Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN

ADAPTASI FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS PERSALINAN SERTA


KONDISI PSIKOLOGIS IBU BERSALIN
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH ASUHAN
KEBIDANAN PADA PERSALINAN DAN BBL

DOSEN PEMBIMBING : Novita Rina Antarsih, SST, M. Keb

Dewi Feronica NIM : P3.73.24.1.18.015


Frana Ningrum NIM : P3.73.24.1.18.021
Indi Yulia Safitri NIM : P3.73.24.1.18.025
Mukhnur Radiatul Adawiyah NIM : P3.73.24.1.18.028
Putri Dwiyanti NIM : P3.73.24.1.18.033
Ramadhani Mustofani NIM: P3.73.24.1.18.035
Septia Ningsih NIM : P3.73.24.1.18.037

JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D IV PROFESI BIDAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan merupakan proses alamiah, yakni merupakan serangakaian
kejadianyang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup culan atau hampir cukup
bulan. Serangkaian proses persalinan yang normal dapat menimbulkan adanya
adaptasi fisiologi pada ibu bersalin. Setiap kala persalinan, pasti mengalami
adaptasi/perubahan.
Selain adaptasi fisiologis, terdapat perubahan/adaptasi psikologis ibu. Adaptasi
psikologis akan meningkat pada saat ibu trimester III kehamilan. Pada masa menjelang
persalinan kondisi psikologis ibu ini akan mempengaruhi janin serta berlangsungnya
persalinan nanti. Banyak wanita normal bisa merasakan kegairahan dan kegembiraan
disaat –saat merasakan kesakitan-kesakitan pertama menjelang kelahiran bayinya.
Kehamilan, persalinan dan menjadi seorang ibu merupakan peristiwa dan
pengalaman penting dalam kehidupan seorang wanita. Kehamilan dan persalinan
merupakan suatu masa transisi yang dapat menyebabkan berbagai perubahan pada
psikologi ibu. Dalam hal ini dimana keadaan psikologis ibu yang buruk dapat
mempengaruhi proses persalinan dan dapat mengakibatkan partus lama yang berujung
pada tindakan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah adapatasi fisiologi saat persalinan yang dialami ibu?
2. Apakah adaptasi psikologi saat persalinan yang dialami ibu?
3. Bagaimankah kondisi psikologi ibu?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui adaptasi fisiologi persalinan.
2. Mengetahui adaptasi psikologi persalinan.
3. Mengetahui kondisi psikologi persalinan.
BAB II

ISI

A. Adaptasi Fisiologis Persalinan


1. Kala I
1. Uterus
Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus melebar sampai ke bawah
abdomen dengan dominasi tarikan ke arah fundus (fundal dominan). Kontraksi
uterus berakhir dengan masa yang terpanjang dan sangat kuat pada fundus. Dan
berikut adalah perubahan kapasitas uterus saat persalinan.

2. Serviks
Serviks pada saat persalinan akan menipis.
1. Penipisan Serviks (Effacement)
Kontraksi yang terus bertambah megalami perubahan bentuk serviks
menjadi lebih tipis. Dikarenakan sifat fundal domunan yang seolah-olah
serviks tertarik ke atas dan lama kelamaan menjadi tipis. Batas antara segmen
atas dan bawah rahim ( retraction ring ) yang mengarah ke atas sehingga
seolah-olah batas letaknya bergeser keatas. Dengan mulainya persalinan
maka panjang serviks juga berkurang sampai menjadi pendek. Serviks
menjadi sangat tipis disebut “ menipis penuh “ .
( Gambar penipisan serviks pada saat proses persalinan ).
2. Dilatasi
Proses selanjutnya dari effacement. Ketika serviks sudah sampai
menipis penuh maka selanjutnya pembukaan. Serviks yang membuka
disebabkan daya tarikan otot uterus ke atas secara terus – menerus saat
berkonstruksi. Proses ini dibagi 2 fase :
- Fase laten , dimulai dari awal kontraksi sampai pembukaan 3 cm.
- Fase aktif , fase cepat mulai dari pembukaan 4 cm sampai pembukaan
penuh. Ada subfase dalam fase aktif yaitu akselerasi, dilatasi maksimal,
deselerasi.
Tahapan diatas dialami perempuan primigravida, lebih lama sampai 13
jam, sedangkan multigravida kira-kira 7 jam. Pada primigravida lebih lama
dikarenakan ostium uteri internium akan membuka lebih dahulu sehingga
serviks mendatar dan menipis, kmudia membuka ostium uteri eksternum.
Pada multigravida ostium uteri internum dan ostium uteri eksternum sudah
membuka sedikit sehingga terbuka bersamaan dengan penipisan pendaratan
serviks.
3. Ketuban
Ketuban akan pecah ketika sudah pembukaan hampir atau sudah
lengkap. Bila ketuban pecah sebelum pembukaan 5 cm disebut ketuban
pecah dini (KPD). Ini merupakan komplikasi yang banyak terjadi.

