Disusun Oleh:
Galuh Mutiara Rengganis P07124220033
Christine Melva Nesti Yulina Purba P07124220036
Diah Putri Fatayati P07124220039
Novia Safitri P07124220042
Alfina Afifatur Rahma Safitri P07124220043
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Penyakit Tidak Menular Dalam Kesehatan Reproduksi”.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1. Pengertian.......................................................................................4
2. Angka Kejadian..............................................................................5
3. Etiologi...........................................................................................5
4. Faktor risiko...................................................................................7
6. Komplikasi...................................................................................12
7. Penatalaksanaan............................................................................14
B. Hipertensi............................................................................................18
1. Pengertian.......................................................................................18
iii
3. Etiologi...........................................................................................19
4. Faktor risiko....................................................................................20
5. Patofisiologis..................................................................................23
6. Komplikasi.....................................................................................24
7. Penatalaksanaan..............................................................................24
A. Kesimpulan........................................................................................29
B. Saran..................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................31
iv
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan yang
menjadi salah satu perhatian utama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik
Indonesia. Menurut WHO (dalam Kemenkes, 2019) pada tahun 2016, PTM
menyebabkan 74% dari seluruh penyebab kematian di dunia. Pada negara dengan
penghasilan menengah dan rendah, sekitar 80 persen kematian terjadi pada daerah
negara tersebut. WHO pula menyatakan bahwa, dari 74% kematian akibat PTM
ini, 35% diantaranya disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah, 12%
disebabkan oleh kanker, 6% disebabkan oleh penyakit pernapasan kronis, 6%
disebabkan oleh diabetes melitus, dan 15% disebabkan oleh jenis PTM lainnya.
(Sudayasa et al., 2020)
Keprihatinan terhadap peningkatan prevalensi PTM telah mendorong
lahirnya kesepakatan tentang strategi global dalam pencegahan dan pengendalian
PTM, khususnya di negara berkembang. PTM telah menjadi isu strategis dalam
agenda SDGs 2030 sehingga harus menjadi prioritas pembangunan di setiap
negara. Indonesia saat ini menghadapi beban ganda penyakit, yaitu penyakit
menular dan Penyakit Tidak Menular. Perubahan pola penyakit tersebut sangat
dipengaruhi antara lain oleh perubahan lingkungan, perilaku masyarakat, transisi
demografi, teknologi, ekonomi dan sosial budaya. Peningkatan beban akibat PTM
sejalan dengan meningkatnya faktor risiko yang meliputi meningkatnya tekanan
darah, gula darah, indeks massa tubuh atau obesitas, pola makan tidak sehat,
kurang aktivitas fisik, dan merokok serta alkohol.
Program Kemenkes lainnya yang disinergikan dengan program PTM
utama adalah pengendalian gangguan indera serta yang berfokus pada gangguan
penglihatan dan pendengaran serta gangguan disabilitas. Berdasarkan data
Riskesdas 2013, prevalensi gangguan pendengaran secara nasional sebesar 2,6%
dan prevalensi ketulian sebesar 0,09%. Hasil survei Rapid Assesment of
1
Avoidable Blindness (RAAB) menunjukkan bahwa prevalensi kebutaan atas usia
50 tahun Indonesia berkisar antara 1,7% sampai dengan 4,4%. Dari seluruh orang
yang menderita kebutaan, 77,7% kebutaan disebabkan oleh katarak. Penyebab lain
dari kebutaan di Indonesia adalah kelainan di segmen posterior bola mata (6%),
glaucoma (2,9%), dan kelainan refraksi yang tidak terkoreksi (2,3%). Pada
prevalensi gangguan pendengaran ditemukan 2,6 % dan ketulian sebesar 0,09 %.
Sedangkan pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 disebutkan
prevalensi disabilitas pada penduduk umur 18 – 59 tahun sebesar 22%.
Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada
indikator-indikator kunci PTM yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019, sebagai
berikut : l Prevalensi tekanan darah tinggi pada penduduk usia 18 tahun keatas
meningkat dari 25,8% menjadi 34,1%; l Prevalensi obesitas penduduk usia 18
tahun ke atas meningkat dari 14,8 % menjadi 21,8%; l Prevalensi merokok
penduduk usia ≤18 tahun meningkat dari 7,2%. menjadi 9,1%.
Untuk data PTM lainnya menunjukkan hasil sebagai berikut : l Prevalensi
Asma pada penduduk semua umur menurun dari 4,5% menjadi 2,4%; l Prevalensi
Kanker meningkat dari 1,4 per menjadi 1,8 per mil; l Prevalensi Stroke pada
penduduk umur ≥ 15 tahun meningkat dari 7 menjadi 10,9 per mil; l Prevalensi
penyakit ginjal kronis ≥ 15 tahun meningkat dari 2,0 per mil menjadi 3,8 per mil; l
Prevalensi Diabetes Melitus pada penduduk umur ≥ 15 tahun meningkat dari 6,9
% menjadi 10,9%; l Prevalensi aktivitas fisik kurang pada penduduk umur ≥ 10
tahun meningkat dari 26,1% menjadi 33,5%; l Prevalensi konsumsi buah/sayur
kurang pada penduduk umur ≥ 5 tahun meningkat dari 93,5% menjadi 95,5%.
(Kemenkes, 2019)
Untuk itu, dibutuhkan komitmen bersama dalam menurunkan morbiditas,
mortalitas dan disabilitas PTM melalui intensifikasi pencegahan dan pengendalian
menuju Indonesia Sehat, sehingga perlu adanya pemahaman yang optimal serta
menyeluruh tentang besarnya permasalahan PTM dan faktor risikonya pada semua
pengelola program disetiap jenjang pengambil kebijakan dan lini pelaksanaan.
Atas dasar hal tersebut di atas, maka dipandang sangat penting untuk
diterbitkannya Pedoman Manajemen Program Pencegahan dan Pengendalian
2
PTM (P2PTM) sebagai acuan penyelenggaraan program yang berkesinambungan
sehingga upaya yang dilakukan kepada masyarakat lebih tepat dan berhasil guna
meskipun pejabat pengelola program yang ditunjuk nantinya juga akan berganti.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Penyakit jantung kehamilan adalah penyakit yang terjadi akibat
hemodinamik yang menggambarkan hubungan antara tekanan darah, curah
jantung dan resistensi vaskuler akibat perubahan fisiologis yang terjadi pada
kehamilan (Homenta, 2014). Pengertian lain menyatakan penyakit jantung
kehamilan adalah terjadinya perubahanhemodinamik utama yang terjadi
dalam masa kehamilan adalah : peningkatan curah jantung, peningkatan
denyut jantung dan penurunan resistensi perifer secara tidak konsisten
(Easterling & Otto, 2008).
Pengertian penyakit jantung pada kehamilan yaitu penyakit yang
terjadi akibat perubahan fisiologis kehamilan dengan ditandai tria cause
antara tekanan darah, curah jatung dan resistensi vaskuler (Gray, 2009).
Dapat disimpulkan bahwa penyakit jantung kehamilan adalah suatu kondisi
pada tekanan darah, curah jatung dan resistensi vaskuler yang berubah
seiring terjadinya perubahan hemodinamik akibat proses kehamilan.Angka
Kejadian (Insidensi/prevalensi).
Pasien dengan penyakit jantung biasanya dibagi dalam 4 golongan.
Klasifikasi fungsional yang diajukan oleh New York Heart Association
adalah:
a. Kelas I : aktivitas tidak terganggu (tidak perlu membatasi kegiatan
fisik).
b. Kelas II : aktivitas fisik terbatas, namun tak ada gejala saat istirahat
(bila melakukan aktifitas fisik maka terasa lelah, jantung berdebar-
debar, sesak nafas atau terjadi angina pektoris).
c. Kelas III : aktivitas ringan sehari-hari terbatas (kalau bekerja sedikit
saja merasa lelah, sesak nafas, jantung berdebar).
4
d. Kelas IV : waktu istirahat sudah menimbulkan keluhan
(memperlihatkan gejala-gejala dekompensasio walaupun dalam
istirahat).
2. Angka Kejadian
Penyakit jantung masih merupakan salah satu penyebab kesakitan
dan kematian nonobstetrik yang tinggi pada kehamilan/persalinan, dapat
terjadi pada 0,4-4% dari kehamilan. Dilaporkan angka rata-rata mortalitas
wanita hamil dengan klasifikasi New York Heart Association kelas I dan II
sebesar 0,4 hingga 6,8 % dan lebih tinggi lagi pada penderita yang tingkat
keparahannya kelas III dan IV. Dilaporkan bahwa penyakit jantung
merupakan penyebab kematian sebesar 5,6 % dari 1459 kehamilan di
Amerika Serikat sejak tahun 1987.
Di Indonesia, angka kematian ibu akibat penyakit jantung dalam
kehamilan berkisar antara 1 –2%. Penyakit jantung rematik merupakan jenis
penyakit jantung terbanyak, dan lebih dari 90% biasanya dengan kelainan
katup mitral (stenosis katup mitral), disusul penyakit jantung kongenital dan
penyakit otot jantung.
3. Etiologi
Penyakit jantung disebabkan oleh kelainan jantung congenital dan
penyakit otot jantung, penyakit jantung wanita hamil masih merupakan sebab
kematian baru diketahui seperti : sesak nafas, syanosis, kelainan nadi,
oedeme, jantung yang berdebar-debar. Peningkatan volume plasma yang
dimulai kira-kira pada akhir trismester pertama dan mencapai puncaknya
pada minggu 32-34 minggu yang selanjutnya menetap pada trismester akhir
kehamilan dimana volume plasma bertambah sebesar 22%, peningkatan
volume sel darah merah dapat mengkibatkan anemia, disulosional (Homenta,
2014).
Penyakit jantung pada wanita hamil bisa mempengaruhi janin, janin
kemungkinan dilahirkan : perematur, penyakit jantung berat pada wanita
hamil tiba-tiba memburuk janin bias mati, bayi lahir dengan apgar lemah
5
(Tari, 2010).Sebagian besar penyakit jantung pada kehamilan disebabkan
oleh demam rematik. Diagnosis demam rematik pada kehamilan sering sulit,
untuk diagnosis demam rematik aktif. Manifestasi yang terbanyak adalah
poliartritis migrant serta karditis. Perubahan kehamilan yang menyulitkan
diagnosis demam rematik adalah nyeri sendi pada wanita hamil mungkin
oleh karena sikap tubuh yang memikul beban yang lebih besar sehubungan
dengan kehamilannya serta meningkatnya laju endap darah dan jumlah
leukosit (Tari, 2010).
Penyakit jantung hipertensi sering dijumpai pada kehamilan, terutama
pada golongan usia lanjut dan sulit diatasi. Apapun dasar penyakit ini,
hipertensi esensial, penyakit ginjal atau koaktasio aorta, kehamilan akan
mendapat komplikasi toksemia pada 1/3 jumlah kasus disertai mortalitas
yang tinggi pada ibu maupun janin. Tujuan utama pengobatan penyakit
jantung hipertensi adalah mencegah terjadinya gagal jantung. Pengobatan
ditujukan kepada penurunan tekanan darah dan kontrol terhadap cairan dan
elektrolit.
Perubahan tersebut disebabkan oleh :
a. Hipervolemia: dimulai sejak kehamilan 8 minggu dan mencapai
puncaknya pada 28-32 minggu lalu menetap
b. Jantung dan diafragma terdorong ke atas oleh karena pembesaran
rahim.
Dalam kehamilan :
a. Denyut jantung dan nadi: meningkat
b. Pukulan jantung: meningkat
c. Tekanan darah: menurun sedikit.
6
4. Faktor risiko
a. Faktor risiko utama
1) Merokok
2) Hipertensi
7
pembuluh darah.
3) Kolesterol
8
gemuk. Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang
banyak menimbulkan komplikasi, salah satunya menimbulkan
komplikasi penyakit jantung.
5) Kurang olahraga
9
b. Faktor risiko lainnya
1) Usia
10
5. Patofisiologi/riwayat alamiah penyskit
KEHAMILAN
PERUBAHAN FISIOLOGIS
Sistem Kardiovaskuler
Tekanan Darah Curah Jantung Resistensi Vaskuler
Meningkat Meningkat Menurun
11
6. Komplikasi
a. Dekompensasi Kordis
12
bersifat segera ke klinik pengobatan, kemudian bekerjasama dengan
dokter kardiolog tersier (Prawiroharjo, 2009) (Angelina, 2011).
d. Abortus
13
g. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
14
Dalam penanganan penyakit jantung selama kehamilan terdapat 4 hal
yang perlu diperhatikan, yaitu :
1) Cukup istirahat ( 10 jam istirahat malam, ½ jam setiap kali setelah
makan ) dan hanya pekerjaan ringan yang diizinkan.
2) Harus dilakukan pencegahan terhadap kontak dengan orang-orang
yang dapat menularkan infeksi saluran nafas atas, merokok,
penggunaan obat-obat yang memberatkan pekerjaan jantung.
3) Tanda-tanda dini dekompensasio harus cepat diketahui, seperti
adanya batuk, ronki basal, dispnoe dan hemoptoe.
4) Sebaiknya pasien masuk rumah sakit 2 minggu sebelum
persalinan untuk istirahat.
Bila seorang ibu hamil dengan kelainan jantung kelas III dan IV
ada dua kemungkinan penatalaksanaan yaitu : terminasi kehamilan atau
meneruskan kehamilan dengan tirah baring total dan pengawasan ketat,
dan ibu dalam posisi setengah duduk.
Kelas III sebaiknya tidak hamil, kalau hamil pasien harus dirawat
di Rumah Sakit selama kehamilan, persalinan dan nifas, dibawah
pengawasan ahli penyakit dalam dan ahli kebidanan, atau dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan abortus terapeutikus. Persalinan
hendaknya pervaginam dan dianjurkan untuk sterilisasi.
Kelas IV tidak boleh hamil. Kalau hamil juga, pimpinan yang
terbaik ialah mengusahakan persalinan pervaginam.
8. Pencegahan (level primer, sekunder, tertier)
a. Pencegahan Primer/Tingkat Pertama
15
penyakit tersebut. Pencegahan primer juga dapat berupa kebijaksanaan
nasional nutrisi dalam sektor agrokultur, industri makanan, impor dan
ekspor makanan, penanganan komprehensif rokok, pencegahan
hipertensi dan promosi aktivitas fisik/olahraga.
b. Pencegahan Sekunder/Tingkat Kedua
16
9. Review jurnal terkait
17
Kesimpulan: Penyakit jantung pada kehamilan merupakan penyebab
kematian maternal non-obstetrik tertinggi di Bali. Intervensi dan
perawatan dini diperlukan untuk mencegah komplikasi perinatal ibu.
B. Hipertensi
1. Pengertian
Menurut WHO, Hipertensi adalah suatu kondisi dimana pembuluh
darah memiliki tekanan darah tinggi (tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg) (Sunarwinadi, 2017).
Hipertensi sering dijuluki sebagai silent killer atau pembunuh diam-diam
karena dapat menyerang siapa saja secara tiba-tiba serta merupakan salah
satu penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. Hipertensi juga
beresiko menimbulkan berbagai macam penyakit lainnya yaitu seperti
gagal jantung, jantung koroner, penyakit ginjal dan stroke, sehingga
penanganannya harus segera dilakukan sebelum komplikasi dan akibat
buruk lainnya terjadi seperti dapat menurunkan umur harapan hidup
penderitanya (Sulastri, Elmatris, and Ramadhani, 2012).
Hipertensi pada kehamilan adalah kondisi dimana tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg atau tekanan darah diastolic diatas 90
mmHg. Terdapat beberapa jenis hipertensi dalam kehamilan. Yang
pertama adalah hipertensi gestasional. Hipertensi ini adalah tipe yang
paling ringan, biasanya muncul setelah usia kehamilan 20 minggu, tanpa
ditemukan adanya protein pada urin. Yang kedua adalah preeklampsia.
Preeklampsia adalah bentuk hipertensi kehamilan yang lebih berat
daripada hipertensi gestasional. (Kemenkes,2022)
2. Angka Kejadian (Insidensi/prevalensi)
Jumlah penderita tekanan darah tinggi terus meningkat, ada sekitar
50 juta (21,7%) orang dewasa Amerika dengan tekanan darah tinggi,
Thailand 17%, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, dan Malaysia 29,9%.
Menurut perkiraan, sekitar 30% populasi dunia tidak terdiagnosis
hipertensi (kondisi underdiagnosis).
18
Di Indonesia, prevalensi hipertensi berkisar antara 6-15%. Hal ini
karena penderita hipertensi biasanya tidak memiliki gejala apapun, atau
memiliki gejala yang ringan. Hipertensi cenderung merusak organ tubuh,
seperti jantung (70% penderita hipertensi akan merusak jantung), ginjal,
otak, mata, dan organ lainnya. Hipertensi merupakan silent killer karena
sulit untuk dideteksi dan dikelola.
Menurut Kemenkes tahun 2015 ada beberapa factor yang
berkontribusi terhadap penyebab kematian ibu. Pada hasil sensus
penduduk tahun 2010 penyebab kematian ibu antara lain perdarahan
postpartum (20%) dan hipertensi dalam kehamilan termasuk
preeklampsia/eclampsia(32%).
3. Etiologi
Menurut Prawirohardjo (2013) penyebab hipertensi dalam
kehamilanbelum diketahui secara jelas. Namun ada beberapa faktor
risiko yangmenyebabkan terjadinya hipertensi dan dikelompokkan dalam
faktor risiko. Beberapa faktor risiko sebagai berikut :
a. Primigravida (kehamilan untuk pertama kalinya)
b. Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multipel,
diabetes melitus, hidrops fetalis, bayi besar.
c. Umur
d. Riwayat keluarga pernah pre eklampsia/eklampsia
e. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelumhamil
f. Obesitas
19
4. Faktor risiko
Hipertensi pada ibu hamil merupakan gangguan multifactorial.
Beberapa faktor risiko dari hipertensi dalam kehamilan yaitu:
a. Graviditas
Graviditas merupakan jumlah kehamilan terlepas dari usia
kehamilan. Catatan statistik menunjukkan bahwa hipertensi dalam
kehamilan terjadi pada 5-8% dari keseluruhan kehamilan dengan
lebih dari 12% terjadi pada primigravida (kehamilan pertama).
Faktor yang memengaruhi hipertensi dalam kehamilan
adalah kondisi primigravida terutama primigravida muda. Selain itu,
persalinan yang berulang-ulang juga berisiko terhadap kehamilan.
Pada The New England Journal of Medicine menyatakan bahwa
kehamilan pertama risiko terjadi preeklamsia 3,9%, kehamilan
kedua 1,7%, dan kehamilan ketiga 1,8%. Primigravida mempunyai
risiko 2,173 kali mengalami kejadian hipertensi dalam kehamilan
dibandingkan dengan seorang wanita yang telah hamil beberapa kali
(multigravida). Secara teori, primigravida lebih berisiko untuk
mengalami hipertensi dala kehamilan biasanya timbul pada wanita
yang pertama kali terpapar vilus korion.Hal ini terjadi karena pada
wanita tersebut mekanisme imunologik pembentukan blocking
antibody yang dilakukan oleh HLA-G (human leukocyte antigen G)
terhadap antigen plasenta belum terbentuk secara sempurna,
sehingga proses implantasi trofoblas ke jaringan desidual ibu
terganggu.Teori tersebut menyebutkan terhadap antigen plasenta
yang terbentuk pada kehamilan pertama menjadi blocking
antibodies penyebab hipertensi dan sampai pada keracunan
kehamilan.Primigravida juga rentan mengalami stress dalam
menghadapi persalinan. Stress emosi yang terjadi menyebabkan
peningkatan pelepasan corticotropic-releasing hormone (CRH) oleh
hipothalamus, yang kemudian menyebabkan peningkatan kortisol.
20
Efek kortisol adalah meningkatkan respon simpatis, sehingga curah
jantung dan tekanan darah akan meningkat.
b. Kehamilan Kembar
Kehamilan ganda atau kehamilan kembar adalah kehamilan
dengan dua janin atau lebih. Pada perempuan dengan kehamilan
kembar, dibandingkan dengan kehamilan tunggal, insiden hipertensi
gestasional 13 versus 6 persen, dan insiden preeklampsia 13 versus
5 persen, meningkat secara signifikan.Kehamilan kembar merupakan
salah satu penyebab preeklampsia.Hipertensi diperberat karena
kehamilan banyak terjadi pada kehamilan kembar. Dilihat dari segi
teori hiperplasentosis, kehamilan kembar mempunyai risiko untuk
berkembangnya preeklampsia. Kejadian preeklampsia pada
kehamilan kembar meningkatkan 4-5 kali dibandingkan kehamilan
tunggal.
c. Usia Ibu
Kehamilan pada umur ibu yang ekstrem (<20 dan >35 tahun)
merupakan kehamilan berisiko tinggi yang dapat menyebabkan
komplikasi dalam kehamilan. Umur merupakan salah satu faktor
risiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Ibu hamil yang
berumur <20 dan >35 tahun mempunyai risiko 15,731 mengalami
kejadian hipertensi dibandingkan dengan ibu hamil yang berumur
20-35 tahun.Umur ibu yang terlalu muda (<20 tahun), memiliki
risiko besar untuk terjadinya hipertensi, hal ini disebabkan karena
dari segi biologis perkembangan alat-alat reproduksinya belum
optimal. Sedangkan, pada umur ibu >35 tahun terjadi proses
degeneratif yang mengakibatkan perubahan struktural dan
fungsional yang terjadi pada pembuluh darah perifer yang
bertanggung jawab terhadap perubahan tekanan darah. Tingginya
hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur, hal ini disebabkan
oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen
menjadi sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku,
21
sebagai akibatnya adalah meningkatnya tekanan darah sistolik. Umur
20-35 tahun adalah periode yang aman untuk melahirkan dengan
risiko kesakitan dan kematian ibu yang paling rendah.
d. Riwayat keluarga pernah hipertensi
Ibu hamil yang memiliki riwayat keturunan dari keluarga yang
pernah hipertensi mempunyai risiko 2,618 kali mengalami kejadian
hipertensi dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki
riwayat keturunan. Hipertensi merupakan penyakit yang diturunkan,
penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu
penderita hipertensi atau mempunyai riwayat hipertensi dalam
keluarga. Faktor genetik/keturunan merupakan faktor risiko
terjadinya hipertensi.
e. Penyakit hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
Ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi sebelumnya
mempunyai risiko 6,026 kali mengalami kejadian hipertensi
dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki riwayat
hipertensi.Ibu hamil dengan riwayat hipertensi akan mempunyai
risiko yang lebih besar untuk mengalami Superimposed
preeklampsia. Hal ini karena hipertensi yang diderita sejak sebelum
hamil sudah mengakibatkan gangguan/kerusakan pada organ
penting tubuh dan ditambah lagi dengan adanya kehamilan maka
kerja tubuh akan bertambah berat sehingga dapat mengakibatkan
gangguan/kerusakan yang lebih berat dengan timbulnya odem dan
proteinuria.
f. Tingginya indeks massa tubuh
Tingginya indeks massa tubuh merupakan masalah gizi karena
kelebihan kalori, kelebihan gula dan garam yang bisa menjadi
faktor risiko terjadinya hipertensi pada ibu hamil. Hal tersebut
berkaitan dengan adanya timbunan lemak berlebih dalam tubuh.
Obesitas diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi penimbunan
lemak yang berlebihan di jaringan lemak tubuh dan dapat
22
mengakibatkan terjadinya beberapa penyakit. Terjadinya resistensi
leptin merupakan penyebab yang mendasari beberapa perubahan
hormonal, metabolik, neurologi dan hemodinamik pada hipertensi
dengan obesitas. memiliki risiko
lima kali lebih besar untuk menderita hipertensi saat hamil
dibandingkan dengan ibu hamil yang mempunyai IMT underweight
(IMT <18,5) dan normal (IMT 18,5-24,9).
g. Kurangnya Konsumsi Kalsium
Konsumsi kalsium merupakan faktor risiko hipertensi pada
kehamilan. Ibu hamil yang mengonsumsi kalsium kurang
mempunyai risiko 4 kali mengalami hipertensi pada kehamilan
dibandingkan responden yang mengonsumsi kalsium cukup.
Peranan kalsium dalam hipertensi kehamilan sangat penting
diperhatikan karena kekurangan kalsium dalam diet dapat memicu
terjadinya hipertensi. Ibu hamil memerlukan sekitar 2-2,5%
kebutuhan kalsium. Kalsium berfungsi untuk mempertahankan
konsentrasi dalam darah pada aktivitas kontraksi otot. Kontraksi otot
pembuluh darah sangat penting karena dapat mempertahankan
tekanan darah.
5. Patofisiologis.
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui
dengan jelas. Banyak teori dikemukan tentang terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, tetapi tidak ada satupun teori tersebut yang dianggap mutlak
benar.Meskipun penyebabnya masih belum diketahui, bukti manifestasi
klinisnya mulai tampak sejak awal kehamilan, berupa perubahan
patofisiologi tersamar yang terakumulasi sepanjang kehamilan, dan
akhirnya menjadi nyata secara klinis.
Tanda klinis ini diduga merupakan akibat vasopasme, disfungsi
endotel, dan iskemia. Meskipun sejumlah besar dampak hipertensi pada
ibu biasanya diuraikan persistem organ, manifestasi klinis ini seringkali
23
multiple dan bertumpah tindih secara klinis.9 Hipertensi merupakan tanda
terpenting guna menegakkan diagnosis hipertensi dalam kehamilan.
Tekanan diastolik menggambarkan resistensi perifer, sedangkan tekanan
sistolik menggambarkan besaran curah jantung. Pada preeklampsia
peningkatan reaktivitas vascular dimulai umur kehamilan 20 minggu,
tetapi hipertensi dideteksi umumnya pada trimester II. Tekanan darah
yang tinggi pada preeklampsia bersifat labil dan mengikuti irama
sirkadian normal
6. Komplikasi
Hipertensi saat hamil juga berpengaruh pada perkembangan plasenta
menyebabkan pasokan nutrisi dan oksigen ke bayi terbatas. Terdapat
empat jenis hipertensi yang rentan dialami ibu hamil,yakni :
a. Hipertensi Kronis yang sudah ada sejak sebelum kehamilan,atau
terdiagnosis sebelumusia kehamilan mencapai 20 minggu
b. Preeklampsia-eklampsia,merupakan hipertens yang terjadi pada usai
kehamilan 24 minggu atau lebih. Hipertensi jenis ini terjadi tanpa
Riwayat sebelumnya. Pada kondisi ini juga terjadi berbagai gangguan
fungsi organ selain hipertensi.
c. Hipertensi kronis dengan superimposed preeklampsia, yaitu kondisi
Ketika ibu hamil memiliki Riwayat hipertensi kronis sebelumhamil
dan saat hamil disertai dengan kondisi preeklampsia
d. Hipertensi gestasional yang terjadi selama kehamilan.
Tekanan darah ibu hamil akan turun Kembali paska persalinan. Berbeda
dengan preeklampsia-eklampsia,pada kondisi ini tidak terjadi ganggua
fungsi organ.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi pada kehamilan dan laktasi terdiri dari
dua jenis yaitu Penatalaksanaan Non Farmakologis dan Penatalaksanaan
Farmakologis. Penatalaksanaan Non Farmakologis terdiri dari Dietary
Approaches to Stop Hypertension (DASH), melakukan olahraga atau
aktifikas fisik, mengurangi asupan natrium, hindari konsumsi alkohol,
24
berhenti merokok, faktor psikologi dan stress, dan kalsium. Sedangkan
Penatalaksanaan Farmakologis terdiri dari pemberian antihipertensi lebih
dari 140/80 mmHg, apabila tekanan darah terlalu rendah maka turunkan
perfusi uteroplasenta, target penurunan tekanan darah pada kehamilan
adalah 140/90 mmHg dan tidak ada keuntungan yang didapatkan dengan
menurunkan tekanan darah lebih rendah lagi, tekanan darah lebih dari
170/110 mmHg akan dianggap suatu kedaruratan medis dan dianjurkan
untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit dimana tekanan darah harus
diturunkan secepat mungkin, hipertensi ringan pada ibu menyusui dapat
dipertimbangkan untuk penghentian obat sementara dengan pemantauan
ketat tekanan darah, setelah menghentikan menyusui maka akan dilakukan
terapi antihipertensi yang dapat diajukan kembali.
Dalam mengatasi hipertensi pada ibu hamil maka akan dilakukan
pengobatan dimana obat yang dianjurkan sebagai antihipertensi pada
kehamilan dan laktasi diantaranya
seperti Metildopa, Clonidine, CCB, Betablocker, Labetalol, Hydrochlortia
zid, dan ACE-I & ARB.
8. Pencegahan (level primer, sekunder, tertier)
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan yang terbaik namun hanya dapat
dilakukan bila penyebabnya telah diketahui dengan jelas sehingga
memungkinkan untuk menghindari atau mengkontrol penyebab-penyebab
tersebut, namun hingga saat ini penyebab pasti terjadinya preeklampsia
masih belum diketahui. Pencegahan Primer Pencegahan kejadian
hipertensi secara umum agar menghindari tekanan darah tinggi adalah
dengan mengubah gaya hidup kearah yang tidak sehat menjadi sehat, tidak
terlalu banyak pikiran, meningkatkan konsumsi buah dan sayur, tidak
mengkonsumsi alcohol dan rokok . Sementara itu pada ibu hamil dengan
hipertensi adalah menganjurkan untuk cukup istirahat, menghindari
mengkonsumsi garam yang berlebih, menghindari kafein, diet makan
(gizi) yang seimbang dan pembatasan aktifitas fisik (Basri et al., 2018).
25
26
Pencegahan primer merupakan upaya awal sebelum seseorang
menderita penyakit atau upaya untuk mempertahankan orang sehat agar
tetap sehat dilakukan :
1) Istirahat, diet rendah garam, lemak serta karbohidrat dan tinggi
protein .
2) Waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklamsia dan
eklamsia bila ada faktor prediposisi.
3) Pemeriksaan antenatal care secara teratur yaitu minimal 4 kali
kunjungan yaitu masing-masing 1 kali pada trimester I dan II ,
serta 2 kali pada trimester III. 4. Semua kehamilan primigravida,
terutama ibu hamil dengan usia ≤ 20 tahun, ibu kawin langsung
hamil dan semua ibu hamil dengan risiko tinggi terhadap
preeklamsia dan eklamsia 23 b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya mencegah orang yang
telah sakit agar tidak menjadi parah, dengan menghambat
progresifitas penyakit dan menghindarkan komplikasi. Dilakukan
dengan cara mendeteksi penyakit secara dini serta mengadakan
pengobatan yang cepat dan tepat.
27
9. Review jurnal terkait
28
instan (29,6%).
Kesimpulan: Penelitian yang dilakukan di kelurahan Medan Tenggara dan
data dari puskesmas Medan Denai, masyarakat di wilayah tersebut banyak
yang menderita penyakit hipertensi. Tingkat penyakit hipertensi yang tinggi
ternyata disebabkan oleh beberapa faktor-faktor resiko. Faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya hipertensi di kelurahan Medan Tenggara yaitu
perilaku penggunaan tembakau (merokok), perilaku mengkonsumsi buah dan
sayur, makanan berisiko, makanan olahan tepung dan adanya riwayat penyakit
lainnya.
29
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit jantung kehamilan merupakan suatu kondisi pada tekanan
darah, curah jatung dan resistensi vaskuler yang berubah seiring terjadinya
perubahan hemodinamik akibat proses kehamilan.Angka Kejadian
(Insidensi/prevalensi). Menurut klasifikasi fungsional penyakit jantung
dibagi menjadi 4 golongan, mulai dari golongan 1 yang masih terbilang
ringan sampai dengan golongan 4 dimana menimbulkan gejala-gejala yang
membuat penderitanya merasa kurang nyaman.
Di Indonesia, angka kematian ibu akibat penyakit jantung dalam
kehamilan berkisar antara 1 –2%. Penyakit jantung pada wanita hamil bisa
mempengaruhi janin, janin kemungkinan dilahirkan : perematur, penyakit
jantung berat pada wanita hamil tiba-tiba memburuk janin bias mati, bayi
lahir dengan apgar lemah (Tari, 2010). Faktor resiko yang mempengaruhi
penyakit jantung dalam kehanilan diantaranya adalah merokok, hipertensi,
kolestrol, kelebihan berat badan, diabetes militus, stres, serta ada faktor
lainnya seperti usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan ras.
Hipertensi pada kehamilan adalah kondisi dimana tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg atau tekanan darah diastolic diatas 90
mmHg. Terdapat beberapa jenis hipertensi dalam kehamilan. Yang
pertama adalah hipertensi gestasional. Hipertensi ini adalah tipe yang
paling ringan, biasanya muncul setelah usia kehamilan 20 minggu, tanpa
ditemukan adanya protein pada urin. Yang kedua adalah preeklampsia.
Preeklampsia adalah bentuk hipertensi kehamilan yang lebih berat
daripada hipertensi gestasional.
Di Indonesia, prevalensi hipertensi berkisar antara 6-15%. Hal ini
karena penderita hipertensi biasanya tidak memiliki gejala apapun, atau
memiliki gejala yang ringan. Beberapa faktor risiko diantaranya adalah
gravida, Hiperplasentosis (mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes
melitus, hidrops fetalis, bayi besar), Umur, Riwayat keluarga pernah pre
30
eklampsia/eklampsia, Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah
ada sebelum hamil, Obesitas dan lain-lain.
B. Saran
Di Indonesia, angka kematian ibu akibat penyakit jantung dalam
kehamilan berkisar antara 1 –2%. Penyakit jantung pada wanita hamil bisa
mempengaruhi janin, janin kemungkinan dilahirkan : perematur, penyakit
jantung berat pada wanita hamil tiba-tiba memburuk janin bias mati, bayi
lahir dengan apgar lemah (Tari, 2010). Faktor resiko yang mempengaruhi
penyakit jantung dalam kehanilan diantaranya adalah merokok, hipertensi,
kolestrol, kelebihan berat badan, diabetes militus, stres, serta ada faktor
lainnya seperti usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan ras.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
33