Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK II

(JUVENILLE DIABETES PADA ANAK)


Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Matakuliah Keperawatan Anak II
Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 5)

Dosen Pengampu :
Ns. Eka Rora Wisudawati, S. Kep, M. Kep

Disusun Oleh : Kelompok 1


 Dora Miranti (18220007)
 Putri Dewi (18220010)
 Reka Dellis Alfiyanti (18220011)

YAYASAN KADER BANGSA


UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
FAKULTAS KEBIDNAN DAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH swt. Yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pendahuluanini tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan
baik. Sholawat serta salam semoga tercurah limpahkan pada baginda tercinta kita
yaitu Nabi Muhammad saw. Yang kita nanti-nantikan di hari akhir nanti.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak dan
khususnya kepada dosen matakuliah keperawatan anak II ibu Ns. Eka Rora
Wisudawati, S.Kep, M.Kep yang telah membimbing kami dalam menulis makalah
ini.
Demikian, penulisan makalah ini dan semoga dapat bermanfaat bagi
pembacanya. Terima kasih.

Palembang, 27 Desember 2020

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 3
BAB II KONSEP TEORI ................................................................................... 4
A. Definisi ...................................................................................................... 4
B. Klasifikasi ................................................................................................. 5
C. Etiologi ...................................................................................................... 6
D. Patofisiologi .............................................................................................. 7
E. Pathway ..................................................................................................... 9
F. Manifestasi Klinis ................................................................................... 10
G. Komplikasi .............................................................................................. 11
H. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 12
I. Penatalaksanaan Medis ........................................................................... 14
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................ 17
A. Pekajian ................................................................................................... 17
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................ 22
C. Intervensi Keperawatan ........................................................................... 22
D. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan .............................................. 25
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 27
B. Saran ........................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat ganguan hormonal yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah
disertai lesi pada membran basalis pada pemeriksaan dengan mikroskop
elektron.
Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF)
menyebutkan bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes.
Angka ini terus bertambah hingga 3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap
tahunnya. Diabetes telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di
dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan oleh diabetes.
Hampir 80 persen kematian pasien diabetes terjadi di negara berpenghasilan
rendah-menengah.
Di tengah kondisi itu, perhatian banyak pihak umumnya masih
terfokus pada penderita diabetes dewasa. Padahal, anak dengan diabetes tak
kalah memerlukan perhatian dan bantuan.
Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu pankreas rusak
dan tak lagi mampu memproduksi insulin dalam jumlah memadai sehingga
terjadi defisit absolut insulin. Sebaliknya, diabetes pada orang dewasa
umumnya disebut tipe 2, yaitu terjadi kerusakan sel tubuh meskipun insulin
sebenarnya tersedia memadai sehingga terjadi defisit relatif insulin.
Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari
data-data epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM
pada anak adalah pada usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Dari
semua penderita diabetes, 5-10 persennya adalah penderita diabetes tipe 1.
Di Indonesia, statistik mengenai diabetes tipe 1 belum ada, diperkirakan
hanya sekitar 2-3 persen dari total keseluruhan. Mungkin ini disebabkan
karena sebagian tidak terdiagnosis atau tidak diketahui sampai si pasien

1
sudah mengalami komplikasi dan meninggal. Biasanya gejalanya timbul
secara mendadak dan bisa berat sampai mengakibatkan koma apabila tidak
segera ditolong dengan suntikan insulin.
World Diabetes Foundation menyarankan untuk mencurigai diabetes
jika ada anak dengan gejala klinis khas, yaitu 3P ( pilifagi, polidipsi dan
poliuri ) dan kadar gula darah (GD) tinggi, di atas 200 mg/dl. GD yang tinggi
menyebabkan molekul gula terdapat di dalam air kencing, yang normalnya
tak mengandung gula, sehingga sejak dulu disebut penyakit kencing manis.
Keadaan ideal yang ingin dicapai penderita DM tipe 1 ialah dalam
keadaan asimtomatik, aktif, sehat, seimbang, dan dapat berpartisipasi dalam
semua kegiatan sosial yang diinginkannya serta mampu menghilangkan rasa
takut terhadap terjadinya komplikasi. Sasaran-sasaran ini dapat dicapai oleh
penyandang DM maupun keluarganya jika mereka memahami penyakitnya
dan prinsip-prinsip penatalaksanaan diabetes. Berhubungan dengan hal
tersebut diatas kami tertarik untuk membuat asuhan keperawatan pada anak
dengan gangguan sistem endokrin : Diabetes Melitus dengan metode
masalah yang sistematis melalui proses keperawatan.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian diabetes mellitus (juvenile diabetes) pada anak?
2. Sebutkan klasifikasi dari diabetes mellitus pada anak?
3. Apa saja penyebab dari diabetes mellitus pada anak?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit diabetes mellitus?
5. Apa saja pathway dari diabetes mellitus?
6. Apa manifestasi klinis diabetes mellitus pada anak?
7. Komplikasi apa saja yang ditimbulkan dari diabetes mellitus pada anak?
8. Apa saja pemeriksaan pemeriksaan penunjang diabetes mellitus pada
anak?
9. Bagaimana penatalaksanaan medis penyakit diabetes mellitus pada anak
10. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan kepada anak penderita
penyakit diabetes mellitus?

2
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain adalah :
1. Tujuan umum
Memberikan pengetahuan, dapat memberikan informasi dan
pemahaman mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan diabetes
mellitus.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui definisi diabetes mellitus.
b. Mengetahui klasifikasi diabetes mellitus.
c. Mengetahui etiologi diabetes mellitus.
d. Mengetahui patofisiologi diabetes mellitus.
e. Mengetahui pathway/pathoflow diabetes mellitus.
f. Mengetahui manifestasi klinis pada anak dengan diabetes mellitus.
g. Mengetahui akibat / komplikasi diabetes mellitus.
h. Mengetahui pemeriksaan penunjang diabetes mellitus.
i. Mengetahui penetalaksanaan medis pada klien dengan diabetes
mellitus.
j. Dapat menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes
mellitus.

3
BAB II
KONSEP TEORI

A. Definisi
Diabetes melitus secara definisi adalah keadaan hiperglikemia
kronik. Hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di
antaranya adalah gangguan sekresi hormon insulin, gangguan aksi/kerja dari
hormon insulin atau gangguan kedua-duanya (Weinzimer SA, Magge S.
2005).
Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan
yang cukup pesat, terutama di beberapa daerah tertentu. Pertumbuhan ini
juga diikuti dengan perubahan dalam masyarakat, baik dalam bidang ilmu
pengetahuan, gaya hidup, perilaku, dan sebagainya. Namun, perubahan-
perubahan ini juga tak luput dari efek negatif. Salah satu efek negatif yang
timbul dari perubahan gaya hidup masyakarat modern di Indonesia antara
lain adalah semakin meningkatnya angka kejadian Diabetes Mellitus(DM)
yang lebih dikenal oleh masyarakat awam sebagai kencing manis.
Diabetes Mellitusadalah penyakit metabolik yang bersifat kronik.
Oleh karena itu, onset Diabetes Mellitus yang terjadi sejak dini memberikan
peranan penting dalam kehidupan penderita. Setelah melakukan pendataan
pasien di seluruh Indonesia selama 2 tahun, Unit Kelompok Kerja (UKK)
Endokrinologi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendapatkan
674 data penyandang Diabetes Mellitus tipe 1 di Indonesia. Data ini
diperoleh melalui kerjasama berbagai pihak di seluruh Indonesia mulai dari
para dokter anak, endokrinolog anak, spesialis penyakit dalam, perawat
edukator Diabetes Mellitus, data Ikatan Keluarga Penyandang Diabetes
Mellitus Anak dan Remaja (IKADAR), penelusuran dari catatan medis
pasien, dan juga kerjasama dengan perawat edukator National University
Hospital Singapura untuk memperoleh data penyandang Diabetes
Mellitusanak Indonesia yang menjalani pengobatannya di Singapura.Data
lain dari sebuah penelitian unit kerja koordinasi endokrinologi anak di

4
seluruh wilayah Indonesia pada awal Maret tahun 2012 menunjukkan
jumlah penderita Diabetes Mellitus usia anak-anak juga usia remaja
dibawah 20 tahun terdata sebanyak 731 anak. Ilmu Kesehatan Anak FFKUI
(Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) melansir, jumlah anak yang
terkena Diabetes Mellituscenderung naik dalam beberapa tahun terakhir ini.
Tahun 2011 tercatat 65 anak menderita Diabetes Mellitus, naik 40%
dibandingkan tahun 2009. Tiga puluh dua anak diantaranya terkena Diabetes
Mellitustipe 2.(Pulungan, 2010)
Peningkatan jumlah penderita Diabetes Mellitusyang cukup
signifikan di Indonesia ini perlu mendapatkan perhatian seiring dengan
meningkatnya risiko anak terkena Diabetes Mellitus. Deteksi dini pada
Diabetes Mellitusmerupakan hal penting yang harus dilakukan untuk
menghindari kesalahan atau keterlambatan diagnosis yang dapat
mengakibatkan kematian.Diabetes Mellitustipe 1 yang menyerang anak-
anak sering tidak terdiagnosis oleh dokter karena gejala awalnya yang tidak
begitu jelas dan pada akhirnya sampai pada gejala lanjut dan traumatis
seperti mual, muntah, nyeri perut, sesak nafas, bahkan koma. Dengan
deteksi dini, pengobatan dapat dilakukan sesegera mungkin terhadap
penyandang Diabetes Mellitus sehingga dapat menurunkan risiko kecacatan
dan kematian(Pulungan, 2010).

B. Klasifikasi
International Society of Pediatric and Adolescence Diabetes dan
WHO merekomendasikan klasifikasi DM berdasarkan etiologi (Tabel 1).
DM tipe 1 terjadi disebabkan oleh karena kerusakan sel β-pankreas.
Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh proses autoimun maupun
idiopatik. Pada DM tipe 1 sekresi insulin berkurang atau terhenti. Sedangkan
DM tipe 2 terjadi akibat resistensi insulin. Pada DM tipe 2 produksi insulin
dalam jumlah normal atau bahkan meningkat. DM tipe 2 biasanya dikaitkan
dengan sindrom resistensi insulin lainnya seperti obesitas, hiperlipidemia,

5
kantosis nigrikans, hipertensi ataupun hiperandrogenisme ovarium (Rustama
DS, dkk. 2010).
Klasifikasi DM berdasarkan etiologi (ISPAD 2009).
1. DM Tipe-1 (destruksi sel-β)
a. Immune mediated
b. Idiopatik
2. DM tipe-2
3. DM Tipe lain
a. Defek genetik fungsi pankreas sel
b. Defek genetik pada kerja insulin
c. Kelainan eksokrin pankreas
d. Gangguan endokrin
e. Terinduksi obat dan kimia
4. Diabetes mellitus kehamilan

C. Etiologi
Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab
diabetes tipe- 1. Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah
faktor genetik/keturunan. Resiko perkembangan diabetes tipe 1 akan
diwariskan melalui faktor genetik.
1. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucosite antigen).
HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya.
2. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai

6
jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan
insulin endogen.
3. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.

D. Patofisiologi
Diabetes tipe-1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang
menyerang orang dengan sistem imun yang secara genetis merupakan
predisposisi untuk terjadinya suatu respon autoimun yang kuat yang
menyerang antigen sel B pankreas. Faktor ekstrinsik yang diduga
mempengaruhi fungsi sel B meliputi kerusakan yang disebabkan oleh virus,
seperti virus penyakit gondok (mumps) dan virus coxsackie B4, oleh agen
kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan antibodi yang
dirilis oleh imunosit yang disensitisasi. Suatu kerusakan genetis yang
mendasari yang berhubungan dengan replikasi atau fungsi sel B pankreas
dapat menyebabkan predisposisi terjadinya kegagalan sel B setelah infeksi
virus. Lagipula, gen-gen HLA yang khusus diduga meningkatkan
kerentanan terhadap virus diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan gen-
gen yang merespon sistem imun tertentu yang menyebabkan terjadinya
predisposisi pada pasien sehingga terjadi respon autoimun terhadap sel-sel
pulaunya (islets of Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan istilah
autoregresi.
Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan
dengan terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika
pankreas sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu
memproduksi insulin. Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama
sekali. Penurunan jumlah insulin menyebabkan gangguan jalur metabolik
antaranya penurunan glikolisis (pemecahan glukosa menjadi air dan
karbondioksida), peningkatan glikogenesis (pemecahan glikogen menjadi
glukosa), terjadinya glukoneogenesis. Glukoneogenesis merupakan proses

7
pembuatan glukosa dari asam amino, laktat, dan gliserol yang dilakukan
counterregulatory hormone (glukagon, epinefrin, dan kortisol). Tanpa
insulin, sintesis dan pengambilan protein, trigliserida , asam lemak, dan
gliserol dalam sel akan terganggu. Seharusnya terjadi lipogenesis namun
yang terjadi adalah lipolisis yang menghasilkan badan keton.Glukosa
menjadi menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke
dalam sel. Kadar glukosa lebih dari 180 mg/dL ginjal tidak dapat
mereabsorbsi glukosa dari glomelurus sehingga timbul glikosuria. Glukosa
menarik air dan menyebabkan osmotik diuretik dan menyebabkan poliuria.
Poliuria menyebabkan hilangnya elektrolit lewat urin, terutama natrium,
klorida, kalium, dan fosfat merangsang rasa haus dan peningkatan asupan
air (polidipsi). Sel tubuh kekurangan bahan bakar (cell starvation) pasien
merasa lapar dan peningkatan asupan makanan (polifagia).
Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi
kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non
obesitas dan mereka yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak
pertama kali. Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan katabolisme
yang disebabkan karena hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi,
glukagon plasma meningkat dan sel-sel B pankreas gagal merespon semua
stimulus insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin
eksogen untuk memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis, dan
menurunkan hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa darah
(Tandra,2007).

8
E. Pathway

Reaksi autoimun

Sel pancreas hancur

Definisi insulin

hiperglikemia Katabolisme protein meningkat liposis


meningkat

fleksibilitas darah merah pembatasan diet penurunan BB

pelepasan O2 intake tidak adekuat resiko nutrisi kurang

hipoksia perifer poliuria deficit volume cairan

nyeri perfusi jaringan perifer tidak efektif

9
F. Manifestasi Klinis
Pada diabetes melitus tipe 1, yang kebanyakan diderita oleh anak-
anak (diabetes melitus juvenil) mempunyai gambaran lebih akut, lebih berat,
tergantung insulin dengan kadar glukosa darah yang labil. Penderita
biasanya datang dengan ketoasidosis karena keterlambatan diagnosis.
Mayoritas penyandang DM tipe 1 menunjukan gambaran klinik yang klasik
seperti:
1. Hiperglikemia (Kadar glukosa darah plasma >200mg/dl ).
2. Poliuria
Poliuria nokturnal seharusnya menimbulkan kecurigaan adanya DM
tipe 1 pada anak.
3. Polidipsia
4. Poliphagia
5. Penurunan berat badan , Malaise atau kelemahan
6. Glikosuria (kehilangan glukosa dalam urine)
7. Ketonemia dan ketonuria
Penumpukan asam lemak keton dalam darah dan urine terjadi akibat
katabolisme abnormal lemak sebagai sumber energy. Ini dapat
mengakibatkan asidosis dan koma.
8. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan
katarak.
9. Gejala-gejala lainnya dapat berupa muntah-muntah, nafas berbau aseton,
nyeri atau kekakuan abdomen dan gangguan kesadaran (koma).
Perjalanan klinis DM tipe 1 terbagi atas:
1. Fase Inisial
Dimulai saat timbulnya gejala sampai dengan ditegakkan diagnosis.
Fase ini sering didahului oleh infeksi, goncangan emosi maupun trauma
fisik.

10
2. Fase Penyembuhan
Fase setelah beberapa hari diberikan pengobatan. Keadaan akut penyakit
ini telah teratasi dan sudah terdapat sensitivitas jaringan terhadap
insulin.
3. Fase Remisi (Honeymoon period)
Fase ini khas pada penyandang DM tipe 1. Pada saat ini, kebutuhan
insulin menurun sehingga dapat terjadi hipoglikemia bila insulin tidak
disesuaikan. Bila dengan dosis insulin 0.1 IU/kg BB masih
menyebabkan hipoglikemia maka pemberian insulin harus dihentikan.
Pada fase ini perlu observasi dan pemeriksaan urin reduksi secara teratur
untuk memantau keadaan penyakitnya. Fase ini berlangsung selama
beberapa minggu sampai beberapa bulan. Diperlukan penyuluhan pada
penyandang DM atau orangtua bahwa fase ini bukan berarti
penyembuhan penyakitnya.
4. Fase Intensifikasi
Fase ini timbul 16-18 bulan setelah diagnosis ditegakan. Pada fase ini
terjadi kekurangan insulin endogen.

G. Komplikasi
Diabetes melitus dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang
menyerang beberapa organ dan yang lebih rumit lagi, penyakit diabetes
tidak menyerang satu alat saja, tetapi berbagai organ secara bersamaan.
Komplikasi ini dibagi menjadi dua kategori (Schteingart, 2006):
Komplikasi metabolik akut yang sering terjadi :
1. Hipoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh
kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat
dingin, pusing, dan sebagainya. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah
kurang dari 80 mg/dl. Hipoglikemi sering membuat anak emosional,
mudah marah, lelah, keringat dingin, pingsan, dan kerusakan sel

11
permanen sehingga mengganggu fungsi organ dan proses tumbuh
kembang anak. Hipoglikemik disebabkan oleh obat anti-diabetes yang
diminum dengan dosis terlalu tinggi, atau penderita terlambat makan,
atau bisa juga karena latihan fisik yang berlebihan.
2. Koma Diabetik
Koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam tubuh terlalu
tinggi, dan biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang
sering timbul adalah:
 Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai nafsu
makan yang besar)
 Minum banyak, kencing banyak
 Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi
cepat dan dalam, serta berbau aseton
 Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan
penderita koma diabetik harus segara dibawa ke rumah sakit
Komplikasi- komplikasi vaskular jangka panjang (biasanya terjadi
setelah tahun ke-5) berupa :
1. Mikroangiopati : retinopati, nefropati, neuropati. Nefropati diabetik
dijumpai pada 1 diantara 3 penderita DM tipe-1.
2. Makroangiopati : gangren, infark miokardium, dan angina.
Komplikasi lainnya (FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. 1988 ) :
1. Gangguan pertumbuhan dan pubertas
2. Katarak
3. Arteriosklerosis (sesudah 10-15 tahun)
4. Hepatomegali

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa
a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

12
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200
mg/dl.
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik
sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)4.
Bukan DM Belum pasti DM
DM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena <110 110-199 >200
Darah Kapiler <90 90-199 >200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena <110 110-125 >126
Darah Kapiler <90 90-109 >110

a. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok


b. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
c. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/l
d. Elektrolit :
1) Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
2) Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun.
3) Fosfor : lebih sering menurun
e. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan
pada HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis
respiratorik.
f. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
g. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal)

13
h. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada (pada
tipe 1) atau normal sampai tinggi (pada tipe II) yang mengindikasikan
insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya
(endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder
terhadap pembentukan antibody . (autoantibody)
i. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
j. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.

I. Penatalaksanaan Medis
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak
ditingkat pelayanan kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan
berbagai usaha dan akan diuraikan sebagai berikut:
1. Pemberian insulin
Diabetes tipe 1 mutlak membutuhkan insulin karena pankreas tidak
dapat memproduksi hormon insulin. Maka seumur hidupnya pasien
harus mendapatkan terapi insulin untuk mengatasi glukosa darah yang
tinggi. Tujuan terapi insulin ini terutama untuk :
a. Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau
mendekati normal.
b. Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis pada
diabetes.
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
1) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun
NIDDM) dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam
ketoasidosis.
2) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali
dengan diet (perencanaan makanan).

14
3) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral
dosif maksimal.
2. Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan
kecukupan gizi baik yaitu :
a. Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %
b. Protein sebanyak 10 – 15 %
c. Lemak sebanyak 20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur,
stress akut dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis,
penentuan jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu Barat Badan Ideal =
(TB-100)-10%, sehingga didapatkan:
a. Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal
b. Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal
c. Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal
d. Gemuk = > 120% dari BB Ideal.
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali
kelebihan kalori basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita
25 kkal/kg BB, kemudian ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas
(10-30% untuk pekerja berat). Koreksi status gizi (gemuk dikurangi,
kurus ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress akut sesuai dengan
kebutuhan.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut
diatas dibagi dalam beberapa porsi yaitu :
a. Makanan pagi sebanyak 20%
b. Makanan siang sebanyak 30%
c. Makanan sore sebanyak 25%
d. 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya.

15
3. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu)
selama kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan
kondisi penyakit penyerta.
Sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki biasa selama
30 menit, olehraga sedang berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga
berat jogging.
4. Edukasi
Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu
pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang
bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan
pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai
keadaan sehat yang optimal. Penyesuaian keadaan psikologik kualifas
hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan
keperawatan diabetes (Bare & Suzanne, 2002).

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun baru saja didiagnosis


Diabetes Melitus tipe 1 masuk untuk dirawat di Bangsal Anak Rs. Hasil
anamnesis anak mengatakan bahwa ia tidak nafsu makan, banyak minum,
banyak kencing, berat badannya turun, enuresis. Ia juga mudah tersinggung,
tidak bisa perhatian lama ketika mengikuti pelajaran sekolah, merasa lelah,
penglihatan kabur, sakit kepala kalau ada luka sukar sembuh dan mudah
terserang flu.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan BB: 25,5kg, PB: 135 cm,
suhu: 37,4oC, nadi: 88x/menit. Respirasi: 24x/menit, TD: 110/70 mmHg.
Turgor kulit kembali segara, kulit kering, membrane mukosa lembab. Hasil
pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb:11,2gr/dl, Hematokrit:30%,
eritrosit: 4,0(x106/uL), trombosit: 210000/mm3,leukosit: 9.500/uL, glukosa
darah 300mg/dl.
Orang tua mengatakan bahwa mereka sangat terkejut dan tidak
percaya ketika anaknya didiagnosa Diabetes Melitus tipe 1, padahal tidak
ada anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus. Mereka
mengatakan tidak paham tentang Diabetes Melitus tipe 1 dan cara
perawatannya terutama setelah pulang dari Rumah Sakit. Orang tua
khawatir memikirkan masa epan anaknya.
Terapi/instruksi medis yang diberikan saat ini : cek gula darah
2x/hari, insulin 2 unit dari U 100 sebelum makan.

A. Pengkajian :
1. Identitas :-
2. Nama : An. A
3. Umur :10 th
4. Jenis kelamin : laki-laki
5. Keluhan Utama :Banyak makan, banyak minum, banyak kencing,

17
6. Riwayat keluarga : -
7. Riwayat kesehatan sekarang : Diabetes Melitus tipe 1
8. Hasil pemeriksaan :BB = 25,5 kg, PB =135 cm suhu = 37,4 c
nadi = 88 kali/menit, respirasi = 24kali/menit, tekanan darah = 110/70
mmHg. Turgor kulit kembali segera. Kulit kering, membrane mukosa
lembab.
9. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan : Hb : 11,2 gr/dl
haematokrit ; 30% eritrosit : 4,0 (10 6 )
10. Aktivitas / istirahat (Doengoes, 1993)
Gejala: Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan tidur / istirahat.
Tanda:
a. Takikardi dan takipnea Pada keadaan istirahat / dengan
aktivitas
b. Letargi / disorientasi, koma
c. Penurunan kekuatan otot
11. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi : IM akut.
Klaudiliasi, liebas dan kesemutan pada ekstremitas ulkus pada liali,
penyembuhan yang lama
Tanda: a. Takikardi
a. Perubahan tekanan darah postural, hipertensi
b. Nadi yang menurun
c. Disritmia
12. Integritas ego
Gejala : a. Stress, tergantung pada orang lain.
b. Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
13. Eliminasi
Gejala :
a. Perubahan pola kemih (poliuria) nokturia.
b. Rasa nyeri / terbatas, kesulitan berkemih, isk baru / berulang

18
c. Nyeri tekan
d. Diare lancer
Tanda :
a. Urine encer, pucat, kuning, poliuri
b. Urine berkabut
c. Abdomen keras, adanya asites
14. Makanan / cairan
Gejala: a. Hilang nafsu makan.
b. Mual/muntah
c. Tidak mengikuti diet
d. Penurunan BB
Tanda: a. Kulit bersisik, turgor jelek.
b. Keluarkan / distensi abdomen, muntah
c. Pembesaran tiroid
d. Neurosensori
15. Nyeri / kenyamanan

Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri

Tanda: Wajah meringis dengan palpitasi: tampak berhati-hati

16. Pernafasan

Gejala: Merasa kekurangan O2, batuk dengan / tanpa sputum purulen

Tanda: Lapar udara, frekuensi pernafasan

17. Keamanan
Gejala:Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda: a) Demam, diaforesis
b) Kulit rusak, lesi / ulserasi

19
18. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. DS: Intake nutrisi kurang Nutrisi kurang dari
-anak mengatakan tidak kebutuhan tubuh
nafsu makan Peningkatan HCL
DO:
BB = 25,5 kg, Mual, anoreksia
PB = 135 cm
suhu = 37,4 c Nutrisi kurang dari
nadi = 88 kali/menit, kebutuhan
respirasi = 24 kali/menit,
tekanan darah = 110/70
mmHg.
Kulit kering, membrane
mukosa lembab.
2 DS: Hiperglekemi Kekurangan volume
banyak minum, banyak cairan
kencing, berat badannya Dieresis osmotik
turun, enuresis
DO: Poliuri
BB = 25,5 kg,
PB = 135 cm Kekurangan volume cairan
suhu = 37,4 c
nadi = 88 kali/menit,
respirasi = 24 kali/menit,
tekanan darah = 110/70
mmHg.
Kulit kering
3 DS : Peningkatan kadar gula Kerusakan integritas
- kalau ada luka dalam darah. kulit

20
sukar sembuh ↓
DO : Penebalan membran dasar
 Tampak kulit kapiler.
bersisik ↓
 Klien tampak Gangguan sirkulasi darah
menggaruk perifer.
badannya ↓
Gangguan hantaran
elektrolit.

Kerusakan sel endotel

Mencetuskan reaksi imun
dan peradangan.

Luka

Kerusakan integritas kulit
4 DS: Intake nutrisi menurun Defisit perawatan diri
- Klien ↓
mengatakan tubuhnya Metabolisme menurun
terasa lelah ↓
DO : Energi menurun
Tercium bau tak sedap ↓
saat berbicara/ bau keton Kelemahan fisik
- Kebutuhan ADL seperti ↓
makan minum mandi Defisit perawatan diri
klien dibantu oleh
keluarga dan perawat

21
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi
oral/ penurunan intake oral ditandai dengan mengeluh mual-muntah,
intake tidak adekuat, penurunan nafsu makan, lemah, tonus otot
menurun

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik, kehilangan


gastrik berlebihan, masukan yang terbatas.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka, mencetuskan
reaksi imun dan peradangan
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik, energi
menurun, dan metabolisme menurun

3. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA NOC NIC


KEPERAWATAN
1 Nutrisi kurang dari Setelah dilakukan 1. Timbang berat badan tiap hari
kebutuhan tubuh tindakan 2. Berikan makanan cair yang mengandung
berhubungan keperawatan selama zat makanan dan elektrolit dengan segera
dengan defisiensi 2x24jam akan jika pasien dapat mentoleransinya melalui
oral/ penurunan didapatkan hasil : pemberian makanan melalui oral
intake oral ditandai - Nutrisi terpenuhi 3. Observasi tanda-tanda hipoglikemia
dengan mengeluh - Tidak terjadi seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit
mual-muntah, penurunan 20% dingin, nadi cepat, sakit kepala dan
intake tidak - Berat badan pandangan berkurang-kunang.
adekuat, penurunan meningkat 4. Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana
nafsu makan, membuat jadwal makan sesuai dengan
lemah, tonus otot diet Diabetes Mellitus tipe 1
menurun 5. Berikan pengobatan insulin secara
teratur dengan metode I.V secara

22
intermiten atau secara continue
6. Kolaborasi pemeriksaan glukosa test,
glukosa serum, aseton, pH, dan HCO3,
kelola pemberian insulin, konsul dengan
ahli gizi.

2 Kekurangan Setelah dilakukan 1. Pantau tanda vital.


volume cairan perawatan selama 2. Kaji suhu, warna kulit dan kelembaban.
berhubungan 1x24 jam akan 3. Pantau masukan dan pengeluaran, catat bj
dengan osmotik, mendapatkan hasil: urin.
kehilangan gastrik - Keseimbangan 4. Ukur BB setiap hari.
berlebihan, intake dan output 5. Pertahankan cairan  2500 cc/hari jika
masukan yang dalam 24 jam pemasukan secara oral sudah dapat
terbatas. - Berat badan stabil diberikan.
6. Tingkatkan lingkungan yang nyaman
selimuti dengan selimut tipis.
7. Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual,
nyeri abdomen, muntah, distensi lambung.
8. Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
9. Pasang selang NGT dan lakukan
penghisapan sesuai dengan indikasi.

3 Kerusakan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat rasa gatal yang dirasakan klien.
integritas kulit tindakan selama 2. Observasi luka lecet.
berhubungan 4x24 jam 3. Anjurkan pada klien untuk menggunakan
dengan luka, diharapkan pakaian yang longgar dari bahan yang lembut
mencetuskan reaksi integritas kulit dan menyerap keringat.
imun dan membaik dan tidak 4. Berikan perawatan kulit dengan menaburi
peradangan terjadi perusakan salicyl talk.
kulit 5. Beri penjelasan pada klien bila daerah yang

23
kriteria hasil gatal jangan digaruk, dan jelaskan penyebab
terjadi perbaikan rasa gatal.
status metabolik
yang dilakukan oleh
gula darah dalam
batas normal
4 Defisit perawatan Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan klien dalam menolong
diri berhubungan tindakan perawatan dirinya sendiri, seperti mandi dan gosok
dengan kelemahan selama 3x24 jam gigi.
fisik, energi kebutuhan 2. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
menurun, dan perawatan diri klien 3. Berikan dukungan jika klien berusaha untuk
metabolisme terpenuhi dengan melakukan perawatan diri.
menurun kriteria : 4. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang
- Klien dapat pentingnya personal hygiene. Seperti mandi
melakukan dan gosok gigi.
perawatan diri
(mandi, gosok gigi)
secara mandiri.
- Badan klien bersih,
rambut bersih, kuku
pendek dan bersih.

24
4. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No Diagnosa Implementasi Evaluasi paraf


keperawatan
1 Nutrisi kurang dari 1. Melibatkan keluarga Tanggal 17 Agustus 2017
kebutuhan tubuh dalam perencanaan Pukul 13.30 WIB
berhubungan dengan makanan ini sesuai S : Klien mengatakan masih
defisiensi oral/ indikasi terasa mual
penurunan intake oral 2. Menimbang berat badan O:
ditandai dengan sesuai indukasi - BB: 27 kg
mengeluh mual- 3. Menentukan program diet - hanya menghabiskan ¼
muntah, intake tidak dan pola makanan pasien porsi
adekuat, penurunan dan bandingkan dengan - napsu makan menurun
nafsu makan, lemah, makanan yang dapat A:
tonus otot menurun dihabiskan pasien Masalah belum teratasi
4. Mengidentivikasi P:
makanan yang Intervensi dilanjutkan
dikehendaki /disukai
pasien.
5. Melibatkan keluaga klien
dalam perencanaan
6. Memberi insulin 4 unit

2 Kerusakan integritas 1. Mengkaji tingkat rasa 18 Agustus 2017 Pukul


kulit gatal gatal yang dirasakan 13.00 WIB
jaringan berhubungan klien
dengan reaksi imun 2. Mengobservasi adanya luka S:
dan peradangan lecet Klien mengatakan gatalnya
3. Menganjurkan pada klien berkurang pada badanya
untuk memakai pakain O:
yang longgar dari bahan Tampak kulit bersisik

25
yang lembut dan mudah Klien tampak menggaruk
menyerap keringat badannya
4. Memberikan perawatan A:
kulit dengan menaburi Masalah teratasi sebagian
minyak kayu putih P:
5. Menjelaskan kepada klien Intervensi dilanjutkan
bila daerah yang gatal
jangan digaruk dan
menjelaskan penyebab rasa
gatal

3 Defisit perawatan diri 1. Mengkaji kemampuan Tanggal 19 Agustus 2005


berhubungan dengan 2. Klien dalam menolong Pukul 13.00 WIB
kelemahan fisik, energi dirinya sendiri seperti S: Klien masih terbatas
menurun, dan mandi,oral hygine . pergerakannya.
metabolisme menurun 3. Memandikan klien di O: Badan klien
tempat tidur dengan di lap teraba lembab
dan memberi makan klien. Kuku jari tangan tampak
4. Memberi dukungan jika panjang dan kotor
klien melakukan perawatan Tangan kiri masih terpasang
sendiri infus
5. Jelaskan kepada klien A:
bahwa pentingnya oral Masalah belum teratasi
hygine seperti mandi atau P:
gosok gigi Intervensi dilanjutkan

26
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penderita terbanyak diabetes mellitus tipe 1 adalah usia anak dan
remaja. Perlu kewaspadaan pada tenaga medis mengenai penyakit ini
maupun komplikasi yang mungkin terjadi yang seringkali salah diagnosis.
Keterlambatan dalam diagnosis akan berakibat fatal bagi keselamatan jiwa
penderita DM tipe 1.

B. Saran
Penulis tentu menyadari bahwa laporan pendahuluan ini masih
jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan dan kekurangan
didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk laporan pendahuluan ini, supaya dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan kami mohon maaf
sebesar- besarnya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Brink SJ, Lee WRW, Pillay K, Kleinebreil (2010). Diabetes in children and
adolescents, basic training manual for healthcare professionals in
developing countries, 1sted. Argentina: ISPAD, h 20-21.
Weinzimer SA, Magge S (2005). Type 1 diabetes mellitus in children. Dalam:
Moshang T Jr. Pediatric endocrinology. Philadelphia: Mosby Inc, h 3-18.
Rustama DS, Subardja D, Oentario MC, Yati NP, Satriono, Harjantien N (2010).
Diabetes Melitus. Dalam: Jose RL Batubara Bambang Tridjaja AAP
Aman B. Pulungan, editor. Buku Ajar Endokrinologi Anak, Jakarta:
Sagung Seto 2010, h 124-161.

28

Anda mungkin juga menyukai