4. Tekanan Darah
a. TD akan meningkat selama kontraksi, peningkatan sistol rata-rata 15-20
mmHg dan diastole rata-rata 5-10 mmHg.
b. Pada waktu diantara kontraksi, tekanan darah ibu bias kembali ke
tekanan darah tingkat sebelum persalinan. Pastikan untuk cek tekanan
darah selama interval kontraksi.
c. Perubahan tekanan darah selama persalinan bias dihindari dengan
memposisikan ibu dari posisi telentang ke posisi miring.
d. Nyeri, takut, khawatir bisa meningkatkan tekanan darah. Bukan pre-
eklamsia.
e. Tetapi selalu siapkan kemungkinan pre-eklamsi, berikan perawatan , dan
obat-obatan penunjang untuk merelaksasikan pasien sebelum menegakan
diagnosis akhir, jika pre-eklamsi tidak terbukti.

5. Metabolisme
Selama persalinan , metabolism aerob dan anaerob meningkat dengan
kecepatan tetap. Karena efek kecemasan dan aktivitas otot rangka.
Peningkatan metabolic lain seperti peningkatan suhu tubuh, denyut nadi,
pernapasan, surah jantung, dan cairan yang hilang.
6. Suhu tubuh
Suhu tubuh akan meningkat selama persalinan , dan turun setelah
0
melahirkan. Peningkatan sekitar 0,5 – 1 C dianggap normal. Persalinan
yang lama dan ketuban pecah dini bisa menyebabkan peningkatan suhu yang
lebih tinggi, maka perlu untuk memantau dengan parameter untuk
menghindari dehidrasi.

7. Detak Jantung
a. Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama
fase peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai frekuensi yang
lebih rendah daripada frekuensi diantara kontraksi, dan peningkatan selama
fase penurunan hingga mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi.
b. Penurunan yang mencolok selama puncak kontraksi uterus tidak terjadi jika
wanita berada pada posisi miring bukan telentang.
c. Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih tinggi di banding
selama periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan
metabolisme yang terjadi selama persalinan.
d. Sedikit peningkatan denyut jantung dianggap normal, maka diperlukan
pengecekan parameter lain untuk menyingkirkan kemungkinan proses
infeksi.

8. Pernapasan
Peningakatan sedikit frekuensi pernapasan normal karena adanya
peningkatan metabolism. Hiperventilasi yang memanjang adalah abnormal
dan dapat menyebabkan alkalosis. Amati pernapasan dan kendalikan hindari
hiperentilasi yang ditandai dengan kesemutan dan pusing.

9. Perubahan Renal
a. Poliuri sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat diakibatkan
karena peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan
kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal.
Poliuri menjadi kurang jelas pada kondisi telentang karena posisi ini
membuat aliran urin berkurang selama kehamilan.
b. Kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap 2 jam) untuk mengetahui
adanya distensi, juga harus dikosongkan untuk mencegah obstruksi
persalinan akibat kandung kemih yang penuh. Yang akan mencegah
penurunan bagian presentasi janin, dan trauma pada kandung kemih akibat
penekanan yang lama, yang akan menyebabkan hipotonia kandung kemih
dan retensi urin selama periode pascapersalinan.
c. Sedikit proteinuria (+1) umum ditemukan pada sepertiga sampai setengah
jumlah ibu bersalin. Lebih sering terjadi pada primipara, pasien yang
mengalami anemia, atau yang persalinannya lama.
d. Proteinuria yang nilainya +2 atau lebih adalah data yang abnormal. Hal ini
mengindikasikan pre-eklampsi.

10. Gastrointestinal
Selama persalinan motilitas dan absorpsi lambung maanan padat
berkurang, apabila ditambah dengan kondisi sekresi asam lambung yang
berkurang , sementara pencernaan di lambung tetap seperti biasa yang
menyebabkan waktu pengosongan lambung menjadi lebih lambat. Kondisi ini
mengakibatkan keadaan ketidaknyamanan selama masa transisi. Maka untuk
menghindari kondisi mual, muntah yang umum terjadi pada masa transisi , ibu
yang tidak dianjurkan untuk makan dan minum dalam porsi besar.

