S DENGAN
MASALAH DIABETES MELITUS DI UPT PUSKESMAS JEKAN
RAYA KOTA PALANGKA RAYA
Oleh :
Tina Novela
NIM : 2019.C.11a.1030
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat Menyelesaikan Laporan Pendahuluan Dan Asuhan
Keperawatan Keluarga Dengan Masalah Utama Diabetes Melitus Pada Ny. S Di Wilayah Kerja
Puskesmas Jekan Raya Kota Palangkaraya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi
tugas Praktik Praklinik Keperawatan IV (PPK IV).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep, Ners selaku Kordinator Praktik Pra Klinik IV
4. Ibu Christephanie.,S. Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan keperawatan
ini.
5. Munita Widya Satanti, A.Md.Kep selaku Pembimbing Lahan di Puskesmas Jekan Raya
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan
sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tina Novela
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................................2
1.4 Manfaat...............................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga ..............................................................................4
2.1.1 Definisi.........................................................................................4
2.1.2 Etiologi.........................................................................................4
2.1.3 Anatomi Fisiologi........................................................................5
2.1.4 Patofisiologi.................................................................................7
2.1.5 Gejala dan Tanda Klinis ..............................................................8
2.1.6 Penegakan diagnostik...................................................................11
2.1.7 Penatalaksanaan Medis................................................................12
2.1.8 WOC............................................................................................14
2.2 Konsep Dasar Diabetes Melitus .......................................................15
2.2.1 Pengkajian Keperawatan .............................................................15
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................18
2.2.3 Intervensi Keperawatan ..............................................................19
2.2.4 Implementasi Keperawatan .........................................................24
2.2.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................24
2.3 Manajemen Askep Keluarga
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian...........................................................................................26
3.2 Analisis Data........................................................................................35
3.3 Prioritas Masalah.................................................................................38
3.4 Intervensi.............................................................................................39
3.5 Implementasi.......................................................................................44
3.6 Evaluasi...............................................................................................44
BAB 4 PENUTUP
4.2 Kesimpulan.........................................................................................56
4.3 Saran...................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................58
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Penyakit tidak menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik
secara global, regional, nasional dan lokal. WHO pada tahun 2015 melaporkan bahwa 60%
penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena PTM. PTM cenderung akan terus
meningkat tiap tahunnya (Kemenkes, 2016). Karakteristik dari sebagian besar PTM bersifat
kronis dan jangka panjang. PTM tidak akan sembuh seperti sebelumnya bahkan cenderung
memburuk. Di Indonesia, tren kematian akibat PTM meningkat dari 37% di tahun 1990
menjadi 57% di tahun 2014 (WHO, 2014). Salah satu PTM yang menyita banyak perhatian
masyarakat adalah penyakit Diabetes Melitus.
Diabetes Melitus (DM) menduduki peringkat ke – 5 sebagai penyebab kematian di
dunia. Diabetes Melitus merupakan kondisi kronis yang terjadi saat tubuh tidak dapat
menghasilkan atau memanfaatkan insulin yang ditandai dengan meningkatnya jumlah
glukosa dalam darah (hiperglikemi) (IDF, 2015). Diabetes Melitus adalah penyakit kronis
yang terjadi karena pankreas tidak cukup menghasilkan insulin, atau saat tubuh tidak efektif
memanfaatkan insulin yang dihasilkan (WHO, 2017). Diabetes Melitus ini juga dikenal
sebagai penyakit silent killer karena saat diketahui sudah terjadi komplikasi (Riskesdas,
2013).
Studi global oleh IDF tahun 2015 menunjukkan bahwa angka penderita Diabetes
Melitus dari keseluruhan penduduk dunia mencapai 415 juta orang (WHO, 2016). Indonesia
berada diperingkat ke – 6 di dunia dengan angka kejadian sebanyak 10,3 juta orang. Jika
tidak ditangan dengan baik angka kejadian Diabetes Melitus di Indonesia akan melonjak
drastis menjadi 21,3 juta orang pada tahun 2030 (IDF, 2017). Prevalensi Diabetes Melitus di
Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter mengalami peningkatan yakni
0,7% tahun 2007 menjadi 1,5% pada tahun 2013 dan Diabetes Melitus terdiagnosis dokter
atau gejala juga meningkat dari 1,1% tahun 2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013. Prevalensi
Diabetes Melitus di Provinsi Kalimantan Timur (2,3%). (Balitbangkes, 2013).
Prevalensi Penyakit Diabetes Melitus di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013,
tertinggi berada di Kota Samarinda sebanyak 4.1% (Riskesdas, 2013). Data menurut profil
kesehatan provinsi Kalimantan Timur tahun 2016, menyatakan bahwa Diabetes Melitus
masuk kedalam 10 besar penyakit morbiditas yang ada di Puskesmas. Morbiditas adalah
angka kesakitan, dapat berupa angka insidensi maupun angka prevalensi dari suatu
penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi dan pada
kurun waktu tertentu. Morbiditas berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan
masyarakat di suatu wilayah (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, 2016).
Jumlah pasien Diabetes Melitus yang melakukan kunjungan Puskesmas di wilayah
Samarinda pada tahun 2014 tercatat sebanyak 8.997 kunjungan. Kunjungan Puskesmas
1
2
untuk DM Tipe – 1 sebanyak 2.964 kunjungan dan untuk DM Tipe – 2 sebanyak 6033
kunjungan (Dinas Kesehatan Kota Samarinda, 2015). Tahun 2015 terjadi peningkatan
jumlah kunjungan pasien Diabetes Melitus yaitu sebanyak 11.587 kunjungan. Untuk DM
Tipe – 1 sebanyak 4.204 kunjungan dan untuk kunjungan DM Tipe – 2 sebanyak 7.383
kunjungan (Dinas Kesehatan Kota Samarinda, 2016). Dengan banyaknya kasus yang terjadi
di masyarakat dukungan keluarga sangat diperlukan pada penderita Diabetes Melitus.
Penelitian tentang dukungan keluarga yang dilakukan oleh Firdaus, Sriyono, dan
Asmoro (2014) menunjukkan bahwa 32,8% penyandang Diabetes Melitus mendapat
dukungan keluarga yang baik dengan tingkat kepatuhan terapi insulin tinggi, 63.8%
mendapat dukungan keluarga sedang dengan tingkat kepatuhan sedang, dan 3,4% mendapat
dukungan keluarga kurang dengan tingkat kepatuhan rendah. Oleh karena itu dukungan
keluarga sangatlah penting dan berpengaruh besar dalam pengobatan Diabetes Melitus di
keluarga.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dalam
keluarga adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Keluarga dengan kasus Diabetes
Melitus di wilayah kerja Puskesmas Jekan Raya?”
1.3. Tujuan penulisan
1.3.1. Tujuan umum
Lapran pendahuluan dan Asuhan keperawatan dibuat ini agar mahasiswa
memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada Ny. S
dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus di Puskesmas Jekan Raya, Palangkaraya
1.3.2. Tujuan khusus
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan
Diagnosa Medis Diabetes Melitus di Puskesmas Jekan Raya, Palangkaraya
2.1.5 WOC
8
2) Latihan fisik
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan Diabetes Melitus karena efeknya
dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko
kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga.
3) Pemantauan Kadar Glukosa Darah Secara Mandiri
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri
(SMBG, Self Monitoring of Blood Glucose) penderita Diabetes Melitus kini
dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara
optimal. Cara ini memungkinkan deteksi dengan pencegahan hipoglikemia serta
hiperglikemia dan berperan untuk menentukan kadar glukosa darah normal yang
kemungkinan akan mengurangi komplikasi Diabetes Melitus jangka panjang.
Beberapa metode kini tersedia untuk melakukan pemantauan mandiri
kadar glukosa darah. Kebanyakan metode tersebut mencakup pengambilan
setetes darah dari ujung jari tangan, aplikasikan darah tersebut pada strip
pereaksi khusus. Strip tersebut pertama-tama dimasukkan ke dalam alat
pengukur sebelum darah ditempelkan pada strip. Setelah darah melekat pada
strip, darah tersebut dibiarkan selama pelaksanaan tes. Alat pengukur akan
memperlihatkan kadar glukosa darah dalam waktu yang singkat (kurang dari 1
menit).
4) Terapi obat oral atau insulin (jika diperlukan)
Menurut Rendy, M. Clevo dan Margareth TH (2012) pada individu sehat, sekresi
insulin mengimbangi jumlah asupan makanan yang bermacam-macam dengan
latihan fisik, sebaliknya, individu dengan Diabetes Melitus tidak mampu
menyekresi jumlah yang cukup untuk mempertahankan kadar glukosa darah.
Sebagai akibatnya, kadar glukosa meningkat tinggi sebagai respon terhadap
makanan dan tetap tinggi dalam keadaan puasa.
5) Pendidikan Kesehatan
Menurut Corwin (2009) pasien Diabetes Melitus relatif dapat hidup normal
asalkan mereka mengetahui dengan baik keadaan dan cara penatalaksanaan
penyakit yang dideritanya. Menurut Prince dan Wilson (2006) mereka dapat
belajar menyuntikkan insulin sendiri, memantau kadar glukosa darah mereka dan
memanfaatkan informasi untuk mengatur dosis insulin serta merencanakan diet
serta latihan sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi hiperglikemia atau
hipoglikemia. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan tiga tahap yaitu
pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer merupakan semua
aktivitas yang ditujukan untuk mencegah timbulnya hiperglikemia pada populasi
13
2.3.1. Pengkajian
14
Pengkajian adalah Tahap dimana seorang perawat dapat menggali data-data dari
pasien. Data- data ini didapatkan dengan cara melakukan observasi kepada pasien,
melakukan wawancara kepada pihak keluarga serta melakukan pemeriksaan fisik
sesuai fokus pengkajian sehingga sebuah data awal didapatkan untuk menegakkan
diagnosa. Yang perlu dikaji yaitu :
1. Data Umum
Data umum ini meliputi nama, alamat, jenis kelamin, umur, pekerjaan, agama
dan lain-lainnya.
2. Anggota keluarga
Riwayat keluarga yang hipertensi (faktor keturunan). Faktor keturunan (genetik)
ini mempertinggi resiko dapat terkenanya hipertensi. Jika kedua orang tua kita
mempunyai hipertensi, kemungkinan kita mendapatkan penyakit hipertensi
sebanyak 60% (Mannan, 2012)
3. Tipe Keluarga
Pada type-type keluarga yang ada di dalam rumah tangga itu berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Pada umumya masing-masing keluarga mengalami
kesulitan berkomunikasi, kesulitan dalam ekonomi atau kesulitan-kesulitan
lainnya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga untuk memutuskan atau mencari
solusi dari masalah itu masing-masing keluarga mempunyai cara tersendiri.
4. Status Sosial Ekonomi
Status sosial dan ekonomi juga menjadi faktor yang perlu dikaji. Karena, dari
faktor ini lah sebuah keluarga dikatakan cukup atau dapat merawat atau
melakukan perawatan pada keluarga umtuk memperoleh kesehatan difasilitas
kesehatan yang ada seperti rumah sakit.
5. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi:
a. Riwayat kesehatan ini yang menjelaskan tentang kesehatan masing-masing
anggota keluarga, upaya keluarga dalam memenuhi kesehatan anggota
keluarganya difasilitas kesehatan.
b. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Menjelaskan tentang riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular di
keluarga, riwayat kebiasaan/gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan.
6. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah yang di huni keluarga meliputi
luas, type, jumlah ruangan, pemanfaatan ruangan, jumlah ventilasi, peletakan
perabot rumah tangga, sarana air bersih dan minum yang digunakan.
Keadaan rumah akan lebih mudah dipelajari bila digambar sebagai denah
rumah. Ukuran rumah menentukan besarnya rasio antara penghuni dan
15
penguat didalam keluarga antara anggota keluarga satu dan lainnya. (Susanto,
2012).
9. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan kepada semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan dalam pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di
klinik. Pemeriksaan ini menggunakan 4 teknik yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi,
perkusi dan yang lainnya (Nursalam,2008:40)
10. Tanda-tanda Vital yaitu meliputi tekanan darah, nadi, suhu, respirasi. Dikatakan
hipertensi apabila tekanan darah sistolik diatas 140mmHg dan tekanan diastolic
kurang lebih 90mmHg.
11. Antropometri
Yaitu berat badan yang meningkat (obesitas ) adalah factor resiko penyebab
hipertensi (Bakri,2017).
12. Pemeriksaan kepala dan leher
Pada pasien hipertensi pasien akan mengeluh sakit pada kepala bagian belakang
atau dirasakan pusing dan kaku. Pada leher mungkin didapatkan adanya terjadi
pembengkakan vena jugularis (Bakri,2017).
13. Head To toe
a. Kepala : terdapat nyeri tekan pada bagian kepala belakang, ada atau tidaknya
oedema dan lesi, serta apakah adakah kelainan bentuk kepala.
b. Mata : biasanya didapatkan hasil conjungtivitis dan anemis.
c. Hidung : biasanya dapat dijumpai epistaksis jika didapatkan hasil vaskuler
itu karena akibat dari hipertensi.
d. Mulut : biasanya terdapat perdarahan pada gusi.
e. Leher : apakah dijumpai ada pembesaran kelenjar limfe atau juga ada
pembesaran tonsil.
f. Dada : sering dijumpai tidak ditemukan kelainan pada dada, inspeksi bentuk
dada, simetris atau tidak serta lihatlah ictus cordis nampak atau tidak. Palpasi
didapatkan dengan hasil vocal fremitus ha positif disemua kuadran. Perkusi
hasilnya sonor, dan auskultasi tidak terdengar suara nafas tambahan.
g. Perut : tidak dijumpai atau ditemukan kelainan. Inspeksi meliputi bentuk
perut. Palpasi didapatkan dengan hasil teraba kenyal atau supel, tidak
terdapat distensi. Hasil perkusi tympani, dan bunyi auskultasi terdengar suara
bising usus normal.
h. Ekstremitas atas dan bawah : pada pasien dengan hipertensi sering tidak
terjadi kelainan tonus otot, terkecuali jika memang sudah terjadi komplikasi
dari hipertensi itu sendiri seperti stroke, maka penyebab yang akan terjadi
yaitu penurunan tonus otot atau hemi parase.
17
3. Tanda (Sign )
Adalah terkumpulnya data-data yang diperoleh baik dari penderita dan keluarga
yang memunculkan penyebab atau etiologi sehingga dapat dijadikan suatu
diagnosis yang pasti. Strategi didalam diagnose masalah keperawatan menurut
Suprajitno (2009:43) dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Diagnosa Aktual yaitu masalah yang timbul dalam keluarga yang
mengancam serta memerlukan bantuan dari petugas kesehatan salah satunya
perawat dalam waktu yang tepat. Didalam masalah ini diperlukan tindakan
yang tepat dan cepat karena dapat menyebabkan resiko tinggi apabila tidak
segera diselesaikan.
b. Diagnosis Potensial adalah suatu keadaan keluarga yang sejahtera dari
keluarga yang memiliki kebutuhan serta fasilitasnya untuk memenuhi
kekurangan kesehatan.
2.3.3. Prioritas Masalah
4. Menonjol masalah
a. Masalah berat, harus segera di tangani 2 1
b. Ada masalah, tetapi tidak harus segera di 1
tangan 0
c. Masalah tidak di rasakan
19
2.3.4. Intervensi
Perencanaan adalah acuan tertulis yang terdiri dari berbagai intervensi keperawatan yang direncanakan dapat mengatasi diagnose keperawatan sehingga
klien dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya. Perencanaan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
Diagnosis (SDKI) Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
D.0115 Kriteria hasil: 1. Dukungan koping keluarga (I.09260)
Manajemen kesehatan 1. Pasien Mampu menjelaskan masalah Observasi:
keluarga tidak efektif Kesehatan yang dialami a. Identifikasi respons emosional terhaadap kondisi saat ini
2. Meningkatkan Aktivitas keluarga dalam b. Identifikasi beban prognosis secara psikologis
mengatasi masalah kesehatan c. Identifikasi pemahaman tentang keputusan perawatan
3. Tindakan untuk mengurangi factor resiko setelah pulang
meningkat. Terapeutik:
a. Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga
b. Terima nilai-nilai keluarga dengan cara yang tidak
menghakimi
c. Fasilitasi pengambilan keputusan secara kolaboratif
d. Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang
digunakan
e. Fasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar keluarga
Edukasi:
a. Informasikan kemajuan pasien secara berkala
b. Informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia
2.3.5. Implementasi
Pelaksanaan implementasi keperawatan merupakan suatu proses
keperawatan dimana seorang perawat memberikan intervensi
keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap pasien (Potter &
Perry. 2016) Implementasi yang dilakukan pada studi kasus ini adalah
memberikan edukasi terhadap keluarga mengenai penyakit serta
memberikan penyuluhan kesehatan yang berguna untuk meningkatkan
manajemen kesehatan keluarga menjadi lebih efektif.
2.3.6. Evaluasi Keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah tahap yang menentukan
perbandingan yang terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan
yang ditetapkan, dilakukan dengan cara bersambungan dengan
melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan. Tujuan evaluasi ini
adalah untuk melihat perkembangan klien apakah mencapai tujuan
yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada perencanaan
(Wahyuni,2016).
Di dalam tahap evaluasi ini yang harus dicapai yaitu sesuai dengan
Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) yaitu :
1. Kemampuan menjelaskan masalah kesehatan yang dialami
(meningkat).
2. Aktivitas keluarga mengatasi masalah kesehatan tepat.
3. Tindakan untuk mengurangi factor resiko.
4. Verbalisasi kesulitan menjalankan perawatan yang ditetapkan
(menurun).
5. Gejala penyakit anggota keluarga (menurun)
22
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
I. Pengkajian Keperawatan
A. Identitas klien / keluarga
Nama KK : Ny. S
Umur : 53 Tahun
Agama : Kristen
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Dayak
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Tjilik Riwut km 14
No.Telp : 0852-4956-2317
Komposisi Keluraga
Gender Hubungan
No Nama (Inisial) Umur Pendidikan Pekerjaan
(L / P) Dg KK
1 An.D 22 Th P Anak Kuliah Maasiswa
Tipe Keluarga :
Keluarga single parent, karena Ny. S tinggal Bersama anak nya
B. Riwayat Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan (8 tahap perkembangan) keluarga saat ini :
Tahap perkembangan keluarga Ny. S saat ini berada di tahap keluarga dengan
anak remaja (family with teenagers), tugas yang terpenuhi yaitu:
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat
remaja yang suda bertamba dewasa dan mengingat otonominya.
b. Mempertahankan ubungan yang intim dengan keluarga
23
c. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua, indari
perdebatan,kecurigaan dan permusuan.
Tugas Perkembangan Keluarga : Dapat dijalankan
Keluarga Ny. S mampu mempertahankan hubungan yang intim dengan anak, dan
mempertahankan komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak.
*Genogram (3 generasi):
Keterangan :
Meninggal X
Laki – Laki
Perempuan
Tinggal Serumah ------
Pasien
C. Struktur Keluarga
Pola Komunikasi: Baik
Pola komunikasi keluarga Ny. S sudah cukup baik, terbukti jika ada masalah
keluarga saling musyawarah dan segera menyelesaikan masalah tersebut.
Peran dalam keluarga : Tidak Ada masalah
Struktur peran :
- Ny. S sebagai kepala rumah tangga, penasehat dalam keluarga.
- Ny.D sebagai Anak, Anak memiliki peran sebagai mempertahankan
komunikasi keluarga, penyeimbang dalam keluarga
Nilai / norma keluarga : Tidak ada konflik nilai
D. Fungsi Keluarga
Fungsi afektif : Baik
Hubungan antara keluarga baik, mendukung bila ada
yang sakit langsung dibawa ke petugas kesehatan atau
rumah sakit
Fungsi Sosial : Baik
Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah,
hubungan dalam keluarga baik dan selalu mentaati norma
yang baik.
Fungsi Ekonomi : Baik
24
Fisik
TTV
TD=110/70 mmHg
N = 72 x/menit
- TD:130/80 mmHg
S = 36,5 oC
- N = 62 x/menit
- S = 36,2 oC RR=19 x/menit
- RR =18x/menit
BB =48 kg
- BB=64kg
lain-lain Ny. S mengatakan
lemas,pengliatan kunang-
kunang.
D. Pemeriksaan Fisik
26
Status mental:
Keluarga tidak tampak sedang bingung, Keluarga tidak tampak sedang cemas,
Keluarga tidak tampak sedang disorientasi, Keluarga tidak tampak sedang depresi,
Keluarga tidak menarik diri
Sistem Kardiovaskuler :
Keluarga tidak ada yang mengalami aritmia, keluarga tidak ada yang mengalami
nyeri dada, keluarga tidak ada yang mengalami distensi vena jugularis, keluarga
tidak ada yang jantung berdebar
Nyeri spesifik :
Keluarga maupun klien tidak ada mengeluh nyeri.
Sistem pernafasan :
Keluarga tidak mengalami stridor, keluarga tidak mengalami wheezing, keluarga
tidak mengalami ronchi, keluarga tidak mengalami akumulasi sputum
Sistem Integumen :
Keluarga tidak ada yang mengalami sianosis, keluarga tidak ada yang mengalami
akral dingin, keluarga tidak ada yang mengalami diaporesis, keluarga tidak ada
yang mengalami juandice, keluarga tidak ada yang mengalami luka.
Mukosa Mulut
Kapiler refil time : Kurang dari 2 detik
Sistem Muskuloskeletal :
Keluarga tidak ada masalah tonus otot, keluarga tidak ada masalah paralisis,
keluarga tidak ada masalah hemiparesis, keluarga tidak ada masalah ROM,
keluarga tidak ada masalah gangguan keseimbangan
Sistem Persarafan :
Ny. S terkadang merasa pusing, tidak terdapat nyeri dikepala tidak tremor reflek
pupil normal kiri dan kanan tidak mengalami paralisis tidak terdapat anestesi
daerah perifer .
Sistem Perkemihan :
Tidak ada masalah dalam sistem perkemihan
Sistem Pencernaan :
Tidak ada masalah dalam sistem Pencernaan
Riwayat Pengobatan :
27
E. Pengkajian Lingkungan:
a. Luas Pekarangan : 12 x 8 m2
b. Type Rumah : Permanen
Do :
-TTV :
-
TD:130/80 mmHg
-
N = 62 x/menit
-
S = 36,2 oC
-
RR =18x/menit
-
BB=64kg
- Klien juga jarang datang
untuk kontrol kesehatan.
2 Ds : Kesiapan peningkatan Berhubungan dengan
proses keluarga kenaikan untuk meningkatkan
Do : (D.0123) interaksi/hubungan keluarga.
- Keluarga Ny. S selalu Guna mampu memberkan
mendorong Ny. S untuk
dukungan dalam upaya
datang layanan kesehatan
guna kontrol lanjutan. kesembuhan pasien.
- Terlihat adanya
respek/peduli dengan
anggota keluarga.
- Tampak adanya dorongan
dari keluarga untuk Ny.S
untuk bisa rutin datang ke
layanan kesehatan.
30
1.1. Kesimpulan
Diabetes Militus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar
glukosa darah melebihi normal serta gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara aktif. Pada umumnya ada 2 tipe
diabetes, yaitu diabetes tipe 1 (tergantung insulin), dan diabetes tipe 2 (tidak tergantung
insulin), tetapi ada pula diabetes dalam kehamilan yang biasa disebut diabetes gestasional.
Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah terjadi karena tubuh tidak mampu menggunakan
dan melepaskan insulin secara adekuat (Irianto, 2015).
Diabetes Melitus juga tidak hanya menyebabkan kematian premature di seluruh dunia.
Penyakit ini juga menjadi penyebab utama kebutaan, penyakit jantung, dan gagal ginjal.
1.2. Saran
Dalam melakukan perawatan perawat harus mampu mengetahui kondisi klien secara
keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan bermanfaat untuk kemampuan fungsional
pasien, perawat harus mampu berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan keluarga untuk
mendukung adanya proses keperawatan serta dalam pemberian asuhan keperawatan
diperlukan .
37
38
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, D.C & Hackley, J. C. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Somantri irman. 2017. Keperawatan medikal bedah Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator
Diagnostik (Edisi 1). 2016. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakan
Keperawatan (Edisi 1, cetakan II). 2018. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan (Edisi 1, cetakan II). 2018. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat
Dosen Keperawatan Medikal-Bedah Indonesia.(2017).Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-
Bedah.Jakarta:EGC
ADP, S. G.(2013). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Madia
Achjar, K. A. H.(2010).Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga Bagi Mahasiswa
Keperawatan dan Praktis Perawatan Perkesmas. Jakarta:Sagung Seto