Disusun Oleh :
WAYAN RAM RANJANA, S.Ked
216100802010
Pembimbing :
dr. Artsanto Ranumiharso, Sp.An.,M.Si.,Med.,MH.Kes
REFERAT
Telah memenuhi persyaratan dan telah disetujui untuk diujikan
di bagian/SMF Anestesi
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang
berjudul “ PENANGANAN PERIOPERATIF DIABETES MELLITUS”. Referat
ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik di bagian
Ilmu Anestesi di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Penulis sadar bahwa
dalam proses penyelesaian penulisan referat ini banyak mengalami kendala namun
semua ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, kerjasama, dan dukungan dari
berbagai pihak sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Artsanto
Ranumiharso, Sp.An.,M.Si.,Med.,MH.Kes sebagai pembimbing saya yang telah
banyak memberikan arahan, motivasi, saran, meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran
serta perhatiannya selama penyusunan, kedua orang tua saya yang selalu mendukung,
memberikan motivasi dan juga teman-teman yang selalu memberikan semangat
kepada saya dalam penyusunan referat ini hingga dapat terselesaikan.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Kiranya referat ini dapat berguna dan
membantu dokter-dokter muda selanjutnya maupun mahasiswa-mahasiswi jurusan
kesehatan lain yang sedang dalam menempuh pendidikan, referat ini berguna sebagai
referensi dan sumber bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Tujuan .............................................................................................................. 1
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 23
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk memahami mengenai
penanganan perioperatif pasien dengan DM.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan adanya
hiperglikemia yang disebabkan oleh ketidak mampuan dari organ pancreas untuk
memproduksi insulin atau kurangnya sensitivitas insulin pada sel target tersebut.
Abnormalitas pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang ditemukan
pada penderita penyakit diabetes mellitus terjadi dikarenakan kurangnya aktivitas
insulin pada sel target.3,4
2.2 Epidemiologi
Prevalensi diabetes yang terjadi di seluruh dunia diperkirakan 2,8 % pada
tahun 2000 dan 4,4 % pada 2030. Jumlah penderita diabetes diproyeksikan
meningkat dari 171 juta di tahun 2000 hingga mencapai 366 juta di tahun 2030.
Negara-negara Asia berkontribusi lebih dari 60% dari populasi diabetes dunia.
Di Indonesia prevalensi penduduk yang berumur ≥15 tahun dengan
diabetes melitus pada tahun 2013 adalah sebesar 6,9% dengan perkiraan jumlah
kasus adalah sebesar 12.191.564 juta. Sebanyak 30,4% kasus telah terdiagnosis
sebelumnya dan 73,7% tidak terdiagnosis sebelumnya. Pada daerah bali
prevalensi diabetes mellitus sebesar 1,3% dengan kota Denpasar sebagai
penyumbang terbanyak dibandingkan dengan kota lainnya yaitu sebesar 2%.
Melihat kenaikan insiden diabetes mellitus secara global yang sebagian
besar disebabkan oleh perubahan pola gaya hidup yang kurang sehat, dapat
diperkirakan bahwa kejadian diabetes mellitus akan meningkat drastis. Melihat
bahwa diabetes mellitus akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya
manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka sangat
diperlukan program pengendalian dan penatalaksanan diabetes mellitus tipe-2.
2
3
2.3 Etiologi
2.4 Patofisiologi
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam
darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin
secara cukup sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukan gula dalam darah
yang menyebabkan terjadinya hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi
dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dalam tubuh dibentuk didalam hati
dari makanan yang dikonsumsi ke dalam tubuh. Insulin merupakan hormon yang
diproduksi oleh pankreas yang berfungsi untuk memfasilitasi atau mengendalikan
kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya.
Defisiensi insulin ini menyebabkan penggunaan glukosa dalam tubuh menurun
yang akan menyebabkan kadar glukosa darah dalam plasma tinggi atau
hiperglikemi. Keadaan hiperglikemi ini akan menyebabkan terjadinya glukosuria
dikarenakan glukosa gagal diserap oleh ginjal ke dalam sirkulasi darah dimana
keadaan ini akan menyebabkan gejala umum diabetes mellitus yaitu polyuria,
polydipsia, dan polyphagia.6,1
4
2.5 Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara
enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat
dilakukan dengan glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya
glukosuria. Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan
adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti:
Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
2.6 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup
penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi :
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas
hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas
DM.Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa
darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien
secara komprehensif.
2.7 Komplikasi
1. Penyakit kardiovaskular
mempengaruhi jantung dan pembuluh darah dan dapat menyebabkan
komplikasi yang fatal seperti penyakit arteri koroner (yang menyebabkan
serangan jantung) dan stroke. Penyakit kardiovaskular adalah penyebab kematian
paling umum pada penderita diabetes. Tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi,
9
glukosa darah tinggi dan faktor risiko lainnya berkontribusi untuk meningkatkan
risiko komplikasi kardiovaskular.
2. Penyakit ginjal (nefropati diabetik)
disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah kecil di ginjal yang
menyebabkan ginjal menjadi kurang efisien atau gagal sama sekali. Penyakit
ginjal lebih sering terjadi pada penderita diabetes dibandingkan pada mereka yang
tidak menderita diabetes. Mempertahankan kadar glukosa darah dan tekanan
darah mendekati normal dapat sangat mengurangi risiko penyakit ginjal.
3. Penyakit saraf (neuropati diabetik)
diabetes dapat menyebabkan kerusakan saraf di seluruh tubuh bila glukosa
darah dan tekanan darah terlalu tinggi. Hal ini dapat menyebabkan masalah
pencernaan, disfungsi ereksi, dan banyak fungsi lainnya. Di antara area yang
paling sering terkena adalah ekstremitas, khususnya kaki. Kerusakan saraf di area
ini disebut neuropati perifer, dan dapat menyebabkan nyeri, kesemutan, dan
hilangnya perasaan. Kehilangan perasaan sangat penting karena dapat membuat
cedera tidak diketahui, yang menyebabkan infeksi serius dan kemungkinan
amputasi. Orang dengan diabetes memiliki risiko amputasi yang mungkin lebih
dari 25 kali lebih besar daripada orang tanpa diabetes. Namun, dengan
penatalaksanaan yang komprehensif, sebagian besar amputasi terkait diabetes
dapat dicegah. Bahkan saat amputasi terjadi,kaki yang tersisa dan nyawa orang
tersebut dapat diselamatkan dengan perawatan lanjutan yang baik dari tim kaki
multidisiplin. Penderita diabetes harus rutin memeriksa kaki mereka.
4. Penyakit mata (retinopati diabetik)
kebanyakan penderita diabetes akan mengembangkan beberapa bentuk
penyakit mata (retinopati) yang menyebabkan berkurangnya penglihatan atau
kebutaan. Kadar glukosa darah yang tinggi secara konsisten, bersama dengan
tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi, adalah penyebab utama retinopati. Ini
dapat dikelola melalui pemeriksaan mata rutin dan menjaga kadar glukosa dan
lipid pada atau mendekati normal.
10
5. Komplikasi kehamilan
Wanita dengan jenis diabetes apa pun selama kehamilan berisiko
mengalami sejumlah komplikasi jika mereka tidak memantau dan mengelola
kondisinya dengan cermat. Untuk mencegah kemungkinan kerusakan organ pada
janin, wanita dengan diabetes tipe 1 atau diabetes tipe 2 harus mencapai kadar
glukosa target sebelum konsepsi. Semua wanita dengan diabetes selama
kehamilan, tipe 1, tipe 2 atau kehamilan harus berusaha untuk mencapai kadar
glukosa darah yang ditargetkan untuk meminimalkan komplikasi. Glukosa darah
yang tinggi selama kehamilan dapat menyebabkan janin mengalami kelebihan
berat badan. Hal ini dapat menyebabkan masalah dalam persalinan, trauma pada
anak dan ibu, dan penurunan glukosa darah secara tiba-tiba pada anak setelah
lahir. Anak-anak yang terpapar glukosa darah tinggi dalam waktu lama dalam
kandungan berisiko lebih tinggi terkena diabetes di kemudian hari.
6. Komplikasi oral
Penderita diabetes memiliki peningkatan risiko radang gusi (periodontitis)
jika glukosa darah tidak dikelola dengan baik. Periodontitis adalah penyebab
utama kehilangan gigi dan dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit
kardiovaskular (CVD). Pemeriksaan mulut secara teratur harus dilakukan untuk
memastikan diagnosis dini, terutama di antara orang dengan diabetes yang
sebelumnya tidak terdiagnosis dan manajemen yang tepat dari setiap komplikasi
mulut pada diabetisi. Kunjungan tahunan dianjurkan untuk mengetahui gejala
penyakit gusi seperti pendarahan saat menggosok gigi atau gusi bengkak.
Kadar gula darah harus diawasi dan jaga agar tetap dalam range 120-180
mg/dl. Infus tetap diatur 0,5 unit /jam dosis inkremental. D50% diberikan jika
gula darah terlalu rendah (50 mg/dl).
Monitoring EKG, Gula Darah, saturasi oksigen, dan temperatur dilakukan
pada semua pasien. Pengecekan Gula Darah dilakukan tiap jam. Pasien
diposisikan secara hati-hati untuk menghindari kerusakan syaraf perifer.
Hiperglikemia dihindari (dihubungkan dengan fagositosis dan penyembuhan
luka), dan cegah hipoglikemia karena dapat menyebabkan kerusakan CNS.
Pemberian glukosa selama periode perioperatif direkomendasikan untuk
mencegah katabolisme otot dan hipoglikemia. Pasien DM tipe I membutuhkan
monitoring gula darah dan K+ yang lebih ketat. Gejala hipoglikemia atau
hipoperfusi (perubahan status mental atau angina) dapatdengan mudah
dikomunikasikan pada pasien sadar dengan anestesi regional dibandingkan pada
anestesi umum. Tanda hipoglikemia pada anestesi umum menyerupai “light
anesthesia” dengan takikardi dan hipertensi. Agen Inhalasi, steroid serta
pembedahan dapat meningkatkan kadar gula darah. Hindari penggunaan
succinilcholine pada pasien dengan neuropati.
Metabolik dan stress hormonal akan berlanjut hingga 4 hari pasca operasi
mayor. Pasien diawasi dengan hati-hati hingga intake oral normal dapat diberikan.
- DM tipe 2 : Hentikan regimen hipoglikemik oral pada hari operasi, gula darah
diukur 1 jam sebelum operasi dan sekurang-kurangnya 1 kali selama operasi.
Penderita yang mendapat terapi insulin sebelumnya di injeksi insulin subkutan
dengan dosis separuh dari total dosis pagi bila kadar gula darah pagi sekurang-
kurangnya 126 mg/dL. Setelah operasi gula darah diperiksa.
Bila kadar gula darah pagi sekurang-kurangnya 150 mg/dL, (sumber yang
lain >126 mg/dL) pasien biasanya diberikan insulin dengan dosis setengah
pemberian pagi secara SC diikuti pemberian infus glukosa 5% 1,5 cc/jam.
Selanjutnya di ruang operasi, siapkan akses intravena lain untuk infus
dextrose 5% sehingga terpisah dari jalur pemberian cairan lain, periksa gula darah
setiap 2 jam dimulai setelah pemberian insulin, setiap 1 jam intra operasi dan 2-4
jam setelah operasi. Apabila pasien mulai hipoglikemia, gula darah < 100 mg/dL;
berikan suplemen dekstrosa (setiap ml glukosa 50% dapat menaikkan glukosa
darah kira-kira sebesar 2 mg/ dL pada orang dengan BB 70 Kg). Sebaliknya bila
terjadi intraoperatif hiperglikemia (>150-180mg/dL) dapat diberikan insulin
intravena dengan dosis menggunakan sliding scale. Satu unit insulin dapat
menurunkan gula darah sebesar 20-30 mg/dL.
Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan regular insulin via NaCl
0,9% piggy bag (50-100 u per 50-100 ml NaCl 0,9 %) atau dapat juga dengan
lebih menurunkan kadar insulin/cc menjadi 0.1 unit /cc dan infus mikrodrip
dimana hal ini dapat memudahkan titrasi insulin bila tidak tersedia infuse pump.
Kecepatan infus dapat menggunakan rumus;
pembedahan besar dimana dalam beberapa hari asupan harus melalui per infus
maka OAD harus segera diganti dengan RI. Pengantian ini perlu waktu untuk
monitoring.
Bila didapatkan asetonuria tanpa glukosuria, hal ini kemungkinan
menggambarkan ketosis karena puasa, sehingga perlu diberi karbohidrat IV atau
peroral. Hal tersebut dapat dicegah dengan pemberian karbohidrat 100-150
gram/hari (BB 70 kg)11. Adapula yang menggunakan 50-75 gram/24jam pada
hari pembedahan.
- Penderita kelas 2 dan 3
Bila penderita menggunakan long acting insulin maka dilakukan
penggantian dengan RI, dimonitor beberapa hari untuk mendapatkan dosis yang
sesuai. Bila ada gangguan elektrolit dan asam basa harus dikoreksi dahulu.
Pada hari pembedahan
Pasien sebaiknya dijadwalkan operasi pagi hari. Pagi hari sebelum operasi
diambil contoh darah untuk mengetahui baseline data glukosa darah puasa, setelah
itu pasang infus dengan cairan yang mengandung glukosa, sebaiknya tidak
menggunakan cairan yang mengandung RL. Tentukan dosis maksimal insulin
pada hari pembedahan yaitu 2/3 dari dosis yang biasa diberikan, kemudian 1/3
dosis maksimal tersebut diberikan subcutan pagi hari setelah infus terpasang, dan
2/3 nya direncanakan diberikan pasca bedah dengan dua kali pemberian sampai
keesokan harinya11. Sebelum pemberian insulin berikutnya dilakukan
pemeriksaan kadar glukosa darah dahulu, dan pemantauan sebaiknya setiap 3 jam
pasca operasi.
Hasil pemeriksaan glukosa darah untuk penyesuaian dosis insulin, dalam
hal ini untuk menghindari hipoglikemia, dengan menggunakan tehnik sliding
scale sebagai berikut:
Tabel 2.3 Regimen Pemberian Insulin dengan metode sliding scale
Kadar Glukosa Darah Dosis Insulin
200-250 2-3 unit
250-300 3-4 unit
300-400 4-8 unit (cek glukosa daraah/1-2 jam)
>400 10 unit (cek glukosa darah tiap jam)
19
- Beri RI intravena 4 unit tiap jam sampai kadar gula darah 200 mg/dL atau
reduksi urin positif lemah. Sebagai pedoman. Tiap dosis 4 unit/jam dapat
menurunkan kadar gula darah 50-75 mg/dL
- Bila kadar gula darah sudah tercapai, RI diteruskan secara subkutan dengan
interval awal tiap 4 jam, bila respon baik dapat diberikan tiap 8 jam.
3.1 Kesimpulan
Peningkatan prevalensi pasien diabetes yang akan dioperasi dan
meningkatnya resiko komplikasi sehubungan dengan penyakit DM membutuhkan
pemeriksaan dan pengelolaan optimal perioperatif. nPengelolaan pasien DM saat
ini dihadapkan dengan tingkat morbiditasnya yang meningkat secara umum. Data
dari berbagai penelitian menunjukkan peningkatan angka morbiditas dan
mortalitas penderita DM yang signifikan. Manfaat dari kontrol gula darah yang
tepat berhubungan dengan komplikasi yang ringan, dan menjadi bagian dari
tatalaksana standar. Meskipun demikian dalam data ini terdapat kekurangan
literatur untuk menjadi patokan pengelolaan optimal. Kontrol gula darah yang
intensif membutuhkan monitoring yang ketat untuk mengurangi insiden
hipoglikemia berat. Metode baru seperti Glucommander, dapat dilakukan sebagai
salah satu pilihan metode baru. Bagaimanapun juga dibutuhkan penelitian lagi
untuk lebih mengoptimalkan manajemen perioperatif penderita DM selanjutnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
6. Lois IB, Susan HN, Dawn D. Decision Making. 4th ed. Elsevier Moseby, Inc.
USA, 2007.
8. Girish P. Joshi, Chung F, Vann Mary Ann, Ahmad Shireen, Gan Tong, Gulson
daniel, Merril Douglas, Twersky Rebecca. Society for Ambulatory Anesthesia
Consensus Statement on Perioperative Blood Glucose Management in Diabetic
Patients Undergoing Ambulatory Surgery. 2010. International Anesthesia
Reseach Society vol 111 Number 6. P1378-1387
10. Butterworth F Jhon, Mackey C David, Wasnick D Jhon. Morgan & Mikhail’s
Clinical Anesthesiology. 2013. Mc Graw-hill.
23