11. Hematologi
Haemoglobin meningkat rata-rata 1,2 mg% selama persalinan dan
kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama pascapersalinan jika
tidak ada kehilangan darah yang abnormal. Jangan terburu-buru yakin bahwa
seorang pasien tidak anemia. Tes darah yang menunjukkan kadar darah berada
dalam batas normal membuat kita terkecoh sehingga mengabaikan
peningkatan resiko pada pasien anemia selama masa persalinan. Selama
persalinan, waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan
fibrinogen plasma lebih lanjut. Perubahan ini menurunkan resiko perdarahan
pascapersalinan pada pasien normal. Hitung sel darah putih secara progresif
meningkat selama kala I sebesar kurang lebih 5 ribu/ul hinggaa jumlah rata-
rata 15ribu/ul pada saat pembukaan lengkap, tidak ada peningkatan lebih
lanjut setelah ini. Peningkatan hitung sel darah putih tidak selalu
mengindikasikan proses infeksi ketika jumlah ini dicapai. Apabila jumlahnya
jauh di atas nilai ini, cek parameter lain untuk mengetahui adanya proses
infeksi. Gula darah menurun selama proses persalinan, dan menurun drastis
pada persalinan yang alami dan sulit. Hal tersebut kemungknan besar terjadi
akibat peningkatan aktivitas otot uterus dan rangka. Penggunaan uji
laboratorium untuk menapis seorang pasien terhadap kemungkinan diabetes
selama masa persalinan akan menghasilkan data yang tidak akurat dan tidak
dapat dipercaya ( Sulistiyowati ).

Menurut penelitian cara untuk mengurangi rasa nyeri persalinan adalah


dengan memberikan asuhan sayang ibu seperti Massage Counter Pressure
yaitu tekanan yang menetap yang diberikan oleh seorang dengan menekankan
kepalan atau bagian bawah telapak tangan ke daerah sacral. Teknik ini
membantu nyeri punggung disebabkan tekanan oksipital terhadap saraf tulang
belakang ketika kepala bayi berada di posisi posterior. Teknik ini untuk
memberikan adaptasi nyeri persalinan kala I pada ibu bersalin. Saat kontraksi
dating seluruh indra akan memberikan interaksi yang akan menyebabkan nyeri
pada ibu, dengan melakukan massage pada bagian spinal akan menghambat
gerbang nyeri yang akan dihantarkan menuju medulla spinalis dan otak,
tekanan pada teknik ini akan mengaktifkan senyawa endrophine yang berada
di sinaps sel-sel saraf tulang belakang dan otak, sehingga transmisi dari pesan
nyeri dapat dihambat dan mengurangi nyeri ( Nadia dan Endarti, 2016).

2. Kala II
Kala II pada persalinan merupakan pengeluaran mulai dari serviks telah
membuka lengkap dan berlanjut pada saat bayi lahir. Pada kala II ini kontraksi yang
dirasakan oleh ibu semakin kuat dan semakin cepat yaitu sekitar 2 menit sekali
dengan durasi kurang lebih >40 detik dan kontraksi akan semakin kuat (Rukiah AY,
2009).
Pada umunya pada tahap kala II kepala janin sudah memasuki ruang panggul
ibu sehingga menimbulkan rasa ingin mengejan. Ibu akan merasakan seperti ingin
bauang air besar (BAB) (Sulistiyawati A, 2010). Berikut ini merupakan perubahan-
perubahan fisiologi yang terjadi pada kala II yaitu sebagi berikut (Damayanti, 2014) :
1) Serviks
Serviks mengalami pembukaan lalu akan terjadi pembesaran ostium eksternum
dari berupa lubang dengan ukuran milimeter sampai dengan menjadi sebesar
lubang yang dapat dilalui oleh bayi (kurang lebih 10cm).

2) Uterus
Ketika his datang maka uterus akan terasa sangat keras, hal ini dikarenakan otot
uterus berkontraksi, dimana otot fundus menarik otot bawah Rahim keatas yang
menyebabkan serviks terbuka dan janin terdorong ke bawah secara alami.

