DISUSUN OLEH :
NOVIKA ANA LELY HARAHAP
PO71202210069
TAHUN 2021/2022
A. Definisi
Asuhan antenatal adalah suatu program terencana berupa observasi, edukasi, dan
penanganan medic pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan
persalinan yang aman dan memuaskan.
Asuhan antenatal adalah pengawasan terhadap kehamilan untuk mendapatkan
informasi mengenai kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini penuyakit yang
menyertai kehamilan, menegakkan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan
resiko kehamilan (resiko tinggi, resiko meragukan, resiko rendah). Asuhan antenatal
juga untuk mempersiapkan persalinan menuju kelahiran bayi yang baik (weel born
baby) dan kesehatan ibu yang baik (well health mother), mempersiapkan pemeliharaan
bayi dan laktasi, memfasilitasi pulihnya kesehatan ibu yang optimal pada saat akhir kala
nifas.
B. Tujuan
Menurut buku Maternal dan Neonatal, (Saifudin Abdul Bari, 2002:67),
tujuan Ante Natal Care (ANC) adalah:
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan
bayi.
3. Mengenali secara diri adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal
C. Proses kehamilan
a. Fertilisasi
Yaitu bertemunya sel telur dan sel sperma. Tempat bertemunya ovum dan
sperma paling sering adalah didaerag ampulla tuba. Sebelum keduanya
bertemu, maka akan terjadi 3 fase yaitu:
1. Tahap penembusan korona radiate: Dari 200 – 300 juta hanya 300 – 500
yang sampai di tuba fallopi yang bisa menembus korona radiata karena
sudah mengalami proses kapasitasi.
2. Penembusan zona pellusida: Spermatozoa lain ternyata bisa menempel
dizona pellusida, tetapi hanya satu terlihat mampu menembus oosit.
3. Tahap penyatuan oosit dan membran sel sperma: Setelah menyatu maka
akan dihasilkan zigot yang mempunyai kromosom diploid (44 autosom
dan 2 gonosom) dan terbentuk jenis kelamin baru (XX unutk wanita dan
XY untuk laki - laki)
b. Pembelahan
Setelah itu zigot akan membelah menjadi tingkat 2 sel (30 jam), 4 sel , 8 sel,
sampai dengan 16 sel disebut blastomer (3 hari) dan membentuk sebuah
gumpalan bersusun longgar. Setelah 3 hari sel – sel tersebut akan membelah
membentuk morula (4 hari). Saat morula masuk rongga rahim, cairan mulai
menembus zona pellusida masuk kedalam ruang antar sel yang ada di massa
sel dalam. Berangsur – angsur ruang antar sel menyatu dan akhirnya
terbentuklah sebuah rongga/blastokel sehingga disebut blastokista (4 – 5
hari). Sel bagian dalam disebut embrioblas dan sel diluar disebut trofoblas.
Zona pellusida akhirnya menghilang sehingga trofoblast bisa masuk
endometrium dan siap berimplantasi (5 – 6 hari) dalam bentuk blastokista
tingkat lanjut.
c. Nidasi / implantasi
Yaitu penanaman sel telur yang sudah dibuahi (pada stadium blastokista)
kedalam dinding uterus pada awal kehamilan. Biasanya terjadi pada pars
superior korpus uteri bagian anterior/posterior. Pada saat implantasi selaput
lendir rahim sedang berada pada fase sekretorik ( 2 – 3 hari setelah ovulasi).
Pada saat ini, kelenjar rahim dan pembuluh nadi menjadi berkelok – kelok.
Jaringan ini mengandung banyak cairan.
d. Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio
1. Masa pre embryonic: Berlangsung selama 2 minggu sesudah terjadinya
fertilisasi terjadi proses pembelahan sampai dengan nidasi. Kemudian
bagian inner cell mass akan membentuk 3 lapisan utama yaitu
ekstoderm, endoderm serta mesoderm.
2. Masa embryonic: Berlangsung sejak 2 – 6 minggu sistem utama didalam
tubuh telah ada didalam bentuk rudimenter. Jantung menonjol dari tubuh
dan mulai berdenyut. Seringkali disebut masa organogenesis/ masa
pembentukan organ.
3. Masa fetal: Berlangsung setelah 2 minggu ke-8 sampai dengan bayi lahir.
2. Rencana Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko tinggi terhadap
b/d mual muntah
Intervensi: Mengikuti diet yang dianjurkan dan Mengkonsumsi suplemen zat
besi/vitamin sesuai resep.
Rencana Tindakan:
1) Tentukan keadekuatan kebiasaan asupan nutrisi dulu atau sekarang dengan
menggunakan batasan 24 jam. Perhatikan kondisi rambut, kuku, dan kulit,
Rasional: Kesejahteraan janin/ibu tergantung pada nutrisi selama kehamilan
sebagaimana selama 2 tahun sebelum kehamilan
2) Dapatkan riwayat kesehatan: catat usia (khususnya kurang dari 17 tahun atau
lebih dari 35 tahun),
Rasional: Remaja dapat cenderung malnutrisi/anemia dan klien lansia mungkin
cenderung obesitas/DM
3) Berikan informasi tertulis dan verbal yang tepat tentang diet, Rasional: Materi
referensi yang dapat dipelajari di rumah, meningkatkan kemungkinan klien
memilih diet seimbang
4) Timbang berat badan, pastikan berat badan pregravid biasanya, Rasional:
Ketidakadekuatan penambahan BB prenatal dan atau di bawah berat badan
normal masa kehamilan, meningkatkan resiko retardasi –pertumbuhan intraurine
(IUGR) pada janin dengan berat badan lahir rendah
5) Pantau kadar hemoglobin (Hb) / Ht, Rasional: Mengidentifikasi adanya anemia
dan potensial penurunan kapasitas pembawa oksigen ibu
b. Resiko kekurangan volume cairan f.r muntah
Tujuan: Klien mengkonsumsi cairan dengan jumlah yang sesuai setiap hari
Intervensi:
1) Auskultrasi denyut jantung janin
Rasional: Adanya denyut jantung memastikan adanya janin bukan mola hidatidosa
2) Tentukan frekuensi/beratnya mual atau muntah
Rasional: Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi. Peningkatan kadar
Hormon Gonadotropin Korionik (HCG), perubahan matabolisme karbohidrat dan
penurunan motilitas gastric memperberat mual dan muntah pada trisemester
pertama.
3) Tinjau ulang riwayat kemungkinan masalah medis lain. (Misalnya uklus,
peptikum, gastritis, kolesistisis)
Rasional: Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain. Untuk mengatasi
masalah khusus dalam mengidentifikasi intervensi
4) Kaji suhu dan turgor kulit, membran mukosa, TD, suhu, masukan haluaran dan
berat jenis urine.
Rasional: Indikator dalam membantu untuk mengevaluasi tingkat/kebutuhan
hidrasi
5) Anjurkan peningkatan masukan minuman bikarbonat makan enam kali sehari
dengan jumlah yang sedikit dan makanan tinggi karbohidrat
Rasional: membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan menurunkan
keasaman lambung.
c. Ansietas b/d adanya faktor-faktor resiko khusus, krisis situasi, ancaman pada
konsep diri, konflik disadari dan tidak disadari tentang nilai-nilai esensial dan
tujuan hidup, kurang informasi.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kecemasan
berkurang/hilang.
Intervensi:
1) Kaji, sifat, sumber dan manifestasi kecemasan.
Rasional: mengidentifikasi perhatian pada bagian khusus dan menentukan arah dan
kemungkinan pilihan/ intervensi.
2) Berikan informasi tentang penyimpangan genetic khusus, resiko yang dalam
reproduksi dan ketersediaan tindakan/pilihan diagnosa.
Rasional: dapat menghilangkan ansietas berkenaan dengan ketidaktahuan dan
membantu keluarga mengenai stress, membuat keputusan, dan beradaptasi secara
positif terhadap pilihan.
3) Kembangkan sikap berbagi rasa secara terus menerus.
Rasional: kesempatan bagi klien/pasangan untuk memuji pemecahan situasi.
Tingkat kecemasan biasanya lebih tinggi pada pasangan yang telah melahirkan
anak dengan penyimpangan kromosom.
4) Berikan bimbingan antisipasi dalam hal perubahan fisik/psikologis.
Rasional: dapat menghilangkan kecemasan/ depresi pada pasangan.
d. Kurang pengetahuan b/d kurang pemahaman terhadap kehamilan.
Tujuan: Klien menunjukkan perilaku perawatan diri sendiri
Intervensi:
1) Buat hubungan saling percaya antara perawat – klien
Rasional: Memberikan informasi dan meningkatkan hubungan saling percaya
2) Klarifikasi kesalah pahaman
Rasional: Ketakutan biasanya timbul dari kesalahpahaman informasi dan dapat
mengganggu pembelajaran selanjutnya.
3) Tentukan derajat motivasi untuk belajar
Rasional: Klien dapat mengalami kesulitan dalam belajar tersebut jelas.
4) Pertahankan sikap terbuka terhadap keyakinan pasangan
Rasional: Penerimaan penting untuk mengembangkan dan mempertahankan
hubungan.
5) Jelaskan rutinitas kunjungan kantor dan rasional dari intervensi
Rasional: Menguatkan hubungan antara pengkajian kesehatan dan hasil positif
ibu/bayi.
e. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d penekanan/pergeseran diafragma.
Tujuan: Klien melaporkan penurunan frekuensi/beratnya keluhan.
Tindakan:
1) Kaji status pernapasan
Rasional: Menentukan luas/beratnya masalah yang terjadi pada kira-kira 60 %
klien prenatal, meskipun kapasitas vital meningkat. Fungsi pernapasan diubah
saat kemampuan diafragma untuk turun pada inspirasi. Berkurang oleh
pembesaran ulkus.
2) Anjurkan sering istirahat
Rasional: Menurunkan kemungkinan gejala-gejala pernapasan yang disebabkan
kelebihan
3) Anjurkan menggunakan posisi semi fowler untuk duduk
Rasional: Pengubahan posisi tegak meningkatkan ekspansi paru.
4) Kaji Ht / Hb
Rasional: Peningkatan kadar plasma pada gestas minggu ke 24 – 32
mengencerkan kadar Hb. Mengakibatkan kemungkinan anemia dan menurunkan
kapasitas pembawa O2.
f. gangguan eliminasi urin b/d penekanan pada vesika urinaria.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan perubahan eliminasi
teratasi.
Intervensi:
1) Berikan informasi tentang perubahan perkemihan sehubungan dengan trimester
ketiga.
Rasional: membantu klien memahami alas an fisiologi dan frekuensi berkemih
dan/nokturia pembesaran uterus trimester ketiga menurunkan kapasitas kandung
kemih mengakibatkan sering berkemih.
2) Berikan informasi mengenaia perlunya masukan cairan 6 – 8 gelas sehari.
Rasional: mempertahankan tingkat cairan dan perfusi ginjal adekuat yang
mengurangi natrium diet untuk mempertahankan status isotonik.
3) Berikan informasi mengenai bahaya menggunakan diuretic dan penghilangan
natrium dan diet.
Rasional: kehilangan/pembatasan natrium dapat menekan regulator rennin-
angiotensin- aldosteron dan kadar cairan, mengakibatkan dehidrasi/hipovolemia
berat.
g. Gangguan pola tidur b/d stress psikologik, perubahan pola tingkat aktivitas,
sesak.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan gangguan pola tidur
teratasi.
Intervensi:
1) Tinjau ulang kebutuhan perubahan tidur normal berkenaan dengan kehamilan,
teruskan pola tidur saat ini.
Rasional: membantu mengidentifikasi kebutuhan menetapkan pola tidur yang
berbeda waktu tidur malam dan tidur siang lebih dini.
2) Perhatikan keluhan kesulitan bernapas karena posisi. Anjurkan tidur pada posisi
semi fowler.
Rasional: pada posisi rekumben, pembesaran uterus serta organ abdomen menekan
diafragma hingga membatasi ekspansi paru, penggunaan posisi semi fowler
memungkinkan diafragma menueun, membantu mengembangkan ekspansi paru
dengan optimal.
3) Kaji tingkat insomnia dan respons klien terhadap penurunan tidur, anjurkan alat
Bantu untuk tidur seperti teknik relaksasi, membaca, mandi air hangat, dan
penurunan aktivitas tepat sebelum beristirahat.
Rasional: ansietas yang berlebihan, kegembiraan, ketidaknyamanan fisik, nokturia,
dan aktivitas janin dapat mempersulit tidur.
h. Nyeri b/d perubahan fisik, pengaruh hormonal.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri berkurang.
Intervensi:
1) Kaji secara terus menerus ketidaknyamanan klien.
Rasional: data dasar terbaru untuk merencanakan perawatan.
2) Kaji status pernapasan klien.
Rasional: penurunan kapasitas pernapasan saat uterus menekan diafragma,
mengakibatkan dispnea khususnya pada multigravida, yang tidak mengalami
kelegaan dengan ikatan antara bayi dalam kandungannya.
3) Perhatikan adanya keluhan ketegangan pada punggung dan perubahan cara jalan.
Rasional: lordosis dan regangan otot disebabkan pengaruh hormone (relaxing-
progesteron) pada sambungan pelvis dan perpindahan pusat gravitasi sesuai
dengan pembesaran uterus.
i. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien dapat toleransi
dengan aktivitas.
Intervensi:
1) Tentukan siklus tidur bangun yang normal dan komitmen terhadap pekerjaan,
keluarga, komunitas dan diri sendiri.
Rasional: membantu menyusun prioritas yang realistic dan waktu untuk menguji
komitmen.
2) Anjurkan tidur siang 1 sampai 2 jam setiap hari.
Rasional: istirahat untuk memenuhi kebutuhan metabolic berkenaan dengan
pertumbuhan jaringan ibu/janin.
3) Pantau kadar Hb. Jelaskan peran zar besi dalam tubuh ; anjurkan mengkonsumsi
suplemen zat besi setiap hari, sesuai indikasi.
Rasional: kadar Hb rendah mengakibatkan kelelahan lebih besar karena penurunan
jumlah pembawa oksigen.
DAFTAR PUSTAKA