Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

DIABETES MELLITUS DALAM KEHAMILAN

Pembimbing :
Dr.dr. Hotma Partogi Pasaribu,M.Ked (OG),Sp OG (K)

Oleh :

VANMATHI A/P RAJU 130100441


SHOBAANESH A/L RAMARAO 130100478
GAYATTHIRI NAAIDU A/P MUNIANDY 130100476
KOGILAVANI AP MANI 130100449

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan
judul “ DIABETES MELLITUS DALAM KEHAMILAN ”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen


pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan
dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya.Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 18 MARET 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Tujuan .............................................................................................. 4

1.3 Manfaat............................................................................................. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................5

2.1.1 Definisi .......................................................................................... 5

2.1.2 Etiologi .......................................................................................... 5

2.1.3 Klasifikasi ..................................................................................... 6

2.1.4 Faktor Risiko ................................................................................. 7

2.1.5 Patofisiologi .................................................................................. 8

2.1.7 Manifestasi Klinis .........................................................................9

2.1.8 Diagnosis ...................................................................................... 9

2.1.9 Penatalaksanaan…………………………………………………...12

2.2 Komplikasi………………………………………………………..13

BAB 3 KESIMPULAN ....................................................................... 20


DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 22

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Definisi diabetes mellitus gestational (GDM) menurut World Health


Organization (WHO) dengan sedikit modifikasi yang telah dilakukan oleh
American Diabetes Association (ADA), adalah intoleransi glukosa pada waktu
kehamilan, pada wanita normal atau yang mempunyai gangguan toleransi glukosa
setelah terminasi kehamilan. Estimasi kasus diabetes mellitus berdasarkan
prevalensi global pada tahun 1995 adalah kira-kira 135 juta orang manakala
projeksinya ke tahun 2025 akan menunjukkan angka peningkatan yaitu kira-kira
300 juta. Kira-kira 135,000 wanita hamil yang mengalami GDM setiap tahun yaitu
kira-kira 3-5%. Bagi data statistik bagi kasus GDM di Indonesia , penulis tidak bisa
mendapat datanya karena tidak ada penelitian yang sahih telah dilakukan di negara
Indonesia mengenai GDM.
Faktor risiko dapat mempengaruhi insidensi GDM. Menurut data skrining
dan diagnosis GDM yang dikeluarkan oleh ADA,2008 Standard of Medical Care,
pada wanita ras Hispanik, Afrika, Amerika, Asia Timur dan Asia Selatan
mempunyai risiko mendapat GDM berada di kategori sedang. Mereka perlu
melakukan melakukan tes gula darah pada kehamilan 24 - 28 minggu. Ditambah
lagi, risiko mendapat GDM pada ibu hamil yang umurnya kurang dari 21 tahun
adalah 1%, lebih dari 25 tahun adalah 14%, umur ibu diantara 21 – 30 tahun adalah
kurang dari 2% dan pada ibu yang umurnya lebih dari 30 tahun adalah 8 14%
mengikut statistik yang didapatkan dari buku Diabetology of Pregnancy, oleh
M.Porta, F.M. Matschinsky Vol 17 dengan tahun publikasi 2005. Dengan ini, kita
bisa merangkupkan wanita di Negara Asia atau di Negara Indonesia sendiri
menpunyai risiko untuk mendapat GDM dan pada lingkupan usia lebih dari 25
tahun mempunyai risiko tinggi mendapat GDM.
Teknik skrining dianjurkan bagi semua wanita hamil menurut American
Diabetes Association (2005) dengan memberikan pasien dengan 50 g beban glukosa
oral, dan kadar gula darahnya diperiksa 1 jam kemudian. Bila kadar glukosa plasma
lebih dari 140 mg/dl maka perlu dilanjutkan dengan tes toleransi glukosa 3 jam. Tes

4
ini cukup efektif untuk mengidentifikasikan wanita dengan diabetes gestational. Tes
toleransi glukosa oral adalah tes dimana pasien diberikan 100 g beban glukosa oral,
kemudian diperiksa kadar gula darahnya dengan hasil pada pasien normal. Standar-
standar pengukuran kadar gula darah yang telah ditentukan oleh American Diabetes
Association adalah pada keadaan puasa ialah < 95 mg/dl, pada jam 1 ialah
<180mg/dl, pada jam 2 <155mg/dl dan akhirnya pada jam 3 <140mg/dl. Bila
ditemukan 2 nilai abnormal maka ibu tersebut menderita diabetes mellitus. Tes
tesebut dilakukan pada awal kehamilan kemudian diulangi pada usia kehamilan 34
minggu.
Dengan ini, komplikasi yang bakal yang dihadapi oleh ibu GDM
berdasarkan statistik yang dipublikasi di buku A Practical Manual of Diabetes In
Pregnancy, oleh David R. McCance, Micheal Maresh dan Davis A. Sacks dengan
tahun publikasi 2010 menyatakan bahwa ibu-ibu GDM, kira-kira 1,7% dapat
menyebabkan mortilitas perinatal, 4,3% melahirkan anak secara cesarean, 7,3%
melahirkan anak yang berat badan lahirnya lebih dari 4,5kg dan 23,5 % bisa
menimbulkan kasus distosia bahu saat dilahirkan bayi. Tambahan lagi, komplikasi-
komplikasi yang bisa terjadi kepada neonates yang ibunya mengalami GDM adalah
gangguan pada sistem saraf pusat (18,4%), penyakit jantung congenital (21,0%),
penyakit respiratori (7,9%), atresia intestitum (2,6%), defek pada kandung kemih
dan ginjal (11,8%), atresia anal (2,6%), defisiensi anggota gerak atas (3,9%),
defisiensi anggota gerak bawah (6,6%), kelainan di spinal bagian atas dan bawah
(6,6%) dan disgenesis kaudal (5,3%). Penelitian ini telah dibahaskan oleh Dr. Nam-
Han Cho, Associated Professor of Preventive Medicine Director for Centre For
Clinical Epidemiology dari Ajau University School of Medicine Suwon, Korea.
Akhirnya dari segi antenatal care bagi ibu yang menghidap GDM, mengikut data
dari buku A Practical Manual of Diabetes In Pregnancy, oleh David R. McCance,
Micheal Maresh dan Davis A. Sacks dengan tahun publikasi 2010; Tempe et al,
tahun 2006 yang penelitiannya dilakukan pada ibu dengan diabetes tipe 1 mendapati
ibu yang tidak lakukan antenatal care mempunyai kecederungan 14,2% partus
kurang dari 34 minggu berbanding yang melakukan antenatal care yaitu 5 % sahaja.
43,4 % bayi dilahirkan makrosomia bagi ibu yang tidak melakukan antenatal care
berbanding yang melakukan antenatal care adalah 44% dan bagi kasus pre-

5
eklampsia pula 12,7% kasus bisa ditemui kalau ibunya tidak melakukan antenatal
care manakala yang melakukan antenatal care adalah 13,1%.
Berdasarkan data-data yang dikumpul dari pelbagai penelitian , jelas sekali
ibu hamil di negara ASEAN mempunyia risiko tinggi untuk mendapat GDM. Hal
ini telah menarik perhatian penulis dan mendorong penulis melakukan penelitian
mengenai GDM pada mahasiswa kedokteraan yang bakal memasuki dunia
kedokteran. Penulis berharap penelitian ini dapat menilai tingkat pengetahuan
mahasiswa kedokteran angkatan 2008 yang telah memasuki kuliah reproduksi pada
semester tiga dan bakal memasuki koas pada semester lapan serta meningkatkan
kesadaran mahasiswa kedokteraan mengenai kasus GDM pada ibu hamil. Penulis
berharap penelitian ini juga dapat membantu mahasiswa kedokteran untuk memberi
perhatian yang lebih pada kasus GDM yang bakal mereka temui di dunia koas dan
setelah mereka mula berkerja di rumah sakit. Mereka juga dapat mengurangkan
prevalensi dan insidensi kasus GDM ini dengan memberikan penyuluhan kepada
ibu-ibu hamil mengenai GDM dan sekaligus dapat menurukan kasus GDM yang
sering berlaku di kalangan ibu hamil di negara ASEAN atau di Indonesia sendiri.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah sejauh manakah pengetahuan mahasiswa
FK USU tentang diabetes mellitus gestasional dari segi faktor risiko, komplikasi
dan antenatal care yang harus diberikan kepada ibu mengandung.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengetahuan


para mahasiswa fakultas kedokteraan tentang diabetes mellitus gestasional.
1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa kedokteraan tentang faktor


risiko seseorang ibu hamil untuk mendapat GDM.

6
2. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa kedokteraan tentang diagnosa
dan pemeriksaan yang harus ditegakan bagi kasus ibu hamil yang
mendapat GDM.
3. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa kedokteraan mengenai
komplikasi yang bakal dihadapi oleh ibu hamil dan pada janin kalau GDM
tidak ditangani pada tahap awal lagi.
4. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai antenatal care yang
perlu diberikan pada ibu GDM.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

1. Membantu Universitas untuk menilai efektifitas dari sistem pengajaran di


Universitas Sumantera Utara.
2. Meningkatkan lagi tahap kesadaran mahasiswa kedokteraan tentang
GDM yang kurang diberikan perhatian di negara-negara Asian.
3. Mengurangkan prevalensi dan insidensi berlakunya GDM yang bisa
menyebabkan komplikasi yang berat dengan mengedukasi mahasiswa
kedokteraan.
4. Dapat dijadikan bahan rujukan tambahan untuk topik pengajaran
gestational diabetes di kuliah mahasiswa kedokteraan
5. Dapat digunakan sebagai sumber rujukan bagi penelitian selanjutnya.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diabetes melitus gestasional (DMG) didefinisikan sebagai suatu keadaan
intoleransi glukosa atau karbohidrat dengan derajat yang bervariasi yang terjadi
atau pertama kali ditemukan pada saat kehamilan berlangsung. Hal ni berlaku baik
insulin atau modifikasi diet hanya digunakan untuk pengobatan dan apakah atau
tidak kondisi tersebut terus berlangsung setelah kehamilan. Ini tidak
mengesampingkan kemungkinan bahwa intoleransi glukosa yang belum diakui
mungkin telah dimulai bersamaan dengan kehamilan. 1

2.3 Etiologi
Selama kehamilan, peningkatan kadar hormon tertentu dibuat dalam plasenta
(organ yang menghubungkan bayi dengan tali pusat ke rahim) yang membantu
pergeseran nutrisi dari ibu ke janin. Hormon lain yang diproduksi oleh plasenta
untuk mencegah ibu dari mengalami gula darah rendah. Selama kehamilan, hormon
ini menyebabkan terganggunya intoleransi glukosa progresif (kadar gula darah
yang lebih tinggi). Untuk mencoba menurunkan kadar gula darah, tubuh membuat
insulin lebih banyak supaya sel mendapat glukosa bagi memproduksi sumber
energi.2
Biasanya pankreas ibu mampu memproduksi insulin lebih (sekitar tiga kali
jumlah normal) untuk mengatasi efek hormon kehamilan pada tingkat gula darah.
Namun, jika pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk
mengatasi efek dari peningkatan hormon selama kehamilan, kadar gula darah akan
naik, mengakibatkan GDM.1

8
2.2 Klasifikasi
Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:
1. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
2. Si Ibu mengalami/menderita DM saat hamil
Adapun klasifikasi DM dengan kehamilan menurut Pyke:2
o Kelas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil
dan menghilang setelah melahirkan.
o Kelas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil
dan berlanjut setelah hamil.
o Kelas III: Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit
pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul
dan pembuluh darah perifer.

Gambar 1. Proses Terjadinya Diabetes Mellitus Tipe II


Sekitar 90% dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori
DM Gestasional (Tipe II) dan DM yang tergantung pada insulin (Insulin Dependent
Diabetes Mellitus = IDDM, tipe I).

9
2.4 Faktor Resiko
Faktor-faktor berikut meningkatkan risiko terkena GDM selama kehamilan:3
a. Kelebihan berat badan sebelum hamil (lebih 20% dari berat badan ideal).
b. Merupakan anggota kelompok etnis risiko tinggi (Hispanik, Black, penduduk
asli Amerika, atau Asia).
c. Gangguan toleransi glukosa atau glukosa puasa terganggu (kadar gula darah
yang tinggi, tetapi tidak cukup tinggi untuk menjadi diabetes).
d. Riwayat keluarga diabetes (jika orang tua atau saudara kandung memiliki
diabetes).
e. Sebelumnya melahirkan bayi lebih dari 4 kg.
f. Sebelumnya melahirkan bayi lahir mati.
g. Mendapat diabetes kehamilan dengan kehamilan sebelumnya.
h. Memiliki terlalu banyak cairan ketuban (suatu kondisi yang disebut
polihidramnion). Banyak wanita yang mengalami GDM tidak memiliki faktor
risiko yang diketahui.

Gambar 2. Gambaran Janin dengan Ibu Diabetes Mellitus Gestasional

Efek yang ditimbulkan akibat diabetes melitus gestasional antara lain :


a. Preeklampsia ( naiknya tekanan darah dalam kehamilan )
b. Polihidramnion ( jumlah air ketuban banyak )
c. Meningkatkan persalinan dengan bedah cesar akibat bayi besar
d. Bayi kuning akibat perusakan sel darah merah yang berlebihan
e. Bayi lahir premature

10
2.5 Patofisiologi
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan KH yang
menunjang pemasokan makan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa
dapar berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam
darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai
janin, sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian
kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin. Akibat lambatnya reabsorpsi
makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan
insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali
dari keadaan normal. Hal ini disebut tekanan deabetogenik dalam kehamilan.
Secara fisiologis telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah dengan insulin
eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia yang menjadi masalah ialah bila
seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin sehingga ia relatif
hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan. Resistensi
insulin juga disebabkan adanya hormon estrogen, progesteron, kortisol, prolaktin
dan plasenta laktogen. Kadar kortisol plasma wanita hamil meningkat dan mencapai
3 kali dari keadaan normal hal ini mengakibatkan kebutuhan insulin menjadi lebih
tinggi, demikian juga dengan human plasenta laktogen (HPL) yang dihasilkan oleh
plasenta yang mempunyai sifat kerja mirip pada hormon tubuh yang bersifat
diabetogenik. Pembentukan HPL meningkat sesuai dengan umur kehamilan.
Hormon tersebut mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mempengaruhi
afinitas insulin. Hal ini patut diperhitungkan dalam pengendalian diabetes 4,5,6.
Mekanisme resistensi insulin pada wanita hamil normal adalah sangat
kompleks. Kitzmiller, 1980 (dikutip oleh Moore) telah mempublikasikan suatu
pengamatan menyeluruh mekanisme endokrin pada pankreas dan metabolisme
maternal selama kehamilan yakni plasenta mempunyai peranan yang khas dengan
mensintesis dan mensekresi peptida dan hormon steroid yang menurunkan
sensitivitas maternal pada insulin. Puavilai dkk (dikutip oleh Williams) melaporkan
bahwa resistensi insulin selama kehamilan terjadi karena rusaknya reseptor insulin
bagian distal yakni post reseptor. Hornes dkk (dikutip oleh Moore) melaporkan
terdapat penurunan respon Gastric Inhibitory Polipeptida (GIP) pada tes glukosa
oral dengan tes glukosa oral pada kehamilan normal dan DMG. Mereka

11
meyakini bahwa kerusakan respon GIP ini yang mungkin berperanan menjadi sebab
terjadinya DMG1,5,7
Faktor-faktor di atas dan mungkin berbagai faktor lain menunjukkan bahwa
kehamilan merupakan suatu keadaan yang mengakibatkan resistensi terhadap
insulin meningkat. Pada sebagian besar wanita hamil keadaan resistensi terhadap
insulin dapat diatasi dengan meninggikan kemampuan sekresi insulin oleh sel beta.
Pada sebagian kecil wanita hamil, kesanggupan sekresi insulin tidak mencukupi
untuk melawan resistensi insulin, dengan demikian terjadilah intoleransi terhadap
glukosa atau DM gestasi.

2.6 Gejala Klinis


Diabetes mellitus gestasional adalah bentuk sementara (dalam banyak kasus)
diabetes dimana tubuh tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup untuk
menangani gula selama kehamilan. Hal ini juga bisa disebut intoleransi glukosa
atau intoleransi karbohidrat. Tanda dan gejala dapat termasuk:1
a. Gula dalam urin
b. Sentiasa rasa haus
c. Sering buang air kecil
d. Kelelahan
e. Mual
f. Sering infeksi kandung kemih, vagina dan kulit
g. Penglihatan kabur

2.7 Diagnosa
Tes Toleransi glukosa oral (TTGO) yang paling umum digunakan untuk
mendiagnosis GDM di Amerika Serikat adalah TTGO, 3-jam-g 100. Menurut
kriteria diagnostik yang direkomendasikan oleh American Diabetes Association
(ADA), GDM didiagnosa jika kadar plasma dua atau lebih glukosa memenuhi atau
melebihi ambang batas berikut: konsentrasi glukosa puasa 95 mg / dl, kadar glukosa
1-jam 180 mg / dl , 2-jam glukosa konsentrasi 155 mg / dl, atau 3 jam konsentrasi
glukosa 140 mg / dl. Tetapi nilai-nilai ini lebih rendah daripada batas yang
direkomendasikan oleh National Diabetes Data Group dan didasarkan pada
Carpenter dan modifikasi Coustan. Rekomendasi ADA juga mencakup
12
penggunaan-g OGTT-jam 75 2 dengan batas glukosa yang sama terdaftar untuk
berpuasa, 1-jam, dan jam nilai 2. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kriteria
diagnostik, yang digunakan hanya di negara di luar Amerika Utara, didasarkan pada
TTGO 75-g 2-jam. GDM didiagnosa oleh WHO kriteria jika baik glukosa puasa>
126 mg / dl atau glukosa 2 jam adalah> 140 mg / dl.2
Penilaian risiko untuk GDM harus dilakukan pada kunjungan prenatal
pertama. Wanita dengan karakteristik klinis yang konsisten dengan risiko tinggi
GDM (obesitas ditandai, sejarah pribadi GDM, glikosuria, atau riwayat keluarga
yang kuat diabetes) harus menjalani pengujian secepat mungkin. Jika mereka
ternyata tidak memiliki GDM pada skrining awal, mereka harus diuji ulang antara
minggu kehamilan ke 24 hingga ke 28. Perempuan risiko sedang harus memiliki
pengujian dilakukan pada minggu kehamilan ke 24 hingga ke 28. 4
Status pasien yang mempunyai risiko rendah tidak memerlukan pengujian
glukosa, tapi kategori ini terbatas pada wanita-wanita yang memenuhi seluruh
karakteristik berikut:
a. Usia <25 tahun.
b. Berat badan normal sebelum hamil.
c. Anggota kelompok etnis dengan prevalensi rendah GDM.
d. Tidak ada riwayat keluarga yang mempunyai diabetes.
e. Tidak ada riwayat toleransi glukosa abnormal.
f. Tidak ada riwayat hasil obstetri buruk.
Jika tingkat glukosa plasma puasa > 126 mg / dl (7,0 mmol / l) atau glukosa
plasma santai > 200 mg / dl (11,1 mmol / l) memenuhi ambang batas normal untuk
diagnosis diabetes, dan dapat dikonfirmasi pada hari seterusnya, maka tidak perlu
untuk lakukan test menentukan kadar glukosa yang lain. Maka bagi pasien tidak
menunjukan sebarang tanda hiperglikemia, evaluasi untuk GDM pada wanita
dengan karakteristik risiko sedang atau risiko tinggi harus mengikuti salah satu dari
dua pendekatan:8
o Lakukan tes diagnostik toleransi glukosa oral (TTGO) tanpa plasma
sebelumnya atau skrining serum glukosa. Pendekatan langkah pertama ini
adalah paling efektif pada pasien berisiko tinggi atau populasi (misalnya
beberapa kelompok asli-Amerika).

13
o Melakukan pemeriksaan awal dengan mengukur plasma atau serum glukosa 1
jam setelah beban glukosa 50-g oral (glucose challenge test [GCT]) dan
melakukan TTGO diagnostik pada subset dari perempuan yang mempunyai
nilai ambang glukosa yang lebih tinggi dari di GCT tersebut. Ketika dua
langkah pendekatan yang digunakan, nilai ambang glukosa> 140 mg / dl (7,8
mmol / l) mengidentifikasi sekitar 80% wanita dengan GDM, dan hasil yang
meningkat menjadi 90% dengan menggunakan cutoff dari> 130 mg / dl (7,2
mmol / l).
Dengan pendekatan baik, diagnosis GDM didasarkan pada sebuah TTGO.
Kriteria Diagnostik untuk-g TTGO 100 berasal dari karya asli O'Sullivan dan
Mahan, dimodifikasi oleh Carpenter dan Coustan.Atau, diagnosis dapat dibuat
dengan menggunakan beban glukosa g-75 dan daftar nilai ambang glukosa puasa,
jam 1, dan jam 2, namun tes ini tidak serta divalidasi untuk deteksi-risiko bayi di
atau ibu sebagai TTGO100-g.

Tabel 2.1: Kriteria Diabetes Mellitus Gestasional (GDM)


Kriteri 1964 1979 1999 2000 2001
O’Sullivan & NDDG
a WHO ADA ADA
Mahan
Mediu Darah Plasma Plasma Plasma Plasma Plasma
m lengkap 100g-3j 100g-3j 75g-2j 100g-3j 72g-2j
dan 100g-3j (mmol/L (mmol/L (mmol/L (mmol/L (mmol/L
(mmol/l, (mg/dL)) (mg/dL)) (mg/dL)) (mg/dL)) (mg/dL))
Waktu
(mg.dL))
† † ‡ † †

Puasa ≥5.0 (90) ≥5.8 ≥5.8 <7.0 ≥5.3 (95) ≥5.3 (95)
(105) (105) (126)
Jam ≥9.2 ≥10.6 ≥10.6 ≥10.0 ≥10.0
Pertam (165) (190) (190) (180) (180)
a
Jam ≥8.1 ≥9.2 ≥9.2 >7.8 ≥8.6 ≥8.6
(140),
Kedua (145) (165) (165) (155) (155)

14
≤11.1
(200)
Jam ≥6.9 ≥8.1 ≥8.1 ≥7.8
Ketiga (125) (145) (145) (140)

Keterangan:
ADA : American Diabetic Association;
WHO : World Health Organization;
NDDG : National Diabetes Data Group
† : Perlukan dua nilai elevasi untuk diagnosis
‡ : Perlukan satu nilai elevasi untuk diagnosis

2.9 Komplikasi
Komplikasi akibat GDM bisa berlaku pada janin dan juga pada ibu.
Komplikasi janin termasuk makrosomia, hipoglikemia neonatal, kematian
perinatal, kelainan bawaan, hiperbilirubinemia, polisitemia, hypocalcemia, dan
sindrom gangguan pernapasan. Makrosomia, yang didefinisikan sebagai berat
lahir> 4.000 g, terjadi pada 20-30% bayi yang ibunya menderita GDM. Faktor-
faktor lain yang dapat diperlihat pada ibu yang memicukan peningkatan insiden
kelahiran janin makrosomia termasuk hiperglikemia, Body Mass Index (BMI)
tinggi, usia yang lebih tua, multiparitas. Dengan ini, kasus makrosomia dapat
menyebabkan untuk morbiditas janin meningkat sewaktu dilahirkan, seperti
distosia bahu, dan meningkatkan risiko kelahiran secara sactio caesaria.
Hipoglikemia neonatal dapat terjadi dalam beberapa jam setelah dilahirkan . Hal ini
adalah karena ibu yang hiperglikemia dapat menyebabkan janin hiperinsulinemia.9
Komplikasi jangka panjang pada janin dengan ibu GDM termasuk
peningkatan risiko intoleransi glukosa, diabetes, dan obesitas. Komplikasi pada ibu
GDM meliputi hipertensi, preeklampsia, dan peningkatan risiko kelahiran secara
sactio caesaria. Hipertensi ini mungkin terkait dengan resistensi insulin. Oleh
karena itu, intervensi yang menunjukkan peningkatkan sensitivitas insulin dapat
membantu mencegah komplikasi ini. Selain itu, wanita dengan riwayat GDM

15
memiliki peningkatan risiko diabetes setelah kehamilan dibandingkan dengan
populasi umum, dengan tingkat konversi hingga 3% per tahun.5
2.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DMG sebaiknya dilaksanakan secara terpadu antara seorang
ahli penyakit dalam, ahli obstetri, ahli gizi dan dokter spesialis anak. Tujuan
pengobatan adalah untuk menurunkan angka kesakitan maternal, kesakitan dan
kematian perinatal dan hanya dapat tercapai apabila keadaan normoglikemia
dicapai dan dipertahankan selama kehamilan sampai persalinan. 10

2. Penanganan Obstetrik

a. Penanganan berdasarkan pertimbangan beratnya penyakit, lama


penderita, umur, paritas, riwayat persalinan terdahulu dan ada tidaknya komplikasi.

b. Penyakit tidak berat, persalinan biasa

c. Bila agak berat memerlukan insulin, induksi persalinan lebih dini 36-
38 minggu

d. Diabetes agak berat riwayat IUFD lakukan SC pada 37 minggu

e. Diabetes berat dengan komplikasi (preeklamsi, hidramnion, dll),


riwayat persalinan yang lalu buruk, induksi persalinan/SC lebih dini

f. Dalam pengawasan persalinan monitor janin dengan baik (DJJ, EKG,


USG)

g. Untuk kehamilan yg mengancam ibu dan janin sarankan tubektomi

3. Penanganan neonatus

Penanggulangan neonatus, baik yang prematur maupun yang matur, dari


seorang penderita diabetes sangat penting dan kadang-kadang menentukan bagi
prognosis anak. Walaupun bayi besar dan tampaknya sehat pada permulaan, namun
ia tidak bebas dari bahaya yang setiap saat berikutnya dapat mengancam jiwanya.

Sebaiknya bayi segera dipindah ke unit perawatan intensif (intensive care)


neonatal jikalau ada. Setiap neonatus harus dianggap dan diperlakukan sebagai bayi
16
prematur tanpa memandang umur kehamilannya dan berat badannya, karena
hipoglikemia pada bayi sering dijumpai dan dapat bertahan lama, maka gula darah
bayi harus diperiksa, terutama apabila umur kehamilan belum mencapai 38 minggu.
Pengobatan hipoglikemia secara aktif sangat penting untuk mencegah
kemungkinan kelainan neurologik akibat hipoglikemia berat yang berlangsung
lama

Sasaran normoglikemia pada DMG adalah kadar glukosa plasma vena


puasa < 105 mg% dan dua jam sesudah makan < 120 mg%. Untuk mencapainya
dapat dilakukan dengan :4,5,6,7,13
a. Pengaturan diet yang sesuai dengan kebutuhan yang diatur oleh ahli gizi.
b. Memantau glukosa darah sendiri di rumah dan edukasi
c. Pemberian insulin bila belum tercapai normoglikemia dengan diet

Pengaturan diet
Diet merupakan tahap awal penting pada penatalaksanaan DMG dan bertujuan
a) mencapai normoglikemia dan
b) menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan janin yang optimal.
Perlu selalu diingat bahwa menyusun diet pada DMG tidak semata-mata untuk
mencapai normoglikemia, tetapi pengaturan diet baik jumlah kalori maupun
komposisi makanan harus diperhitungkan untuk pertumbuhan janin agar
menghasilkan bayi yang sehat. 5,7,11,12

1. Jumlah kalori dan komposisi makanan


Jumlah kalori yang dibutuhkann antara 30-35 kkal/kg berat badan ideal yang
diperhitungkan dengan menggunakan indeks Broca (1800 – 2500 kcal/hari).
Jumlah kalori ini terdiri atas 60-70% hidrat arang, 10-15% protein dan sisanya
lemak 20-25%. Jumlah kalori tersebut diberikan dalam enam kali makan.
Pembatasan karbohidrat untuk 35-40% dari kalori telah terbukti menurunkan kadar
glukosa ibu dan memperbaiki kondisi ibu dan janin.10

17
Gambar 4. Diet Sehat untuk Penderita DM

2. Memantau diabetes terkendali


Di klinik yang maju, semua pasien DMG diajar untuk memantau glukosa
darah sendiri di rumah. Pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM) tampaknya
lebih unggul dibandingkan pemantauan intermiten di rumah sakit. PGDM
dianjurkan bagi pasien dengan pengobatan insulin atau pemicu sekresi insulin. Hal
ini mempermudah mencapai normoglikemia dan bagi mereka yang mendapat
tambahan insulin akan memberikan keuntungan untuk mencegah reaksi
hipoglikemia berat. Waktu pemeriksaan PGDM bervariasi tergantung pada terapi.
Waktu yang bermanfaat untuk pemantauan adalah saat sebelum makan dan waktu
tidur (untuk menilai risiko hipoglikemia), 2 jam setelah makan (menilai ekskursi
maksimal glukosa selama sehari), diantara siklus tidur (untuk menilai adanya
hipoglikemia nokturnal yang kadang tanpa gejala), dan ketika mengalami gejala
seperti hypoglicemic spells. Disamping itu dilakukan juga pemeriksaan HbA1c
secara berkala setiap 8 - 12 minggu untuk menilai efek terapi sebelumnya. Kriteria
pengendalian DM baik bila HbA1c < 6,5%, sedang bila 6,5 – 8% dan buruk bila >
8%. Pemeriksaan dianjurkan sedikitnya 2 kali setahun4,5,7,11

3. Insulin
Jika dengan pengaturan makan selama dua minggu tidak mencapai sasaran
normoglikemia maka insulin harus segera dimulai. Pasien DMG yang ditemukan
setelah umur kehamilan 28 minggu dengan kadar glukosa darah puasa. > 130 mg%
dianjurkan agar segera dimulai dengan insulin oleh karena pengobatan setelah 30
minggu sulit untuk mencegah hiperplasia sel beta dan hiperinsulinemia janin. 5

18
Umumnya insulin dimulai dengan dosis kecil, dan meningkat dengan
meningkatnya usia kehamilan. Insulin yang dipakai adalah human insulin. DMG
dengan hiperglikemia hanya pada pagi hari, cukup diberikan suntikan insulin kerja
menengah sebelum tidur malam. Pasien dengan hiperglikemia pada keadaan puasa
maupun sesudah makan diberikan insulin kombinasi kerja menengah dan kerja
cepat, pagi dan sore hari. Dosis insulin diperkirakan antara 0,5-1,5 U/kg berat
badan, 2/3 diberikan pagi hari dan 1/3 pada sore hari. Hanya pada keadaan tertentu
dimana belum terkendali dengan pemberian 2 kali perlu diberikan 4 kali sehari yaitu
3 kali insulin kerja cepat ½ jam sebelum makan dan insulin kerja menengah pada
malam hari sebelum tidur.10

Gambar 3. Lokasi Penyuntikan Insulin pada Wanita Hamil

Insulin harus digunakan bila insulin yang diresepkan, dan Pemantauan


Glukosa Darah Mandiri Harian (SMBG) harus dibimbing dan waktu dosis regimen
insulin. Penggunaan insulin analog belum cukup teruji di GDM.
Pengukuran lingkar perut janin awal pada trimester ketiga dapat
mengidentifikasi sebagian besar bayi tanpa risiko kelebihan makrosomia dengan
tidak adanya terapi insulin ibu. Pendekatan ini telah diuji terutama pada kehamilan
dengan ibu kadar glukosa serum puasa <105 mg / dl (5,8 mmol / l).9
Agen penurun glukosa oral secara umum tidak dianjurkan selama kehamilan.
Namun, dalam satu percobaan klinis yang membandingkan penggunaan insulin dan
glyburide pada wanita dengan GDM menunjukkan ia tidak mampu memenuhi
19
tujuan glikemik pada MNT . Semua pasien berada di luar trimester pertama
kehamilan di inisiasi terapi. Glyburide tidak disetujui FDA untuk pengobatan GDM
dan studi lebih lanjut diperlukan dalam populasi pasien yang lebih besar untuk
membukti keamanannya.5

Pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan :9


 Pengukuran tinggi fundus uteri.
 Mendengarkan denyut jantung janin secara khusus memakai ultrasonografi
(USG) dan kardiotokografis (CTG).
 Penilaian menyeluruh janin dilakukan dengan skor fungsi dinamik janin
plasenta. Skor < 5 merupakan tanda gawat janin. Penilaian ini dilakukan setiap
minggu sejak umur kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia, pertumbuhan
janin terhambat (PJT) dan gawat janin merupakan indikasi untuk malakukan
persalinan secara seksio sesarea.
 Pada saat seksio sesarea, penatalaksanaan ibu DMG dikerjakan seperti yang
lazim pada pasien DM dengan pembedahan
 Janin yang sehat (skor FDJP > 6 ) dapat dilahirkan pada umur kehamilan 38
minggu dengan persalinan biasa. Memperpanjang umur kehamilan akan
meningkatkan insiden fetal makrosomia dan seksio sesarea sehingga
dianjurkan persalinan pada umur kehamilan 38 minggu. Ibu hamil DMG tidak
perlu dirawat bila keadaan diabetesnya terkendali baik, namun harus selalu
diperhatikan gerak janin (normal > 12 kali/12 jam).
 Bayi dari ibu yang DMG memerlukan perawatan khusus.
 Bila diperlukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis dahulu
untuk memastikan kematangan paru janin (bila umur kehamilan < 38 minggu).
 Kehamilan dengan DMG yang berkomplikasi (hipertensi, preeklampsia,
kelainan vaskuler infeksi seperti glomerulonefritis, sistitis, moniliasis) harus
dirawat sejak umur kehamilan 34 minggu. Pasien DMG yang berkomplikasi
biasanya memerlukan insulin. Umumnya kadar gula darahnya mudah
terkendali, kecuali jika ada komplikasi.

20
Program latihan fisik yang sedang telah terbukti dapat menurunkan
konsentrasi glukosa ibu pada wanita dengan GDM. Meskipun dampak latihan
komplikasi neonatal menunggu uji klinis yang ketat, efek penurun glukosa
menguntungkan menjamin rekomendasi bahwa perempuan tanpa kontraindikasi
medis atau obstetri didorong untuk memulai atau melanjutkan program latihan
sederhana sebagai bagian dari pengobatan untuk GDM.

Gambar 5. Olahraga untuk Wanita dengan Diabetes Gestasional

GDM tidak dengan sendirinya merupakan indikasi untuk kelahiran certio


cesearan atau untuk partus sebelum 38 minggu kehamilan. Perpanjangan masa
kehamilan 38 minggu meningkatkan risiko makrosomia janin tanpa mengurangi
tingkat bedah caesar, sehingga melahirkan janin pada minggu 38 dianjurkan tetapi
kondisi obstetric harus pertimbangan. Menyusui, seperti biasa, harus didorong pada
wanita dengan GDM.10

Monitor / Surveilans (Antenatal Care)


Surveilans metabolik ibu harus diarahkan dalam mendeteksi hiperglikemia
parah cukup untuk menentukan kadar risiko efek pada janin. Pemantauan diri
glukosa darah harian (SMBG) tampaknya lebih unggul mengetahui kadar gula
darah yang benar. Bagi wanita yang diobati dengan insulin, bukti-bukti terbatas
menunjukkan bahwa pemantauan postprandial lebih unggul dari pemantaun
preprandial. Pemantauan keton urin mungkin berguna dalam mendeteksi kalori

21
yang tidak memadai atau asupan karbohidrat pada wanita diperlakukan dengan
pembatasan kalori. Surveilans ibu harus mencakup tekanan darah dan protein urin
pemantauan untuk mendeteksi gangguan hipertensi.9
Surveilans harus dipertingkatkan bagi kehamilan berisiko tinggi kerana dapat
menyebabakan kematian pada janin , terutama ketika kadar glukosa puasa melebihi
105 mg / dl (5,8 mmol / l) atau jangka masa kehamilan berlanjut. Inisiasi, frekuensi,
dan teknik khusus yang digunakan untuk menilai kesejahteraan janin akan
tergantung pada risiko kumulatif janin bergantung dari GDM dan kondisi medis
lain / kondisi obstetri yang hadir. 4
Penilaian pertumbuhan janin asimetris dengan ultrasonografi, terutama di awal
trimester ketiga, dapat membantu dalam mengidentifikasi janin yang dapat manfaat
dari terapi insulin ibu. ADA merekomendasikan semua wanita dengan GDM harus
diskrining untuk intoleransi glukosa dari pada minggu ke enam sampai ke dua belas
setelah melahirkan. Pada wanita yang mendapat kelainan pada kadar glukosa darah
selama kehamilan memiliki risiko terbesar untuk mendapat intoleransi glukosa
postpartum. Semua wanita dengan riwayat gestational diabetes harus dididik
tentang modifikasi gaya hidup dan risiko akibat resistensi insulin.13
Jika hasil pada minggu ke enam setelah melahirkan janin menunjukkan
gangguan glukosa puasa atau toleransi, pasien harus diuji ulang setiap tahun. Semua
wanita dengan GDM harus menerima intensif terapi dan latihan program individu
ditentukan karena mereka mempunyai risiko tinggi terkena diabetes. Mereka perlu
dirujukan pada para medis dengan keahlian dalam pendidikan dan perawatan
diabetes dewasa untuk wanita dengan kelainan kadar glukosa pada postpartum. 10

22
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi
glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan
apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Sebagian besar DMG
asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan
rutin. Diagnosis diabetes mellitus pada ibu hamil agak sukar karena terdapat
beberapa faktor yang meningkatkan dan menurunkan konsentrasi glukosa pada ibu
hamil.
Dugaan ibu hamil dengan diabetes mellitus:
1. Riwayat keluarga
2. Sering mengalami abortus tanpa sebab yang jelas
3. Persalinan sulit dengan janin besar (makrosomia)
4. Kematian janin intra uteri
5. Intrautery growth retardasion
6. Prematuritas
7. Terdapat kelainan kongenital janin
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga
terutama didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu. Jika
dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal
atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2
jam pp di bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.Pemantauan
dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler.
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya,
dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin
selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.

23
B. Saran
Bagi para mahasiswa agar dapat:
1. Lebih memahami tentang diabetes mellitus dalam kehamilan dan
penanganannya.
2. Memberikan asuhan kebidanan yang tepat pada ibu hamil dengan diabetes
mellitus saat berada dilapangan dan tempat tugas masing-masing.
3. Membuat pendokumentasian kebidanan yang benar sesuai dengan asuhan
kebidanan yang diberikan.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Gibney, Michael J., et all. Gizi Kesehatan Masyarakat. 2008. Jakarta: EGC
Graber, Mark A., Peter P. Toth, Robert L. Herting. 2006. Buku Saku : Dokter
Keluarga University Of Lowa Edisi 3. Jakarta: EGC
2. http://dokter-alwi.com/diabetes.html diakses tanggal 17 maret 2014
PENATALAKSANAAN-KEHAMILAN-DAN-PERSALINAN-PADA-
DIABETES-MELITUS-GESTASIONAL-pptx Diakses tanggal 18 Maret 2014
pukul 12.16.
3. Hartini, Sri. 2009. Diabetes? Siapa takut!!: Panduan Lengkap untuk
Diabetesi, Keluarganya, dan Profesional Medis. Bandung: Qanita.
4. http://dokter-alwi.com/diabetes.html diakses tanggal 17 maret 2014 pukul
10.04http://www.scribd.com/doc/81299017/PENATALAKSANAAN-
KEHAMILAN-DAN-PERSALINAN-PADA-DIABETES-MELITUS-
GESTASIONAL-pptx Diakses tanggal 18 Maret 2014 pukul 12.16
5. Ilmu Kesehatan Reproduksi 2edisi 2. Jakarta: EGCStright, Barbara R.
2001. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir edisi 3. Jakarta: EGChttp://www.news-
medical.net/health/Gestational-Diabetes-Prognosis.aspx
6. Mochtar, Rustam. Prof. DR. (1998). Sypnosis Obstetrik : Obstetrik
Patologi. Edisi I. Jakarta : EGC 22 Mei 2014)Mitayani. 2009.
7. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sastrawinata, Sulaiman. 2004. Obstetri Patologi
8. kram, Ainal (2000). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus
Pada Ibu Hamil jilid I. Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
9. Mansjoer, A, (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 1,
Jakarta: Media Aesculapius.
10. Arjatmo, Tjokronegoro. (2002). Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu. Cetakan kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
11. Fakultas Kedokteran Universitas Pedjajaran Bandung. (1984). Obstetri
Patologi. Bandung : Elstar Offset.

25

Anda mungkin juga menyukai