NAMA ANGGOTA:
UNIVERSITAS BENGKULU
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah adaptasi fisiologis dan psikologis pada persalinan. Tidak lupa pula
kami ucapkan terima kasih kepada Bunda Dara Himalaya, S.ST., M.Keb., selaku dosen mata
kuliah pengantar asuhan kebidanan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
untuk pengembangan ilmu kebidanan dan pengetahuan bagi kita semua.
Bengkulu, Maret 2022
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2
2.1 Perubahan Dan Adaptasi Psikologi Pada Persalinan................................. 2
2.1.1 Kala I............................................................................................... 2
2.1.2 Kala II.............................................................................................. 6
2.1.3 Kala III............................................................................................. 8
2.1.4 Kala IV............................................................................................. 8
2.2 Perubahan Dan Adaptasi Serta Dukungan Psikologi Dalam Persalinan. . 9
2.3 Asuhan Sayang Ibu Pada Persalinan......................................................... 13
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 15
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 15
3.2 Saran ......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kehamilan, persalinan dan menjadi seorang ibu merupakan peristiwa dan pengalaman
Penting dalam kehidupan seorang wanita. Kehamilan dan persalinan merupakan suatu
masa transisi yang dapat menyebabkan berbagai perubahan pada psikologi ibu. Dalam hal
in dimana keadaan psikologis ibu yang buruk dapat mempengaruhi proses persalinan dan
dapat mengakibatkan partus lama yang berujung pada tindakan.
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2. Serviks
Serviks pada saat persalinan akan menipis.
1. Penipisan Serviks ( effacement )
Kontraksi yang terus bertambah megalami perubahan bentuk serviks menjadi
lebih tipis. Dikarenakan sift fundal domunan yang scolah-olah serviks tertarik ke atas
dan lama kelamaan menjadi tipis. Batas antara segmen atas dan bawah rahim
( retraction ring ) yang mengarah ke atas sehingga seolah-olah batas letaknya bergeser
keatas. Dengan mulainya persalinan maka panjang serviks juga berkurang sampai
menjadi pendek. Serviks menjadi sangat tipis disebut " menipis penuh".
2
2. Dilatasi
Proses selanjutnya dari effacement. Ketika serviks sudah sampai menipis penh
maka selanjutnya pembukaan. Serviks yang membuka disebabkan daya tarikan otot
uterus ke atas secara terus - menerus saat berkonstruksi. Proses ini dibagi 2 fase :
Fase laten, dimulai dari awal kontraksi sampai pembukaan 3 cm.
Fase aktif , tase cepat mula1 dari pembukaan 4 cm sampa1
penuh. Ada subfase dalam fase aktif yaitu akselerasi, dilatasi maksimal.
deselerasi.
3. Ketuban
Ketuban akan pecah ketika sudah pembukaan hampir atau sudah lengkap. Bila
ketuban pecah sebelum pembukaan 5 cm disebut ketuban pecah dini (KPD). Ini
merupakan komplikasi yang banyak terjadi.
4. Tekanan darah
a. TD akan meningkat selama kontraksi, peningkatan sistol rata-rata 15-20 mmH
dan diastole rata-rata 5-10 mmHg.
b. Pada waktu diantara kontraksi. tekanan darah ihu bias kembali ke tekanan darah
tingkat sebelum persalinan. Fastikan untuk cek tekanan darah selama interval
kontraksi.
3
c. Perubahan tekanan darah selama persalinan bias dihindari dengar memposisikan
ibu dari posisi telentang ke posisi miring.
d. Nyeri, takut, khawatir bisa meningkatkan tekanan darah. Bukan pre-eklamsia.
e. Tetapi selalu siapkan kemungkinan pre-eklamsi, berikan perawatan , dan obat-
obatan penunjang untuk merelaksasikan pasien sebelum menegakan diagnosis
akhir, jika pre-eklamsi tidak terbukti.
5. Metabolisme
Selama persalinan , metabolism aerob dan anaerob meningkat dengan kecepatan
tetap. Karena efek kecemasan dan aktivitas otot rangka. Peningkatan metabolic lain
seperti peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan, surah jantung, dan cairan
yang hilang.
6. Suhu tubuh
Sunu tubuh akan meningkat selama persalinan dan turun setelan melahirkan.
