Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Askep Lansia Dengan Demensia

Oleh Kelompok :
Dina Putri Aryati
Fitra Suci Ayuni Titania
Mulya Ulfa Kaswati
Ratna Julita
Sherin Syafitri
Sindy Eka Putri
Welly Utama
Wenti Endika Utama

Dosen : Ns. Ade Sriwahyuni S.Kep,MNS

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI
TA 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
 
A. LATAR BELAKANG
Demensia adalah sebuah sindrom karena penyakit otak, bersifat kronis
atau progresif di mana ada banyak gangguan fungsi kortikal yang lebih
tinggi,termasuk memori, berpikir,orientasi, pemahaman, perhitungan, belajar,kemamp
uan, bahasa, dan penilaian kesadarantidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif yang
biasanya disertai, kadang-kadang didahului,oleh kemerosotandalam pengendalian
emosi, perilaku sosial, atau motivasi. Sindrom terjadipada penyakit Alzheimer, di
penyakit serebrovaskular, dan dalam kondisi lain terutama atausekunder yang
mempengaruhi otak (Durand dan Barlow, 2006).Menurut data Asia Pasifik tahun 2006,
jumlah orang yang menderita demensia diwilayah Asia Pasifik pada 2025 diperkirakan
meningkat lebih daridua kali lipat danpeningkatan ini akan lebih cepat dibandingkan
dengan yangterjadi di negara-negara barat.Sementara di dunia, pada tahun 2040
jumlahpenderita demensia diperkirakan menjadisekitar 80 juta orang. (Demensia
dikawasan asia pasifik, 2006).Gejala awal gangguan ini adalah lupa akan peristiwa
yang baru
saja terjadi, tetapibisa juga bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan,penurunan 
emosi atauperubahan kepribadian lainnya. Terjadi perubahan ringandalam pola
berbicara, penderitamenggunakan kata-kata yang lebih sederhana,menggunakan kata-
kata yang tidak tepat atautidak mampu menemukan kata-
katayang tepat. Ketidakmampuan mengartikan tanda-tandabisa 
menimbulkankesulitan dalam mengemudikan kendaraan. Pada akhirnya penderita
tidak dapatmenjalankan fungsi sosialnya.Demensia banyak menyerang mereka yang
telah memasuki usia lanjut.Bahkan,penurunan fungsi kognitif ini bisa dialami pada usia
kurang dari 501tahun. Sebagian besarorang mengira bahwa demensia adalah penyakit
yang hanya diderita oleh para Lansia,kenyataannya demensia dapat diderita oleh
siapasaja dari semua tingkat usia dan jeniskelamin (Harvey, R. J. et al. 2003). Untuk
mengurangi risiko, otak perlu dilatih sejak dinidisertai penerapan gaya hidupsehat.
(Harvey, R. J., Robinson, M. S. & Rossor, M. N, 2003)

B . RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, adapun permasalahan yang


hendak kelompok kemukakan dalam penulisan makalah ini, yaitu mengenai
bagaimana gambaranklinis dari polisitemia serta bagaimana proses asuhan
keperawatan pada klien dengandemensia ?
C . TUJUAN DAN MANFAAT

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain :

1.Melakukan pengkajian keperawatan pasien lansia dengan demensia


2.Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pasien lansia dengan demensia
3.Melakukan tindakan keperawatan dalam berbagai pendekatan tindakan
keperawatanpasien lansia dengan demensia
4.Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pasien lansia dengan demensia

