Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF


PADA PASIEN DIABETES MELLITUS ANAK DAN DEWASA

DOSEN PENGAMPU :

Ns. PIPIT FERIYANI., S. Kep., MARS

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3

AULYA KARIMAH 1911102411137

DHITA FITRIYANTI 1911102411144


ADITYA 1911102411145
GHINA FANSURI 1911102411151
RATNA ARIYANI 1911102411184
YUNITA WULANDARI 1911102411196
JULIANA SAPUTRI 1911102411199
YUSTRIANI S.S 1911102411201

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR FAKULTAS

KESEHATAN DAN FARMASI PRODI S1 KEP AHLI JENJANG 2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan
Paliatif Pada Pasien dengan Diabetes Mellitus Anak dan Dewasa”. Penulisan makalah
ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan
Paliatif.

Makalah ini tersusun atas bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih serta
penghargaan sebesar – besarnya kepada Ibu Ns. Pipit Feriyani., MARS selaku Dosen
mata ajar Keperawatan Paliatif

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu saran dan masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan.

Samarinda, 22 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................................................i
Kata Pengantar................................................................................................................................ii
Daftar Isi............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Teori Diabetes Melitus...........................................................................................3
1. Definisi Diabetes Melitus.............................................................................................3
2. Klasifikasi Diabetes Melitus........................................................................................3
3. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus..........................................................................4
4. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus..........................................................................5
5. Komplikasi Diabetes Melitus......................................................................................6
6. Penatalaksanaan Diabetes Melitus.............................................................................7
7. Penatalaksanaan Perawatan Paliatif Diabetes Melitus.........................................9
B. Perawatan Paliatif Pada Pasien Dewasa dengan Diabetes Melitus..........................10
C. Perawatan Paliatif Pada Pasien Anak dengan Diabetes Melitus...............................12
D. Fasilitas Pelayanan Lesehatan untuk Perawatan Paliatif.............................................14
E. Dampak Diabetes Melitus Terhadap Aspek Holistik....................................................14
F. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Dewasa dengan Diabetes Melitus...............18
G. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Anak dengan Diabetes Melitus....................26

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................................................34
B. Saran............................................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kurun waktu dari tahun 1990 hingga tahun 2016 angka penyakit
tidak menular di Indonesia telah meningkat drastis. Kematian akibat Penyakit
Tidak Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat. Perubahan fenomena
ini terjadi akibat perilaku pola hidup yang tidak sehat (Kemenkes RI, 2016).
Berdasarkan perolehan data International Diabetes Federation (IDF)
tingkat prevalensi global pada tahun 2017 sebesar 425 juta penduduk dunia
mengalami diabetes dan diperkirakan pada tahun 2045 mengalami peningkatan
menjadi 48% (629 juta) diantara usia penderita DM 20-79 tahun. Pada tahun
2017 Indonesia berada diperingkat 6 dunia dengan jumlah penderita diabetes
sebanyak 10.3 juta, dan diperkirakan jumlah ini akan meningkat di tahun 2045
sebanyak 16.7 juta penderita. (International Diabetes Federation, 2017). Data
menunjukkan bahwa Diabetes merupakan penyebab kematian terbesar nomor 2
di Indonesia dengan persentase sebesar 8,5%, setelah Stroke (10,9%)
(Riskesdas, 2018).
Prevalensi diabetes melitus di Kalimantan Timur meningkat dari tahun
2013 sebesar 2,3% menjadi 3,3% pada tahun 2018 (Riskesdas, 2013-2018). Pada
tahun 2017 penderita diabetes melitus adalah sebanyak 13.141 orang, dengan
laki-laki sebanyak 4.936 orang dan perempuan sebanyak 8.205 orang (Dinas
Kesehatan Kalimantan Timur, 2017).
Diabetes merupakan salah satu penyakit progresif yang memerlukan
penanganan lama dan biaya yang besar. Pasien dengan penyakit progresif tidak
hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan
berat badan, gangguan aktivitas, tetapi juga mengalami gangguan psikososial
dan spiritual yang memengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya.
Kebutuhan pasien yang memiliki penyakit pada stadium lanjut tidak hanya pada
pemenuhan atau pengobatan gejala fisik, tetapi juga membutuhkan dukungan
terhadap kebutuhan psikologis, sosial, dan spiritual yang dikenal sebagai
perawatan paliatif (Doyle & Mac Donald, 2003).

1
Hal ini sejalan dengan Keputusan Kemenkes RI (2007) yang
menjelaskan bahwa penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit pencernaan,
diabetes, dan PTM lainnya tidak hanya membutuhkan perawatan kuratif dan
rehabilitatif tetapi juga membutuhkan perawatan paliatif dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian diabetes mellitus ?
2. Apa klasifikasi diabetes mellitus ?
3. Apa kriteria diagnosis diabetes mellitus ?
4. Apa manifestasi klinis diabetes mellitus ?
5. Apa komplikasi dari diabetes mellitus ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari diabetes mellitus ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan paliatif pada pasien dengan diabetes
mellitus ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini yaitu mengetehui konsep teori dari
diabetes mellitus dan asuhan keperawatan paliatif pada pasien dengan diabetes
mellitus.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Teori Diabetes Mellitus


1. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yag
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.
Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu
suatu hormon yang diproduksi pankreas, mengendalikan kadar glukosa
dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya (Brunner
& Suddart, 2015).
Diabetes mellitus, lebih mudah disebut diabetes, adalah kondisi
kronis yang terjadi ketika ada meningkatkan kadar glukosa dalam darah
karena tubuh tidak bisa menghasilkan atau cukup hormon insulin atau
menggunakan insulin secara efektif (International Diabetes Federation,
2017).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
jumlah hormon insulin yang tidak mencukupi atau tidak dapat bekerja
secara normal, padahal hormon ini memiliki peran utama dalam
mengatur kadar glukosa dalam darah.
2. Klasifikasi Diabetes Mellitus
a. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
IDDM yaitu defisiensi insulin karena kerusakan sel-sel
langerhans yang berhubungan dengan tipe HLA (Human Leucocyte
Antigen) spesifik, presdiposisi pada fenomena autoimun (cenderung
ketosis dan terjadi pada usia muda). Kelainan ini terjadi karena
kerusakan sistem imunitas (kekebalan tubuh) yang kemudian merusak
sel-sel langerhans di pankreas.
Kelainan ini berdampak pada penurunan produksi insulin. IDDM
tergantung insulin biasanya terjadi pada masa anak-anak atau dewasa

3
muda dan menyebabkan ketoasidosis jika pasien tidak diberikan terapi
insulin ( IDF, 2017).
b. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
NIDDM atau diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa
(WHO, 2014). Seringkali diabetes tipe 2 didiagnosis beberapa tahun
setelah onset, yaitu setelah komplikasi muncul sehingga tinggi
insidensinya sekitar 90% dari penderita DM diseluruh dunia dan
sebagian besar merupakan akibat dari memburuknya faktor resiko
seperti kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas fisik (WHO,
2014).
3. Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus
PERKENI (2015) membagi alur diagnosis Diabetes Mellitus
menjadi dua bagian besar berdasarkan ada tidaknya gejala khas Diabetes
Mellitus. Gejala khas Diabetes Mellitus terdiri dari poliuria, polidipsi,
polifagi dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas, sedangkan gejala
tidak khas DM diantaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh,
gatal, mata kabur, disfungsi ereksi (pria) dan pruritus vulva (wanita).
Apabila ditemukan gejala khas DM, pemeriksaan gula darah
abnormal satu kali saja sudah cukup untuk menegakkan diagnosis, namun
apabila tidak ditemukan gejala khas DM, maka diperlukan dua kali
pemeriksaan glukosa darah abnormal. Diagnosis DM juga dapat
ditegakkan melalui cara pada tabel berikut :
Tabel 2.1. Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus

No. Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus


Gejala klasik Diabetes Mellitus + glukosa plasma sewaktu >200
1. mg/dL (11,1 mmol/L). Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil
pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu
makan terakhir.
2. Gejala klasik Diabetes Mellitus + glukosa plasma puasa <126
mg/dL (7,0 mmol/L). Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam.
Glukosa plasma 2 jam pada TTGO >200 mg/dL (11,1 mmol/L).
3. TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban
glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang
dilarutkan ke dalam air.
(IDF, 2017)

4
4. Manifestasi Klinik Diabetes Melitus
a. Poliuri (Peningkatan pengeluaran urin)
Peningkatan pengeluaran urine mengakibatkan glikosuria karena
glukosa darah sudah mencapai kadar “ambang ginjal”, yaitu 180
mg/dL pada ginjal yang normal. Dengan kadar glukosa darah 180
mg/dL, ginjal sudah tidak bisa mereabsobsi glukosa dari filtrat
glomerulus sehingga timbul glikosuria. Karena glukosa menarik air,
osmotik diuresis akan terjadi mengakibatkan poliuria (Anggit, 2017).
b. Polidipsia (Peningkatan rasa haus)
Peningkatan pengeluaran urine yang sangat besar dapat
menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti
ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti
penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat
pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (Antidiuretic
Hormone) dan menimbulkan rasa haus (Anggit, 2017).
c. Polifagia (Peningkatan rasa lapar)
Sel tubuh mengalami kekurangan bahan bakar sehingga pasien
merasa sering lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan karena glukosa
dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa dalam darah
cukup tinggi (PERKENI, 2015).
d. Rasa lelah dan kelemahan otot
Rasa lelah dan kelemahan otot terjadi karena katabolisme protein
diotot dan ketidakmampuan organ tubuh untuk menggunakan glukosa
sebagai energy sehingga hal ini membuat pasien dengan diabetes
mellitus sering merasa lelah (Anggit, 2017).
e. Berat badan turun
Turunnya berat badan pada pasien dengan diabetes melitus
disebabkan karena tubuh terpaksa mengambil dan membakar lemak
dan protein sebagai energi (Anggit, 2017).

5
5. Komplikasi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang dapat
menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain a. Komplikasi
Metabolik Akut
Komplikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus
terdapat tiga macam yang berhubungan dengan gangguan
keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek, dintaranya :
1) Hipoglikemia (kadar gula darah yang abnormal rendah) terjadi
ketika kadar glukosa darah turun di bawah 50 hingga 60 mg/dL (2,7
hingga 3,3 mmol/L). Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian
insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang
terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat (Brunner &
Suddart, 2015).
2) Ketoasidosis diabetik (KAD) yang disebabkan karena kelebihan
kadar glukosa dalam darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh
sangat menurun hingga mengakibatkan terjadinya pemecahan lemak
yang menyebabkan peningkatan kadar keton dalam tubuh,
3) Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketonik (HHNK) yang
merupakan komplikasi diabetes melitus yang ditandai dengan
hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih dari 600
mg/dL (Brunner & Suddart, 2015).
b. Komplikasi Metabolik Kronik
Komplikasi kronis diabetes antara lain :
1) Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)
a) Kerusakan retina mata (retinopati) yang merupakan suatu
mikroangiopati ditandai dengan kerusakan dan sumbatan
pembuluh darah kecil pada retina mata (Brunner & Suddart,
2015).
b) Kerusakan ginjal yang pada pasien diabetes melitus ditandai
dengan albuminuria menetap (>300 mg/ 24 jam). Nefropati
diabetik merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal
terminal (Brunner & Suddart, 2015).

6
c) Neuropati diabetik juga merupakan komplikasi yang paling
sering ditemukan pada pasien diabetes melitus. Neuropati
diabetik mengacu pada sekelompok penyakit yang menyerang
semua tipe syaraf, termasuk saraf perifer (sensorimotor) dan
otonom. Kelainan tersebut tampak beragam secara klinis
bergantung pada lokasi sel syaraf yang terkena (Brunner &
Suddart, 2015).
2) Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler)
a) Perubahan atherosklerotik dalam pembuluh darah koroner
menyebabkan peningkatan insidens infark miokard pada pasien
diabetes. Salah satu ciri unik pada panyakit arteri koroner yang
diderita oleh pasien-pasien diabetes adalah tidak terdapatnya
gejala iskemik yang khas. Jadi, pasien mungkin tidak
memperlihatkan tanda-tanda awal penurunan aliran darah
koroner dan dapat mengalami infark miokard asimtomatik
(silent) dimana keluhan sakit dada atau gejala khas lainnya
tidak dialaminya. Kurangnya gejala iskemik ini disebebkan
oleh neuropati otonom (Brunner & Suddart, 2015).
b) Perubahan atheroskerotik dalam pembuluh darah besar pada
ekstremitas bawah merupakan penyebab meningkatnya insidens
penyakit oklusi arteri perifer pada pasien diabetes. Tanda dan
gejala penyakit vaskuler perifer dapat mencakup berkurangnya
denyut nadi perifer dan klaudikasio intermitten (nyeri pada
pantat atau betis ketika berjalan). Bentuk penyakit oklusif arteri
yang parah pada ekstremitas bawah ini merupakan penyebab
utama meningkatnya insidens gangren dan amputasi pada
pasien-pasien diabetes (Brunner & Suddart, 2015).
6. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala, mengusahakan
keadaan gizi dimana berat badan ideal dan mencegah terjadinya
komplikasi. Secara garis besar pengobatannya dilakukan dengan :

7
a. Pengelolaan makan
Diet yng dianjurkan yaitu diet rendah kalori, rendah lemak,
rendah lemak jenuh, dan tinggi serat. Jumlah asupan kalori ditujukan
untuk mencapai berat badan ideal. Selain itu, karbohidrat kompleks
merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan seimbang sehingga
tidak menimbulkan puncak glukosa darah yang tinggi setelah makan.
Pengaturan pola makan dapat dilakukan berdasarkan 3J yaitu jumlah,
jadwal dan jenis diet
b. Latihan Fisik
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani teratur (3-4 kali
seminggu kurang lebih selama 30 menit), jeda antar latihan jasmani
tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Latihan jasmani merupakan salah
satu pilar dalam pengelolaan diabetes tipe II. Latihan jasmani dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas terhadap
insulin, sehingga memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani
yang dimaksud adalah jalan, bersepeda santai, jogging atau berenang.
Sebelum melakukan latihan jasmani dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan glukosa darah. Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dL
pasien harus mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250
mg/dL dianjurkan untuk menunda latihan jasmani.
Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan
kesegaran jasmani. Intensitas latihan jasmani pada penyandang DM
yag relatif sehat bisa ditingkatkan, sedangkan pada penyandang DM
yang disertai dengan komplikasi intensitas latihan perlu dikurangi dan
disesuaikan dengan masing-masing individu. Kegiatan sehari-hari
seperti berjalan kaki kepasar, menggunakan tangga, berkebun tetap
dilakukan. Batasi atau jangan terlalu lama melakukan aktivitas yang
kurang aktivitas fisik seperti menonton televisi (PERKENI, 2015).
c. Monitor Kadar Gula Darah
Pemantauan DM merupakan pengendalian kadar gula darah
mencapai kondisi senormal mungkin. Dengan terkendalinya kadar
glukosa darah maka akan terhindar dari keadaan hiperglikemia dan

8
hipoglikemia serta mencegah terjadinya komplikasi. Hasil Diabetes
Control And Complication Trial (DCCT) menunjukkan bahwa
pengendalian diabetes yang baik dapat mengurangi komplikasi
diabetes antara 20-30%.
d. Terapi
Pengaturan diet dan kegiatan jasmani merupakan hal yang utama
dalam penatalaksanaan DM, namun bila diperlukan dapat dilakukan
bersamaan dengan pemberian obat antihiperglikemia oral tunggal atau
kombinasi. Pemberian obat antihiperglikemia oral maupun insulin
selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara
bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah (PERKENI,
2015).
7. Penatalaksanaan Perawatan Paliatif Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus
Penatalaksanaan perawatan paliatif berdasarkan teori Peaceful End of

a. Memonitor dan memberikan tindakan dalam mengatasi rasa nyeri baik


farmakologis dan non farmakologis.
b. Mencegah dan memonitor ketidaknyaman fisik, memfasilitasi pasien
istirahat, relaksasi dan kepuasaan serta mencegah komplikasi.
c. Melibatkan pasien dan orang lain yang terdekat mengambil keputusan
terkait dengan pasien, meningkatkan martabat pasien, memberikan
perhatian dan rasa empati, dan memberikan perhatian kebutuhan dasar
pasien dengan memperhatikan berbagai keinginan pasien dan respek
dan menghargai martabat pasien.
d. Memberikan dukungan emosi, memonitor dan memberikan
pengobatan anti kecemasan apabila pasien memerlukan, menjaga
kepercayaan pasien, memberikan dukungan pada pasien dan
mengajarkan orang lain untuk memberikan dukungan pada pasien, agar
pasien merasa damai.
e. Memberikan fasilitas orang lain untuk berpartisipasi dalam perawatan
pasien, sehingga pasien merasakan kedekatan dengan orang lain,
pengalaman berduka, kecemasan.

9
f. Pengalaman pasien untuk bebas dari rasa nyeri, kenyamanan, respek
dan dihargai martabat, perasaan damai dan kedekatan dengan orang
lain akan memberikan kontribusi terhadap kematian yang damai pada
pasien.

B. Perawatan Paliatif Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus


Perawatan paliatif adalah perawatan yang bisa didapatkan para pasien
yang menderita penyakit kronis dan terminal yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Peningkatan hidup dilakukan dengan cara
pendekatan dari sisi psikologis, sosial, mental serta spiritual pasien, sehingga
membuat pasien lebih tenang, bahagia, serta nyaman ketika menjalani
pengobatan. World Health Organization (WHO) menekankan lagi bahwa
pelayanan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :
1. Meningkatkan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus dan menganggap
kematian sebagai proses yang normal dalam artian penyakit dm ini bukan
merupakan proses kematian namun kematian merupakan hal yang normal
bagi semua orang yang memiliki penyakit Diabetes Melitus ataupun tidak.
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian dalam artian penyakit
Diabetes Melitus ini tidak bisa dikaitkan dengan kematian.
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu agar pasien
dengan Diabetes merasa tenang.
4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual agar pasien Diabetes
Melitus merasa tenang dalam proses penyembuhan.
5. Berusaha agar penderita Diabetes Melitus tetap aktif sampai akhir
hayatnya dengsn cara memberi support dari keluarga dan perawat
6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga pasien
dengan Diabetes Melitus agar keluarga selalu tenang dan tabah.
Kondisi terminal adalah meningkatkan kualitas hidup dan menghantarkan
pasien pada kondisi End of Life dengan tenang. Teori Ruland and Moore
yang mengembangkan Peaceful End of Life (EOL), dengan teory dan konsep
utamanya telah sesuai dengan tujuan dan prinsip perawatan paliatif yang
meliputi :

10
1. Menghilangkan rasa nyeri
Pasien terbebas dari pengalaman rasa nyeri merupakan bagian
sentral dalam teori EOL. Nyeri merupakan sensasi yang tidak
menyenangkan dan pengalaman emosional yang dikaitkan dengan
kondisi nyata atau potensial kerusakan jaringan tubuh (Lenz, et, all 1995
dalam Tomey & Alligood, 2006).
2. Kenyamanan
Kenyamanan didefinisikan sangat inklusif mengutip pendapat
Kolcaba (1991 dalam Ruland & Moore (1998) yaitu terbebas dari
ketidaknyamanan, kondisi yang menyenangkan dan kepuasan,
kedamaian dan membuat hidup mudah dan menyenangkan.
3. Menghargai martabat
Ruland dan Moore (1998 dalam Alligood 2006) menyatakan
masing-masing penderita penyakit terminal dihormati dan dihargai
sebagai manusia. Konsep ini mengacu kepada penghargaan, yang
diekpresikan dengan prinsip etik, autonomi atau respek pada manusia,
dimana individu diperlakukan sebagai agen autonomous dan manusia
secara otonomi berhak mendapat perlindungan.
4. Kedamaian
Kedamaian didefinisikan sebagai perasaan yang menenangkan,
harmoni, kepuasaan, bebas dari kecemasan, kegelisahan, keraguan dan
ketakutan (Ruland & Moore, 1998). Kondisi damai secara fisik,
fisiologis dan dimensi spiritual.

5. Hubungan dekat dengan orang lain


Kedekatan hubungan didefinisikan sebagai perasaan berhubungan
dengan orang lain yang memberikan perawatan (Ruland & Moore, 1998).
Kedekatan mengandung makna kedekatan fisik dan emosi yang
diekspresikan dengan kehangatan dan hubungan intim.

11
C. Perawatan Paliatif Pada Anak Dengan Diabetes Mellitus
Kondisi terminal lebih sering digunakan untuk menggambarkan pada
semua anak dengan kondisi hidupnya terbatas sehingga diberikan tindakan
seumur hidup saat kematian tidak dapat dihindari. Kondisi sakit terminal
hanya untuk menjelaskan pada anak yang sedang mengalami proses kematian
(sekarat) (Craig, 2007).
Ketika keadaan umum anak memburuk dan keluhan tampak sering
terjadi, maka perlu dipersiapkan kebutuhan perawatan khusus untuk anak
dengan kondisi terminal. Kebutuhan-kebutuhan khusus meliputi tindakan
untuk mengatasi keluhan fisik, psikososial, spiritual dan berkomunikasi yang
efektif dengan anak dan keluarga untuk menjelaskan tentang kondisi
penyakitnya (Korones, 2007).
Menurut Children’s Hospice and Palliative Care Coalition’s
Professional Advisory Comitte, (2007) perawatan paliatif pada anak
merupakan filosofi dan organisasi perawatan, sistem yang terstruktur dalam
memberikan perawatan pada anak dengan keluarganya. Tujuan perawatan
paliatif adalah melindungi dan memperbaiki atau mengatasi keluhan dan
memaksimalkan kualitas hidup anak pada semua tingkatan usia, dan dukungan
pada anggota keluarganya (Coyle & Fereel, 2010).
Asuhan paliatif anak mewakili suatu bidang yang khusus, meskipun
masih terkait erat, dengan asuhan paliatif untuk dewasa, dan didefinisikan oleh
WHO sebagai berikut:
1. Asuhan paliatif anak adalah perawatan secara aktif dan menyeluruh
terhadap fisik, pikiran dan jiwa anak, termasuk pemberian dukungan
kepada keluarga
2. Perawatan dimulai ketika penyakit terdiagnosa, dan terus berlanjut,
terlepas dari apakah anak tersebut menerima pengobatan untuk
penyakitnya
3. Penyedia layanan kesehatan harus mengevaluasi dan mengurangi tekanan
fisik, psikologis dan sosial pada anak.
4. Asuhan paliatif yang efektif membutuhkan pendekatan multidisiplin yang
luas yang melibatkan keluarga serta mempergunakan sumber-sumber

12
daya yang ada di komunitas, asuhan tetap dapat berhasil diterapkan
meskipun sumber daya yang ada terbatas.
5. Asuhan paliatif anak dapat disediakan di rumah sakit rujukan, di
puskesmas, atau bahkan di rumah pasien.
Terdapat 4 kelompok kondisi kesehatan anak, yang telah diidentifikasi
dapat menerima manfaat dari asuhan paliatif:
1. Kelompok 1
Kondisi mengancam jiwa dimana pengobatan kuratif mungkin
dilakukan tetapi dapat gagal (kanker, kegagalan organ hati, liver atau
ginjal, infeksi).
2. Kelompok 2
Kondisi dimana kematian dini mungkin terjadi tapi mungkin ada
suatu periode perawatan intensif yang panjang yang bertujuan
memperpanjang hidup (cystic fibrosis, HIV/AIDS, kelainan
kardiovaskular, prematuritas ekstrem).
3. Kelompok 3
Kondisi progresif tanpa adanya pilihan pengobatan kuratif,
dimana setelah terdiagnosa maka perawatan sepenuhnya bersifat paliatif
(Kelainan neuromuscular atau neurodegenerative, kelainan metabolik
yang progresif, abnormalitas kromosom dan adanya kanker stadium
lanjutyang bermetastase).
4. Kelompok 4
Kondisi yang tidak dapat diperbaiki tapi tidak progresif yang
menyebabkan kecacatan parah yang menimbulkan kerentanan ekstrim
terhadap komplikasi kesehatan (cerebral palsy berat, kelainan genetis,
malformasi kongenital, prematuritas, cedera otak atau tulang punggung).

13
D. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Untuk Perawatan Paliatif
1. Rumah Sakit
Perawatan di rumah sakit diperlukan jika pasien harus mendapat
perawatan yang memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau
peralatan khusus. Pemberian perawatan paliatif harus memperhatikan
kepentingan pasien dan melaksanakan tindakan yang diperlukan
meskipun prognosis pasien memburuk serta harus mempertimbangkan
manfaat dan resikonya sehingga perlu meminta dan melibatkan keluarga.
2. Palliative home care
Pelayanan perawatan paliatif yang dilakukan di rumah pasien
DM oleh tenaga paliatif dan atau keluarga atas bimbingan/ pengawasan
tenaga paliatif
3. Hospice
Tempat dimana pasien dengan penyakit DM stadium tetrminal yang
tidak dapat dirawat di rumah namun tidak melakukan tindakan yang harus
dilakukan di rumah sakit. Pelayanan yang diberikan tidak seperti di rumah
sakit, tetapi dapat memberikan pelayanan untuk mengendalikan gejala-
gejala yang ada, dengan keadaan seperti di rumah pasien sendiri
4. Hospice care
Perawatan pasien DM dengan fase terminal (stadium akhir)
dimana pengobatan terhadap penyakitnya tidak diperlukan lagi.
Perawatan ini bertujuan meringankan penderitaan dan rasa tidak nyaman
dari pasien, berlandaskan pada aspek bio-psiko-sosial-spiritual. (Hospice
Home Care, 2011)

E. Dampak Diabetes Mellitus Terhadap Aspek Biologis, Psikologis, Sosial


dan Spiritual Pasien
1. Aspek Biologis
Dalam paradigma keperawatan sudah jelas bahwa profesi
perawat memandang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosio-kultural dan
spiritual yang berespons secara holistik dan unik. Menurut Center for
Diseas Control and Prevention (CDC), penyakit DM pada umumnya bisa

14
dicegah dengan menghindarkan diri dari kebiasaan kebiasaan buruk
dalam keseharian. Penyakit-penyakit tersebut pada umumnya berasal
dari akumulasi gaya hidup dan konsumsi makanan tidak sehat yang
secara terus menerus dilakukan sampai akhirnya tubuh tidak mampu lagi
mengatasi dan menyebabkan fungsi fisik tubuh terganggu
2. Aspek Psikologis
Adaptasi psikologis salah satunya bertujuan untuk memberikan
rasa nyaman dan aman. Masalah psikologi yang terbanyak terjadi pada
manusia adalah rasa cemas atau kecemasan. Kecemasan pada penderita
diabetes melitus dikarenakan bahwa diabetes dianggap merupakan suatu
penyakit yang menakutkan, karena mempunyai dampak negatif yang
kompleks terhadap kelangsungan kecemasan individu. Kecemasan
terjadi karena seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun
psikologis (Issacs A, 2005) dikutip dari (Jauhari, 2016).
Pada saat seseorang mangalami stres ada yang menghadapinya
dengan berdiam diri, ada pula yang bersikap memberontak. Menurut
Kubler Ross, ada 5 fase kesedihan :
a. Denial (Penolakan dan menarik diri)
Seseorang yang yang baru saja mengalami kejadian
menyedihkan akan berpikir “ini tidak mungkin terjadi.” Reaksi
penolakan ini adalah sebuah reaksi yang normal dilakukan banyak
orang yang sedang dipenuhi dengan emosi.
Penolakan atau denial merupakan salah satu mekanisme
pertahanan yang biasa dilakukan orang untuk melindungi hal yang ia
percayai. Orang yang sedang berada dalam tahap ini belum bisa
mempercayai peristiwa yang ia alami sekaligus menarik diri dari
semua orang.
b. Anger (Marah)
Memudarnya efek penyangkalan dan isolasi akan diiringi
dengan rasa sakit yang belum bisa diterima seseorang. Seseorang
dengan rasa sakit rentan terpicu emosi untuk melampiaskan rasa
sakitnya lewat kemarahan. Rasa marah kadang diarahkan pada orang

15
yang berkaitan dengan peristiwa yang dialami seseorang.
c. Bergaining (Tawar menawar)
Setelah kemarahan mulai pudar, mulai timbul perasaan
bersalah diiringi dengan pikiran “kalau saja...” seperti “kalau saja
saya hidup lebih sehat....” atau “kalau saja saya sadar sebelumnya...”
dan sebagainya. Pada fase ini seseorang diam-diam akan membuat
kesepakatan dengan Tuhan sebagai upaya melindungi diri dari rasa
sakit.
d. Depression (Depresi)
Menurut Psyhcentral, ada dua jenis depresi yang dapat
timbul dari kesedihan. Depresi pertama adalah reaksi yang berkaitan
dengan kerugian. Depresi ini berisi kesedihan, kekhawatiran, dan
penyesalan. Fase ini dapat berakhir ketika seseorang mendapatkan
klarifikasi dan jaminan yang dapat meyakinkan bahwa hidup mereka
akan baik-baik saja. Sementara depresi kedua lebih tidak terlihat dan
memiliki arti tertentu. Depresi ini bisa jadi sebuah persiapan untuk
melepas dan menerima seluruh keadaan. Fase ini dapat berkurang
dengan afeksi berupa pelukan dan pujian.
e. Acceptance (Penerimaan)
Penerimaan tidak selalu menjadi tahap yang membahagiakan
atau membangkitkan semangat. Tahap ini tidak berarti seseorang
telah melewati kesedihan. Seseorang mungkin akan merasakan
perubahan besar dalam hidupnya. Perasaan kurang puas dalam fase
ini dapat diminimalisir apabila seseorang sudah bisa bahwa masalah
ini tidak akan terlalu berat jika dibandingkan hal buruk lainnya yang
untungnya tidak mereka alami atau berhasil mereka lewati
sebelumnya.
3. Aspek Sosial
Aspek sosial pada penderita diabetes melitus sangat penting
diperhatikan karena pada kenyataannya diabetes melitus merupakan
penyakit kronis yang mempunyai muatan psikologis, sosial dan perilaku
yang besar. Salah satu aspek sosial tersebut adalah dukungan sosial

16
(Hasanat, 2010; Jauhari, 2014). Dukungan sosial merupakan bentuk
interaksi antar individu yang memberikan kenyamanan fisik dan
psikologis melalui terpenuhinya kebutuhan akan keamanan. Dukungan
sosial dapat berpengaruh terhadap kecemasan pada penderita diabetes
mellitus dengan meregulasi proses psikologis dan memfasilitasi
perubahan biologi.
Kunjungan keluarga di rumah sakit (besuk) merupakan salah satu
bentuk dukungan sosial bagi pasien. Dukungan sosial memiliki peranan
penting untuk mencegah dari ancaman kesehatan mental. Dukungan
sosial bagi penderita diabetes melitus terutama yang menjalani
perawatan dirumah sakit memiliki Peranan penting karena banyaknya
tindakan pengobatan yang dapat menimbulkan stres terus menerus
sehingga dapat memperburuk kondisi psikologis penderita.
Bentuk dari dukungan sosial yang dibutuhkan oleh penderita
diabetes melitus dapat berupa dukungan informasi (berupa saran,
nasehat, pengarahan atau petunjuk), dukungan emosional (berupa afeksi,
kepercayaan, kehangatan, kepedulian dan empati) dan dukungan
penilaian (berupa penghargaan positif) (Jauhari, 2016).
4. Aspek Spiritual
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan
atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta
kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai,
menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan (Yani, 2000).
Menurut Dorsey (1996), do’a termasuk kepasrahan atau penyerahan diri
terhadap Tuhan, merupakan faktor yang penting dalam perjalanan
penyakit DM.
Aplikasi terapi religius lebih ditekankan pada aspek spiritual care,
dengan memberikan rambu-rambu bimbingan spiritual pada pasien DM
pada fase terminal untuk meningkatkan keyakinan tentang makna sakit
yang sedang diderita.

17
F. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Dengan Diabetes
Mellitus
1. Pengkajian
a. Identitas Penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status pernikahan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki atau tungkai bawah, rasa raba
yang menurun atau adanya luka yang tidak sembuh-sembuh (Brunner
& Suddart, 2015).
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya rasa kesemutan, kapan
menurunnya perabaan dan terjadinya luka, penyebab terjadinya
luka, serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat penyakit DM, adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, atheroskelosis, dan gejala-gejala awal diabetes
seperti poliuria, polidipsi, polifagia, kulit kering dan penurunan
berat badan (Brunner & Suddart, 2015).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu
anggota keluarga yang juga menderita DM atau penyakit
keturunan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya DM seperti
hipertensi.
4) Riwatat Psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan
emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya
serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita. Gejala
fisik yang sering dikaitkan dengan depresi seperti perubahan

18
berat badan atau menurunnya nafsu makan, insomnia, hilangnya
energy dan kelelahan. Gejala depresi pada pasien perawatan
paliatif meliputi:
a) Perasaan putus asa yang berlebihan, rasa bersalah,
tidak berharga.
b) Penarikan sosial, kehilangan kenikmatan dalam
aktivitas sehari-hari.
c) Sebuah harapan untuk kematian dini (atau pikiran
untuk bunuh diri).
d) Respon positif terhadap pertanyaan "Apakah Anda merasa
tertekan ?

Perlu dikaji tentang keyakinan dan persepsi klien terhadap


penyakit dan kesembuhannya dihubungkan dengan agama yang
klien anut. Bagaimana aktifitas spiritual klien selama klien
menjalani perawatan di rumah sakit dan siapa yang menjadi
pendorong atau pemberi motivasi untuk kesembuhannya.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Status Kesehatan Umum
Meliputi keadaan pasien, kesadaran, tinggi badan, berat badan
dan tanda-tanda vital.
2) Kepala dan Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adanya gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, adanya penglihatan kabur
atau ganda, diplopia dan lensa mata keruh.
3) Sistem Integumen
Adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembapan dan
suhu kulit di daerah sekitar luka, kemerahan pada kulit sekitar
luka, tekstur rambut dan kuku.
4) Sistem Pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum dan nyeri dada.

19
5) Sistem Kardiovaskuler
Perfusi jaringan perifer menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang, takikardi atau bradikardi, hipertensi atau hipotensi,
aritmia.
6) Sistem Gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrasi dan perubahan berat badan.
7) Sistem Urinary
Poliuri, retensi urin atau inkontinensia urin.
8) Sistem Muskoloskeletal
Adanya deformitas, cepat lelah, lemah serta adanya ganggren di
ekstremitas.
9) Sistem Neurologis
Terjadinya penurunan sensoris, parathesia, anasthesia, letargi,
mengantuk, refleks lambat dan disorientasi

2. Diagnosa Keperawatan
a. (D.0019) Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
megabsorpsi nutrient, factor psikologis
b. (D.0027) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
resistensi insulin
c. (D.0129) Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan
neuropati perifer.
d. (D.0054) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan
metabolism, nyeri.
e. (D.0057) Keletihan berhubungan dengan keadaan fisiologis (mis.
penyakit kronis, penyakit terminal dan malnutrisi), program perawatan
atau pengobatan jangka panjang dan stress berlebihan.
f. (D.0074) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
dan efek samping terapi.
g. (D.0078) Nyeri Kronis berhubungan dengan gangguan fungsi
metabolik

20
h. (D.0080) Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian,
ancaman terhadap konsep diri.
i. (D.0083) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
struktur tubuh
j. (D.0082) Distress Spiritual berhubungan dengan kondisi penyakit
kronis, menjelang ajal, peningkatan ketergantungan kepada orang lain,
kejadian hidup yang diharapkan.
k. (D.0087) Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan
peran sosial
l. (D.0088) Keputusasaan berhubungan dengan stress jangka panjang,
kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual.
m. (D.0114) Ketidakpatuhan berhubungan dengan program terapi
kompleks dan lama, ketidakadekuatan pemahaman (kurang motivasi)
n. (D.0090) Kesiapan peningkatan koping keluarga dibuktikan dengan
pasien mengekspresikan keinginan untuk meningkatakan konsep diri,
mengekspresikan kepuasan dengan diri,harga diri, penampilan peran,
citra tubuh dan identitas pribadi.

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
(D.0019) Defisit Setelah dilakukan Intervensi Utama
Nutrisi intervensi keperawatan 1. Manajemen nutrisi
berhubungan selama…..x 24 jam maka 2. Promosi berat badan
dengan Status nutrisi membaik Intervensi Pendukung
ketidakmampuan dengan kriteria hasil : 1. Edukasi diet

megabsorpsi Serum albumin 2. Konseling nutrisi
nutrient, factor meningkat 3. Manajemen reaksi alergi

psikologis Pengetahuan tentang 4. Pemantauan cairan
pilihan makanan yang 5. Pemantauan nutrisi
sehat meningkat 6. Manajemen gangguan

Pengetahuan tentang makan
standar asupan nutrisi 7. Pemberian makan
yang tepat meningkat 8. Pemberian makan

Berat badan indeks parenteral
massa tubuh (IMT) 9. Pemberian obat intravena
membaik
(D.0027) Setelah dilakukan Intervensi Utama
Ketidakstabilan intervensi keperawatan 1. Manajemen hiperglikemia
21
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
kadar glukosa selama…..x 24 jam maka 2. Manajemen hipoglikemia
darah ketidakstabilan kadar Intervensi Pendukung
berhubungan glukosa darah membaik 1. Dukungan kepatuhan
dengan resistensi dengan kriteria hasil : program pengobatan

insulin Kadar glukosa dalam 2. Edukasi diet
darah membaik 3. Edukasi proses penyakit

Kadar glukosa dalam 4. Identifikasi resiko
urin membaik 5. Pelibatan keluarga

Keluhan lapar 6. Promosi dukungan
menurun keluarga

Lelah/lesu menurun 7. Promosi kesadaran diri
(D.0129) Setelah dilakukan Intervensi Utama
Gangguan intervensi keperawatan 1. Perawatan integritas kulit
integritas selama…..x 24 jam maka 2. Perawatan luka
kulit/jaringan Integritas kulit dan Intervensi Pendukung
berhubungan jaringan meningkat 1. Dukungan perawatan diri
dengan neuropati dengan kriteria hasil : 2. Edukasi perawatan diri

perifer. Kerusakan jaringan 3. Edukasi perawatan kulit
menurun 4. Pelaporan status kesehatan

Kerusakan lapisan 5. Pemberian obat
kulit menurun

Nyeri menurun
(D.0054) Setelah dilakukan Intervensi Utama
Gangguan intervensi keperawatan 1. Dukungan ambulasi
mobilitas fisik selama…..x 24 jam maka 2. Dukungan mobilisasi
berhubungan
dengan Mobilitas fisik Intervensi Pendukung
perubahan meningkat dengan 1. Dukungan perawatan diri
metabolisme, kriteria hasil : 2. Edukasi teknik ambulasi

nyeri Pergerakan 3. Manajemen nyeri
ekstremitas meningkat 4. Manajemen program

Kekuatan otot latihan
meningkat

Rentang gerak (ROM)
meningkat
(D.0057) Setelah dilakukan Intervensi Utama
Keletihan intervensi keperawatan Edukasi aktivitas/istirahat
berhubungan selama…..x 24 jam maka Intervensi Pendukung
dengan keadaan Tingkat keletihan 1. Manajemen medikasi
fisiologis (mis. membaik dengan kriteria 2. Manajemen lingkungan
penyakit kronis, hasil : 3. Penentuan tujuan bersama

penyakit Verbalisasi kepulihan 4. Promosi dukungan social
terminal dan energy meningkat 5. Terapi relaksasi

malnutrisi), Kemampuan
program melakukan aktivitas
perawatan atau rutin meningkat
22
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil

pengobatan Verbalisasi lelah
jangka panjang menurun

dan stress Lesu menurun
berlebihan.
(D.0074) Setelah dilakukan Intervensi Utama
Gangguan rasa intervensi keperawatan 1. Manajemen nyeri
nyaman selama…..x 24 jam maka 2. Pengaturan posisi
berhubungan Status kenyamanan 3. Terapi relaksasi
dengan gejala meningkat dengan Intervensi Pendukung
penyakit dan kriteria hasil : 1. Edukasi aktivitas/istirahat

efek samping Keluhan tidak nyaman 2. Edukasi efek samping obat
terapi menurun 3. Edukasi penyakit

Gelisah menuurun 4. Manajemen kenyamanan
lingkungan
5. Manajemen nyeri
6. Pemberian obat
7. Perawatan kenyamanan
(D.0078) Nyeri Setelah dilakukan Intervensi Utama
Kronis intervensi keperawatan 1. Manajemen nyeri
berhubungan selama…..x 24 jam maka 2. Terapi relaksasi
dengan tingkat nyeri menurun Intervensi Pendukung
gangguan fungsi dengan kriteria hasil : 1. Edukasi manajemen nyeri

metabolik Keluhan nyeri 2. Latihan pernafasan
menurun 3. Manajemen kenyamanan

Meringis menurun lingkungan

Sikap protektif 4. Pemantauan nyeri
menurun 5. Pemberian obat

Gelisah menurun 6. Pengaturan posisi

Kesulitan tidur 7. Teknik distraksi
menurun 8. Teknik imajinasi

Frekuensi nadi terbimbing
membaik 9. Terapi murrotal
10. Terapi music
11. Yoga
(D.0080) Setelah dilakukan Intervensi Utama
Ansietas intervensi keperawatan 1. Reduksi ansietas
berhubungan selama…..x 24 jam maka 2. Terapi relaksasi
dengan ancaman tingkat ansietas Intervensi Pendukung
terhadap menurun dengan kriteria 1. Dukungan emosi
kematian, hasil 2. Dukungan kelompok

ancaman Verbalisasi khawatir 3. Teknik distraksi
terhadap konsep akibat kondisi yang 4. Teknik imajinasi
diri. dihadapi menurun terbimbing

Perilaku gelisah 5. Terapi musik
menurun

23
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
(D.0083) Setelah dilakukan Intervensi Utama
Gangguan citra intervensi keperawatan Promosi citra tubuh
tubuh selama…..x 24 jam maka Intervensi Pendukung
berhubungan Citra tubuh meningkat 1. Edukasi teknik adaptasi
dengan dengan kriteria hasil : 2. Promosi harapan

perubahan Verbalisasi perasaan 3. Promosi kepercayaan diri
struktur tubuh negative tentang 4. Teknik distraksi
perubahan tubuh 5. Teknik imajinasi
menurun terbimbing

Verbalisasi
kekhawatiran pada
penolakan atau reaksi
orang lain menurun
(D.0082) Setelah dilakukan Intervensi Utama
Distress spiritual intervensi keperawatan 1. Dukungan spiritual
berhubungan selama…..x 24 jam maka Intervensi Pendukung
dengan kondisi status spiritual membaik 1. Dukungan emosional
penyakit kronis, dengan kriteria hasil : 2. Dukungan keyakinan

menjelang ajal, Verbalisasi makna dan 3. Dukungan pelaksanaan
peningkatan tujuan hidup Ibadah
ketergantungan meningkat 4. Promosi dukungan spiritual

kepada orang Verbalisasi kepuasan 5. Promosi sistem pendukung
lain, kejadian terhadap makna hidup
hidup yang meningkat

diharapkan. Verbalisasi perasaan
tenang meningkat

Perilaku marah pada
Tuhan menurun

Kemampuan ibadah
membaik
(D.0087) Harga Setelah dilakukan Intervensi Utama
diri rendah intervensi keperawatan 1. Manajemen perilaku
situasional selama…..x 24 jam maka 2. Promosi harga diri
berhubungan harga diri meningkat Intervensi Pendukung
dengan dengan kriteria hasil : 1. Dukungan emosional

perubahan peran Penilaian diri positif 2. Dukungan pengambilan
sosial meningkat keputusan

Perasaan memiliki 3. Promosi kepercayaan diri
kelebihan atau
kemampuan positif
meningkat

Perasaan bersalah
menurun

Perasaan tidak mampu
melakukan apapun
menurun
24
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
(D.0088) Setelah dilakukan Intervensi Utama
Keputusasaan intervensi keperawatan Dukungan emosional
berhubungan selama…..x 24 jam maka Intervensi Pendukung
dengan stress harapan membaik 1. Fasilitasi pengungkapan
jangka panjang, dengan kriteria hasil : perasaan

kehilangan Verbalisasi 2. Fasilitasi perasaan bersalah
kepercayaan keputusasaan menurun 3. Pelibatan keluarga

pada kekuatan Keterlibatan dalam 4. Promosi dukungan
spiritual. aktivitas perawatan keluarga
meningkat 5. Promosi dukungan sosial
6. Promosi dukungan
spiritual.
(D.0114) Setelah dilakukan Intervensi Utama
Ketidakpatuhan intervensi keperawatan Dukungan kepatuhan program
berhubungan selama…..x 24 jam maka pengobatan
dengan program Tingkat kepatuhan Intervensi Pendukung
terapi kompleks meningkat dengan 1. Edukasi penyakit
dan lama, kriteria hasil : 2. Pelibatan keluarga
ketidakadekuatan ✓ Verbalisasi kemauan 3. Penentuan tujuan bersama
pemahaman mematuhi program
(kurang perawatan atau
motivasi) pengobatan meningkat

Verbalisasi mengikuti
anjuran meningkat

Perilaku mengikuti
program
perawatan/pengobatan
membaik

Perilaku menjalankan
anjuran membaik
(D.0090) Setelah dilakukan Intervensi Utama
Kesiapan intervensi keperawatan 1. Dukungan Koping keluarga
Peningkatan selama…..x 24 jam maka 2. Pelibatan keluarga
Koping Keluarga status koping keluarga Intervensi Pendukung
dibuktikan membaik 1. Dukungan keluraga
dengan pasien dengan kriteria hasil : merencanakan perawatan

mengekspresikan Kemampuan 2. Edukasi manajemen stress
keinginan untuk memenuhi kebutuhan 3. Koordinasi Diskusi
meningkatakan anggota keluarga keluarga
konsep diri, menurun 4. Promosi kesiapan

mengekspresikan Perilaku sehat penerimaaan informasi
kepuasandengan membaik
diri,harga diri,
penampilan
peran
PPNI, (2016)
25
G. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak Dengan Diabetes
Mellitus
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama, jenis kelamin, umur, agama, suku, No RM, tanggal
masuk, tanggal pengkajian, diagnose medis, alamat, penanggung
jawab.
b. Keluhan Utama
Polifagi, Poliuria, Polidipsi, penurunan berat badan, frekuensi
minum dan berkemih serta adanya peningkatan nafsu makan,
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana
penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara
minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan
klien untuk menanggulangi penyakitnya.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Diduga diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin
lingkungan seperti oleh virus penyakit gondok (mumps) dan virus
coxsackie B4, oleh agen kimia yang bersifat toksik.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Terutama yang berkaitan dengan anggota keluarga lain yang
menderita diabetes melitus. Tingkat pengetahuan keluarga tentang
penyakit diabetes mellitus, pengalaman keluarga dalam menangani
penyakit diabetes mellitus, kesiapan/kemauan keluarga untuk
belajar merawat anaknya dan koping keluarga dan tingkat
kecemasan.
4) Riwayat tumbuh
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan
pertumbuhan akibat dari kondisi penyakit. Malaise dan kelemahan
yang dialami oleh anak dapat mempengaruhi status
perkembangannya.

26
5) Riwayat psikososial
a) Mekanisme koping anak/ keluarga
b) Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
c) Perasaan anak terhadap penyakitnya
d) Bagaimana perilaku anak terhadap tindakan yang dilakukan
terhadap dirinya
e) Kebiasaan anak
f) Respon keluarga terhadap penyakit anak,
g) Koping keluarga/anak dan penyesuaian keluarga/anak terhadap
stress
6) Riwayat Aktifitas Bermain
Kaji juga pola aktifitas bermain dan pergerakkan pada bayi
dan anak-anak , karena pada penderita diabetes mellitus mudah lelah
sehingga pergerakkan bermain anak pun akan terganggu.
d. Pemeriksaan Fisik
Meliputi pemeriksaan:
1) Tanda – tanda vital
2) Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi, kesemutan pada ekstremitas dan
tachycardia, nadi yang menurun atau perubahan tekanan darah
3) Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum (tergantung adanya infeksi atau tidak)
4) Neurosensori
Pusing, gangguan penglihatan, disorientasi : mengantuk, letargi,
stupor/ koma (tahap lanjut), sakit kepala, kesemutan, kelemahan
pada otot, parestesia, gangguan penglihatan.
5) Nyeri dan Kenyamanan
Wajah meringis dan sikap protektif
6) Eliminasi
Perubahan pola berkemih (poliuria, nokturia, anuria)
7) Integritas Ego
Stress dan ansietas

27
8) Aktivitas / istrahat
Lemah, letih, susah, bergerak atau susah berjalan
9) Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat
badan dan sering merasa haus.
10) Kaji strategi koping anak dan keluarga
Pada anak tidak selalu bisa mempertahankan dirinya, keluarga
sulit menerima kenyataan, anak dan orang tua merasa sedih

2. Diagnosa Keperawatan
a. (D.0019) Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
megabsorpsi nutrient, factor psikologis
b. (D.0027) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
resistensi insulin
c. (D.0057) Keletihan berhubungan dengan keadaan fisiologis (mis.
penyakit kronis, penyakit terminal dan malnutrisi), program perawatan
atau pengobatan jangka panjang dan stress berlebihan.
d. (D.0074) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
dan efek samping terapi.
e. (D.0078) Nyeri Kronis berhubungan dengan gangguan fungsi
metabolic
f. (D.0080) Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian,
ancaman terhadap konsep diri.
g. (D.0082) Distress Spiritual berhubungan dengan kondisi penyakit
kronis, menjelang ajal, peningkatan ketergantungan kepada orang lain,
kejadian hidup yang diharapkan.
h. (D.0087) Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan
peran social
i. (D.0107) Risiko gangguan perkembangan dibuktikan dengan penyakit
kronis
j. (D.0108) Risiko gangguan pertumbuhan dibuktikan dengan penyakit
kronis

28
k. (D.0088) Keputusasaan berhubungan dengan stress jangka panjang,
kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual.
l. (D.0114) Ketidakpatuhan berhubungan dengan program terapi
kompleks dan lama, ketidakadekuatan pemahaman (kurang motivasi)
m. (D.0090) Kesiapan peningkatan koping keluarga dibuktikan dengan
pasien mengekspresikan keinginan untuk meningkatakan konsep diri,
mengekspresikan kepuasan dengan diri,harga diri, penampilan peran,
citra tubuh dan identitas pribadi.

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
(D.0019) Defisit Setelah dilakukan Intervensi Utama
Nutrisi intervensi keperawatan 1. Manajemen nutrisi
berhubungan selama…..x 24 jam maka 2. Promosi berat badan
dengan Status nutrisi membaik Intervensi Pendukung
ketidakmampuan dengan kriteria hasil : 1. Edukasi diet

megabsorpsi Serum albumin 2. Konseling nutrisi
nutrient, factor meningkat 3. Manajemen reaksi alergi

psikologis Pengetahuan tentang 4. Pemantauan cairan
pilihan makanan yang 5. Pemantauan nutrisi
sehat meningkat 6. Manajemen gangguan makan

Pengetahuan tentang 7. Pemberian makan
standar asupan nutrisi 8. Pemberian makan parenteral
yang tepat meningkat 9. Pemberian obat intravena

Berat badan indeks
massa tubuh (IMT)
membaik
(D.0027) Setelah dilakukan Intervensi Utama
Ketidakstabilan intervensi keperawatan 1. Manajemen hiperglikemia
kadar glukosa selama…..x 24 jam maka 2. Manajemen hipoglikemia
darah ketidakstabilan kadar Intervensi Pendukung
berhubungan glukosa darah membaik 1. Dukungan kepatuhan program
dengan resistensi dengan kriteria hasil : pengobatan

insulin Kadar glukosa dalam 2. Edukasi diet
darah membaik 3. Edukasi proses penyakit

Kadar glukosa dalam 4. Identifikasi resiko
urin membaik 5. Pelibatan keluarga

Keluhan lapar 6. Promosi dukungan keluarga
menurun 7. Promosi kesadaran diri

Lelah/lesu menurun

29
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
(D.0057) Setelah dilakukan Intervensi Utama
Keletihan intervensi keperawatan Edukasi aktivitas/istirahat
berhubungan selama…..x 24 jam maka Intervensi Pendukung
dengan keadaan Tingkat keletihan 1. Manajemen medikasi
fisiologis (mis. membaik dengan kriteria 2. Manajemen lingkungan
penyakit kronis, hasil : 3. Penentuan tujuan bersama

penyakit Verbalisasi kepulihan 4. Promosi dukungan social
terminal dan energy meningkat 5. Terapi relaksasi

malnutrisi), Kemampuan
program melakukan aktivitas
perawatan atau rutin meningkat

pengobatan Verbalisasi lelah
jangka panjang menurun

dan stress Lesu menurun
berlebihan.
(D.0074) Setelah dilakukan Intervensi Utama
Gangguan rasa intervensi keperawatan 1. Manajemen nyeri
nyaman selama…..x 24 jam maka 2. Pengaturan posisi
berhubungan Status kenyamanan 3. Terapi relaksasi
dengan gejala meningkat dengan Intervensi Pendukung
penyakit dan kriteria hasil : 1. Edukasi aktivitas/istirahat

efek samping Keluhan tidak nyaman 2. Edukasi efek samping obat
terapi menurun 3. Edukasi penyakit

Gelisah menuurun 4. Manajemen kenyamanan
lingkungan
5. Manajemen nyeri
6. Pemberian obat
7. Perawatan kenyamanan
(D.0078) Nyeri Setelah dilakukan Intervensi Utama
Kronis intervensi keperawatan 1. Manajemen nyeri
berhubungan selama…..x 24 jam maka 2. Terapi relaksasi
dengan tingkat nyeri menurun Intervensi Pendukung
gangguan fungsi dengan kriteria hasil : 1. Edukasi manajemen nyeri

metabolik Keluhan nyeri 2. Latihan pernafasan
menurun 3. Manajemen kenyamanan

Meringis menurun lingkungan

Sikap protektif 4. Pemantauan nyeri
menurun 5. Pemberian obat

Gelisah menurun 6. Pengaturan posisi

Kesulitan tidur 7. Teknik distraksi
menurun 8. Teknik imajinasi terbimbing

Frekuensi nadi 9. Terapi murrotal
membaik 10. Terapi music
(D.0080) Setelah dilakukan Intervensi Utama
Ansietas intervensi keperawatan 1. Reduksi ansietas
berhubungan selama…..x 24 jam maka 2. Terapi relaksasi
30
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
dengan ancaman tingkat ansietas Intervensi Pendukung
terhadap menurun dengan kriteria 1. Dukungan emosi
kematian, hasil 2. Dukungan kelompok

ancaman Verbalisasi khawatir 3. Teknik distraksi
terhadap konsep akibat kondisi yang 4. Teknik imajinasi terbimbing
diri. dihadapi menurun 5. Terapi musik

Perilaku gelisah
menurun
(D.0082) Setelah dilakukan Intervensi Utama
Distress spiritual intervensi keperawatan 1. Dukungan spiritual
berhubungan selama…..x 24 jam maka Intervensi Pendukung
dengan kondisi status spiritual membaik 1. Dukungan emosional
penyakit kronis, dengan kriteria hasil : 2. Dukungan keyakinan

menjelang ajal, Verbalisasi makna dan 3. Dukungan pelaksanaan Ibadah
peningkatan tujuan hidup 4. Promosi dukungan spiritual
ketergantungan meningkat 5. Promosi sistem pendukung

kepada orang Verbalisasi kepuasan
lain, kejadian terhadap makna hidup
hidup yang meningkat

diharapkan. Verbalisasi perasaan
tenang meningkat

Perilaku marah pada
Tuhan menurun

Kemampuan ibadah
membaik
(D.0087) Harga Setelah dilakukan Intervensi Utama
diri rendah intervensi keperawatan 1. Manajemen perilaku
situasional selama…..x 24 jam maka 2. Promosi harga diri
berhubungan harga diri meningkat Intervensi Pendukung
dengan dengan kriteria hasil : 1. Dukungan emosional

perubahan peran Penilaian diri positif 2. Dukungan pengambilan
sosial meningkat keputusan

Perasaan memiliki 3. Promosi kepercayaan diri
kelebihan atau
kemampuan positif
meningkat

Perasaan bersalah
menurun

Perasaan tidak mampu
melakukan apapun
menurun
(D.0107) Risiko Setelah dilakukan Intervensi Utama
gangguan intervensi keperawatan 1. Promosi perkembangan anak
perkembangan selama…..x 24 jam maka Intervensi Pendukung
dibuktikan status perkembangan 1. Dukungan kelompok
dengan penyakit membaik 2. Dukungan pengambilan
31
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
kronis dengan kriteria hasil : keputusan

Keterampilan atau 3. Edukasi keamanan bayi
perilaku sesuai usia 4. Edukasi kemanana anak
meningkat 5. Edukasi nutrisi

Kemampuan 6. Perawatan perkembangan
melakukan perawatan
diri meningkat
(D.0108) Risiko Setelah dilakukan Intervensi Utama
gangguan intervensi keperawatan 1. Skrining kesehatan
pertumbuhan selama…..x 24 jam maka 2. Manajemen nutrisi
dibuktikan status pertumbuhan Intervensi Pendukung
dengan penyakit membaik 1. Dukungan sibling
kronis dengan kriteria hasil : 2. Edukasi berat badan efektif

Berat badan sesuai 3. Edukasi diet
usia meningkat 4. Edukasi kesehatan

Panjang atau tinggi 5. Edukasi nutrisi
badan sesuai usia 6. Pemberian makanan
meningkat 7. Pemantauan nutrisi

Asupan nutrisi 8. Promosi berat badan
meningkat
(D.0088) Setelah dilakukan Intervensi Utama
Keputusasaan intervensi keperawatan Dukungan emosional
berhubungan selama…..x 24 jam maka Intervensi Pendukung
dengan stress harapan membaik 1. Fasilitasi pengungkapan
jangka panjang, dengan kriteria hasil : perasaan

kehilangan Verbalisasi 2. Fasilitasi perasaan bersalah
kepercayaan keputusasaan menurun 3. Pelibatan keluarga

pada kekuatan Keterlibatan dalam 4. Promosi dukungan keluarga
spiritual. aktivitas perawatan 5. Promosi dukungan sosial
meningkat 6. Promosi dukungan spiritual.
(D.0114) Setelah dilakukan Intervensi Utama
Ketidakpatuhan intervensi keperawatan Dukungan kepatuhan program
berhubungan selama…..x 24 jam maka pengobatan
dengan program Tingkat kepatuhan Intervensi Pendukung
terapi kompleks meningkat dengan 1. Edukasi penyakit
dan lama, kriteria hasil : 2. Pelibatan keluarga
ketidakadekuatan ✓ Verbalisasi kemauan 3. Penentuan tujuan bersama
pemahaman mematuhi program
(kurang perawatan atau
motivasi) pengobatan meningkat

Verbalisasi mengikuti
anjuran meningkat

Perilaku mengikuti
program
perawatan/pengobatan
membaik
32
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil

Perilaku menjalankan
anjuran membaik
(D.0090) Setelah dilakukan Intervensi Utama
Kesiapan intervensi keperawatan 1. Dukungan Koping keluarga
Peningkatan selama…..x 24 jam maka 2. Pelibatan keluarga
Koping Keluarga status koping keluarga Intervensi Pendukung
dibuktikan membaik 1. Dukungan keluraga
dengan pasien dengan kriteria hasil : merencanakan perawatan

mengekspresikan Kemampuan 2. Edukasi manajemen stress
keinginan untuk memenuhi kebutuhan 3. Koordinasi Diskusi keluarga
meningkatakan anggota keluarga 4. Promosi kesiapan penerimaaan
konsep diri, menurun informasi

mengekspresikan Perilaku sehat
kepuasandengan membaik
diri,harga diri,
penampilan
peran, citra
tubuh dan
identitas pribadi.

(PPNI, 2016)

33
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh jumlah
hormon insulin yang tidak mencukupi atau tidak dapat bekerja secara normal,
padahal hormon ini memiliki peran utama dalam mengatur kadar glukosa dalam
darah. Perawatan paliatif adalah perawatan yang bisa didapatkan para pasien
yang menderita penyakit kronis dan terminal yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Peningkatan hidup dilakukan dengan cara
pendekatan dari sisi psikologis, sosial, mental serta spiritual pasien, sehingga
membuat pasien lebih tenang, bahagia, serta nyaman ketika menjalani
pengobatan.
World Health Organization (WHO) menekankan lagi bahwa pelayanan
paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini : Meningkatkan kualitas hidup
pasien Diabetes Melitus dan menganggap kematian sebagai proses yang normal,
tidak mempercepat atau menunda kematian dalam artian penyakit Diabetes
Melitus ini tidak bisa dikaitkan dengan kematian, menghilangkan nyeri dan
keluhan lain yang menganggu agar pasien dengan Diabetes merasa tenang,
menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual agar pasien Diabetes Melitus
merasa tenang dalam proses penyembuhan, berusaha agar penderita Diabetes
Melitus tetap aktif sampai akhir hayatnya dengan cara memberi support dari
keluarga dan perawat dan berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada
keluarga pasien dengan Diabetes Melitus agar keluarga selalu tenang dan tabah.

B. Saran
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam
melakuakan perawatan paliatif pada pasien dengan gagal jantung kongestif anak
dan dewasa serta selalu memberi dukungan psikologis bagi para penderita gagal
jantung kengestif.

34
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddart. (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

DinasKesehatan Kalimantan Timur. (2017). Jumlah Penderita Diabetes Melitus.


https://www.kesehatan.kaltimprov.go.id/ diakses tanggal 22 Februari 2020

Ningsih,Sri. (2011). Pengalaman Perawat dalam Memberikan Perawatan Paliatif Pada


Anak di Wilayah Jakarta. Published Tesis for magister degree in nursing

PERKENI. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2


Di Indonesia. Jakarta : PB Perkeni.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Sari, Indah. (2016). Kepuasan Pasien Diabetes Melitus Terhadap Perawatan Paliatif.
Jurnal Keperawatan Indonesia Volume 19 Nomor 2, (100-106).

Anda mungkin juga menyukai