Peningkatan sekitar 0,5 C dianggap normal. Persalinan yang lama dan ketuban pecah
dini bisa menyebabkan peningkatan suhu yang lebih tinggi, maka perl untuk
memantau dengan parameter untuk menghindari dehidrasi.
7. Detak jantung
a. Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama fase
peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai frekuensi yang lebih rendah
daripada frekuensi diantara kontraksi, dan peningkatan selama fase penurunan
hingga mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi.
b. Penurunan yang mencolok selama puncak kontraksi uterus tidak terjadi jika
wanita berada pada posisi miring bukan telentang.
c. Frekuensi denvut nadi diantara kontraksi sedikit lebih tinggi di banding selama
periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan metabolisme
yang terjadi selama persalinan.
d. Sedikit peningkatan denyut jantung dianggap normal, maka diperlukan
pengecekan parameter lain untuk menyingkirkan kemungkinan proses infeksi.
8. Pernapasan
Peningakatan sedikit trekuensi pernapasan normal arena adanya peningkatan
metabolisme. Hiperventilasi yang memanjang adalah abnormal dan dapat
menyebabkan alkalosis. Amati pernapasan dan kendalikan hindari hiperentilasi yang
ditandai dengan kesemutan dan pusing.
9. Perubahan Renal
4
a. Poliuri sering terjadi selama persalinan. Kondisi in dapat diakibatkan karena
peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan
peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal. Poliuri menjadi
kurang jelas pada kondisi telentang karena posisi membuat aliran urin berkurang
selama kehamilan.
b. Kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap 2 jam) untuk mengetahui adanya
distensi, juga harus dikosongkan untuk mencegah obstruksi persalinan akibat
kandung kemih yang penuh. Yang akan mencegah penurunan bagian presentasi
janin, dan trauma pada kandung kemih akibat penekanan yang lama, yang akan
menyebabkan hipotonia kandung kemih dan retensi urin selama periode
pascapersalinan.
c. Sedikit proteinuria (+1) umum ditemukan pada sepertiga sampai setengah jumlah
ibu bersalin. Lebin sering terjadi pada primipara, pasien yang mengalami anemia,
atau yang persalanna lama Proteinuria yang nilainya +2 atau lebih adalah data
yang abnormal. Hal ini mengindikasikan pre-eklamsia.
10. Gastrointensinal
Selama persalinan motilitas dan absorpsi lambung padat berkurang, apabila
ditambah dengan kondisi sekresi asam lambung yang berkurang sementara
pencernaan di lambung tetap seperti biasa yang menyebabkan waktu pengosongan
lambung menjadi lebih lambat. Kondisi ini mengakibatkan keadaan ketidaknyamanan
selama masa transisi. Maka untuk menghindari kondisi mual, muntah yang umum
terjadi pada masa transisi, ibu yang tidak dianjurkan untuk makan dan minum dalam
porsi besar.
11. Hematologi
Haemoglobin meningkat rata-rata 1,2 mg% selama persalinan dan kembali ke
kadar sebelum persalinan pada hari pertama pasca persalinan jika tidak ada
kehilangan darah yang abnormal. Jangan terburu-buru yakin bahwa seorang pasien
tidak anemia. Tes darah yang menunjukkan kadar darah berada dalam batas normal
membuat kita terkecoh sehingga mengabaikan peningkatan resiko pada pasien anemia
selama masa persalinan. Selama persalinan, waktu koagulasi darah berkurang dan
terdapat peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut. Perubahan in menurunkan resiko
perdarahan pascapersalinan pada pasien normal. Hitung sel darah putih secara
progresif meningkat selama kala I sebesar kurang lebih 5 ribu/ul hinggaa jumlah rata-
5
rata 15ribu/ul pada saat pembukaan lengkap, tidak ada peningkatan lebih lanjut
setelah ini. Peningkatan hitung sel darah putih tidak selalu mengindikasikan proses
infeksi ketika jumlah ini dicapai. Apabila jumlahnya jauh di atas nilai ini, cek
parameter lain untuk mengetahui adanya proses inteksi. Gula darah menurun selama
proses persalinan, dan menurun drastic pada persalinan yang alami dan sulit. Hal
tersebut kemungknan bear terjadi akibat peningkatan aktivitas otot uterus dan rangka.
Penggunaan laboratorium untuk menapis seorang pasien terhadap kemungkinan
diabetes selama masa persalinan akan menghasilkan data yang tidak akurat dan tidak
dapat dipercaya ( Sulistiyowati).
Menurut penelitian cara untuk mengurangi rasa nyeri persalinan adalah dengan
memberikan asuhan sayang ibu seperti Massage Counter Pressure yaitu tekanan yang
menetap yang diberikan oleh seorang dengan menekankan kepala atau bagian bawah
telapak tangan ke daerah sacral. Teknik ini membantu nyeri punggung disebabkan
tekanan oksipital terhadap saraf tulang belakang ketika kepala bayi berada di posisi
posterior. Teknik ini untuk memberikan adaptasi nyeri persalinan kala I pada ibu
bersalin. Saat kontraksi datang seluruh indra akan memberikan interaksi yang akan
menyebabkan nyeri pada ibu, dengan melakukan massage pada bagian spinal akan
menghambat gerbang nyeri yang akan dihantarkan menuju medulla spinalis dan otak.
tekanan pada teknik in akan mengaktifkan senyawa endrophine yang berada di sinaps
sel-sel saraf tulang belakang dan otak, sehingga transmisi dari pesan nyeri dapat
dihambat dan mengurangi nyeri ( Nadia dan Endarti, 2016).
2.1.2 Kala II
6
1) Serviks
2) Uterus
Ketika his datang maka uterus akan terasa sangat keras, hal ini dikarenakan
otot uterus berkontraksi, dimana otot fundus menarik otot bawah Rahim keatas yang
menyebabkan serviks terbuka dan janin terdorong ke bawah secara alami.
Otot dasar panggul mengalami tekanan dikarenakan oleh kepala janin, hal ini
yang menyebabkan ibu merasakan ingin mengejan diikuti dengan perenium yang
menonjol dan lebar. Labia mulai membuka dan kepala janin akan mulai terlihat pada
vulva saat his datang.
4) Ekspulsi Janin
Dengan adanya his yang sangat kuat dan diikuti dengan ibu yang ingin
mengejan maka akan lahir janin dengan suboksiput di bawah simfisis diikuti oleh
dahi, muka dan dagu. Lalu his akan datang lagi setelah periode relaksasi untuk
mengeluarkan badan dan anggota tubuh janin lainnya.
5) System Kardiovaskuler
Ketika ibu mengalami kontraksi maka aliran darah vang menuju uterus akan
turun sehingga jumlah darah dalam sirkulasi ibu meningkat. Ketika kontraksi tekanan
darah sistolik meningkat kurang lebi 15mmHg. Begitupun dengan usaha mengejan
ibu yang dapat menyebabkan tekanan darah meningkat. Oksigen juga dapat menurun
selama kontraksi terjadi.
6) Pengaturan Suhu
7
7) Urinaria
8) Sistem Saraf
9) Denyut Nadi
Pada umumnya frekuensi nadi akan meningkat selama kala Il yang disertai
takikardi menjelang kelahiran janin.
Kala III dimulai setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang tidak boleh
lebih dari 30 menit. Setelah bay lahir uterus harus teraba keras dan fundus uteri agak
diatas pusat beberapa menit kemudian berkontraksi lagi dan mengeluakan plasenta
dari dindingnya. Biasanya dalam waktu 6 - 15 menit dengan spontan atau dengan
tekanan funds uteri, disertai dengan pengeluaran darah. Pengeluran plasenta karena
pengerutan akibat pengosongan kavum uteri dan kontraksi lanjutan dan plasenta
keluar akibat dorongan pengumpulan darah pada rang utero-plasenter Miometrium
berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi.
Akibat dari penyusutan ukuran ini membuat rang pelekatan plasenta semakin
berkurang. Dan keluar melalui jalan lahir (Wahidah, 2017).
2.1.4 Kala IV
1).Tanda Vital
Dua jam pertama setelah persalinan, tekanan darah, nadi dan pernapasan akan
kembali normal. Suhu ibu akan sedikit mengalami peningkatan (masih dibawah 38
derajat celcius) dikarenakan ibu mengalami kekurangan cairan dan Lelah.
2) Sistem Gastrointestinal
Setelah persalinan ibu akan merasa haus maka sangat penting untuk mencegah
dehidrasi.
8
3) Sistem Renal
Kurang lebih selama 2 sampai dengan 4 jam setelah persalinan kandung kemih
dalam keadaan penuh dan mengalami pembesaran karena kandung kemih masih
dalam keadaan hipotonik.
4) Serviks
Perubahan serviks terjadi setelah bay lahir, bentuk serviks akan seperti corong
sedikit menganga.
5) Perenium
Vulva dan vagina akan mengalami peregangan yang sangat besar selam proses
melahirkan dan dalam beberapa hari pertama akan dalam keadaan kendur, setelah 3
minggu akan Kembali normal
7) Pengeluaran ASI
Adaptasi psikologis akan meningkat pada saat ibu trimester Ill kehamilan. Pada masa
menjelang persalinan kondisi psikologis ibu ini akan mempengaruhi janin serta
berlangsungnya persalinan nanti. Banyak wanita normal bisa merasakan kegairahan dan
kegembiraan disaat-saat merasakan kesakitan-kesakitan pertama menjelang kelahiran
bayinya. Perasaan positif ini berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar
terjadi suatu "realitas kewanitaan" sejati: yaitu munculnya rasa bangga melahirkan anaknya.
Khususnya rasa lega itu berlangsung ketika proses persalinan dimulai, mereka seolah-olah
mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula diangggap sebagai suatu keadaan
9
yang belum pasti, ibu kini benar-benar akan menalami kejadian yang konkret (Wahidah,
2017).
Psikologi ibu bersalin dipengaruhi pada saat kehamilanya apabila calon ibu dapat
beradaptasi dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada saat kehamilan, baik
terhadap perubahan tubuh ataupun peran yang akan terjadi nantinya maka calon ibu tidak
akan mengalami gangguan - gangguan psikologi (Pramukti, 2009).
Pada setiap tahap persalinan, pasien akan mengalami perubahan psikologis dan
perilaku yang cukup spesifik sebagai respon dari apa yang ia rasakan dari proses
persalinannya. Berbagai perubahan in dapat digunakan untuk mengevaluasi kemajuan
persalinan pada pasien dan bagalaman ia mengatasi tuntutan terhadap dirinya yang muncul
dari persalinan dan lingkungan tempat ia bersalin (Wahidah, 2017).
2) Timbulnya rasa tegang, takut, kesakitan, kecemasan dan konflik batin. Hal ini disebabkan
oleh semakin membesarnya janin dalam kandungan yang dapat mengakibatkan calon ibu
mudah capek, tidak nyaman badan, dan tidak bisa tidur nyenyak, sering kesulitan bernatas
dan macam-macam beban jasmaniah diwaktu kehamilannya.
3) Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman dan selalu kegerahan serta tidak sabaran
sehingga harmoni antara ibu dan janin yang dikandungnya menjadi terganggu. Ini disebabkan
karena kepala bayi sudah memasuki panggul dan timbulnya kontraksi pada rahim sehingga
bayi yang semula diharapkan dan dicintai secara psikologis selama berbulan-bulan itu kini
dirasakan sebagai beban yang amat berat.
10
4) Ketakutan menghadapi kesulitan dan resiko bahaya melahirkan bayi yang merupakan
hambatan dalam proses persalinan
a. Adanya rasa takut dan gelisah terjadi dalam waktu singkat dan tapa sebab sebab yang
jelas
b. Ada keluhan sesak nafas atau rasa tercekik, jantung berdebar-debar
c. Takut mati atau merasa tidak dapat tertolong saat persalinan
d. Muka pucat, pandangan liar, pernafasan pendek, cepat dan takikardi
e. Adanya harapan-harapan mengenai jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan. Relasi
ibu dengan calon anaknya terpecah, sehingga popularitas AKU-KAMU (aku sebagai
pribadi ibu dan kamu sebagai bayi) menjadi semakin jelas. Timbulah dualitas
perasaan yaitu:
1. Harapan cinta kasih
2. Impuls bermusuhan dan kebencian
f. Sikap bermusuhan terhadap bayinya yaitu:
1. Keinginan untuk memiliki janin yang unggul
2. Cemas kalau bayinya tidak aman di luar rahim
3. Belum mampu bertanggung jawab sebagai seorang ibu
g. Kegelisahan dan ketakutan menjelang kelahiran bayi:
1. Takut mati
2. Trauma kelahiran
3. Perasaan bersalah
4. Ketakutan riil
Menurut Wahidah (2017) dan Supriatiningsih (2015) pada masa persalinan seorang
wanita ada yang tenang dan bangga akan kelahiran bayinya, tapi ada juga yang merasa takut.
Adapun perubahan psikologis yang terjadi adalah sebagai berikut:
a. Panik, takut, dan terkejut dengan apa yang terjadi pada saat pembukaan lengkap
b. Bingung dengan adanya apa yang terjadi pada saat pembukaan lengkap
c. Frustasi dan marah (emotional stress
d. Tidak memperdulikan apa saja dan siapa saja yang ada di kamar bersalin
e. Rasa lelah dan sulit mengikuti perintah
f. Fokus pada dirinya sendiri
11
g. Kultur (respon terhadap nyeri, posisi, pilihan kerabat yang mendampingi, perbedaan
kultur juga harus diperhatikan)
Menurut Wahidah (2017) sesaat setelah bayi lair hingga 2 jam persalinan, perubahan -
perubahan psikologis ibu juga masih sangat terlihat karena kehadiran buah hati baru dalam
hidupnya. Adapun perubahan psikologis ibu bersalin yang tampak pada kala III dan IV ini
adalah sebagai berikut:
a. Bahagia karena saat - saat yang telah lama di tunggu akhirnya datang juga yaitu
kelahiran bayinya dan ia merasa bahagia merasa sudah menjadi wanita yang
sempurna (bisa melahirkan, memberikanan anak untuk suami dan memberikan
anggota keluarga yang baru), bahagia karena bisa melihat anaknya.
b. Cemas dan Takut cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat persalinan
karena persalinan di anggap sebagai suatu keadaan antara hidup dan mati Cemas dan
takut karena pengalaman yang lalu. Takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya
Dukungan yang membawa dampak positif adalah dukungan yang bersifat fisik dan
emosional. Dukungan tersebut meliputi beberapa aspek seperti menggosok punggung ibu,
memegang tangannya, mempertahankan kontak mata, ibu ditemani oleh orang-orang yang
ramah, dan ibu tidak menjalani proses persalinan sendirian. sehingga akan mengurangi rasa
cemas pada ibu. Sentuhan persalinan 50% lebih sedikit yang mengalami tindakan Seksio
Sesarea. pengurangan penggunaan anestesi epidural hingga 85%, 70 % lebih sedikit kelahiran
dibantu forceps, 61% penurunan dalam penggunaan oksitosin, durasi persalinan yang lebih
pendek 25% dan risiko komplikasi pada neonatus menurun 58%. (Hayati 2017).
2. Pengetahuan
Pengetahuan yang baik dan tepat yang dimiliki oleh ibu dan keluarga dalam
menghadapi persalinan merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi
kecemasan terhadap proses persalinan. Pengetahuan ini, harus dicari dan dimengerti saat
sebelum persalinan atau saat ibu sedang mengandung. Dengan pengetahuan, ibu bisa
12
meyakinkan dirinya sendiri untuk tidak cemas berlebihan yang akan membawa dampak
negatif pada proses persalinan
Tenaga medis dan situasi tempat yang tidak bersahabat dapat mempengaruhi rasa
nyaman ibu untuk melahirkan. Tindakan untuk mengupayakan rasa nyaman dapat berupa
upaya menciptakan suasana yang nyaman dalam kamar bersalin, memberi sentuhan, memberi
penanganan nyeri tanpa obat dan yang paling penting berada di sisi ibu. Cara kita berbicara
pada ibu yang sedang menjalani persalinan juga harus sangat diperhatikan. Teori lingkungan
terapetik meliputi psikologi lingkungan (efek psikososial dari lingkungan),
psychoneuroimmunology (efek lingkungan terhadap sistem imun): neuroscience (bagaimana
pemikiran arsitektur atau desain ruang) dapat mempengaruhi kenyamanan ibu bersalin selama
proses persalinannya. (Hayati 2017).
13
tindakan dan menggunakan peralatan steril. 2) Asuhan kala II Kala dua persalinan dimulai
ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala
dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Tanda gejala persalinan kala II yaitu ibu
merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu merasakan adanya
peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya, perineum menonjol, vulva-vagina dan
sfingter ani membuka. Pada asuhan persalinan kala II dapat dilakukan asuhan sayang ibu
seperti menganjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses persalinan
dan kelahiran bayinya, memberikan dukungan dan semangat selama persalinan dan
melahirkan bayinya. Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan
akan berlangsung. Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang
cukup, ruangan harus hangat, dan harus tersedia meja atau permukaan yang bersih dan mudah
dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan. Salah satu persiapan penting bagi
penolong adalah memastikan penerapan prinsip dan praktik pencegahan infeksi (PI) yang
dianjurkan, termasuk mencuci tangan, memakai sarung tangan dan perlengkapan penolong
persalinan. Setelah pembukaan lengkap bimbing ibu untuk meneran, membantu kelahiran
bayi, dan membantu posisi ibu saat bersalin, dan mencegah terjadinya laserasi. Laserasi
spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu dilahirkan. Kejadian
laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali. Indikasi untuk
melakukan episiotomi untuk mempercepat kelahiran bayi jika yaitu gawat janin dan bayi
akan segera dilahirkan dengan tindakan, penyulit kelahiran per vaginam (sungsang, distosia
bahu, ekstraksi cunam (forsep) atau ekstraksi vakum). Kondisi ibu dan bayi harus dipantau
selama proses persalinn berlangsung. 3) Asuhan Kala III Kala tiga persalinan disebut juga
sebagai kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya
bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Tanda-tanda lepasnya
plasenta yaitu perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, adanya semburan
darah. Setelah plasenta lahir segera lakukan manaemen aktif kala tiga. Segera (dalam satu
menit pertama setelah bayi lahir) suntikkan oksitosin 10 unit IM pada 1/3 bagian atas paha
bagian luar (aspektus lateralis). Lakukan penegangan tali pusat secara perlahan. Jika setelah
15 menit melakukan PTT dan dorongan dorsokranial, bila plasenta belum juga lahir maka
ulaingi pemberian oksitosin 10 IU IM dosis kedua. Tunggu kontraksi yang kuat kemudian
ulangi PTT dan dorongan dorsokranial hingga plasenta dapat dilahirkan. Jika plasenta belum
lahir dan mendadak terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual untuk segera
mengosongkan kavum uteri sehingga uterus segera berkontraksi secara efektif, dan
perdarahan dapat dihentikan. Plasenta belum lahir setelah 30 menit bayi lahir, coba lagi
14
melahirkan plasenta dengan melakukan penegangan tali pusat untuk terakhir kalinya. Jika
plasenta tetap tidak lahir, rujuk segera. Tetapi apa bila fasilitas kesehatan rujukan sulit di
jangkau dan kemungkinan timbul perdarahan maka sebaikanya di lakukan tindakan plasenta
manual untuk melaksanakan hal tersebut pastikan bahwa petugas kesehatan telah terlatih dan
kompenten untuk melaksanakan tindakan atau prosedur yang di perlukan 4) Asuhan kala IV
Kala IV Persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu. Setelah
plasenta lahir lakukan masase fundus uteri selama 15 detik untuk merangsang uterus
berkontraksi dengan baik dan kuat. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan
anda secara melintang dengan pusat sebagai patokan, periksa kemungkinan kehilangan darah
dari robekan. Selama dua jam pertama pasca persalinan lakukan pemantauan tekanan darah,
nadi tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit selama satu jam
pertama dan setiap 30 menit selama satu jam kedua kala empat dan pemantauan temperatur
tubuh setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan.
Pelaksanaan asuhan sayang ibu yang mendasar atau menjadi prinsip dalam pemberian
asuhan sayang ibu dalam proses persalinan meliputi pemberian dukungan emosional,
pemberian cairan dan nutrisi, keleluasan untuk miksi dan defekasi, sertapencegahan infeksi.
Semua hal tersebut digunakan sebagai antisipasi untuk menghindari terjadinya partus lama,
partus tidak maju dan partus yang dirujuk. Asuhan sayang ibu adalah program yang
direncanakan pemerintah untuk mengurangi tingginya angka kematian dan kesakitan para
ibu yang diakibatkan oleh komplikasi kehamilan dan kelahiran (Lailiyana, 2012).
15
Memasuki kala 1 fase aktif, sebagian besar pasien akan mengalami penurunan
stamina dan mudah lelah. Saat ini yang harus dilakukan oleh bidan adalah menerapkan
asuhan sayang ibu yaitu memberikan dukungan mental, memberikan rasa percaya diri kepada
ibu, serta berusaha memberi rasadan aman, bidan melakukan tindakan pencegahan infeksi,
membimbing meganjurkan untuk mencoba posisi yang nyaman saat terjadi HIS,
menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak kontraksi. Menghargai dan
memperbolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak merugikan menghindari tindakan
yang berlebihan dan membahayakan serta menyiapkan rencana rujukan jika perlu
(Herly,2014).
Asuhan sayang ibu terdiri dalam 4 fase yakni kala 1 sampai dengan kala 4. Dalam
memberikan asuhan sayang ibu pada kala pertama petugas mendampingi ibu dengan
membangun komunikasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses persalinan mulai dari
mensuport ibu, memberikan kesempatan kepada ibu untuk menentukan pendamping
persalinan hingga semua yang terkait dalam membuat suasana nyaman ibu dalam
menghadapi persalinan. Pada saat memasuki kala 2 (dua) petugas senantiasa mendampingi
ibu dengan menjadi pendengar yang baik, memberikan infromasi tentang kemajuan
persalinan, memotivasi ibu dengan setiap rangsangan sehingga semua upaya yang dilakukan
semata-mata memberikan suasan dan rasa nyaman ibu saat persalinan. Padakala 3 (tiga)
petugas memfasilitasi ibu untuk memeluk bayinya, mengabarkan setiap perkembangan
persalinan dan serta senaniata memantau kondisi ibu apakah dalam keadaan normal atau
perlu pelayanan rujuk lanjut.
Kala terakhir dalam asuhan sayang ibu adalah kala 4 (empat) dimana pada fase ini
petugas terus memantau tanda-tanda vital kondisi ibu, memberikan edukasi dan konseling
kepada ibu dalam perawatan diri dan bayi pasca persalinan, pemenuhan nutrisi ibu. Sehingga
semua fase ini dilakukan oleh Petugas dan terus diberikan pendampingan hingga proses
persalinan telah selesai secara menyeluruh. Banyak faktor yang melatar belakangi asuhan
sayang ibu ini berjalan dengan baik salah satunya dikarenakan tenaga kesehatannya sudah
professional dan mengerti dengan tugasnya, pelaksanaan asuhan sayang ibu baik di lihat dari
cara berbicara dengan responden dan dalam menangani persalinan tidak kasar,ramah dan
bersahabat.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam persalinan ibu haruslah beradaptasi dengan perubahan yang teriadi baik
fisiologis maupun psikologis. Dalam kunjungan antenatal sendiri bidan haruslah
memberikan informasi tersebut kepada ibu, apa saja perubahan yang terjadi baik
normal maupun tidak, serta kemungkinan apa yang akan terjadi pada ibu pada saat
bersalin. Hal ini ditujukan agar ibu siap untuk bersalin sehingga perubahan-perubahan
yang terjadi baik secara fisiologis maupun psikilogis tidak mempengaruhi jalanya
persalinan. Sejumlah perubahan-perubahan fisiologis yang normal akan terjadi selama
persalinan. Untuk itu, perlu diketahui perubahan-perubahan yang dapat dilihat secara
klinis bertujuan untuk dapat secara tepat dan cepat mengintepretasikan tanda-tanda,
gejala tertentu dan penemuan perubahan fisik dan laboratorium apakah normal atau
tidak selama persalinan.
Perubahan fisiologis terjadi pada tekanan darah, metabolisme, suhu badan,
denyut jantung, pernafasan, hematologi, uterus, serviks dan kardiovaskular.
Perubahan psikologis merupakan masalah yang kompleks, yang memerlukan adaptasi
terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses persalinan yang sedang terjadi.
Dukungan psikologik dan perhatian akan memberikan dampak terhadap pola
kehidupan sosial (keharmonisan, penghargaan, pengorbanan, kasih sayang dan
empati) dapat mengurangi gangguan psikologik yang terjadi. Dalam kedua perubahan
ini sangatlah saling berhubungan, maka dari itu bidan harus mengerti adaptasi apa
saja yang akan dialami oleh ibu selama persalinan agar faktor penyulit persalinan
tidak timbul
3.2 Saran
Tentunya para penulis telah menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
diatas masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu para
17
penulis akan terus belajar dalam menyusun makalah agar dapat menghasilkan
makalah yang baik dan benar untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti IP. (2014). Buku Ajar: Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ibu Bersalin dan
Rukiah AY, dkk. (2009). Asuhan Kebidanan Il Persalinan. Jakarta: CV. Trans Info Medika.
Sulistyawati A, Nugraheny E . 2010 . Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta Salemba
Medika.
Wahidah, Nurul Jannatul. 2017. Buku Modul Pengantar Asuhan Kebidanan Persalinan
18