3) Pergeseran Organ Dasar Panggul


Otot dasar panggul mengalami tekanan dikarenakan oleh kepala janin, hal ini
yang menyebabkan ibu merasakan ingin mengejan diikuti dengan perenium
yang menonjol dan lebar. Labia mulai membuka dan kepala janin akan mulai
terlihat pada vulva saat his datang.

4) Ekspulsi Janin
Dengan adanya his yang sangat kuat dan diikuti dengan ibu yang ingin
mengejan maka akan lahir janin dengan suboksiput di bawah simfisis diikuti
oleh dahi, muka dan dagu. Lalu his akan datang lagi setelah periode relaksasi
untuk mengeluarkan badan dan anggota tubuh janin lainnya.

5) System Kardiovaskuler

Ketika ibu mengalami kontraksi maka aliran darah yang menuju uterus akan
turun sehingga jumlah darah dalam sirkulasi ibu meningkat. Ketika kontraksi
tekanan darah sistolik meningkat kurang lebi 15mmHg. Begitupun dengan
usaha mengejan ibu yang dapat menyebabkan tekanan darah meningkat.
Oksigen juga dapat menurun selama kontraksi terjadi.

6) Pengaturan Suhu
Dikarenakan peningkatan aktivitas otot menyebabkan suhu tubuh mengalami
sedikit kenaikan. Normalnya peningkatan terjadi 0,5-1 derajat Celsius.
7) Urinaria
Dikarenakan penekanan kepala janin menyebabkan tonus vesical kandung
kemih mengalami penurunan.

8) Sistem Saraf
Kontraksi yang terjadi menyebabkan kepala janin mengalami penekanan
sehingga denyut jantung janin menurun.

9) Denyut Nadi
Pada umumnya frekuensi nadi akan meningkat selama kala II yang disertai
takikardi menjelang kelahiran janin.

3. Kala III

Kala III dimulai setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang tidak boleh
lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus harus teraba keras dan fundus uteri agak
diatas pusat beberapa menit kemudian berkontraksi lagi dan mengeluakan plasenta
dari dindingnya. Biasanya dalam waktu 6 – 15 menit dengan spontan atau dengan
tekanan fundus uteri, disertai dengan pengeluaran darah. Pengeluran plasenta karena
pengerutan akibat pengosongan kavum uteri dan kontraksi lanjutan dan plasenta
keluar akibat dorongan pengumpulan darah pada ruang utero-plasenter .

Miometrium berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah


lahirnya bayi. Akibat dari penyusutan ukuran ini membuat ruang pelekatan plasenta
semakin berkurang. Dan keluar melalui jalan lahir (Wahidah, 2017).

4. Kala IV
1) Tanda Vital
Dua jam pertama setelah persalinan, tekanan darah, nadi dan pernapasan akan
kembali normal. Suhu ibu akan sedikit mengalami peningkatan (masih dibawah
38 derajat celcius) dikarenakan ibu mengalami kekurangan cairan dan Lelah.
2) Sistem Gastrointestinal
Setelah persalinan ibu akan merasa haus maka sangat penting untuk mencegah
dehidrasi.

3) Sistem Renal
Kurang lebih selama 2 sampai dengan 4 jam setelah persalinan kandung kemih
dalam keadaan penuh dan mengalami pembesaran karena kandung kemih masih
dalam keadaan hipotonik.

4) Serviks
Perubahan serviks terjadi setelah bayi lahir, bentuk serviks akan seperti corong
sedikit menganga.

5) Perenium
Setelah melahirkan, perenium akan kendur.

6) Vulva dan Vagina


Vulva dan vagina akan mengalami peregangan yang sangat besar selam proses
melahirkan dan dalam beberapa hari pertama akan dalam keadaan kendur, setelah
3 minggu akan Kembali normal.

7) Pengeluaran ASI
Dengan menurunnya hormone esterogen, progesterone dan Human Placenta
Lacctogen Hormon setelah plasenta lahir maka prolactin dapat berfungsi
membentuk ASI dan mengeluarkannya ke dalam alveoli bahkan sampi ductis
kelenjar ASI. Isapan pertama bayi akan menyebabkan reflex yang dapat
membantu memproduksi ASI.
(Kementerian Kesehatan, 2016).
B. Adaptasi Psikologis Persalinan

Adaptasi psikologis akan meningkat pada saat ibu trimester III kehamilan.
Pada masa menjelang persalinan kondisi psikologis ibu ini akan mempengaruhi janin
serta berlangsungnya persalinan nanti. Banyak wanita normal bisa merasakan
kegairahan dan kegembiraan disaat –saat merasakan kesakitan-kesakitan pertama
menjelang kelahiran bayinya. Perasaan positif ini berupa kelegaan hati, seolah-olah
pada saat itulah benarbenar terjadi suatu “realitas kewanitaan” sejati: yaitu munculnya
rasa bangga melahirkan anaknya. Khususnya rasa lega itu berlangsung ketika proses
persalinan dimulai, mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan
yang semula diangggap sebagai suatu keaddan yang belum pati, ibu kini benar-benar
akan menalami kejadian yang konkret (Wahidah, 2017).

