Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY.I DENGAN DIAGNOSA MEDIS


DIABETES MELIUS

OLEH :

Octavia Maretanse

( 2018.C.10a.0979 )

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan ini di susun oleh :


Nama : Octavia Maretanse
NIM : 2018.C.10a.0979
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Diabetes
Melitus Pada Ibu Hamil TM 2

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan III (PPK III) Program Studi
Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Pembimbing Akademik

Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
Diabetes Melitus Pada Ibu Hamil TM 2 Pada Ny. I”. Laporan pendahuluan
ini disusun guna melengkapi tugas (PPK 3).

Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Aprianti, S. Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan III Program Studi Sarjana Keperawatan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.

Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan


dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 30 Maret 2021

Octavia Maretanse

iii
DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan.....................................................................................I

Kata Pengantar............................................................................................II

Daftar Isi.....................................................................................................III

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3 Tujuan penulisan....................................................................................2
1.4 Manfaat penulisan..................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................3

2.1 Konsep Dasar


2.1.1 Definisi................................................................................................1
2.1.2 Etiologi...............................................................................................6
2.1.3 Klasifikasi.........................................................................................10
2.1.4 Patofisiologi (Pathway)....................................................................16
2.1.5 Manifestasi Klinis (Tanda Dan Gejala)............................................20
2.1.6 Komplikasi........................................................................................24
2.1.7 Penatalaksanaan Medis.....................................................................27

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN........................................................30

3.1 Pengkajian...............................................................................................30
3.2 Diagnosa .................................................................................................32
3.3 Intervensi................................................................................................37
3.4 Implementasi...........................................................................................40
3.5 Evaluasi...................................................................................................42
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN........................................................47
4.1 Kesimpulan.............................................................................................47
4.2 Saran.......................................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA

iv
Jurnal Penelitian
SAP
Leaflet

v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Definisi diabetes mellitus gestational (GDM) menurut World Health


Organization(WHO) dengan sedikit modifikasi yang telah dilakukan oleh
American Diabetes Association (ADA), adalah intoleransi glukosa pada waktu
kehamilan, pada wanita normal atau yang mempunyai gangguan toleransi glukosa
setelah terminasi kehamilan. Estimasi kasus diabetes mellitus berdasarkan
prevalensi global pada tahun 1995 adalah kira-kira 135 juta orang manakala
projeksinya ke tahun 2025 akan menunjukkan angka peningkatan yaitu kira-kira
300 juta. Kira-kira 135,000 wanita hamil yang mengalami GDM setiap tahun
yaitu kira-kira 3-5%. Bagi data statistik bagi kasus GDM di Indonesia ,
penulis tidak bisa mendapat datanya karena tidak ada penelitian yang sahih
telah dilakukan di negara Indonesia mengenai GDM.

Faktor risiko dapat mempengaruhi insidensi GDM. Menurut data


skrining dan diagnosis GDM yang dikeluarkan oleh ADA,2008 Standard of
Medical Care, pada wanita ras Hispanik, Afrika, Amerika, Asia Timur dan
Asia Selatan mempunyai risiko mendapat GDM berada di kategori sedang.
Mereka perlu melakukan melakukan tes gula darah pada kehamilan 24 - 28
minggu. Ditambah lagi, risiko mendapat GDM pada ibu hamil yang umurnya
kurang dari 21 tahun adalah 1%, lebih dari 25 tahun adalah 14%, umur ibu
diantara 21 – 30 tahun adalah kurang dari 2% dan pada ibu yang umurnya
lebih dari 30 tahun adalah 8 -14% mengikut statistik yang didapatkan dari
buku Diabetology of Pregnancy, oleh M.Porta, F.M. Matschinsky Vol 17
dengan tahun publikasi 2005. Dengan ini, kita bisa merangkupkan wanita di
Negara Asia atau di Negara Indonesia sendiri menpunyai risiko untuk
mendapat GDM dan pada lingkupan usia lebih dari 25 tahun mempunyai
risiko tinggi mendapat GDM.

Teknik skrining dianjurkan bagi semua wanita hamil menurut American


Diabetes Association (2005) dengan memberikan pasien dengan 50 g beban

vi
glukosa oral, dan kadar gula darahnya diperiksa 1 jam kemudian. Bila kadar
glukosa plasma lebih dari 140 mg/dl maka perlu dilanjutkan dengan tes toleransi
glukosa 3 jam.Tes ini cukup efektif untuk mengidentifikasikan wanita dengan
diabetes gestational. Tes toleransi glukosa oral adalah tes dimana pasien
diberikan 100 g beban glukosa oral, kemudian diperiksa kadar gula darahnya
dengan hasil pada pasien normal. Standar-standar pengukuran kadar gula
darah yang telah

ditentukan oleh American Diabetes Association adalah pada keadaan puasa


ialah < 95 mg/dl, pada jam 1 ialah <180mg/dl, pada jam 2 <155mg/dl dan
akhirnya pada jam 3 <140mg/dl. Bila ditemukan 2 nilai abnormal maka ibu
tersebut menderita diabetes mellitus. Tes tesebut dilakukan pada awal
kehamilan kemudian diulangi pada usia kehamilan 34 minggu.

Dengan ini, komplikasi yang bakal yang dihadapi oleh ibu GDM
berdasarkan statistik yang dipublikasi di buku A Practical Manual of Diabetes In
Pregnancy, oleh David R. McCance, Micheal Maresh dan Davis A. Sacks
dengan tahun publikasi 2010 menyatakan bahwa ibu-ibu GDM, kira-kira
1,7% dapat menyebabkan mortilitas perinatal, 4,3% melahirkan anak secara
cesarean, 7,3% melahirkan anak yang berat badan lahirnya lebih dari 4,5kg
dan 23,5 % bisa menimbulkan kasus distosia bahu saat dilahirkan bayi.
Tambahan lagi, komplikasi-komplikasi yang bisa terjadi kepada neonates yang
ibunya mengalami GDM adalah gangguan pada sistem saraf pusat (18,4%),
penyakit jantung congenital (21,0%), penyakit respiratori (7,9%), atresia
intestitum (2,6%), defek pada kandung kemih dan ginjal (11,8%), atresia
anal (2,6%), defisiensi anggota gerak atas (3,9%), defisiensi anggota gerak
bawah (6,6%), kelainan di spinal bagian atas dan bawah (6,6%) dan disgenesis
kaudal (5,3%). Penelitian ini telah dibahaskan oleh Dr. Nam-Han Cho, Associated
Professor of Preventive Medicine Director for Centre For Clinical
Epidemiology dari Ajau University School of Medicine Suwon, Korea.,

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny.I dengan diabetes melitus ibu


hamil?

vii
1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan Asuhan Keperawatan


diabetes melitus ibu hamil pada Ny. I.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian


2. Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi pada Ny. I
3. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Ny. I
4. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi.
5. Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi keperawatan

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Mahasiswa

Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu


pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.

1.4.2 Bagi Institusi

1.4.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumber bacaan tentang diabetes melitus pada ibu hamil dan
Asuhan Keperawatannya.

1.4.2.2 Bagi Institusi Rumah Sakit

Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan


Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit tentang diabetes
melitus pada ibu hamil melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara
komprehensif.

1.4.4 Bagi IPTEK

Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.

viii
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Definisi Diabetes Melitus
Diabetes Melitus pada kehamilan atau sering disebut Diabetes Melitus
Gestasional, merupakan penyakit diabetes yang terjadi pada ibu yang sedang
hamil. Gejala utama dari kelainan ini pada prinsipnya sama dengan gejala utama
pada penyakit diabetes yang lain yaitu sering buang air kecil (polyuri), selalu
merasa haus (polydipsi), dan sering merasa lapar (polyfagi). Cuma yang
membedakan adalah keadaan pasien saat ini sedang hamil. Sayangnya penemuan
kasus kasus diabetes gestasional sebagian besar karena kebetulan sebab pasien
tidak akan merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya selain kehamilan, dan gejala
sering kencing dan banyak makan juga biasa terjadi pada kehamilan normal.
2.1.2 Etiologi

Diabetes mellitus dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi


atau absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi.
Berkurangnya glikogenesis. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak
kesulitan, penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan
hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya
diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan.

Risiko Tinggi DM Gestasional:

1. Umur lebih dari 30 tahun


2. Obesitas dengan indeks massa tubuh 30 kg/m2
3. Riwayat DM pada keluarga (ibu atau ayah)
4. Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
5. Pernah melahirkan anak besar > 4.000 gram
6. Adanya glukosuria

ix
2.1.3 Klasifikasi
Pada Diabetes Mellitus Gestasional, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si
Ibu:
1. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
2. Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil

Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:


1. Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil
dan menghilang setelah melahirkan.
2. Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum
hamil dan berlanjut setelah hamil.
3. Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi
penyakit pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh
darah panggul dan pembuluh darah perifer, 90% dari wanita hamil yang
menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM Gestasional (Tipe II).
2.1.4 Patofisiologi ( Pathway )

Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi


suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi
perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya,
komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi,
kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta,
dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal.
(menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga
hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik
(hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan
sebagainya).
Jika pada pemeriksaan berat badan bayi ditemukan bayinya besar sekali maka
perlu dilakukan induksi pada minggu ke 36 – 38 untuk mencegah terjadinya
komplikasi saat persalinan. Proses persalinan ini harus dalam pengawasan ketat
oleh dokter spesialis kebidanan dan dokter spesialis penyakit dalam.
Biasanya setelah bayi lahir maka kadar gula darah akan kembali normal,
apabila tidak, maka perlu dilanjutkan pemberian antidiabetes oral sampai jangka

x
waktu tertentu. Pada kehamilan normal terjadi banyak perubahan pada
pertumbuhan dan perkembangan fetus secara optimal. Pada kehamilan normal
kadar glukosa darah ibu lebih rendah secara bermakna. Hal ini disebabkan oleh :
1. Pengambilan glukosa sirkulasi meningkat
2. Produksi glukosa dari hati menurun
3. Produksi alanin (salah satu precursor glukoneogenesis ) menurun.
4. Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5. Efek-efek hormon gestasional (kortisol, human plasenta lactogen,
estrogen, dll)
Perubahan metabolism lemak dan asam amino.

xi
WOC IBU HAMIL DENGAN DM

Faktor Predisposisi:
1. Umur > 30 tahun
Insufisiensi/retensi urine 2. Obesitas dengan indeks massa tubuh
30Kg/m2
3. Riwayat DM pada keluarga (ibu atau ayah)
4. Pernah menderita DM gestasional
Sel beta rusak/terganggu sebelumnya
5. Pernah melahirkan anak besar >4.000 gram
6. Adanya glukosuria
Menganggu produksi insulin

Glukagon

Ibu Hamil

Katabolisme protein
glukosuri Lipolisis

BUN As. Amino Deuretik As. Lemak


osmotik bebas

As. Laktat Kotonuria


poliuri
bebas

Lipolisis
Glukoneogenesis Dehidrasi
bebas

hiperglikemia ketoasidosis
< vol. Cairan & elektrolit Rasa bebas
haus
Asidosis
Hilang protein tubuh hiperosmolaritas metabolik
bebas
koma
Gangguan Menganggu Mengancam
pertumbuhan uteri pembentukan dan nyawa ibu &
aktivitas sel darah Kalori keluar janin

Resiko tinggi Profil darah Rasa lapar


Ancietas
terhadap trauma, abnormal/anemia
pertukaran gas
polifagi
pada janin
Resiko tinggi
cedera maternal
Perubahan
Kurang
nutrisi < keb.
pengetahuan
tubuh

12
2.1.5 Manifestasi Klinis ( Tanda dan Gejala )

1. Poliuri (banyak kencing)


Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien
mengeluh banyak kencing.
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
3. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi
walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada
sampai pada pembuluh darah.
1. Penurunan berat badan
2. Kesemutan, gatal
3. Pandangan kabur
4. Pruritus vulvae pada wanita
5. Lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak
dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan
memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan
otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.

2.1.6 Komplikasi

a) Komplikasi pada Ibu


1. Hipoglikemia, terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
2. Hiperglikemia, terjadi pada kehamilan 20-30 minggu akibat resistensi insulin
3. Infeksi saluran kemih
4. Preeklampsi
5. Hidramnion
6. Retinopati
7. Trauma persalinan akibat bayi besar

13
b) Masalah pada anak :
1. Abortus
2. Kelainan kongenital spt sacral agenesis, neural tube defek
3. Respiratory distress
4. Neonatal hiperglikemia
5. Makrosomia
6. Hipocalcemia
7. Kematian perinatal akibat diabetic ketoasidosis
8. Hiperbilirubinemia
c) Tanda terjadi komplikasi pada DM gestasional
1. Makrovaskular: stroke, penyakit jantung koroner,ulkus/ gangren.
2. Mikrovaskular: retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik), syaraf
(stroke,neuropati).
3. Koma: hiperglikemi, hipoglikemi, stroke

2.1.7 Penatalaksanaan
1. Terapi Diet
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk
mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika
klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari
hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada
ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi
dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus
adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis
Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :
 Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak
30 %, protein 20 %.
 Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
 Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
 Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal
ginjal.
2. Terapi Insulin

14
Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut : Daya tahan terhadap
insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh
kegiatan antiinsulin plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan sudah
memerlukan insulin diberi insulin dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan
sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah atau dikurangi. Perubahan-
perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia dan asidosis
tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu
ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada 140
mg/dl. Pemeriksaan darah yaitu kadar post pandrial..
Strategi terapi diabetes mellitus pada ibu hamil meliputi manajemen diet,
menjaga berat badan ibu tetap ideal, terapi insulin untuk menormalkan kontrol
glikemik dan olah raga.
3. Olahraga
Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan untuk
memperbaiki sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi
glukosa. Olahraga juga dapat membantu menaikkan berat badan yang hilang dan
memelihara berat badan yang ideal ketika dikombinasi dengan pembatasan intake
kalori.

15
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Octavia Maretanse


NIM : 2018.C.10a.0979
Ruangan Praktik : Rg. X
Tanggal & Jam Pengkajian : Selasa, 30 Maret 2021, Jam 12.00 Wib.

PENGKAJIAN

3.1 IDENTITAS KLIEN & PENANGGUNGJAWAB


3.1.1 Identitas Klien
Nama : Ny. I
Tempat / tanggal lahir : Palangka Raya, 10 Oktober 1998
Agama : Kristen Protestan
Suku Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Golongan Darah :O
Alamat : Jl. Bukit keminting
Diagnosa Medis :-
Penghasilan Per Bulan :-
Tanggal Masuk RS : 29 Maret 2021
Tanggal Pengkajian : 30 Maret 2021
Nomor Rekam Medik :-
3.1.2 Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. R
Umur : 25th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Suku Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Swasta
Golongan Darah :B

16
Alamat : Jl. Bukit Keminting
Hubungan dengan Klien : Suami
3.2 Alasan Datang/keluhan utama
Klien mengeluh mudah lelah dan nyeri kepala saat beraktivitas
3.3 Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 29 Maret 2021 jam 11.30 wib Ny. I datang ke rumah sakit bersama
suami dengan keluhan sering. makan dalam porsi besar, dan nyeri kepala seperti
ditusuk-tusuk,kesemutan,mudah lelah saat beraktivitas.
Karena merasa terganggu dengan keluhan yang dirasakan suami membawa Ny. I
ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan, klien disarankan untuk rawat inap
dan diberikan penanganan sesuai kebutuhan klien.
3.4 Riwayat Kesehatan
Klien Tidak pernah menderita penyakit seperti jantung ,hipertensi
,asma,DM,ginjal,TBC,dan penyakit menurun atau menular lainnya,
3.5 Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa ayahnya memiliki riwayat penyakit diabetes melitus
3.6 Riwayat Perkawinan
Klien mengatakan sudah menikah kemudian menikah 1 kali,lama pernikahan 4
tahun
3.7 Riwayat Obstetri
3.7.1 Haid
Menarche : 15 Tahun
Lamanya : 4 Hari
Siklusnya : 20 Hari teratur
3.7.2 Riwayat Kehamilan dan Persalinan : G 4 P 3 Ab 0
3.8 Riwayat KB yang lain
Klien mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi lainnya
3.9 Data Psikologis
klien mengatakan bahagia dengan kehidupannya yang sekarang
3.10 Pola Kebiasaan Sehari-hari
3.10.1 Pola Nutrisi

Ibu makan 3-4 x sehari dengan komposisi,nasi,sayur,lauk pauk.Minum air


putih 8-10 gelas /hari dan tidak ada pantangan makan.

17
3.10.2 Pola Eliminasi

Pada pemeriksaan Eliminasi didapatkan produksi urine 70 ml/24 jam, warna


urine kuning bau khas amoniak, oliguria (+).
3.10.3 Pola Personal Hygiene
klien mengatakan mandi 2x sehari,gosok gigi 2x/hari, keramas 2x seminggu,
ganti pakain dalam setiap habis mandi.
3.10.4 Pola Istirahat dan Tidur

Klien mengatakan tidur siang ± 2 jam /hari kemudian tidur malam ± 8


jam/hari dan pasien mengatakan tidak mengalami gangguan pola tidur.

3.10.5 Pola Latihan dan Aktifitas

klien mengatakan jika melakukan aktivitas mudah lelah

3.10.6 Pola Seksualitas


klien mengatakan melakukan seksualitas 4-5 x seminggu
DATA OBYEKTIF
3.11 Pemeriksaan Fisik
3.11.1 Keadaan Umum
Pada pemeriksaan tingkat kesadaran pasien compos menthis, bentuk badan
ideal berbicara jelas, penampilan cukup rapi,pasien tampak lemas,letih dan lesu.
3.11.2 Tanda Vital
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital saat pengkajian didapatkan hasil Suhu:
36,50C (axila), Nadi : 80 x/menit, Respirasi : 23 x/menit, Tekanan Darah:
120/80mmHg), Nadi : 80 x/menit, Respirasi : 23 x/menit, Suhu: 360C (axila
3.11.3 BB sekarang : klien dengan berat badan 65 kg
3.11.4 Kulit Kepala dan Rambut
Klien mengatakan tidak pernah mengalami alergi obat, alergi makanan, Suhu
kulit Ny.W hangat ,Warna kulit normal tidak ada kelainan, turgor kulit halus tidak
kasar maupun kemerahan tidak ada peradangan, jaringan parut tidak ada, tekstur
rambut lurus dan hitam,distribusi rambut merata,
3.11.5 Muka
Klien tampak pucat dan tidak oedema dan tidak ada hiperpigmentasi pada pipi
pasien
3.11.6 Mata
Fungsi penglihatan normal, bola mata bergerak normal, visus mata kanan dan
mata kiri normal 5/5, sklera normal/putih, kornea bening. Pasien tidak memakai

18
kecamata dan tidak keluhan nyeri pada mata. Fungsi pendengaran baik, penciuman
normal, hidung simetris, dan tidak ada polip.
3.11.7 Mulut
Bibir terlihat tampak lembab , tidak ada lesi. Gigi ada yang tanggal hampir di
semua (atas, bawah, kanan dan kiri) tidakada caries, gusi terlihat tidak ada
peradangan dan perdarahan, lidah berwana merah muda dan tidak ada peradangan,
tidak ada perdarahan pada mukosa, tidak ada peradangan pada tonsil, tidak ada
keluhan nyeri pada tenggorokan saat menelan.
3.11.8 Telinga
Simetris,bersih dan tidak ada serumen
3.11.9 Hidung
Lubang hidung simetris bersih tidak ada polip
3.11.10 Leher
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar
tyroid tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak terbatas.
3.11.11 Mamae
Simetris tidak benjolan Tidak ada benjolan abnormal,Bentuk payudara
Simetris Keadaan putting menonjol Tidak ada
3.11.12 Abdomen
Tidak ada benjolan abnormal,sesuai dengan warna kulit ,Bekas luka tidak ada
bekas luka operasi tidak ada nyeri tekan
- TFU=4 cm diatas umbilius
3.11.13 Genitalia
Vagina tidak ditemukan Oedem tidak ada Varises, Pembesaran Kelenjar tidak
ada, Pengeluaran cairan tidak ada
3.11.14 Ekstremitas
Kemampuan pergerakan sendi bebas, tidak ditemukan parese (-), paralise (-),
hemiparese (-), krepitasi (-), nyeri (-), bengkak (-), kekukan otot (-), flasiditas
(-), spastisitas (-). Uji kekuatan otot ekstremitas atas 5|5, ekstremitas bawah 5|
5, tidak ada deformitas tulang (-), peradangan (-), perlukaan (-), dan patah
tulang (-) dan Tulang belakang normal.
3.12 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah
 HB :16 g/dL Golongan
Darah/Rh : O
 Gula Darah :210mg/dl Leukosit :
 VR/VDRL:

19
3.13 PENGOBATAN
Terapi Diet

Terapi insulin

Palangka Raya, 30 Maret 2021


Mahasiswa

20
Octavia Maretanse

ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
Ds : Mudah lelah,kesemutan
Klien mengatakan mudah dan nyeri kepala saat
lelah,mudah kesemutan beraktivitas
dan sering nyeri kepala
seperti ditusuk-tusuk Ketidak nyamanan
ketika beraktivitas
Intoleransi aktivitas
Do:
- Klien tampak Intoleransi Aktivitas
lemah,letih dan
lesu
- Klien tampak
pucat
- Klien tampak
gelisah
- BB/TB=
65kg/157 cm

Insulin ibu tidak


Ds :-
menembus sawar plasenta

Do :
Hiperinsulinemia janin
- TFU=4 cm diatas Risiko cedera janin

umbilius
- Gula darah =210 Makrosomia
Mg/dl 
Janin kontak kuat dengan
pelvik
Ds : Kurang terpapar informasi Defisit Pengetahuan
Klien mengatakan kurang

mengetahui tentang
diabetes melitus Kurang informasi
 
Do : 
- Klien tampak Kurang pengetahuan
terlihat bingung
- Ketika ditanya
tentang diabetes
melitus klien

21
tidak mampu
menjawab
- Kurang
pengetahuan

22
PRIORITAS MASALAH

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ditandai dengan klien


tampak lemah,letih dan lesu,wajah klien tampak meringis.
2. Resiko tinggi terhadap cedera janin berhubungan dengan peningkatan kadar
glukosa meternal,macrosomia. Ditandai dengan TFU=4 cm diatas umbilius
Gula darah =210 Mg/dl
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
diabetes mellitus.ditandai dengan klien tampak kebingungan ketika ditanya
mengenai diabetes melitus.

23
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. I

Ruang Rawat : Rg. X

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


1. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Selalu memantau perkembangan nyeri 1. Selalu memantau perkembangan nyeri
aktivitas keperawatan selama 1x7 jam 2. Mencari tahu faktor memperberat dan 2. Mencari tahu faktor memperberat dan
berhubungan diharapkan nutrisi cukup dari memperingan nyeri agar mempercepat proses memperingan nyeri agar mempercepat proses
dengan nyeri dan kebutuhan dan kliendapat kesembuhan. kesembuhan.
ditandai dengan menggunakan nutrisi yang 3. Memberikan kondisi lingkungan yang nyaman 3. Memberikan kondisi lingkungan yang
klien tampak tepat. untuk membantu meredakan nyeri nyaman untuk membantu meredakan nyeri
lemah,letih dan Kriteria Hasil : 4. Salah satu cara mengurangi nyeri 4. Salah satu cara mengurangi nyeri
lesu,wajah klien 1. Sakla nyeri = 5 (1-10) 5. Agar klien atau keluarga dapat melakukan 5. Agar klien atau keluarga dapat melakukan
tampak meringis. 2. Ekpresi rileks secara mandiri ketika nyeri kambuh secara mandiri ketika nyeri kambuh
3. Irama pernfasan 6. Bekerja sama dengan dokter dalam pemberian 6. Bekerja sama dengan dokter dalam
teratur dosis obat pemberian dosis obat

Resiko tinggi terhadap Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kontrol diabetic sebelum konsepsi 1. Kontrol ketat (kadar HbA1c normal) sebelum
cedera janin keperawatan selama 1x7 jam 2. Pantau tinggi pundus tiap kunjungan konsepsi membantu menurunkan risiko
berhubungan dengan diharapkan risiko cedera 3. Pantau urin terhadap keton mortalitas janin dan anomaly konginetal.

24
peningkatan kadar janin dapat teratasi 4. Kaji kadar gula albumin 2. Bermanfaat untuk mengidentifikasi pola
glukosa 5. Kolaborasi dengan dokter tentang tindakan pertumbuhan abnormal (makrosomia atau
Kriteria hasil :
meternal,macrosomia. yang akan diberikan selanjutnya IUGR, kecil atau besar terhadap usia gestasi.
- reaktif NST secara 3. Kerusakan SSP yang tidak dapat diperbaiki
normal dan oxytoicin atau kematian janin dapat terjadi sebagai
chalenge test (OST) akibat dari ketonemia maternal, khususnya
negative dan tes stress pada trimester ketiga.
kontraksi (CST). 4. Insiden bayi malformasi secara congenital

- Insulin ibu dapat meningkat pada wanita dengan kadar HbA1c

menembus sawar tinggi (lebih dari 8,5%) pada awal kehamilan

plasenta atau sebelum konsepsi


5. Tes serum untuk albumin glikosilat
menunjukkan glikemia lebih dari beberapa
hari dan dapat meningkatkan penerimaan
seperti alat skrining bagi DMG. HbA1c tidak
cukup sensitif sebagai alat skrining untuk
DMG.

Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan informasi tentang diabetes melitus 1. Memberikan dasar pengetahuan sehingga
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 jam 2. Kaji pengetahuan pasien tentang diabetes pasien dapat membuat  pilihan yang tepat,
kurangnya informasi diharapkan Pasien melitus menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan
tentang  diabetes melitus menunjukkan pengetahuan 3. Jelaskan tanda dan gejala yang biasa muncul kerjasama dalam  menangani diabetes melitus
25
tentang diabetes melitus karena diabetes melitus 2. Memberi pengetahuan  berdasarkan pola
Kriteria hasil : 4. Berikan dorongan yang positif kemampuan klien untuk memilih informasi
- Klien menyatakan 5. Diskusikan tentang terapi dan  pilihannya tentang diabetes melitus
pemahaman tentang 3. Meningkatkan pengetahuan dan mengurangi
kondisi, tanda cemas
gejala,komplikasi 4. meningkatkan optimisme
diabetes melitus 5. Memberi gambaran tentang  pilihan terapi

- Klien mampu yang bisa digunakan

melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
- Kien mampu
menjelaskan kembali
apa yang dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya

26
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
dx. 1 S = klien mengatakan nyeri datang ketika efek obat

Rabu, 30 Maret 2021 1. Memberikan teknik nonfarmakologis. Terapi menghilang di kepala, skla nyeri 5 (1-10), seperti

08.00 wib music (klien masih tampak meringis) ditusuk-tusuk, berlangsung sekitar 1 menit.
2. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri. Dapat melakukan O=

secara mandiri terapi musik (tampak disaat - Ekspresi wajah rileks


klien merasa nyeri, klien dan keluarga dapat - Klien dapat melakukan terapi musik secara
melakukan terapi musik secara mandiri). mandiri disaat nyeri datang Octavia maretanse
3. Berkaloborasi dengan dokter pemberian obat - Irama pernafasan teratur
- TTV dibatas normal
TD : 120/90 mmHg

N : 80 x/menit

S : 36 0C

RR : 22 x/menit

A = Masalah teratasi.
27
P = interfensi terselesaikan

dx. 2 Ds: -

Rabu, 32 Maret 2021 1. Kaji kontrol diabetic sebelum konsepsi DO : -

2. Pantau tinggi pundus tiap kunjungan S : resiko ti ggi terhadap cedera janindapat diatasi
09.00 wib
3. Pantau urin terhadap keton O : klien tampak tidak lemah lago

4. Kaji kadar gula albumin A : masalah teratasi

5. Kolaborasi dengan dokter tentang tindakan P : intervensi berhenti

yang akan diberikan selanjutnya Octavia maretanse

dx. 3 DS :

Rabu, 33 Maret 2021 1. Memberikan informasi tentang diabetes Klien mengatakan masih kurang mengetahui tentang

09.00 wib melitus diabetes melitus


2. Mengkaji pengetahuan klien tentang diabetes
melitus DO :

3. Jelaskan tanda dan gejala yang biasa muncul - Klien tampak tidak bingung lagi

karena siabetes melitus, dengan cara yang S : klien sudah paham penjelasan tentang diabetes Octavia maretanse

tepat melitus
4. Mendiskusikan dengan klien tentang terapi O : klien sudah tidak bingung lagi
dan pilihannya A : masalah teratasi

28
P : intervensi berhenti

29
30
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Diabetes Melitus pada kehamilan atau sering disebut Diabetes Melitus Gestasional,
merupakan penyakit diabetes yang terjadi pada ibu yang sedang hamil. Gejala utama dari
kelainan ini pada prinsipnya sama dengan gejala utama pada penyakit diabetes yang lain yaitu
sering buang air kecil (polyuri), selalu merasa haus (polydipsi), dan sering merasa lapar
(polyfagi).
Hasil pengkajian pada Ny.I berdasarkan laporan kasus diatas maka penulis
menyimpulkan beberapa hal:
Pengkajian pada pasien diabetes melitus terfokus pada pengkajian, nyeri, mual,sering
kencing , kurang pengetahuan dan perkembangan kesembuhan pasien tentang penyakitnya.
Diagnose yang muncul pada laporan kasus ini adalah:nyeri akut,defisit pengetahuan.
Dalam perencanaan keperawatan pada asuhan keperawatan pada pasien diabetes
melitus, Melakukan dan mendokumentasikan keluhan pasien. Beri pemahaman kepada
pasien tentang penyakitnya. Memberi penjelasan kepada pasien mengenai tindakan yang
dapat membantu pasien agar merasa lebih nyaman, Sarankan kepada pasien agar segera
berkonsultasi dengan dokter bila terjadi perubahan yang signifikan. Sarankan kepada pasien
untuk memakai obat yang telah diresepkan oleh dokter.
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan pada tahap ini perawat
membandingkan hasil dari tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil teratasi
seluruhnya.

4.2 Saran

Untuk lebih mengetahui lagi mengenai Asuhan keperawatan Pada Klien dengan
diabetes melitus, pembaca bisa mencari bahan Keperawatan Medikal Bedah yang membahas
mengenai diabetes melitus disitus-situs internet dan buku-buku Keperawatan Medikal Bedah
yang membahas mengenai Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan diabetes melitus.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arief, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI.

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2012-2014,


Editor; Barrarah Barid, dkk. Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin Huda & Hardi Kusuma. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1 & 2. Yogyakarta : Mediaction Publishing.

Smeltzer, S. dan Bare, B. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8; Volume 1. Jakarta: EGC.

Udjianti, Wajan Juni. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA,


Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta : EGC.
Jurnal Terkait

Efek Diabetes Melitus Gestasional terhadap Kelahiran Bayi Makrosomia

Anita Rahayu1, Rodiani2


1
Mahasiswa, Fakultas kedokteran, Universitas Lampung 2
Bagian Ilmu Kandungan, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Diabetesmelitus gestasional (DMG) merupakan suatu gangguan toleransi karbohidrat yang
terjadi pada saat kehamilan.
DMG terjadi saat 24 minggu usia kehamilan dan sebagian penderita kembali normal setelah
melahirkan. Diabetes Melitus Gestasional terjadi 7% pada kehamilan setiap tahunnya namun
pada ibu hamil dengan riwayat keluarga diabetes melitus, prevalensi diabetes gestasional
sebesar 5,1%. Diabetes mellitus gestasional menjadi masalah kesehatan masyarakat karena
penyakit ini berdampak langsung pada kesehatan ibu dan janin. Makrosomia merupakan
istilah yang digunakan untuk menggambarkanfetus ataubayi denganukuran
lebihbesardariukuran normal yaitu beratbadan lahir lebihdari4000 gram.Insidens bayi
makrosomia sekitar5% dari semua kelahiran. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
makrosomia pada fetus antaranya obesitas,d iabetes melitus gestasional, dan diabetes melitus
tipe 2. Diabetes melitus gestasional (DMG) merupakan faktor risiko yang penting dalam
perkembangan makrosomia fetus karena saat kehamailan terjadi perubahan hormonal dan
metabolik yang ditandai dengan peningkatan darikadar glukosa dalamdarah dan meningkatnya
hormon esterogen danhormonprogestin mengakibatkan keadaan jumlah atau fungsi insulin ibu
hamil tidak optimal sehingga terjadi resistensi terhadap efek insulin mengakibatkan kadar gula
darah ibu hamil tinggi sehingga terjadilah diabetes gestasional. Keadaan ini dapat berdampak
pada janin yaitu menimbulkan hiperglikemik dalam lingkungan uterus sehingga bayi yang
lahir dari ibu yang mengalami diabetes mellitus gestasional ini berisiko tinggi untuk terkena
makrosomia.

Kata kunci: Diabetes mellitus gestasional, kehamilan, makrosomia

Effect of Gestational Diabetes Mellitus toMacrosomia Birth Baby

Abstract
Gestational diabetes mellitus (GDM) is a disorder of carbohydrate tolerance that occurs during
pregnancy. DMG came as 24 weeks gestation and most patients return to normal after
delivery. Gestational Diabetes Mellitus occurs 7% of pregnancies every year but in pregnant
women with a family history of diabetes, gestational diabetes prevalence of 5.1%. Gestational
diabetes mellitus a public health problem because these diseases have a direct impact on the
health of the mother and fetus. Macrosomia is a term used to describe a fetus or baby with a
size larger than the size of normal ie birth weight more than 4000 grams. The incidence of
macrosomia babies about 5% of all births. Factors associated with fetal macrosomia such as
obesity, diabetes mellitus, gestational and type 2 diabetes mellitus Gestational diabetes
mellitus (GDM) is an important risk factor in the development of fetal macrosomia because
when kehamailan hormonal and metabolic changes characterized by an increase in the levels
glucose in the blood and increasing the hormones estrogen and progestin resulted in a state of
total / insulin function pregnant women are not optimal, causing resistance to the effects of
insulin resulting in maternal blood sugar levels high so that there gestational diabetes. This
condition can affect the fetus which cause hyperglycemic within the uterus so that babies born
to mothers with gestational diabetes mellitus have a high risk of developing macrosomia

Keywords: Gestational diabetes mellitus , pregnancy , macrosomia

Korespondensi: Anita Rahayu, alamat Wisma Putri Lumbok Seminung 1 Jln. Abdul Muis 14b
Bandar Lampung, HP
082279765531, email anitarahayu999@yahoo.com

Pendahuluan
Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah suatu gangguan toleransi karbohidrat
yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan sedang berlangsung.1
Keadaan ini biasa terjadi pada saat 24 minggu usia kehamilan dan sebagian
penderita akan kembali normal pada setelah melahirkan.2 Menurut American
Diabetes Association (ADA) tahun 2000, diabetes melitus gestasional terjadi 7%
pada kehamilan setiap tahunnya. Pada ibu hamil dengan riwayat keluarga diabetes
melitus, prevalensi diabetes gestasional sebesar 5,1%.3 Diabetes mellitus
gestasional menjadi masalah kesehatan masyarakat sebab penyakit ini berdampak
langsung pada kesehatan ibu dan janin.4

Insidens bayi makrosomia sekitar 5 % dari semua kelahiran.5 Istilah makrosomia


digunakan untuk menggambarkan fetus atau bayi yang dengan ukuran yang lebih
besar dari ukuran normal. Berat badan lahir lebih dari 4000 gram merupakan
patokan yang sering digunakan dalam mendefinisikan makrosomia.6 Semua
bayi dengan berat badan 4000 gram atau lebih tanpa memandang umur
kehamilan dianggap sebagai

makrosomia.7

Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan makrosomia fetus antaranya


obesitas, diabetes melitus gestasional dan diabetes melitus tipe 2, orang tua
berbadan besar, kehamilan lewat waktu, dan multiparitas. Diabetes melitus
gestasional (DMG) pada ibu merupakan faktor risiko yang penting dalam
perkembangan makrosomia

fetus.6-8

Dampak yang ditimbulkan oleh ibu penderita diabetes melitus gestasional adalah
ibu berisiko tinggi terjadi penambahan berat badan berlebih, terjadinya
preklamsia, eklamsia, bedah sesar, dan komplikasi kardiovaskuler hingga
kematian ibu. Setelah persalinan terjadi, maka penderita berisiko berlanjut terkena
diabetes tipe 2 atau terjadi diabetes gestasional yang berulang pada masa yang
akan dating, sedangkan bayi yang lahir dari ibu yang mengalami diabetes
gestasional berisiko tinggi untuk terkena makrosomia.9

Isi
Diabetes melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia. Kemampuan tubuh pada orang dengan diabetes
untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurunatau pankreas dapat menghentikan
sama sekali produksi insulin.10 Diabetes melitus dengan kehamilan (diabetes
melitus gestational/DMG) adalah kehamilan normal yang disertai dengan
peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia).
Pada golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara selama masa kehamilan,
artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali didapati selama
masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga.

Kriteria diabetes gestasional bila gangguan toleransi glukosa yang terjadi sewaktu
hamil kembali normal dalam 6 minggu setelah persalinan. Dianggap diabetes
melitus (bukan gestasi) bila gangguan toleransi glukosa menetap setelah
persalinan.11 Diabetes gestasional terjadi pada minggu ke 24 sampai ke 28 masa
kehamilan. Walaupun diabetes pada masa kehamilan termasuk salah satu faktor
risiko terkena diabetes tipe II. Kondisi ini adalah kondisi sementara dimana kadar
gula darah akan kembali normal setelah melahirkan.12Ibu hamil yang menderita
diabetes gestasional mempunyai risiko tinggi mengalami diabetes melitus
gestasional lagi pada kehamilan berikutnya.6Diabetes melitus gestasional dapat
terjadi pada ibu yang hamil di atas usia 30 tahun, perempuan dengan obesitas
(IMT >30), perempuan dengan riwayat diabetes melitus pada orang tua atau
riwayat diabetes melitus gestasional pada kehamilan sebelumnya dan melahirkan
bayi dengan berat lahir >4000 gram dan adanya glukosuria.11

Diabetes melitus gestasional dapat merupakan kelainan genetik dengan cara


insufisiensi atau berkurangnya insulin dalam sirkulasi darah, berkurangnya
glikogenesis, dan konsentrasi gula darah tinggi. Diabetes dalam kehamilan
menimbulkan banyak kesulitan. Penyakit ini akan menyebabkan
perubahanperubahan metabolik dan hormonal pada penderita. Beberapa hormon
tertentu mengalami peningkatan jumlah, misalnya hormon kortisol, estrogen, dan
human placental lactogen (HPL). Peningkatan jumlah semua hormon tersebut saat
hamil ternyata mempunyai pengaruh terhadap fungsi insulin dalam mengatur
kadar gula darah. Kondisi ini menyebabkan suatu kondisi yang kebal terhadap
insulin yang disebut sebagai resisten insulin. Sehingga menimbulkan dampak
peningkatan kadar glukosa pada ibu hamil.13

Pada diabetes melitus gestasional, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut,


akan terjadi suatu keadaan di mana fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi
perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin,
akibatnyakandungan glukosa dalam plasma ibu bertambah, kadar gula darah
tinggi, tetapi kadar insulin tetap tinggi. Melalui difusi terfasilitasi dalam membran
plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi kandungan glukosa abnormal.12

Peningkatan tingkat serum metabolit pada ibu yang mengalami diabetes

(misalnyaglukosa, asam lemak bebas, senyawa keton dalam tubuh, trigliserida,


dan asamasam amino) akan memicu peningkatan transfer nutrien pada janin yang
pada gilirannya akan menimbulkan hiperglikemik dalam lingkungan uterus
sehingga dapat merubah pertumbuhan dan komposisi tubuh

janin.14

Kemudian pada trimester kedua kehamilan, pankreas janin dengan ibu diabetes
mellitus gestasional akan beradaptasi dengan hiperglikemik dalam lingkungan
uterus dengan meningkatkan produksi insulin, yang mengakibatkan
hiperinsulinemia pada janin. Titik kulminasi dari peristiwa metabolik yang terjadi
di dalam uterus ini akan mengakibatkan hipoglikemia, polisitemia,
hiperbilirubinemia, komplikasi gawat nafas (respiratory distress syndrome), dan
pertumbuhan fetus yang beratnya berlebihan atau makrosomia. 11

Makrosomia atau bayi besar adalah berat badan lahir bayi melebihi dari 4000
gram.Makrosomia disebut juga dengangiant baby.Semua neonatus dengan berat
badan 4000 gram atau lebih tanpa memandang usia kehamilan dianggap sebagai
makrosomia.6

Bayi makrosomia memiliki karakteristik yang berbeda dari bayi


normal.

Adapunkarakteristik dari bayi makrosomia antara lain 1) mempunyai wajah


berubi (menggembung),pletoris (wajah tomat);2) badan montok dan
bengkak;3)kulit kemerahan;4)lemak tubuh banyak; dan 5) plasentadan tali pusat
lebih besar dari rata-

rata.15

Pertumbuhan dan perkembangan janin makrosomia dipengaruhi oleh berbagai


faktor, diantaranya lingkungan uterin ibu hamil, berfungsinya plasenta, dan
ketersediaan asupan nutrisi pada ibu dan janin.Saat awal masa kehamilan, insulin
dan faktor-faktor perkembangan insulin merupakan penentu utama pertumbuhan
janin dan perkembangan organ janin. Produksi insulin pada janin yang dimulai
antara 8-10 minggu masa kehamilan, sangat ditentukan oleh tingkat glukosa ibu,
yang sekitar 80% disalurkan kepada janin melalui membran plasenta.15

Ibu dengan keturunan diabetes melitus gestasional yang memiliki kontrol


glikemik yang buruk secara terus menerus akan terpapar terhadap glukosa dan
insulin dengan kadar tinggi pada rahim yang dapat mempercepat pertumbuhan
janin. Pertumbuhan janin-janin makrosomia di dalam rahim cenderung semakin
cepat (setelah 38 minggu), sedangkan pertumbuhan janin non-makrosomia lebih
bersifat linier selama masa kehamilan.15

Ibu hamil dengan riwayat melahirkan bayi makrosomia,berisiko 5-10 kali lebih
tinggi untuk kembali melahirkan bayi makrosomia dibandingkan ibu yang belum
pernah melahirkan bayi makrosomia.Keturunan makrosomia dengan kehamilan
diabetes mellitus gestasional ditandai dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi
dari jaringan-jaringan khusus yang sensitif insulin termasuk lemak, jantung, dan
liver subkutan.15

Pertumbuhan jaringan otak tidak ikut terpengaruh, sehingga bayi¬bayi


makrosomia dari ibu diabetes akan mengembangkan lipatan kulit tubuh bagian
atas yang lebih tebal dibandingkan dengan bayi-bayi non-diabetes yang memiliki
berat tubuh lahir dan panjang tubuh lahir yang sama. Dampak dari pola-pola
pertumbuhan ini dapat dikenali saat lahir dengan adanya lingkar perut yang relatif
lebih besar dan naiknya rasio lingkar perut terhadap lingkar kepala bayi
makrosomia turunan. Fetopathi diabetes klasik merupakan bayi baru lahir
makrosomia, montok, pletoris (wajah tomat) dan seperti ubi, atau wajah
menggembung.15

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa berat bayi baru lahir dipengaruhi oleh
berbagai faktor maternal, seperti halnya konstitusional fetal, metabolik, dan
genetik.Meskipun intoleransi glukosa gestasional dan diabetes melitus gestasional
merupakan faktor yang menjadi penyebab utama kelahiran bayi
makrosomia.Faktorfaktor maternal lain seperti obesitas maternal, mempengaruhi
berat bayi baru lahir. Faktor risiko lain yang menyebabkan terjadinya makrosomia
antara lain kadar gula darah yang meningkat selama kehamilan, jenis kelamin
laki-laki, riwayat persalinan bayi makrosomia, meningkatnya usia kehamilan, dan
merokok. 15

Ibu dengan bayi makrosomia secara signifikan mempunyai berat tubuh yang lebih
berat (berdasarkan berat kehamilan), IMT yang lebih tinggi, menunjukkan adanya
peningkatan berat badan yang lebih berat selama indeks kehamilan, dan secara
signifikan lebih tinggi dibandingkan ibu dengan bayi non-

makrosomia.15

Trauma cedera bayi baru lahir yang berhubungan dengan makrosomia adalah
distosia bahu, fraktur klavikular, cedera pleksus brakialis, menurunnya skor apgar
selama 5 menit, interval persalinan yang lama, dan adanya kebutuhan penanganan
gawat darurat bagi bayi-bayi makrosomia.15

Distosia bahu yang terjadi pada bayi makrosomia merupakan suatu komplikasi
dari persalinan, yang mempengaruhi sekitar 10-15% persalinan vaginal bayi yang
beratnya lebih dari 4500 gram ketika lahir. Distosia bahu diketahui ketika bahu
bayi sulit dikeluarkan melalui persalinan vaginal standar yang disebabkan karena
gerakan bahu anterior janin tersangkut pada simfisis pubis ibu.15

Fraktur klavikula dan cedera pleksus brakhialis merupakan kejadian yang jarang
terjadi, meskipun demikian, cedera tersebut merupakan akibat dari kehamilan
diabetes melitus gestasional dan persalinan makrosomia. Jika distosia bahu tidak
disebabkan karena traksi dari kepala janin, maka manuver khusus persalinan dapat
dilakukan dengan bantuan ahli agar dapat melepaskan bahu anterior di belakang
supra simfisis. Jika manuver tersebut tidak berhasil, maka klavikula atau humerus
harus dipatahkan untuk memudahkan persalinan bayi tersebut. Meskipun sebagian
besar patahan klavikula dapat dipulihkan tanpa disertai sekuel yang signifikan
ketika fraktur-fraktur tersebut diisolasi dari cedera signifikan lainnya, fraktur
tersebut terkadang dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pleksus brakhialis
dengan kemungkinan terjadinya suatu Erb’s palsy permanen.Erb's palsy (Erb-
Duchenne palsy) adalah kelainan yang terjadi pada pleksus brakhialis bayi baru
lahir dengan adanya kelemahan otot-otot daerah anggota gerak atas (area C5-C6)
yang tampak pada kelemahan otot bahu, lengan atas, dan lengan bawah sedangkan
tangan berfungsi normal. Erb’spalsy adalah kelumpuhan pada satu ekstremitas
atas yang disebabkankarena lesi pada pleksus brakhialis. Salah satu penyebab lesi
pleksus brakhialis adalah proses kelahiran.Cedera pleksus brakhialis juga dapat
disebabkan karena persalinan yangsulit, maladaptasi intrauterin, atau pengeluaran
dengan tenaga ibu mengedan dengan cara dipaksakan.15

Penatalaksanaan pada bayi makrosomia antara lain: 1) menjaga kehangatan; 2)


membersihkan jalan nafas; 3) memotong tali pusat dan perawatan tali pusat; 4)
melakukan inisiasi menyusui dini;5) membersihkan badan bayi dengan kapas
baby oil; 6) memberikan obat mata; 7) memberikan injeksi vitamin K; 8)
membungkus bayi dengan kain hangat; 9) mengkaji keadaan kesehatan pada bayi
dengan makrosomia dengan mengobservasi keadaan umum dan vital sign serta
memeriksa kadar glukosa darah sewaktu pada umur 3 jam; 10) memantau tanda
gejala komplikasi yang mungkin terjadi; dan 11) memberikan terapi sesuai
komplikasi yang dialami oleh bayi.16Makrosomia yang tidak ditangani secara
adekuat berisiko menimbulkan beberapa komplikasi seperti hipoglikemia,
hipokalsemia, hiperbilirubinemia.16

Hipoglikemia adalah kadar gula darah <45 mg/dl pada bayi kurang bulan atau
cukup bulan dan dapat disertai gejala (simptomatis) atau tanpa gejala
(asimptomatis).Kira-kira 2050% bayi dengan ibu diabetes melitus mengalami
hipoglikemia pada 24 jam pertama setelah lahir, biasanya pada bayi makrosomia
dengan kelainan vaskular, hipoglikemia biasanya terjadi setelah 6-12 jam setelah
lahir, karena hiperinsulinemia dancadangan glikogen yang kurang.
Penatalaksanaan untuk hipoglikemia adalah dengan ditandai terlebih dahulu oleh
glukosa darah kurang dari 25 mg/dl maka berikan glukosa 10 % 2 mL/kg secara
intravena, bolus pelan dalam 5 menit, jika jalur IV tidak dapat terpasang
dengancepat, berikan larutan glukosa melalui pipa lambung dengan dosis yang
sama, berikan infus glukosa 10% sesuai kebutuhan. Periksa kadar glukosa darah
satu jam setelah bolus glukosa.Jika kadar glukosa darah masih kurang dari 25
mg/dl, ulangi bolus glukosa dan lanjutkan pemberian infus. Jika kadar glukosa
darah 25–45 mg/dl, lanjutkan infus dan ulangi pemeriksaan kadar glukosa darah
setiap 3 jam sampai kadar glukosa mencapai 45 mg/dl atau lebih. Apabila kadar
glukosa darah 45 mg/dl atau lebih dalam 2 kali pemeriksaan berturut– turut,
lakukan pemeriksaan tiap 12 jam sebanyak 2 kali pemeriksaan. Ibu dianjurkan
untuk menyusui.Apabila kemampuan minum bayi meningkat, turunkan pemberian
cairan infus secara bertahap.Glukosa darah 25–45 mg/dl tanpa tanda
hipoglikemia, anjurkan ibu untuk menyusui, pantau tanda hipoglikemia,
danperiksa kadar glukosa darah dalam 3 jam atau sebelum pemberian minum
berikutnya. Ketika glukosa darah tetap rendah dibawah kadar yang dapat diterima
dan pemberian ASI secara langsung tidak berhasil atau tidak mencukupi untuk
meningkatkan kadar glukosa darah maka diperlukan susu formula.16

Hipokalsemia yang didefinisikan sebagai konsentrasi kalsium serum


yang <8 mg/dl,adalah salah satu gangguan metabolik utama pada bayi
dari ibu diabetes.Pasien asimptomatik cukup diberikanterapi oral dengan
menambahkan Ca glukonas 10% dalam susu formula hingga kadar kalsium dalam
serum normal. Bila terdapat gejala seperti letargi, susah minum, muntah, dan
distensiabdominal,berikan bolus pelan Caglukonas 10% 20mL/kgBB selama 5
menit,lanjutkan pemberian infus Ca glukonas 40mL/kgBB/hari. Kemudian,
berikan terapi oral berupapenambahan Ca glukonas 10% ke dalam susuformula
selama beberapa hari. Apabila pasien kejang, maka berikan fenobarbital 15–
30mg/kgBB perinfus sebagai antikonvulsan. Tetap berikan terapi untuk
memperbaiki kondisi hipokalsemia, karena kejang akan kembali terjadi jika
kondisi hipokalsemia tidak diperbaiki. Kebanyakan kasus hipokalsemia dapat
teratasi dalam waktu 48–72 jam.Hipokalsemia yang disebabkan
olehhipoparatiroidisme, membutuhkan lanjutanterapi dengan vitamin D dan
garam kalsium.Lamanya waktu terapi tergantung pada jenis
hipoparatiroidismenya, yaitu transien, berlangsung beberapa minggu sampai
beberapa bulanataupermanen. Angka mortalitas pada bayi yang mengalami
hipokalsemia lebih besar dibandingkan dengan bayi tanpa hipokalsemia.16
Polisitemia adalah hematokrit yang sangat tinggi (65% atau lebih) dan
menyebabkan hiperviskositas sehingga menimbulkan gejala-gejala terkait dengan
stasis vaskular, hipoperfusi, dan iskemia. Penatalaksanaanya adalah dengan
dicoba penambahan pemberian minum sebanyak 2040 mL/kgBB/hari, disamping
itu juga pantau Hb darah tiap 6-12 jam tanpa gejala.Bila dengan gejala seperti
gangguan nafas jantung atau kelainan neurologik harus dilakukan transfusi tukar
parsial dengan plasma beku segar.16

Hiperbilirubin adalah naiknya kadar bilirubin serum melebihi normal.


Presentasinya pada neonatus terdiri dari hiperbilirubin tidak terkonjugasi (indirek)
dan terkonjugasi (direk).Gejala paling relevan dan paling mudah diidentifikasi
adalah kulit selaput lendir menjadi kuning.Ikterus bila bilirubin serum
>5mg/dL.Hiperbilirubin adalah pewarnaan kuning dikulit, konjungtiva, dan
mukosa yang terjadi karena meningkatnya kadar bilirubindalam darah. Klinis
ikterus tampak bila kadar bilirubin dalam serum >5 mg/dL.
Penatalaksanaanya dimulaisejak bayi mulai kurang kadar bilirubinnya harus
dipantau dengan teliti kalau perlu beri terapi sinar atau transfusi tukar darah
dengan cara:1) mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara membungkus bayi
menggunakan selimut bayi yang dihangatkan terlebih dahulu;2) menidurkan bayi
dalam inkubator. Perawatan bayi dalam inkubator seperti ini merupakan metode
merawat bayi dengan dimasukkan ke dalam alat yang berfungsi membantu
terciptanya suhu lingkungan yang cukup dengan suhu normal;3) memberikan
substrat yang kurang untuk transfortasi atau konyugasi, contohnya ialah
pemberian albumin untuk mengikat bilirubin yang bebas. Albumin dapat diganti
dengan plasma dengan dosisi 15-20

mg/kgBB.16

Ringkasan
Diabetes melitus dengan kehamilan (diabetes melitus gestational/DMG) adalah
kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil
gagal mempertahankan euglycemia).Kondisi diabetes seperti ini biasa di alami
sementara oleh ibu hamil selama masa kehamilan.Diabetes melitus gestasional
pada saat kehamilan terjadi karena perubahan hormonal dan metabolik. Perubahan
metabolik ini ditandai dengan peningkatan dari kadar glukosa dalam darah akibat
pemenuhan kebutuhan energi untuk ibu dan janin. Perubahan hormonal ini
ditandai dengan meningkatnya hormon esterogen dan hormon
progestin.Peningkatan hormon estrogen dan hormon progestin ini mengakibatkan
keadaan jumlah atau fungsi insulin ibu hamil tidak optimal sehingga terjadi
perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Efek dari
resistensi insulin ini mengakibatkan kadar gula darah ibu hamil tinggi sehingga
terjadilah diabetes gestasional. Keadaan ini dapat berdampak pada janin, sebab
kadar gula darah ibu akan mempengaruhi gula darah janin sehingga gula darah
janin juga meningkat dan pada gilirannya akan menimbulkan hiperglikemik dalam
lingkungan uterus sehingga dapat merubah pertumbuhan dan komposisi tubuh
janin.Dampaknya bayi yang lahir dari ibu yang mengalami diabetes melitus
gestasional ini berisiko tinggi untuk terkena makrosomia.

Makrosomia menggambarkan fetus atau bayi dengan ukuran yang lebih besar dari
ukuran normal yaitu berat badan lahir lebih dari 4000 gram.Beberapa faktor risiko
yang berhubungan dengan makrosomia fetus antaranya obesitas, diabetes melitus
gestasional, dan diabetes melitus tipe 2. Ibu hamil dengan riwayat melahirkan bayi
makrosomia akan berisiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali melahirkan bayi
makrosomia dibandingkan dengan ibu yang belum pernah melahirkan bayi
makrosomia.

Simpulan
Terdapat hubungan antara kadar gula darah pada pasien diabetes melitus
gestasional dengan bayi makrosomia. Keadaan ini biasa terjadi pada saat 24
minggu usia kehamilan dan kembali normal setelah melahirkan.Diabetes dalam
kehamilan ini menimbulkan banyak kesulitan yang akan menyebabkan
perubahan-perubahan metabolik serta hormonal pada penderitanya, yaitu ibu
hamil. Beberapa hormon tertentu yang mengalami peningkatan jumlah saat hamil
ternyata mempunyai pengaruh terhadap fungsi insulin dalam mengatur kadar gula
darah dimana kondisi ini menyebabkan resisten insulin.

Daftar Pustaka
1. PERKENI. Konsensus pengelolaan diabetes melitus di Indonesia. Jakarta:
Perkumpulan Endokrionologi Indonesia; 2015.
2. Depkes RI. Pedoman pengendalian diabetes melitus dan penyakit metabolik.
Jakarta : Direktorat Pengendalian Penyakit
Tidak Menular dan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan; 2008.

3. Maryunani, Anik NS. Buku saku diabetes pada kehamilan. Jakarta: Trans
Info Media; 2008.
4. OsgoodND, Roland FD, Winfried KG. The inter-and intragenerational
impact of gestasional diabetes on the epidemic of type 2
diabetes.American J of Public Health. 2011;101(1):173-9.
5. Sativa G. Pengaruh indeks massa tubuh pada wanita saat persalinan terhadap
keluaran maternal dan perinatal di rsup

dr. kariadi periode tahun 2010. Semarang:Fakultas Kedokteran Universitas


Diponegoro;2011.

6. Cunningham FG, Levono KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
Williams obstetric. Edisi ke-23. New York: McGrawHill; 2010.
7. Trisnasiwi A, Trisnawati Y, Sumarni.
Pengetahuanibu hamil tentang

makrosomia dengan pola nutrisi selama hamiltahun2011. Bidan Prada


JIlmiah Kebidanan. 2012;3(2):11-4.

8. Wintry Y. Hubungan pengetahuandan sikap ibu hamil tentang bayi


makrosomia di klinik bersalin niar jalan balai desa kecamatan medan
patumbak tahun 2011 [skripsi]. Medan:
UniversitasSumateraUtara; 2011.

9. Perkins MJ, Julia PD MD, Shubhada MJ MD. Perspectives in gestational


diabetes mellitus: a review of screening, diagnosis, and treatment. J Clinical
Diabetes. 2007;25(2):57-62.
10. Bare BG, Smeltzer SC.Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC;
2001.
11. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, Reksodiputro
AH, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: FKUI; 2006.
12. ManuabaIAC, Manuaba IBGF, Manuaba IBG. Pengantar kuliah obstetri.
Jakarta: EGC; 2007.
13. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta : EGC; 2005.
14. Aadara KM, Ivana PR, Zeljkom M. Diabetes and pregnancy. Diabetologia
Croatia. 2002; 2(3-1):31-3.
15. Tanya T. Neonatal morbidity among macrosomic infants in the james bay
cree population of northern quebec [thesis].Montreal: School of Dietetics and
Human Nutrition McGill University; 2001.
16. Tasripin MW.Asuhan kebidanan bayi baru lahir makrosomia di perinatologi
rsud pandan arang boyolali.Surakarta:Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas
Maret;2015.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Diabetes Melitus


Sasaran : Keluarga Ny. I
Hari, tanggal : Selasa, 31 maret 2021
Tempat : RS Palangkaraya
Pukul : 09.00-10.45 WIB
Alokasi waktu : 45 menit

1. Tujuan
1.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari Pendidikan Kesehatan pada keluarga Ny.I
adalah;
Keluarga diharapkan mampu memahami dan meningkatkan pengetahuan tentang
diabetes melitus.
1.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan diabetes melitus
2. Mengetahui Etiologi diabetes Melitus
3. Mengetahui tanda gejala diabetes melitus
4. Mengetahui komplikasi diabetes melitus
5. Mengetahui klasifikasi diabetes melitus
6. Mengetahui penanganan diabetes melitus
2. Materi
1. Pengertian diabetes melitus
2. Etiologi diabetes melitus
3. Tanda gejala diabetes melitus
4. Komplikasi diabetes melitus
5. Klasifikasi diabetes melitus
6. Penanganan diabetes melitus
3.Metode
Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan pendidikan kesehatan
tentang diabetes melitus kepada keluarga Ny. I adalah:

30
1. Diskusi
Diskusi adalah sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau lebih atau
kelompok. Biasanya komunikasi antara kelompok tersebut berupa salah satu
ilmuataupengetahuan dasar yang akhirnya akan memberikan rasa
pemahaman yang baik dan benar. Diskusi bisa berupa apa saja yang
awalnya disebut topik. Dari topik inilah diskusi berkembang dan
diperbincangkan yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu pemahaman
dari topik tersebut.
2. Tanya jawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan lalu memberikan jawaban ataupun
sebaliknya.
4. Metode
Adapun media yang digunakan dalam kegiatan pendidikan kesehatan
tentang diabetes melitus ini meliputi :
1. Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam bentuk
selebaran mengenai informasi pentingnya mengetahui tentang diabetes
melitus.
5. Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Rabu, 31 maret 2021
Pukul : 09.00- 09.25 WIB
Alokasi Waktu : 45 menit
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pembukaan : 5 menit 1. Menjawab
1. Membuka kegiatan dengan salam
mengucapkan salam 2. Mendengarkan
2. Menjelaskan tujuan dari tujuan dan
penyuluhan memperhatikan
3. Menyebutkan materi yang akan
diberikan
4. Kontrak waktu penyampaian
materi
2 Pelaksanaan :
Menjelaskan tentang :

31
1. Mengetahui apa yang
dimaksud dengan diabetes
Mendengar,
melitus 10 memperhatikan,
menit
2. Mengetahui etiologi
diabetes melitus
3. Mengetahui tanda gejala
4. Mengetahui komplikasi dari
diabetes melitus
5. Mengetahui klasifikasi
6. Mengetahui penanganan
diabetes mellitus
3 Evaluasi :
Menanyakan pada peserta tentang
materi yang telah diberikan, dan 5 menit Tanya Jawab
meminta kembali peserta untuk
mengulang materi yang telah
disampaikan.
4 Terminasi :
5 menit
1. Mengucapkan terimakasih atas
1. Mendengarkan
perhatian peserta
2. Menjawab salam
2. Mengucapkan salam penutup
3. Membagikan leaflet kepada
keluarga

7. Tugas Pengorganisasian
1) Moderator : Octavia Maretanse
Moderator adalah orang yang bertindak sebagai penengah atau pemimpin
sidang (rapat, diskusi) yang menjadi pengarah pada acara pembicaraan atau
pendiskusian masalah.
Tugas :
1. Membuka acara penyuluhan.
2. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok.
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan.

32
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi.
5. Mengatur jalannya diskusi.
2) Penyaji : Octavia Maretanse
Penyaji adalah menyajikan materi diskusi kepada peserta dan
memberitahukan kepada moderator agar moderator dapat memberi arahan
selanjutnya kepada peserta-peserta diskusinya.
Tugas :
1. Menyampaikan materi penyuluhan.
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan.
3. Mengucapkan salam penutup.
3) Fasilitator : Octavia Maretanse
Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang, memahami
tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna
mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi.
Tugas :
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan.
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir.
3. Membuat dan megedarkan absen peserta penyuluhan.
4. Membagikan konsumsi.

5) Notulen : Octavia Maretanse


1) Mencatat hal penting dalam jalannya penyuluhan dan mencatat
pertanyaan dari keluarga yang bertanya

8. Setting Tempat

Keterangan :

: Kamera

33
: Moderator,Penyaji,Simulasitator,Dokumentator dan

notulen

: Pasien dan Keluarga

1.8 Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
o Tempat dan alat sesuai rencana.
o Peran dan tugas sesuai rencana.
o Setting tempat sesuai dengan rencana.
2) Evaluasi Proses
o Selama kegiatan semua peserta dapat mengikuti seluruh kegiatan.
o Selama kegiatan semua peserta aktif.
o Bagaimana berlangsungnya proses penyuluhan, ada hambatan atau
tidak ada hambatan, keaktifan keluarga Pasien dalam proses
pembelajaran, tanya jawab bisa hidup atau tidak.
3) Evaluasi Hasil
7. Keluarga pasien mampu memahami dan mengetahui tentang Pengertian
diabetes melitus,Mengetahui Etiologi diabetes Melitus,Mengetahui tanda
gejala diabetes melitus,Mengetahui komplikasi diabetes
melitus,Mengetahui klasifikasi diabetes melitus,Mengetahui penanganan
diabetes melitus

Palangka Raya, 31 Maret 2021

Mahasiswa,

Octavia Maretanse

34
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes Melitus pada kehamilan atau sering disebut Diabetes Melitus


Gestasional, merupakan penyakit diabetes yang terjadi pada ibu yang sedang
hamil. Gejala utama dari kelainan ini pada prinsipnya sama dengan gejala utama
pada penyakit diabetes yang lain yaitu sering buang air kecil (polyuri), selalu
merasa haus (polydipsi), dan sering merasa lapar (polyfagi)..

B. Etiologi Diabetes Melitus


Diabetes mellitus dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi
atau absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi.
Berkurangnya glikogenesis. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak
kesulitan, penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan
hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya
diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan.
Risiko Tinggi DM Gestasional:
1. Umur lebih dari 30 tahun
2. Obesitas dengan indeks massa tubuh 30 kg/m2
3. Riwayat DM pada keluarga (ibu atau ayah)
4. Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
5. Pernah melahirkan anak besar > 4.000 gram
6. Adanya glukosuria
C. Tanda Gejala Diabetes Melitus

1. Poliuri (banyak kencing)


Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis
yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh
banyak kencing.
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
3. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi
walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada
sampai pada pembuluh darah.
1. Penurunan berat badan
2. Kesemutan, gatal
3. Pandangan kabur
4. Pruritus vulvae pada wanita
5. Lemas, lekas lelah, tenaga kurang.

D. Komplikasi Diabetes Melitus

1. Komplikasi pada Ibu


a. Hipoglikemia, terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
b. Hiperglikemia, terjadi pada kehamilan 20-30 minggu akibat resistensi
insulin
c. Infeksi saluran kemih
d. Preeklampsi
e. Hidramnion
f. Retinopati
g. Trauma persalinan akibat bayi besar
2. Masalah pada anak :
a. Abortus
b. Kelainan kongenital spt sacral agenesis, neural tube defek
c. Respiratory distress
d. Neonatal hiperglikemia
e. Makrosomia
f. Hipocalcemia
g. Kematian perinatal akibat diabetic ketoasidosis
h. Hiperbilirubinemia
E. Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:


4. Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil
dan menghilang setelah melahirkan.
5. Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum
hamil dan berlanjut setelah hamil.
6. Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi
penyakit pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh
darah panggul dan pembuluh darah perifer, 90% dari wanita hamil yang
menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM Gestasional (Tipe II).

F. Penanganan Diabetes Melitus


1. Terapi Diet
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah
untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan
kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar
dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada
ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi
dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah
tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).
Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara
lain :
 Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak
30 %, protein 20 %.
 Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
 Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
 Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal
ginjal.
2. Terapi Insulin
Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut : Daya tahan terhadap
insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh
kegiatan antiinsulin plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan sudah
memerlukan insulin diberi insulin dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan
sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah atau dikurangi. Perubahan-
perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia dan asidosis
tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu
ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada 140
mg/dl. Pemeriksaan darah yaitu kadar post pandrial..
Strategi terapi diabetes mellitus pada ibu hamil meliputi manajemen diet, menjaga
berat badan ibu tetap ideal, terapi insulin untuk menormalkan kontrol glikemik
dan olah raga.
3. Olahraga
Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan untuk
memperbaiki sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi
glukosa. Olahraga juga dapat membantu menaikkan berat badan yang hilang dan
memelihara berat badan yang ideal ketika dikombinasi dengan pembatasan intake
kalori.
LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Octavia Maretanse


NIM : 2018.C.10a.0979
Angkatan : X (Sepuluh)
Tahun Ajaran/Semester : 2021/VI (Enam)
Pembimbing Akademik : Rimba Aprianti, S. Kep., Ners
Tanda Tangan
Hari/Tan
No Catatan Bimbingan
ggal Mahasiswa Pembimbing
1 Kamis,25 1. Pre Conference
Maret
2. Perbaiki Judul Laporan
2021
3. Tambahkan beberapa gambar Octavia
maretanse
Tingkst 3B Keperawatan is inviting you to a
scheduled Zoom meeting.

Topic: Konsul PPK 3 Kep Antenatal 3B 's


Zoom Meeting
Time: Mar 25, 2021 02:00 PM Jakarta
Join Zoom Meeting
https://zoom.us/j/93165182029?
pwd=cU5OSDZvUkJPWktkNjRpNjZ4bExu
QT09
Meeting ID: 931 6518 2029
Passcode: Konsul123

Jumat,26
Maret
2021
2. Octavia
maretanse

1. Bimbingan Askep Individu


2. Perbaiki judul askep
3. Perbaiki asuhan keperawatan
4. Perbaikan Diagnosa askep
Yoga Pratama is inviting you to a scheduled
Zoom meeting.
Topic: Konsul PPK 3 Kep Antenatal 3B's
Zoom Meeting
Time: Mar 26, 2021 02:00 PM Jakarta
Join Zoom Meeting
https://us04web.zoom.us/j/74663403576?
Sabtu,27 pwd=NEJhZEV1OGhrTGJGbnowTzRQSFV
Maret
IUT09
2021
3. Meeting ID: 746 6340 3576
Octavia
Passcode: Konsul123 maretasne

1. Bimbingan Post Conference


2. Tambahkan gambar di leaflet
3. Bimbingan Penkes
Julius is inviting you to a scheduled Zoom
meeting.
Topic: Konsul PPK 3 Kep Antenatal Post
Time: Mar 27, 2021 01:00 PM Jakarta
Join Zoom Meeting
https://us05web.zoom.us/j/82936291534?
pwd=ZWx3Smt6L0RrbGltR0o5bWdTRW9
WQT09
Meeting ID: 829 3629 1534
Passcode: ekaharap12

Anda mungkin juga menyukai