MS
DENGAN G3P2A0H2 (TFU SETINGGI PROSESSUS XIFOIDEUS, UK 39 MINGGU 2
HARI, LETAK KEPALA Ս, T/H )
DI RUANG VK PUSKESMAS PEMBANTU DAUH PURI
TANGGAL 22 SEPTEMBER 2020
DISUSUN OLEH:
KETUT ELFIRASANI
NIM. P07120320069
JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
LAPORAN PENDAHULUAN INTRANATAL
(ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN NORMAL)
Intranatal care (persalinan) adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada
usia kehamilan cukup bulan ( setelah 37 minggu ) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan
pada serviks ( membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus idak mengakibatkan perubahan
serviks.
Kontraksi uterus
Kelelahan Pada ibu pada
kala I
Kontraksi
Dorong uterus
kuat pada janin
Dorongan fetus ke
kearah serviks dan
uterus dan serviks Upaya meneran lemah
perinium
Dilatasi, penipisan dan terputus putus
serviks,
Terjadi iskemik rahim
peregangan yang
Regangan pada uterus
dan serviks ↑ sangat besar di daerah Tahanan serviks terhadap
serviks & perinium janin
Saraf Spinal T XI dan
TXII
Perangansangan Janin terjepit di jalan
reseptor nyeri pada Gangguan integritas lahir
uterus dan serviks kulit / jaringan
Korteks serebri
Kurang
informasi Risiko cedera janin
Nyeri Melahirkan
mengenai Nyeri perut bagian
berapa lama bawah, menyebar ke Khawatir dengan proses
nyeri, cara daerah punggung dan persalinan
mengatasi paha
nyeri dan
cemas ibu Ansietas
Nyeri
melahirkan
Defisit
Pengetahuan
KALA III :
Kala III
(Pelepasan dan Pengeluaran Uri)
Adanya robekan
Terlepasnya plasenta dari endometrium pada jalan lahir
Gangguan integritas
kulit / jaringan
Trauma Jaringan Kesulitan dengan pelepasan Diikuti oleh pengeluaran Janin plasenta lahir
plasenta sisa plasenta
Nyeri akut
KALA IV :
Partus Kala IV
Pelepasan Perdarahan
neurotransmitter nyeri ( > 500 cc )
Substansi P, serotonin,
Risiko perdarahan
prostaglandin keluar
Diterima di kornu
dorsalis medulla
spinalis
Korteks serebri
Persepsi nyeri
Nyeri Akut
3. Gejala Klinis
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif) yang
hasilnya adalah:
Pembukaan serviks telah lengkap, atau
Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
5. Penatalaksanaan Medis
a. Kala I (Fase Laten Dan Aktif)
Pengenalan Dini Terhadap Masalah dan Penyulit
Saat memberikan asuhan bagi ibu bersalin penolong harus selalu waspada
terhadap kemungkinan timbulnya masalah atau penyulit. Langkah dan tindakan yang
akan dipilih sebaiknya dan member manfaat dan memastikan proses persalinan akan
aman dan lancer sehingga berdampak baik terhadap keselamatan ibu dan bayi yang
akan dilahirkan.
Indikasi Tindakan dan/atau Rujukan Segera selama Kala Satu Persalinan
Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan jika kandung kemih penuh dan ibu tidak
dapat berkemih sendiri.Alasan: Kateterisasi menimbulkan rasa nyeri, meningkatkan
risiko infeksi dan perlukaan saluran kemih ibu.Anjurkan ibu untuk buang air besar jika
perlu. Jika ibu ingin buang air besar saat fase aktif, lakukan periksa dalam untuk
memastikan bahwa apa yang dirasakan ibu bukan disebabkan oleh tekanan bayi pada
rektum. Bila memang bukan gejala kala dua persalinan maka izinkan atau perbolehkan
ibu untuk ke kamar mandi.Jangan melakukan klisma secara rutin selama persalinan.
Klisma tidak akan memperpendek waktu persalinan, menurunkan angka infeksi bayi
baru lahir atau infeksi luka pascapersalinan dan malahan akan meningkatkan jumlah
tinja yang keluar selama kala dua persalinan (Enkin, et al, 2000).
Pencegahan Infeksi
Menjaga lingkungan tetap bersih merupakan hal yang penting dalam mewujudkan
persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayinya.Hal ini merupakan unsur penting
dalam asuhan sayang ibu. Kepatuhan dalam menjalankan praktik-praktik pencegahan
infeksi yang baik, juga akan melindungi penolong persalinan dan keluarga ibu dari
infeksi. Ikuti praktik-praktik pencegahan infeksi yang telah ditetapkan untuk
mempersiapkan persalinan dan proses kelahiran bayi. Anjurkan ibu untuk mandi pada
saat awal persalinan dan pastikan ibu memakai pakaian yang bersih.Cuci tangan
sesering mungkin, gunakan peralatan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan gunakan
sarung tangan saat diperlukan.Anjurkan anggota keluarga untuk mencuci tangan
mereka sebelum dan setelah melakukan kontak dengan ibu dan/atau bayi baru
lahir.Alasan: Pencegahan infeksi sangat penting dalam menurunkan kesakitan dan
kematian ibu dan bayi baru lahir. Upaya dan keterampilan untuk melaksanakan
prosedur pencegahan infeksi secara baik dan benar juga dapat melindungi penolong
persalinan terhadap risiko infeksi.
Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan partograf
adalah untuk:
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui pemeriksaan dalam.
Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga
dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama
Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan k1inik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan
bayi baru 1ahir.
