Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ALZHEIMER

Di Susun Oleh Kelompok 4:


Nama Kelompok :
1. Vina Sagita (18220012)
2. Widia (18220013)
3. Yuyun Efrianti (18220014)
Prodi : S1 Keperawatan
Semester : 7 (Tujuh)

Pembimbing Akademik :
Andre Utama Saputra, S.Kep,Ners, M.Kep

YAYASAN KADER BANGSA


UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah
SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
MAKALAH ASUHANKEPERAWATAN PADA PASIEN ALZHEIMER
dengan penurunan fungsi kognitif Alzheimer dan Dimensia. Penulis menyadari
bahwa masih banyak sekali kekurangan yang belum terjangkau oleh penulis,
maka penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 12 Oktober 2021

Kelompok 4

PANDUAN MAHASISWA KEPERAWATAN

WWW.SAKTYAIRLANGGA.WORDPRESS.CO
BAB I
PENDAHULUAN

Definisi

Penyakit Alzheimer adalah Penyakit yang progresif, degenerative yang

menyerang sel saraf di otak yang mengakibatkan hilangnya memori, dan


perubahan pada kemampuan berbicara, berfikir dan berperilaku.
Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan
gangguandegeneratif otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan
kemampuanuntuk merawat diri.( Suddart, & Brunner, 2002 ).
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya
ingat, intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan, pengobatanditujukan untuk
menghentikan progresivitas penyakit dan meningkatkankemandirian penderita. (Dr. Sofi
Kumala Dewi, dkk, 2008). Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan
kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofisiologi :
konsep klinis proses- proses penyakit, juga merupakan penyakit dengan gangguan
degeneratif yang mengenai sel-sel otak dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual,
penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan menurut dokumen terjadi pada orang tertentu
pada usia 40 tahun. (Perawatan Medikal Bedah : jilid 1 hal 1003)

Etiologi

1. Dimensia

Demensia sering disebabkan oleh beberapa penyakit sebagai berikut:

a. Penyakit Alzheimer

Proses penyakit ini tidak terlihat atau tersembunyi. Biasanya penyakit ini
menyerang memori terlebih dahulu selanjutnya menyerang pada kemampuan
berbicara dan kemampuan spasial. Setelah beberapa tahun penyakit ini akan
memberikan dampak ke segala aspek untuk fungsi intelektual akan terkena
dampak dari penyakit ini yaitu lemah dan mudah goyah dalam pengambilan
keptusan.

Kumpulan Asuhan Keperawatan


b. Demensia dengan lewy body

Terdapat kesamaan dengan AD untuk gejala intelektual namun


penyakit ini memiliki arah perkembangan mirip Parkinson, halusinasi
visual dan episode kebingungan. Pada penyakit ini neuron yang
terkena akan membentuk lewy body
c. Vascular Dementia

Kebanyakan disebabkan oleh Hipertensi, diabetes, penyakit


pembuluh darah kecil di otak. Pasien ini ditandai dengan kegagalan
dalam menentukan dan menjelaskan suatu hal diikuti dengan
lemahnya daya ingat penurunan kemampuan berbicara lalu gangguan
cara berjalan serta emosi yang labil.
d. Tumor lobus frontal dan temporal ada kalanya bisa cukup membesar
dan mampu menyebabkan kelemahan intelektual secara signifikan.
e. Pasien dengan subdural hematom kronik

Biasanya adalah pasien lansia, pecandu alcohol, dan terdapat


antikoagulan. Pasien dengan subdural hematom kronik memiliki
gejala klinis berupa, mudah mengantuk, mudah lupa disebabkan
adanya timbunan darah di bagian luar di otak.
f. CJD (Creutzfeldt-Jakob Disease)

CJD menyebabkan demensia yang progressif dan merusak


serta dibarengi dengan ataxia. Kesehatan pasien rata-rata memburuk
hari demi hari dan kebanyakan tidak bisa ditolong lagi. Segala proses
yg menyebabkan hidrosepalus perlahan - lahan bisa membuat
penderita kehilangan kemampuan mengingat, gangguan berperilaku,
mengantuk, lambat berfikir, dan sering kali dijumpai pasien CJD
dengan gangguan cara berjalan, inkontinensia urin dan sakit kpala.
g. Severe multiple sclerosis bisa menyebabkan demensia, sering kali
dijumpai juga adanya emosi yg labil.

h. HIV & AIDS bisa menyebabkan demensia, baik itu lewat penyakit
HIV encephalitis atau komplikasi dari imunodefisiensi saraf pusat
seperti toxoplasm, meningitis dan limpoma

Kumpulan Asuhan Keperawatan Page


2. Alzheimer

Penyebab penyakit Alzheimer sampai saat ini masih belum


pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diperkirakan dan berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bukti yang sejalan, yaitu:
i.Usia

Bertambahnya usia memang menjadi salah satu faktor resiko


paling penting seseorang menderita penyakit Alzheimer. Walaupun
begitu penyakit Alzheimer ini dapat diderita oleh semua orang pada
semua usia. Namun 96% diderita oleh individu yang berusia 40 tahun
keatas (Dr. Iskandar Japardi, 2002). Semakin bertambahnya usia
seorang manusia, banyaknya plak beta amiloid yang dipunyainya,
prevalensi terbesar terdapat pada umur 85 keatas namun ada juga
yang dimulaiketika umur 65.
j. Genetik
Faktor genetik merupakan faktor resiko penting kedua setelah
faktor usia. Individu yang memiliki hubungan keluarga yang dekat
dengan penderita beresiko dua kali lipat untuk terkena Alzheimer.
Pada penderita early onset umumnya disebabkan oleh faktor turunan.
Tetapi secara keseluruhan kasus ini mungkin kurang dari 5% dari
semua kasus Alzheimer. Sebagian besar penderita Down’s Syndrome
memiliki tanda-tanda neuropatholigic Alzheimer pada usia 40 tahun.

k. Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, maka prevalensi wanita yang


menderita Alzheimer lebih banyak tiga kali lipat dibandingkan pria.
Hal ini mungkin disebabkan karena usia harapan hidup wanita lebih
lama dibandingkan dengan pria (Dr. Iskandar Japardi, 2002).

l. Trauma Kepala
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara
penyakit Alzheimer dengan trauma kepala. Hal ini dihubungkan
dengan petinju yang menderita demensia pugilistik, dimana pada

Kumpulan Asuhan Keperawatan Page


otopsinya ditemukan banyak neurofibrillary tangles (Dr. Iskandar
Japardi, 2002).

Pada otak yang sehat ukuran cortex dan hippokampus


adalah normal dan serat-serat saraf masih berfungsi dengan baik.
Namun pada otak penderita

Alzheimer terdapat atropi kortikal dan hippokampus serta


perbesaran ventricle. Hal ini disebabkan karena terdapatnya plak
amyloid dan kusutnya serabutt- serabutt saraf (neurofibrilallry
tangles) yang mengakibatkan protein tau berubah lilitannya menjadi
kusut (tangles). Ketika hal ini terjadi, microtubules mengalami ketidak
mampuannya dalam berfungsi dengan baik dan mengalami hal seperti
kehancuran. Akibatnya adalah melemahnya komunikasi antar cell
saraf dan bisa mengakibatkan kematian sel.

Patofisiologi

Secara makroskopik, perubahan otak pada Alzheimer Disease


melibatkan kerusakan berat neuron korteks dan hipokampus, serta
penimbunan amiloid dalam pembuluh darah intrakranial. Secara
mikroskopik, terdapat perubahan morfologis (struktural) dan biokimia
pada neuron-neuron. Perubahan morfologis terdiri dari dua ciri khas
lesi yang pada akhirnya berkembang menjadi degenerasi soma (badan)
dan/atau akson dan dendrit neuron. Satu tanda lesi pada Alzheimer
Disease adalah kekusutan neurofibrilaris, yaitu struktur intraselular
yang berisi serat kusut, melintir, yang sebagian besar terdiri dari
protein yang disebut protein tau. Dalam sistem saraf pusat (SSP),
protein tau sebagian besar telah dipelajari sebagai penghambat
pembentuk struktural yang terikat dan menstabilkan mikrotubulus, dan
merupakan komponen penting dari sitoskleton (kerangka penyangga
interna) sel neuronal. Di dalam neuron-neuron, mikrotubulus
membentuk struktur yang membawa zat-zat makanan dan molekul
lain dari badan sel menuju ujung akson, sehingga terbentuk jembatan
penghubung dengan neuron lain. Pada neuron seseorang yang

Kumpulan Asuhan Keperawatan Page


terserang Alzheimer Disease, terjadi fosforilasi abnormal dari
protein tau, secara kimia menyebabkan perubahan pada protein tau
sehingga tidak dapat terikat pada mikrotubulus secara bersama-sama.
protein tau yang abnormal terpuntir masuk kefilamen heliks ganda
yang sekelilingnya masing-masing terluka. Dengan kolapsnya sistem
transpor internal, hubungan interselular adalah yangpertama kali
tidak berfungsi, dan akhirnya diikuti oleh kematian sel. Pembentukan
neuron yang kusut dan rusaknya neuron berkembang bersamaan
dengan berkembangnya Alzheimer Disease. (Ishihara dkk, 1999)

Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta
amiloid (A-beta) yang terbentuk dalam cairan jaringan disekeliling
neuron bukan dalam sel neuronal. A-beta adalah fragmen protein N
besar disebut protein prosekusor amiloid (APP), yang dalam (

keadaan normal melekat pada membran neuronal dan berperan dalam


pertumbuhan dan pertahanan neuron. APP terbagi menjadi fragmen-
Neurofibrillary
fragmen oleh protease, dan salah satu fragmennya adalah A-beta
tangles
“lengket” yang berkembang menjadi gumpalan yang dapat terlarut.
Gumpalan tersebut akhirnya tercampur dengan bagian dari neuron
dan sel-sel glia (khususnya mikroglia dan astrosit). Setelah beberapa Timbul massa
fibrosa disel saraf
waktu, campuran A-beta membeku menjadi fibril-fibril yang
membentuk plak yang matang, padat, tidak dapat larut,dan diyakini
beracun bagi neuron yang utuh. (Medscape, 2000)

Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis pada pasien Alzheimer dibagi menjadi tiga tingkatan :

