Penyusun:
Agung Cahyono
NIM 0607012210006
Pembimbing:
dr. Ari Triantanoe, Sp.PD
1
LEMBAR PENGESAHAN
Surabaya,
Mengesahkan,
Dokter Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan tigas
referat yang berjudul “Krisis Hiperglikemi”. Penulis menyadari bahawa keberhasilan
penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr, Ari Triantanoe, Sp.PD sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktu
untuk membimbing penulis dengan berbagai kekurangan dari penulis,
memberikan nasihat dan saran kepada penulis sehingga referat ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
2. Keluarga dan teman-teman yang terkasih, yang telah memberikan dukungankepada
penulis untuk menulis referat ini.
Penulis berharap dengan referat ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan baik
penulis maupun rekan sejawat. Semoga Tuhan membalas kebaikan dosen pembimbing
yang senantiasa membimbing penilis sampai referat selesai.
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL ...................................................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN .........................................................................................................2
KATA PENGANTAR.................................................................................................................3
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................5
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................................................6
BAB I .........................................................................................................................................7
PENDAHULUAN ......................................................................................................................7
BAB II ........................................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................................................8
2.1 Definisi .........................................................................................................................8
2.2 Epidemiologi ................................................................................................................8
2.3 Pathogenesis ................................................................................................................9
2.4 Penegakan Diagnosis ................................................................................................. 10
2.5 Tata Laksana ............................................................................................................. 12
2.6 Komplikasi ................................................................................................................ 14
2.7 Prognosis ................................................................................................................... 15
2.8 Pencegahan ................................................................................................................ 15
BAB III ..................................................................................................................................... 16
KESIMPULAN ......................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 17
DAFTAR GAMBAR
DM : Diabetes Melitus
DMT2 : Diabetes Melitus Tipe 2
EKG : Elektrokardiografi
HHS : Hyperglicemic Hyperosmolar State
KAD : Keto-Asidosis Diabetik
WHO : World Health Organization
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Diabetes Melitus
KAD
KAD adalah keadaan darurat hiperglikemia yang mengancam jiwa pasien dengan
diabetes melitus. KAD terjadi ketika pasien mengalami penurunan insulin yang
relatif atau absolut yang ditandai dengan hiperglikemia, asidosis, ketosis dan
kadar glukosa darah >125 mg/dL (Rinawati and Chanif, 2020).
HHS
2.2 Epidemiologi
Insidensi KAD berdasarkan suatu penelitian adalah 4.6 sampai 8 kejadian per
1000 pasien diabetes. Adapun angka kejadian SHH <1%. Tingkat kematian pasien
dengan ketoasidosis (KAD) adalah < 5% pada sentrum yang berpengalaman, sedangkan
tingkat kematian pasien dengan hiperglikemia hiperosmoler (HHS) masih tinggi yaitu
15% (PAPDI, 2015). Insiden KAD sebesar 4.6-8 per 1000 pasien DM per tahun. KAD
dilaporkan bertanggung jawab untuk lebih dari 100.000 pasien yang dirawat per tahum di
Amerika Serikat. Angka kejadian KAD di Indonesia tidak sebanyak di negara barat
karena prevalensi DM tipe 1 yang rendah (Gotera and Agung Budiyasa, 2019).
Sementara HHS data di Arnerika rnenunjukkan bahwa insidens HHS sebesar 17,5
per 100.000 penduduk. lnsiden ini sedikit lebih tinggi dibanding insiden KAD. HHS lebih
sering diternukan pada perernpuan dibandingkan dengan laki-laki. HHS lebih sering
ditemukan pada orang lanjut usia, dengan rata-rata usia onset pada dekade ketujuh.
Angka mortalitas pada kasus HHS cukup tinggi, sekitar 10-20% (Amin and Bahar,
2014).
2.3 Pathogenesis
Kombinasi dari defisiensi insulin absolut atau relatif dan peningkatan kadar
hormon kontrra regulator (glukagon, katekolamin, kortisol, hormon pertumbuhan dan
somatostatin) akan mengakibatkan akselerasi kondisi katabolik dan inflamasi berat
sehingga akan terjadi produksi glukosa oleh hati dan ginjal melalui proses glikogenolisis
dan glukoneognesis. Kedua proses ini akan menyebabkan hiperglikemia dan
hiperosmolaritas. Defisiensi insulin dan peningkatan hormon kontraregulator
mengaktivasi hormon lipase sehingga menimbulkan peningkatan lipolisis. Peningkatan
lipolisis dan ketongenesis memicu ketonemia dan asidosis metabolik. Hiperglikemia dan
hiperketonemia mengakibatkan diuresis osmotik, dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Jika
keadaan ini tidak cepat dikoreksi makan akan terjadi dehidrasi berat dan asidosis
metabolik yang fatal. Ketoasidosis akan akan diperburuk oleh asidosis laktat akibat
perdfusi jaringan yang buruk.
A. KAD
B. HHS
Anamnesis : rasa lemah, gangguan penglihatan, atau kaki kejang. Dapat pula
ditemukan keluhan mual dan muntah, namun lebih jarang jika dibandingkan dengan
KAD. Kadang, pasien datang dengan disertai keluhan saraf seperti letargi,
disorientasi, hemiparesis, kejang atau koma.
A. KAD
Kalium : Jika saat masuk kalium pasien normal atau rendah, maka
sesungguhnya terdapat defisiensi kalium yang berat di tubuh pasien sehingga
butuh pemberian kalium yang adekuat karena terapi insulin akan menurunkan
kaliurn lebih lanjut. Monitorjantung perlu dilakukan pada keadaan tersebut
agar jangan terjadi aritrnia. Untuk mencegah hipokalemia rnaka pemberian
kaliurn sudah dimulai rnanakala kadar kalium di sekitar batas atas nilai
normal.
B. HHS
Elektrolit : Jika konesntrasi kalium awal <3.3 mEq per L pemberian insulin
ditunda dan diberika kalium 2/3 kalium klorida dan 1.3 kalium fosfat sampai
tercapai konsentrasi kalium setidaknya 3.3 mEq per L.
Insulin : Insulin sebaiknya diberikan dengan bolus awal0,I 5U/ kgBB secara
intravena, dan diikuti dengan drip 0,1 U/kgBB perjam sampai konsentrasi
glukosa darah turun antara 250 mg per dL (13.9 mmol per L) sampai300 mg
per dL. Jika konsentrasi glukosa dalam darah tidakturun 50-70 mg/dL per jam,
dosis yang diberikan dapat ditingkatkan. Ketika konsentrasi glukosa darah
sudah mencapai di bawah 300 mg/dL, sebaiknya diberikan dekstrosa secara
intravena dan dosis insulin dititrasi secara sliding scale sampai pulihnya
kesadaran dan keadaan hiperosmolar (Amin and Bahar, 2014).
2.6 Komplikasi
KAD : Komplikasi yang paling sering dari KAD adalah hipoglikemia oleh karena
penanganan yang berlebihan dengan insulin, hipokalemia yang disebabkan
pemberian insulin dan terapi asidosis dengan bikarbonat dan hiperglikemia
sekunder akibat pemberian insulin yang tidak kontinu. Edema cerebri umumnya
terjadi pada anak-anak dan jarang pada pasien dewasa. Hipoksemia juga dapat
terjadi pada KAD , hal ini terjadi mengikuti penurunan tekanan koloid osmotik
yang merupakan akibat peningkatan kadar cairan pada paru dan penurunan
compliance paru (Gotera and Agung Budiyasa, 2019).
HHS : Komplikasi dari terapi yang tidak adekuat meliputi oklusi vaskular, infark
miokard, low-flow syndrome, disseminated intravascular coagulopathy dan
rabdomiolisis. Overhidrasi dapat menyebabkan adult respiratory distress
syndrome dan edema serebri, yang jarang diternukan namun fatal pada anak-anak
dan dewasa muda. Edema serebri ditatalaksana dengan infus mnitol dengan dosis
1-2g/kgBB selarna 30 menit dan pemberian deksametason intravena.
Memperlambat koreksi hiperosmolar pada anak-anak, dapat mencegah edema
serebri (Amin and Bahar, 2014).
2.7 Prognosis
KAD : Urnurnnya pasien rnernbaik setelah diberikan insulin dan terapi standar
lainnya, jika kornorbid tidak terlalu berat.Biasanya kernatian pada pasien KAD
adalah karena penyakit penyerta berat yang datang pada fase lanjut. Kernatian
rneningkat seiring dengan rneningkatnya usia dan beratnya penyakit penyerta.
HHS : Biasanya buruk, tetapi sebenarnya kematian pasien bukan disebabkan oleh
sindrom hiperosmolar sendiri tetapi oleh penyakit yang mendasari atau
menyertainya. Angka kematian berkisar antara 30-50%. Di negara maju dapat
dikatakan penyebab utama lematian adalah infeksi, usia lanjut dan osmolaritas
darah yang sangat tinggi. Di negara maju, angka kematian dapat ditekan menjadi
sekitar 12% (Amin and Bahar, 2014).
2.8 Pencegahan
Amin, Z. and Bahar, A. (2014) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI Jilid I, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam.
Rinawati, P. and Chanif, C. (2020) ‘Peningkatan Efektifitas Pola Napas Pada Pasien
Ketoasidosis Diabetik’, Ners Muda, 1(1), p. 50.
Soelistijo, S. (2021) ‘Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di
Indonesia 2021’, Global Initiative for Asthma, p. 46.