R
DENGAN KASUS INTRANATAL CARE (INC) UPT. PUSKESMAS
PAHANDUT
OLEH :
TINA NOVELA
2019. C.11a.1030
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021/20022
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 2019.C.11a.1030
i
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan
yang berjudul “Laporan Pendahuluan pada By. R dengan diagnose Intranatal Care (INC) ”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes Eka
Harap Palangka Raya.
3. Ibu Isnawiranti, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
4. Ibu Hesti Wirastuti Lumarsih, S.Kep.,Ners selaku dan pembimbing Klinik yang
telah memberikan izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik
manajemen keperawatan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tina Novela
iii
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
iv
2.3.3. Intervensi .....................................................................................................21
2.3.4. Impelementasi .............................................................................................23
2.3.5. Evaluasi........................................................................................................32
3.1.1 Pengkajian
3.1.2 Diagnosa
3.1.3 Intervensi
3.1.4 Implementasi
3.1.5 Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................58
LAMPIRAN..............................................................................................................59
v
BAB 1
PENDAHULUAN
6
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan Asuhan Keperawatan Pada Ny. R
dengan Intra Natal Care (INC).
1.3.2 Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Asuhan Keperawatan pada Ny. R
dengan Intra Natal Care (INC).
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Ny. R
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Ny. R dengan Intra Natal Care
(INC). Mahasiswa mampu menentukan diagnosa pada Ny. R . Mahasiswa mampu
menentukan dan menyusun intervensi pada Ny. R Dengan Intra Natal Care (INC).
Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Ny. R Dengan
Intra Natal Care (INC).
1.3.2.3 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Ny. R Dengan Intra Natal Care (INC)
Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi keperawatan.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan Stikes Eka
Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Diharapkan dapat mengedukasi keluarga untuk dapat selalu menjaga kesehatannya
dan sebagai sumber informasi pada keluarga.
1.4.3 Bagi Institusi
Menjadi sumber refrensi bagi institusi pendidikan maupun rumah sakit.
1.4.4 Bagi IPTEK
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat peraktis dalam
keperawatan yaitu sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus tersebut.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Etiologi
Etiologi dipengaruhi oleh dua hormon yang dominan yaitu hormon
estrogen dan progesteron. Hormon estrogen menyebabkan peningkatan
sesnsitifas otot rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti
8
oxytiksin, prostagladin, dan rangsangan mekanisme. Sedangkan hormon
progesteron menurunkan sensitifas otot rahim, menghambat rangsangan dari luar
yang menyebabkan relaksasi otot dan otot polos.
Beberapa teori disebutkan dapat menimbulkan adanya persalinan. Teori tersebut
diantaranya :
a. Teori penurunan hormon.
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan kadar estrogen dan
progesteron. Fungsi progresteron sebagai penenang otot-otot polos rahim akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his (kontraksi) bila
kadar progresteron menurun.
b. Teori Plasenta Menjadi Tua
Turunnya kadar hormon estrogen dan progesteron menyebabkan kekejangan
pembuluh darah dengan kontraksi rahim.
c. Teori Distensi Rahim
Rahim yang nmenjadi besar dan menegang menyebabkan iskemik otot-otot
rahim sehingga mengganggu uterus plasenta.
d. Teori Iritasi Mekanik
Dibalakang serviks terlihat ganglion servikale. Bila ganglion itu digeser dan di
tekan misalnya oleh kepala janin maka akan menimbulkan kontraksi pada rahim.
2.1.2. Patofisiologi
Untuk menentukan pecahnya ketuban ditentukan dengan kertas lakmus.
Pemeriksaan pH dalam ketuban adalah asam, dilihat apakah memang air ketuban
keluar dari kanatis serviks dan adalah bagian yang pecah. Pengaruh terhadap ibu
karena jalan janin terbuka dapat terjadi infeksi intraportal. Peritoritis dan dry labour.
Ibu akan merasa lelah, suhu naik dan tampak gejala infeksi intra uterin lebih dahulu
sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalita dan morbiditas
perinatal. Setelah ½ jam ketuban pecah tidak terjadi persalinan spontan (partus lama)
maka persalinan diinduksi.
9
1. Kala I dimulai dari pada saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Proses ini terbagi dalam 2 fase. Fase laten (8 jam) servik membuka sampai 5 cm
dan fase aktif (7 jam) servik membuka diri 3 sampai 10 cm kontraksi lebih kuat
dan sering selama fase aktif.
2. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir, proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
3. Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit
4. Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama pos partum.
(Taber, 1994)
10
2.1.3. Manifestasi Klinis
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan Keberhasilan proses
persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor ibu (power, passage,
psikologis), faktor janin, plasenta dan air ketuban (passenger), dan faktor
penolong persalinan. Hal ini sangat penting, mengingat beberapa kasus
kematian ibu dan bayi yang disebabkan oleh tidak terdeteksinya secara dini
adanya salah satu dari factor-faktor tersebut.
a. Power (Tenaga/Kekuatan)
1) His (Kontraksi Uterus) Merupakan kekuatan kontraksi uterus karena otot-
otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna. Sifat his yang baik adalah
kontraksi simetris, fundus dominial, terkordinasi dan relaksasi. Kontraksi ini
bersifat involunter karena berada dibawah saraf intrinsic.
2) Tenaga mengedan Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah atau
dipecahkan, serta sebagaian presentasi sudah berada di dasar panggul, sifat
kontraksinya berubah, yakni bersifat mendorong keluar dibantu dengan
keinginan ibu untuk mengedan atau usaha volunteer. Keinginan mengedan ini
di sebabkan karena, kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan
peninggian tekanan intra abdominial dan tekanan ini menekan uterus pada
semua sisi dan menambah kekuatan untuk mendorong keluar, tenaga ini serupa
dengan tenaga mengedan sewaktu buang air besar (BAB) tapi jauh lebih kuat,
saat kepala sampai kedasar panggul timbul reflex yang mengakibatkan ibu
menutup glotisnya, mengkontraksikan otot-otot perut dan menekan
diafragmanya kebawah, tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil bila
pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu ada his dan tanpa tenaga
mengedan bayi tidak akan lahir (Ai Nursiah, dkk, 2014: 31-32).
b. Passage (Jalan Lahir) Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin
terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks, dan vagina. Syarat agar
janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan
lahir tersebut harus normal (Widia, 2015: 16).
11
1) Janin Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberaapa faktor, yakni kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi
janin (Ai Nursiah, dkk, 2014: 39).
2) Plasenta Plasenta juga harus melewati jalan lahir maka dia di anggab sebagai
bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang
menghambat proses persalinan normal (Widia, 2015: 29).
3) Air ketuban Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membran yang
kuat dan ulet tetapi lentur. Amnion adalah jaringan yang menentukan hampir
semua kekuatan regangan membran janin, dengan demikian pembentukan
komponen amnion yang mencegah ruptur atau robekan. Penurunan ini terjadi
atas 3 kekuatan yaitu salah satunya adalah tekanan dari cairan amnion dan juga
saat terjadinya dilatasi serviks atau pelebaran muara dan saluran serviks yang
terjadi di awal persalinan, dapat juga karena tekanan yang ditimbulkan oleh
cairan amnion selama ketuban masih utuh (Widia, 2015: 29).
e. Pysician (Penolong)
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah bidan, yang
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan
janin (Widia, 2015: 30). Tidak hanya aspek tindakan yang di berikan, tetapi
aspek konseling dan meberikan informasi yang jelas dibutuhkan oleh ibu
12
bersalin utuk mengurangi tingkat kecemasan ibu dan keluarga (Ai Nursiah, dkk
2014: 48).
2.1.4. Komplikasi
2.1.5.1 Komplikasi Kala I
Komplikasi yang dialami ibu melahirkan kala I adalah:
1. Partus lama, biasanya terkait kontraksi uterus yang tidak adekuat atau dilatasi
serviks yang tidak sempurna
2. Ketuban pecah dini (KPD), yaitu pecahnya ketuban sebelum ada tanda
inpartu
Komplikasi kala I juga dapat terjadi pada janin, sehingga penting bagi
petugas kesehatan untuk memastikan keselamatan dan kondisi janin.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah:
1. Asfiksia, yang dapat menyebabkan intrauterine fetal death (IUFD)
2. Sepsis neonatorum, dapat terjadi karena infeksi akibat KPD[3,11,15]
2.1.5.2 Komplikasi Kala II
Komplikasi pada ibu melahirkan kala II adalah distosia atau
persalinan kala II yang memanjang. Di mana waktu persalinan pada
primipara lebih dari 2 jam, atau pada multipara lebih dari 1 jam, tanpa
anestesi epidural anestesi. Kondisi ini dapat menyebabkan risiko
korioamnionitis, endometritis, infeksi saluran kemih, dan retensi urin.
[1,2,4,7]
Distosia dapat terjadi akibat lilitan tali pusat atau bayi besar/makrosomia.
Setelah lahir, kepala bayi perlu diperiksa apakah ada lilitan tali pusat di
leher, karena dapat menyebabkan komplikasi pada janin seperti
hipovolemia, anemia, syok hipoksik-iskemik, bahkan ensefalopati. Janin
makrosomia dapat menyebabkan distosia bahu.[1,2,4,7]
2.1.5.3 Komplikasi Kala III
Pada kala III, komplikasi yang dapat terjadi adalah retensio plasenta,
yaitu plasenta tidak lahir spontan dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir.
Pada keadaan ini, perlu dilakukan tindakan manual plasenta. Retensio
plasenta dapat menyebabkan perdarahan postpartum.[2,13-14]
13
2.1.5.3 Komplikasi Kala IV
Pada kala IV, komplikasi yang paling sering terjadi adalah perdarahan
postpartum, yaitu jumlah perdarahan pervaginam setelah bayi lahir lebih
dari 500 cc atau dapat mempengaruhi hemodinamik pasien. Penyebab
perdarahan postpartum terdiri dari 4T, yaitu tone (atonia uteri), tissue
(sisa jaringan plasenta), trauma (ruptur uteri, serviks, atau vagina), dan
thrombin (gangguan faktor koagulopati).[2,11]
1. Atonia Uteri
Atonia uteri akan segera terlihat segera setelah bayi lahir. Tanda kontraksi
uterus tidak baik adalah uterus teraba lembek. Kondisi ini dapat
menyebabkan perdarahan masif sehingga pasien mengalami syok
hipovolemik.[2,14]
2. Sisa Jaringan Plasenta,
Plasenta yang dikeluarkan tidak lengkap dan tertinggal di dalam uterus,
dapat menyebabkan perdarahan pervaginam hingga 6-10 hari setelah
partus. [2,14]
14
b. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Pemberian obat-obatan Antibiotik
cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda-beda sesuai indikasi.
c. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
2.1.7. Pathway
Kehamilan 37-
39 minggu
Tanda- tanda
Inpartus
Proses
Persalinan
15
Trauma Jaringan, Resiko Infeksi
laserasi
2.2.2. Etiologi
Penyebab nyeri biasanya terjadi karena selama proses operasi sesar,
ada banyak lapisan perut yang disayat untuk dapat mengakses rahim, mulai
dari berbagai lapis kulit, lapisan lemak, berbagai lapisan otot, dan rahim
sendiri ada beberapa lapis.
2.2.3. Klasifikasi
Klasifikasi nyeri umumnya dibagi 2, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis :
1. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang,
tidak melebihi 6 bulan, dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot.
2. Nyeri kronis Merupakan nyeri yang tiimbul secara perlahan-lahan biasanya
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk
dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis dan
psikomatik.
16
2.2.4. Respon Nyeri
Respon tubuh terhadap nyeri adalah sebuah proses komplek dan bukan
sebuah kerja spesifik. Respon tubuh terhadap nyeri memiliki aspek fisiologis dan
psikososial. Pada awalnya, sistem saraf simpatik berespon, menyebabkan respon
melawan atau menghindar. Apabila nyeri terus berlanjut, tubuh beradaptasi ketika
system saraf parasimpatik mengambil alih, membalik banyak respons fisiologis
awal. Adaptasi terhadap nyeri ini terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari
mengalami nyeri.
Reseptor nyeri actual sangat sedikit beradaptasi dan terus mentransmisikan
pesan nyeri. Seseorang dapat belajar tentang nyeri melalui aktifitas kognitif dan
perilaku, seperti pengalihan, imajinasi, dan banyak tidur. Individu dapat berespon
terhadap nyeri dengan mencari intervensi fisik untuk mengatasi nyeri seperti,
analgetic, pijat dan olahraga.
17
R Region, untuk mengkaji lokasi, tenaga kesehatan meminta penderita untuk
menunjukkan semua bagian/daerahh yang dirasakan tidak nyaman. Untuk
melokalisasi lebih spesifik maka sebaiknya tenaga kesehatan meminta
penderita untuk menunjukkan daerah yang nyerinya minimal sampai kearah
nyeri yang sangat. Nammun hal ini akan sulit dilakukan apabila nyeri yang
dirasakan bersifat menyebar atau difuse.
S Scale, tingkat keparahhan merupakan hal yang paling subyektif yang
dirasakan oleh penderita, karena akan diminta bagaimana kualitas nyeri,
kualitas nyeri harus bisa digambarkan menggukan skala nyeri yang sifatnya
kuantitas.
T Time, tenaga kesehatan mengkaji tentang awitan, durasi dan rangkaian
nyeri. Perlu ditanyakan kapan mulai muncul adanya nyeri, berapa lama
menderita, seberapa sering untuk kambuh, dan lain-lain.
1) Keluhan Utama :
Keluhan yang diungkapkan klien pada umumnya yaitu adanya rasa nyeri. Lokasi luka
biasanya terdapat pada daerah- daerah yang menonjol, misalnya pada daerah
abdomen , daerah tangan , telapak kaki,.
2) Riwayat Penyakit Sekarang :
Hal- hal yang perlu dikaji adalah mulai kapan keluhan dirasakan, lokasi keluhan,
intensitas, lamanya atau frekuensi, faktor yang memperberat atau memperingan
serangan, serta keluhan- keluhan lain yang menyertai dan upaya- upaya yang telah
dilakukan perawat disini harus menghubungkan masalah kulit dengan gejalanya
seperti: gatal, panas, mati rasa, immobilisasi, nyeri, demam, edema, dan neuropati
3) Riwayat Kesehatan masa lalu:
Apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, darah tinggi, DM, dan
hiperlipidemia. Tanyakan obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu
18
yang masih relevan. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Tanyakan
alergi obat dan reaksi alergi apa yang timbul
4) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan karena penyembuhan luka dapat
dipengauhi oleh penyakit-penyakit yang diturunkan seperti : DM, alergi, Hipertensi
( CVA ). Riwayat penyakit kulit dan prosedur medis yang pernah dialami klien. Hal
ini untuk memberikan informasi apakah perubahan pada kulit merupakan manifestasi
dari penyakit sistemik seperti : infeksi kronis, kanker, DM
1.3.1.3. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien biasanya baik atau compos mentis
(CM) dan umumnya penderita datang dengan keadaan sakit dan gelisah atau cema s
akibat adanya kerusakan integritas kulit yang dialami.
2) B1 (Breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam batas normal.
3) B2 (Blood)
Tekanan darah biasanya mengalami peningkatan atau dalam batas normal tidak ada
bunyi jantung tambahan dan tidak ada kelainan katup.
4) B3 (Brain)
Kaji adanya hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, terlihat kelemahan/kehilangan
fungsi. Pergerakan mata atau kejelasan penglihatan, dilatasi pupil. Agitasi berhubungan
denan nyeri atau ansietas.
5) B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine dengan intake cairan klien. Perubahan pola kemih
seperti inkontinesia urin, disuria, distensi kandung kemih, warna dan bau urin, dan
kebersihan.
6) B5 (Bowel)
Kaji adanya konstipasi, konsisten feses, frekuensi eliminasi, auskultasi bising usus,
anoreksia, adanya anoreksia abdomen, dan nyeri tekan abdomen.
7) B6 ( Bone)
19
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Kaji adannya berat tiba-tiba mungkin
teralokasi pada area jaringan dapat berkurang pada imobilisasi, kontraktur atrofi otot
,laserasi kulit dan perubahan warna.
1.3.2. Diagnosa Keperawatan
1.3.2.1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik (D.0077. Hal 172)
1.3.2.2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan(D.0129. Hal
282)
1.3.2.3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tubuh yang tidak adekuat.
(D.0142. Hal 304)
1.3.2.4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri(D.0055.Hal 126)
1.3.2.5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot(D.0056. Hal 128 )
1.3.2.6. Resiko Syok Hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.(D.0039. Hal 92)
20
21
1.2.3. Intervensi
22
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
5. Anjurkan teknik nonfamakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgesic
2. Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan ( Perawatan luka I.14564, Hal.328)
kulit berhubungan keperawatan selama 1x8 jam Observasi :
dengan kerusakan diharapkan keutuhan kulit meningkat 1. Monitor karakteristik luka
jaringan(D.0129 Hal dengan kriteria hasil :
2. Monitor tanda-tanda infeksi
282)
1. Suhu kulit membaik.(5)
Terapeutik :
2. Sensasi kulit membaik.(5) 1. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
3. Tekstur kulit membaik.(5) 2. Cukur rambut disekitar daerah luka, jika perlu
4. Nyeri menurun.(5) 3. Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai
kebutuhan
5. Kemerahan pada kulit menurun.
(5) 4. Besihkan jaringan nekrotik
6. Elastisitas kulit meningkat.(5) 5. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
23
7. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
10. Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-
1,5 g/kgBB/hari
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi prosedur debridement
3. Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan tindakan ( Pencegahan Infeksi I.14539 Hal.278)
berhubungan dengan keperawatan selama 1x8 jam Observasi :
pertahanan primer tubuh diharapkan pasien mengetahui dan
24
yang tidak adekuat. mencegah resiko infeksi dengan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sitemik
(D.0142 Hal 304) kriteria hasil :
Terapeutik :
1. Pasien mampu mengidentifikasi
1. Batasi jumlah pengunjung
resiko meningkat. (5)
2. Berikan perawatan kulit pada area edema
2. Kemampuan melakukan
strategi kontrol resiko 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
meningkat. (5) lingkungan pasien
3. Kemampuan pasien mengubah 4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
prilaku meningkat. (5)
Edukasi :
4. Kemampuan pasien 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
menghindari faktor resiko
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
meningkat. (5)
3. Ajarkan etika batuk
5. Kemampuan mengenali
perubahan status kesehatan 4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
meningkat.(5)
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
25
4. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan (Dukungan Tidur I. 05174, hal 48)
berhubungan dengan keperawatan selama 1x8 jam Observasi :
nyeri (D.0055 Hal 126) diharapkan pola tidur pasien kembali 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
membaik dengan kriteria hasil :
2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
1. Keluhan sulit tidur menurun.(5)
3. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
2. Keluhan sering terjaga menurun.
(5) 4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
4. Keluhan pola tidur pasien 2. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
berubah menurun. (5)
3. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
5. Keluhan istirahat tidak cukup
4. Tetapkan jadwal tidur rutin
menurun. (5)
5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
6. Kemampuan beraktivitas pasien
meningkat. (5) Edukasi :
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
26
tidur
5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan (Dukungan Mobilisasi I.05173, hal 30)
berhubungan dengan keperawatan selama 1x8 jam Observasi :
kelemahan otot(D.0056. diharapkan mobilisasi fisik 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Hal 128 ) meningkat dengan kriteria hasil :
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
1. Kekuatan otot pasien cukup
meningkat.(5) 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
2. Rentang gerak pasien cukup
meningkat.(4) 4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
27
6. Gerakan terbatas pasien 3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
menurun. (5) pergerakan
6 Resiko Syok Setelah dilakukan tindakan ( Manajemen syok hipovolemik I.02050. hal. 222)
Hipovolemik keperawatan selama 1x8 jam Observasi :
berhubungan dengan diharapkan Tingkat syok menurun 1. Monitor status kardiopulmonal
perdarahan yang dengan kriteria hasil :
2. Monitor status oksigenasi
berlebihan, pindahnya 1. Kekuatan nadi meningkat. (5)
cairan intravaskuler ke 3. Monitor status cairan
2. Output urine meningkat. (5)
ekstravaskuler.
4. Periksa tingkat kesadaran dan respom pupil
(D.0039) 3. Tingkat kesadaran
meningkat. (5) 5. Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya DOTS
5. Tekanan nadi membaik. (5) 2. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturnasi oksigen
28
6. Mean arterial pressure >94%
membaik.(5)
3. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis,jika perlu
7. Frekuensi napas membaik.(5)
4. Lakukan penekanan langsung (direct pressure) pada
8. Frekuensi nadi membaik. (5) pendarahan eksternal
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 1-2 L pada orang
dewasa
29
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang pelaksanaannya
berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada langkah sebelumnya
(intervensi).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi
keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan (Deswani, 2009).
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP.
30
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
32
b. Riwayat Perkawinan : (suami dan isteri)
Lamanya pernikahan : 21 tahun
Pernikahan yang ke : 1 (satu)
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : G3 P2 A0
Keada
Umu
Jenis Tempat/ Jenis Masalah an
Tgl r
No partu Penolon kelami BB Anak
partus ham
s g n Ha Lahi Nifa
il Bayi
mil r s
05-09- Ater Tungg Bidan Laki- 3.4 - - - - Hidup/s
2021 m al laki 00 ehat
gra
m
34
d. Muka
Oedema : Wajah tampak bengkak
Cloasma gravidarum : Terdapat bercak kecoklatan pada area muka
e. Mulut
Mukosa mulut & bibir : Mukosa mulut dan bibir lembab
Keadaan gigi : Normal tidak terdapa lubang pada gigi
Fungsi pengecapan : Normal
Keadaan mulut : Mulut tampak bersih
Fungsi menelan : Baik tidak ada pembengkakan tonsil
f. Mata
Konjunctiva: : Terlihat pucat pada konjungctiva
Sklera : : Putih dan bersih
Fungsi Pengelihatan : Normal
g. Hidung
Pendarahan/Peradangan : Tidak ada kelainan pada hidung
Keadaan/kebersihan : Bersih bebas dari secret dan tidak ada
pembengkakan sinus
h. Telinga
Keadaan : Bersih tidak ada serumen
Fungsi pendengaran : Baik
i. Leher
Pembesaran kel. Tyroid : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid
Distensi Vena Jugularis : Tidak teraba adanya pembengkakan vena
jugularis
Pemebesaran KGB : Tidak teraba adanya pembengkakan kelenjar
getah bening
j. Daerah dada
Suara napas : Vesikuler
Jantung dan paru-paru : Bunyi jantung : 1 dan 2 Normal
Retraksi dada : Tidak ada retraksi dinding dada berlebihan
k. Payudara
Perubahan : Tidak ada pembengkakan payudara
Bentuk buah dada : Payudara tampak simetris
Hyperigmentasi areola : Putting tampak menghitam
Keadaan puting susu : Menonjol
Cairan yang keluar : Terdapat ASI
Keadaan/Kebersihan : Bersih, warna kulit tidak pucat
Nyeri/Tegang : Nyeri
Skala nyeri : 2 (ringan)
35
l. Abdomen
Tinggi FU : 3 jari
Kontraksi Uterus : Baik teratur
Konsistensi Uterus : Keras
Posisi Uterus : 2 jari dibawah pusat
Diastasis RA :-
Bising usus : 25 x/menit
Lainnya : Tidak ada
m. Genetalia Eksterna
Keluhan : Tidak ada
Oedema : Tidak terdapat edema
Varises : Tidak ada
Pembesaran Kel Bartolin : Tidak ada
Pengeluaran/lochea :
Warna : Merah (lochea lubra)
Jumlah : Sedikit
Bau : Amis atau berbau tidak sedap
Blas : Teraba kosong
n. Anus
Haemorrhoid : Tidak terdapat hemoroid
o. Ekstermitas Atas & Bawah
Refleks patela : Baik tidak ada kelainan
Varises : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
Simetris : Tampak simetris anggota gerak kanan
dan kiri
Kram : Tidak ada
3.2. Bayi
1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda-tanda vital : Normal
3. Kepala : Tidak terdapat kelainan pada kepala
4. Dada : Simetris
5. Abdomen : Normal
6. Genetalia : Tidak terdapat kelainan
7. Anus : Tidak terdapat kelainan
8. Ekstremitas : Normal
36
a. Pola Nutrisi
Frekuensi makan : 3x sehari
Jenis makanan : Nasi,lauk pauk,sayuran dan buah-buahan
Makanan yang disukai : Semua jenis makanan
Makanan yang tidak disukai : Tidak ada
Makanan pantang / alergi : Tidak ada
Nafsu makan : Baik
Porsi makan : 1 porsi habis
Minum (jumlah dan jenis) : Air putih , 1.500 ml/hari
b. Pola Eliminasi
1. Buang Air Besar (BAB)
Frekuensi : 1 x sehari
Warna : Kuning kecoklatan
Bau : Khas
Konsistensi : Hitam lembek
Masalah / Keluhan : Tidak ada keluhan
2. Buang Air Kecil (BAK)
Frekuensi : 6x sehari
Warna : Jernih
Bau : Amoniak
Masalah / Keluhan : Tidak ada keluhan
g. Ketergatungan fisik
Merokok : Pasien mengatakan tidak merokok
Minuman keras : Pasien mengatakan tidak minum-minuman
keras
Obat-obatan : Pasien mengatakan tidak mengonsumsi obat-
obatan
Lain-lain : Tidak ada
5. Aspek Psikososial dan Spiritual
a. Pola pikir dan persepsi
- Apakah ibu telah mengetahu cara memberi ASI dan memberi makanan
tambahan pada bayi : Pasien mengatakan telah mengetahui pemberian ASI dengan
benar
- Apakah ibu merencanakan pemberiaan ASI pada bayinya : Pasien mengatakan
akan memberikan ASI secara langsung
- Jenis kelamin yang diharapkan : Laki-laki dan perempuan
- Siapa yang membantu merawat bayi dirumah : Suami dan Orang tua
- Apakah ibu telah mengetahui nutrisi ibu menteteki : Pasien mengatakan sedikit
banyak nutrisi ibu menyusui
- Apakah hamil ini diharapkan : Sangat diharapkan
- Apakah ibu merencanakan untuk mengimunisasikan bayinya : Pasien
mengatakan akan mengimunisasikan bayinya
38
- Apakah ibu telah mengetahui cara memandikan dan merawat tali pusat :
Pasien mengatakan pasien sudah mengetahui cara merawat tali pusat dan
memandikan bayi
b. Persepsi diri
- Hal yang amat dipikirkan saat ini : Nyeri pada jalan lahir
- Harapan setelah menjalani perawatan : Pasien berharap nyeri berkurang dan
pasien mampu melakukan aktifitas seperti biasa
- Perubahan yang dirasa setelah hamil : Pasien mengatakan perubahan fisik tubuh
yang drastis
c. Konsep diri
- Body image : Pasien mengatakan bahwa pasien bahagia dengan kehidupan nya
sekarang
- Peran : Pasien mengatakan berperan sebagai istri, dan seorang ibu
- Ideal diri : Pasien adalah seorang yang ramah, pasien berharap dapat cepat pulang
dan mengurus anak dan suami nya
- Identitas diri : Pasien lulusan SD dan sudah menikah
- Harga diri : Pasien mengatakan pasien sangat berguna dan berarti
d. Hubungan/Komunikasi
- Bicara : Jelas/relevan/mampu mengekpresikan/mampu mengerti orang lain :
- Bahasa utama : Indonesia
- Yang tinggal serumah : Suami dan anak
- Yang memegang peranan penting dalam keluarga : Suami dan istri
- Motivasi daru suami : Suaminya selalu menyemangati pasien semoga cepat
sembuh
- Apakah suami perokok : Pasien mengatakan suaminya tidak merokok
- Kesulitan dalam keluarga : Tidak ada
e. Kebiasaan Seksual
- Gangguan hubungan seksual : Tidak ada
- Pemahaman terhadap fungsi seksual post partum : Pasien mengatakan memahami
masa nifas 40 hari
f. Sistem nilai – kepercayaan
- Siapa dan apa sumber kekuatan : Pasien mengtakan sumber kekuatan adalah
Tuhan
39
- Apakah Tuhan, agama, Kepercayaan penting untuk anda : Pasien mengatakan
penting
- Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam frekuensi) sebutkan :
Sholat
- Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan selama di Rumah Sakit,
sebutkan : Membaca Al-quran
6. Pemerikasaan Penunjang
a. Darah
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
01/10/2021 WBC 18.44 (10ˆ3/ uL) 4.50-11.00
01/10/2021 HGB 11.6 g/dL 10.05-18.0
b. Urine
- Protein : (+) 1
- Reduksi : Negatif
c. Pemeriksaan tambahan
- Rontgent : Tidak ada
I. PENGOBATAN
1. Injeksi Cetorolax 3x1 ampul
2. Injeksi Cefriaxone 1x2 gram
3. Injeksi Kainex 3x500mg
Tina Novela
40
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN DATA
KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
OBYEKTIF
DS : Pasca melahirkan otot-otot Nyeri akut
- Pasien mengatakan kencang
nyeri pada luka
jahitan jalan lahir Kontraksi rahim setelah
- Pasien mengatakan persalinan
nyeri pada saat
bergerak Otot rahim menyusut
DO : Nyeri akut
- Pasien tampak meringis
- Terdapat rupture pada
perineum derajat 2
- Terdapat luka jahitan
pada perineum
- Skala nyeri 1 (ringan)
Pengkajian Nyeri :
P= Luka jalan lahir
Q= Seperti ditusuk-tusuk
R= Luka perineum
S= 1 (Ringan)
T= Hilang Timbul
TTV :
- TD : 120/80
mmHg
- RR : 20x/menit
- Nadi : 80x/menit
41
- Suhu : 36,50C
DS : Post partum fisiologi Risiko infeksi
- Klien mengatakan
ada luka jalan lahir Episiotomi
- Klien mengatakan
sedikit nyeri Terputusnya ikontiyuita
DO : jaringan
- Terdapat luka jahitan
di perineum
Luka jahitan
- Tampak kemerahan
pada perineum
Resiko infeksi
Tanda REEDA :
R : Ada kemerahan
E : Terjadi pembengkakan
E : Tidak ada
D : Tidak rembesan
A : Tidak ada
42
PRIORITAS MASALAH
43
1. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya luka jahitan (D.0142)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (D.0077)
44
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. R
Ruangan Rawat : Puskesmas Pahandut
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Riteria Hasil) Intervensi Rasional
Risiko infeksi adanya luka jahitan Setelah dilakukan tindakan Observasi : 1. Mengklarifikasi kebutuhan
(D.0142) keperawatan selama 3x7 jam 1. Monitor tanda dan gejala memungkinkan intervensi yang
pertemuan diharapkan resiko infeksi lokal dan sistemik tepat
infeksi pada pasien dapat Terapeutik : 2. Memberikan informasi
berkurang/hilang 1. Batasi jumlah pengunjung tentangkemajuan kontinu,
KRITERIA HASIL: 2. Berikan perawatan kulit pada membantu identifikasi pola
1. Kemerahan menurun area edema kontraksi abnormal
2. Nyeri menurun 3. Cuci tangan sebelum dan 3. Informasi tentang perkiraan
3. Bengkak menurun sesudah kontak dengan pasien kelahiran menguatkan upaya
4. Vesikel menurun dan lingkungan pasien yang telah dilakukan berarti
5. Cairan berbau busuk menurun 4. Pertahankan teknik aseptik 4. Upaya mengejan spontan yang
6. Sputum berwarna hijau pada pasien berisiko tinggi tidak terus menerus menghindari
menurun Edukasi : efeknegatif
7. Piuria menurun 1. Jelaskan tanda dan gejala berkenaandenganpenurunan
8. Kultur darah membaik infeksi kadar oksigen ibu dan janin
9. Kultur sputum membaik 2. Ajarkan cara mencuci tangan 5. Posisi yang tepat menjamin
10. Kultur area luka membaik dengan benar penempatan yang tepat dari obat-
3. Ajarkan etika batuk obatan dan mencegah komplikasi
45
4. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi
4. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
5. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
Nyeri akut b.d agen injuri fisik Setelah dilakukan tindakan Observasi : 1. memeriksa tanda dan gejala
(D.00770 hypovolemia guna mengetahui
keperawatan selama 3x7 jam 1. Identifikasi lokasi,
keparahan.
pertemuan diharapkan nyeri pada karakteristik, durasi, 2. Hltung kebutuhan cairan untuk
pasien dapat berkurang/hilang frekuensi,kualitas, intensitas mengetahui berapa cairan yang
KRITERIA HASIL: nyeri dibutuhkan untuk memenuhi
1. Kemampuan menuntaskan 2. Identifikasi skala nyeri kebutuhan tubuh
aktivitas meningkat 3. Identifikasi respons nyeri nin 3. Kolaborasi pemberian cairan
2. Keluhan nyeri menurun verbal IV Isotonis (mis. NaCl, RL)
3. Meringis menurun 4. Identifikasi faktor yang sebagai pengganti cairan yang
4. Perasaan takut mengalami memperberat dan memperingan hilang
cedera berulang menurun nyeri
5. Anoreksia menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan
6. Ketegangan otot menurun keyakinan tentang nyeri
46
7. Frekuensi nadi membaik 6. Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis.TENS, hipnosis, akupresor,
terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
47
4. Pertimbangan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan srategi
dalam meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfamakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
48
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
50
DAFTAR PUSTAKA
Aat Agustini & Naura Rahma “Hubungan Kompetensi Bidan Dengan Kepatuhan
Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Lingung Kabupaten Majalengka Tahun 2012“. Jurnal Kampus Stikes YPIB
Majalengka.Vol.2no.2(Februari,2014).http://ejournal.stikesypib.ac.id/file.php?
file=jurnal&id=532&cd.pdf (Diakses tanggal 14 juni 2017).
Asri, Dwi dan Cristine Clervo P. Asuhan Persalinan Normal Plus Contoh Askeb
dan Patologi Persalinan, Yogyakarta : Nuha Medika, 2012.
51
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Satuan Acara Penyuluhan kepada pasien dan keluarga yang dilakukan di ruang Cempaka
RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dengan penyuluhan ini ditujukan agar keluarga
pasien mampu memahami cara perawatan luka perineum
3. Materi
a. Pengertian perawatan luka perineum
b. Tujuan perawatan luka perineum
52
c. Faktor yang mempengaruhi perawatan luka perineum
d. Dampak tidak melakukan perawatan perineum
e. Cara merawat luka perineum
4. Metode Penyuluhan
a. Diskusi
b. Tanya Jawab
1. Media Penyuluhan
a. Leaflet
2. Setting Tempat
3. Kegiatan Penyuluhan
53
2. Mendengarkan materi
2. Memberikan yang disampaikan
reinforcement positif
3. Menanyakan hal-hal
yang belum dipahami.
3. Menjelaskan
Pengertian
4. Menanyakan
sasaran apakah
mengerti atau tidak
5. Memberikan
kesempatan kepada
sasaran untuk
bertanya
6. Menjelaskan
tentang hal-hal
yang belum dipahami
sasaran
7. Menjelaskan
penyebab dari infeksi
8. Menanyakan
sasaran apakah
mengerti atau tidak
9. Memberikan
kesempatan kepada
sasaran untuk
Bertanya
10. Menjelaskan
tentang hal-hal yang
54
belum dipahami
Sasaran
11. Menjelaskan
tanda dan gejala
infeksi
12. Menanyakan
sasaran apakah
mengerti atau tidak
13. Memberikan
kesempatan kepada
sasaran untuk
menanyakan hal –
hal yang belum
dipahami
15. Menjelaskan
cara mencegah
dalam proses
perawatan
16. Menanyakan
sasaran apakah
mengerti atau tidak
17. Memberikan
kesempatan kepada
sasaran untuk
bertanya
55
3 Evaluasi/penutu 8 Menit 1. Menjawab pertanyaan
p
2. Mendengarkan
1. Memberikan kesimpulan
pertanyaan kepada
3. Menjawab salam
sasaran tentang
materi yang telah
disampaikan oleh
penyuluh
2. Memberikan
reinforcement
Positif
3. Menyimpulkan
materi
4. Menutup acara
dengan
mengucapkan salam
56
8. Evaluasi
Evaluasi pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan lisan pada hari ke 0 dan menggunakan
lembar kuesioner (lampiran 8) dan pertanyaan lisan kembali pada hari ke-3.
LAMPIRAN
Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan untuk mengurangi rasa
ketidaknyamanan, mencegah infeksi, dan meningkatkan penyembuhan.
a. Gizi
Makanan harus mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan,
sayuran dan buah-buahan.
b. Mobilisasi dini
Mobilisasi dini dilakukan oleh semua ibu post partum, baik ibu yang mengalami
persalinan normal maupun persalinan dengan tindakan. Adapun manfaat dari mobilisasi dini
57
antara lain dapat mempercepat proses pengeluaran lochea dan membantu proses
penyembuhan luka.
c. Sosial Ekonomi
Jika ibu memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah, bisa jadi penyembuhan luka
perineum berlangsung lama karena timbulnya rasa malas dalam merawat diri.
d. Pengetahuan
Suatu perbuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan.
e. Personal higene
1) Perawatan vulva
Perawatan vulva dilakukan dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah
buang air kemih atau buang air besar. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah BAB
cebok ke arah belakang.
2) Mandi
Mandi dilakukan 2 kali sehari dan setiap mandi dianjurkan mengganti pembalut.
1. Infeksi Kondisi perineum yang terkena lochea dan lembab akan sangat menunjang
perkembangan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.
2. Komplikasi
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih
ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung
kemih maupun infeksi pada jalan lahir.
Penanganan komlikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu
post partum mengingat ibu post partum masih lemah.
58
Cara merawat luka perineum adalah sebagai berikut :
a) Cuci tangan dengan air mengalir. Berguna untuk mengurangi risiko infeksi dengan
menghilangkan mikroorganisme.
b) Lepas pembalut yang digunakan dari depan ke belakang. Pembalut hendaknya diganti
setiap 4-6 jam setiap sehari atau setiap berkemih, defekasi dan mandi.
d) Mencuci daerah genital dengan air bersih atau matang dan sabun setiap kali habis BAK
atau BAB.
e) Waslap dibasahi dan buat busa sabun lalu gosokkan perlahan waslap yang sudah ada busa
sabun tersebut ke seluruh lokasi luka jahitan. Jangan takut dengan rasa nyeri, bila tidak
dibersihkan dengan benar maka darah kotor akan menempel pada luka jahitan dan menjadi
tempat kuman berkembang biak.
f) Bilas dengan air hangat dan ulangi sekali lagi sampai yakin bahwa luka benar – benar
bersih. Bila perlu lihat dengan cermin kecil.
g) Keringkan dengan handuk kering atau tissue toilet dari depan ke belakang dengan cara
ditepuk.
h) Kenakan pembalut baru yang bersih dan nyaman. Pasang pemalut perineum baru dari
depan ke belakang, jangan menyentuh bagian permukaan dalam pembalut.
i) Cuci tangan dengan air mengalir. Berguna untuk mengurangi risiko infeksi dengan
menghilangkan mikroorganisme.
Perawatan
Perineum
Pada Ibu Masa Nifas
59
3. Cebok dari arah dengan cara
depan ke ditepuk
belakang 8. Kenakan
4. Mencuci daerah pembalut baru
genital dengan yang bersih dan
air matang nyaman, pasang
5. Waslap pambalut
dibasahi dan perineum baru
buat busa sabun dari depan ke
lalu gosokkan belakang,
perlahan jangan
seluruh lokasi menyentuh
Disusun Oleh : luka jahitan bagian
Tina Novela jangan takut permukaan
Nim : dengan rasa
2019.C.11a.1030 nyeri jika tidak
bisa
dibersihkan
dengan benar
maka darah
kotor akan
menempel pada
luka jahitan dan Pengertian
Cara menjadi tempat Perawatan
merawat kuman Perineum
perineum berkembang
dirumah biak Adalah perawatan
6. Bilas dengan daerah antara paha
1. Cuci tangan air hangat dan
dengan air ulangi sekali dibatasi oleh vulva
mengalir dan lagi dan anus pada ibu
sabun 7. Keringkan yang dalam masa
2. Lepas pembalut dengan handuk
yang digunakan masa b nifas
kering atau
dari depan ke tissue toilet dari
belakang depan ke
belakang
60
Tujuan dan Kondisi
Perawatan sesudah jalan lahir
Perineum menyent yang lembab
Mencegah terjadinya uh dan tidak
infeksi, mempercepat daerah dirawat
penyembuhan luka kemalua 2. Komplikasi
dan memberikan n Infeksi
kenyaman. Ganti dapat
pembalut merambat
Faktor yang setiap 4- ke daerah
berpengaruh sekitar jalan
6 jam
dalam
penyembuha sekali lahir seperti
n perineum
atau kandung
1. Gizi setelah kemih
Makanan harus BAB/BA 3. Kematian
mengandung K ibu post
gizi seimbang mandiCe partum
2. Pengetahuan bok dari penanganan
Pengetahuan arah yang krang
yang baik, akan depan ke tepat dan
menimbulkan belakang segera dapat
tindakan menyebabka
perawatan n kematian.
Dampa
perineum yang k tidak
baik dan benar melaku
kan
3. Kebersihan diri perawa
tan
Cuci perineu
tangan m
sebelum 1. Infeksi
61