1. Tingkatan I (masa 1-3 tahun)

a. Gangguan memori jangka pendek, tetapi kemungkinan memori jangka


panjang masih baik. Memori sesaat (meningat setelah beberapa detik),
memori jangka pendek (beberapa menit sampai beberapa jam), memori
jangka panjang (mengingat beberapa tahun)
b. Ketidaksabaran

Kumpulan Asuhan Keperawatan Page


c. Ketidakmampuan mempertimbangkan sesuatu

d. Perubahan kepribadian dan perilaku

e. Gangguan penerimaan informasi baru

2. Tingkatan II (masa 2-10 tahun)

a. Kebingungan

b. Kehilangan memori

c. Kerusakan kognitif (anomia, agnosia, apraxia, aphasia)

d. Kesulitan dalam pengambilan keputusan

e. Kesulitan berbahasa

3. Tingkatan III (masa 8-12 tahun)

a. Kerusakan beberapa fungsi kognitif (kerusakan intelektual, komplit


disorientasi waktu, tempat dan kejadian)
b. Kerusakan fisik karena gangguan neurologik seperti kejang, tremor, ataxia

c. Ketidakmampuan melakukan perawatan diri

d. Ketidakmampuan dalam berkomunikasi. (Tarwoto, dkk. 2007)

Pemeriksaan Diagnostik

1. CT Scan

Kriteria awal untuk diagnosis CT scan pada penyakit Alzheimer adalah


cerebral atrofi difus dengan pembesaran sulci kortikal dan ukuran ventrikel yang
meningkat. Sejumlah studi menunjukkan bahwa atrofi otak secara signifikan
lebih besar pada pasien dengan penyakit Alzheimer dibandingkan pada pasien
yang menua tanpa penyakit Alzheimer. Luasnya atrofi serebral ditentukan dengan
menggunakan pengukuran linier, khususnya diameter dari bifrontal dan bicaudate
dan diameter dari ventrikel ketiga dan lateral. Terjadi perubahan struktur otak
yakni cerebral atrofi difus dengan sulci melebar dan dilatasi ventrikel lateral. Atrofi
yang tidak proporsional dari lobus medial temporal, terutama dari volume formasi

Kumpulan Asuhan Keperawatan Page


hippocampal (<50%) dapat dilihat. Penggunaan skala penilaian nonquantitative
menunjukkan sensitivitas 81% dan spesifisitas 67% dalam membedakan 21 pasien
dengan penyakit Alzheimer dengan demensia moderat dari 21 subyek kontrol usia
yang sama dan volume hippocampus dalam sampel yang berukuran sama.
2. MRI

Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat dianggap sebagai pemeriksaan


neuroimaging yang lebih disukai untuk penyakit Alzheimer karena pengukuran
yang akurat dari volume 3-dimensi (3D) struktur otak, terutama ukuran
hippocampus dan daerah terkait.
Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa atrofi otak secara
signifikan lebih besar pada pasien dengan penyakit Alzheimer dibandingkan
pada orang tanpa itu. Namun, variabilitas atrofi dalam proses penuaan normal
membuatnya sulit untuk menggunakan MRI sebagai teknik diagnostik definitif.
Hasil pemeriksaan dengan MRI Axial T2 scan otak menunjukkan perubahan
atrofi di lobus temporal, celah Sylvian melebar akibat berdekatan dengan kortikal
yang atrofi terutama di sisi kanan. MRI Axial T1 scan menunjukkan celah
Sylvian membesar disebabkan oleh atrofi korteks yang berdekatan, atrofi korteks
bilateral dengan sulci kortikal.
Fungsional MRI (fMRI) adalah teknik yang digunakan untuk mengukur
perfusi serebral. Kerentanan kontras dinamis (DSC) MRI terdiri dari perjalanan
bolus terkonsentrasi agen kontras paramagnetik yang cukup mendistorsi medan
magnet lokal yang akan menyebabkan kehilangan transien sinyal, terutama
T2. Bagian dari bahan kontras dicitrakan dari waktu ke waktu oleh pencitraan
cepat berurutan dari bagian yang sama. Teknik-teknik yang cukup sensitif dan
spesifik dalam membedakan penyakit Alzheimer dari perubahan akibat penuaan
normal dan studi dengan konfirmasi patologis menunjukkan sensitivitas dan
spesifisitas yang baik dalam membedakan penyakit Alzheimer dari demensia
lainnya. Teknik ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi kelainan pada
individu asimtomatik atau presymptomatic dan mereka dapat membantu dalam
memprediksi penurunan untuk demensia.
3. SPECT Scanning

Single-photon emisi computed tomography (SPECT) scanning

Kumpulan Asuhan Keperawatan Page


menggunakan foton-emitting isotop bukan radioisotop. Isotop SPECT memiliki
rata- rata paruh 6-12 jam. Instrumentasi SPECT sangat bervariasi, karena itu
penggunaan scanner SPECT dengan resolusi yang buruk dapat menghasilkan
kinerja klinis yang buruk.. Pencitraan SPECT ini paling sering digunakan untuk
pengukuran aliran darah.
Penurunan aliran darah dan penggunaan oksigen dapat ditemukan di
neokorteks temporal dan parietal pada pasien dengan penyakit Alzheimer sedang
sampai gejala berat. SPECT scan tidak umum digunakan untuk menilai penyakit
Alzheimer. SPECT scan berguna dalam penilaian diagnostik penyakit Alzheimer
jika teknik standar dan semikuantitatif digunakan pula. Dibandingkan dengan
subyek kontrol sehat, pasien dengan penyakit Alzheimer memiliki CBF relatif
rendah di parietal dan korteks prefrontal. Holman et al menemukan bahwa
hipoperfusi temporoparietal bilateral memiliki nilai prediksi positif 82% untuk
penyakit Alzheimer. Penggunakan xenon-133 (133 Xe) hirup dan penyuntikkan
teknesium- 99m [99m Tc] hexamethylpropyleneamine oxime, dilaporkan
memiliki sensitivitas dari 76 % dan spesifisitas 73%. Studi ini dapat membantu
dalam diagnosis awal dan akhir dari penyakit Alzheimer dan dengan diagnosis
banding demensia.

4. PET Scanning

PET scan adalah teknik pencitraan yang kuat untuk kuantifikasi


noninvasif aliran darah otak, metabolisme, dan pengikatan reseptor. Positron-
emission tomography (PET) scanning menggunakan pelacak yang mengukur
daerah metabolisme glukosa. PET scan membantu dalam memahami patogenesis
penyakit, membuat diagnosis yang benar, dan memantau perkembangan penyakit
dan respon terhadap pengobatan.
PET scanning melibatkan pengenalan pelacak radioaktif ke dalam tubuh
manusia, biasanya dengan suntikan intravena. Pelacak pada dasarnya adalah
senyawa biologis bunga yang diberi label dengan isotop pemancar positron, seperti
karbon-11 (11 C), fluor-18 (18 F), atau oksigen-15 (15 O). Isotop ini digunakan
karena mereka memiliki waktu paruh yang relatif singkat (dari menit sampai
kurang dari 2 jam) yang memungkinkan pelacak untuk mencapai keseimbangan
dalam tubuh tanpa memaparkan subyek terhadap radiasi yang berkepanjangan.

Kumpulan Asuhan Keperawatan Page


Meskipun perbedaan teknis, hasil dari PET dan SPECT scan sebanding. Data
menunjukkan bahwa PET scan lebih sensitif dibandingkan SPECT scan. Pada
PET atau SPECT scan, penyakit Alzheimer ringan mungkin lebih sulit untuk
dideteksi dari penyakit sedang atau berat. (Ramachandran, 2012)

Penatalaksanaan

Penanganan simptomatik dan suportif diperlukan untuk memberikan rasa


nyaman, puas pada pasien dan keluarga. Penatalaksanaan medis pada penyakit
Alzheimer berupa pemberian obat-obatan. Obat tersebut diantaranya:
1. Cholinesterase inhibitor

Obat ini membantu penyampaian informasi di otak, yang termasuk


golongan obat ini ialah Donepezil, Rivastigmine, dan Dalantamine yang bekerja
dengan meningkatkan kadar neurotransmitter di otak. Donepezil telah disetujui
oleh Food and Drug Administration untuk pengobatan Alzheimer tingkat
ringan, sedang, dan parah. Donepezil bekerja selektif menghambat enzim
asetilkolinesterase dan bersifat reversible (Wibowo, 1999). Tacrinedan donepezil
(aricept) mampu memperlambat perkembangan Alzheimer dan memberikan
peningkatan kemampuan ingatan dankognitif padatingkat ringan hingga berat. Cara
kerjanya dengan menghambat fungsi asetilkolinesterase, kemudian mengurainya
sehingga membuat neurotransmitter bertahan lebih lama selama proses transmisi
di otak.
2. Ginkgo biloba

Ginkgo biloba mengandung senyawa flavonoid atau terpenoid yang


bertindak sebagai antioksidan. Konsumsi ginkgo biloba diyakini dapat
meningkatkan sirkulasi darah mikrovaskuler, menangkal radikal bebas, dan
membantu memperbaiki konsentrasi serta memori. Dibuat dalam bentuk ekstrak
yang mengandung beberapa senyawa berpengaruh positif untuk sel otak. Bars
(1997) dalam Journal of The American Medical Association melaporakan
perbaikan kognisi, aktivitas sehari-hari, dan perilaku social pasien yang
menggunakan ginko biloba. Beberapa efek sampingnya ialah penurunan
kemampuan pembekuan darah yang dapat menimbulkan perdarahan internal.

Kumpulan Asuhan Keperawatan Page


3. Golongan Obat-Obat yang Bekerja pada Reseptor Kanal Ion

Contohnya adalah Memantine yang bekerja sebagai antagonis lemah dan


bekerja dengan cara memodulasi kanal ion Ca2+ pada reseptor NMDA (N-methyl D
Aspartate) serta tidak memblokade secara penuh, sehingga memungkinkan aliran
Ca2+ yang secara normal masih dibutuhkan sel, yang akhirnya juga akan
mengurangi efek samping yang mungkin timbul jika aliran Ca 2+ yang melalui
reseptor NMDA sama sekali dihambat (Lipton, 2002).
4. Golongan Obat-Obat yang Bekerja pada GPCR (G-protein couple reseptors)

Agonis lain yang sedang dikembangkan adalah Xanomelin dan Talsaklidin


untuk pengobatan penyakit Alzheimer. Diketahui, penyakit Alzheimer ditandai
dengan kemunduran kognisi dan memori yang disebabkan karena defisiensi
asetilkolin di otak. Karena itu, salah satu terapinya adalah dengan mengaktifkan
reseptor asetilkolin yang terkait (M1) dengan suatu agonis. Xanomeline merupakan
agonis reseptor M1 yang mempunyai afinitas tinggi pada reseptor M1 dan tidak
terlalu tinggi atau kurang pada subtype reseptor muskarinik lainnya. Berdasarkan
penelitian pada “cynomolgus monkeys” diketahui bahwa senyawa tersebut dapat
melintasi sawar darah otak dan secara khusus mengikat striatum dan neokorteks
(Lilly, 2006).
Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan:

1. Mendukung kemampuan pasien dalam hal mengganti kemampuan yang hilang.

2. Melakukan komunikasi efektif dengan pasien maupun keluarga untuk


membantu mereka menyesuaikan diri dengan kemampuan kognitif pasien yang
berubah.
3. Menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien.

4. Mendorong pasien untuk tetap berolah raga untuk mempertahankan mobilitasnya.

Komplikasi

Komplikasi Alzheimer erat kaitannya dengan gangguan immobilisasi seperti :

a. Pneumonia

Pneumonia adalah salah satu infeksi paling umum pada orang dengan

Kumpulan Asuhan Keperawatan Page


penyakit Alzheimer. Saat ini kondisi sedang dalam stadium lanjut, mungkin sulit
bagi orang untuk menelan dengan benar, karena otot-otot di tenggorokan mereka
tidak dapat berfungsi dengan baik. Karena cacat ini, itu berarti mereka dapat
menghirup sebagian kecil dari makanan atau minum mereka sedang makan dan
ini dapat menyebabkan infeksi pneumonia. Sangat sering orang dengan penyakit
Alzheimer meninggal dari infeksi radang paru-paru ketika mereka berada di
tahap akhir dari penyakit, karena tubuh mereka tidak dapat mengatasi jenis
infeksi
b. Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Inkontinensia adalah gejala umum dari tengah dan penyakit tahap akhir
Alzheimer. Pada saat seseorang mengalami penurunan fungsi kandung kemih,
kateter urin kadang-kadang digunakan. Kateter yang terlalu lama akan
menimbulkan bakteri di dalam tubuh menyebabkan infeksi saluran kemih
(ISK). Gejala ISK termasuk urin gelap berwarna kuning, bau yang kuat dari
urin, sedimen dalam urin dan penurunan buang air kecil. Pasien Alzheimer tidak
dapat mengkomunikasikan rasa sakit atau ketidaknyamanannya terkait dengan
Infeksi Saluran Kemih. Tanda pasien Alzheimer mengalami Infeksi Saluran
Kemih menurut Dr Monika Karlekar dari Vanderbilt University diantaranya
kebingungan, lesu dan gelisah.
c. Cidera karena jatuh

Orang yang kemudian tahap penyakit Alzheimer sering jatuh saat mereka
mulai kehilangan kendali atas fungsi tubuh dan / atau menjadi mudah mengalami
disorientasi. Falls adalah penyebab umum dari cedera kepala serius, patah tulang
pinggul dan lengan atau cedera kaki. Niagara juga dapat menyebabkan
perdarahan di otak (jika cukup serius)
d. Dekubitus (Tarwoto, 2007)

Prognosis

Pemeriksaan klinis pada 42 orang yang diduga mengidap penyakit


Alzheimer menunjukkan bahwa nilai prognostic penyakit tersebut bergantung pada tiga
faktor, yaitu:

Kumpulan Asuhan Keperawatan Page


1. Derajat keparahan penyakit

2. Variasi gambaran klinis

3. Perbedaan antar individu, seperti factor usia, keturunan, dan jenis kelamin
Ketiga factor ini diuji secara statistic, dan ternyata faktor pertama paling
mempengaruhi prognosis penyakit. Psien memiliki angka harapan hidup rerata 4-
10 tahun sesudah diagnose dan biasanya meninggal dunia akibat infeksi
sekunder. (Agoes,2008)

Kumpulan Asuhan Keperawatan Page


BAB II

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN


KEPERAWATAN GERONTIK

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Nama : Tn. K
b. Tempat /tgl lahir : Jakarta 10 juli 1931
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Status Perkawinan : menikah
e. Agama : Islam
f. Suku : Indonesia

2. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi


a. Pekerjaan saat ini : Pns
b. Pekerjaan sebelumnya : Pegawai Swasta
c. Sumber pendapatan : Dari anak
d. Kecukupan pendapatan : Tercukupi

3. Lingkungan tempat tinggal


a. Kebersihan dan kerapihan ruangan cukup bersih dan rapih

b. Penerangan baik cahaya masuk kedalam ruangan

c. Sirkulasi udara baik

d. Keadaan kamar mandi & WC bersih dan tidak bau

e. Sumber air minum cukup selalu disediakan oleh pihak panti

f. pembuangan sampah selalu dibuang oleh pihak kebersihan

g. Privasi klaen menjaga privasinya dengan baik

h. Risiko injuri bisa terjadai saat lantai licin


4. Riwayat Kesehatan
a. Status Kesehatan saat ini
1. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : Penurunan fungsi kognitif
2. Gejala yang dirasakan : Rasa lemas dan lesu
3. Faktor pencetus : Penurunan gangguan ingatan
4. Timbulnya keluhan : Bertahap
5. Upaya mengatasi : Pasien sering memperhatikan pola
makan dan tidur dengan baik
6. Tn. K mengatakan mengkomsumsi obat-obatan yang diberikan oleh
dokter

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


1. Penyakit yang pernah diderita : Tn. K tidak pernah
mengalami penyakit lain
2. Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, debu dll ): Tidak ada
3. Riwayat kecelakaan : Tidak ada
4. Riwayat pernah dirawat di RS : Tidak pernah
5. Riwayat pemakaian obat : Pemakaian obat-
obatan warung seperti paracetamol
5. Pola Fungsional
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
Tn.K mengatakan dulu sering lupa akan sesuatu seperti kesulitan berbahasa dan
kesulitan dalam pengambilan keputusan.
b. Nutrisi metabolik
Tn. K mengatakan makan 3 kali sehari, dan anaknya sering mengunjungi pasien
dan membawa makanan dan makan bersama.

c. Eliminasi
BAK : Tn. K mengatakan BAK 10 kali sehari
BAB : Tn. K mengatakan BAB 1 kali sehari
Aktifitas Pola Latihan
Tn. K mengatakan mandi 2 kali sehari pada pagi dan sore hari
d. Pola istirahat tidur
Pasien mengatakan sedikit bermasalah pada pola tidurnya pasien biasanya tidur
diatas jam 12 malam, dan susah untuk tidur siang
e. Pola Kognitif Persepsi
Pasien mengatakan sedikit agak kabur pada penglihatannya namun masih bisa
melihat
f. Persepsi diri-Pola konsep diri

g. Pola Peran-Hubungan

Tn. K mengatakan mempunyai keluarga istrinya sudah meninggal dan mempunyai 1


anak laki-laki yang sudah berkeluarg
h. Sexualitas
Tn. K mengatakan tidak memikirkan hal seperti itu lagi di karenakan sudah
lanjut usia
i. Koping-Pola Toleransi Stress
Tn. K mengatakan sering lupa dan nyeri kepala biasanya pasien mengatasi
sakitnya dengan meminum obat yang di berikan oleh dokter di panti
jompo tersebut
j. Nilai-Pola Keyakinan
Tn. K mengatakan bahwa menganut agama islam dan pasien sering
melakukan ibadah sholat 5 waktunya

6. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Pasien tampak lemas
b. TTV
TD :110/80 mmHg
Nadi : 70 x/menit
RR : 20 x/menit
BB/TB : 60 kg /170 cm
c. Kepala
Rambut : Rambut beruban, rambut rapi dan bersih
Mata : Berwarna hitam kecoklatan
Telinga : Bersih
Mulut, gigi dan bibir : Terlihat bersih
d. Dada : Simetris
e. Abdomen : Abdomen tampak datar
f. Kulit : Kulit terlihat berkeriput
g. Ekstremitas Atas : Normal
h. Ekstremitas bawah : Normal
APGAR KELUARGA

NO ITEMS PENILAIAN SELALU KADANG- TIDAK


KADAN PERNA
(2) G H
(1) (0)
1 A : Adaptasi
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada

keluarga ( teman-teman ) saya untuk
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 P : Partnership
Saya puas dengan cara keluarga ( teman-
teman ) saya membicarakan sesuatu dengan 
saya dan mengungkapkan masalah saya.

3 G : Growth
Saya puas bahwa keluarga ( teman-teman ) saya
menerima & mendukung keinginan saya 
untuk melakukan aktifitas atau arah baru.

4 A : Afek
Saya puas dengan cara keluarga ( teman-
teman ) saya mengekspresikan afek dan 
berespon terhadap emosi-emosi saya, seperti
marah, sedih atau mencintai.
5 R : Resolve
Saya puas dengan cara teman-teman saya dan

saya menyediakan waktu bersama- sama
mengekspresikan afek dan berespon
JUMLAH 2 3
Penilaian :
Nilai : 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi
Disfungsi keluarga sedang
Nilai 3: Disfungsi Keluarga sangat tinggi
PENGKAJIAN FUNGSI KOGNITIF
( SPMSQ )

No Item Pertanyaan Benar Salah

1 Jam berapa sekarang ? 


Jawab :10.30 wib
2 Tahun berapa sekarang ? 
Jawab :2021
3 Kapan Bapak/Ibu lahir? 
Jawab :Jakarta 10 juli 1931
4 Berapa umur Bapak/Ibu sekarang ? 
Jawab : 63
5 Dimana alamat Bapak/Ibu sekarang ? 
Jawab :jambi
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama 
Bapak/Ibu?
Jawab :3
7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama 
Bapak/Ibu ?
Jawab :choirul
8 Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia ? 
Jawab :12 oktober1981
9 Siapa nama Presiden Republik Indonesia sekarang ? 
Jawab :Jokowidodo
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1 ? 
Jawab :Tidak ingat
JUMLAH 5 5

Analisis Hasil :
Skore Salah : 0-5 : Fungsi intelektual utuh
Skore Salah : 3-4 : Kerusakan intelektual Ringan
Skore Salah : 5-7 : Kerusakan intelektual Sedang
Skore Salah :8-10 : Kerusakan intelektual
FORMAT PENGKAJIAN MMSE

NO ITEM PENILAIAN BENA SALA


R H
(1) (0)
1 ORIENTASI
1. Tahun berapa sekarang? 
2. Musim apa sekarang ? 
3. Tanggal berapa sekarang ? 
4. Hari apa sekarang ? 
5. Bulan apa sekarang ? 
6. Dinegara mana anda tinggal ? 
7. Di Provinsi mana anda tinggal ? 
8. Di kabupaten mana anda tinggal ? 
9. Di kecamatan mana anda tinggal ? 
10. Di desa mana anda tinggal ? 
2 REGISTRASI
Minta klien menyebutkan tiga obyek
11. Warna baju 
12. Benda jam 
13. Pepohonan 
3 PERHATIAN DAN KALKULASI
Minta klien mengeja 5 kata dari
belakang, misal” BAPAK “
14. K 
15. A 
16. P 
17. A 
18. B 
4 MENGINGAT
Minta klien untuk mengulang 3 obyek
Diatas
19. Warna baju 
20. Benda jam 
21.Pepohonan 
5 BAHASA
a. Penamaan
Tunjukkan 2 benda minta klien
menyebutkan :
22. Jam tangan 
23. Pensil 
b. Pengulangan
Minta klien mengulangi tiga
kalimat berikut
24. “Tak ada jika, dan, atau tetapi “ 
c. Perintah tiga langkah
25. Ambil kertas ! 
26. Lipat dua ! 
27. Taruh dilantai ! 
d. Turuti hal berikut
28. Tutup mata 
29. Tulis satu kalimat 
30. Salin gambar 
JUMLAH 26 4

Analisis hasil : Pasien telah mengalami peningkatan daya ingat


Nilai < 21 : Kerusakan kognitif
PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL
( Indeks Kemandirian Katz )

No Aktivitas Mandiri Tergantung


1 Mandi 
Mandiri
:
Bantuan hanya pada satu bagian mandi ( seperti punggung
atau ekstremitas yang tidak mampu ) atau mandi sendiri
sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan
masuk dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi
sendiri
2 Berpakaian 
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian,
melepaskan pakaian, mengancingi/mengikat pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian
3 Ke Kamar Kecil 
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian
membersihkan genetalia sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan
menggunakan pispot
4 Berpindah 
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit
dari kursi sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi,
tidak melakukan satu, atau lebih perpindahan
5 Kontinen 
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol
sendiri Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total; penggunaan
kateter,pispot, enema dan pembalut ( pampers )
6 Makan 
Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan
parenteral ( NGT )
Keterangan : ( v )
Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien

Analisis Hasil :
Nilai A :Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ), berpindah, kekamar
kecil, mandi dan berpakaian.
Nilai B :Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi
tambahan
Nilai E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
dan satu fungsi tambahan.
Nilai F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
berpindah dan satu fungsi tambahan
Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
NO DATA FOKUS MASALAH

1. DS : Keletihan
 Tn. K mengeluh rasa lemas dan lesu
setiap melakukan aktivitas
 Tn. K mengatakan merasa kurang
tenaga
 Tn. K mengeluh merasa cepat lelah

DO :
 Pemeriksaan fisik

TD :110/80 mmHg
Nadi : 70 x/menit
RR : 20 x/menit
BB/TB : 60 kg /170 cm

2. DS : Gangguan memori
 Tn. K mengatakan pernah
mengalami pengalaman lupa
 Tn. K mengatakan tidak mampu
mengingat informasi actual
 Tn. K mengatakan tidak mampu
mengingat peristiwa

DO :
 Tn. K tidak mampu melakukan
kemampuan yang di pelajari
sebelumnya

3. DS : Gangguan pola tidur


 Tn. K mengatakan mengeluh sulit
tidur
 Tn. K mengeluh tidak puas tidur
 Tn. K mengeluh istirahat tidak cukup
Pasien mengatakan kesulitan untuk mengingat masa lalu dan pasien merasa lemas dan letih dan
memiliki gangguan pada pola tidurnya.

Prioritas masalah

Actual :

1. Gangguan memori

2. Gangguan pola tidur

Potensial :

Diagnosa keperawatan

1. Keletihan

2.Gangguan memori

3.Gangguan pola tidur

Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi (SIKI)


keperawatan Kriteria Hasil
(SDKI) (SLKI)
1. Setelah di lakukan intervensi 2 X 24
SIKI label dukungan
Keletihan jam, maka di harapkan istirahat
dengan cukup ventilasi :

Observasi :
Teratasi :
 Identifikasi
SLKI adanya keletihan
dan kelelahan
 Tingkat kesadaran cukup
meningkat 4  Monitor status
respirasi
 Lelah dan Lesu cukup
meningkat 4
 Tingkat ketidakberdayaan Terapeutik :
meningkat 5
 Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
 Berikan posisi
semi fowler
 Fasilitasi
mengubah posisi
senyaman
mungkin
 Berikan oksigen
sesuai kebutuhan
bila di perlukan

Edukasi :
 Ajarkan
melakukan
tehnik relaksasi
nafas dalam

2. Setelah di lakukan intervensi 2 X 24 SIKI GANGGUAN


Gangguan Memori jam, di harapkan Gangguan Memori MEMORI
dapat teratasi :
Observasi :
SLKI
 Identifikasi
 Tingkat keingatan cukup kebiasaan pasien
meningkat 4 yang di lakukan
 Tingkat pola berpikir cukup  Identifikasi
meningkat 4 untuk
mengembalikan
 Tingkat mengingat
ingatan pasien
informasi cukup meningkat
4
Terapeutik :
 Mempertahankan
daya ingatan
pasien
 Mempertahankan
pola pikir pasien

3. Gangguan pola Tidur Setelah di lakukan intervesi selama SIKI GANGGUAN


2 X 24 jam, maka di harapkan pola POLA TIDUR
tidur yang teratur
Observasi :
Teratasi :

SLKI  Identifikasi
waktu dan pola
 Keluhan sulit tidur cukup tidur pasien
meningkat 4
Terapeutik :
 Keluhan tidak puas tidur
meningkat 5  Berikan
 Keluhan pola tidur berubah kesempatan
cukup meningkat 4 untuk
menenangkandiri
 Keluhan sering terjaga
cukup meningkat 4  Berikan waktu
 Keluhan istirahat tidak istirahat dan
cukup meningkat 5 tidur yang cukup
untuk
mengendalikan
tingkat energy

 Gunakan metode
untuk
meningkatkan
kenyamanan dan
ketenangan
spiritual

Edukasi :
 Anjurkan
mengatur waktu
tidur
No Tanggal Implementasi Keperawatan Respon Diagnosa
keperawatan

1. Senin, Mengajarkan pasien untuk Tn. K mengatakan sudah bisa Keletihan


10 beristirahat yang cukup untuk beristirahat dengan cukup
januari meningkatkan daya tahan
2021 tubuh

2 Selasa, Mengajarkan pasien untuk Tn. K mengatakan sudah sedikit Gangguan memori
11 mengingat kejadian dimasa mengingat kejadia dimasa lalu
januari lalu
2021

3. Rabu, Mengajarkan pasien untuk Tn. K mengatakan sudah bisa Gangguan pola tidur
12 mengatur pola tidurnya mengatur pola tidurnya
januari
2021

Evaluasi Keperawatan
tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi
Kamis , 13 Keletihan S: Tn. K mampu mengikuti gerakan ROM dengan
januari 2021 benar
O: Tn. K mampu memilih dan membatasi
aktifitasnya
A: Masalah keletihan teratasi
P: Memotivasi pasien untuk rutin beristirahat
Jum’at, 14 Gangguan memori S: Tn. K mengatakan sudah bisa sedikit mengingat
januari 2021 kejadian dimasa lalu
O: Tn. K mampu untuk mempertahankan daya
ingatnya
A: Masalah gangguan memori teratasi
P: Membantu dan memotivasi pasien untuk terus
mengingat masa lalunya
Sabtu, 15 Gangguan pola tidur S: Tn. K mengatakan sudah bisa mengatur pola
januari 2021 tidurnya
O: Tn. K mampu untuk menjaga pola tidurnya
A: Masalah gangguan pola tidur teratasi
P: Selalu mengingatkan pasien untuk menjaga pola
tidurnya
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Demensia merupakan sekumpulan sindrom yang disebabkan oleh matinya


sel-sel otak secara berangsur-angsur. Hilngnya kemampuan kognitif akbat penyakit
ini adalah melemahnya daya ingat, berbicara, berperilaku. Penyakit Alzhaimer
adalah penyakit degenerasi neuron kolinergik yang merusak dan menimbulkan
kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas. Penyakit
Alzhaimer ditandai oleh hilangnya ingatan dan fungsi kognitif secara progresif.
Salah satu etiologi dari dimensia dalah Alzheimer.

Penyakit Alzheimer ini penyebabanya belum diketahui secara pasti, tetapi ada
beberapa faktor yang diperkirakan dan berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bukti yang sejalan, yaitu : Usia, genetik, jenis kelamin, trauma kepala.

.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Azwar. 2008. Penyakit di Usia Tua. Jakarta:EGC


Corwin.J.Elisabet.2004. Patofisiologi untuk Perawat. EGC,Jakarta
Doenges. E. Marylin Dkk, 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC : Jakarta
Martyn dan Gale. 2002. Seri kesehatan bimbingan dokter pada pikun dan pelupa.
Palembang:dian rakyat

McPhee, Stephen J., dkk. 2011. Pathophysiology of disease : An introduction tp clinical


medicine 5th edition. McGraw-Hill Companies.Inc:California

Muttaqin, Arief. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta:Salemba Medika

Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC

Price, Sylvia A, dkk. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses Penyakit
Edisi 6 Volume 2. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai