Anda di halaman 1dari 68

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN SUSP.

DIABETES
MELITUS DI PUSKESMAS DEPOK III YOGYAKARTA

Disusun oleh
KELOMPOK 1 :

1. Sahrul Hi Abdurachman Balise (P0712052001)


2. Dirzah Auliasari (07120520002)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Keperawatan Diabetes Yang Berjudul “asuhan keperawatan pada


Tn. S dengan Susp. Diabetes Melitus Di Puskesmas Depok III Yogyakarta,
Tanggal 02-Mei 2021” Disususn Untuk Memenuhi Tugas Praktik Stase
Keperawatan Diabetes.

Nama : Kelompok 1

Hari/tanggal : Rabu 02/06/2021

Tempat : Puskesmas Depok III Yogyakarta

MENGETAHUI

PERSEPTOR AKADEMIK PERSEPTOR KLINIK

.
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa
atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan pembuatan
“Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Susp. Diabetes Melitus Di
Poli Klinik Diabetes RSUP Dr. Sardjito”. Dengan laporan ini
diharapkan pembaca dapat memehami asuhan keperawatan pada Tn. S
ucapan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk belajar lebih giat lagi. Tidak lupa penulis sampaikan
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan berupa
konsep, pemikiran dalam penyusunan laporan ini.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan


segalah kerendahan hati, saran dan kritik sangat kami harapkan dari
pembaca guna meningkatkan pembuatan laporan pada tugas lain di waktu
mendatang.

Penulis

Sahrul Hi Abdurachman Balise


Daftar isi

Kata Pengantar ........................................................................................................................................


Daftar isi..................................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang…………………………………………………………....1
B. Rumusan
masalah………………………………………………………...4
C. Tujuann
…………………………………………………………………..5

BAB II TINJAUN PUSTAKA

A. Pengertian DM tipe 2…………………………………..…………………


6

BAB III STUDI KASUS

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus Tipe-2 (DMT-2) merupakan penyakit dengan angka

kesakitan, kematian, dan kecacatan yang tinggi di seluruh dunia. Jumlah

penderita DMT-2 pada tahun 2000 adalah 171 juta orang dan diperkirakan

mengalami peningkatan sampai 366 juta orang pada tahun 2030. Prevalensi

DM merupakan kumpulan penyakit metabolik yang di tandai dengan

hiperglikemi akibat kerusakan sekresi insulin, kinerja insulin, atau keduanya.

Diabetes Melitus Tipe 2 adalah kondisi saat gula darah dalam tubuh tidak

terkontrol akibat gangguan sensitivitas sel β pankreas untuk menghasilkan

hormone insulin, DM Tipe 2 merupakan penyakit menahun yang ditandai oleh

kadar gula darah yang tinggi dan gangguan metabolisme pada umumnya, yang

pada perjalanannya bila tidak dikendalikan dengan baik akan menimbulkan

berbagai komplikasi baik yang akut maupun kronik (Lemone, 2016).

Penderita DM dapat disebabkan oleh interaksi antara faktor genetik

dengan lingkungan. Diabetes Melitus juga berhubungan erat dengan riwayat

penyakit keluarga, peningkatan Indeks Masa tubuh, meningkatnya kadar

anzim hepar, status perokok, dan penurunan sekresi insulin serta kerja insulin.

Gangguan sekresi insulin dapat mengakibatkan hiperglikemia yang


berdampak pada resiko gangguan mikrovaskuler misalnya terjadi pada retina,

glomerulus ginjal dan saraf parifer maupun gangguan makrovaskuler seperti

aterosklerosis, penyakit Arteri Koronaria dan Stroke. Kondisi hiperglikemia

pada pasien DM tersebut bermanifestasi pada tiga gejala klasik diabetes yaitu

3P (poliuria, polidipsia, dan polifagia).

Dukungan keluarga merupakan sistem pendukung utama yang

memberi perawatan langsung pada setiap keadaan sehat dan sakit pada

penderita DM, keluarga mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah

akan dapat menekan perilku maladaptive (pencegahan sekunder) dan

memulihkan perilaku adaptif (pencegahan tersier) sehingga derajat kesehatan

penderita DM dan keluarga dapat ditingkatkan secara optimal. Dukungan dan

fungsi keluarga, menyatakan bahwa sehat dan sakit dipengaruhi oleh budaya,

keluarga, sosial ekonomi, dan lingkungan, Salah satu bentuk dukungan yang

dapat diberikan oleh keluarga kepada penderita DM adalah dukungan

informasi, keluarga berfungsi sebagai kolektor dan diseminator (penyebar)

informasi tentang dunia.

Usia remaja adalah salah satu kelompok umur yang beresiko

terjadinya kelebihan berat badan karena adanya pergeseran pola makan

dengan komposisi makanan yang terlalu bnayak mengandung protein, lemak,

gula, garam dan mengandung sedikit serat, komposisi makanan seperti ini

sangat digemari terutama anak muda, kebiasaan ini berkontribusi terhadap

kejadian obesitas (Lestari, dkk, 2013).


Pengetahuan orang tua dengan DM terhadap pentingnya menjaga

Berat badan anak melalui aktivitas fisik sangat penting. Orang tua dengan

penyakit DM menjadi satu perhatian yang penting terhadap pengetahuannya

bagaimana mendorong anaknya untuk menjaga berat badan dalam upaya

pencegahan timbulnya DM. Penyakit DM biasanya disebut silent killer karena

hampir sepertiga orang dengan DM tidak mengetahui mereka menderita DM,

sampai penyakit tersebut berkembang menjadi serius yang berhubungan

dengan komplikasi. Life style terhadap aktivitas fisik dari keluarga yang

menderita DM mempunyai pengaruh besar terjadinya DM pada anggota

keluarga terutama dengan gaya hidup sedentary, ditandai dengan banyak

duduk serta kurang gerak. Gaya hidup sedentary menyebabkan menurunnya

aktivitas fisik sehingga terjadi penurunan penggunaan energi. Aktivitas fisik

sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan

mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat (Putra, & Riski 2018).

Penyakit DM tipe 2 bisa di lakukan pencegahan dengan mengetahui

faktor resiko. Faktor resiko penyakit DM terbagi menjadi faktor yang

beresiko tetapi dapat diubah oleh manusia, dalam hal ini dapat berupa Pola

Makan, Pola Kebiasaan sehari-hari seperti makan, pola istirahat, pola

aktivitas, dan pengelolaan stres. Faktor yang kedua adalah faktor yang

beresiko tetapi tidak dapat dirubah seperti usia, jenis kelamin, serta faktor

pasien dengan latar belakang keluarga dengan penyakit Diabetes (Isnaini &

Ratnasari, 2018).
Menurut International Diabetes Federatiaon (IDF) Jumlah kasus dan

prevalensi DM terus meningkat selama beberapa dekade terakhir. IDF tahun

2017 menunjukan bahwa angka penderita DM dari keseluruhan penduduk

dunia mencapai 10,3 juta orang pada tahun 2017. Jumlah tersebut diprediksi

akan mengalami peningkatan apabila tidak ada penindakan secara optimal

(Word Health Organization (WHO), 2016). Kawasan Asia Pasifik merupakan

kawasan terbanyak yang menderita DM dengan angka kejadiannya 138 juta

kasus (8,5%). IDF memperkirakan pada tahun 2035 jumlah insiden DM akan

mengalami peningkatan menjadi 205 juta kasus di antara usia penderita DM

40-59 tahun (Chaidir, dkk, 2017). Indonesia berada diperingkat ke-7 dengan

prevelensi DM tertinggi sebanyak 10 juta orang setelah Cina, India, Amerika

Serikat, Brazil, Rusia, dan Mexico. IDF memperdiksi pada tahun 2040

mengalami peningkatan menjadi urutan ke-6 dengan jumlah 16,2 juta orang

(IDF, 2015, dalam Lubis dkk, 2018).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 melaporkan bahwa

penderita Prevalensi DM berdasarkan pemeriksaan kadar gula darah pada

penduduk umur ≥ 15 menurut karakteristik, prevalensi DM pada orang dewasa

meningkat dari 6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018, Prevalensi

terkecil terdapat di Provinsi Papua sebesar 1,7% dan terbesar di Provinsi

Maluku Utara dan Kalimantan Barat yang mencapai 11,1% (Riskesdas, 2018).

Menurut kriteria 2015, DM ditegakan bila kadar Glukosa Darah Puasa (GDP)

≥ 126 mg/dl; atau Glukosa Darah 2 Jam Pos Prandial (GDPP) ≥ 200 mg/dl;
atau Glukosa Darah Sewaktu (GDS) ≥ 200 mg/dl dengan gejala sering lapar,

sering haus, sering buang air kecil, & jumlah banyak, dan berat badan turun.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat

dirumuskan masalah adalah Asuhan Keperawatan pada Tn. S Dengan Susp.

Diabetes Melitus di Puskesmas Depok III Yogyakarta. ?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Tn.S Dengan Susp.

Diabetes Melitus di Puskesmas Depok III Yogyakarta.

a. Mengetahui karakteristik Susp. Diabetes Melitus ?

b. Mengetahui diagnose keperawatan ?

c. Mengetahui intervensi keperawatan ?

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. S ?

b. Mampu melakukan penyusunan diagnose keperawatan pada Tn. S ?

c. Mampu melakukan rencana keperawatan pada Tn. S ?

d. Mampu melakukan implemntasi pada Tn. S ?

e. Mampu melakukan evaluasi pada Tn. S ?


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Diabetes Melitus

1. Defenisi Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan metabolik

yang diakibatkan oleh adanya kadar glukosa darah dalam

tubuh/hiperglikemi. Kadar glukosa darah secara normal berkisar antara

70-120 mg/dL. Diagnosis DM ditemukan apabila kadar glukosa sewaktu >

200 g/dL, atau gula darah puasa > 126 g/dL, atau tes toleransi glukosa oral

> 200 mg/dL disertai gejalah klasik diabetes yaitu Poliuria, polidipsia,

dan polifagia (Kumar, Abbas & Aster 2013 dalam Yasmara, dkk, 2017).

Menurut Wijaya dan Putri (2013), Diabetes Melitus adalah gangguan

metabolik kronik yang tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol

yang dikarakteristikan dengan ketidakadekuatan penggunaan insulin.

2. Klasifikasi DM
Diabetes Melitus di klasifikasikan dan karakteristik sesuai dengan

(Lemone, dkk, 2016):

a. Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes Melitus Tipe 1 diakibatkan oleh kerusakan sel β

pankreas umumnya menyebabkan defisiensi insulin absolut. DM Tipe

1 terdiri dari:

1) Diabetes yang diperantarai oleh faktor imunitas/diperantarai imun

Penderita DM Tipe 1 diperkirakan berjumlah 5-10% dari

total penderita DM dan DM Tipe ini sebelumnya dikenal sebagai

DM tergantung insulin (insulin dependent Diabetes Melitus =

IDDM). Diabetes Melitus Tipe 1 cenderung terjadi pada anak-anak

dan remaja yang ditandai dengan kurangnya produksi insulin

akibat kerusakan autoimun seluler dari sel β pankreas. Kerusakan

autoimun dari sel β pankreas cenderung terkait dengan faktor

genetik dan lingkungan.

2) Diabetes Idiopatik

Penyebab DM Tipe ini belum diketahui secara pasti.

Beberapa pasien DM tipe ini memiliki insulinopenia permanen dan

rentan terhadap ketoasidosis, tetapi tidak memiliki bukti autoimun.

Diabetes idoapatik termasuk kategori DM Tipe 1 yang tergolong

kecil dan sebagian besar pada populasi keturunan Afrika atau Asia.
Individu dengan diabetes ini mengalami ketoasidosis dan

menunjukan penurunan insulin secara episodik. Diabetes Tipe ini

diwariskan dan tidak memiliki bukti keterkaitan secara imunologi

untuk autoimunitas sel β pankreas.

b. Diabetes Melitus Tipe 2

DM Tipe 2 dapat berbeda-beda mulai dari resistansi insulin

mayor dengan kekurangan insulin relatif hingga kelainan sekretorik

mayor dengan resistansi insulin. Tidak ada kerusakan imun pada sel

beta. Awalnya, dan pada bebera kasus untuk seumur hidup, insulin

tidak diperlukan. Sebagian besar penyandang DM ini biasanya gemuk,

atau mengalami peningkatan jumlah lemak abdomen. Resiko

perkembangan penyakit mencakup pertambahan usia, kegemukan, dan

gaya hidup yang tidak banyak bergerak. Terjadi lebih sering pada

wanita yang pernah mengalami DM gestasional dan pada orang yang

mengalami gangguan lipid atau hiprtensi. Terdapat predisposisi

genetika yang kuat.

c. Tipe Spesifik Lain

1) Kelainan genetika pada sel beta

Hiperglikemia terjadi pada usia muda (biasanya sebelum 25

tahun). Tipe ini disebut sebagai DM dengan awitan maturitas pada

anak-anak (maturity-onset DM of the young,MODY).

2) Kelainan genetika pada kinerja insulin


Ditentukan secara genetik. Disfungsi dapat berkisar dari

hiperinsulinemia hingga DM berat.

3) Penyakit pankreas eksokrin

Proses dapatan yang menyebabkan DM mencakup

pankreatitis, trauma, infeksi, pankreatektomi, dan kanker pankreas.

Bentuk parah dari fibrosis kistik dan hemokromatosis juga dapat

merusak sel beta dan merusak sekresi insulin.

4) Gangguan endokrin

Kelebihan jumlah hormon (misalnya hormon pertumbuhan,

kortisol, glokagon, dan epinefrin) merusak sekresi insulin, sindrom

Cushing, akromegali, dan feokromositoma.

5) Diinduksi obat atau bahan kimia

Banyak obat-obatan merusak sekresi insulin, yang memicu

DM pada orang dengan predisposisi resisten insulin.

6) Infeksi

Virus tertentu dapat menyebabkan kerusakan sel beta,

termasuk campak kongenital, sitomegalovirus, adenovirus, dan

gondong.

d. Diabetes Melitus gastasional (Gestational Diabetes Melitus, GDM)


Tiap derajat intoleransi glukosa dengan awitan atau yang

diketahui pertama kali pada waktu hamil.

3. Etiologi

Menurut wijaya dan putri (2013), Etiologi Diabetes Melitus

sebagai berikut :

a. DM tipe 1 (IDDM/ insulin dependen diabetes melitus)

1) Faktor genetik/herediter

Peningkatan kerentanan sel-sel beta dan perkembangan

antibody autoimun terhadap penghancuran sel-sel beta.

2) Faktor infeksi virus

Infeksi virus coxsakie pada individu yang peka secara

genetik.

3) Faktor imunologi

Respon autoimun abnormal : antibody menyerang jaringan

yang dianggap jaringan asing.

b. DM Tipe 2 (NIDDM)

1) Obesitas : menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target

diseluruh tubuh insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam

meningkatkan efek metabolik

2) Usia : cenderung meningkat diatas usia 65 tahun

3) Riwayat keluarga

4) Kelompok etnik

c. DM Malnutrisi
Kekurangan protein kronik: menyebabkan hipofungsi pankreas

d. DM Tipe lain

1) Penyakit pankreas: pankreatitis, ca pankreas

2) Penyakit hormonal: acromegali yang merangsang sekresi sel-sel

beta sehingga hiperaktif dan rusak

3) Obat-obatan :

a) Aloxan, streptozokin: sitotoksin terhadap sel-sel beta

b) Derivat thiazide: menurunkan sekresi insulin

4. Patofisiologi

Hiperglikemia yang dialami penderita diabetes disebabkan oleh

beberapa faktor, DM Tipe 2 disebabkan oleh gabungan dari resistansi

parifer terhadap kerja insulin dan respon sekresi insulin yang tidak adekuat

oleh sel beta pankreas (defisiensi insulin relatif). Kondisi tersebut dapat

terjadi karena beberapa faktor di antaranya genetik, gaya hidup dan diet

yang mengarah pada obesitas. Resistansi insulin dan gangguan sekresi

insulin akan menyebabkan toleransi glukosa terganggu yang akan

mewakili kondisi DM Tipe 2 dengan manifestasi hiperglikemia.

Kondisi hiperglikemi pada pasien DM Tipe 2 tersebut bermanifestasi

pada tiga gejalah klasik diabetes yaitu 3P (poliuria, polidipsia, dan

polifagia) Sebagai berikut :

Poliuria (sering buang air kecil), akibat kondisi hiperglikemia

melampaui ambang reabsorbsi ginjal sehingga menimbulkan glukosuria.


Kondisi glukosuria selanjutnya menyebabkan diuresis osmotik sehingga

timbul menifestasi banyak buang air kecil.

Polidipsia (sering merasa haus), kondisi polidipsia sangat berkaitan

erat dengan poliuria, karena banyaknya pengeluaran cairan tubuh melalui

ginjal ditambah kondisi tubuh mengalami hyperosmolar akibat

peningkatan glukosa dalam tubuh menyebabkan kondisi tubuh akan

mengalami penurunan cairan intrasel. Selanjutnya kondisi tersebut

menyebabkan stimulasi osmoreseptor pusat haus di otak sehingga

penderita DM sering mengeluh haus.

Polifagia (peningkatan nafsu makan), kondisi ini disebabkan

penurunan insulin mengakibatkan penggunaan glukosa oleh sel menurun,

sehingga menimbulkan pembentukan glukosa dari non-karbohidrat, yaitu

dari protein dan lemak (lipolisis). Peningkatan lipolisis dan katabolisme

protein akan menyebabkan keseimbangan energi negatif yang kemudian

akan meningkatkan nafsu makan (Yasmara, dkk, 2017).

Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga

pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan oleh

berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurang

penggunaan karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan

menyebabkan Arterosklrerosis, penebalan membrane basalis dan

perubahan pada saraf parifer (Wijaya & Putri, 2013).

5. Manifestasi klinis
Menurut wijaya dan putri (2013), Adanya penyakit diabetes ini

pada awal seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari oleh penderita,

beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian adalah :

a. Keluhan klasik

1) Banyak kencing (poliuria)

Karena sifatnya, kadar glukosa dalam darah tinggi akan

menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam

jumlah banyak akan sangat menggangu penderita, terutama pada

waktu malam hari.

2) Banyak minum (polidipsia)

Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya

cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering

disalah tafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas

atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu

penderita banyak minum.

3) Banyak makan (polifagia)

Rasa lapar yang semakin besar seiring timbulnya pada

penderita DM karena pasien mengalami keseimbangan kalori

negatif, sehingga timbul rasa lapar yang sangat besar. Untuk

menghilangkan rasa lapar itu penderita banyak makan.

4) Penurunan berat badan dan rasa lemah

Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relative

singkat harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah yang hebat


yang menyebabkan penurunan prestasi dan lapangan olahraga juga

merokok. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak masuk ke

dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk

menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga

terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot.

Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga

menjadi kurus.

b. Keluhan lain

1) Gangguan saraf tepi/kesemutan

Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada

kaki diwaktu malam hari, sehingga menggangu tidur.

2) Ganguan penglihatan

Pada fase awal diabetes sering dijumpai gangguan

penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti

kacamatanya berulang agar tetap dapat melihat dengan baik.

3) Gatal/bisul

Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah

kemaluan dan daerah lipatan kulit seperti ketiak dan bawah

payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang

lama sembuhnya. Luka ini dapat timbul karena akibat hal yang

sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peneti.


4) Gangguan ekresi

Gangguan ereksi ini menjadi masalah, tersembunyi karena

sering tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini

terkait dengan budaya masyarakat yang masi marasa tabu

membicarakan masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan

atau kejantanan seseorang.

5) Keputihan

Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang

sering ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya

gejala yang dirasakan.

6. Faktor – Faktor Resiko Diabetes Melitus

Menurut Lemone dkk, (2016), faktor resiko utama DM Tipe 2

adalah sebagai berikut :

a. Riwayat DM pada orang tua dan saudara kandung. Meski tidak ada

kaitan HLA yang terindentifikasi, anak dari penyandang DM Tipe 2

memiliki peningkatan resiko dua hingga empat kali menyandang DM

Tipe 2 dan 30% resiko mengalami intoleransi glukosa

(ketidakmampuan metabolisme karbohidrat secara normal).

b. Kegemukan, didefenisikan sebagai kelebihan berat badan minimal

20% lebih dari berat badan yang diharapkan atau memiliki indeks
massa tubuh (IMT) minimal 27 kg/m2. Kegemukan, khususnya

kegemukan visceral (lemak abdomen), dikaitkan dengan peningkatan

resistensi insulin.

c. Tidak ada aktivitas fisik

d. Ras/etnis

e. Pada wanita, DM gestasional, sindrome ovarium polikistik, atau

melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4,5 kg.

f. Hipertensi (≥130/85 pada dewasa), kolesterol HDL ≥35 mg/dl,

dan/atau kadar trigliserida ≥ 250 mg/dl.

g. Sindrome metabolik, kumpulan manifestasi yang terkait dengan DM

Tipe 2. Hipertensi, kegemukan veseral, kadar rendah dari lipoprotein

densitas tinggi, kadar tinggi dari trigliserida, protein reaktif C naik, dan

glukosa darah puasa lebih dari 110 mg/dl meningkatkan Resiko DM,

penyakit jantung koroner, dan stroke

7. Penatalaksanaan

Tujuannya utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan

aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi

terjadinya komplikasi vaskuler serta neoropatik. Tujuan terapeotik pada

setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal

(euglikemia) tanpa terjadinyan hipoglikemia dan gangguan serius pada

pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes

1. Diet
Prinsip umum diet dan pengendalian berat badan merupakan

dasar dari penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada

penderita diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini :

a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin,

mineral)

b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai

c. Memenuhi kebutuhan energi

d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah mendekati normal melalui

cara-cara yang aman dan praktis

e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat

2. Latihan

Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena

efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor

resiko kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah

dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan

memperbaiki pemakain insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga

diperbaiki dengan berolahraga. Latihan dengan cara melawan tahanan

(resistance training) dapat meningkatkan lean body mass dan dengan

demikian menambah laju metabolisme istirahat (resting metabolik

rate). Semua efek ini sangat bermanfaat pada diabetes karena dapat

menurunkan berat badan, mengurangi rasa stress dan mempertahankan

kesegaran tubuh. Latihan juga akan mengubah kadar lemak darah

yaitu, meningkatkan kadar HDL-kolesterol dan menurunkan kadar


kolesterol total serta trigliserida. Semua manfaat ini sangat penting

bagi penyandang diabetes mengingat adanya peningkatan resiko untuk

terkena penyakit kardiovaskuler pada diabetes.

3. Pemantauan

Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara

mandiri (SMBG; self-monitoring of bood gluse), penderita diabetes

kini dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa

darah secara optimal. Cara ini memungkinkan deteksi dan pencegahan

hipoglikemia, dan berperan dalam menentukan kadar glukosa darah

normal yang memungkinkan akan mengurangi komplikasi diabetes

jangka panjang.

4. Terapi (jika diperlukan)

Sebagaimana dinyatakan sebelumnya, hormone insulin

disekresikan oleh sel-sel beta pulau Langerhans. Hormone ini bekerja

untuk menurunkan kadar glukosa darah post prendial dengan

mempermudah pengambilan serta pengunaan glukosa oleh sel-sel otot,

lemak dan hati. Selama periode puasa, insulin menghambat pemecahan

simpanan glukosa, protein dan lemak.

Pada diabetes Tipe I, tubuh kehilangan kemampuan untuk

memproduksi insulin. Dengan demikian, insulin eksogenus harus

diberikan dalam jumlah tak terbatas. Pada DM Tipe 2, insulin mungkin


diperlukan sebagai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar

glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia obat oral tidak berhasil

mengontrolnya. Disamping itu, sebagian pasien DM Tipe 2 yang

biasanya mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet atau dengan

diet dan obat oral kadang membutuhkan insulin secara temporer

selama mengalami sakit, infeksi, kehamilan, pembedahan, atau

beberapa kejadian stres lainnya.

Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali perhari (atau

bahkan lebih sering lagi) untuk mengendalikan kenaikan kadar glukosa

darah sesudah makan dan pada malam hari. Karena dosis insulin yang

diperlukan masing-masing pasien ditentukan oleh kadar glukosa dalam

darah, maka pemantauan kadar glukosa darah telah menjadi dasar

dalam memberikan insulin.

5. Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengolahan.

Pendidikan kesehatan pencegahan primer harus diberikan kepada

kelompok masyarakat resiko tinggi. Pendidikan kesehatan sekunder

diberikan kepada kelompok pasien DM. sedangkan pendidikan

kesehatan untuk pencegahan tersier diberikan kepada pasien yang

sudah mengidap DM dengan penyulit menahun.

8. Komplikasi

a. Komplikasi metabolik

1) Ketoasidosis diabetik
2) HHNK (Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik)

3) Mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) dan Neuropati

4) Makrovaskular (MCl, stroke, penaykit vascular parifer).

Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Aktivitas istirahat
 Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot
menurun. Gangguan tidur/istirahat.

 Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan


aktivitas. Letargi/disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot.

b. Sirkulasi
 Gejala : Adanya riwayat hipertensi; IM akut. Klaudikasi, kebas dan
kesemutan pada ekstremitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan yang
lama.

 Tanda : Takikardia. Perubahan tekanan darah postural; hipertensi.


Nadi yang menurun atau tak ada. Distritmia. Krekels; DVJ (GJK).
Kulit panas, kering dan kemerahan; bola mata cekung.

c. Integritas Ego
 Gejala : Stres, tergantung pada orang lain. Masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.

 Tanda : Ansietas, peka rangsang.


d. Eliminasi
 Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia. Rasa nyeri
terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru atau berulang.
Nyeri tekan abdomen.

 Tanda : Urine encer, pucat, kuning; poliuria (dapat berkembang


menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat). Urine
berkabut, bau busuk (infeksi). Abdomen keras, adanya asitesis.
Bising usus lemah dan menurun; hiperaktif (diare).

e. Makanan/cairan
 Gejala : Hilang nafsu makan. Mual atau muntah. Tidak mengikuti
diet, peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat. Penurunan
berat badan lebih dari periode beberapa hari atau minggu. Haus.
Penggunaan diaretik (tiazid).

 Tanda : Kulit kering atau bersisik, turgor jelek. Kekakuan atau


distensi abdomen, muntah. Pembesaran iroid (peningkatan
kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah). Bau halitosis
atau manis, bau buah (napas aseton).

f. Neurosenseri
 Gejala : Pusing atau pening. Sakit kepala. Kesemutan, kebas.
Kelemahan pada otot, parestesia. Gangguan penglihatan.

 Tanda : Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor atau koma (tahap


lanjut). Gangguan memori (baru, masa lalu); kacau mental. Refleks
tendon dalam (RTD) menurun (koma). Aktivitas kejang (tahap
lanjut dari DKA).

g. Nyeri Kenyamanan
 Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang atau berat)

 Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-


hati.

h. Keamanan
 Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit

 Tanda : Demam, diaforesis, Kulit rusak, lesi / ulserasi

i. Pernafasan
 Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanda
sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak).
 Tanda : Demam, diaforesis. Menurunnya kekuatan umum / rentang
gerak. Parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernafasan.

j. Seksualitas
 Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)

 Tanda : Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita.

k. Penyuluhan atau Pembelajaran


 Gejala : Faktor resiko keluarga; DM, penyakit Jantung, Stroke,
Hipertensi, fenobarbital penyembuhan yang lambat. Penggunaan
obat seperti steroid, diuretik (tiazid); Dilantin dan dapat
meningatkan kadar glukosa darah).

 Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 5,9 hari


Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam
pengaturan diet, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap
glukosa darah.

l. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Glukosa Urin
Pada umumnya, jumlah glukosa yang dikeluarkan dalam urin
orang normal sukar dihitung, sedangkan pada kasus diabetes,
glukosa yang dilepaskan jumlahnya dapat sedikit sampai
banyak sekali sesuai dengan berat penyakitnya dan asupan
karbohidratnya.

b) Kadar glukosa darah puasa


Kadar glukosa darah sewaktu pada pagi hari, normalnya ialah
80 mg/dl dan 110 mg/dl dipertimbangkan sebagai batas
normal atas kadar normal. Kadar glukosa diatas nilai ini
seringkali menunjukkan adanya penyakit diabetes mellitus.
c) Uji toleransi glukosa
Didapatkan bila orang normal yang puasa memakan 1 gram
glukosa per kilogram berat badan maka kadar glukosa
darahnya akan meningkat dari kadar kira–kira 90 mg/dl
menjadi 120-140 mg/dl dan dalam waktu 2 jam kadar ini kan
menurun ke nilai normalnya.

d) Pernapasan aseton
Sejumlah kecil asam asetoasetat, yang sangat meningkat pada
penderita diabetes berat dapat diubah menjadi aseton. Aseton
bersifat mudah menguap dan dikeluarkan melalui udara
ekspirasi, akibatnya seringkali seseorang dapat membuat
diagnosis diabetes mellitus hanya dengan mencium bau
aseton pada napas pasien. (Guyton & Hall, 1996).

m. Pemeriksaan Penunjang
1) Insulin darah
Mungkin menurun bahkan sampai tidak ada ( pada tipe I ) atau
normal sampai tinggi ( tipe II ) yang mengidentifikasi insufisiensi
insulin/gangguan dalam penggunaan ( endogen atau eksogen).

2. Diagnosa
Menurut SDKI (2017), diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada
penderita Diabetes Mellitus adalah:

a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah ditandai dengan kadar glukosa


dalam darah tinggi/rendah
b. Nyeri akut ditandai dengan mengeluh nyeri
c. Defisit nutrisi ditandai dengan berat badan menurun minimal 10%
dibawah rentang ideal.
d. Resiko ketidakseimbangan cairan
3. Intervensi

No. Standar Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Indonesia (SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Kategori : Fisiologis Kestabilan kadar glukosa darah (L.05022) Manajemen Hiperglikemia (I.03115)
Sub Kategori : nutrisi dan cairan
Kode : D.0027 Definisi: Definisi:
Kadar glukosa darah berada pada tentang normal Mengidentifikasi dan mengelola kadar glukosa darah
Ketidakstabilan kadar glukosa darah diatas normal
Ekspektasi: Meningkat
Definisi: Tindakan
Variasi kadar glukosa darah Kriteria Hasil: Observasi
naik/turun dari rentang normal 1. Koordinasi kesadaran 1. Identifikasi kemungkinan penyebab
Keterangan: hiperglikemi
Penyebab 1 = Menurun 2. Identifikasi situasi yang menyebabkan
Hiperglikemia 2 = Cukup Menurun kebutuhan insulin meningkat (mis : penyakit
1. Disfungsi pankreas 3 = Sedang keambuhan)
2. Resistensi insulin 4 = Cukup Meningkat 3. Monitor kadar glukosa darah, bila perlu
3. Gangguan toleransi glukosa darah 5 = Meningkat 4. Monitor tanda dan gejala hiperglikemi (mis
4. Gangguan glukosa darah puasa 2. Mengantuk : poliuria, polidipsi, polifagia, kelemahan,
Hipoglikemia 3. Pusing malaise, pandangan kabur, sakit kepala)
1. Penggunaan insulin atau obat 4. Lelah/lesu 5. Monitor intake dan output cairan
glikemik oral 5. Keluhan lapar 6. Monitor keton urine, kadar glukosa gas darah,
2. Hiperinsulinemia 6. Gemetar elektrolit, tekanan darah ortostatik dan
3. Indokrenopati 7. Berkeringat frekuensi nadi
4. Disfungsi hati 8. Mulut kering
5. Disfungsi ginjal kronis 9. Rasa haus Terapeutik
6. Efek agen farmakologi 10.Perilaku aneh 1. Berikan asupan cairan oral
7. Tindakan pembedahan neoplasma 11.Kesulitan bicara 2. Konsultasi dengan medis jika tanda dan
8. Gangguan metabolik bawaan gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk

24
Gejala dan Tanda Mayor Keterangan: 3. Fasilitasi ambulasi jik ada hipotensi ortostatik
a. Subjektif 1 = Meningkat
Hipoglikemia 2 = Cukup Meningkat Edukasi
1. Mengantuk 3 = Sedang 1. Anjurkan menghindari olahraga saat
2. Pusing 4 = Cukup Menurun kadar glukosa lebih dari > 200 mg/dL
Hiperglikemia 5 = Menurun 2. Anjurkan monitor kadar glukosa secara
1. Lelah atau lesu mandiri
b. Objektif 12.Kadar glukosa dalam darah 3. Anjurkan kepatuhan terhadap diit dan
Hipoglikemia 13.Kadar glukosa dalam urine olahraga
1. Gangguan koordinasi 14.Palpitasi 4. Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian
2. Kadar glukosa dalam darah atau 15.Perilaku keton urine, jika perlu
urin rendah 16.Jumlah urine 5. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis :
Hiperglikemia Keterangan: penggunaan insulin, obat oral, monitor asupan
1. Kadar glukosa dalam darah atau 1 = Memburuk cairan, penggantian karbohidrat, bantuan
urin rendah 2 = Cukup Memburuk profesional kesehatan)
3 = Sedang
Gejala dan Tanda Minor 4 = Cukup Membaik Kolaborasi
a. Subjektif 5 = Membaik 1. Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
Hipoglikemia 2. Kolaborasi pemberian cairan, jika perlu
1. Palpitasi 3. Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu
2. Mengeluh lapar
Hiperglikemia Manajemen Hipoglikemi (I.03115)
1. Mulut kering
2. Haus meningkat Definisi:
b. Objektif Mengidentifikasi dan mengelola kadar glukosa darah
Hipoglikemia rendah
1. Gemetar
2. Kesadaran menurun Tindakan:
3. Perilaku aneh Observasi
4. Sulit bicara 1. Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemi
5. Berkeringat

25
Hiperglikemia 2. Identifikasi kemungkinan penyebab
1. Jumlah urin meningkat Kondisi hipoglikemia
klinis terkait
1. Diabetes melitus Terapeutik
2. Ketoasidosis diabetik 1. Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu
3. Hipoglikemi 2. Berikan glucagon, jika perlu
4. Hiperglikemia 3. Berikan karbohidrat kompleks dan protein
5. Diabetes gestasional sesuai diet
6. Penggunaan kortikosteroid 4. Pertahankan kepatenan jalan napas
7. Nutrisi parenteral total (TPN) 5. Pertahankan akses IV, jika perlu
6. Hubungi layanan medis darurat, jika perlu

Edukasi
1. Anjurkan membawa karbohidrat sederhana
setiap saat
2. Anjurkan monitor kadar gula darah
3. Ajarkan pengelolaan hipoglikemia
4. Ajarkan perawatan mandiri untuk
mencegah hipoglikemia

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian dekstrose, jika perlu
2. Kolaborasikan pemberian glukogen, jika perlu

2. Kategori : Psikologis Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)


Sub Kategori : Nyeri dan
Kenyamanan Definisi: Definisi:
Kode : D.0077 Pengalaman sensorik atau emosional yang Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau sensorik atau emosional dengan onset mendadak
Nyeri Akut fungsional dengan onset mendadak atau lambat atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan.

26
Definisi: dan konsisten. Tindakan
Pengalaman sensorik atau emosional Observasi
yang berkaitan dengan kerusakan Ekspektasi: Menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
jaringan aktual atau fungsional, dengan Kriteria Hasil: frekwensi, kualitas, intensitas nyeri
onset mendadak atau lambat dan 17. Kemampuan menuntaskan aktivitas 2. Identifikasi skala nyeri
berintegritas ringan hingga berat yang Keterangan: 3. Identivikasi respon nyeri non verbal
berlangsung kurang dari 3 bulan. 1 = Menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
2 = Cukup Menurun memperingan nyeri
Penyebab 3 = Sedang 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
1. Agen pencedra fisiologis (mis, 4 = Cukup Meningkat nyeri
inflamasi, iskemia, neoplasma) 5 = Meningkat 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
2. Agen pencedra kimiawi (mis, 18. Keluhan nyeri nyeri
terbakar, bahan kimia iritan) 19.Meringis 7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas
3. Agen pencedra fisik (mis, abses 20.Sikap protektif hidup
amputasi terbakar, terpotong, 21.Gelisah 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
mengangkat beban berat, prosedur 22.Kesulitan tidur yang sudah diberikan
operasi, trauma latihan fisik yang 23.Menarik diri
berlebihan)
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
24.Berfokus pada diri sendiri
Gejala dan Tanda Mayor 25.Diaforesis
Terapeutik
a. Subjektif 26. Perasaan depresi (tertekan)
27. Perasaan takut mengalami cedera berulang 1. Berikan teknik non farmakologis untuk
1. Mengeluh nyeri mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
b. Objektif 28.Anoreksia
29.Perineum terasa tertekan akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
1. Tampak meringis pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing,
30.Uterus teraba membulat
2. Bersikap protektif (mis. kompres hangat atau dingin, terapi bermain)
31.Ketegangan otot 32.Pupil
Waspada, posisi menghindari 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
dilatasi 33.Muntah
nyeri) nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, dan
34.Mual
3. Gelisah kebisingan)
Keterangan:
4. Frekwensi nadi meningkat 3. Fasilitasi istirahat tidur
1 = Meningkat
5. Sulit Tidur 2 = Cukup Meningkat 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri

27
Gejala dan Tanda Minor 3 = Sedang dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
a. Subjektif (tidak 4 = Cukup Menurun
tersedia) 5 = Menurun Edukasi
b. Objektif 35.Frekwensi nadi 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
1. Tekanan darah meningkat 36.Pola napas 2. Jelaskan strategi meredahkan nyeri
2. Pola napas berubah 37.Tekanan darah 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
38.Proses berpikir 4. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
3. Nafsu makan berubah
39.Fokus
4. Proses berfikir terganggu 5. Anjurkan teknik non farmakologis untuk
40.Fungsi berkemih
5. Menarik diri mengurangi rasa nyeri
41.Perilaku
6. Berfokus pada diri sendiri 42.Nafsu makan
7. Diaforesis 43.Pola tidur Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Keterangan:
Kondisi Klinis Terkait 1 = Memburuk
1. Kondisi pembedahan 2 = Cukup Memburuk
2. Cedera traumatis 3 = Sedang
3. Infeksi 4 = Cukup Membaik
4. Sindroma coroner akut 5 = Membaik
5. Glaukoma
3. Kategori : Fisiologis Status Nutrisi (L.03030) Manajemen nutrisi (I.03119)
Sub Kategori : Nutrisi dan cairan
Kode : D.0019 Definisi: Definisi:
Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang
Defisit nutrisi kebutuhan metabolisme seimbang
Ekspektasi: Membaik Tindakan
Definisi:
Asupan nutrisi tidak cukup untuk Kriteria Hasil: Observasi
memenuhi kebutuhan metabolisme 1. Porsi makanan yang di habiskan 1.Identifikasi status nutrisi
2. Kekuatan otot pengunyah 2.Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Penyebab 3. Kekuatan otot menelan 3.Identifikasi makanan yang disukai
1. Ketidakmampuan menelan 4. Serum albumin 4.Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
5. Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan 5.Identifikasi perlunya penggunaan selang

28
makanan nutrisi nasogastrik
2. Ketidakmampuan mencerna 6. Pengetahuan tentang pilihan makanan yang 6. Monitor asupan makanan
makanan sehat 7. Monitor berat badan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi 7. Pengetahuan tentang pilihan minuman 8. Monitor hasil lab pemeriksaan laboratorium
nutrient yang sehat
4. Peningkatan kebutuhan 8. Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi Terapeutik
metabolisme yang tepat 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan,jika
5. Faktor ekonomi (mis. Finansial 9. Penyiapan dan penyimpanan makanan yang perlu
tidak mencukupi) aman 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
6. Faktor psikologis (mis. 10. Penyiapan dan penyimpanan minuman yang (mis.piramida makanan)
Stress,keengganan untuk makan) aman 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
11. Sikap terhadap makanan / minuman sesuai sesuai
Gejala dan Tanda Mayor dengan tujuan kesehatan 4. Berikan makanan tinggi serat untuk
a. Subjektif ( tidak tersedia) Keterangan: mencegah konstipasi
b. Objektif 1 = Menurun 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
1. Berat badan menurun minimal 2 = Cukup Menurun protein
10% dibawah rentang ideal 3 = Sedang 6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
Gejala dan Tanda Minor 4 = Cukup Meningkat 7. Hentikan pemberian makan melalui selang
a. Subjektif 5 = Meningkat nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
1. Cepat kenyang setelah makan 12. Perasaan cepat kenyang
2. Kram/nyeri abdomen 13. Nyeri abdomen Edukasi
3. Nafsu makan menurun 14. Sariawan 1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
b. Objektif 15. Rambut rontok 2. Ajarkan diet yang diprogramkan
1. Bising usus hiperaktif 16. Diare
2. Otot pengunyah lemah Keterangan: Kolaborasi
3. Otot menelan lemah 1 = Menurun 1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
4. Membran mukosa pucat 2 = Cukup Menurun (mis.pereda nyeri,antiemetic), jika perlu
5. Sariawan 3 = Sedang 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
4 = Cukup Meningkat jumlah kalori dan jenis
6. Serum albumin turun 5 = Meningkat
7. Rambut rontok berlebihan 17. Berat badan

29
8. Diare 18. Indeks massa tubuh (IMT) nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
19. Frekuensi makan
Kondisi Klinis Terkait 20. Bising usus Pemberian makanan (I.03125)
1. Stroke 21. Tebal lipatan kulit trisep Definisi :
2. Parkinson 22. Membran mukosa Memberikan asupan nutrisi melalui oral pada
3. Mobius syndrome pasien yang tidak mampu makan secara mandiri
Keterangan:
4. Cerebral palsy 1 = Menurun
Tindakan:
5. Cleft lip 2 = Cukup Menurun
Observasi
6. Cleft palate 3 = Sedang
7. Amyotropic lateral sclerosis 4 = Cukup Meningkat 1. Identifikasi makanan yang di programkan
8. Kerusakan neuromuskuler 5 = Meningkat 2. Identifikasi kemampuan menelan
9. Luka bakar 3. Periksa mulut untuk residu pada akhir makan
10.Kanker Nafsu makan (L.03024)
Kriteria Hasil Terapeutik
11.Infeksi
12.AIDS 1. Keinginan makan 1. lakukan kebersihan tangan dan mulut sebelum
13.Penyakit Crohn’s 2. Asupan makanan makan
14.Enterokolitis 3. Asupan cairan 2. sediakan lingkungan yang menyenangkan
15.Fibrosis kistik 4. Energi untuk makan selama waktu makan (mis : simpan urinal,
pispot agar tidak terlihat
5. Kemampuan untuk merasakan makanan
3. berikan posisi duduk atau semifowler saat
6. Kemampuan untuk menikmati makanan makan
7. Asupan nutrisi 4. berikan makanan hangat, jika memungkinkan
8. Stimulus untuk makan 5. sediakan sedotan sesuai kebutuhan
9. Kelaparan 6. berikan makanan sesuai keinginan
Keterangan: 7. tawarkan mencium aroma makanan untuk
1 = Memburuk merangsang nafsu makan
2 = Cukup Memburuk 8. cuci muka dan tangan setelah makan
3 = Sedang Edukasi
4 = Cukup Membaik
5 = Membaik

30
anjurkan orang tua atau keluarga membantu
memberi makan kepada pasien

kolaborasi
1. kolaborasi pemberian analgesik yang
adekuat sebelum makan, jika perlu
2. kolaborasi pemberian antiemetil sebelum
makan, jika perlu

4. Kategori : Fisiologis Keseimbangan cairan (L.03020) Manajemen cairan (I.03098)


Sub Kategori : Nutrisi/cairan
Kode : D.0036 Definisi: Definisi:
Ekuilibrium antara volume cairan di ruang Mengidentifikasi dan mengelola keseimbangan
Risiko ketidakseimbangan cairan intraselular dan ekstraselular tubuh cairan dan mencegah komplikasi akibat
ketidakseimbangan cairan
Definisi: Ekspektasi: Meningkat
Berisiko mengalami penurunan, Tindakan
peningkatan,atau percepatan Kriteria Hasil: Observasi
perpindahan cairan dari intravaskuler, 1. Asupan cairan 1. Monitor status hidrasi (mis. Frekuensi nadi,
interstisial atau intraseluler 2. Haluaran urine kekuatan, nadi, akral, pengisian kapiler,
3. Kelembaban membrane mukosa kelembapan mukosa, turgor kulit,tekanan
Faktor Risiko 4. Asupan makanan darah)
1. Prosedur pembedahan mayor Keterangan: 2. Monitor berat badan harian
2. Trauma/perdarahan 1 = Menurun 3. Monitor berat badan sebelum dan sesudah
3. Luka bakar 2 = Cukup Menurun dialysis
4. Aferesis 3 = Sedang 4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis.
5. Asites 4 = Cukup Meningkat hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urine,BUN)
6. Obstruksi intestinal 5 = Meningkat 5. Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP,
7. Peradangan pancreas PAP, PCWP jika tersedia)
5. Edema Terapeutik
6. Dehidrasi

31
8. Penyakit ginjal dan kelenjar 7. Asites 1. Catat intake –output dan hitung balans cairan
9. Dsfungsi intestinal 8. Konfusi 24 jam
Keterangan: 2. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
Kondisi Klinis Terkait 1 = Meningkat 3. Berikan cairan intravena, jika perlu
1. Prosedur pembedahan mayor 2 = Cukup Meningkat
2. Penyakit ginjal dan kelenjar 3 = Sedang Kolaborasi
3. Perdarahan 4 = Cukup Menurun Kolaborasi pemberian diuretic,jika perlu
4. Luka bakar 5 = Menurun

9. Tekanan darah
10.Denyut nadi radial
11.Tekanan arteri rata-rata
12.Membran mukosa
13.Mata cekung
10. 14.Turgor kulit
15.Berat badan

Keterangan:
1 = Memburuk
2 = Cukup Memburuk
3 = Sedang
4 = Cukup Membaik
5 = Membaik

5. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan Integritas Kulit / Jaringan (L.14125) Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
(D.0129)
Definisi Definisi
Kategori : Lingkungan
Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau Mengidentifikasi dan merawat kulit untuk
Subkategori : Keamanan dan proteksi jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, menjaga keutuhan, kelembaban dan mencegah

tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau perkembangan mikroorganisme


Penyebab
ligamen). Tindakan
1. Perubahan sirkulasi
2. Perubahan status nutrisi (kelebihan 1. Elastisitas Observasi

32
atau kekurangan 2. Hidrasi  Identifikasi penyebab gangguan integritas
3. Kekurangan/kelebihan volume 3. Perfusi jaringan kulit (mis. perubahan sirkulasi, perubahan
cairan
Keterangan: status nutrisi, penurunan kelembaban,
4. Penurunan mobilitas
5. Bahan kimia iritatif 1 = Menurun suhu lingkungan ekstrem, penurunan
6. Suhu lingkungan yang ekstrem 2 = Cukup Menurun
3 = Sedang mobilitas)
7. Faktor mekanis (mis. penekanan
4 = Cukup Meningkat
pada tonjolan tulang, gesekan) atau 5 = Meningkat Terapeutik
faktor elektris (elektrodiatermi,
energi listrik bertegangan tinggi) 1. Kerusakan jaringan 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
8. Efek samping terapi radiasi 2. Kerusakan lapisan kulit
2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan
9. Kelembaban 3. Nyeri
10. Proses penuaan 4. Perdarahan tulang, jika perlu
11. Neuropati perifer 5. Kemerahan 3. Bersihkan perineal dengan air hangat,
12. Perubahan pigmentasi 6. Hematoma
terutama selama periode diare
13. Perubahan hormonal 7. Pigmentasi abnormal
14. Kurang terpapar informasi tentang 8. Jaringan parut 4. Gunakan produk berbahan petroleum dan
upaya mempertahankan/ 9. Nekrosis minyak pada kulit kering
melindungi integritas jaringan 10. Abrasi kornea 5. Gunakan produk berbahan ringan/alami
Gejala dan Tanda Mayor Keterangan: dan hipoalergik pada kulit sensitif
1 = Meningkat 6. Hindari produk berbahan dasar alkohol
Subjektif 2 = Cukup Meningkat
3 = Sedang pada kulit kering
(tidak tersedia) 4 = Cukup Menurun
5 = Menurun Edukasi
Objektif
1. Anjurkan menggunakan pelembab (mis.
1. Kerusakan jaringan dan/atau 1. Suhu kulit lotion, serum)
lapisan kulit 2. Sensasi
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Tekstur
Gejala dan Tanda Minor 4. Pertumbuhan rambut 3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan
Subjektif Keterangan:
1 = Memburuk sayur
(tidak tersedia) 2 = Cukup Memburuk 5. Anjurkan menghindari terpapar suhu
3 = Sedang
4 = Cukup Membaik ekstrem
Objektif
5 = Membaik 6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF

33
1. Nyeri minimal 30 saat berada di luar rumah
2. Perdarahan 7. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
3. Kemerahan
secukupnya
4. Hematoma

Kondisi Klinis Terkait

1. Imobilisasi
2. Gagal jantung kongestif
3. Gagal Ginjal
4. Diabetes Melitus
5. Imunodefisiensi (mis. AIDS)

34
4. Implementasi
Pelaksanaan adalah realisasi tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi perkummpulan
dan berkelanjutan, mengobservasi respon pasien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan serta menilai data yang baru. Komponen tahap
implementasi diantaranya sebagai berikut :

1. Tindakan keperawatan mandiri tanpa pesanan dokter. Tindakan


keperawatan mandiri ini di tetapkan dengan standart practice American
undang-undang praktek perawat Negara bahagia dan kebijakan institusi
perawat kesehatan
2. Tindakan keperawatan kolaboratif
Tindakan yang dilakukan bila perawat bekerja dengan anggota
perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang
bertahap untuk mengatasi masalah pada pasien dengan kanker serviks.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan item-item
atau perilaku yang dapat diamati dan dipantau untuk menentukan apakah
hasilnya sudah tercapai atau belum dalam jangka waktu yang telah
ditentukan.

Evaluasi hasil asuhan keperawatan sebagai tahap akhir dari proses


keperawatan yang bertujuan untuk menilai hasil akhir dan seluruh tindakan
keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi ini bersifat sumatif, yaitu
evaluasi yang dilakukan sekaligus pada akhir dari semua tindakan
keperawatan yang telah dilakukan dan disebut juga evaluasi pencapaian
langka jangka panjang. Ada tiga alternative dalam menafsirkan hasil
evaluasi, yaitu :

35
1. Masalah teratasi
Masalah teratasi apakah klien atau keluarga menunjukan perubahan
tingka laku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
2. Masalah teratasi sebagian
Masalah sebagian teratasi apabila klien atau keluarga menunjukan
perubahan dan perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
3. Masalah belum teratasi
Masalah belum teratasi apabila klien atau keluarga sama sekali tidak
menunjukan perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan atau
bahkan timbul masalah baru.

36
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN SUSP. DIABETES
MELITUS DI PKM DEPOK III YOGYAKARTA

A. Identitas Pasien
1. Nama : Tn. S
2. Alamat : Samirno Baru No 54 B Rt 2/13 Ct
3. No. RM : 0603971
4. Usia : 24 tahun
5. Jenis kelamin : laki- laki
6. Jenis Diabetes :-
7. Lama menderita diabetes :-
8. Riwayat diabetes dalam keluarga : Ibu penderita DM Tipe II
9. Tanggal Pengkajian : Rabu, 31 Mei 2021

B. Riwayat Kesehatan Pasien


 Keluhan Utama :
- klien mengatakan lemas, pusing, dan luka dikaki kiri udah sebulan yang
tak kunjung sembuh sampai sekarang.
 Riwayat Penyakit Sekarang :
- Klien mengatakan 3 bulan terakhir belum pernah melakukan
pengecekan gula darah (GDS)
- Klien mengatakan Orang tua perempuan, kakek, Penyandang DM Tipe
II
- Klien mengatakan suka mengkonsumsi makanan siap saji (Go Food).
- Klien mengatakan suka mengonsumsi makan manis ( coklat)
- Klien mengatakan memutuskan untuk melakukan Control pemeriksaan
di PKM depok III pada hari kamis tanggal 2 juni 2021
- Klien mengatakan sering kecapean selesai main game online.

37
Genogram

Keterangan :
Laki-laki Pasien
Tinggal serumah

Perempua
Meninggal Pisah
n

 Sosial :
- Pendidikan terakhir : SMA
- Bahasa sehari-hari : Bahasa indonesia
- Status pernikahan : belum menikah
- Sistem dukungan sosial : ayah dan ibu
- Jenis pekerjaan : belum bekerja ( mahasiswa)
- Jenis pekerjaan :-
- Hobi : dengarkan musik

 Pola Makan :
- Klien mengatakan frekwensi makan 3 kali/ hari
- Klien mengatakan suka mengonsumsi makan siap saji (Go Food)
- Klien mengatakan sering ngemil di malam hari
- Klien mengatakan pola makan baik
- Minum : ≥ 1500-2000 cc/ hari
- Pemanis : Murni
- Keluhan : klien mengatakan sering ngemil di malam hari, suka
kelaparan selesai main game online
- Kategori makan : seimbang

38
- Kebiasaan makan di luar rumah : sering
- Frekwensi : setiap hari makan di luar rumah.

 Merokok : Tidak
 Pengobatan :
- Amlodipin 10 mg ( 1x1)
- Vit B Kompleks
- Salep luka : chloramphenicol – 1 %

 Tingkat Aktivitas Sehari-hari


- Aktivitas : klien mengatakan aktivitas sehari-hari adalah main game di
kontrakan teman
- Rata-rata lama tiap aktivitas/olahraga : -

 Keterbatasan kemampuan/ tingkat keterbatatasan


1. Kelumpuhan : mengekspresikan keinginan untuk mengelolah
masalah kesehatan dan pencegahannya
2. Gangguan Pendengaran : Tidak ada gangguan pendengaran, pasien
bisa mendengar dengan baik tanpa bantuan alat.
3. Komplikasi yang berhubungan dengan diabetes : luka sulit sembuh
4. Penurunan daya penglihatan : pasien tidak menggunakan alat bantuan
penglihatan
5. Vaskuler :
- jantung : tidak terdapat nyeri dada, dan tidak sesak nafas
6. Kaki dan jari kaki :
- klien mengatakan kaki nya sering kesemutan
7. Fungsi ginjal :
- klien mengatakan BAK 5-6 kali / hari
- jumlah urin tidak terkaji
- seksualitas tidak terkaji
8. Mobilitas : tidak ada gangguan pada mobilitas pasien

39
 Monitoring Diri Terhadap Kontrol Diabetes (Metode pemeriksaan)
1. Pemeriksaan urine : Tidak ada pemeriksaan urine
2. Pemeriksaan glukosa sendiri : klien mengatakan 6 bulan terakhir
belum pernah melakukan pengecekan gula darah
3. Sistem yang digunakan :
4. (1) Visual, jenis strip :-
5. (2) Jenis glukometer darah :-
6. tidak ditemukan adanya gejalah masalah kesehatan atau penyakit
yang tidak diduga
7. kurang terpapar informasi tentang menejemen DM
8. klien mengatakan sering berkeringat dingin di malam hari

 Penyesuaian Psikologis Terhadap Diabetes


1. Pasien dapat menyesuaikan diri dengan baik
2. Status mental : Harga diri baik, tidak terdapat keluhan/gangguan pada
status mental pasien saat pengkajian
3. Self efficacy : Baik
4. Optimisme: Optimisme pasien baik, pasien punya optimis yang tinggi
untuk sembuh.

 Pengkajian Pengetahuan Tentang Diabetes


1. Edukasi Diabetes sebelumnya : Ya, pasien mendapat edukasi oleh
tenaga kesehatan tentang penyebab, tanda dan gejala Diabetes Mellitus
2. Kehadiran dalam kelompok edukasi : Tidak terkaji
3. Nama kelompok : -

 Alasan pasien rawat jalan puskesmas :


- Klien mengatakan luka di kaki kiri sulit sembuh, udah 1 bulan

40
Pemeriksaan Fisik
I. Pemeriksaan Fisik (Body Sistem)
1. Sistem Pernafasan (B 1 : Breathing)

a. Keluhan : klien mengatakan tidaka ada keluhan sesak nafas

b. Inspeksi

 Bentuk dada : normal simetris (Burrel chest)


 Jenis pernapasan : spontan
 Frekuensi pernapasan : 22 kali / menit
 Irama pernapasan : iraguler
 Pengembangan dada :
 Retraksi dada : ya
 Fase inspirasi : Normal / Memanjang
 Fase ekspirasi : Normal / memanjang

 Lainnya : tidak ada Sianosis


c. Palpasi

 Kelaian / benjolan : tidak ada


 Nyeri tekan : nyeri di dada
 Taktil Fremitus : sama antara paru kiri dan kanan
d. Perkusi

 Sonor (normal)
e. Auskultasi

 Bunyi napas : vasikuler


 Bunyi napas tambahan : tidak ada

41
2. Sistem Cardiovascular (B 2 : Bleeding)

a. Keluhan : tidak ada keluhan

0
Tensi : 140/80 mmHg, nadi : 88 X/menit, P : 22 x/m, suhu : 36.5
C, Spo2: 99 %

b. Inspeksi

 Ictus cordis : Tampak jelas / pada ICS 4 –5


 Konjungtiva :-
 Sklera mata :-
c. Palpasi

 Ictus cordis teraba pada ICS 4 –5


d. Perkusi

 Tidak dilakukan
e. Auskultasi

 Suara jantung : Normal (S1 dan S2 tunggal)


 Suara jantung tambahan : tidak ada

3. Sistem Persyarafan (B 3 : Brain)

a. Keluhan : tidak ada

b. Kesadaran : Composmentis

c. GCS : E: 4 M : 6 V : 5 jumlah : ( 14-15)

d. Inspeksi

 Bentuk kepala : bulat


 Pupil : isokor
 Ukuran pupil : 2 mm

42
 Kaku kuduk : Tidak ada
 Kelumpuhan : tidak ada
 Persepsi sensori : tidak ada kelainan

4. Sistem Perkemihan (B.4 : Bladder)

a. Keluhan : klien mengatakan sering kencing


dimalam hari 4-5 kali

b. Inspeksi

 Distensi kandung kemih : tidak dilakukan


c. Palpasi

 Distensi kandung kemih : Tidak dilakukan


 Nyeri tekan : tidak dilakukan
d. Intake cairan sehari :-

5. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)

a. Keluhan : tidak ada keluhan

b. Inspeksi

 Bibir : tidak dilakukan


 Gusi : tidak dilakukan
 Gigi : tidak dilakukan
 Lidah : tidak dilakukan
 Tonsil : tidak dilakukan
 Abdomen : tidak dilakukan
c. Auskultasi

 Bising usus : normal. Peristaltik (N: 5 – 35 x / mnt)


d. Palpasi

 Tidak dilakukan

43
e. Perkusi

 Tidak dilakukan
6. Sistem Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)

a. Inspeksi

 Pergerakan sendi : kaki kiri terdapat luka


 Ekstremitas :
o Kaki kiri klien terdapat luka yang sulit sembih, udah 1 bulan
yang lalu
o Luka terdapat push
o Luka masi tampak basah
o Luka tampak kemerahan
o Klien mengatakan luka di kaki kadang-kadang terasa nyeri

 Tulang belakang : normal tidak ada kelainan


 Kulit : sawo matang
 Bengkak : tidak
 Diaforesis : tidak ada kelainan
 Atrofi/deformitas : tidak ada kelainan
 Dekubitus : tidak ada
b. Palpasi

 Akral : hangat
 Turgor : jelek <3 detik
c. Perkusi

 Reflex Spesifik : tidak dilakukan

7. Sistem Endokrin

a. Keluhan :

 Klien mengatakan sering kencing di malam hari 8-10 kali

44
b. Inspeksi

 Tidak dilakukan
(1) Inspeksi Umum
1. Kesadaran : Compos mentis
2. Suhu : 36.6 oC
3. Nadi : 83x/menit
4. Pernafasan : 20x/menit
5. SPO2 : 98%
6. Tekanan darah : 140/80 mmHg saat posisi duduk.
7. Postural drop/hipostatik : Tidak terjadi hipostatik
8. Tinggi badan : 165 cm
9. Berat badan : 68 kg
a. Riwayat berat badan : Penambahan berat badan kurang lebih 2
kg dalam waktu 1 bulan terakhir
b. Hasil pemeriksaan urine lengkap terakhir (tanggal) : tidak ada hasil
leb terakhir
c. Gejala Diabetes : Kencing berlebih
d. Hasil GDS : -
e. Keadaan umum lemah
(2) Kulit
1. Hiperpigmentasi :tidak terdapat beberapa hiperpigmentasi
2. Turgor : turgor kulit baik

(3) Mulut
1. Membran mukosa mulut : tidak ada keluhan atau stomatitis.
2. Bibir : Bibir lembab tidak ada pecah-pecah dan kering

(4) Kaki dan Jari kaki


1. Suhu kaki dan jari kaki : Teraba hangat
2. Pengisian darah perifer : CRT < 3 detik

45
3. ABI (Ankle Brachial Indeks) kanan, kiri : Tidak terkaji
4. Hiperpigmentasi : Tidak terdapat hiperpigmentasi
5. Tanda gangguan sirkulasi : Tidak terdapat gangguan sirkulasi terkait
dengan kerusakan integritas kulit dan jaringan
6. Kelemahan otot kaki : Tidak terjadi kelemahan pada otot
7. Ulkus : Tidak terdapat ulkus
8. Hilangnya sensasi : Tidak
9. Edema di kaki : Tidak
10. Infeksi jamur antara jari kaki : (ya) terdapat luka pada kaki kiri
yang sulit sembuh udah 1 bulan, luka tampak kemerahan.
11. Kondisi kuku : Pendek, Bersih
12. Kebersihan kaki :-
13. Jenis kaos kaki : tidak menggunakan kaos
kaki
14. Sepatu : Memakai sepatu

Tanggal pengkajian : Rabu, 02 Juni 2021

Sahrul Balise & Dirzah Auliasari

46
ANALISA DATA
Data Etiologi Problem
Factor risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah Factor risiko : Risiko ketidakstabilan kadar
Factor risiko : - orang tua penyandang DM tipe 2 glukosa darah
- orang tua penyandang DM tipe 2 - TD 140/80 MmHg
- TD : 140/80 MmHg - kurang terpapar informasi tentang
- kurang terpapar informasi tentang menejmen menejmen DM
DM - klien mengatakan sering kincing di
- klien mengtakan sering kencing di malam hari 8- malam hari 4-5 kali
10 kali/ hari - klien mengatakan sering mengkonsumsi
- klien mengatakan sering mengonsumsi makan makanan siap saji ( Go Food)
siap saji ( Go Food)
- klien mengatakan sering mengkonsumsi
makanan manis (Coklat)

DS : Orang tua penyandang DM tipe 2 Kesiapan peningkatan


- mengekspresikan keinginan untuk mengelolah manajemen Kesehatan
masalah Kesehatan dan pencegahannya
DO :

47
- tidak ditemukan adanya gejalah masalah
Kesehatan atau penyakit yang tidak di duga

Risiko infeksi Factor risiko : Risiko infeksi


Factor resiko : - luka tampak kemerahan
- luka tampak kemerahan - luka terdapat push
- luka terdapat push - luka masi tampak basah
- luka masi tampak basah - luka di kaki kiri udah sebulan yang lalu tak
- luka dikaki kiri udah sebulan yang lalu tak kunjung kunjung sembuh
sembuh

48
DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASAR PRIORITAS
1. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah Factor risiko
- Orang tua penyandang DM tipe 2
- TD : 140/80 MmHg
- kurang terpapar informasi tentang menejmen DM
- klien mengtakan sering kencing di malam hari 4-5 kali/ hari
- klien mengatakan sering mengonsumsi makan siap saji ( Go Food)
- klien mengatakan suka sering mengkonsumsi makanan manis (Coklat)
2. Kesiapan peningkatan manajemen Kesehatan
DS :
- Mengekspresikan keinginan untuk mengelolah masalah kesehatan dan pencegahannya
DO :
- Tidak ditemukan adanya gejalah masalah Kesehatan atau penyakit yang tidak diduga
3. Risiko infeksi Factor risiko :
- Luka tampak kemerahan
- Luka terdapat push
- Luka masi tampak basah

49
- Luka di kaki kiri udah sebulan yang lalu tak kunjung sembuh

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama pasien : Tn. S Dx Medis : Susp. DM

Ruangan : PKM Depok III

No Hari / Diagnose Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Tanggal Keperawatan

1. Rabu Risiko ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x pertemuan Promosi perilaku upaya Kesehatan
diharapkan Kontrol Risiko meningkat Dengan kriteria hasil : (SIKI L.1.12472, HAL. 380)
02/06/21 kadar glukosa darah
Standart Indicator Capaian Keterangan
09:00 luaran Observasi :
Awal Target
keseluruhan - identifikasi perilaku upaya
WIB
Kemampua 2 5 1. Menurun Kesehatan yang dapat
n mencari 2. Cukup
(kurang ( kemampuan ditingkatkan
informasi memurun
terpapar klien dalam
tentang 3. Sedang Terapeutik :
informasi mengubah
factor risiko 4. Cukup
tentang perilaku hidup - berikan lingkungan yang
meningkat
orang tua sehat)
5. meningkat mendukung Kesehatan
penyandang
DM tipe 2) - orentasi pelayanan Kesehatan
yang dapat dimanfaatkan
(SLKI L.14128, HAL. 60)
Edukasi :
- anjurkan mencuci tangan

50
dengan air bersih dan sabun
- anjurkan melakukan aktivitas
fisik setiap hari(aktivitas
ringan 15-30 menit)

2. Rabu Kesiapan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x pertemuan Promosi kesiapan penerimaan

02/06/21 peningkatan diharapkan Manajemen Kesehatan meningkat Dengan kriteria hasil : informasi (SIKI L.1.12470, HAL.

09:00 menejemen Standart luaran Indicator Capaian Keterangan 371)


Awal Target
WIB Observasi :
Kesehatan Aktivitas hidup 2 5 1. menurun
sehari-hari (Pasien masih (Pasien dapat 2.cukup - Identifikasi informasi yang
efektif belum mengetahui menurun akan disampaikan
memenuhi mengetahui tentang 3. sedang
tujuan banyak tentang informasi 4.cukup - Identifikasi pemahaman
Kesehatan informasi kesehatan) meningkat tentang kondisi Kesehatan
Kesehatan ) 5. meningkat
saat ini
(SLKI L.14128, HAL. 60)
- Identifikasi kesiapan
menerima informasi
Terapeutik :
- Libatkan pengambilan
keputusan dalam keluarga

51
untuk menerima informasi

3. Rabu Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x pertemuan Pencegahan Infeksi (SIKI L.1.14539,
diharapkan Tingkat Infeksi menurun Dengan kriteria hasil : HAL. 278)
02/06/21
Standart Indicator Capaian Keterangan
09:00 luaran Observasi :
Awal Target
keseluruhan - Monitor tanda dan gejalah
WIB
Kemerahan, 2 5 1. menurun infeksi local dan sistemik
nyeri,
( luka tampak ( Tidak 2. cukup menurun Terapeutik :
bengkak
kemerahan, Terdapat
3. sedang - Cuci tangan sebelum dan
push +, luka tanda-tanda
udah 1 bulan infeksi) 4. cukup sesudah kontak dengan pasien
yang lalu tak meningkat
dan lingkungan pasien
kunjung 5. meningkat
sembuh) - Pertahankan Teknik aseptic
pada pasien beresiko tinggi
Edukasi :
(SLKI L.09097, HAL. 138)
- Jelaskan tanda dan gejalah
infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
- Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka

52
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Hari/Tanggal Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Paraf

1. Rabu Risiko Promosi perilaku upaya Kesehatan (SIKI S:

02/06/21 ketidakstabilan L.1.12472, HAL. 380) - Klien mengatakan luka di kaki kiri sulit sembuh,
kadar glukosa udah 1 bulan Sahrul

darah Observasi : - Klien mengatakan suka mengonsumsi makanan


09:00
- Mengidentifikasi perilaku upaya siap saji (Go Food)
Kesehatan yang dapat ditingkatkan - Klien mengatakan suka mengkonsumsi makanan
Terapeutik : manis (coklat)
10 :00 - Memberikan lingkungan yang O:
mendukung Kesehatan - TD : 140/80 MMHG
10:15 - orentasikan pelayanan Kesehatan - N : 80 x/ m
yang dapat dimanfaatkan
- P : 22 x/m
Edukasi :
- S : 36 C
- Menganjurkan mencuci tangan
10 :20 - Orang tua penyandang DM tipe 2
dengan air bersih dan sabun
10:30
- Menganjurkan melakukan aktivitas
fisik setiap hari(aktivitas ringan 15-
30 menit)

53
A:
Standart Indicator Capaian
luaran
Awal Target Capaian
keseluruhan
Kemampu 2 5 3
an mencari (kurang (kemamp (klien
informasi terpapar uan klien mendapatkan
tentang informasi dalam informasi dari
factor tentang mengubah petugas
risiko orang tua perilaku kesehatan)
penyanda sehat)
ng DM
tipe 2)

P : Akan dilakukan evaluasi Kembali di pertemuan


berikutnya

2. Rabu Kesiapan Promosi kesiapan penerimaan informasi S:-

54
02/06/21 peningkatan (SIKI L.1.12470, HAL. 371) Sahrul
O:
manajmen
Observasi : - Keadaan umum baik
Kesehatan 09:00
- Mengidentifikasi informasi yang - Klien mendapat informasi dari petugas Kesehatan
akan disampaikan tentang proses penyakit
10 :00 - Mengidentifikasi pemahaman - Keadaan luka masih basa
tentang kondisi Kesehatan saat ini - Terdapat push
10:15 - Mengidentifikasi kesiapan - Luka dibalut dengan kasa
menerima informasi
Terapeutik :
A:
- Melibatkan pengambilan keputusan Standart Indicator Capaian
10 :20
dalam keluarga untuk menerima luaran Awal Target Capaian
informasi Aktivitas 2 5 4
10:30 hidup sehari- (pasien masi (pasien (pasien
hari efektif belum dapat mendapat
memenuhi mengetahui mengetahu informasi
tujuan banyak i tentang dari
Kesehatan tentang informasi petugas
informasi Kesehatan kesehatan)
Kesehatan) )
P : Akan dilakuakan evaluasi Kembali dipertemuan
berikutnya

3. Rabu Risiko infeksi 11:00 Pencegahan Infeksi (SIKI L.1.14539, HAL. S : klien mengatakan kaki kirinya masi terdapat luka

55
02/06/21 WIB 278) O: Sahrul
Observasi : - Terdpat luka di kaki kiri
- Monitor tanda dan gejalah infeksi - Terdapat push +
local dan sistemik - Luka tampak kemerahan
Terapeutik : - Perawatan luka seminggu 2 kali
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
- Luka dibalut dengan kasa steril
kontak dengan pasien dan
- Pemberian salep Chloramphenicol -1 %
lingkungan pasien
A:
- Pertahankan Teknik aseptic pada
Standart Indicator Capaian
pasien beresiko tinggi luaran Awal Target Capaian
Edukasi : Kemerahan, 2 5 4
nyeri, (luka tampak (tidak (Tanda-
- Jelaskan tanda dan gejalah infeksi tanda
bengkak kemerahan, terdapat
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan push +, luka tanda- infeksi
udah 1 bulan tanda berkurang,
benar perawatan
yang lalu tak infeksi )
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka kunjung luka 2
minggu
sembuh)
sekali)

P : Akan dilakukan evaluasi Kembali dipertemuan


berikutnya

56
Daftar Skiring Di Wilayah Kerja PKM Depok III Daerah Istimewah Yogyakarta

Tekanan darah Hasil Gula darah


No Nama Jenis kelamin Alamat Umur Pekerjaan Riwayat Sewaktu( N 70-110)

1. Sri lestari P Karangweni 72 th IRT 137/84 mmhg 112 mg/dl


2. Warijah P Tawang sari 71 th IRT 160/97 mmhg 90 mg/dl
3. Sugatmi P Tawang sari 68 th IRT 160/80 mmhg -
4. Faat gading L Ku wuni 61 th wiraswasta 139/85 mmhg 97 mg/dl
5. Slamet L Karangwuni 55 th Pension guru 158/87 mmhg 123
6. Rahadi widodo L Karang wuni 61 th - 120/71 mmhg 101
7. Sri hadi P Karangwuni 50 th IRT 130/80 mmhg 124
8. Sunyah P Karang wuni 55 th IRT 141/82 mmhg 116
9. Wasinem P Karangwuni 50 th IRT 145/80 mmhg 239
10 Saliyem P Karang wuni 66 th IRT 142/80 mmhg 101
11. Prepti P Karangwuni 50 th IRT 159/74 mmhg 98
12 Ngatini P Karang wuni 61 th IRT 131/73 mmhg 93
13. Tuminem P Karangwuni 65 th IRT 119/56 mmhg 89
14. Nikolas L Karang wuni 55 th wiraswasta 164/109 mmhg 110

57
15. Uni P Karangwuni 55 th IRT 147/69 mmhg 274
16. Hartato L Karang wuni 50 th petani 147/67 mmhg -
18. Sutirah P Karangwuni 58 th IRT 163/82 mmhg 181

19. Tentrem p P Karang wuni 65 th IRT 150/78 mmhg 107

20. Puji warti P Karangwuni 60 th IRT 169/85mmhg 259

21. Darinem P Karang wuni 62 th IRT 179/90 mmhg -

22. Waginah P Karangwuni 73 th IRT 165/85 mmhg 221

23. Gemi P Karang wuni 57 th IRT 149/63 mmhg 100

58
59
BAB IV
PENUTUP

A. kesimpulan :

Dari data yang didapatkan di PKM Depok III menunjukan bahwa rata-
rata masalah yang sering muncul di wilayah kerja PKM depok III adalah
pasien dengan penderita Hipertensi, dan Diabetes Melitus Tipe 2. Orang tua
dengan penderita DM tipe 2 harus mampu memotivasi anak-anaknya untuk
menjaga gaya hidup di masyarakat. Dari survei dan skring dimasyarakat
menunjukan bahwa banyak orang tua yang masi minim tentang informasi
penyakit Hipetensi dan Diabetes Melitus. Oleh karena itu petugas Kesehatan
wajib melakukan edukasi dan program yang ada di PKM depok III sesuai
rencana dan agenda jangka Panjang.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali pertemuan


didapatkan 3 diagnosa keperawatan yaitu :

1. resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah


2. kesiapan peningkatan menejmen Kesehatan
3. resiko infeksi

Menurut Isnaini dan Ratnasari (2018), hasil penelitian menyatakan


bahwa anak dengan keluarga yang memiliki penyakit DM harus
meningkatkan kewaspadaan. Jika satu orang tua terkena DM maka risko
terkena sebanyak 15%, dan jika kedua orang tua ayah dan ibu kandungnya
memiliki DM maka risiko memiliki DM sebanyak 75%. Risiko untuk
mendapatkan DM dari ibu lebih besar 10-30% dari pada ayah dengan DM. hal
ini dikarenakan penurunan Gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari
ibu.

Aktivitas fisik yang teratur dapat berperan dalam mencegah risiko DM


dengan meningkatkan masa tubuh tanpa lemak dan secara bersamaan
mengurangi lemak tubuh. Aktivitas fisik memgakibatkan insulin semakin

60
meningkat sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang. Orang yang
jarang beraktivitas fisik dan jarang melakukan olahraga, zat makanan yang
masuk kedalam tubuh tidak akan dibakar tetapi akan ditimbun dalam bentuk
lemak dan gula. Jika kondisi pengkreas tidak tidak adekuat dalam
menghasilkan insulin dan tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi
energi maka akan timbul penyakit DM.

B. saran
Pada pasien dengan orang tua penyandang DM tipe 2 mampu
mengetahui factor risiko penyakit DM, diharapkan masyarakat dapat
melakukan langkah-langkah antisipasi berupa pencegahan agar kejadian DM
ini dapat diminimalkan di masyarakat. Dan untuk penderita DM harus
mematuhi mengetahui pilar DM dengan mencari informasi tentang DM,
control gula darah secara rutin, terapi nutrisi, dan konsumsi obat secara rutin.

61
Daftar Pustaka

Isnaini, N., & Ratnasari. (2018). Faktor Resiko Mempengaruhi Kejadian Diabetes
Mellitus Tipe Dua. Jurnal Keperawatan Dan Kebidanan Aisyiyah Vol 14,
No. 1,, 59-68.

Lemone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lestari, D. D., Purwanto, D. S., & Kalingis, S. H. (2013). Gambaran Kadar


Glukosa Darah Puasa Pada Mahasiswa Angkatan 2011 Fakultas
Kedokteran Universitas Sam ratulangi Dengan Indeks Massa Tubuh 18,5-
22,9 Kg/M2. Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 1, Nomor 2, , 991-996.

Lubis, S. L., Utami, G. T., & Dewi, Y. I. (2018). Gambaran Gaya hidup Anggota
Keluarga Beresiko Diabetes Melitus (DM) Tipe 2. JOM FKp, Vol. 5 No. 2,
155-163.

PPNI, T. P. (2016). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia Defenisi dan


Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Indonesia.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Defenisi dan


Tindakan Keperawatan. Jakarta: Persatuan Perawat nasional Indonesia.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan


Tindakan

Putra, Yudha Wahyu; Rizqi, Amalia Solichathi. (2018). Index Massa Tubuh
(IMT) Mempengaruhi Aktivitas Remaja Putri SMP Negeri 1
Sumberlawang. Jurnal Gaster Vol. XVI No.1, 105-115.

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah


(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika.

62
63

Anda mungkin juga menyukai