Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ANTENATAL CARE (ANC)

DISUSUN OLEH :
NOVIKA ANA LELY HARAHAP
PO71202210069

PRODI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

TAHUN 2021/2022
A. Definisi

Asuhan antenatal adalah suatu program terencana berupa observasi, edukasi, dan
penanganan medic pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan
persalinan yang aman dan memuaskan.
Asuhan antenatal adalah pengawasan terhadap kehamilan untuk mendapatkan
informasi mengenai kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini penuyakit yang
menyertai kehamilan, menegakkan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan
resiko kehamilan (resiko tinggi, resiko meragukan, resiko rendah). Asuhan antenatal
juga untuk mempersiapkan persalinan menuju kelahiran bayi yang baik (weel born
baby) dan kesehatan ibu yang baik (well health mother), mempersiapkan pemeliharaan
bayi dan laktasi, memfasilitasi pulihnya kesehatan ibu yang optimal pada saat akhir kala
nifas.

B. Tujuan
Menurut buku Maternal dan Neonatal, (Saifudin Abdul Bari, 2002:67),
tujuan Ante Natal Care (ANC) adalah:
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan
bayi.
3. Mengenali secara diri adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal
C. Proses kehamilan
a. Fertilisasi
Yaitu bertemunya sel telur dan sel sperma. Tempat bertemunya ovum dan
sperma paling sering adalah didaerag ampulla tuba. Sebelum keduanya
bertemu, maka akan terjadi 3 fase yaitu:
1. Tahap penembusan korona radiate: Dari 200 – 300 juta hanya 300 – 500
yang sampai di tuba fallopi yang bisa menembus korona radiata karena
sudah mengalami proses kapasitasi.
2. Penembusan zona pellusida: Spermatozoa lain ternyata bisa menempel
dizona pellusida, tetapi hanya satu terlihat mampu menembus oosit.
3. Tahap penyatuan oosit dan membran sel sperma: Setelah menyatu maka
akan dihasilkan zigot yang mempunyai kromosom diploid (44 autosom
dan 2 gonosom) dan terbentuk jenis kelamin baru (XX unutk wanita dan
XY untuk laki - laki)
b. Pembelahan
Setelah itu zigot akan membelah menjadi tingkat 2 sel (30 jam), 4 sel , 8 sel,
sampai dengan 16 sel disebut blastomer (3 hari) dan membentuk sebuah
gumpalan bersusun longgar. Setelah 3 hari sel – sel tersebut akan membelah
membentuk morula (4 hari). Saat morula masuk rongga rahim, cairan mulai
menembus zona pellusida masuk kedalam ruang antar sel yang ada di massa
sel dalam. Berangsur – angsur ruang antar sel menyatu dan akhirnya
terbentuklah sebuah  rongga/blastokel sehingga disebut blastokista (4 – 5
hari). Sel bagian dalam disebut embrioblas dan sel diluar disebut trofoblas.
Zona pellusida  akhirnya menghilang sehingga trofoblast bisa masuk
endometrium dan siap berimplantasi (5 – 6 hari) dalam bentuk blastokista
tingkat lanjut.
c. Nidasi / implantasi
Yaitu penanaman sel telur yang sudah dibuahi (pada stadium blastokista)
kedalam dinding uterus pada awal kehamilan. Biasanya terjadi pada pars
superior korpus uteri bagian anterior/posterior. Pada saat implantasi selaput
lendir rahim sedang berada pada fase sekretorik ( 2 – 3 hari setelah ovulasi).
Pada saat ini, kelenjar rahim dan pembuluh nadi menjadi berkelok – kelok.
Jaringan ini mengandung banyak cairan.
d. Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio
1. Masa pre embryonic: Berlangsung selama 2 minggu sesudah terjadinya
fertilisasi terjadi proses pembelahan sampai dengan nidasi. Kemudian
bagian inner cell mass akan membentuk 3 lapisan utama yaitu
ekstoderm, endoderm serta mesoderm.
2. Masa embryonic: Berlangsung sejak 2 – 6 minggu sistem utama didalam
tubuh telah ada didalam bentuk rudimenter. Jantung menonjol dari tubuh
dan mulai berdenyut. Seringkali disebut masa organogenesis/ masa
pembentukan organ.
3. Masa fetal: Berlangsung setelah 2 minggu ke-8 sampai dengan bayi lahir.

D. Perubahan fisiologis pada ibu hamil


1. Uterus
a. Ukuran: karena hipertropi dan hyperplasia otot polos rahim 30 x 25 x 20 cm
dengan kapasitas 400 cc (pada kelamin cukup bulan).
b. Berat: dari 30 gr – 1000 gr.
c. Bentuk dan konsistensi: bulan pertama seperti alpukat, usia 4 bulan
berbentuk bulat, akhir kehamilan berbentuk bujur telur.
d. Posisi: awal antefleksi/retrofleksi, 4 bulan berada pada rongga pelvis, akhir
rongga perut sampai hati.
e. Serviks: menjadi lunak yang disebut tanda “boodell”
2. Indung telur (Ovarium)
a. Ovulasi terhenti.
b. Masih terdapat korpus luteum gravidas sampai terbentuknya uri.
3. Vagina dan Vulva
a. Vagina dan vulva terlihat lebih merah dan kebiruan.
b. Warna lipid pada vagina dan portio serviks disebut “tanda Chadwick”,
hipervaskularisasi.
Perubahan yang terjadi juga terjadi pada organ dan sistem lainya, seperti:
1. Sistem Sirkulasi Darah
a. Volume darah: terjadi peningkatan pada volume darah dan plasma.
b. Protein darah: jumlah protein dan albumin menurun, pada trimester 1 secara
bertahap meningkat sampai akhir kehamilan.
c. Hitung jenis dan Hb: Ht menurun karena volume plasma darah eritrosit
meningkat untuk kebutuhan oksigen.
d. Nadi dan TD: TD menurun, nadi meningkat rata-rata 84x/menit.
e. Jantung: pompa jantung meningkat pada trimester 1 sampai menurun pada
minggu terakhir, EKG kadang memperlihatkan deviasi aksis ke kiri.
2. Sistem Pernafasan
a. Sesak dan napas pendek sampai usus tertekan ke arah diafragma akibat
pembesaran rahim.
b. Kapasitas vital paru meningkat.
c. Nafas dalam dan yang lebih menonjol pernafasan dada.
3. Sistem Pencernaan
a. Saliva meningkat, mual dan muntah.
b. Tonus otot saluran pencernaan menurun sehingga motilitas.
c. Muntah (emesis gravidarum) pada pagi hari (morning sickness).
4. Tulang dan Gigi
a. Sendi panggul terasa lebih longgar sampai ligament dan melunak.
b. Kalsium maternal pada tulang panjang menurun untuk memenuhi kebutuhan
kalsium janin.
5. Kulit
Terjadi hiperpigmentasi pada:
a. Muka: cloasma gravid.
b. Payudara: puting susu dan areola payudara.
c. Perut: linea nigra.
6. Kelenjar Endokrin
a. Kelenjar tiroid: dapat membesar sedikit.
b. Kelenjar hipofise: dapat membesar terutama lobus anterior.
c. Kelenjar adrenal: tidak satu berpengaruh (-).
7. Payudara
a. Payudara bertambah besar, tegang dan berat.
b. Dapat teraba noduli-noduli akibat hipertrofi kelenjar alveoli.
c. Bayangan vena lebih membiru.
d. Kalau diperas keluar kolostrum berwarna kuning.
8. Metabolisme
a. BMR meningkat 15 – 20% terutama trimester ketiga.
b. Kebutuhan protein meningkat untuk pertumbuhan fetus, payudara.
c. Sering haus, nafsu makan kuat, sering kencing.
d. Kolesterol meingkat karena somatotoropin membentuk lemak.
e. BB bumil meningkat 6,5 – 16 kg disebabkan oleh: janin, uri, air ketuban,
uterus, payudara, darah, lemak, protein, retensi urine.

E. Manifestasi Klinik Kehamilan


2. Tanda presumsi
a.  Subyektif:
 Amenorrhea: Dapat disebabkan oleh: gangguan endokrin, abnormalitas
sistem saraf, penyakit infeksi, anemia, obstruksi servikal, atau ketegangan
emosi
 Kelemahan/dan keletihan, dapat diakibatkan karena anemia atau infeksi.
 Mual dan muntah (morning sickness): Merupakan respon awal tubuh
terhadap tingginya kadar progesteron, dapat disebabkan karena gangguan
pada saluran cerna atau alergi. Terjadi antara minggu ke-2-6 dan
menghilang pada minggu ke-12.
 Perubahan payudara: Terasa penuh dan nyeri, hiperpigmentasi areola
mammae, perubahan nipple, sekresi kolostrum, pelebaran vena.
 Peningkatan sekresi berkemih: Kongesti darah pada organ-organ pelvik
meningkatkan sensitivitas jaringan, tekanan karena pembesaran uterus
menstimulasi saraf dan mentrigger keinginan untuk berkemih selama
hamil. Dapat pula disebabkan oleh penyakit infeksi saluran kencing,
trauma dan pertumbuhan tumor vesika urinaria.
 Perubahan mood: letih, pusing, sakit kepala.
 Leukorea Quickening: Sensasi adanya gerakan dapat dirasakan pada
minggu ke- 22 pada primipara dan minggu ke-20 pada multipara.
b. Obyektif (probabilitas)
 Perubahan fisiologi dan anatomi
 Peningkatan temperatur basal tubuh (basal body temperature)
 Perubahan kulit: Striae gravidarum dan pigmentasi (kloasma, linea nigra)
 Perubahan payudara
 Pembesaran abdomen
 Perubahan rahim dan vagina
3. Tanda kemungkinan hamil
Merupakan tanda-tanda yang dapat diobservasi oleh pemeriksa. Bila digabung
dengan tanda dan gejala presumsi, maka tanda kemungkinan memberi dugaan
kuat adanya kehamilan. Tandanya meliputi:
 Pembesaran Rahim
 Uterin shouffle adalah goyangan, desiran nadi yang terdengar di atas
uterus ibu hamil.
 Kontraksi Braxton Hicks
 Ballotement: pantulan yang terjadi ketika bayi pemeriksa mengetuk janin
yang mengapung dalam uterus, menyebabkan janin berenang menjauh dan
kemudian kemudian kembali ke posisinya semula.
 Hegar sign: melunaknya segmen bawah Rahim
 Goodell sign : melunaknya serviks.
 Test kehamilan positif.
4. Tanda positif kehamilan (absolut)
 Terlihat bentuk tubuh janin melalui USG dan rangka janin pada X-Ray
 Terdengar detak jantung janin
 Teraba bagian-bagian janin
 Teraba gerakan janin.

F. Standar pelayanan antenatal


Pelayanan antenatal mengacu pada konsep 7T yaitu:
1. Timbang badan dan ukur badan, tujuannya adlah untuk mengetahui sesuai
tidaknya berat badan ibu. Pemeriksaan berat badan dilakukan setiap berkunjung
ke tempat pelayanan kesehatan. Selama triwulan I berat badan ibu harus naik 0,5
sampai dengan 0,75 kg setiap bulan, pada triwulan ketiga harus naik 0,25 kg
setiap minggunya. Dan pada trisemester III berat badan ibu harus naik sekitar
0,5 kg setiap minggunya, atau secara umum berat badan meningkat sekitar 8 kg
selama kehamilan.
2. Ukur tekanan darah. Tujuannya untuk mendeteksi apakah tekanan darah normal
atau tidak. Pemeriksaan ini juga dilakukan pada setiap kunjungan. Tekanan
darah yang tinggi dapat membuat ibu keracunan kehamilan, baik ringan maupun
berat bahkan sampai kejang-kejang. Sementara tekanan darah yang rendah
menyebabkn pusing dan lemah.
3. Skrinin status imunisasi Tetanus Toxoid (TT). Tujuannya untuk melindungi ibu
dan bayi yang dilahirkan nanti dari tenanus neonatorum. Imunisasi TT diberikan
pada kunjungan antenatal I, TT2 deberikan empat minggu setelah TT1, TT3
diberikan setelah enam bulan TT2, TT4 diberikan 1 Tahun setelah TT3, dan TT5
diberikan setelah setahun TT4
4. Ukur tinggi fundus uteri. Tujuannya untuk melihat pembesaran rahim, dilakukan
dengan cera meraba perut dari luar, selain itu untuk mengetahui presentasi janin,
serta mengetahui posisi janin dalam rahim. Pada pemeriksaan ini juga dilakukan
pngukuran tinggi puncak rahim untuk kemudian disesuaikan dengan umur
kehamilan. Jika diperoleh besarnya rahim tidak sesuai dengan umur kehamilan
maka direncanakan pemeriksaan lanjutan.
5. Pemberian tablet besi (90 Tablet) selama kehamilan. Pemberian tablet besi
diberikan sesuai dengan kebijakan nasional yang berlaku diseluruh puskesmas di
Indonesia. Pemberian satu  tablet besi sehari sesegera mungkin setelah rasa mual
hilang pada awal kehamilan
6. Temu wicara/ pemberian komunikasi interpersonal atau konseling. Untuk
menghindari kesalahan penanganan kehamilan, komunikasi dengan suami dan
keluarga diperlukan gunan mempersiapkan rujukan nantinya. Dengan
manajemen rujukan yang benar, cepat, dan tepat maka ibu dan janin akan
memperoleh pelayanan persalinan dan kelahiran yang benar sehingga membantu
menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Program ini lebih diutamakan pada
tempat pelayanan kesehatan terpencil dan jauh dari akses transfortasi yang
memadai
7. Test laboratorium sederhana (Hb,Protein, dan Urine) berdasarkan indikasi
(HbsAg, sifilis, HIV, malaria, tuberkulosis paru (TBC) , PMS). Wanita  yang
sedang hamil merupakan kelompok dengan risiko tinggi terhadap penyakit
menular seksual yang dapat menimbulkan kematian pada ibu dan janin yang
dikandungnya.

G. Jadwal kunjungan ibu hamil


Jadwal kunjungan harus lebih ketat. Namun, bila kehamilan normal jadual
asuhan cukup empat kali (K1, K2, K3 dan K4).
1. Kunjungan ibu hamil Kl: Kunjungan baru ibu hamil adalah kunjungan ibu hamil
yang pertama kali pada masa kehamilan. Anamnesis lengkap, pemeriksaan fisik
& obstetri, Pemeriksaan lab., Antopometri, penilaian resiko kehamilan, KIE.
2. Kunjungan II/ Kunjungan ulang (28 – 32 pekan): Kunjungan ulang adalah
kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan seterusnya, untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar selama satu periode
kehamilan berlangsung. Anamnesis, USG, Penilaian resiko kehamilan, Nasehat
perawatan payudara & Senam hamil), TT I
3. Kunjungan III ( 34 pekan): Anamnesis, pemeriksaan ulang lab. TT II
4. K4 (Kunjungan 4): Anamnesis, perawatan payudara & persiapan
persalinan kecuali jika ditemukan kelainan / faktor risiko yang memerlukan
penatalaksanaan medik lain, pemeriksaan harus lebih sering dan intensif. K4
adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke empat atau lebih
untuk mendapatkan pelayanan Ante Natal Care (ANC) sesuai standar yang
ditetapkan dengan syarat:
a.  Satu kali dalam trimester pertama (sebelum 14 minggu).
b.  Satu kali dalam trimester kedua (antara minggu 14-28)
c. Dua kali dalam trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan setelah minggu ke
36).
d. Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu
H. Keluhan pada Masa Kehamilan
Keluhan pada masa hamil adalah suatu kondisi bersifat subyektif dimana pada
individu yang hamil terjadi proses adaptasi terhadap kehamilannya (Depkes RI, 1994).
Keluhan-keluhan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Keluhan pada triwulan I (usia kehamilan 1 – 3 bulan)
a. Mual dan muntah : Terutama terjadi pada pagi hari dan akan hilang
menjelang tengah hari (morning sickness).
b. Perasaan neg atau mual: Terutama bila mencium bau yang menyengat.
c. Pusing terutama bila akan bangun dari tidur, hal ini terjadi karena adanya
gangguan keseimbangan, perut kosong.
d. Sering kencing: Karena tekanan uterus yang membesar dan menekan pada
kandung kencing.
e. Keputihan (lekorea): Pengaruh peningkatan hormon kehamilan (estrogen dan
progesteron) yang mempengaruhi mukosa serviks dan vagina.
f. Pengeluaran darah pervaginam: Bila terjadi perdarahan pervaginam perlu
diwaspadai adanya abortus.
g. Perut membesar.
h. Psikologis: Perasaan gembira dengan penerimaan kehamilan akan
mempengaruhi penerimaan ibu terhadap kelainan-kelainan yang timbul.
Sebaliknya karena menolak kehamilan, keluhan tersebut menimbulkan rasa tidak
nyaman dan menimbulkan antipati terhadap kehamilannya. Pada masa ini sering
timbulkonflik karena pengalaman baru, sehingga ibu hamil perlu mendapatkan
perhatian dan dukungan suami.
2. Keluhan pada triwulan II (usia kehamilan 4 – 6 bulan).
Pada masa ini keluhan yang bersifat subyektif sudah berakhir, sehingga bila ada
ibu hamil masih mendapatkan keluhan seperti pada trimester I, perlu diwaspadai
kemungkinan adanya faktor psikologis.
Pada triwulan ini sering ditandai adanya adaptasi ibu terhadap kehamilannya,
perasaan ibu cenderung lebih stabil, karena keluhan yang terjadi pada triwulan I
sudah terlewati. Ibu merasakan pengalaman baru, mulai merassakan gerakan
bayi, terdengarnya DJJ, melalui alat doptone atau melihat gambar/posisi melalui
pemeriksaan USG. Triwulan II juga dikatakan fase aman untuk kehamilan,
sehingga aktifitas ibu dapat berjalan tanpa gangguan berarti.
3. Keluhan pada triwulan III (usia kehamilan 7 – 9 bulan).
Kejadian yang sering timbul antara lain:
a. Pusing disertai pandangan berkunang-kunang. Hal ini dapat menunjukkan
kemungkinan terjadi anemia dengan Hb < 10 gr%.
b. Pandangan mata kabur disertai pusing. Hal ini dapat digunakan rujukan
kemungkinan adanya hipertensi.
c. Kaki edema. Edema pada kaki perlu dicurigai karena sebagai salah satu gejala
dari trias klasik eklamsi. Sesak napas pada triwulan III perlu dicurigai
kemungkinan adanya kelainan letak (sungsang).
d. Perdarahan. Pada triwulan III bisa terjadi perdarahan pervaginam perlu
dicurigai adanya placenta praevia atau solusio plasenta.
e. Keluar cairan di tempat tidur pada siang atau malam hari, bukan pada saat
kencing, perlu diwaspadai adanya ketuban pecah dini.
f. Sering kencing. Akibat penekanan pada kandung kencing akibat masuknya
kepala ke pintu atas panggul.
g. Psikologis: Kegembiraan ibu karena akan lahirnya seorang bayi.

I. Komplikasi sebagai akibat langsung kehamilan


1. Hiperemisis gravidarum
2. Hipertensi dalam kehamilan
3. Perdarahan trimester I (abortus)
4. Perdarahan antepartum
5. Kehamilan ektopik
6. Kehamilan kembar
7. Molahydatidosa
8. Inkompatibilitas darah
9. Kelainan dalam lamanya kehamilan
10. Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin.

J. Pemeriksaan antenatal care


1. pemeriksaan laboratorium. Umumnya pemeriksaan yang dipakai yaitu tes
untuk mendeteksi keberadaan hCG. Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
dapat diukur dengan radioimunoesai dan deteksi dalam darah enam hari
setelah konsepsi atau sekitar 20 hari sejak periode menstruasi terakhir.
Keberadaan hormone ini dalam urin pada kehamilan merupakan dasar dari
berbagai tes kehamilan di berbagai laboratorium dan kadang-kadang dapat
dideteksu dalam urine 14 hari setelah konsepsi.
2. Dengan TPP adalah taksiran perkiraan partus.
TPP = tgl HPHT + 7 – 3 bulan HPHT + 1 tahun HPHT
                                       Atau
TPP = tgl HPHT + 7 + 9 bulan dari HPHT
3. Menentukan usia kehamilan dilakukan manuver Leopold:
a. Leopold I: Untuk menemukan presentasi dengan cara mengidentifikasi
bagian tubuh fetus apa yang berada di fundus dan daerah pelvik.
Caranya: Menghadap ke kepala pasien, gunakan jari-jari kedua tangan
mempalpasi fundus uteri. Jika kepala yang berada di fundus maka akan
terassa keras, bulat dan melenting. Jika bokong teraba di fundus, maka
akan terasa lembut, tidak bulat dan gerakan kurang.
b. Leopold II: Untuk menemukan posisi janin (punggung janin). Caranya:
Menghadap pada kepala pasien, letakkan kedua tangan pada kedua sisi
abdomen. Letakkan tangan pada satu sisi dan tangan lain mempalpasi sisi
yang berbeda untuk menemukan bagian punggung janin. Jika punggung
akan teraba cembung dan resisten.
c. Leopold III: Untuk mengidentifikasi bagian apa dari janin yang dekat
dengan daerah pelvik. Caranya:  Letakkan 3 jari pertama tangan yang
dominan pada sisi abdomen di atas simpisis pubis dan minta pasien
menarik napas panjang dan menghembuskannya. Pada saat
mengeluarkan napas, gerakkan tangan turun perlahan dan menekan
sekitar daerah tersebut. Jika kepala akan teraba keras, bulat, dan bergerak
jika disentuh. Jika bokong akan teraba lembut dan tidak beraturan.
d. Leopold IV: Untuk mengidentifikasi bagian yang menonjol dari bagian
terendah janin masuk ke pintu atas panggul. Caranya: Menghadap ke
kaki pasien dengan lembut gerakan tangan turun ke sisi abdomen
mendekati pelvis sampai salah satu tangan merasakan bagian tulang yang
timbul. Ada 3 keadaan yaitu: Konvergen yaitu jika bagian yang masuk
baru sebagian kecil, sejajar yaitu jika bagian yang masuk baru setengah,
divergen yaitu jika hampir sebagian besar dari tubuh janin masuk ke
dalam rongga panggul.
4. Pemeriksaan panggul luar
Tujuan :
a. Mengetahui panggul seseorang normal atau tidak
b. Memudahkan dalam mengambil tindakan selanjutnya
c. Mengetahui bentuk atau keadaan panggul seseorang.
Pemeriksaan panggul dilakukan:
a. Pada pemeriksaan pertama kali bagi ibu hamil.
b. Pada ibu yang pernah melahirkan bila ada kelainan pada persalinan yang
lalu.
c. Ibu yang akan bersalin bila sebelumnya belum pernah memeriksakan diri
terutama pada primipara.
Ukuran-ukuran luar yang terpenting:
a. Distansia spinarum : jarak antara spina illiaka anterior superior kanan
dan kiri ( normal: 23-26 cm).
b. Distansia cristarum : jarak yang terpanjang antara crista illiaca kanan dan
kiri (normal: 26-29).
c. Conjugata eksterna : (Boudelocque) : jarak antara pinggir atas simpisis
dan ujung prosessus spinosus (ruas tulang lumbal ke lima) (normal: 10-
20 cm).
d. Lingkar panggul : jarak dari pinggir atas simpisis melalui spina illiaca
anterior superior kanan ke pertengahan trochanter mayor kanan ke
pertengahan trochanter mayor kiri ke pertengahan spina illiaca anterior
superior kiri kemudian kembali ke atas simpisis (normal : 80-90 cm).

Konsep Asuhan Keperawatan Antenatal


1. Pengkajian Prenatal
a. Aktivitas dan Istirahat, Tekanan darah agak lebih rendah daripada normal (8 – 12
minggu) kembali pada tingkat pra kehamilan selama setengah kehamilan
terakhir. Denyut nadi dapat meningkat 10 – 15 DPM. Murmur sistolik pendek
dapat terjadi sampai dengan peningkatan volume episode singkope. Varises.
Sedikit edema ekstremitas bawah/tangan mungkin ada (terutama pada trisemester
akhir)
b. Integritas Ego: Menunjukkan perubahan persepsi diri
c. Eliminasi: Perubahan pada konsistensi / frekuensi defekasi, Peningkatan
frekuensi perkemihan, Urinalisis: Peningkatan berat jenis, Hemoroid
d. Makanan/Cairan: Mual dan muntah, terutama trisemester pertama; nyeri ulu hati
umum terjadi, Penambahan berat badan: 2 sampai 4 lb trisemester pertama,
trisemester kedua dan ketiga masing-masing 11 – 12 lb, Membran mukosa
kering: hipertropi jaringan gusi dapat terjadi mudah berdarah, Hb dan Ht rendah
mungkin ditemui (anemia fisiologis), Sedikit edema dependen, Sedikit glikosuria
mungkin ada, Diastasis recti (separasi otot rektus) dapat terjadi pada akhir
kehamilan.
e. Nyeri dan Kenyamanan: Kram kaki; nyeri tekan dan bengkak pada payudara;
kontraksi Braxton Hicks terlihat setelah 28 minggu; nyeri punggung
f. Pernapasan: Hidung tersumbat; mukosa lebih merah daripada normal, Frekuensi
pernapasan dapat meningkat terhadap ukuran/tinggi; pernapasan torakal.
g. Keamanan: Suhu tubuh 98 – 99,5 ºF (36,1 – 37,6 ºC), Irama Jantung Janin (IJJ)
terdengar dengan Doptone (mulai 10 – 12 minggu) atau fetoskop (17  - 20
minggu), Gerakan janin terasa pada pemeriksaan setelah 20 minggu. Sensasi
gerakan janin pada abdomen diantara 16 dan 20 minggu, Ballottement ada pada
bulan keempat dan kelima.
h. Seksualitas: Penghentian menstruasi, Perubahan respon /aktivitas seksual,
Leukosa mungkin ada, Peningkatan progresif pada uterus mis: Fundus ada di atas
simfisis pubis (pada 10 – 12 minggu) pada umbilikolis (pada 20 – 30 minggu)
agak ke bawah kartilago ensiform (pada 36 minggu), Perubahan payudara:
pembesaran jaringan adiposa, peningkatan vaskularitas lunak bila dipalpasi,
peningkatan diameter dan pigmentasi jaringan arcolar, hipertrofi tberkel
montgemery, sensasi kesemutan (trisemester pertama dan ketiga); kemungkinan
strial gravidarum kolostrum dapat tampak setelah 12 minggu, Perubahan
pigmentasi: kloasma, linea nigra, palmar eritema, spicler nevi, strial gravidarum,
Tanda-tanda Goodell, Hegar Schdwick positif.
i. Integritas Sosial: Bingung/meragukan perubahan peran yang dintisipasi, Tahap
maturasi/perkembangan bervariasi dan dapat mundur dengan stressor kehamilan,
Respons anggota keluarga lain dapat bervariasi dari positif dan mendukung
sampai disfungsional.
j. Penyuluhan/Pembelajaran: Harapan individu terhadap kehamilan,
persalinan/melahirkan tergantung pada usia, tingkat pengetahuan, pengalaman
paritas, keinginan terhadap anak, stabilitas ekonomik.
k. Pemeriksaan Diagnostik
1) DL menunjukkan anemia, hemoglobinipatis (mis: sel sabit)
2) golongan darah: ABO DAN Rh untuk mengidentifikasi resiko terhadap
inkompatibilitas
3) Usap vagina/rectal: tes untuk Neisseria gonorrhea, Chlamydia
4) Tes serologi: menentukan adanya sefilis (RPR: Rapid Plasma Reagen)
5) Penyakit Hubungan Kelamin lain (PHS) seperti diindikasikan oleh kutil vagina,
lesi, rabas abnormal.
6) Skrining: terhadap HIV, hepatitis, tuberculosis
7) Papanicolaow Smear: mengidentifikasi neoplasia, herpes simpleks tipe 2
8) Urinalisis: skin untuk kondisi media (mis: pemastian kehamilan infeksi, diabetes
penyakit ginjal)
9) Ter serum/urin untuk gadadotropin karionik manusia (HCG) positif
10) Titer rubella > a : a O menunjukkan imunitas
11) Tes sonografi: ada janin setelah gestasi 8 minggu
12) Skin glukosa serum / 1 jam tes glukosa: < 140 jam mg/dl (biasanya
dilakukan antara 24 sampai 28 minggu. Evaluasi selanjutnya dari folus
pengkajian dilakukan pada setiap kunjungan prenatal.
1. Diagnosa Keperawatan yang lazim muncul
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko tinggi terhadap
b/d mual muntah
b. Resiko kekurangan volume cairan f.r muntah
c. Ansietas b/d adanya faktor-faktor resiko khusus, krisis situasi, ancaman pada
konsep diri, konflik disadari dan tidak disadari tentang nilai-nilai esensial dan
tujuan hidup, kurang informasi.
d. Kurang pengetahuan b/d kurang pemahaman terhadap kehamilan.
e. Ketidakefektifan pola nafas b/d penekanan/pergeseran diafragma.
f. gangguan eliminasi urin b/d penekanan pada vesika urinaria.
g. Gangguan pola tidur b/d stress psikologik, perubahan pola tingkat aktivitas,
sesak.
h. Nyeri b/d perubahan fisik, pengaruh hormonal
i. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan

2. Rencana Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko tinggi terhadap
b/d mual muntah
Intervensi: Mengikuti diet yang dianjurkan dan Mengkonsumsi suplemen zat
besi/vitamin sesuai resep.
Rencana Tindakan:       
1) Tentukan keadekuatan kebiasaan asupan nutrisi dulu atau sekarang dengan
menggunakan batasan 24 jam. Perhatikan kondisi rambut, kuku, dan kulit,
Rasional: Kesejahteraan janin/ibu tergantung pada nutrisi selama kehamilan
sebagaimana selama 2 tahun sebelum kehamilan
2) Dapatkan riwayat kesehatan: catat usia (khususnya kurang dari 17 tahun atau
lebih dari 35 tahun),
Rasional: Remaja dapat cenderung malnutrisi/anemia dan klien lansia mungkin
cenderung obesitas/DM
3) Berikan informasi tertulis dan verbal yang tepat tentang diet, Rasional:   Materi
referensi yang dapat dipelajari di rumah, meningkatkan kemungkinan klien
memilih diet seimbang
4) Timbang berat badan, pastikan berat badan pregravid biasanya, Rasional:  
Ketidakadekuatan penambahan BB prenatal dan atau di bawah berat badan
normal masa kehamilan, meningkatkan resiko retardasi –pertumbuhan intraurine
(IUGR) pada janin dengan berat badan lahir rendah 
5) Pantau kadar hemoglobin (Hb) / Ht, Rasional:   Mengidentifikasi adanya anemia
dan potensial penurunan kapasitas pembawa oksigen ibu
b. Resiko kekurangan volume cairan f.r muntah
Tujuan:  Klien mengkonsumsi cairan dengan jumlah yang sesuai setiap hari
Intervensi:
1) Auskultrasi denyut jantung janin
Rasional:   Adanya denyut jantung memastikan adanya janin bukan mola hidatidosa
2) Tentukan frekuensi/beratnya mual atau muntah
Rasional:   Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi. Peningkatan kadar
Hormon Gonadotropin Korionik (HCG), perubahan matabolisme karbohidrat dan
penurunan motilitas gastric memperberat mual dan muntah pada trisemester
pertama.
3) Tinjau ulang riwayat kemungkinan masalah medis lain. (Misalnya uklus,
peptikum, gastritis, kolesistisis)
Rasional: Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain. Untuk mengatasi
masalah khusus dalam mengidentifikasi intervensi
4) Kaji suhu dan turgor kulit, membran mukosa, TD, suhu, masukan haluaran dan
berat jenis urine.
Rasional:   Indikator dalam membantu untuk mengevaluasi tingkat/kebutuhan
hidrasi
5) Anjurkan peningkatan masukan minuman bikarbonat makan enam kali sehari
dengan jumlah yang sedikit dan makanan tinggi karbohidrat
Rasional:  membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan menurunkan
keasaman lambung.
c. Ansietas b/d adanya faktor-faktor resiko khusus, krisis situasi, ancaman pada
konsep diri, konflik disadari dan tidak disadari tentang nilai-nilai esensial dan
tujuan hidup, kurang informasi.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kecemasan
berkurang/hilang.
Intervensi:
1) Kaji, sifat, sumber dan manifestasi kecemasan.
Rasional: mengidentifikasi perhatian pada bagian khusus dan menentukan arah dan
kemungkinan pilihan/ intervensi.
2) Berikan informasi tentang penyimpangan genetic khusus, resiko yang dalam
reproduksi dan ketersediaan tindakan/pilihan diagnosa.
Rasional: dapat menghilangkan ansietas berkenaan dengan ketidaktahuan dan
membantu keluarga mengenai stress, membuat keputusan, dan beradaptasi secara
positif terhadap pilihan.
3) Kembangkan sikap berbagi rasa secara terus menerus.
Rasional: kesempatan bagi klien/pasangan untuk memuji pemecahan situasi.
Tingkat kecemasan biasanya lebih tinggi pada pasangan yang telah melahirkan
anak dengan penyimpangan kromosom.
4) Berikan bimbingan antisipasi dalam hal perubahan fisik/psikologis.
Rasional: dapat menghilangkan kecemasan/ depresi pada pasangan.
d. Kurang pengetahuan b/d kurang pemahaman terhadap kehamilan.
Tujuan:  Klien menunjukkan perilaku perawatan diri sendiri
Intervensi:
1) Buat hubungan saling percaya antara perawat – klien
Rasional:   Memberikan informasi dan meningkatkan hubungan saling percaya
2) Klarifikasi kesalah pahaman
Rasional:     Ketakutan biasanya timbul dari kesalahpahaman informasi dan dapat
mengganggu pembelajaran selanjutnya.
3) Tentukan derajat motivasi untuk belajar
Rasional:   Klien dapat mengalami kesulitan dalam belajar tersebut jelas.
4) Pertahankan sikap terbuka terhadap keyakinan pasangan
Rasional:   Penerimaan penting untuk mengembangkan dan mempertahankan
hubungan.
5) Jelaskan rutinitas kunjungan kantor dan rasional dari intervensi
Rasional:   Menguatkan hubungan antara pengkajian kesehatan dan hasil positif
ibu/bayi.
e. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d penekanan/pergeseran diafragma.
Tujuan: Klien melaporkan penurunan frekuensi/beratnya keluhan.
Tindakan:
1) Kaji status pernapasan
Rasional:   Menentukan luas/beratnya masalah yang terjadi pada kira-kira 60 %
klien prenatal, meskipun kapasitas vital meningkat. Fungsi pernapasan diubah
saat kemampuan diafragma untuk turun pada inspirasi. Berkurang oleh
pembesaran ulkus.
2) Anjurkan sering istirahat
Rasional:   Menurunkan kemungkinan gejala-gejala pernapasan yang disebabkan
kelebihan
3) Anjurkan menggunakan posisi semi fowler untuk duduk
Rasional:   Pengubahan posisi tegak meningkatkan ekspansi paru.
4) Kaji Ht / Hb
Rasional:   Peningkatan kadar plasma pada gestas minggu ke 24 – 32
mengencerkan kadar Hb. Mengakibatkan kemungkinan anemia dan menurunkan
kapasitas pembawa O2.
f. gangguan eliminasi urin b/d penekanan pada vesika urinaria.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan perubahan eliminasi
teratasi.
Intervensi:
1) Berikan informasi tentang perubahan perkemihan sehubungan dengan trimester
ketiga.
Rasional: membantu klien memahami alas an fisiologi dan frekuensi berkemih
dan/nokturia pembesaran uterus trimester ketiga menurunkan kapasitas kandung
kemih mengakibatkan sering berkemih.
2) Berikan informasi mengenaia perlunya masukan cairan 6 – 8 gelas sehari.
Rasional: mempertahankan tingkat cairan dan perfusi ginjal adekuat yang
mengurangi natrium diet untuk mempertahankan status isotonik.
3) Berikan informasi mengenai bahaya menggunakan diuretic dan penghilangan
natrium dan diet.
Rasional: kehilangan/pembatasan natrium dapat menekan regulator rennin-
angiotensin- aldosteron dan kadar cairan, mengakibatkan dehidrasi/hipovolemia
berat.
g. Gangguan pola tidur b/d stress psikologik, perubahan pola tingkat aktivitas,
sesak.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan gangguan pola tidur
teratasi.
Intervensi:
1) Tinjau ulang kebutuhan perubahan tidur normal berkenaan dengan kehamilan,
teruskan pola tidur saat ini.
Rasional: membantu mengidentifikasi kebutuhan menetapkan pola tidur yang
berbeda waktu tidur malam dan tidur siang lebih dini.
2) Perhatikan keluhan kesulitan bernapas karena posisi. Anjurkan tidur pada posisi
semi fowler.
Rasional: pada posisi rekumben, pembesaran uterus serta organ abdomen menekan
diafragma hingga membatasi ekspansi paru, penggunaan posisi semi fowler
memungkinkan diafragma menueun, membantu mengembangkan ekspansi paru
dengan optimal.
3) Kaji tingkat insomnia dan respons klien terhadap penurunan tidur, anjurkan alat
Bantu untuk tidur seperti teknik relaksasi, membaca, mandi air hangat, dan
penurunan aktivitas tepat sebelum beristirahat.
Rasional: ansietas yang berlebihan, kegembiraan, ketidaknyamanan fisik, nokturia,
dan aktivitas janin dapat mempersulit tidur.
h. Nyeri b/d perubahan fisik, pengaruh hormonal.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri berkurang.
Intervensi:
1) Kaji secara terus menerus ketidaknyamanan klien.
Rasional: data dasar terbaru untuk merencanakan perawatan.
2) Kaji status pernapasan klien.
Rasional: penurunan kapasitas pernapasan saat uterus menekan diafragma,
mengakibatkan dispnea khususnya pada multigravida, yang tidak mengalami
kelegaan dengan ikatan antara bayi dalam kandungannya.
3) Perhatikan adanya keluhan ketegangan pada punggung dan perubahan cara jalan.
Rasional: lordosis dan regangan otot disebabkan pengaruh hormone (relaxing-
progesteron) pada sambungan pelvis dan perpindahan pusat gravitasi sesuai
dengan pembesaran uterus.
i. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien dapat toleransi
dengan aktivitas.
Intervensi:
1) Tentukan siklus tidur bangun yang normal dan komitmen terhadap pekerjaan,
keluarga, komunitas dan diri sendiri.
Rasional: membantu menyusun prioritas yang realistic dan waktu untuk menguji
komitmen.
2) Anjurkan tidur siang 1 sampai 2 jam setiap hari.
Rasional: istirahat untuk memenuhi kebutuhan metabolic berkenaan dengan
pertumbuhan jaringan ibu/janin.
3) Pantau kadar Hb. Jelaskan peran zar besi dalam tubuh ; anjurkan mengkonsumsi
suplemen zat besi setiap hari, sesuai indikasi.
Rasional: kadar Hb rendah mengakibatkan kelelahan lebih besar karena penurunan
jumlah pembawa oksigen.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC: Jakarta.


Doenges. E. Marillin. (2001). Rencana Keperawatan Maternal/bayi. Edisi 2. EGC:
Jakarta
Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas. Edisi 2. EGC: Jakarta.
Manuaba. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta.
Salmah at all (2006). Asuhan kebidanan antenatal care. EGC: Jakarta
Herdman, T.H. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi &
Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.
Jhonson, Marion dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise,
Misouri: Mosby, Inc.
McCloskey, Joanne C, 2008. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise,
Misouri: Mosby, Inc.

Anda mungkin juga menyukai