Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEGAWATDARURATAN DM TIPE 1 DAN DM TIPE 2

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ”Keperawatan Medikal Bedah”

Disusun oleh :

Lela Meilani (181440122)

Dosen pengampu:

Eny Erlinda Widyaastuti, M.Kep,Sp.Kep.MB

POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG

PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah- Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang diberi
judul “Kegawatdaruratan DM TIPE 1 DAN DM TIPE 2.” Adapun makalah ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya.

Oleh karena itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami
dapat memperbaiki makalah ini. Akhirnya kami mengharapkan semoga dari makalah ini
dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap
pembaca.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................4

A. Latar Belakang ............................................................................... .4


B. Rumusan Masalah ...........................................................................6
C. Tujuan .............................................................................................6

BAB 2 PEMBAHASAN ..................................................................................7

A. Definisi Diabetes Melitus ................................................................7


B. Fatogenesis diabetes melitus............................................................7
C. Klasifikasi Diabetes Melitus............................................................8
D. Gejala-gejala diabetes melitus..........................................................9
E..Detreminan Diabetes Melitus...........................................................10
F..Komplikasi Diabetes melitus...........................................................11

BAB 3 PENUTUP............................................................................................18

A. Kesimpulan .....................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus atau yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis
telah menjadi masalah kesehatan yang bersifat global. Periode ini merupakan era
penyakit degeneratif seperti hipertensi, penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus
yang salah satunya disebabkan oleh adopsi terhadap cara kehidupan barat sehingga
angka epidemiologi meningkat. Penyakit ini bukanlah penyakit yang baru, hanya saja
kurang mendapat perhatian di tengah-tengah masyarakat khususnya yang memiliki
resiko tinggi untuk menderita penyakit tersebut. Ketidaktahuan akan gambaran
penyakit diabetes mellitus (DM) dan kurangnya perhatian masyarakat, serta minimnya
informasi akan memengaruhi perilaku serta anggapan yang salah akan penyakit ini
(Mirza, 2008)
Beberapa jenis DM terjadi karena interaksi yang kompleks dari lingkungan,
genetik, dan pola hidup sehat (pola diet). Diabetes mellitus (DM) dibagi beberapa
kelas yaitu diabetes mellitus (DM) tipe 1, disbetes mellitus (DM) tipe 2, diabetes
mellitus (DM) tipe lain, dan diabetes mellitus (DM) kehamilan (American Diabetes
Association, 2005). Pencegahan sekunder bagi penderita diabetes mellitus (DM)
merupakan salah satu wujud nyata dari perilaku kesehatan. Yosep (2007) mengatakan,
adanya suatu penyakit yang serius dan kronis pada diri seseorang anggota keluarga
biasanya memiliki pengaruh yang mendalam pada sistem keluarga, khususnya pada
struktur peran dan pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga. Oleh karena itu keluarga
merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan langsung setiap
keadaan sehat dan sakit terhadap penderita.
Data organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) (2009),
Indonesia menempati urutan ke enam di dunia sebagai negara dengan jumlah
penderita diabetes mellitus (DM) terbanyak setelah India, Cina, Unisoviet, Jepang dan
Brasil. Pada tahun 2008 jumlah penderi diabetes mellitus (DM) di Indonesia menjadi
14 juta orang, jika peningkatan penderita diabetes mellitus (DM) pertahunnya 230.000
orang, maka bisa kita bayangkan berapa banyak jumlah penderita diabetes mellitus
(DM) pada tahun 2009. Menurut estimasi International Diabetes Federation (IDF)
tahun 2007, bahwa jumlah penduduk Indonesia usia 20 tahun keatas menderita
diabetes mellitus (DM) sebanyak 5,6 juta orang pada tahun 2001 dan angka tersebut
akan meningkat menjadi 8,2 juta pada tahun 2020. Hasil pendataan kesehatan tahun

4
2014 di wilayah kerja puskesmas Arjowinangun menunjukkan kasus diabetes mellitus
tercatat penderita DM usia 20-44 tahun berjumlah 128 orang, pada usia 45-54 tahun
berjumlah 270 orang, pada usia 55-59 tahun berjumlah 115 orang dan > 60 tahun
berjumlah 360 orang dari data rekam medik puskesmas Arjowinangun di dapatkan
data pasien yang terjangkit DM tipe 1 sebanyak 41 orang dan DM yang tipe 2
sebanyak 644 orang. Naik turunnya angka kejadian penyakit diabetes mellitus pada
masyarakat Arjowinangun dikarenakan sebagian banyak keluarga kurang memahami
mengenai suatu penyakit dan diit (data dari Puskesmas Arjowinangun Malang).
Penyakit diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang
memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius. Diabetes mellitus (DM) apabila
tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi dengan
penyakit serius lainnya, diantaranya: jantung, stroke, gagal ginjal, dan kerusakan
system syaraf. Jika positif menderita diabetes mellitus, maka sebaiknya
dikonsultasikan dengan dokter dan mengikuti anjuran dokter dengan penuh disiplin.
Selain itu cara yang efektif yang diterapkan pada diabetes mellitus (DM) adalah
perencanaan makan (diet), latihan (olah raga), pemantauan glukosa darah, terapi (bila
diperlukan dan lain-lain yang dapat diperoleh di pelayanan kesehatan (puskesmas,
rumah sakit, klinik, dan sebagainya) (Soegondo, 2004)
Menurut Seogondo (2004), penyakit diabetes mellitus (DM) dapat dicegah
bahkan dapat disembuhkan jika mereka mengatur pola makannya dan secara rutin
melakukan pengobatan, berolah raga dan melakukan aktivitas gerak lainnya serta
melakukan pemeriksaan glukosa darah dan terapi secara rutin, serta perlu adanya
terapi psikologi melalu kepedulian keluarga, lingkungan sosial serta peran aktif
petugas kesehatan untuk memberikan dorongan untuk disiplin melakukan program
diit. Menurut Waspadji (2007), daibetes mellitus (DM) merupakan penyakit
metabolisme kronik, maka penting dilakukan pengaturan atau perencanaan pola
makan, dan dalam kepatuhan dalam pelayanan kesehatan cenderung sulit untuk
diprediksikan, tergantung pengawasan dari petugas kesehatan atau keluarga. Dasar
terapi diet pada diabetes melitus adalah memberikan kalori yang cukup dan komposisi
yang memadai, dengan memperhatikan tiga J, yaitu: jumlah, jadwal makan, dan jenis
makanan. (Depkes RI, 2009).Menurut Yosep (2007) mengatakan, adanya suatu
penyakit yang serius dan kronis pada diri seseorang anggota keluarga biasanya
memiliki pengaruh yang mendalam pada sistem keluarga, khususnya pada struktur
peran dan pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga. Oleh karena itu keluarga merupakan

5
sistem pendukung utama yang memberikan perawatan langsung setiap keadaan sehat
dan sakit terhadap penderita.
B. Rumusan masalah
1. Jelaskan Definisi diabetes melitus
2. Jelaskan patogenesis diabetes melitus
3. Jelaskan klasifikasi diabetes melitus
4. Jelaskan gejala-gejala diabetes melitus
5. Jelaskan determinan diabetes melitus
6. Jelaskan komplikasi diabetes melitus
C. Tujuan
1. Menjelaskan defenisi diabetes melitus
2. Menjelaskan patogenesis diabetes melitus.
3. Menjelaskan klasifikasi diabetes melitus
4. Menjelaskan gejalgejala diabetes melitus
5. Jekaskan determinan diabetes melitus
6. Jelaskan komplikasi diabetes melitus

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Diabetes Melitus
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing
manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem
metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi
hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh atau bisa disebutkan sebagai suatu penyakit
dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat
melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat.
Menurut International Diabetes Federation(IDF), DM adalah penyakit kronis
yang digambarkan sebagai keadaan kadar glukosa darah yang meningkat
(hiperglikemia) yang berhubungan dengan kematian. Penyakit ini muncul ketika sel-
sel beta di pankreas gagal menghasilkan hormon insulin yang cukup atau tubuh t idak
dapat menggunakan insulin yang dihasilkan secara efektif.19 Seseorang dapat
dikatakan DM bila didiagnosis dengan kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi
glukosa yaitu: kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) ≥ 200 mg/dl, kadar glukosa
darah puasa (plasma vena) ≥ 126 mg/dl, kadar glukosa plasma ≥ 200 mg/dl pada 2
jam sesudah beban glukosa 75 gram pada Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO).
B. Patogenesis Diabetes Mellitus
Tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel rusak.
Di samping itu, tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat berfungsi
dengan baik. Pada manusia bahan tersebut diperoleh dari bahan makanan Universitas
Sumatera Utara yang dimakan sehari-hari, yang terdiri dari kabohidrat (gula dan
tepung-tepungan), protein (asam amino), dan lemak (asam lemak).
Pengolahan bahan makanan itu dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu, makanan dipecah menjadi
bahan dasar dari makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam
amino dan lemak menjadi asam lemak. Agar dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat
makanan itu harus masuk dulu ke dalam sel supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat
makanan tersebut terutama glukosa dibakar melalui proses metabolisme, dan hasil
akhirnya adalah timbulnya energi. Dalam proses metabolisme itu, insulin memegang
peranan penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya
dapat digunakan sebagai bahan bakar.

7
Hidrat arang dalam makanan diserap oleh usus halus dalam bentuk glukosa.
Glukosa darah dalam tubuh manusia diubah menjadi glikogen hati dan otot oleh
insulin. Sebaliknya, jika glikogen hati maupun otot akan digunakan, dipecah lagi
menjadi glukosa oleh adrenalin. Jika kadar insulin darah berkurang, kadar glukosa
darah akan melebihi normal, menyebabkan terjadinya hiperglikemia/ kadar gula darah
tinggi.
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas dapat diibaratkan sebagai
anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk
kemudian di dalam sel glukosa itu dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila insulin
tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, akibatnya glukosa akan tetap
berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadarnya di dalam darah meningkat.
Dalam keadaan ini badan akan menjadi lemah karena tidak ada sumber energi di
dalam sel. Inilah yang terjadi pada Diabetes Mellitus tipe 1.
Pada diabetes tipe 2 jumlah insulin normal atau mungkin lebih banyak tetapi
jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor
insulin dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada
keadaan ini, jumlah insulin banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang
masuk ke dalam sel sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di
dalam pembuluh darah meningkat.
C. Klasifikasi Diabetes Melitus
1. Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI/IDDM/Tipe 1)
Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana
tubuh kekurangan hormon insulin, dikenal dengan istilah Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM). Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-
anak, dan remaja.23 Pada umumnya, diabetes tipe 1 pertama kali didiagnosis pada
orang yang berumur dibawah 40 tahun, tetapi adakalanya penyakit ini terjadi pada
orang yang berumur di atas 40 tahun.
Diabetes tipe 1 merupakan kondisi autoimun yang menyebabkan
kerusakan sel β pankreas sehingga menimbulkan defisiensi insulin absolut. Pada
DM tipe 1 merupakan gangguan poligenik dengan peran faktor genetik sebesar
30%.
Sebagian besar individu dengan IDDM biasanya dengan berat badan
normal atau di bawah normal. Gejala klasik IDDM yang tidak diobati adalah
poliuria (peningkatan pengeluaran urine), polidipsia (peningkatan cairan yang

8
masuk), polifagia (peningkatan makanan yang masuk), dan kehilangan berat
badan.
Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat diobati dengan
pemberian terapi insulin yang dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet, dan faktor lingkungan sangat
mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita diabetes tipe 1
haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya,
sebaiknya menggunakan alat test gula darah terutama pada anak-anak atau balita
yang mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah
terserang berbagai penyakit.
2. Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI/NIDDM/Tipe 2)
Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan gangguan insulin yang berbeda
dengan diabetes tipe 1. Kasus diabetes tipe 2 terdapat lebih dari 90% kasus di
seluruh dunia dibandingkan diabetes tipe 1.
Diabetes tipe 2 disebut juga maturity onset biasanya menyerang orang
berusia sekitar 40 tahun dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi
dengan semestinya, dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM).Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan
dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas
(respon) sel dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan
meningkatnya kadar insulin di dalam darah.
Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini. Sekitar 80% pasien diabetes
tipe 2 mengalami obesitas karena obesitas berkaitan dengan resistensi insulin.
Penyakit diabetes tipe 2 ini dapat dikendalikan dengan diet, olah raga, atau obat
ant idiabetes
D. Gejala-Gejala Diabetes Mellitus
Manifestasi klinis diabetes mellitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolik
defisiensi insulin. Pasien-pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa darahnya yang normal setelah makan karbohidrat.
Jika hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat ini, maka timbullah
glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan
pengeluaran urine (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang
bersama urine maka pasien mengalami penurunan berat badan. Rasa lapar yang

9
semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori.
Pasien akan mengeluh lelah dan mengantuk.
Di samping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari
tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan kabur, gairah seks menurun, dan
luka sukar sembuh.
E. Determinan
1. Genetik atau Faktor Keturunan
DM cenderung diturunkan atau diwariskan, dan tidak ditularkan. Anggota
keluarga Diabetes memiliki kemungkinan besar terserang penyakit ini
dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita diabetes.
Diabetes tipe 2 lebih terkait dengan faktor genetik bila dibandingkan
dengan diabetes tipe 1. Pada umumnya, anak dengan ayah penderita diabetes tipe
1 memiliki kemungkinan terkena diabetes adalah 1:7.
2. Usia
DM dapat terjadi pada semua kelompok umur, terutama di atas 40 tahun
karena risiko terkena DM akan meningkat dengan bertambahnya usia. DM tipe 1
biasanya terjadi pada usia muda yaitu pada usia < 40 tahun, sedangkan DM tipe 2
biasa terjadi pada usia ≥ 40 tahun.
Menurut penelitian Andayani di RS Dr. Sardjito Yogyakarta (2005)
penderita DM tipe 2 mengalami peningkatan jumlah kasusnya pada umur di atas
40 tahun dan jumlah kasus yang paling banyak terjadi pada umur 61-70 tahun
dengan proporsi 48%.41 Berdasarkan penelitian Amelya (2008) di Rumah Sakit
Tembakau Deli Medan tahun 2002-2006, proporsi penderita DM yang berusia 20-
40 tahun yaitu 4,9% dan proporsi penderita DM yang berusia > 40 tahun yaitu
65,1%.
3. Pola makan dan obesitas
Diabetes tipe 2 sangat erat kaitannya dengan obesitas. Obesitas timbul
karena jumlah kalori yang masuk melalui makanan lebih banyak daripada kalori
yang dibakar. Keadaan ini akan mengakibatkan penumpukan jaringan lemak yang
berlebihan dalam tubuh sehingga terjadilah obesitas. Obesitas akan menyebabkan
resistensi insulin sehingga insulin tidak dapat bekerja dengan baik dan kadar gula
darah meningkat. Hal ini akan memicu gangguan ginjal, penyakit jantung, stroke,
dan sebagainya. Seseorang dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) 30 kg/m2 akan 30
kali lebih mudah terkena DM daripada seseorang dengan IMT normal (22 kg/m2).

10
Bila IMT ≥ 35 kg/m2, kemungkinan mengidap DM menjadi 90 kali lipat. Apabila
seseorang yang obesitas menderita diabetes maka akan lebih mudah terkena
komplikasi.
4. Kurangnya aktifitas fisik/ olah raga
Olah raga/ aktivitas fisik adalah merupakan salah satu cara untuk
menolong mencegah terjadinya penyakit karena pola hidup seperti diabetes,
serangan jantung, dan stroke atau perdarahan di otak.Setiap berolah raga
sebaiknya memeriksakan kadar glukosa darah karena kadar glukosa darah dapat
turun akibat pembakaran. Hal ini terjadi karena cadangan glukosa pada otot dan
hati dikeluarkan untuk dibakar. Pada aktivitas itu, kebutuhan terhadap hormon
insulin menjadi berkurang sehingga dapat mencegah diabetes.
5. Infeksi
Beberapa orang ahli diabetes percaya bahwa DM mempunyai beberapa
sebab. Penyebab lain yang dicurigai adalah berbagai jenis virus. Virus yang dapat
memicu DM adalah rubella, mumps, dan human coxsackievirus. Melalui
mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta pankreas, virus ini menyebabkan
kerusakan atau destruksi sel. Virus ini dapat juga menyerang melalui reaksi
autoimunitas yang menyebabkan hilangnya autoimun dalam sel beta pankreas.
Pada kasus DM tipe 1 yang sering dijumpai pada anak-anak, seringkali
didahului dengan infeksi flu atau batuk pilek yang berulang-ulang, yang
disebabkan oleh virus mumps dan coxsackievirus. DM akibat bakteri masih belum
bisa dideteksi. Namun para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan
menyebabkan DM.
F. Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi-komplikasi DM dapat dibagi 2 kategori mayor, yaitu kompliksi
metabolik akut dan komplikasi metabolik kronik jangka panjang.
1. Komplikasi Metabolik Akut
Komplikasi yang akut akibat DM terjadi secara mendadak. Keluhan dan
gejalanya terjadi dengan cepat dan biasanya berat. Komplikasi akut umumnya
timbul akibat glukosa darah yang terlalu rendah (hipoglikemia) atau terlalu tinggi
(hiperglikemia).
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan komplikasi potensial. Keadaan ini
merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita diabetes yang

11
menjalani terapi insulin dan terkadang pada mereka yang menjalani terapi
sulfonilurea.
Gejala-gejala hipoglikemia disebabkan oleh pelepasan epinefrin
(berkeringat, gemetar, sakit kepala, dan palpitasi), juga akibat kekurangan
glukosa dalam otak (tingkah laku yang aneh, sensorium yang tumpul, dan
koma). Serangan hipoglikemia sangat berbahaya dan apabila sering terjadi
dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen
atau bahkan kematian.
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60
mg/dl. Kadar glukosa yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak
mendapat pasokan energi sehingga tidak dapat berfungsi bahkan dapat
menjadi rusak. Hipoglikemia ini lebih sering terjadi pada penderita diabetes
tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali per minggu sedangkan pada penderita
diabetes tipe 2, serangan hipoglikemia lebih jarang terjadi.
b. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah komplikasi metabolik akut lain dari diabetes
yang sering terjadi pada penderita diabetes tipe 2 yang lebih tua.
Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolalitas, diuresis osmotik, dan dehidrasi
berat. Pasien dapat menjadi tidak sadar dan meninggal bila keadaan ini tidak
segera ditangani. Angka mortalitas dapat tinggi hingga 50%. Hiperglikemia
ditandai dengan poliuria,polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah (fatigue),
dan pandangan kabur.
Hiperglikemia ini antara lainnya adalah:
1) Ketoasidosis Diabetes (DKA)
Ketoasidosis Diabetes (DKA) sering terjadi pada penderita diabetes
tipe 1 (IDDM). Penyakit tersebut biasanya dipercepat oleh suatu penyakit
akut, misalnya penyakit infeksi, trauma, gangguan kardiovaskuler, stress
emosi, dan sebagainya.
Ketoasidosis Diabetes (DKA) adalah keadaan gawat darurat akibat
hiperglikemia dimana banyak asam terbentuk dalam darah. Ketoasidosis
Diabetes terjadi akibat sel otot tidak mampu lagi membentuk energi
sehingga dalam keadaan darurat ini tubuh akan memecah lemak dan
terbentuklah asam yang bersifat racun dalam peredaran darah yang disebut

12
keton. Ketoasidosis Diabetes sering terjadi akibat penyuntikan insulin
berhenti atau kurang karena lupa menyuntik atau tidak menaikkan dosis
padahal ada makanan ekstra yang menyebabkan glukosa darah naik.
Keluhan dan gejala DKA timbul akibat adanya keton yang meningkat
dalam darah, antara lain napas cepat dan dalam, napas berbau keton, nafsu
makan turun, mual, muntah, demam, nyeri perut, berat badan menurun,
mengantuk, kesadaran menurun sampai ko ma.

2) Hiperosmolar Non Ketotik


Hiperosmo lar Non Ketotik adalah komplikasi akut DM tipe 2
Hiperosmolar Non Ketotik adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa
darah sangat tinggi sehingga darah menjadi “kental”. Kadar glukosa darah
penderita bisa sampai di atas 600 mg/dl. Glukosa ini akan menarik air
keluar sel, selanjutnya keluar dari tubuh melaluikencing yang akan
mengakibatkan kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi.
Gejala Hiperosmo lar Non Ketotik mirip dengan ketoasidosis.
Perbedaannya pada Hiperosmo lar Non Ketotik tidak dijumpai napas yang
cepat dan dalam serta berbau keton. Gejala yang ditimbulkan adalah rasa
sangat haus, banyak kencing, lemah, kaki dan tungkainya kram, bingung,
nadi berdenyut cepat, kejang, sampai koma.
3) Asidosis Laktat
Asidosis Laktat merupakan komplikasi yang sangat jarang akibat
terapi dengan metformin. Pasien datang dengan gejala-gejala asidemia
(malaise, anoreksia, muntah). Kadar glukosa darah biasanya normal, tidak
ditemukan benda keton dalam urine, dan analisis gas darah menunjukkan
adanya asidosis (berat) dengan kelebihan basa yang tinggi. Terapi yang
digunakan dapat bersifat suportif dan menghentikan penggunaan
metformin.
2. Komplikasi Metabolik Kronik
Komplikasi kronik adalah komplikasi akibat diabetes yang tidak terkontrol
dengan baik dan berlangsung sejak lama. Keadaan ini kemudian memunculkan
kerusakan pembuluh darah yang selanjutnya berdampak terhadap organ-organ
tubuh lain, seperti jantung, stroke, ginjal, mata, dan lainnya.

13
a. Kerusakan Saraf (Neuropathy)
Kerusakan saraf adalah komplikasi DM yang paling sering terjadi.
Baik penderita DM tipe 1 maupun tipe 2 bisa terkena neuropati.
Neuropati diabetik terjadi pada 60-70% penderita DM.43 Neuropati
Diabetik adalah kerusakan saraf yang terjadi karena kadar glukosa darah yang
tinggi dalam jangka waktu yang lama yang melemahkan dan merusak dinding
pembuluh darah kapiler. Akibatnya saraf tidak bisa mengirim atau menghantar
pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim, atau terlambat mengirim.
Gejala- gejala neuropati yang sering muncul adalah kesemutan, rasa
panas, kram, rasa tebal, dan nyeri. Bila kerusakan itu banyak terjadi pada urat
saraf maka disebut polineuropati diabetik. Ini akan menyebabkan otot-otot
kaki penderita akan mengecil/ atrofi. Semua kelainan saraf akibat DM dapat
diatasi bila cepat ditangani. Karena penderita sering lengah biasanya kelainan
urat saraf sudah parah sehingga memperlambat kesembuhan. Pencegahan dan
perawatan sedini mungkin merupakan cara yang paling baik untuk
mengatasinya.
b. Kerusakan Ginjal (Nephropathy)
Komplikasi pada ginjal bukan akibat kebanyakan obat melainkan
karena kontrol kadar gula darah yang buruk. Kerusakan ginjal timbul karena
kadar glukosa darah yang tinggi umumnya di atas 200 mg/dl dan tekanan
darah tinggi. Bila terjadi kerusakan ginjal yaitu pembuluh kapiler ginjal rusak/
bocor maka protein yang seharusnya dipertahankan ginjal bocor keluar dan
terdapat di dalam urine.
Dibandingkan dengan ginjal orang normal, diabetes memiliki
kecenderungan tujuh belas kali lebih mudah mengalami gangguan fungsi
ginjal. Hal ini disebabkan oleh faktor infeksi yang sering timbul pada
penderita diabetes dan faktor penyempitan pembuluh darah kapiler di dalam
ginjal.
c. Kerusakan Mata
Penyakit DM dapat merusak mata dan menjadi penyebab utama
kebutaan. Setelah mengidap DM selama 15 tahun, rata-rata 2% penderita DM
menjadi buta dan 10% mengalami cacat penglihatan.
Komplikasi klinis yang terjadi adalah timbulnya kerusakan retina mata
(retinopati), yang dapat menyebabkan kebutaan. Gangguan mata ini sering kali

14
berhubungan dengan tingginya kadar gula darah, lama diabetes, dan
hipertensi. Retinopati terjadi akibat penebalan membran basal kapiler yang
menyebabkan pembuluh darah mudah bocor (perdarahan) dan pembuluh darah
tertutup (iskemia retina dan pembuluh darah baru).
Gangguan mata ringan biasanya tanpa keluhan. Kerusakan yang lebih
berat akan menimbulkan keluhan, antara lain tampak bayangan jaring atau
sarang laba-laba pada penglihatan mata, bayangan abu-abu, mata kabur, sulit
membaca, mata terasa nyeri, sampai pada kebutaan.
Selain menyebabkan retinopati, DM juga menyebabkan lensa mata
menjadi keruh (tampak putih) yang disebut katarak dan dapat menyebabkan
glukoma (meningkatnya tekanan bola mata).
d. Penyakit Jantung
DM merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan
penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh
darah. Jika pembuluh darah koroner menyempit, otot jantung akan kekurangan
oksigen dan makanan akibat suplai darah yang kurang. Selain menyebabkan
kurangnya suplai darah ke otot jantung, penyempitan pembuluh darah juga
mengakibatkan tekanan darah meningkat, sehingga dapat mengakibatkan
kematian mendadak. Dibandingkan dengan orang normal, diabetes dua kali
lebih mudah menderita serangan jantung.
e. Hipertensi
Hipertensi lebih banyak terjadi pada diabetes tipe 2 daripada tipe 1.
Usia yang lebih tua lebih banyak terkena hipertensi daripada usia muda.
Penderita DM cenderung terkena hipertensi dua kali lipat dibanding orang
yang tidak menderita DM. Hipertensi bisa merusak pembuluh darah.
Hipertensi dapat memicu terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan
ginjal, atau stroke. Antara 35%-75% komplikasi DM disebabkan oleh
hipertensi. Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan hipertensi pada penderita
DM adalah nefropati, obesitas, dan pengapuran atau penebalan dinding
pembuluh darah.
f. Gangguan Saluran Pencernaan
Mengidap DM terlalu lama dapat mengakibatkan urat saraf yang
memelihara lambung akan rusak sehingga fungsi lambung untuk
menghancurkan makanan menjadi lemah. Hal ini mengakibatkan lambung

15
menjadi menggelembung sehingga proses pengosongan lambung terganggu
dan makanan lebih lama tertinggal di dalam lambung. Keadaan ini akan
menimbulkan rasa mual, perut mudah terasa penuh, kembung, makanan tidak
lekas turun, kadang-kadang timbul rasa sakit di ulu hati atau makanan terhenti
dalam dada.
g. Stroke
Diabetes sering disertai dengan hipertensi, kolesterol terutama LDL
yang tinggi, obesitas, merokok, kurang olahraga, hidup santai, dan sebagainya.
Hal ini akan memicu terbentuknya radikal bebas yang mendorong atau
mempercepat proses aterosklerosis. Proses ini bisa menimbulkan
pemyumbatan darah otak yang menyebabkan stroke. Diabetes juga
mempermudah komplikasi perdarahan pada pembuluh darah otak. Stroke
akibat perdarahan umumnya lebih berbahaya daripada stroke akibat
penyumbatan.
h. Ulkus/ Gangren Diabetik
Diantara komplikasi kronik DM, kelainan makrovaskuler memberikan
gambaran kelainan pada tungkai bawah berupa ulkus maupun gangren
selanjutnya disebut Kaki Diabetik. Kaki Diabetik merupakan komplikasi
menahun yang paling ditakuti dan mengesalkan bagi penderita DM, baik
ditinjau dari lamanya perawatan, biaya tinggi yang diperlukan untuk
pengobatan.
Kaki Diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena
adanya komplikasi makroangiopati yang terdapat luka pada penderita yang
sering tidakdirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh
bakteri aerob maupun anaerob. Gejala yang sering dikeluhkan yaitu sering
kesemutan, nyeri pada kaki seperti rasa terbakar, tidak berasa, kerusakan
jaringan (nekrosis), penurunan denyut nadi, kaki menjadi atrofi, dingin, dan
menebal, serta kulit menjadi kering.
Penderita Diabetes Mellitus biasanya kadar kolesterol total, LDL,
trigliserida plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan akan
menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan
yang akan merangsang terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan
sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit karena penumpukan
lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki dapat

16
mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah, sehingga
mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam jangka waktu lama
dapat mengakibatkan kematian jaringan yang akan berkembang menjadi Kaki
Diabetik.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing
manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem
metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi
hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh atau bisa disebutkan sebagai suatu penyakit
dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat
melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat.
Menurut Seogondo (2004), penyakit diabetes mellitus (DM) dapat dicegah
bahkan dapat disembuhkan jika mereka mengatur pola makannya dan secara rutin
melakukan pengobatan, berolah raga dan melakukan aktivitas gerak lainnya serta
melakukan pemeriksaan glukosa darah dan terapi secara rutin, serta perlu adanya
terapi psikologi melalu kepedulian keluarga, lingkungan sosial serta peran aktif
petugas kesehatan untuk memberikan dorongan untuk disiplin melakukan program
diet.

18
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association . 2008. Executive Summary: Standards of Medical Care in
Diabetes . Diabetes Care, 46(1): 234-237.
Soegondo, Sidartawan, Pradana Soewondo, Imam Subekti, ed. Penatalaksanaan Diabetes
Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004
Waspadji, S, 2007, Penatalaksanaan DM terpadu, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta

19

Anda mungkin juga menyukai