BAB II
PEMBAHASAN

A.KONSEP DEMENSIA

1.Pengertian Demensia

Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang


dapatmempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali
menunjukkanbeberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian
(behavioral symptom) yangmengganggu (disruptive) ataupun tidak
menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley,A.C., Mahoney, E. 1998).
Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlahsekedar penyakit
biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakitatau
kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
kerusakanfungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan
mempengaruhi aktivitas socialdan okupasi yang normal juga aktivitas
kehidupan sehari-hari (AKS). (Mickey Stanley,2006)
Demensia tipe alzhimer adalah proses degenerative yang terjadi
pertama-tamapada sel yang terletak pada dasar otak depan yang mengirim
informasi ke korteks serebraldan hipokampus. Sel yang terpengaruh pertama
kali kehilangan kemampuannya untuk mengeluarkan asetilkolin lalu terjadi
degenerasi. Jika degenerasi ini mulai berlangsung,dewasa ini tidak ada
tindakan yang dapat dilakukan untuk menghidupkan kembali sel-selatau
menggantikannya.(Kushariyadi, 2010)
Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang
mati secaraabnormal.Hanya satu terminologi yang digunakan untuk
menerangkan penyakit otak degeneratif yang progresif. Daya ingatan,
pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bilamengalami demensia. Penyakit
ini boleh dialami oleh semua orang dari berbagailatarbelakang pendidikan
mahupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat sebarangrawatan untuk
demensia, namun rawatan untuk menangani gejala-gejala boleh diperolehi.
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya
berkembangsecara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran,
penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian,dan bisa terjadi
kemunduran kepribadian.
Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera
hebat,penyakit atau zat-zat racun (misalnya karbon monoksida)
menyebabkan hancurnya sel-selotak. Tetapi demensia biasanya timbul secara
perlahan dan menyerang usia diatas 60tahun. Namun demensia bukan
merupakan bagian dari proses penuaan yang normal.Sejalan dengan
bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisa
menyebabkanhilangnya beberapa ingatan (terutama ingatan jangka pendek)
dan penurunan beberapakemampuan belajar. Perubahan normal ini tidak
mempengaruhi fungsi. Lupa pada usialanjut bukan merupakan pertanda dari
demensia maupun penyakit Alzheimer stadiumawal. Demensia merupakan
penurunan kemampuan mental yang lebih serius, yang makinlama makin
parah. Pada penuaan normal, seseorang bisa lupa akan hal-hal yang
detil;tetapi penderita demensia bisa lupa akan keseluruhan peristiwa yang
baru saja terjadi.

2. Epidemiologi
Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60
tahunadalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). peningkatan
angka kejadiankasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya
harapan hidup suatu populasi .Kira-kira 5 % usia lanjut 65– 70 tahun
menderita demensia dan meningkat dua kali lipatsetiap 5 tahun mencapai
lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasusdemensia
0.5– 1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10 –15%
atausekitar 3–4 juta orang.Masalah demensia sering terjadi pada pasien lansia
yang berumur diatas 60 tahundan sampai saat ini diperkirakan kurang lebih
500.000 penduduk indonesia mengalamidemensia dengan berbagai
penyebab, yang salah satu diantaranya adalah alzeimer.
Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan
DemensiaVaskuler. Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia
terbanyak di negara majuAmerika dan Eropa sekitar 50-70%. Demensia
vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20%sisanya 15- 35% disebabkan
demensia lainnya. Di Jepang dan Cina demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 -40
% demensia akibat penyakit Alzheimer

3. Etiologi Demensia

Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat


menyebabkantimbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima.
Beberapa penyakit dapatdisembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat
disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins,P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam
risetnya sepakat bahwa penyebab utama darigejala demensia adalah penyakit
Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah),demensia Lewy body,
demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranyadisebabkan oleh
penyakit lain.Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia
adalah penyakitAlzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada
otak mati sehinggamembuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan
sebagaimana mestinya (Grayson, C.2004). Penderita Alzheimer mengalami
gangguan memori, kemampuan membuatkeputusan dan juga penurunan
proses berpikir Untuk demensia tipe Alzheimer ada beberapa penyebab yang
telah dihipotesaadalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi
virus, polusi udara/industri,trauma, neurotransmiter, defisit formasi sel-sel
filament predisposisi heriditer. Dasarkelainan patologi penyakit Alzheimer
terdiri dari degenerasi neuronal, kematian daerahspesifik jaringan otak yang
mengakibatkan gangguan fungsi kongnitif dengan penurunandaya ingat
secara progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino
dapatberperan dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut
mengalamidegenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan kalsium
intraseluler, kegagalanmetabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atau
terdapat produksi proteinabnormal yang non spesifik. Penyakit Alzheimer
adalah penyakit genetika, tetapibeberapa penelitian telah membuktikan
bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana
faktor lingkungan hanya sebagai pencetus faktor genetika.

Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan


dalamkematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami
degenerasi yangdiakibatkan oleh adanya peningkatan calcium intraseluler,
kegagalan metabolisme energi,adanya formasi radikal bebas atau terdapatnya
produksi protein abnormal yang nonspesifik. Penyakit alzheimer adalah
penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telahmembuktikan bahwa peran
faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran
faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktorlingkungan
hanya sebagai pencetus factor genetika.

Beberapa factor lain yang menyebabkan alzeimer :

Faktor genetic

Faktor infeksi

Faktor lingkungan

Faktor imunologis

Faktor trauma

Faktor neurotransmitter
4. Klasifikasi

a. Demensia Tipe AlzheimerDari semua pasien dengan demensia, 50 – 60 %


memiliki demensia tipe ini.Orang yang pertama kali mendefinisikan penyakit
ini adalah Alois Alzheimer sekitartahun 1910. Demensia ini ditandai dengan
gejala :

Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,

Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia,


gangguanfungsi eksekutif,

Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,

Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),

Kehilangan inisiatif.Demensia pada penyakit Alzheimer belum diketahui


secara pasti penyebabnya,walaupun pemeriksaan neuropatologi dan
biokimiawi post mortem telah ditemukanlose selective

Demensia VaskulerPenyakit ini disebabkan adanya defisit kognitif yang sama


dengan Alzheimertetapi terdapat gejala-gejala / tanda-tanda neurologis fokal
seperti :

Peningkatan reflek tendon dalam,

Respontar eksensor,

Palsi pseudobulbar,

Kelainan gaya berjalan,

Kelemahan anggota gerak


.Demensia vaskuler merupakan demensia kedua yang paling sering pada
lansia,sehingga perlu dibedakan dengan demensi Alzheimer

5. Patofisiologi

Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang


dijumpai padapenyakit Alzheimer, antara lain: serabut neuron yang kusut
(masa kusut neuron yangtidak berfungsi) dan plak seni atau neuritis (deposit
protein beta-amiloid, bagian darisuatu protein besar, protein prukesor
amiloid (APP). Kerusakan neuron tersebut terjadisecara primer pada korteks
serebri dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak.Secara maskroskopik,
perubahan otak pada Alzheimer melibatkan kerusakan beratneuron korteks
dan hippocampus, serta penimbunan amiloid dalam pembuluh
darahintracranial. Secara mikroskopik, terdapat perubahan morfologik
(structural) biokimia pada neuron – neuron. Perubahan morfologis terdiri
dari 2 ciri khas lesi yangpada akhirnya berkembang menjadi degenarasi soma
dan atau akson dan atau dendrit.Satu tanda lesi pada AD adalah kekusutan
neurofibrilaris yaitu struktur intraselular yang berisi serat kusut dan sebagian
besar terdiri dari protein “tau”. Dalam SSP, protein tau sebagian besar sebagai
penghambat pembentuk structural yang terikat dan
menstabilkanmikrotubulus dan merupakan komponen penting dari sitokleton
sel neuron. Pada neuronAD terjadi fosforilasi abnormal dari protein tau,
secara kimia menyebabkan perubahanpada tau sehingga tidak dapat terikat
pada mikrotubulus secara bersama– sama. Tau yangabnormal terpuntir
masuk ke filament heliks ganda yang sekelilingnya masing– masing terluka.
Dengan kolapsnya system transport internal, hubungan interseluler adalah
yangpertama kali tidak berfungsi dan akhirnya diikuti kematian sel.
Pembentukan neuronyang kusut dan berkembangnya neuron yang rusak
menyebabkan Alzheimer.Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri
dari beta amiloid (A-beta)yang terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling
neuron bukan dalam sel neuronal. A-beta adalah fragmen protein prekusor
amiloid (APP) yang pada keadaan normal melekatpada membrane neuronal
yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan neuron. APPterbagi
menjadi fragmen–fragmen oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen
lengketyang berkembang menjadi gumpalan yang bisa larut. Gumpalan
tersebut akhirnyabercampur dengan sel–sel glia yang akhirnya membentuk
fibril –fibril plak yangmembeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan diyakini
beracun bagi neuron yang utuh.Kemungkinan lain adalah A-beta
menghasilkan radikal bebas sehingga menggaguhubungan intraseluler dan
menurunkan respon pembuluh darah sehingga mengakibatkanmakin
rentannya neuron terhadap stressor.Selain karena lesi, perubahan biokimia
yang berpengaruh pada AD.

6. Gejala Klinis

Demensia yang paling banyak ditemukan yaitu tipe Alzheimer

Demensia Alzheimer

Gejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia


akibatgangguan neuro degenaratif (penuaan saraf) yang berlangsung
progresif lambat, dimanaakibat proses degenaratif menyebabkan kematian
sel-sel otak yang massif. Kematian sel-sel otak ini baru menimbulkan gejala
klinis dalam kurun waktu 30 tahun. Awalnyaditemukan gejala mudah lupa
(forgetfulness) yang menyebabkan penderita tidak mampumenyebut kata
yang benar, berlanjut dengan kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak
mampu menggunakan barang-barang sekalipun yang termudah. Hal ini
disebabkanadanya gangguan kognitif sehingga timbul gejala neuropsikiatrik
seperti, Wahan (curiga,sampai menuduh ada yang mencuri barangnya),
halusinasi pendengaran atau penglihatan,agitasi (gelisah, mengacau), depresi,
gangguan tidur, nafsu makan dan gangguan aktifitaspsikomotor, berkelana.

Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, yaitu :


Stadium I
Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala gangguan
memori,berhitung dan aktifitas spontan menurun. “Fungsi memori
yangterganggu adalah memoribaru atau lupa hal baru yang dialami
Stadium II
Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium demensia.
Gejalanya antaralain: Disorientasi, gangguan bahasa (afasia), Penderita
mudah bingung, penurunan fungsimemori lebih berat sehingga penderita tak
dapat melakukan kegiatan sampai selesai, tidak mengenal anggota
keluarganya tidak ingat sudah melakukan suatu tindakan
sehinggamengulanginya lagi, dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan
penderita mudahtersesat di lingkungannya, depresi berat prevalensinya 15-
20%,”
Stadium III
Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12 tahun.Gejala
klinisnya antaralain: Penderita menjadi vegetatif, tidak bergerak dan
membisu, daya intelektual sertamemori memburuk sehingga tidak mengenal
keluarganya sendiri, tidak bisamengendalikan buang air besar/ kecil, kegiatan
sehari-hari membutuhkan bantuan ornaglain, kematian terjadi akibat infeksi
atau trauma.
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adanya
perubahankepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas
sehari-hari.. Penderitayang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia
dengan usia enam puluh lima tahunkeatas. Lansia penderita demensia tidak
memperlihatkan gejala yang menonjol padatahap awal, mereka sebagaimana
Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dandegeneratif.
Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulitmengingat
nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang.
Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri
sendiri bahwaitu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan
berikutnya mulai dirasakan olehorang-orang terdekat yang tinggal bersama,
mereka merasa khawatir terhadap penurunandaya ingat yang semakin
menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkinLansia kelelahan
dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanyasebuah
masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua
mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada
Lansia,mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi
seperti ini dapat sajadiikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan
memperparah kondisi Lansia.Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi
sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi.Di sinilah keluarga membawa
Lansia penderita demensia ke rumah sakit di manademensia bukanlah
menjadi hal utama fokus pemeriksaan.Seringkali demensia luput dari
pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua tenaga
kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan mengenaligejala
demensia. Mengkaji dan mendiagnosa demensia bukanlah hal yang mudah
dancepat, perlu waktu yang panjang sebelum memastikan seseorang positif
menderitademensia. Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan penting yang
harus dilakukan mulai dari pengkajian latar belakang individu, pemeriksaan
fisik, pengkajian syaraf, pengkajianstatus mental dan sebagai penunjang perlu
dilakukan juga tes laboratorium.
Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang
semakinmengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga memahami
dengan baik perubahantingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita
demensia. Pemahaman perubahantingkah laku pada demensia dapat
memunculkan sikap empati yang sangat dibutuhkanoleh para anggota
keluarga yang harus dengan sabar merawat mereka. Perubahan tingkahlaku
(Behavioral symptom) yang dapat terjadi pada Lansia penderita demensia
diantaranya adalah delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas,
disorientasispasial, ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti, tidak
dapat melakukanaktivitas sehari-hari secara mandiri, melawan, marah,
agitasi, apatis, dan kabur daritempat tinggal (Volicer, L., Hurley, A.C.,
Mahoney, E. 1998).

7.Diagnosis

Diagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:

Pembedaan antara delirium dan demensia

Bagian otak yang terkena

Penyebab yang potensial reversibel

Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)

Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut

Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah

Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC


Pencitraan otak amat penting CT atau MRI

Peran Keluarga
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia
penderitademensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita
demensia bukanhal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara
mental maupun lingkungansekitar. Pada tahap awal demensia penderita
dapat secara aktif dilibatkan dalamproses perawatan dirinya. Membuat
catatan kegiatan sehari-hari dan minum obatsecara teratur. Ini sangat
membantu dalam menekan laju kemunduran kognitif yangakan dialami
penderita demensia.
Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian
Lansia,sehingga Lansia cenderung diam dan bergantung pada lingkungan.
Seluruh anggotakeluargapun diharapkan aktif dalam membantu Lansia agar
dapat seoptimal mungkinmelakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri
dengan aman. Melakukan aktivitassehari-hari secara rutin sebagaimana pada
umumnya Lansia tanpa demensia dapatmengurangi depresi yang dialami
Lansia penderita demensia.
Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema,
walaupunsetiap hari selama hampir 24 jam kita mengurus mereka, mungkin
mereka tidak akanpernah mengenal dan mengingat siapa kita, bahkan tidak
ada ucapan terima kasihsetelah apa yang kita lakukan untuk mereka.
Kesabaran adalah sebuah tuntutan dalammerawat anggota keluarga yang
menderita demensia. Tanamkanlah dalam hati bahwapenderita demensia
tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Merekapunberusaha dengan
keras untuk melawan gejala yang muncul akibat demensia
Saling menguatkan sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan
waktuuntuk diri sendiri beristirahat dan bersosialisasi dengan teman-teman
lain dapatmenghindarkan stress yang dapat dialami oleh anggota keluarga
yang merawat Lansiadengan demensia

8. Penatalaksanaan

Berapa kasus demensia dianggap dapat diobati karena jaringan otak


yangdisfungsional dapat menahan kemampuan untuk pemulihan jika
pengobatan dilakukantepat pada waktunya. Riwayat medis yang lengkap,
pemeriksaan fisik, dan teslaboratorium, termasuk pencitraan otak yang tepat,
harus dilakukan segera setelahdiagnosis dicurigai. Jika pasien menderita
akibat suatu penyebab demensia yang dapatdiobati, terapi diarahkan untuk
mengobati gangguan dasar.
Pendekatan pengobatan umum pada pasien demensia adalah untuk
memberikanperawatan medis suportif, bantuan emosional untuk pasien dan
keluarganya, danpengobatan farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk
gejala perilaku yangmengganggu. Pemeliharaan kesehatan fisik pasien,
lingkungan yang mendukung, danpengobatan farmakologis simptomatik
diindikasikan dalam pengobatan sebagian besar jenis demensia. Pengobatan
simptomatik termasuk pemeliharaan diet gizi, latihan yangtepat, terapi
rekreasi dan aktivitas, perhatian terhadap masalah visual dan audiotoris,dan
pengobatan masalah medis yang menyertai, seperti infeksi saluran kemih,
ulkusdekubitus, dan disfungsi kardiopulmonal. Perhatian khusus karena
diberikan padapengasuh atau anggota keluarga yang menghadapi frustasi,
kesedihan, dan masalahpsikologis saat mereka merawat pasien selama
periode waktu yang lama.
Jika diagnosis demensia vaskular dibuat, faktor risiko yang berperan
padapenyakit kardiovaskular harus diidentifikasi dan ditanggulangi secara
terapetik.Faktor-faktor tersebut adalah hipertensi, hiperlipidemia, obesitas,
penyakit jantung,diabetes dan ketergantungan alkohol. Pasien dengan
merokok harus diminta untuk berhenti, karena penghentian merokok serta
perbaikan perfusi sebral dan kognitif.

Obat untuk demensia


a. Cholinergic-enhancing agents
Untuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan
penelitian.Pemberian cholinergic-enhancing agents menunjukkan hasil yang
lumayan padabeberapa penderita; namun demikian secara keseluruhan tidak
menunjukkankeberhasilan sama sekali. Hal ini disebabkan oleh kenyataan
bahwa demensiaalzheimerntidak semata-mata disebabkan oleh defisiensi
kolinergik; demensia ini jugadisebabkan oleh defisiensi neurotransmitter
lainnya. Sementara itu, kombinasikolinergik dan noradrenergic ternyata
bersifat kompleks; pemberian obat kombinasiini harus hati-hati karena dapat
terjadi interaksi yang mengganggu sistemkardiovaskular.

b.Cholinedan lecithin
Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia Alzheimer
danhipotesis tentang sebab dan hubungannya dengan memori mendorong
peneliti untuk mengarahkan perhatiannya pada neurotransmitter. Pemberian
prekursor, cholinedanlecithin merupakan salah satu pilihan dan memberi
hasil lumayan, namun demikiantidak memperlihatkan hal yang istimewa.
Dengancholine ada sedikit perbaikanterutama dalam fungsi verbal dan visual.
Denganlecith in hasilnya cenderung negatif,walaupun dengan dosis yang
berlebih sehingga kadar dalam serum mencapai 120persen dan dalam cairan
serebrospinal naik sampai 58 persen.

c. Neuropeptide, vasopressin dan ACTH


Pemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh
perhatian.Neuropeptida dapat memperbaiki daya ingat semantik yang
berkaitan denganinformasi dan kata-kata. Pada lansia tanpa gangguan psiko-
organik, pemberian ACTHdapat memperbaiki daya konsentrasi dan
memperbaiki keadaan umum.

d. Nootropic agents
Dari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering
digunakandalam terapi demensia, ialahnicer goline dan co-dergocrine
mesylate. Keduanyaberpengaruh terhadap katekolamin. Co-dergocrine
mesylate memperbaiki perfusiserebral dengan cara mengurangi tahanan
vaskular dan meningkatkan konsumsi oksigen otak. Obat ini memperbaiki
perilaku, aktivitas, dan mengurangi bingung, sertamemperbaiki kognisi. Disisi
lain,nicergoline tampak bermanfaat untuk memperbaikiperasaan hati dan
perilaku.

e.Dihydropyridine
Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type
calciumchannels menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic
dihydropyridine bermanfaatuntuk mengatasi kerusakan susunan saraf pusat
pada lansia. Nimodipin bermanfaatuntuk mengembalikan fungsi kognitif yang
menurun pada lansia dan demensia jenisAlzheimer. Nimodipin memelihara
sel-sel endothelial/kondisi mikrovaskular tanpadampak hipotensif; dengan
demikian sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif untuk lansia terutama
yang mengidap hipertensi esensia

9. Pencegahan Demensia

Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya


demensiaataupun menunda terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga
ketajaman dayaingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti:

1.Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak


sepertialkohol dan zat adiktif yang berlebihan
2.Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknyadilakukan
setiap hari.
3.Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif

Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.

Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan temanyang


memiliki persamaan minat atau hobi

4.Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaksdalam


kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

5.Jagalah pikiran anda agar tetap aktif. Kegiatan merangsang mental


dapatmeningkatkan kemampuan anda untuk menangani dan
mengkompensasiperubahan yang berhubungan dengan demensia. Ini
mencakup teka tekidan permainan kata,belajar bahasa,bermain
alatmusic,membaca,menulis,atau menggambar. Tidak hanya kegiatan in
Tetapi juga membantu menurunkan efek. Semakin sering melakukan aktivitas
maka semakinmenguntungkan.

6.Turunkan kadar homosistein. Penelitian awal menunjukkan bahwa


tigadosis tinggi vitamin B-asam folat-B6 dan B12 membantu
menurunkankadar homosistein dan berguna untuk memperlambat
perkembanganpenyakit Alzheimer.

7.Turunkan kadar kolesterol. Endapan yang terjadi dalam otak orang-


orangdengan kolesterol tinggi merupakan salah satu penyebab
demesiavaskuler.

8.Pertahankan pola makan sehat. Diet yang sehat adalah penting


karenamenurut penelitian bahwa makanan seperti buah-buahan,sayuran
danomega 3 dan asam lemak. Biasanya ditemukan pada ikan dan kacang-
kacangan tertentu dapat memiliki efek perlindungan dan menurunkanresiko
terkena demensia.

9.Dapatkan vaksinasi. Mereka yang menerima vaksinasi untuk


influenza,tetanus,difteri dan polio tampaknya secara signifikanmengurangi
resiko demensia karena memiliki efek perlindungan terhadapberkembangnya
demensia

10.Prognosis

Pada sebagian besar demensia stadium lanjut terjadi penurunan fungsi otak
yang hampirmenyeluruh. Penderita lebih menarik dirinya dan tidak mampu
mengendalikanperilakunya. Suasana hatinya sering berubah-ubah dan senang
berjalan-jalan (berkelana).Pada akhirnya penderita tidak mampu mengikuti
suatu percakapan dan bisa kehilangankemampuan berbicara

Anda mungkin juga menyukai