Psikologi ibu bersalin dipengaruhi pada saat kehamilanya apabila calon ibu
dapat beradaptasi dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada saat
kehamilan, baik terhadap perubahan tubuh ataupun peran yang akan terjadi nantinya
maka calon ibu tidak akan mengalami gangguan - gangguan psikologi (Pramukti,
2009).

Fenomena perubahan psikologis yang menyertai proses persalinan bermacam –


macam yakni

a. Perubahan Psikologis kala I

Pada setiap tahap persalinan, pasien akan mengalami perubahan psikologis


dan perilaku yang cukup spesifik sebagai respon dari apa yang ia rasakan dari proses
persalinannya. Berbagai perubahan ini dapat digunakan untuk mengevaluasi
kemajuan persalinan pada pasien dan bagaiaman ia mengatasi tuntutan terhadap
dirinya yang muncul dari persalinan dan lingkungan tempat ia bersalin (Wahidah,
2017).

1. Kecemasan dan ketakutan pada dosa-dosa atau kesalahan-kesalahan sendiri.


Ketakutan tersebut berupa rasa takut jika bayi yang yang akan dilahirkan dalam
keadaan cacat, serta takhayul lain. Walaupun pada jaman ini kepercayaan pada
ketakutan-ketakutan gaib selama proses reproduksi sudah sangat berkurang sebab
secara biologis, anatomis, dan fisiologis kesulitan-kesulitan pada peristiwa partus bisa
dijelaskan dengan alasan-alasan patologis atau sebab abnormalitas (keluarbiasaan).
Tetapi masih ada perempuan yang diliputi rasa ketakutan akan takhayul.

2. Timbulnya rasa tegang, takut, kesakitan, kecemasan dan konflik batin. Hal
ini disebabkan oleh semakin membesarnya janin dalam kandungan yang dapat
mengakibatkan calon ibu mudah capek, tidak nyaman badan, dan tidak bisa tidur
nyenyak, sering kesulitan bernafas dan macam-macam beban jasmaniah lainnya
diwaktu kehamilannya.

3. Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman dan selalu kegerahan serta tidak
sabaran sehingga harmoni antara ibu dan janin yang dikandungnya menjadi
terganggu. Ini disebabkan karena kepala bayi sudah memasuki panggul dan timbulnya
kontraksi pada rahim sehingga bayi yang semula diharapkan dan dicintai secara
psikologis selama berbulan-bulan itu kini dirasakan sebagai beban yang amat berat.

4. Ketakutan menghadapi kesulitan dan resiko bahaya melahirkan bayi yang


merupakan hambatan dalam proses persalinan :

a. Adanya rasa takut dan gelisah terjadi dalam waktu singkat dan tanpa sebab
sebab yang jelas

b. Ada keluhan sesak nafas atau rasa tercekik, jantung berdebar-debar

c. Takut mati atau merasa tidak dapat tertolong saat persalinan

d. Muka pucat, pandangan liar, pernafasan pendek, cepat dan takikardi

e. Adanya harapan harapan mengenai jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan.
Relasi ibu dengan calon anaknya terpecah, sehingga popularitas AKU-KAMU (aku
sebagai pribadi ibu dan kamu sebagai bayi) menjadi semakin jelas. Timbulah dualitas
perasaan yaitu:

1. Harapan cinta kasih

2. Impuls bermusuhan dan kebencian

f. Sikap bermusuhan terhadap bayinya yaitu

1. Keinginan untuk memiliki janin yang unggul

2. Cemas kalau bayinya tidak aman di luar rahim


3. Belum mampu bertanggung jawab sebagai seorang ibu

g. Kegelisahan dan ketakutan menjelang kelahiran bayi:

1. Takut mati

2. Trauma kelahiran

3. Perasaan bersalah

4. Ketakutan riil

b. Perubahan psikologis kala II

Menurut Wahidah (2017) dan Supriatiningsih (2015) pada masa persalinan


seorang wanita ada yang tenang dan bangga akan kelahiran bayinya, tapi ada juga
yang merasa takut. Adapun perubahan psikologis yang terjadi adalah sebagai berikut:

a. Panik, takut, dan terkejut dengan apa yang terjadi pada saat pembukaan
lengkap

b. Bingung dengan adanya apa yang terjadi pada saat pembukaan lengkap

c. Frustasi dan marah (emotional stress)

d. Tidak memperdulikan apa saja dan siapa saja yang ada di kamar bersalin

e. Rasa lelah dan sulit mengikuti perintah

f. Fokus pada dirinya sendiri

g. Kultur (respon terhadap nyeri, posisi, pilihan kerabat yang mendampingi,


perbedaan kultur juga harus diperhatikan)

c. Perubahan psikologi kala III dan IV

Menurut Wahidah (2017) sesaat setelah bayi lahir hingga 2 jam persalinan,
perubahan – perubahan psikologis ibu juga masih sangat terlihat karena kehadiran
buah hati baru dalam hidupnya. Adapun perubahan psikologis ibu bersalin yang
tampak pada kala III dan IV ini adalah sebagai berikut:
a. Bahagia Karena saat – saat yang telah lama di tunggu akhirnya datang juga
yaitu kelahiran bayinya dan ia merasa bahagia karena merasa sudah menjadi wanita
yang sempurna (bisa melahirkan, memberikanan anak untuk suami dan memberikan
anggota keluarga yang baru), bahagia karena bisa melihat anaknya.

b. Cemas dan Takut Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat
persalinan karena persalinan di anggap sebagai suatu keadaan antara hidup dan mati

 Cemas dan takut karena pengalaman yang lalu.


 takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya

C. Kondisi Psikologis Pada Ibu Bersalin

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara dapat kita lihat
dari Angka Kematian Ibu (AKI), yang dipengaruhi oleh status kesehatan secara
umum, pendidikan dan pelayanan kesehatan selama kehamilan dan melahirkan. Fase
persalinan merupakan fase yang sangat beresiko bagi keselamatan ibu dan bayi.
Resiko diantaranya adalah perdarahan, eklampsia, partus lama, infeksi, abortus,
penyakit jantung, dan lain-lain. (Hayati dkk 2017)

Kehamilan, persalinan dan menjadi seorang ibu merupakan peristiwa dan


pengalaman penting dalam kehidupan seorang wanita. Kehamilan dan persalinan
merupakan suatu masa transisi yang dapat menyebabkan berbagai perubahan pada
psikologi ibu. Dalam hal ini dimana keadaan psikologis ibu yang buruk dapat
mempengaruhi proses persalinan dan dapat mengakibatkan partus lama yang berujung
pada tindakan. (Fauziandari 2018)

Pengalaman melahirkan itu merupakan peristiwa kompleks dan subyektif.


Beberapa faktor mempengaruhi persepsi seorang wanita tentang persalinan yang akan
membuat setiap pengalaman menjadi unik dan berbeda-beda. Namun menurut sebuah
pertemuan, nyeri persalinan berperingkat tinggi pada skala peringkat nyeri apabila
dibandingkan dengan pengalaman hidup menyakitkan lainnya atau dibandingkan
dengan tingkat kesakitan lainnya. Pola nyeri persalinan berbeda antara wanita
nulipara dan multipara, bahwa skor nyeri pada nulipara lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita multipara terutama jika belum ada pendidikan antenatal selama
kehamilan. (Labor & Maguire 2018)

Fenomena yang berkembang sampai saat ini, masih banyak petugas kesehatan
baik dokter, bidan, maupun perawat kebanyakan hanya memperhatikan kondisi fisik
dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan kondisi psikis dari ibu dalam menjelang
persalinan dan selama persalinan. Padahal antara fisik, psikologi, dan sosial tidak bisa
dipisahkan dan saling berkesinambungan. Kondisi yang tidak diperhatikan ini dapat
memicu terjadinya kecemasan dan rasa takut pada ibu yang sedang melahirkan.
(Hayati 2017)

Faktor psikologis yang berpengaruh pada terjadinya partus lama adalah


ketakutan dan kecemasan ibu yang tidak teratasi selama melahirkan. 65% kejadian
partus lama disebabkan karena kontraksi uterus yang tidak efisien atau bahkan tidak
teratur sebagai respon terhadap kecemasan sehingga menghambat aktivitas uterus
dalam proses persalinan.(Hayati 2017)

Perbedaan waktu persalinan yang dapat terjadi antara wanita yang mengalami
ketakutan dengan yang tidak mengalami ketakutan adalah 1 jam 32 menit. Nyeri
persalinan merupakan suatu peristiwa yang komplek dan subyektif, merupakan
interaksi antara faktor fisiologis, psikologis, lingkungan dan budaya serta respon
terhadap stimulus persalinan. (Hayati 2017)

Nyeri pada persalinan disebabkan oleh kontraksi rahim, tekanan pada serviks
yang menyebabkan dilatasi serviks, tekanan pada vagina, perineum, iskemia, dan
luka. (Labor & Maguire)

Kecemasan yang tidak teratasi juga diprediksi berdampak pada terjadinya


nyeri selama melahirkan yang akan mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi.
Sebaliknya nyeri selama melahirkan juga menyebabkan timbulnya kecemasan,
sehingga antara stres, kecemasan, ketakutan dan nyeri merupakan siklus yang
berkesinambungan. (Hayati 2017)

a. Hubungan antara Tingkat Kecemasan dengan Lama Persalinan


Tingkat kecemasan ibu bersalin akan mempengaruhi lamanya waktu
persalinan, karena perasaan cemas yang dialami oleh ibu selama persalinan dapat
merangsang hipotalamus sebagai sistem pusat yang mengatur emosional. Hipotalamus
akan merangsang kerja sistem saraf simpatis dan sistem hormonal sehingga terjadi
vasokontriksi pada organ dan jaringan, termasuk pada uterus, akibatnya asupan darah
ke uterus berkurang sehingga oksigen dan nutrisi ke jaringan dan sel otot uterus tidak
adekuat. Hal ini akan mengganggu metabolisme sel otot uterus sehingga energi yang
dihasilkannya pun berkurang yang pada akhirnya menyebabkan gangguan pada
kontraksi uterus. Jika kontraksi uterus terganggu, maka persalinan akan berlangsung
lebih lama. (Hayati 2017)

Kecemasan mempunyai reaksi neurofisiologis yaitu memacu pengeluaran


adrenalin. Adrenalin akan memberi pengaruh vasokontriksi pembuluh darah uterus
sehingga vaskularisasi berkurang yang berakibat berkurangnya kekuatan kontraksi
otot rahim. (Hayati 2017)

Efek dari kecemasan dalam persalinan dapat mengakibatkan kadar


katekolamin yang berlebihan pada Kala 1 menyebabkan turunnya aliran darah ke
rahim, turunnya kontraksi rahim, turunnya aliran darah ke plasenta, turunnya oksigen
yang tersedia untuk janin serta dapat meningkatkan lamanya Persalinan Kala 1.
(Fauziandari 2018)

b. Hal yang dapat dilakukan oleh bidan, ibu, dan keluarga


1. Dukungan dari pendamping.
Dukungan yang membawa dampak positif adalah dukungan yang bersifat fisik
dan emosional. Dukungan tersebut meliputi beberapa aspek seperti menggosok
punggung ibu, memegang tangannya, mempertahankan kontak mata, ibu ditemani
oleh orang-orang yang ramah, dan ibu tidak menjalani proses persalinan sendirian
sehingga akan mengurangi rasa cemas pada ibu.
Sentuhan persalinan 56% lebih sedikit yang mengalami tindakan Seksio Sesarea,
pengurangan penggunaan anestesi epidural hingga 85%, 70 % lebih sedikit kelahiran
dibantu forceps, 61% penurunan dalam penggunaan oksitosin, durasi persalinan yang
lebih pendek 25% dan risiko komplikasi pada neonatus menurun 58%. (Hayati 2017).

2. Pengetahuan
Pengetahuan yang baik dan tepat yang dimiliki oleh ibu dan keluarga dalam
menghadapi persalinan merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk
mengurangi kecemasan terhadap proses persalinan. Pengetahuan ini, harus dicari dan
dimengerti saat sebelum persalinan atau saat ibu sedang mengandung. Dengan
pengetahuan, ibu bisa meyakinkan dirinya sendiri untuk tidak cemas berlebihan yang
akan membawa dampak negatif pada proses persalinan.

