dari myometrium berkontraksi dan berelaksasi seperti otot
pada umumnya. Pada saat otot retraksi, ia tidak akan kembali ke ukuran semula tapi
berubah ke ukuran yang lebih pendek secara progresif. Dengan perubahan bentuk otot
uterus pada proses kontraksi, relaksasi, dan retraksi maka cavum uteri lama kelamaan
akan menjadi semakin mengecil. Proses ini merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan janin turun ke pelvic. Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus melebar
sampai ke bawah abdomen dengan dominasi tarikan ke arah fundus (fundal dominan).
Kontraksi uterus berakhir dengan masa yang terpanjang dan sangat kuat pada fundus. Dan
berikut adalah perubahan kapasitas uterus saat persalinan.

b. Serviks
Sebelum onset persalinan, serviks mempersiapkan kelahiran dengan berubah menjadi
lembut. Saat persalinan mendekat, serviks mulai menipis dan membuka.

1) Penipisan Serviks (effacement)


Berhubungan dengan kemajuan pemendekan dan penipisan serviks. Seiring dengan
bertambah efektifnya kontraksi, serviks mengalami perubahan bentuk menjadi lebih tipis.
Hal ini disebabkan oleh kontraksi uterus yang bersifat fundal dominan sehingga seolah-
olah serviks tertarik ke atas dan lama kelamaan menjadi tipis. Batas antara segmen atas dan
bawah rahim (retraction ring) mengikuti arah tarikan ke atas sehingga seolah-olah batas ini
letaknya bergeser ke atas beberapa mm menjadi 3 cm) dengan dimulainya persalinan,

3
panjang serviks berkurang secara teratur sampai menjadi pendek (hanya beberapa mm).
Serviks yang sampai tipis ini disebut dengan “menipis penuh”.

2) Dilatasi
Proses ini merupakan kelanjutan dari effacement. Setelah serviks dalam kondisi menipis
penuh, maka tahap berikutnya adalah pembukaan. Serviks membuka disebabkan daya
tarikan otot uterus ke atas secara terus-menerus saat uterus berkontraksi. Dilatasi dan
diameter serviks dapat diketahui melalui pemeriksaan intravaginal. Berdasarkan diameter
pembukaan serviks, proses ini terbagi menjadi 2 fase, yaitu :

a) Fase laten

Berlangsung selama kurang lebih 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai diameter 3 cm.

b) Fase aktif

Dibagi dalam 3 fase.

 Fase akselarasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm kini menjadi 4 cm


 Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat,
dari 4 cm menjadi 9 cm
 Fase deselarasi. Pembukaan melambat kembali, dalam 2 jam pembukaan dari 9
cm menjadi lengkap (10cm). Pembukaan lengkap berarti bibir serviks dalam
keadaan tak teraba dan diameter lubang seviks adalah 10cm.
Fase diatas dijumpai pada primigravida. Pada multigravida tahapannya sama namun
waktunya lebih cepat untuk setiap fasenya. Kala I selesai apabila pembukaan serviks telah
lengkap. Pada primigravida berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multigravida
kira-kira 7 jam. Mekanisme membukanya seviks berbeda antara primigravida dan
multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu
sehingga serviks akan mendatar dan menipis, kemudia ostium uteri eksternum membuka.
Namun pada multigravida, ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan
pendataran serviks terjadi dalam waktu yang sama. Pendataran dan dilatasi serviks
melonggarkan memberan dari daerah ostium uteri interna dengan sedikit perdarahan dan
menyebabkan lendir bebas dari sumbatan atau operculum. Pengeluaran lendir dan darah ini
disebut sebagai “bloody show” yang mengindikasikan telah dimulainya proses persalinan.

c. Ketuban

Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hampir atau sudah lengkap.
Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan sudah lengkap. Bila ketuban
telah pecah sebelum pembukaan 5cm, disebut Ketuban Pecah Dini (KPD).

4
d. Tekanan Darah

 Tekanan darah akan meningkat selama kontrkasi, disertai peningkatan sistol rata-
rata 15-20 mmHg dan diastole rata-rata 5-10 mmHg.
 Pada waktu-waktu tertentu di antara kontraksi, tekanan darah kembali ke tingkat
sebelum persalinan. Untuk memastikan tekanan darah yang sebenarnya, pastikan
untuk melakukan cek tekanan darah selama interval kontraksi.
 Dengan mengubah posisi pasien dari telenteang ke posisi miring, perubahan
tekanan darah selama persalinan dapat dihindari.
 Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan darah
(bukan pre-eklampsia).
 Apabila pasien merasa sangat takut atau khawatir, pertimbangkan kemungkinan
bahwa rasa takutnya menyebabkan peningkatan tekanan darah (bukan pre-eklampsia).

Cek parameter lain untuk menyingkirkan kemungkinan pre-eklamsi. Berikan perawatan


dan obat-obat penunjang yang dapat merelaksasikan pasien sebelum menegakkan
diagnosis akhir, jika pre- eklampsi tidak terbukti.

e. Metabolisme

 Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob maupun anaerob


meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini terutama diakibatkan oleh
kecemasan dan aktivitas otot rangka.
 Peningkatan aktivitas metabolic dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi,
pernapasan, curah jantung, dan cairan yang hilang.
f. Suhu Tubuh

 Suhu tubuh meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan segera setelah
melahirkan.
 Peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5-10C dianggap normal, nilai tersebut
mencerminkan peningkatan metabolisme persalinan.
 Peningkatan suhu tubuh sedikit adalah normal dalam persalinan, namun bila
persalinan berlangsung lebih lama peningkatan suhu tubuh dapat mengindikasikan
dehidrasi, sehingga parameter lain harus di cek. Begitu pula pada kasus ketuban pecah
dini, peningkatan suhu dapat mengindikasikan infeksi dan tidak dapat dianggap
normal dalam keadaan ini.
g. Detak jantung

 Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama fase


peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai frekuensi yang lebih rendah
daripada frekuensi diantara kontraksi, dan peningkatan selama fase penurunan
hingga mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi.

5
 Penurunan yang mencolok selama puncak kontraksi uterus tidak terjadi jika
wanita berada pada posisi miring bukan telentang.
 Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih tinggi di banding selama
periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan metabolisme
yang terjadi selama persalinan.
 Sedikit peningkatan denyut jantung dianggap normal, maka diperlukan
pengecekan parameter lain untuk menyingkirkan kemungkinan proses infeksi.
h. Pernapasan

 Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan dianggap normal selama persalinan, hal


tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme. Meskipun sulit untuk
memperoleh temuan yang akurat mengenai frekuensi pernapasan, karena snagat
dipengaruhi oleh rasa senang, nyeri, rasa takut, dan pengggunan teknik pernapasan.
 Hiperventilasi yang memanjang adalah temuan abnormal dan dapat menyebabkan
alkalosis. Amati pernapasan pasien dan bantu ia mengendalikannya untuk
menghindari hiperventilasi berkelanjutan, yang ditandai oleh rasa kesemutan pada
ekstremitas dan perasaan pusing.
i. Perubahan Renal (berkaitan dengan ginjal)

 Poliuri sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat diakibatkan karena
peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan
peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal. Poliuri menjadi
kurang jelas pada kondisi telentang karena posisi ini membuat aliran urin berkurang
selama kehamilan.
 Kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap 2 jam) untuk mengetahui adanya
distensi, juga harus dikosongkan untuk mencegah obstruksi persalinan akibat
kandung kemih yang penuh. Yang akan mencegah penurunan bagian presentasi
janin, dan trauma pada kandung kemih akibat penekanan yang lama, yang akan
menyebabkan
 hipotonia kandung kemih dan retensi urin selama periode pascapersalinan.
 Sedikit proteinuria (+1) umum ditemukan pada sepertiga sampai setengah jumlah
ibu bersalin. Lebih sering terjadi pada primipara, pasien yang mengalami anemia,
atau yang persalinannya lama.
 Proteinuria yang nilainya +2 atau lebih adalah data yang abnormal. Hal ini
mengindikasikan pre-eklampsi.
j. Gastrointestinal

 Motilitas dan absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh berkurang. Apabila
kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung selama
persalinan, maka saluran cerna bekerja dengan lambat sehingga waktu pengosongan
lambung menjadi lebih lama. Cairan tidak dipengaruhi dan waktu yang dibutuhkan

6
untuk pencernaan di lambung tetap seperti biasa. Makanan yang dimakan selama
periode menjelang persalinan atau fase prodromal atau fase laten persalinan
cenderung akan tetap berada di dalam lambung salama persalinan.
 Lambung yang penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan selama masa transisi.
Oleh karena itu, pasien dianjurkan untuk tidak makan dalam porsi besar atau minum
berlebihan, tetapi makan dan minum ketika keinginan timbul guna mempertahankan
energi dan hidrasi.
 Mual dan muntah umum terjadi selama fase transisi yang menandai akhir fase
pertama persalinan. Pemebrian obat-obatan oral tidak efektif selama persalinan.
Perubahan saluran cerna kemungkinan timbul sebagai respon terhadap salah satu
kombinsi antara faktor- faktor seperti kontraksi uuerus, nyeri, rasa takut, khwatir,
obat atau komplikasi.
k. Hematologi

 Haemoglobin meningkat rata-rata 1,2 mg% selama persalinan dan kembali ke


kadar sebelum persalinan pada hari pertama pascapersalinan jika tidak ada kehilangan
darah yang abnormal.
 Jangan terburu-buru yakin bahwa seorang pasien tidak anemia. Tes darah yang
menunjukkan kadar darah berada dalam batas normal membuat kita terkecoh sehingga
mengabaikan peningkatan resiko pada pasien anemia selama masa persalinan.
 Selama persalinan, waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan
fibrinogen plasma lebih lanjut. Perubahan ini menurunkan resiko perdarahan
pascapersalinan pada pasien normal.
 Hitung sel darah putih secara progresif meningkat selama kala I sebesar kurang
lebih 5 ribu/ul hinggaa jumlah rata-rata 15ribu/ul pada saat pembukaan lengkap, tidak
ada peningkatan lebih lanjut setelah ini. Peningkatan hitung sel darah putih tidak
selalu mengindikasikan proses infeksi ketika jumlah ini dicapai. Apabila jumlahnya
jauh di atas nilai ini, cek parameter lain untuk mengetahui adanya proses infeksi.
 Gula darah menurun selama proses persalinan, dan menurun drastis pada
persalinan yang alami dan sulit. Hal tersebut kemungknan besar terjadi akibat
peningkatan aktivitas otot uterus dan rangka. Penggunaan uji laboratorium untuk
menapis seorang pasien terhadap kemungkinan diabetes selama masa persalinan akan
menghasilkan data yang tidak akurat dan tidak dapat dipercaya. ( Sulistiyowati)
B. Adaptasi Psikologis Kala I Persalinan.

1. Perubahan Psikologis kala I


Pada setiap tahap persalinan, pasien akan mengalami perubahan psikologis dan perilaku
yang cukup spesifik sebagai respon dari apa yang ia rasakan dari proses persalinannya.
Berbagai perubahan ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kemajuan persalinan pada
pasien dan bagaiaman ia mengatasi tuntutan terhadap dirinya yang muncul dari persalinan
dan lingungan tempat ia bersalin.

7
a. Kala I fase laten
Pada awal persalinan, kadang pasien belum cukup yakin bahwa ia akan benar-benar
melahirkan meskipun tanda persalinan sudah cukup jelas. Pada tahap ini penting bagi
orang terdekat dan bidan untuk meyakinkan dan memberikan support mental terhadap
kemajuan perkembangan persalinan. Seiring denga kemajuan proses persalinan dan
intensitas rasa sakit akibat his yang menngkat, pasien akan mulai merasakan putus asa dan
lelah. Ia akan selalu menanyakan apakah ini sudah hampir berakhir? Pasien akan senang
setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam (vaginal toucher) dan berharap bahwa hasil
pemeriksaan mengindikasikan bahwa proses persalinan akan segera berakhir. Beberapa
pasien akhirnya dapat mencapai suatu coping mechanism terhadap rasa sakit yang timbul
aktibat his, mislanya dengan pengetauran nafas atau dengan posisi yang dirasa paling
nyaman dan pasien dapat menerima keadaan bahwa ia harus menghadapi tahap persalinan
dari awal sampai selesai.

b. Kala I fase aktif

Memasuki kala I fase aktif, sebagaian besar pasien akan mengalami penurunan stamina
dan sudah tidak mampu lagi untuk turun dari tempat tidur, terutama pada primipara. Pada
fase ini pasien sangat tidak suka jika diajak bicara atau diberi nasehat menganai apa yang
seharusnya ia lakukan. Ia lebih fokuss untuk berjuang mengendalikan rasa sakit dan
keinginan untuk meneran. Jika ia tidak dapat mengendalikan rasa sakit dengan pengaturan
nafas dengan benar. Maka ia akan mulai menangis atau bahkan berteriak-teriak dan
mungkin akan meluapkan kemarahan pada suami atau orang terdekatnya. Perhatian
terhadap orang-orang disekitarnya akan sangat sedikit berpengaruh, sehingga jika ada
keluarga atau teman yang datang untuk memberikan dukungan mental, sama sekali tidak
akan bermanfaat dan mungkin justru akan sangat mengganggunya. Kondisi ruangan yang
tenang dan tidak banyak orang akan sedikit mengurangi perasaan kesalnya. Hal yang
paling tepat untuk dilakukan adalah membiarkan pasien mengatasi keadaannya sendiri
namun tidak meninggalkannya. Pada beberapa kasus akan sangat membantu jika suami
berada di sisinya sambil membisikkan doa di telinganya.

Secara singkat berikut perubahan psikologis pada ibu bersalin kala I.

a. Perasaan tidak enak


b. Takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi
c. Sering memikirkan apakah persalinan berjalan normal
d. Menganggap persalinan sebagai percobaan
e. Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolongnya
f. Apakah bayinya normal apa tidak
g. Apakah ia sanggup merawat bayinya
h. Ibu merasa cemas

8
2.2 Adaptasi Fisiologis dan Psikologis Kala II Persalinan

A. Adaptasi Fisiolgi Kala II Persalinan

1. Perubahan Fisiologis Kala II


Menurut Rukiah AY, kala dua persalinan adalah kala pengeluaran dimulai saat serviks
telah membuka lengkap dan berlanjut hingga bayi lahir. Pada kala II, kontraksi uterus
menjadi lebih kuat dan lebih cepat yaitu setiap 2 menit sekali dengan durasi >40 detik,
intensitas semakin lama semakin kuat.Karena biasanya pada tahap ini kepala janin sudah
masuk dalam ruang panggul, maka pada his dirasakan adanya tekanan pada otot-otot dasar
panggul yang secara reflex menimbulkan rasa ingin meneran. Pasien merasakan adanya
tekanan pada rectum dan merasa seperti ingin BAB (Sulistiyawati A, 2010).
Menurut Damayanti et al (2014) Perubahan fisiologis pada kala II adalah sebagai
berikut.

a. Serviks
Serviks akan mengalami pembukaan yang biasanya didahului oleh pendataran serviks
yaitu pemendekan dari kanalis servikalis, yang semula berupa sebuah saluran yang
panjangnya 1-2 cm, menjadi suatu lubang saja dengan pinggir yang tipis. Lalu akan terjadi
pembersaran ostium eksternum yang tadinya berupa suatu lubang dengan beberapa
milimeter mejadi lubang yang dapat dilalui anak, kira-kira 10 cm. Pada pembukaan
lengkap tidak teraba bibir portio, segmen bawah rahim, serviks dan vagina telah
merupakan satu saluran.
b. Uterus
Saat ada his, uterus teraba sangat keras karena seluruh ototnya berkontraksi. Proses ini
akan efektif hanya jika his bersifat fundal dominan, yaitu kontraksi didominasi oleh otot
fundus yang menarik otot bawah rahim keatas sehinga akan menyebabkan pembukaan
serviks dan dorongan janin ke bawah secara alami.
c. Vagina
Sejak kehamilan vagina mengalami perubahan-perubahan sedemikian rupa, sehingga
dapat dilalui bayi. Setelah ketuban pecah, segala perubahan, terutama pada dasar panggul
diregang menjadi saluran dengan dinding-dinding yang tipis oleh bagian depan anak.
Waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas.

d. Pergeseran organ dasar panggul


Tekanan pada otot dasar panggul oleh kepala janin akan menyebabkan pasien ingin
meneran, serta diikuti dengan perenium yang menonjol dan menjadi lebar dengan anus
membuka. Labia mulai membuka dan tak lama kemudiaan kepala janin tampak pada vulva
saat ada his.
e. Ekspulsi janin

9
Dengan his serta kekuatan meneran maksimal, kepala janin dilahirkan dengan
suboksiput di bawah simfisis, kemudian dahi, muka, dan dagu melewati perenium. Setelah
istirhatat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota tubuh bayi. Pada
primigravida, kala II berlangsung kira-kira satu setengah jam sedangkan pada multigravida
setengah jam.
f. Sistem Cardiovaskuler
1) Kontraksi menurunkan aliran darah meuju uterus sehingga jumlah darah dalam
sirkulasi ibu meningkat
2) Resistensi perifer meningkat sehingga tekanan darah meningkat
3) Saat mengejan, cardiac output meningkat 40-50%
4) Tekanan darah sistolik meningkat rata-rata 15mmHg saat kontraksi. Upaya
meneran juga akan memengaruhi tekanan darah, dapat meningkatkan dan kemudian
menurun kemudian akhirnya kembali lagi sedikit di atas normal. Rata-rata normal
peningkatan tekanan darah selama kala II adalah 10 mmHg.
5) Janin normalnya dapat beradaptasi tanpa masalah
6) Oksigen yang menurun selama kontraksi menyebabkan hipoksiatetapi dengan
kadar yang masih adekuat tidak menimbulkan masalah serius.
g. Respirasi
1) Respon terhadap perubahan sistem kardiovaskuler : konsumsi oksigen meningkat
2) Percepatan pematangan surfaktan (fetus labor speed maturation of surfactant):
penekanan pada dada selama proses persalinan membersihkan paru-paru janin dari cairan
yang berlebihan
h. Pengaturan Suhu

1) Aktivitas otot yang meningkat menyebabkan sedikit kenaikan suhu


2) Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat proses persalinan dan segera
setelahnya, peningkatan suhu normal adalah 0,5-10C.
3) Keseimbangan cairan : kehilangan cairan meningkat oleh karena meningkatnya
kecepatan dan kedalaman respirasi yang menyebabkan restriksi cairan.
i. Urinaria

Penekanan kepala janin menyebabkan tonus vesical kandung kencing menurun.

j. Musculoskeletal

1) Hormon relaxin menyebabkan pelunakan kartilago di antara tulang


2) Fleksibilitas pubis meningkat
3) Nyeri punggung
4) Tekanan kontraksi mendorong janin sehingga terjadi flexi maksimal
k. Saluran cerna

1) Praktis inaktif selama persalinan

10
2) Prose pencernaan dan pengosongan lambung memanjang
3) Penurunan motilitas lumbung dan absorbsi yang hebat berlanjut sampai pada kala
II. Biasanya mual dan muntah pada saat transisi akan mereda selama kala II persalinan,
tetapi bisa terus ada pada beberapa pasien. Bila terjadi muntah, normalnya hanya sesekali.
Muntah yang konstan dan menetap selama persalinan merupakan hal yang abnormal dan
mungkin merupakan indikasi dari komplikasiobstetric, seperti ruptur uterus atau toksemia.
l. System syaraf

Kontraksi menyebabkan penekanan pada kepala janin, sehingga denyut jantung janin
menurun.

m. Metabolisme

Peningkatan metabolisme terus berlanjut hingga kala II persalinan. Upaya meneran


pasien menambah aktivita otot-otot rangka sehingga meningkatkan metabolisme.

n. Denyut nadi

Frekuensi denyut nadi bervariasi tiap kali pasien meneran. Secara keseluruhan frekuensi
nadi meningkat selama kala II disertai takikardi yang nyata ketika mencapai puncak
menjelang kelahiran bayi.

B. Adaptasi Psikologi Kala II Persalinan

1. Perubahan Psikologi Persalinan Kala II

Menurut Sondakh (2013) mengungkapkan bahwa perubahan emosional atau psikologi


dari ibu bersalin pada kala II ini semakin terlihat, diantaranya yaitu.

a. Emotional distress
b. Nyeri menurunkan kemampuan mengendalikan emosi, dan cepat marah
c. Lemah
d. Takut
e. Kultur (respon terhadap nyeri, posisi, pilihan kerabat yang mendampingi,
perbedaan kultur juga harus diperhatikan)

11
2.3 Adaptasi Fisiologis dan Psikologis Kala III Persalinan
A. Adaptasi Fisiologis Kala 3 Persalinan
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung
tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak
diatas pusat beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta
dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit-15 menit setelah bayi lahir dan
keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta, disertai
dengan pengeluaran darah. Tempat implantasi plasenta mengalami pengerutan akibat
pengosongan kavum uteri dan kontraksi lanjutan sehingga plasenta dilepaskan dari
perlekatannya dan pengumpulan darah pada ruang utero-plasenter akan mendorong
plasenta keluar.Otot uterus (myometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume
rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya
ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil,
sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan
kemudian lepas dari dinding rahim, setelah lepas, plasenta akan turun ke bawah uterus atau
kedalam vagina(Rukiah AT, dkk, 2009).
Menurut Sondakh J S (2013) menjelaskan bahwa ada tiga perubahan utama yang terjadi
pada saat proses persalinan kala III, yaitu :
a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri Setelah bayi lahir dan sebelum
miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh, dan tinggi fundus
biasanya terletak dibwah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke
bawah, uterus berbentuk segetiga atau berbentuk menyerupai buah pir atau alpukat, dan
fundus berada diatas pusat (sering kali mengarah ke sisi kanan).
b. Tali pusat memanjang, Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda
Ahfeld).
c. Semburan darah mendadak dan singkat, Darah yang terkumpul di belakang
plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi.
Apabila kumpulan darah (retroplacental pooling) dalam ruang diantara dinding uterus
dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya, maka darah akan
tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.

12
B. Adaptasi Psikologis Kala III Persalinan

Sesaat setelah bayi lahir hingga 2 jam persalinan, perubahan – perubahan psikologis ibu
juga masih sangat terlihat karena kehadiran buah hati baru dalam hidupnya. Adapun
perubahan psikologis ibu bersalin yang tampak pada kala III dan IV ini adalah sebagai
berikut.

1. Ibu ingin menyentuh dan memluk bayinya


2. Mersa senang, lega dan bangga terhadap dirinya
3. Menanyakan apakah vagunanya perlu di jahit
4. Menaruh perhatian pada plasenta
5. Bahagia Karena saat – saat yang telah lama di tunggu akhirnya datang juga yaitu
kelahiran bayinya dan ia merasa bahagia karena merasa sudah menjadi wanita
yang sempurna (bisa melahirkan, memberikanan anak untuk suami dan
memberikan anggota keluarga yang baru), bahagia karena bisa melihat anaknya.
6. Cemas dan Takut Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat
persalinan karena persalinan di anggap sebagai suatu keadaan antara hidup dan
mati
7. Cemas dan takut karena pengalaman yang lalu. Takut tidak dapat memenuhi
kebutuhan anaknya.

2.4 Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Kala IV Persalinan

A. Adaptasi Fisiolohi Kala IV Persalinan

Dua jam pertama setelah persalinan merupakan saat yang paling kritis bagi pasien dan
bayinya. Tubuh pasien melakukan adaptasi yang luar biasa setelah kelahiran bayinya agar
kondisi tubuh kembali stabil, sedangkan bayi melakukan adaptasi terhadap perubahan
lingkungan hidupnya di luar uterus. Kematian ibu terbanyak terjadi pada kala ini, oleh
karena itu bidan tidak boleh meninggalkan pasien dan bayi sendirian.

a. Tanda Vital Dalam dua jam pertama setelah persalinan, tekanan darah, nadi, dan
pernapasan akan berangusr kembali normal. Suhu pasien biasanya akan mengalami
sedikit peningkatan, tapi masih dibawah 380C, hal ini disebabkan oleh kurangnya
cairan dan kelelahan. Jika intake cairan baik, maka suhu akan berangsur normal
kembali setelah dua jam.
b. Gemetar Kadang dijumpai pasien pasca persalinan mengalami gemetar, hal ini
normal sepanjang suhu kurang dari 38oC dan tidak dijumpai tanda-tanda infeksi lain.
Gemetar terjadi karena hilangnya ketegangan dan sejumlah energi selama melahirkan

13
dan merupakan respon fisiologis terhadap penurunan volume intrabdominal serta
pergeseran hematologik.
c. Sistem gastrointestinal Selama dua jam pascapersalinan kadang dijumpai pasien
merasa mual sampai muntah, atasi hal ini dengan posisi tubuh yang memungkinkan
dapat mencegah terjadinya aspirasi corpus aleanum ke saluran pernapasan dengan
setengah duduk atau duduk di tempat tidur. Perasaan haus pasti dirasakan pasien,
oleh karena itu hidrasi sangat penting diberikan untuk mencegah dehidrasi.
d. Sistem Renal Selama 2-4 jam pascapersalinan kandung kemih masih dalam
keadaan hipotonik akibat adanya alostaksis, sehingga sering dijumpai kandung
kemih dalam keadaan penuh dan mengalami pembesaran. Hal ini disebabkan oleh
tekanan pada kandung kemih dan uretra selama persalinan. Kondisi ini dapat
minimalisir dengan selalu mengusahakan kandung kemih sebaiknya tetap kosong
guna mencegah uterus berubah posisi dan terjadi atoni. Uterus yang berkontraksi
dengan buruk meningkatkan perdarahan dan nyeri.
e. Sistem Kardiovaskular Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk
menampung aliran darah yang meningkat yang diperlukan oleh plasenta dan
pembuluh darah uterus. Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis yang
terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi
normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Pada
persalinan per vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml sedangkan pada
persalinan SC pengeluaran dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan
kadar Hematokrit. Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba.Volume
darah pasien relative akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada
jantung dan akan menimbulkan dekompensasio kaordis pada pasien dengan vitum
kardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan adanya
hemokonstrasi sehingga volume darah kembali seperti kondisi awal.
f. Serviks Perubahan pada serviks terjadi segera setelah bayi lahir, bentuk serviks
agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uterus yang dapat
mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah
pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin. Serviks
berwarna merah kehitaman karena penuh dengan pembuluh darah. Konsistensi lunak,
kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil terjadi
selama berdilatasi, maka serviks tidak akan pernah kembali lagi ke keadaan seperti
sebelum hamil. Muara serviks yang berdilatasi sampai 10cm sewaktu persalinan akan
menututp secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir tangan bisa masuk ke
dalam rongga rahim, setelah dua jam hanya dapat dimasuki dua atau tiga jari
h. Perenium Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena sebelunya
teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju.
i. Vulva dan vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan, dan dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva
dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali, seperti labia menjadi lebih menonjol.

14
j. Penegeluaran ASI Dengan menurunnya hormon estrogen, progesterone, dan
Human Placenta Lacctogen Hormon setelah plasenta lahir prolactin dapat berfungsi
mebentuk ASI dan mengeluarkannya ke dalam alveoli bahkan sampai ductus
kelenjar ASI. Isapan langsung pada puting susu ibu menyebabkan reflex yang dapat
mengeluarkan oksitosin dari hipofisis sehingga mioepitel yang terdapat di sekitar
alveoli dan ductus kelenjar ASI berkontraksi dan mngelluarkan ASI ke dalam sinus
yang disebut “let down reflex”.
B. Adaptasi Psikologis Kala IV Persalinan

Pemantauan terhadap Kala IV Persalinan

1. Observasi tingkat kesadaran


2. Pemeriksaan tanda tanda vital
3. Kontraksi uterus
4. Observasi terjadinya perdarahan
5. Bahagia Karena saat – saat yang telah lama di tunggu akhirnya datang juga yaitu
kelahiran bayinya dan ia merasa bahagia karena merasa sudah menjadi wanita
yang sempurna (bisa melahirkan, memberikanan anak untuk suami dan
memberikan anggota keluarga yang baru), bahagia karena bisa melihat anaknya.
6. Cemas dan Takut Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat
persalinan karena persalinan di anggap sebagai suatu keadaan antara hidup dan
mati
7. Cemas dan takut karena pengalaman yang lalu. Takut tidak dapat memenuhi
kebutuhan anaknya.

2.5 Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir harus beradaptasi dari yang bergantungan terhadap ibunya kemudian
menyesuaikan dengan dunia luar, bayi harus mendapatkan oksigen dari bernafas sendiri,
mendpaatkan nutrisi peroral untuk mempertahankan kadar gula, mengatur suhu tubuh,
melawan setiap penyakit atau infeksi, dimana fungsi ini sebelum dilakukan oleh
plasenta.

A. Adaptasi Fisiologi BBL


1) Perubahan sistem pernafasan
Perkembangan paru-paru : paru-paru berasal dari titik yang muncul dari pharynx
kemudian bentuk bronkus sampai umur 8 tahun, sampai jumlah bronchiolus untuk
alveolus berkembang, awal adanya nafas karena terjadi hypoksia pada akhir persalinan
dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak,
tekanan rongga dada menimbulkan kompresi paru-paru selama persalinan menyebabkan
udara masuk paru-paru secara mekanis.

15
2) Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan, mempunyai cairan didalam paru-paru dimana selama lahir 1/3
cairan ini diperas dari paru-paru, jika proses persalinan melalui section cesaria maka
kehilangan keuntungan komresi dada ini tidak terjadi maka dapat mengakibatkan paru-
paru basah. Beberapa tarikan nafas pertama menyebabkan udara memenuhi ruangan
trakhea untuk bronkus bayi baru lahir, paru-paru akan berkembang terisi udara sesuai
dengan perjalanan waktu.

3) Perubahan sistem peredaran darah


Setelah bayi lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru-paru untuk mengambil
oksigen dan mengadakan sirkulasi tubuh menghantar oksigen kejaringan sehingga harus
terjadi dua hal : penutupan voramen ovale dan penutupan duktus antara arteoriosus
antara arteri paru-paru serta aorta.

4) Perubahan sistem gastrointestinal


Sebelum janin cukup bulan akan menghisap dan menelan repleks gumog dan replek
batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir, kemampuan ini masih
cukup selain mencerna ASI, hubungan antara asophagus bawah dan lambung masih belum
sempurna maka akan menyebakan gumoh pada bayi baru lahir, kapasitas lambung sangat
terbatas kurang dari 30 cc, dan akan bertambah lambat sesuai pertumbuhannya

5) Perubahan sistem kekebalan tubuh


Sistem imun bayi masih belum matang sehingga rentan terhadap berbagai infeksi dan
alergi jika sistem imun matang akan memberikan

6) Perubahan sistem ginjal


Pada bulan keempat kehidupana janin, ginjal terbentuk. Didalam rahim, urin sudah
terbentuk dan di ekskresi ke dalam cairan amnion. Beban kerja ginjal dimulai saat bayi
lahir sehingga masukkan cairan meningkat, mungkin urin akan tampak keruh termasuk
berwarna merah muda. Hal ini disebabakan oleh kadar urin yang tidak banyak berarti.
Biasanya sejumlah kecil urin terdapat dalam kandungan kemih bayi saat lahir, tetapi bayi
baru lahir mungkin tidak mengeluarkan urin selama 12-24 jam. Berkemih sring terjadi
setelah periode ini. Berkemih 6-10 kali dengan warna urin pucat menunjukkan masukkan
cairan yang cukup. Umumnya, bayi cukup bulan mengeluarka urin 15-60 ml/kg perhari.

7) Perubahan sistem reproduksi


Anak laki-laki tidak menghasilkan sperma sampai pubertas, teteapi anak perempuan
mempunyai ovum atau sel telur dalam indung telurnya. Kedua jenis kelamin mungkin

16
memperlihatkan pembesaran payudara, terkadang disertai sekresi cairan pada puting pada
hari 4-5 karna adanya gejala berhentinya sirkulasi hormon ibu.

8) Perubahan sistem muskuloskeletal


Otot sudah dalam keadaan lengkap pada saat lahir, tetapi tumbuh melalui proses
hipertrofi. Tumpang tindih atau moulagu dapat terjadi pada waktu lahir karena tulang
pembungkus tengkorak belum seluruhnya mengalami osifikasi. Moulage ini dapat
menghilang beberapa hari setelah melahirkan. Ubun-ubun besar akan tetep terbuka hingga
usia 18 bulan. Kepala bayi cukup bulan berukuran ¼ panjang tubuh. Lengan sedikit lebih
panjang dari pada tungkai.

9) Perubahan sistem saraf


Jika dibandingkan dengan sistem tubuh yang lain, sistem saraf belum matang secara
anatomi dan fisiologi. Hal ini mengakibatkan kontrol yang minimal oleh korteks serebri
terhadap sebagian besar batang otak dan aktivitas refleks tulang belakang pada bulan
pertama kehidupan walaupun sudah terjadi interaksi sosial. Adanya beberapa aktivitas
reflek yang terdapat pada bayi baru lahir menandakan adanya kerja sama antara sistem
saraf dan sistem muskuloskeletal.

B. Adaptasi Psikologis BBL


Adaptasi merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya
kesehatan jiwa atau mental kesehatan individu atau pertahanan yang dibawa sejak lahir.
Pada waktu lahir emosi tampak dalam bentuk sederhana. Denagn timbul karena berbagai
hal. Ada dua ciri khusus emosi pada masa bayi, yang pertama emosi bayi adalah reaksi
perilaku yang terlalu berlebihan untuk penyebabnya terutama dalam hal marah dan takut.
Emosi tersebut singkat bertambahnya usia reaksi emosianal menjadi lebih dapat
teridentifikasi dan rangsangan emosional dapat tetapi kuat, sering muncul tetapi bersifat
sementara dan dapat berubah menjadi emosi yang lain bila perhatian dialihkan.
Yang kedua emosi pada bayi lebih mudah terkondisi dibanding periode yang lain. Selama
tahun pertama masa bayi, bayi dalam keadaan seimbang yang membuat bayi ramah,
mudah dirawat dan menyenangkan. Sekitar pertengahan tahun kedua keseimbangan
berubah menjadi ketidak seimbangan sehingga bayi menjadi rewel, tidak kooperatif dan
sulit dihadapi. Sebelum masa bayi berakhir keseimbangan kembali lagi dan bayi
memperlihatkan perilaku sosial dan perilaku menyenangkan. Dalam situasi sosialnya
perilaku yang diperlihatkan mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosialnya dan dasar-
dasar ini cenderung menetap smapai bayi lebih besar sehingga ini adalah alasan yang baik
ketika bayi diberikan dasar-dasar penyesuaian diri dengan baik.
Pada bayi berhubungan sosialnya memang lebih bersifat fisik sehingga
orang tua terutama ibu bisa memenuhi harapan bayi sehingga bayi dapat merasa aman
dan nyaman. Masa bayi sering disebut periode kritis dalam perkembangan kepribadian

17
karena pada masa inilah dasar kepribadian dewasa akan dibangun. Penelitian genetika
tentang menetapnya sifat kepribadian selama bertahun – tahun menunjukan bahwa pola
yang dibentuk pada awal kehidupan hamper tidak berubah ketika anak menjadi besar.
Tetapi Thomas dan kawan-kawan mengatakan “temperamen anak tidaklah kekal, dalam
perkembangannya keadaan lingkungan dapat memperbesar, menghilangkan atau
mengubah reaksi dan perilaku”.
Masa bayi umur 0-11 bulan masa inidibagi menjadi dua periode yaitu masa neonatal (0-
28 hari) pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubuhan
sirkulasi darah sertai mulainya berfungsi organ-organ. Masa neonatal menjadi 2 periode
yaitu masa neonatl dini umur 0-7 hari dan masa neonatal lanjut 8-28 hari
Hal yang terjadi pada masa bayi yaitu :
a) Masa bayi neonatal merupakan masa terjadinya penyesuaian yang redial.
Meskipun rentang kehidupan manusia secara resmi di mulai pada saat kelahiran, namun
sesungguhnya kelahiran merupakan suatugangguan pada pola perkembangan janin yang
di mulai pada saat pembunuhan. Ini adalah suatu peralihan dari lingkungan dalam
(kandungan) ke lingkungan luar. Seperti halnya semua peralihan, kelahiran juga
memerlukan penyesuaian. Bagi beberapa bayi penyesuaian mudah di lakukan, namun
bagi bayi lain terasa sulit dan mengalami kegagalan.
b) Perbagai penyesuaian pokok yang di lakukan bayi neonatal.
Bayi neonatal harus melakukan empat penyesuaian pokok sebelum mereka dapat
melanjutkan kemajuan perkembangan mereka. Jika penyesuaian ini tidak segera di
lakukan, kehidupan mereka akan terancam dan terjadi hambatan dalam kemajuan
perkembangan atau bahkan perkembangan yang lebih rendah.
c) Indikasi kesulitan penyesuaian pada postnatal.
1) Berkurangnya berat badan, karena adanya kesulitan untuk menghisap dan menelan.
Bayi yang baru lahirbiasanya mengalami penurunan berat badan dalam minggu pertama.
2) Prilaku yang tidak teratur, pada hari pertama atau kedua postnatal, semua bayi
menunjukan prilaku yang relatif tidak teratur, seperti ketidakteraturan dalam bernafas,
sering BAB/BAK, berdesah, dan muntah. Hal ini di sebabkan karena adanya tekanan
pada otak selama persalinan yang mengakibatkan keadaan pingsan dan sebagian karena
belum berkembangnya susunan saraf otonom yang mengendalikan keseimbangan tubuh.
d) kondisi yang mempengaruhi kehidupan prenatal. Banyak kondisi yang
mempengaruhi keberhasilan bayi untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan postnatal.
Kondisi terpenting antara lain seperti yang ditunjukkan oleh jenis persalinan dan
pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan persalinan, lamanya periode kehamilan,
serta sikap-sikap orang tua dan sikap prosnatal
1. lingkungan prenatal
Kondisi pertama yang mempengaruhi jenis penyesuaian diri yang dilakukan bayi pada
kehidupan postnatal adalah jenis likungan prenatal yang dialaminya. Likungan prenatal
yang sehat akan memberikan penyesuaian yang baik pada kehidupan postnatal.
Terdapat banyak macam gangguan didalam rahim bisa menyebabkan bayi terpaksa lahir
(premature). Perawatan ibu yang baik (acuh tak acuh) selama kehamilan yang biasanya
disebakamn karena factor ekonomi sering kali menyebabkan kondisi-kondisi yang kurang