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong
persalinan untuk:
5. Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan
tepat waktu
Partograf harus digunakan :
Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen penting
asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit.
Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan
membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan
penyulit.
Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit, dll).
Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada
ibu selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin, bidan, dokter umum, residen
dan mahasiswa kedokteran).
Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan
asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang
dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
Seperti yang kita bahas di awal bab ini, kala satu persalinan terdiri dari dua fse, yaitu
fase laten dan fase aktif yang dipacu pada pembukaan serviks :
Selama fase laten persalinan, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus
dicatat.Hal ini dapat direkam secaara terpisah dalam catatan kemajuan persalinan atau
pada Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap
kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuahan dan intervenís harus
dicatat.
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secra seksama, yaitu :
Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih sering
dilakukan.Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan adanya
penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam
pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak ada tanda-
tanda kegawatan atau penyulit, ibu boleh pulang dengan instruksiuntuk kembali jika
kontraksinya menjadi teratur, intensitasnya makin kuat dan frekuensinya
meningkat.Apabila asuhan persalinan dilakukan di rumah, penolong persalinan hanya
boleh meninggalkan ibu setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam kondisi
baik.Pesankan pada ibu dan keluarganya untuk menghubungi kembali penolong
persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi kontraksi. Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan
yang sesuai jika fase laten berlangsung lebih dari 8 jam.
Nama, umur.
Gravida, para, abortus (keguguran).
Nomor catatan medis/nomor puskesmas.
Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu
penolong persalinan mulai merawat ibu).
Waktu pecahnya selaput ketuban.
2) Kondisi janin :
DJJ;
Warna dan adanya air ketuban
Penyusupan (molase) kepala janin
3) Kemajuan persalinan :
Pembukaan serviks
Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin
Garis waspada dan garis bertindak
5) Kontraksi uterus :
Oksitosin
Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
7) Kondisi ibu :
Catatan: jika ibu adalah prigmiravida dan bayinya belum lahir atau persalinan tidak
akan segera terjadi setelah dua jam meneran maka ia harus segera di rujuk ke
fasilitas rujukan. Lakukan hal yang sama apabila seorang multigravida belum juga
melahirkan bayinya atau persalinan tidak akan segera terjadi setelah satu jam
meneran (Lihat Alir Penatalaksanaan Fisiologis Kala Dua).
Menolong Kelahiran Bayi
Posisi Ibu Saat Melahirkan
Ibu dapat melahirkan bayinya pada posisi apapun kecuali pada posisi berbaring
terlentang (supijne position).Alasan: JIka ibu berbaring terlentang maka berat uterus
dan isinya (janin cairan ketuban , plasenta, dll) menekan vena cava inferior ibu. Hal
ini akan mengurangi pasokan oksigen melalui sirkulasi utero plasenter sehingga akan
menyebabkan hipoksia pada bayi. Berbaring terlentang juga akan membantu
kemajuan persalinan dan menyulitkan ibu untuk meneran secara efektif (Enkin, et al,
2000). Apapun posisi yang dipilih oleh ibu pastikan tersedia alas kain atau sarung
bersih di bawah ibu akan kemudahan untuk menjangkau semua peralatan dan bahan-
bahan yang diperlukan untuk membantu kelahiran bayi. Tempatkan juga kain atau
handuk bersih diatas perut ibu sebagai alas atau tempat meletakkan bayi baru lahir.
Pencegahan Laserasi
Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu
dilahirkan. Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan
tidak terkendali. Jalin kerjasama dengan ibu dan gunakan peresat manual yang tepat
(dibahas di bagian selanjutnya) dapat mengatur kecepatan kelahiran bayi dan
mencegah terjadinya laserasi. Kerjasama akan sangat bermanfaat saat kepala bayi
pada diameter 5-6 cm tengah pembukaan vulva (crowning) karena kecepatan
pengendalian dan pengaturan diameter kepala saat melewati introitus dan perineum
dapat mengurangi kemungkinan terjadinya robekan.bimbing ibu untuk meneran dan
beristirahat atau bernafas dengan cepat pada waktunya. Gambar1-4 memperagakan
bagaimana cara membimbing ibu untuk melahirkan kepala bayi.Di masa lalu,
dianjurkanuntuk melakukan episiotomi secara rutin yang tujuannya adalah untuk
mencegah robekan yang belebihan pada perineum, membuat tepi luka rata sehingga
mudah dilakukan penjahitan (reparasi), mencegah penyulit atau tahanan pada yang
cukup (Enkin, et al, 2000 Wooley, 1995). Tetapi sebaiknya, hal ini tidak boleh
diartikan bahwa episiotomy tidak diperbolehkan karena adanya indikasi tertentu untuk
melalukan episiotomi (misalnya, persalinan dengan ektrasi cunam, distorsia bahu,
episiotomy karena hal itulah yang tidak dianjurkan, bukan episiotominya.
Episiotomi rutin ridak dianjurka karena dapat menyebabkan :
Pengisapan Lendir
Jangan lakukan pengisapan lender secara rutin pada mulut dan hidung bayi. Sebagian
bayi sehat dapat menghilangkan lendir tersebut secara alamiah pada dengan mekanisme
bersin dan menangis saat lahir. Pada pengisapan lendir yang terlalu dalam, ujung kanul
pengisapa dapat menyentuh daerang orofaring yang kaya dengan persyarafan
parasimpatis sehingga dapat menimbulkan reaksi vaso-vagal. Reksi ini menyebabkan
perlambatan denyut jantung (bradikardia) dan/ atau henti nafas (apnea) sehingga dapat
membahayakan keselamatan jiwa bayi (enkin et al, 2000). Dengan alasan itu maka
penghisapan lendir secara rutin menjadi tidak dianjurkan.
Selalu hisap mulut bayi lebih dahulu sebelum menghisap hidungnya. Penghisapan
hidung lebih dulu dapat menyebabkan bayi menarik nafas dan terjadi aspirasi meconium
atau cairan yang ada di mulutnya. Jangan masukkan kateter atau bola karet penghisap
terlalu dalam pada mulut atau hidung bayi. Hisap lendir pada bayi dengan lembut,
hindarji penghisapan yang dalam dan agresif.
Periksa Tali Pusat Pada Leher
Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran atau bernafas cepat. Periksa
leher bayi apakah terlilit dengan trapi pusat. Jika ada lilitan di leher bayi cukup longgar
maka lepaskan lilitan tersebut dengan melewati kepala bayi. Jika lilitan tali pusatb sangat
erat maka jepit tali pusat dengan klem pada 2 tempat dengan jarak 3 cm, kemudian
potong tali pusat diantara 2 klem tersebut.
Melahirkan Bahu
Setelah menyeka mulut dan hidung bayi dan memeriksa tali pusat, tunggu kontraksi
berikut sehinggga terjadi putaran luar secara spontan.
Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, minta ibu menerang sambal
menekan kepala kea rah bawah dan lateral tubuh bayi sehingga bahu depan melewati
simfisis.
Setelah bahu depan lahir gerakkan kepala keatas dan lateral tubuh bayi sehingga bahu
bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan.
Catatan : Sulit untuk memperkirakan kapan diastosia bahu dapat terjadi. Sebaiknya selalu
dainatisipasi kemungkinan terjadinya distosia bahu pada setiap kelahiran bayi, terutama
pada bayi-bayi besar dan penurunan kepala lebih lambat dari biasanya. Jika terjadi
distosia bahu maka tata lakasana sebaik mungkin ( lihat lampiran A-3 ).
Tanda-tanda dan Gejala-gejala distosia bahu adalah sebagai berikut :
Saat bahu posterior lahir, geser tanga bawah (posterior) kea rah perineum dan sanggah
bahu dan lengan atas bayi pada tangan tersebut.
Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan tangan posterior saat
melewati perineum.
Tangan bawah (posterior) mrnopang samping lateral tubuh bayi saat lahir.
Secara stimultan, tangan atas (anterior) untuk menelusuri dan memegang bahu, siku
dan lengan bagian anterior.
Lanjutkan penelusuran dan memegang tubuh bayi ke bagian punggung, bokong dan
kaki.
Dari arah belakang sisipkan jari telunjuk tangan atas diantara kedua kaki bayi yang
kemudian dipegang dengan ibu jari dan ketiga jari tangan lainnya.
Letakkan bayi diatas kain atau handuk yang telah disiapkan pada perut bawah ibu dan
posisikan kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya.
Segera keringkan sambil melakukan rangsangan taktil pada tubuh bayi dengan kain
atau selimut di atas perut ibu. Pastikan bahwa kepala bayi tertutup dengan baik.
Indikasi untuk Tindakan dan Rujukan Segera selama Persalinan Kala Dua
Penurunan kepala bayi setiap 30 menit melalui pemeriksaan abdomen (periksa luar)
dan periksa dlaam setiap 60 menit atau jika ada indikasi, hal ini dilakukan lebih
cepat .
Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah (jernih atau bercampur meconium
atau darah)
Apakah ada presentasi majemuk atau tali pusat di samping atau terkemuka
Catat semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan.
6. Komplikasi
Berikut beberapa komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan:
a. Ruptur Uteri
Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak
utuh. Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri, misalnya ibu
yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya. Selain itu, kehamilan
dengan janin yang terlalu besar, kehamilan dengan peregangan rahim yang
berlebihan, seperti pada kehamilan kembar, dapat pula menyebabkan rahim sangat
teregang dan menipis sehingga robek. Gejala yang sering muncul adalah nyeri
yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal. Pada keadaan awal,
jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak
mempengaruhi keadaan ibu dan janin. Namun, jika robekan yang luas dan
menyebabkan perdarahan yang banyak, dokter akan segera melakukan operasi
segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim. Hal ini bertujuan
agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak, dan bayipun dapat diselamatkan.
Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya,
sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU.
Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu, hal ini mengakibatkan
suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang, sehingga dapat
menyebabkan kematian janin dan ibu. Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada
kehamilan sebelumnya, disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko
terjadinya ruptur uteri yang berulang. Namun, jika Anda hamil lagi, diperlukan
pengawasan yang ketet selama kehamilan, kemudian bayi akan dilahirkan dengan
cara caesar.
b. Trauma Perineum
Parineum adalah otot, kulit, dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus.
Trauma perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan.
Hal ini karena desakan kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba, sehingga
kulit dan jaringan perineum robek. Berdasapkan tingkat keparahannya, trauma
perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat. Trauma derajat satu ditandai
adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina. Perdarahannya
biasanya sedikit. Trauma derajat dua, luka sudah mencapai otot. Trauma derajat
tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas, bahkan pada derajat empat telah
mencapai otot-otot anus, sehingga pendarahannya pun lebih banyak.
Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran
janin terlalu besar, proses persalinan yang lama, serta penggunaan alat bantu
persalinan (misal forsep). Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan
rasa nyeri yang bertahan selama beberapa minggu setelah melahirkan. Anda
dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim.
Saat persalinan, terkadang dokter melakukan episiotomi, yaitu menggunting
perineum untuk mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan
mencegah robekan perineum yang tidak beraturan. Dengan episiotomi, perineum
digunting agar jalan lahir lebih luas. dengan demikian perlukaan yang terjadi dapat
diminimalkan.
Kala I
Pemeriksaan fisik bertujuan untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta
tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin.Hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis diramu /
diolah untuk membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosis dan mengembangkan
rencana asuhan atau keperawatan yang paling sesuai dengan kondisi ibu. Jelaskan kepada
ibu dan keluarganya tentang apa yang akan dilakukan, diperiksa dan tujuannya. Anjurkan
mereka untuk bertanya dan jawab pertanyaan yang diajukan sehingga mereka memahami
kepentingan pemeriksaan.
Langkah – langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik:
a. Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan fisik.
b. Tunjukkan sikap ramah dan sopan, tentramkan hati dan bantu ibu agar merasa
nyaman. Miinta ibu menarik napas perlahan dan dalam jika ia merasa tegang /
gelisah.
c. Minta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya.
d. Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana hatinya, tingkat kegelisahan atau
nyeri kontraksi, warna konjungtiva, kebersihan, status gizi dan kecukupan cairan
tubuh.
e. Nilai tanda tanda vital ibu. Untuk akurasi penilaian tekanan darah dan nadi ibu,
lakukan pemeriksaan itu di Antara dua kontraksi.
f. Lakukan pemeriksaan abdomen
g. Lakukan periksa dalam.
Pemeriksaan Abdomen.
Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk :
a. Menentukan tinggi fundus uteri
b. Memantau kontraksi uterus
c. Memantau denyut jantung janin
d. Menentukan presentasi
e. Menentukan penurunan bagian terbawah janin
1. Menentukan tinggi fundus
Pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus tidak sedang berkontraksi
menggunakan pita pengukur. Ibu dengan posisi setengah duduk dan tempelkan
ujung pita ( posisi melebar ) mulai dari tei atas simfisis pubis, kemudian
rentangkan pita mengikuti aksis/ linea mediana dinding depan abdomen hingga
kepuncak fundus. Jarak Antara tepi atas simfisis pubis dan puncak fundus uteri
adalah tinggi fundus.
2. Memantau Kontraksi Uterus
Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan untuk
memantau kontraksi uterus. Secara hati – hati letakkan tangan penolong di atas
uterus dan palpasi jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10
menit.Tentukan durasi atau lama setiap kontraksi yang terjadi. Pada fase aktif,
minimal terjadi dua kontraksi akan terjadi relaksasi dinding uterus.
3. Memantau Denyut Jantung Janin
Gunakan fetoskop pinnards atau Doppler untuk mendengar denyut jantung janin
(DJJ) dalam Rahim ibu dan untuk menghitung jumlah denyut jantung janin per
menit, gunakan jarum detik pada jam dinding atau jam tangan.Tentukan titik
tertentu pada dinding abdomen ibu dimana suara DJJ terdengar paling kuat. Jika
DJJ sulit untuk ditemukan, lakukan palpasi abdomen ibu untuk menentukan
lokasi punggung bayi . Biasanya rambatan suara DJJ lebih mudah di dengar
melalui dinding abdomen pada sisi yang sama dengan punggung bayi.
Nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus. Mulai penilaian sebelum
atau selama puncak kontraksi. Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik,
dengarkan sampai sedikitnya 30 detik setalah kontraksi berakhir. Lakukan
penilaian DJJ tersebut pada lebih dari satu kontraksi. Gangguan kondisi kesehatan
janin dicerminkan dari DJJ yang kurang dari 120 atau lebih dari 160 kali per
menit. Kegawatan janin ditunjukan dari DJJ yang kurang dari 100 atau lebih dari
180 kali per menit. Bila demikian, baringkan ibu ke sisi kiri dan anjurkan ibu
untuk relaksasi. Nilai kembali DJJ setelah 5 menit dari pemeriksaan sebelumnya,
kemudian simpulkan perubahan yang terjadi. Jika DJJ tidak mengalami perbaikan
maka siapkan ibu untuk segera dirujuk.
4. Menentukan Presentasi
Untuk menentukan presentasi (bagian terbawah) bayi :
a. Berdiri di samping dan menghadap kea rah kepala (minta ibu mengangkat
tungkai ata dan menekukkan lutut).
b. Untuk menentukan apakah presentasinya adalah kepala atau bokong maka
perhatikan dan pertimbangkan bentuk, ukuran dan kepadatan bagian tersebut.
Bagian berbentuk bulat, teraba keras, berbatas tegas, dan mudah digerakkan (
bila belum masuk rongga panggul) biasanya adalah kepala. Jika bentuknya
kurang tegas, teraba kenyal , relative lebih besar dan sulit terpegang secara
mantap maka bagian tersebut biasanya adalah bokong. Istilah sungsang
digunakan untuk menunjukkan bahwa bagian terbawah adalah kebalikan dari
kepala atau diidentikkan sebagai bokong.
c. Dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan, pegang bagian terbawah
janin yang mengisi bagian bawah abdomen ibu. Bagian yang berada diantara
ibu jari dan jari tengah penolong adalah penunjuk presentasi bayi.
5. Menentukan Penurunan Bagian Terbawah Janin
Pemeriksaan penurunan bagian terbawah janin ke dalam rongga panggul melalui
pengukuran pada dinding abdomen akan memberikan tingkat kenyamanan yang
lebih baik bagi ibu jika dibandingkan dengan melakukan periksa dalam (vaginal
toucher). Selain itu, cara penilain diatas (bila dilakukan secara benar dapat
memberikan informasi yang sama baiknya dengan hasilnya periksa dalam tentang
kemajuan persalinan (penurunan bagian terbawah janin) dan dapat mencegah
periksa dalam yang tidak perlu atau berlebihan.
Penilaian penurunan kepala janin dilakukan dengan menghitung proporsi bagian
terbawah janin yang masih berada di atas tepi atas simfisis dan dapat diukur
dengan lima jari tangan pemeriksa (per limaan). Bagian diatas simfisis adalah
proporsi yang belum masuk pintu atas panggul dan sisanya (tidak teraba)
menunjukkan sejauh mana bagian terbawah janin telah masuk ke dalam rongga
panggul.
Penurunan bagian terbawah dengan metode lima jari (perlimaan) adalah :
a. 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di atas simfisis pubis.
b. 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas
panggul.
c. 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul.
d. 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diatas
simfisis dan (3/5) bagian telah turun melewati bidang tengah rongga pangul
(tidak dapat digerakkan).
e. 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin yang
berada diatas simfisis dan 4/5 bagian telah masuk ke dalam rongga panggul.
f. 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari permeriksaan luar
da seluruh bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam rongga panggul.
Periksa Dalam
Sebelum melakukan periksa dalam, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir,
kemudian keringkan dengan handuk kering dan bersih. Minta ibu untuk berj=kemih dan
mencuci are genetalia (jika ibu belum melakukannya) dengan sabun dan air. Jelaskan
pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan. Tenteramkan hati
dan anjurkan ibu untuk rileks.Pastikan privasi ibu terjaga selama permeriksaan
dilakukan.
Kala III
1) Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
a) Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali
normal dengan cepat
b) Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
c) Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 – 300 ml
4) Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
a) Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
b) Tali pusat memanjang pada muara vagina
Kala IV
1. Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2. Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin lebih
rendah pada respon terhadap analgesia/anastesia, atau meningkat pada respon
pemberian oksitisin atau HKK,edema, kehilangan darah selama persalinan
3. Integritas Ego
Mulai mengenai kondisi bayi, bahagia
4. Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5. Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
6. Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan
episiotomy, kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor.
8. Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9. Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus,
perineum bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae mungkin pada
abdomen, paha dan payudara. Pengeluaran kolostrum, pantau jumlah lochea
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kala I (Fase Laten dan Aktif)
1) Ansietas
2) Defisit pengetahuan
3) Nyeri Melahirkan
2. Kala II
1) Nyeri Melahirkan
2) Gangguan integritas kulit / jaringan
3) Risiko cedera janin
3. Kala III
1) Gangguan integritas kulit / jaringan
2) Nyeri akut
3) Risiko cedera janin
4) Risiko perdarahan
5) Kesiapan peningkatan menjadi orang tua
4. Kala IV
1) Nyeri akut
2) Risiko perdarahan
3. Intervensi Keperawatan
Kala I (Fase Laten dan Aktif)
DIAGNOSA
N
KEPERAWATAN SLKI SIKI
O
(SDKI)
1. Ansietas (D.0080) Setelah dilakukan asuhan Reduksi Ansietas
keperawatan selama
Definisi: Observasi
…… x …….… maka
Kondisi emosi dan
Identifikasi saat tingkat
pengalaman subyektif Tingkat Ansietas
ansietas berubah (mis.
individu terhadap objek Menurun dengan kriteria
Kondisi, waktu, stressor)
yang tidak jelas dan hasil:
Identifikasi kemampuan
spesifik akibat antisipasi
1. Verbalisasi mengambil keputusan
bahaya yang
kebingungan menurun Monitor tanda-tanda
memungkinkan individu
(5) ansietas (verbal dan
melakukan tindakan
2. Verbalisasi khawatir nonverbal)
untuk menghadapi
akibat kondisi yang
ancaman Terapeutik
dihadapi menurun (5)
3. Perilaku gelisah Ciptakan suasana terapeutik
Penyebab:
menurun (5) untuk menumbuhkan
Krisis situasional
4. Perilaku tegang kpercayaan
Kebutuhan tidak menurun (5) Temani pasien untuk
terpenuhi 5. Konsentrasi membaik mengurangi kecemasan, jika
Krisis maturasional (5) memungkinkan
Ancaman terhadap 6. Pola tidur membaik Pahami situasi yang
konsep diri (5) membuat ansietas
Ancaman terhadap dengarkan dengan penuh
Dukungan Sosial
kematian perhatian
Meningkat dengan
Kekhawatiran Gunakan pendekatan yang
kriteria hasil:
mengalami tenang dan meyakinkan
kegagalan 1. Kemampuan meminta
Tempatkan barang pribadi
Disfungsi system bantuan pada orang
yang memberikan
keluarga
Hubungan orang lain meningkat (5) kenyamanan
tua-anak tidak 2. Bantuan yang Motivasi mengidentifikasi
memuaskan ditawarkan oleh orang situasi yang memicu
Faktor keturunan lain meningkat (5) kecemasan
(temperamen, 3. Dukungan emosi yang Diskusikan perencanaan
mudah teragitasi disediakan oleh orang realistis tentang peristiwa
sejak lahir) lain meningkat (5) yang akan datang
Penyalahgunaan zat
Edukasi
Terpapar bahaya
lingkungan (mis. Jelaskan prosedur, termasuk
lain-lain) dialami
Edukasi
Dukungan Emosional
Observasi
Terapeutik
Fasilitasi mengungkapkan
perasaan cemas, marah, atau
sedih
Buat pernyataan suportif
atau empati selama fase
berduka
Lakukan sentuhan untuk
memberikan dukungan
(mis. Merangkul, menepuk-
nepuk)
Tetap bersama pasien dan
pastikan keamanan selama
ansietas, jika perlu
Kurangi tuntutan berpikir
saat sakit atau lelah
Edukasi
Kolaborasi
Edukasi Dehidrasi
Observasi
Identifikasi kemampuan
pasien dan keluarga
menerima informasi
Terapeutik
Edukasi
Observasi
Identifikasi kemampuan
pasien dan keluarga
menerima informasi
Terapeutik
Kala II
DIAGNOSA
NO SLKI SIKI
KEPERAWATAN (SDKI)
1. Nyeri Melahirkan Setelah diberikan asuhan Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0079) keperawatan selama …. x …. Observasi
Penyebab diharapkan nyeri melahirkan Identifikasi lokasi,
Dilatasi serviks pasien berkurang dengan karakteristik, durasi,
Pengeluaran janin kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
Gejala dan tanda Mayor Tingkat nyeri (L. 08066): intensitas nyeri
Subjektif Kemampuan Identifikasi skala
Mengeluh nyeri menuntaskan aktivitas nyeri
Perineum terasa (5) Identifikasi faktor
tertekan Keluhan nyeri (5) yang memperberat
Objektif Meringis (5) dan memperingan
Ekspresi wajah Sikap protektif (5) nyeri
meringis Gelisah (5) Identifikasi
Berposisi Kesulitan tidur (5) pengetahuan dan
meringankan nyeri Menarik diri (5) keyakinan tentang
Uterus teraba nyeri
Berfokus pada diri
membulat sendiri (5) Identifikasi pengaruh
Gejala dan Tanda Minor budaya terhadap
Diaphoresis (5)
Subjektif respon nyeri
Perasaan depresi
Mual Identifikasi pengaruh
(tertekan) (5)
Nafsu makan nyeri terhadap
Perasaan takut
menurun/ meningkat kualitas hidup
mengalami cedera
Objektif Monitor keberhasilan
berulang (5)
Tekanan darah terapi komplementer
Anoreksia (5)
meningkat yang sudah diberikan
Perineum terasa
Frekuensi nadi Monitor efek samping
tertekan (5)
meningkat penggunaan analgetik
Uterus teraba
Ketegangan otot Terapeutik
membulat (5)
meningkat Berikan tehnik
Ketegangan otot (5)
Pola tidur berubah nonfarmakologis
Pupil dilatasi (5)
Fungsi berkemih untuk mengurangi
Muntah (5)
berubah rasa nyeri (mis.
Mual (5)
Diaphoresis TENS, hypnosis,
Frekuensi nadi (5) acupressure, terapi
Gangguan perilaku
Pola napas (5) music, biofeedback,
Perilaku ekspresif
Tekanan darah (5) terapi pijat,
Pupil dilatasi
Proses berpikir (5) aromaterapi, teknik
Muntah
Fokus (5) imajinasi terbimbing,
Fokus pada diri sendiri
Fungsi berkemih (5) kompres
Perilaku (5) hangat/dingin, terapi
o Konsumsi alkohol
o Terpapar agen
teratogen
o Ketuban pecah
sebelum waktunya
o Infeksi
o Penyakit penyerta
(asma, hipertensi,
penyakit menular
seksual, AIDS)
o Masalah kontraksi
elektriks kering
objektif :
nyeri
perdarahan
hematoma
kemerahan
imobilisasi
gagal jantung
gagal ginjal
diabetes melitus
AIDS
Kala III
Terapeutik
Gejala dan Tanda Mayor
Berikan teknik
Subjektif
Frekuensi nadi (5)
nonfarmakologis
Mengeluh nyeri
untuk mengurangi rasa
Objektif Pola napas (5)
nyeri (mis. TENS,
Tampak meringis
Tekanan darah (5) hypnosis, akupresur,
Bersikap protektif
Proses berpikir (5) terapi music,
(mis. Waspada,
Fokus (5) biofeedback, terapi
posisi menghindari
Fungsi kemih (5) pijat, aromaterapi,
nyeri)
Perilaku (5) teknik imajinasi
Gelisah
Nafsu makan (5) terbimbing, kompres
Frekuensi nadi
Pola tidur (5) hangat/dingin, terapi
meningkat
bermain)
Sulit tidur
Kontrol Nyeri Kontrol lingkungan
Melaporkan nyeri yang memperberat
terkontrol (5) rasa nyeri (mis. Suhu
Kemampuan ruangan, pencahayaan,
mengenali onset nyeri kebisingan)
Gejala dan Tanda Minor
(5) Fasilitas istirahat dan
Subjektif
Kemampuan tidur
-
mengenali penyebab Pertimbangkan jenis
Objektif
nyeri (5) dan sumber nyeri
Tekanan darah
Kemampuan dalam pemilihan
meningkat
menggunakan teknik strategi meredakan
Pola napas berubah
non-farmakologis (5) nyeri
Nafsu makan
Dukungan orang
berubah
terdekat (5) Edukasi
Proses berpikir
terganggu Keluhan nyeri (5) Jelaskan penyebab,
Menarik diri Penggunaan analgesic periode, dan pemicu
Berfokus pada diri (5) Jelaskan strategi
sendiri meredakan nyeri
Diaforesis Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Kondisi klinis terkait Anjurkan
Kondisi pembedahan menggunakan
Cedera traumatis analgetik secara tepat
Infeksi Ajarkan teknik
Sindrom koroner nonfarmakologis
akut untuk mengurangi rasa
Glaukoma nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Pemberian Analgesik
Observasi
Identifikasi
karakteristik nyeri
(mis. Pencetus,
pereda, kualitas,
lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
Identifikasi riwayat
alergi obat
Identifikasi kesesuaian
jenis analgesic (mis.
Narkotika, non
narkotika, atau
NSAID) dengan
tingkat keparahan
nyeri
Monitor tanda tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik
Monitor efektifitas
analgesik
Terapeutik
Diskusikan jenis
analgesic yang disukai
untuk mencapai
analgesia optimal, jika
perlu
Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan
kadar dalam serum
Tetapkan target
efektifitas analgesik
untuk
mengoptimalkan
respon pasien
Dokumentasikan
respons terhadap efek
analgesik dan efek
yang tidak diinginkan
Edukasi
Jelaskan efek terapu
dan efek samping
obat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesik, sesuai
indikasi
3 Gangguan integritas Setelah diberikan asuhan Perawatan integritas kulit
kulit / jaringan keperawatan selama …… Observasi :
Definisi : x….. jam diharapkan pasien Identifikasi penyebab
Kerusakan kulit ( dermis dapat memenuhi kriteria hasil gangguan integritas
atau epidermis) atau sebagai berikut : kulit
jaringan( membrane Elastisitas meningkat Terapeutik :
mukosa, kornea, fasi, otot, Hidrasi meningkat Ubah posisi setiap 2
tendon, tulang, kartilaho, Perfusi jaringan jam
kapsul sendi, atau meningkat Lakukan pemijatan
ligament) Kerusakan jaringan pada area penonjolan
menurun tulang
Penyebab : Kerusakan lapisan Bersihkan perineal
Perubahan sirkulasi kulit menurun dengan air hangat
Perubahan status Nyeri menurun Gunakan produk
nutrisi Kemerahan menurun berbahan prtolium
Kekurangan atau Hematoma menurun atau minyak pada
kelebihan cairan kulit
Suhu kulit membaik
Penurunan Gunakan produk
Tekstur membaik
mobilitas berbahan ringan/alami
Bahan kimia iritatif dan hipoalergik pada
Suhu lingkungan kulit sensitive
yang ekstrem Hindari prosuk
Faktor mekanis berbahan dasar
( mis. Penekanan alcohol pada kulit
pada penonjolan kering
tulang , atau Edukasi :
gesekan) atau Anjurkan
fakroe elektriks menggunakan
Efek samping pelembab
terapi radiasi Anjurkan minum air
Kelembaban yang cukup
Proses penuaan Anjurkan
Neuropati perifer meningkatkan asupan
Perubahan nutrisi
pigmentasi Anjurkan
Perubahan meningkatkan asupan
hormonal buah dan sayur
o Faktor ekonomi
o Konsumsi alkohol
o Terpapar agen
teratogen
o Infeksi
o Penyakit penyerta
(asma, hipertensi,
penyakit menular
seksual, AIDS)
o Masalah kontraksi
Kala IV
N DIAGNOSA
SLKI SIKI
O KEPERAWATAN (SDKI)
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama ....
Observasi
X .... jam menit diharapkan
Definisi: Nyeri Akut Berkurang Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
Pengalaman sensorik atau dengan kriteria hasil :
frekuensi, kualitas ,
emosional yangberkaitan Tingkat nyeri :
intensitas nyeri
dengan kerusakan jarigan
Keluhan nyeri (5) Identifikasi skala
actual atau fungsional,
Meringis (5) nyeri
dengan onset mendadak atau
Sikap protektif (5) Identifikasi respons
lambat dan berintensitas
Gelisah (5) nyeri non verbal
ringan hingga berat yang
Kesulitan tidur (5) Identifikasi faktor
berlangsung kurang dari 3
Menarik diri (5) yang memperberat
bulan
Berfokus pada diri nyeri dan
sendiri (5) memperingan nyeri
Subjektif
Pola napas (5) Terapeutik
Mengeluh nyeri
Tekanan darah (5) Berikan teknik
Objektif
Proses berpikir (5) nonfarmakologis
Tampak meringis Fokus (5) untuk mengurangi
Bersikap protektif Fungsi kemih (5) rasa nyeri (mis.
(mis. Waspada, posisi Perilaku (5) TENS, hypnosis,
menghindari nyeri) akupresur, terapi
Nafsu makan (5)
Gelisah music, biofeedback,
Pola tidur (5)
Frekuensi nadi terapi pijat,
meningkat aromaterapi, teknik
Sulit tidur Kontrol Nyeri
imajinasi
Melaporkan nyeri terbimbing, kompres
terkontrol (5) hangat/dingin, terapi
Kemampuan bermain)
mengenali onset Kontrol lingkungan
nyeri (5) yang memperberat
Gejala dan Tanda Minor
Kemampuan rasa nyeri (mis.
Subjektif mengenali penyebab Suhu ruangan,
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
Pemberian Analgesik
Observasi
Identifikasi
karakteristik nyeri
(mis. Pencetus,
pereda, kualitas,
lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
Identifikasi riwayat
alergi obat
Identifikasi
kesesuaian jenis
analgesic (mis.
Narkotika, non
narkotika, atau
NSAID) dengan
tingkat keparahan
nyeri
Monitor tanda tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik
Monitor efektifitas
analgesik
Terapeutik
Diskusikan jenis
analgesic yang
disukai untuk
mencapai analgesia
optimal, jika perlu
Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan
kadar dalam serum
Tetapkan target
efektifitas analgesik
untuk
mengoptimalkan
respon pasien
Dokumentasikan
respons terhadap
efek analgesik dan
efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
Kolaborasi
pemberian dosis dan
jenis analgesik,
sesuai indikasi
2. Risiko Perdarahan Setelah dilakukan asuhan Pencegahan pendarahan
Definisi : keperawatan selama Observasi
Berisiko mengalami …… x …….… Monitor tanda dan
kehilangan darah baik makadiharapkan risiko gejala pendarahan
internal (terjadi di dalam pendarahan menurun Monitor nilai
tubuh) maupun eksternal dengan kriteria hasil : hematocrit/ hemoglobin
(terjadi hingga keluar tubuh). Tingkat Pendaharahan : sebelum dan setelah
Kelembaban membrane kehilangan darah
FaktorRisiko :
Aneurisma mukosa meningkat (5) Monitor tanda-tanda
Gangguan Kelembaban kulit vital ortostatik
gastrointestinal (mis. meningkat (5) Monitor koagulasi( mis.
Ulkus lambung, polip, Kongnitif meningkat (5) Prothrombin time (PT),
varises) Hemoptysis menurun partial thromboplastin
Gangguan fungsi hati (5) time (PTT), fibrinogen,
(mis. Sirosis hepatitis) Hematemesis menurun degradasi fibrin dan/atau
Komplikasi kehamilan (5) platelet)
(mis. Ketuban pecah Hematuria menurun (5) Terapeutik
sebelum waktunya, Pedarahan anus Pertahankan bed drest
plasenta previa/abrupsio, menurun (5) selama pendarahan
kehamilan kembar) Distensi abdomen Batasi tindakan
Komplikasi pasca partum menurun (5) invasive, jika perlu
(mis. Atoni uterus, retensi Pedarahan vagina Gunakan kasur
plasenta) menurun (5) pencegah dikubitus
Gangguan koagulasi Pendarahan pasca Hindari pengukuran
(mis. Trombositopenia) operasi menurun (5) suhu retal
Efek agen farmakologis Hemoglobin membaik Edukasi
Tindakan pembedahan (5) Jelaskan tanda dan
Trauma Hematokrit membaik (5) gejala perdarahan
4. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan atau implementasi merupakan realisasi dari rangkaian dan penentuan
diagnose keperawatan. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun
untuk membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan dan implementasi harus
sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat.
Implementasi yang umum dilakukan pada pasien seperti :
a. Memonitor tanda – tanda vital pasien
b. Memantau perdarahan yang dialami pasien
c. Memantau persalinan
d. Membantu mengurangi rasa nyeri selama proses melahirkan
e. KIE tentang persiapan pasien saat akan melahirkan
f. Memonitor adanya kerusakan kulit pada perineum akibat robekan saat
melahirkan
5. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir proses asuhan keperawatan. Pada tahap ini kita
melakukan penilaian terakhir terhadap kondisi pasien dan disesuaikan dengan kriteria
hasil sebelumnya yang telah dibuat. Evaluasi yang diharapkan pada pasien yaitu :
a. Tanda – tanda vital pasien dalam batas normal
b. Mencegah pasien mengalami perdarahan
c. Menjegah terjadinya kendala atau penyulit pada proses persalinan
d. Rasa nyeri selama proses melahirkan mampu diatasi oleh pasien dengan
berbagai cara
e. Pasien memahami tentang persiapan pasien saat akan melahirkan
f. Mencegah terjadinya kerusakan integritas kulit akibat luka robek
Dalam evaluasi asuhan keperawatan menggunakan format SOAP seperti :
S : Subjective ( pernyataan atau keluhan dari pasien )
O : Objective ( data yang diobservasi oleh perawat
A : Analisys ( kesimpulan dari subjektif dan objektif )
P : Planning ( rencana tindakan yang dilakukan berdasarkan analisis )
DAFTAR PUSTAKA
Hafifah. 2011. Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Persalinan Normal.
http:///D:/MATERNITY%20NURSING/Lp%20PERSALINAN/laporan-pendahuluan-
paa-pasien-dengan.htmlDiakses pada tanggal 1 September 2020.
Maryunani, A dan Nurhayati. 2009. Asuhan Kegewatdaruratan dan Penyulit Pada Nonatus.
CV. Trans Info Media: Jakarta.
Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Pusat dan Data Informasi Kementrian Kesehatan RI. (2014). Situasi kesehatan ibu. Diakses
dari: http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
ibu.pdf pada tanggal 1 September 2020.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. PPNI: Jakarta.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI:
Jakarta Selatan.
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Denifisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Dewan Pengurus Pusat PPNI: Jakarta Selatan
Reeder, S.J., Martin, L.L., & Griffin, D.K. (2014). Keperawatan maternitas: kesehatan
wanita, bayi, & keluarga volume 1 edisi 1. Jakarta: EGC.
Denpasar, 1 September 2020
Mengetahui
Clinical Teacher / CT Mahasiswa
(Dra. I.D.A Ketut Surinati, S.kep., Ns., M.Kes.) Ni Putu Evi Srikrisna Yanti
NIP: 196412311985032010 NIM: P07120320025