3. Kompetensi dan kesiapan Bidan/penolong persalinan.


Tenaga medis dan situasi tempat yang tidak bersahabat dapat mempengaruhi rasa
nyaman ibu untuk melahirkan. Tindakan untuk mengupayakan rasa nyaman dapat
berupa upaya menciptakan suasana yang nyaman dalam kamar bersalin, memberi
sentuhan, memberi penanganan nyeri tanpa obat dan yang paling penting berada di
sisi ibu. Cara kita berbicara pada ibu yang sedang menjalani persalinan juga harus
sangat diperhatikan.
Teori lingkungan terapetik meliputi psikologi lingkungan (efek psikososial
dari lingkungan), psychoneuroimmunology (efek lingkungan terhadap sistem imun);
neuroscience (bagaimana pemikiran arsitektur atau desain ruang) dapat
mempengaruhi kenyamanan ibu bersalin selama proses persalinannya. (Hayati 2017)
BAB IV

KESIMPULAN

Dalam persalinan ibu haruslah beradaptasi dengan perubahan yang terjadi baik
fisiologis maupun psikologis. Dalam kunjungan antenatal sendiri bidan haruslah memberikan
informasi tersebut kepada ibu, apasaja perubahan yang terjadi baik normal maupun tidak
serta kemungkinan apa yang akan terjadi pada ibu pada saat bersalin. Hal ini ditujukan agar
ibu siap untuk bersalin sehingga perubahan-perubahan yang terjadi baik secara fisiologis
maupun psikilogis tidak mempengaruhi jlanya persalinan. Sejumlah perubahan perubahan
fisiologis yang normal akan terjadi selama persalinan. Untuk itu, perlu diketahui perubahan-
perubahan yang dapat dilihat secara klinis bertujuan untuk dapat secara tepat dan cepat
mengintepretasikan tanda-tanda, gejala tertentu dan penemuan perubahan fisik dan
laboratorium apakah normal atau tidak selama persalinan.

Perubahan fisiologis terjadi pada tekanan darah, metabolisme, suhu badan, denyut
jantung, pernafasan, hematologi, uterus, serviks dan kardiovaskular. Perubahan psikologis
merupakan masalah yang kompleks, yang memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola
hidup dengan proses persalinan yang sedang terjadi. Dukungan psikologik dan perhatian akan
memberikan dampak terhadap pola kehidupan sosial (keharmonisan, penghargaan,
pengorbanan, kasih sayang dan empati) dapat mengurangi gangguan psikologik yang terjadi.
Dalam kedua perubahan ini sangatlah saling berhubungan, maka dari itu bidan harus
mengerti adaptasi apa saja yang akan dialami oleh ibu selama persalinan agar faktor penyulit
persalinan tidak timbul.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti IP. (2014). Buku Ajar: Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ibu Bersalin dan
Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Deepublish.

Fauziandari, Erma, Nur.2018. Dukungan Sosial Bidan dalam Pertolongan Persalinan

Hayati, Fatihatul,. Herman B, Rahmatina,. Agus, Meilinda. 2017. Perbedaan Tingkat


Kecemasan Ibu Bersalin di Puskesmas dengan di Bidan Praktik Mandiri dan Hubungannya
dengan Lama Persalinan

Kementerian Kesehatan. (2016). Buku Ajar: Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
lahir.

Kurniarum, A. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.

Labor, Simona,. Maguire, Simon. 2018. The pain of Labour.

Nadia dan Endarti, Ajeng Tias . 2016. Pengaruh Massage Counter-Pressure terhadap
adaptasi nyeri persalinan kala I dan kecepatan pembukaan pada ibu bersalin.

Pramukti, L. E. (2009). Adaptasi Psikososial Ibu Primigravida Dalam Menghadapi Persalinan


Di Rumah Bersalin Siti Zubaidah Kenteng Gamping, Sleman, Yogyakarta.

Rukiah AY, dkk. (2009). Asuhan Kebidanan II Persalinan. Jakarta: CV. Trans Info Medika.

Sulistyawati A, Nugraheny E . 2010 . Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta :


Salemba Medika.

Sulistyawati A, Nurgraheny E. (2010). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta:


Salemba Medika.

Supriatiningsih. (2015). Konsep Dasar Asuhan Ibu Pada Masa Persalinan.

Wahidah, N. J. (2017). Perubahan Fisiologi dan Psikologi Ibu.

Wahidah, Nurul Jannatul. 2017. Buku Modul Pengantar Asuhan Kebidanan Persalinan
(Perubahan Fisiologi dan Psikologi Ibu Bersalin). Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai