Oleh Kelompok :
Dina Putri Aryati
Fitra Suci Ayuni Titania
Mulya Ulfa Kaswati
Ratna Julita
Sherin Syafitri
Sindy Eka Putri
Welly Utama
Wenti Endika Utama
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI
TA 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Demensia adalah sebuah sindrom karena penyakit otak, bersifat kronis
atau progresif di mana ada banyak gangguan fungsi kortikal yang lebih
tinggi,termasuk memori, berpikir,orientasi, pemahaman, perhitungan, belajar,kemamp
uan, bahasa, dan penilaian kesadarantidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif yang
biasanya disertai, kadang-kadang didahului,oleh kemerosotandalam pengendalian
emosi, perilaku sosial, atau motivasi. Sindrom terjadipada penyakit Alzheimer, di
penyakit serebrovaskular, dan dalam kondisi lain terutama atausekunder yang
mempengaruhi otak (Durand dan Barlow, 2006).Menurut data Asia Pasifik tahun 2006,
jumlah orang yang menderita demensia diwilayah Asia Pasifik pada 2025 diperkirakan
meningkat lebih daridua kali lipat danpeningkatan ini akan lebih cepat dibandingkan
dengan yangterjadi di negara-negara barat.Sementara di dunia, pada tahun 2040
jumlahpenderita demensia diperkirakan menjadisekitar 80 juta orang. (Demensia
dikawasan asia pasifik, 2006).Gejala awal gangguan ini adalah lupa akan peristiwa
yang baru
saja terjadi, tetapibisa juga bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan,penurunan
emosi atauperubahan kepribadian lainnya. Terjadi perubahan ringandalam pola
berbicara, penderitamenggunakan kata-kata yang lebih sederhana,menggunakan kata-
kata yang tidak tepat atautidak mampu menemukan kata-
katayang tepat. Ketidakmampuan mengartikan tanda-tandabisa
menimbulkankesulitan dalam mengemudikan kendaraan. Pada akhirnya penderita
tidak dapatmenjalankan fungsi sosialnya.Demensia banyak menyerang mereka yang
telah memasuki usia lanjut.Bahkan,penurunan fungsi kognitif ini bisa dialami pada usia
kurang dari 501tahun. Sebagian besarorang mengira bahwa demensia adalah penyakit
yang hanya diderita oleh para Lansia,kenyataannya demensia dapat diderita oleh
siapasaja dari semua tingkat usia dan jeniskelamin (Harvey, R. J. et al. 2003). Untuk
mengurangi risiko, otak perlu dilatih sejak dinidisertai penerapan gaya hidupsehat.
(Harvey, R. J., Robinson, M. S. & Rossor, M. N, 2003)
B . RUMUSAN MASALAH
BAB II
PEMBAHASAN
A.KONSEP DEMENSIA
1.Pengertian Demensia
2. Epidemiologi
Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60
tahunadalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). peningkatan
angka kejadiankasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya
harapan hidup suatu populasi .Kira-kira 5 % usia lanjut 65– 70 tahun
menderita demensia dan meningkat dua kali lipatsetiap 5 tahun mencapai
lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasusdemensia
0.5– 1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10 –15%
atausekitar 3–4 juta orang.Masalah demensia sering terjadi pada pasien lansia
yang berumur diatas 60 tahundan sampai saat ini diperkirakan kurang lebih
500.000 penduduk indonesia mengalamidemensia dengan berbagai
penyebab, yang salah satu diantaranya adalah alzeimer.
Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan
DemensiaVaskuler. Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia
terbanyak di negara majuAmerika dan Eropa sekitar 50-70%. Demensia
vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20%sisanya 15- 35% disebabkan
demensia lainnya. Di Jepang dan Cina demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 -40
% demensia akibat penyakit Alzheimer
3. Etiologi Demensia
Faktor genetic
Faktor infeksi
Faktor lingkungan
Faktor imunologis
Faktor trauma
Faktor neurotransmitter
4. Klasifikasi
Respontar eksensor,
Palsi pseudobulbar,
5. Patofisiologi
6. Gejala Klinis
Demensia Alzheimer
7.Diagnosis
Peran Keluarga
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia
penderitademensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita
demensia bukanhal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara
mental maupun lingkungansekitar. Pada tahap awal demensia penderita
dapat secara aktif dilibatkan dalamproses perawatan dirinya. Membuat
catatan kegiatan sehari-hari dan minum obatsecara teratur. Ini sangat
membantu dalam menekan laju kemunduran kognitif yangakan dialami
penderita demensia.
Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian
Lansia,sehingga Lansia cenderung diam dan bergantung pada lingkungan.
Seluruh anggotakeluargapun diharapkan aktif dalam membantu Lansia agar
dapat seoptimal mungkinmelakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri
dengan aman. Melakukan aktivitassehari-hari secara rutin sebagaimana pada
umumnya Lansia tanpa demensia dapatmengurangi depresi yang dialami
Lansia penderita demensia.
Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema,
walaupunsetiap hari selama hampir 24 jam kita mengurus mereka, mungkin
mereka tidak akanpernah mengenal dan mengingat siapa kita, bahkan tidak
ada ucapan terima kasihsetelah apa yang kita lakukan untuk mereka.
Kesabaran adalah sebuah tuntutan dalammerawat anggota keluarga yang
menderita demensia. Tanamkanlah dalam hati bahwapenderita demensia
tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Merekapunberusaha dengan
keras untuk melawan gejala yang muncul akibat demensia
Saling menguatkan sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan
waktuuntuk diri sendiri beristirahat dan bersosialisasi dengan teman-teman
lain dapatmenghindarkan stress yang dapat dialami oleh anggota keluarga
yang merawat Lansiadengan demensia
8. Penatalaksanaan
b.Cholinedan lecithin
Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia Alzheimer
danhipotesis tentang sebab dan hubungannya dengan memori mendorong
peneliti untuk mengarahkan perhatiannya pada neurotransmitter. Pemberian
prekursor, cholinedanlecithin merupakan salah satu pilihan dan memberi
hasil lumayan, namun demikiantidak memperlihatkan hal yang istimewa.
Dengancholine ada sedikit perbaikanterutama dalam fungsi verbal dan visual.
Denganlecith in hasilnya cenderung negatif,walaupun dengan dosis yang
berlebih sehingga kadar dalam serum mencapai 120persen dan dalam cairan
serebrospinal naik sampai 58 persen.
d. Nootropic agents
Dari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering
digunakandalam terapi demensia, ialahnicer goline dan co-dergocrine
mesylate. Keduanyaberpengaruh terhadap katekolamin. Co-dergocrine
mesylate memperbaiki perfusiserebral dengan cara mengurangi tahanan
vaskular dan meningkatkan konsumsi oksigen otak. Obat ini memperbaiki
perilaku, aktivitas, dan mengurangi bingung, sertamemperbaiki kognisi. Disisi
lain,nicergoline tampak bermanfaat untuk memperbaikiperasaan hati dan
perilaku.
e.Dihydropyridine
Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type
calciumchannels menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic
dihydropyridine bermanfaatuntuk mengatasi kerusakan susunan saraf pusat
pada lansia. Nimodipin bermanfaatuntuk mengembalikan fungsi kognitif yang
menurun pada lansia dan demensia jenisAlzheimer. Nimodipin memelihara
sel-sel endothelial/kondisi mikrovaskular tanpadampak hipotensif; dengan
demikian sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif untuk lansia terutama
yang mengidap hipertensi esensia
9. Pencegahan Demensia
10.Prognosis
Pada sebagian besar demensia stadium lanjut terjadi penurunan fungsi otak
yang hampirmenyeluruh. Penderita lebih menarik dirinya dan tidak mampu
mengendalikanperilakunya. Suasana hatinya sering berubah-ubah dan senang
berjalan-jalan (berkelana).Pada akhirnya penderita tidak mampu mengikuti
suatu percakapan dan bisa kehilangankemampuan berbicara