Nim : (18220013)
Prodi : S1 Keperawatan
Semester : V (lima)
Soal :
(JAWABAN)
1. 1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi ini akan berlangsung sejak terjadinya luka
sampai kira – kira hari kelima. Pembuluh darah yang
terputus pada luka yang diderita tersebut akan
menyebabkan perdarahan dan tubuh dalam hal ini akan
berusaha menghentikannya dengan cara vasokonstriksi,
pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan
reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit
yang keluar dari pembuluh darah saling melengket, dan
bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan
darah yang keluar dari pembuluh darah. Sementara itu
terjadi reaksi inflamasi.
2. Fase Proliferasi.
Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang
menonjol adalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini
berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira – kira
akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel mesenkim
yang belum berdiferensiasi, menghasilkan
mukopolisakarida, asama aminoglisin, dan prolin yang
merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan
mempertautkan tepi luka.
3. Fase Penyudahan (Remodelling).
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari
penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan
sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan
kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat
berlangsung berbulan – bulan dan dinyatakan berkahir
kalau semua tanda radang sudah lenyap.
4. Fase inflamasi
(Pada proses penyembuhan luka selanjutnya, gumpalan
darah akan mengeluarkan suatu zat kimia yang akan
menyebabkan peradangan. Sehingga, tidak heran saat
darah mulai berhenti, di sekitar luka Anda akan terlihat
pembengkakan dan kemerahan. Inilah yang disebut sebagai
fase inflamasi. dimulai setelah perlukaan dan berakhir hari
ke 3 – 4. Dua tahap dalam fase ini adalah hemostasis dan
fagositosis.
2. mejelaskan kepada
klien tentang pendekatan manajemen rasa nyeridan
prosespenyembuhan tulang, mengajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi distraksimaupun relaksasi nafas dalam. Teknik
relaksasidapat dilakukan dengan teknik nafas dalam
danaromaterapi lavender, atur posisi tidur yang nyaman bagi
klien, observasi reaksi non-verbal dari nyeri, kontrol lingkungan
yang dapatmempengaruhi nyeri, batasi pengunjung dan anjurkan
klien beristirahat, monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian obatanalgesik, berikan dan awasi analgesik yang
dikontrol klien.
3.diagnosa keperawatan
Kriteria Hasil :
Kriteria hasil :
4. .
2. Luka bakar derajat dua Luka bakar derajat dua adalah luka
bakar yang kerusakannya hingga lapisan dermis kulit. Luka
bakar derajat dua dibagi menjadi dua jenis, yaitu derajat 2A
dan derajat 2B. – Derajat 2A Derajat luka bakar 2A
kedalamannya mencapai lapisan dermis, namun masih
dangkal. Tanda luka bakat derajat 2A adalah sebagai berikut:
Muncul lepuhan Kulit memerah Luka menimbulkan rasa sakit
ketika di sentuh Biasanya tidak meninggalkan bekas ketika
sembuh, kecuali jika terjadi infeksi. – Derajat 2B Derajat luka
bakar 2B adalah ketika luka bakar mengenai lapisan dermis
yang lebih dalam. Tanda luka bakar 2B adalah sebagai berikut
ini: Muncul lepuhan Warna luka lebih pucat Tidak terlalu
menimbulkan rasa sakit ketika disentuh Bisa meninggalkan
bekas ketika sembuh.
7. Kasus:
Seorang laki-laki berumur 50 tahun
datang keluhan tangan dan tungkai kiri tidak
dapat digerakkan disertai penurunan
kesadaran ±2 jam SMRS. Pasien juga
mengalami penurunan kesadaran secara
mendadak. Keluhan seperti ini baru pertama
kalinya dialami setelah pasien beraktivitas
di
kantor.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan
adanya hemiparese kiri, GCS 8 (E2V2M4), wajah
simetris, Vital sign didapatkan tekanan darah
180/100 mmHg, frekuensi nadi 80 x/mnt,
pernafasan 20 x/mnt, suhu tubuh 37 oC, dan
muntah (+).
Dari pemeriksaan neurologis
didapatkan: N1, N2, N5, N8, N9, N10, N11, dan
N12 sulit dinilai, N3,4,6: pupil isokor 3
mm
bulat, posisi sentral Reflek cahaya +/+,
N7:
wajah simetris. Kaku kuduk (-), kernig(-),
Brudzinsky 1,2 (-), reflek fisiologis ka +/
ki -,
dan reflek patologis -/-. pada skoring
menggunakan algoritma gajah mada pasien
mengarah ke stroke hemoragik. Pada
pemeriksaan CT-Scan didapatkan kesan
intraventricular hemorhagic. Pasien memiliki
riwayat hipertensi tak terkontrol selama 2
tahun.
Pasien ini didiagnosis stroke
hemorhagic. Pasien diberikan terapi
medikamentosaberupa IVFD RL gtt
XX/mnt,
manitol 500cc, 200-150-150, Inj. ranitidin/12
jam, Inj. Kalnex/8 jam, Captopril 25 mg tab
2x1, Paracetamol 500 mg tab 3x1.
Prognosis pada pasien ini adalah dubia
ad malam. Pada ad vitam, ad fungsionam, dan
Pada kasus ini, pasien diberikan
pengobatan spesifik berupa asam traneksamat
1gr/8jam sebagai anti fibrinolisis dan
mencegah terjadinya edem otak dan
timbulnya kejang dengan kortikosteroid,
gliserol atau manitol untukedema, dan valium
i.v. pelan-pelan terhadap kejang-kejang dan
juga resusitasi cairan berupa infusan
ringer
laktat.
Prognosis dari kasus ini untuk quo ad
vitam, quo ad functionam dan sanationam
dubia ad malam karena Iskemia serebri
regional akibat trombosis serebri berkembang
menjadi infark iskemia dan hemoragik. Pada
tahap ini berkembanglah hemiparese yang
tidak alam akan menjadi hemiparalisis.
2. katarak