18
menyenangkan,sehingga dapat menggangu perkembangan janin dalam lahir dan akhirnya
mengakibatkan komplikasin selama persalinan. Tekanan yang dialami ibu juga
menyebabkan janin menjadi hiperaktif selama bulan-bulan terakhir kehamilan dan
kondisi ini cenderung stabil setelah lahir, yang gejalanya dapat terlihat, seperti kesulitan
makan, gagal menambah berat badan, sulit tidur, sensitif, cepat terganggu, dan sejumlah
kondisi-kondisi lain yang membuat penyusuaian pada kehidupan postnatal menjadi sulit.
2. Jenis persalinan
Bayi dengan persalinan normal biasanya lebih cepat dan lebih berhasil menyesuaikan diri
pada lingkungan postnatal daripada bayi yang persalinannya cukup sulit , sehingga harus
menggunakan alat atau dilakukan operasi ceasar (section ceasaria-SC). Bayi yang lahir
dengan SC cenderung menjadi bayi yang pendiam, tidak banyak menanggis dibandingkan
dengan yang lahir secara spontan atau dengan bantuan alat, selain itu bayi juga terlihat
lebih lesu dan reaktivitasnya menurun.
3. pengalaman yang berhubungan dengan persalinan
Ada dua pengalaman yang berpengaruh besar pada penyesuaian postnatal yaitu seberapa
ibu terpengaruh oleh obat-obatan selama proses persalinan dan mudah atau sulit nya bayi
bernafas.
Bayi yang selama ini ibuntya harus meminum obat selama selama proses persalinan
menunjukkan proses kurang teraturdan tampak mengantuk selama tiga hari atau lebih
setelah melahirkan.hal ini tidak di tunjukkan pada mereka yang tidak mengonsumsi obat-
obatan tersebut.
4. lamanya priode kehamilan
Bayi postmatur biasanya lebih cepat dan lebih berhasilmenyesuaikan lingkungan
postnatal daripada yang di lahirkan tidak cukup bulan kecuali jika terjadi kerusakan pada
persalinan.bayi-bayi yang belum cukup umur biasanya mengalami komplikasi dalam
menyesuaikan dengan lingkungan postnatal,dan ini dapat sangat memengaruhi
penyesuaian di masa mendatang.
5. Sikap oran tua
Bila sikap orang tua kurang menyenangkan apapun alasannya akan tercermin dalam
perlakuan terhadap bayi nya yang nantinya akan menghalangi keberhasilan penyesuaian
diri pada postnatal.sebaliknya orang tua yang sikap nya menyenangkan perlakuan bayi
sedemikian pila.
Interaksi orang tua dan bayi yang di tandai dengan ketegangan emosional dan
kegelisahan,biasanya terdapat pada sikap orang tua yang kurang menyenangkan.
6. sikap postnatal
Secara keseluruhan mutu perawatan postnatal amat penting dalam menentukan jenis
penyesuaian diri yang akan di lakukan bayi,namun ada yang terpenting ada tiga aspek
yaitu:
a) Banyak nya perhatian yang di peroleh bayi untuk meyakinkan bahwa kebutuhan
akan di penuhi dalam waktu relatif cepat, serta banyak nya rangsangan yang di peroleh
dari waktu ke waktu sejak di lahirkan dan derajat kepercayaanorang tua,terutama ibu
dalam memenuhi kebutuhan bayi.

19
b) Jenis dan banyak nya rangsangan yang di berikan.kebanyakan bayi menerima
rangsangan minimal pada hari-hari pertama kehidupan mereka.
c) Derajat kepercayaan orang tua, terutama para ibu dalam melaksanakan tugas
sebagai orang tua yang kurang yakin pada kemampuan mereka untuk merawat bayi-bayi
mereka yang telah keluar di rumah sakit,terutama menghadapi bayi pertama atau bayi
belum cukup umur atau bayi yang mengalami cacat fisik.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapatmengakibatkan
adanya beberapa perubahan pada ibu bersalin, baik perubahan fisiologis maupun
perubahan psikologis. Perubahan tersebut (perubahan fisiologis dan perubahan
psikologis) dapatditemukan sejak kala I hingga kala IV persalinan. Dimana,
perubahanfisiologis meliputi segala perubahan yang terjadi pada sistem maupunanatomi
tubuh ibu, dan perubahan psikologis meliputi perubahan yangterjadi pada emosional ibu
saat proses persalinan beralngsung.
Bayi baru lahir harus beradaptasi dari yang bergantungan terhadap ibunya kemudian
menyesuaikan dengan dunia luar, bayi harus mendapatkan oksigen dari bernafas sendiri,
mendpaatkan nutrisi peroral untuk mempertahankan kadar gula, mengatur suhu tubuh,
melawan setiap penyakit atau infeksi, dimana fungsi ini sebelum dilakukan oleh plasenta.
3.2 Saran

Dengan adanya makalah mengenai adaptasi fisiologis dan psikologis persalinan dan BBL
ini guna untuk mempermudah ibu bersalin atau pembaca memahami materi lebih yang
sudah tercantum di makalah.

21
22
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti IP (2014) Buku Ajar: Asuhan kebidanan komprehensif pada ibu


bersalin dan bayi baru lahir.

New Zealand:Collage of Midwive Journal 48.Erawati AD (2010) Buku ajar


asuhan kebidnan persalinan normal

Rukiyah Ai Yeyeh,dkk (2009). “Asuhan Kebidanan II (Persalinan”. Jakarta, Trans


Info Media.

Sari Eka Puspita & Rimandini dwi kurnia (2014). “ Asuhan Kebidanan Persalinan
(Intranatal Care)”. Jakarta,Trans Info Media.

Rohani,dkk (2011). “Asuhan kebidanan pada masa persalinan”. Jakarta Salemba


Medika.

file:///C:/Users/Windows%208.1%20Pro/Downloads/72-144-1-SM.pdf

http://journal.stikeseub.ac.id/index.php/jkeb/article/view/195

Anda mungkin juga menyukai