A
DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JONGAYA
KOTA MAKASSAR
DISUSUN OLEH:
ANDI FARAMIDA
(PO713201201155)
PEMBIMBING
CI LAHAN CI INSTITUSI
2022
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI PADA LANSIA “TN.A”
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JONGAYA
KOTA MAKASSAR
DISUSUN OLEH:
ANDI FARAMIDA
(PO713201201155)
PEMBIMBING
CI LAHAN CI INSTITUSI
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar Lanjut Usia (Lansia)
1. Definisi Lanjut Usia (Lansia)
Menurut Reimer et al (1999); Stanley and Beare (2007 dalam Azizah 2011),
mendefinisikan lansia berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang
menganggap bahwa orang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut
beruban, kerutan kulit dan hilangnya gigi (Muhammad Yusuf, 2018: 5).
Glascock dan Feinman (1981); Stanley and Beare (2007 dalam Azizah 2011),
menganalisis kriteria lanjut usia dari 57 negara di dunia dan menemukan bahwa
kriteria lansia yang paling umum adalah gabungan antara usia kronologis dengan
perubahan dalam peran sosial, dan diikuti oleh perubahan status fungsional
seseorang. Proses menua merupakan suatu hal yang fisiologis, yang akan dialami
oleh setiap orang (Muhammad Yusuf, 2018: 5).
Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998
adalah 60 tahun. Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa lansia adalah
gabungan antara usia kronologis dengan perubahan dalam peran sosial, dan diikuti
oleh perubahan status fungsional seseorang, serta ditandai ciri fisik seperti rambut
beruban, kerutan kulit dan hilangnya gigi (Muhammad Yusuf, 2018: 5).
2. Klasifikasi Lansia
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
3. Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa
dan masa tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis.
Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih,
penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai
fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi
tidak harus menimbulkan penyakit, oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat
dalam hal ini diartikan :
1) Bebas dari penyakit fisik, mental, sosial
2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat
Akibat perkembangan usia, lansia mengalami perubahan-perubahan yang
menuntut dirinya untuk menyesuaikan diri secara terus-menerus. Apabila proses
penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai
masalah. Masalahmasalah yang menyertai lansia, yaitu :
1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebakan ketergantungan pada orang lain
2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dala pola
hidupnya
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal
atau pindah
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah
banyak
5) Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan
perubahan fisik, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar
adalah perubahan gerak
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri
makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat
tehadap uang semakin meningkat, terakhir minat terhadap kegiatan-kegiatan rekreasi
tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi
pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara
fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur
untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa
perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap
perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang
ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh
perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya.
3. Patofisiologi
Proses terjadinya hipertensi dimulai dengan atherosclerosis yang
menyebabkan gangguan struktur anatomi pembuluh darah perifer yang berlanjut
dengan kekakuan pembuluh darah. Kekauan pembuluh darah disertai dengan
penyempitan karena adanya penumpukan plak yang menghambat gangguan fungsi
peredaran darah perifer. Kekakuan pembuluh darah dan kelambanan aliran darah
menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya di kompensasi dengan
peningkatan upaya pemompaan jantung yang memberikan gambaran penigkatan
tekanan darah dalam sistem sirkulasi.
4. Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala,
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan yang biasa terjadi pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Rokhaeni menyebutkan, manifestasi klinis hipertensi secara umum dibedakan
menjadi dua yaitu :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa ggejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Sutanto (Gonzaga Richardus Nahak, 2019: 7) gejala-gejala yang
mudah diamati antara lain yaitu : gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala,
sering gelisah, wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdeging,
sukar tidur, sesak napas, tengkuk rasa berat, mudah lelah, mata berkunang-kunang
dan mimisan (darah keluar dari hidung).
5. Pathway
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2) BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
3) Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat dakibatkan
oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
4) Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
5) Kolestrol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan
plak ateromatosa (efek kardiovaskular)
6) Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi
7) Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes
8) Asam Urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi steroid urin
9) Foto dada
Menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katub, perbesaran jantung
10) CT Scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopat
11) EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
7. Komplikasi
Corwin dalam Manuntung (2018) menyebutkan ada beberapa komplikasi yanh dapat
terjadi pada penderita hipertensi yaitu :
a. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh darah non otak yang terpajan tekanan
tinggi.
b. Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang aterosklerosis tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal dan glomerulus. Rusaknya glomerulus mengakibatkan darah
akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.
d. Gagal jantung
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah kembalinya
ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki, dan
jarigan lain sering disebut edema. Cairan di dalam paru-paru menyebabkan
sesak nafas, timbunan cairan di tungkai menyebabkan kaki bengkak.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskular yang berhubungan dengan pencapaian
dan pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan
penyakit
hipertensi meliputi :
a. Penatalaksanaan non farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan
darah. Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines
adalah:
1) Penurunan berat badan
Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayuran dan
buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain penurunan
tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan dyslipidemia.
2) Mengurangi asupan garam
Makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan tradisional pada
kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien tidak menyadari kandungan
garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan
sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk
mengurangi dosis ibat antihipertensi pada pasien hipertensi deraja >2.
Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2gr/hari.
3) Olahraga
Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 sampai 60 menit/hari,
minimal 3 hari/minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah. Pasien
yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya harus
tetap dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki
tangga dalam aktifitas rutin merka di tempat kerjanya.
4) Mengurangi konsumsi alcohol
Konsumsi alcohol walaupun belum menjadi pola hidup yang umum di Negara
kita, namun konsumsi alcohol semakin hari semakin meningkat seiring
dengan perkembangan pergaula dan gaya hidup, terutama di kota besar.
Konsumsi alcohol lebih dari 2 gelas perhari pada pria atau 1 gelas perhari
pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian
membatasi atau menghentikan konsumsi alcohol sangat membantu dalam
penurunan tekanan darah.
5) Berhenti merokok
Merokok sampai saat ini belum terbukti berefek langsun dapat menurunkan
tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko utama
penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti
merokok.
b. Penatalaksanaan farmakologis
Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah terjadinya morbiditas
dan mortalitas akibat tekanan darah tinggi. Berikut penggunaan obat-obatan
sebagai penatalaksanaan farmakologis untuk hipertensi.
1) Diuretic
Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh,
sehingga volume cairan tubuh berkurang, tekanan darah turun dan beban
jantung lebih ringan.
2) Penyakit beta (beta-blockers)
Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan laju nadi
dan daya pompa jantung. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada
penggunaan obat ini yaitu tidak dianjurkan pada penderita asma bronchial,
dan penggunaan pada penderita diabetes harus hati-hati karena dapat
menutupi gejala hipoglikemia.
2. Diagosa Keperawatan
Dapat muncul beberapa diagnosis keperawatan sesuai SDKI (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI 2017) diantaranya:
1. Defisit Pengetahuan (D.00111)
2. Ansietas (D.0080)
3. Koping Tidak Efektif (D.0096)
4. Gangguan Rasa Nyaman (D.0074)
5. Nyeri Akut (D.0077)
6. Intoleransi Aktivitas (D.0056)
7. Risiko Cedera (D.0136)
8. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif (D.0017)
9. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit (D.0036)
3. Intervensi Keperawatan
Rencana Intervensi yang akan dilakukan sesuai Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia yakni:
1. Defisit Pengetahuan (D.00111)
Luaran Utama: Tingkat Pengetahuan
Luaran Tambahan: Memori
Motivasi
Proses Informasi
Tingkat Agitasi
Tingkat Pengetahuan
2. Ansietas (D.0080)
Luaran Utama: Tingkat Ansietas
Luaran Tambahan: Dukungan Sosial
Dukungan Sosial
Harga Diri
Kesadaran Diri
Kontrol Diri
Proses Informasi
Status Kognitif
Tingkat Agitasi
Tingkat Pengetahuan
3. Koping Tidak Efektif (D.0096)
Luaran Utama: Status Koping
Luaran Tambahan: Dukungan Sosial
Harga Diri
Interaksi Sosial
Kesadaran Diri
Ketahanan Personil
Konservasi Energi
Penampilan Peran
Penerimaan
Pola Tidur
Proses Informasi
4. Gangguan Rasa Nyaman (D.0074)
Luaran Utama: Status Kenyamanan
Luaran Tambahan: Pola Tidur
Tingkat Agitasi
Tingkat Ansietas
Tingakt Nyeri
Tingkat Keletihan
5. Nyeri Akut (D.0077)
Luaran Utama: Tingkat Nyeri
Luaran Tambahan: Fungsi Gastrointestinal
Kontrol Nyeri
Mobilitas Fisik
Penyembuhan Luka
Perfusi Miokard
Perfusi Perifer
Pola Tidur
Status Kenyamanan
Tingkat Cedera
6. Intoleransi Aktivitas (D.0056)
Luaran Utama: Toleransi Aktivitas
Luaran Tambahan: Ambulansi
Curah Jantung
Konsevasi Energi
Tingkat Keletihan
7. Risiko Cedera (D.0136)
Luaran Utama:Tingkat Cedera
Luaran Tambahan: Fungsi Sensori
Keamanan Lingkungan Rumah
Keseimbangan
Kinerja Pengasuhan
Kontrol Kejang
Koordinasi Pergerakan
Mobilitas
Orientasi Kognitif
Tingkat Delirium
Tingkat Demensia
Tingkat Jatuh
8. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif (D.0017)
Luaran Utama: Perfusi Serebral
Luaran Tambahan: Komunikasi Verbal
Kontrol Risiko
Memori
Mobilitas Fisik
Status Neurologis
9. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit (D.0036)
Luaran Utama: Keseimbangan Elektrolit
Luaran Tambahan: Eliminasi Fekal
Fungsi Gastrointestinal
Keseimbangan Cairan
Penyembuhan Luka
Status Nutrisi
Tingkat Mual/muntah
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan
yang telah dibuat oleh untuk mencapai hasil yang efektif dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan, penguasaan dan keterampilan dan pengetahuan harus
dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya.
Dengan demikian rencana yang telah ditentukan tercapai.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.
Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan poses
mulai dari pengkajian, diagnose , perencanaan, tindakan dan evaluasi itu sendiri.
Evaluasi menggunakan metode SOAP yakni S “Subjektif”, O “Objektif”,
A”Analisis”, P “Planning”.
DAFTAR PUSTAKA