Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH DEMENSIA

Disusun Oleh:

NAMA : ASPARITA
NIM : 231014201088

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATRA BARAT UNIS BAR

TAHUN 2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Demensia adalah sebuah sindrom karena penyakit otak, bersifat kronis atau progresif
di mana ada banyak gangguan fungsi kortikal yang lebih tinggi,termasuk memori, berpikir,
orientasi, pemahaman, perhitungan, belajar,kemampuan, bahasa, dan penilaian kesadaran
tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif yang biasanya disertai, kadang-kadang didahului,
oleh kemerosotandalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi. Sindrom terjadi
pada penyakit Alzheimer, di penyakit serebrovaskular, dan dalam kondisi lain terutama atau
sekunder yang mempengaruhi otak (Durand dan Barlow, 2006).
Menurut data Asia Pasifik tahun 2006, jumlah orang yang menderita demensia di
wilayah Asia Pasifik pada 2025 diperkirakan meningkat lebih daridua kali lipat dan
peningkatan ini akan lebih cepat dibandingkan dengan yangterjadi di negara-negara barat.
Sementara di dunia, pada tahun 2040 jumlahpenderita demensia diperkirakan menjadi
sekitar 80 juta orang. (Demensia dikawasan asia pasifik, 2006).
Gejala awal gangguan ini adalah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi, tetapi
bisa juga bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan,penurunan emosi atau
perubahan kepribadian lainnya. Terjadi perubahan ringandalam pola berbicara, penderita
menggunakan kata-kata yang lebih sederhana,menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau
tidak mampu menemukan kata-katayang tepat. Ketidakmampuan mengartikan tanda-tanda
bisa menimbulkankesulitan dalam mengemudikan kendaraan. Pada akhirnya penderita tidak
dapatmenjalankan fungsi sosialnya.
Demensia banyak menyerang mereka yang telah memasuki usia lanjut.Bahkan,
penurunan fungsi kognitif ini bisa dialami pada usia kurang dari 501tahun. Sebagian besar
orang mengira bahwa demensia adalah penyakit yang hanya diderita oleh para Lansia,
kenyataannya demensia dapat diderita oleh siapasaja dari semua tingkat usia dan jenis
kelamin (Harvey, R. J. et al. 2003). Untuk mengurangi risiko, otak perlu dilatih sejak dini
disertai penerapan gaya hidupsehat. (Harvey, R. J., Robinson, M. S. & Rossor, M. N, 2003)
B . RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, adapun permasalahan yang hendak
kelompok kemukakan dalam penulisan makalah ini, yaitu mengenai bagaimana gambaran
klinis dari polisitemia serta bagaimana proses asuhan keperawatan pada klien dengan
demensia ?

C . TUJUAN DAN MANFAAT

1. Tujuan

1.1. Tujuan Umum

Untuk mempelajari tentang ASKEP Demensia pada lansia.

1.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui konsep dasar teoritis penyakit demensia pada lansia


2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien lansia dengan
gangguan sistem neurologis ( Demensia )
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien lansia dengan gangguan sistem
neurologis ( Demensia ) yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi.

2. Manfaat Penelitian

1. Secara aplikatif, makalah ini di harapkan dapat menambah pengetahuan dan


keterampilan kelompok dalam memberikan ASKEP pada klien lansia dengan
gangguan sistem neurologis ( Demensia ).

2. Menambahkan pengetahuan dan wawasan bagi semua pembaca tentang ASKEP pada
klien lansia denga gangguan system neurologis ( Demeensia ).
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DEMENSIA
1. Pengertian Demensia
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan
beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang
mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley,
A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah
sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit
atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.

Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan


fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas social
dan okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). (Mickey Stanley,
2006)
Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara
abnormal.Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak
degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila
mengalami demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang dari berbagai
latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat sebarang
rawatan untuk demensia, namun rawatan untuk menangani gejala-gejala boleh diperolehi.

Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat,
penyakit atau zat-zat racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkan hancurnya sel-sel
otak. Tetapi demensia biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia diatas 60
tahun. Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal.
Sejalan dengan bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisa menyebabkan
hilangnya beberapa ingatan (terutama ingatan jangka pendek) dan penurunan beberapa
kemampuan belajar. Perubahan normal ini tidak mempengaruhi fungsi. Lupa pada usia
lanjut bukan merupakan pertanda dari demensia maupun penyakit Alzheimer stadium
awal. Demensia merupakan penurunan kemampuan mental yang lebih serius, yang makin
lama makin parah. Pada penuaan normal, seseorang bisa lupa akan hal-hal yang detil;
tetapi penderita demensia bisa lupa akan keseluruhan peristiwa yang baru saja terjadi.

2. Etiologi Demensia
1) Trauma ( trauma kapitis )
2) Infeksi kronis seperti penderita HIV
3) Gangguan peredaran darah atau vaskular seperti hipertensi ( darah tinggi ) dan
ateriosklerosis ( penyempitan pembulu darah )
4) Penggunaan alkohol dan zat-zat terlarang serta merokok
5) Proses penuaan
6) Penyakit Alzheimer
- Belum diketahui secara pasif, tetapi melibatkan faktor genetik ( merupakan
kelainan gen tertentu )
- Otak mengalami kemunduran terjadinya kerusakan sel otak.
- Ditemukan jaringan abnormal pada sel otak

3. Klasifikasi

a. Demensia Tipe Alzheimer

Dari semua pasien dengan demensia, 50 – 60 % memiliki demensia tipe ini.


Orang yang pertama kali mendefinisikan penyakit ini adalah Alois Alzheimer sekitar
tahun 1910. Demensia ini ditandai dengan gejala :

 Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,


 Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan
fungsi eksekutif,
 Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
 Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),
 Kehilangan inisiatif.

Demensia pada penyakit Alzheimer belum diketahui secara pasti penyebabnya,


walaupun pemeriksaan neuropatologi dan biokimiawi post mortem telah ditemukan
lose selective neuron kolinergik yang strukturnya dan bentuk fungsinya juga terjadi
perubahan.

b. Demensia Vaskuler

Penyakit ini disebabkan adanya defisit kognitif yang sama dengan Alzheimer
tetapi terdapat gejala-gejala / tanda-tanda neurologis fokal seperti :

 Peningkatan reflek tendon dalam,


 Respontar eksensor,
 Palsi pseudobulbar,
 Kelainan gaya berjalan,
 Kelemahan anggota gerak.

Demensia vaskuler merupakan demensia kedua yang paling sering pada lansia,
sehingga perlu dibedakan dengan demensi Alzheimer.

Pencegahan pada demensia ini dapat dilakukan dengan menurunkan faktor resiko
misalnya ; hipertensi, DM, merokok, aritmia. Demensia dapat ditegakkan juga dengan
MRI dan aliran darah sentral.

Pedoman diagnostik penyakit demensia vaskuler :

 Terdapat gejala demensia


 Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata
 Onset mendadak dengan adanya gejala neurologis fokal

 Menurut Umur:

1. Demensia senilis (>65th)


2. Demensia prasenilis (<65th)
 Menurut perjalanan penyakit:

1. Reversibel
2. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B Defisiensi,
Hipotiroidisma, intoxikasi Pb.
 Menurut kerusakan struktur otak

1. Tipe Alzheimer
2. Tipe non-Alzheimer
3. Demensia vaskular
4. Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)
5. Demensia Lobus frontal-temporal
6. Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS)
7. Morbus Parkinson
8. Morbus Huntington
9. Morbus Pick
10.Morbus Jakob-Creutzfeldt
11.Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker
12.Prion disease
13.Palsi Supranuklear progresif
14.Multiple sklerosis
15.Neurosifilis
16. Menurut sifat klinis:

17.Demensia proprius
18.Pseudo-demensia
4. Patofisiologi
1) Demensia Vaskuler
- Merokok
Dimana pada rokok mengandung zat kimia berbahaya (nikotin), zat-zat tersebut
masuk ke dalam darah dan terjadi penumpukan di dalam darah sehingga terjadi emboli
dan penyumbatan pada aliran darah. Sehingga otak kekurangan O2 yang dapat
menggangu fungsi otak maka terjadilah Demensia Vaskuler.
- Stroke
Dimana pada stroke terjadi gangguan pada sistem saraf yang mana terdapat lesi di
ginus argularis thalamus, arteri serebri posterior dan anterior yang menyumbat darah
sehingga darah tidak mengalir ( tersumbat ),dan menyebabkan Demensia Vaskuler.
- Trauma kapitis
Trauma kapitis yang terjadi pada otak menyebabkan pada otak terjadi emboli dan
darah tidak dapat mengalir di otak dengan baik, sehingga otak kekurangan O2 . karena
O2 yang berkurang maka fungsi terganggu dan terjadi Demensia Vaskuler.
- Demensia Vaskuler
Pada Demensia Vaskuler ini terjadi penurunan fungsi intelektual dan kemunduran
kognisi dan fungsional dalam berfikirsehingga menimbulkan perubahan kepribadian.
Prilaku kekerasan,depresi, halusinasi, gangguan fungsi sosial pekerjaan, gangguan
aktivitas sehari-hari, kesulitan tidur dan wandering.
2) Demensia Alzheimer
- Faktor genetik
Yang paling sering menyebabkan demensia adalah penyakit Alzheimer.Penyebab
penyakit Alzheimer tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik,
karena penyakit ini tampaknya ditemukan dalam beberapa keluarga dan disebabkan
atau dipengaruhi oleh beberapa kelainan gen tertentu. Pada penyakit Alzheimer,
beberapa bagian otak mengalami kemunduran, sehingga terjadi kerusakan sel dan
berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan sinyal di dalam otak
sehingga menyebabkan Demensia Alzheirmer.
- Stroke

Stroke yang berturut-turut. Stroke tunggal ukurannya kecil dan menyebabkan


kelemahan yang ringan atau kelemahan yang timbul secara perlahan. Stroke kecil ini
secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak yang mengalami
kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah disebut infark dimana menyebabkan
terjadinya Demensia Alzheirmer.

- Hipertensi dan DM
Demensia yang berasal dari beberapa stroke kecil disebut demensia multi-infark.
Sebagian besar penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang
keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak sehingga menyebabkan
Demensia Alzheirmer.
- Demensia Alzheirmer
Dimana pada penderitanya terjadi perbahan-perubahan kognisi berupa bahasanya
lambat sering tidak dimengerti yang terjadi secara tiba-tiba sehingga ingatan hilang
yang menyebabkan fungsi sosial terganggu, aktifitassehari-hari terganggu ( membaca
dan berkerja ).
Pathway

Trauma Kapitis Infeksi Kronis Proses penuaan Penyakit


Gangguan peredaran Penggunaan
alzaimer
darah (hipertensi) alcohol/merokok

virus masuk Mengandung zat Bahasa


Emboli diotak Kerusakan Berkurangnya
keperedaran darah kimia yg lambat/seri
pembuluh darah spontanitas
berbahaya ng tidak
mengerti
Darah tidak
mengalir ke otak Terjadinya
Terganggunya system
penyumbatan Masuk kedalam Gangguan
peredaran darah keotak
darah memori

Otak kekurangan 02 Fungsi sosial


Aliran darah Menumpuk terganggu
Terjadinya
keotak terganggu didalam darah
penyumbatan

Fungsi otak terganggu

Terjadi emboli

Penyumbatan
aliran darah

Otak kekurangan
O2

DIMENSIA

Gangguan kepribadian & Kemampuan otak Fungsi kognitif


perilaku berkurang
afasia
Mudah tersinggung Dalam ingatan

disorientasi
s
Menarik diri Gangguan proses pikir

Mk:- perubahan persepsi


Mk:- kurangnya
5. Gejala
keperawatan diri
Klinis Mk: -perubahan proses pikir sensori

Demensia yang paling banyak ditemukan


-perubahan yaitu tipe Alzheimer
pola tidur -resiko terhadap trauma

Demensia Alzheimer

Gejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia akibat


gangguan neuro degenaratif (penuaan saraf) yang berlangsung progresif lambat, dimana
akibat proses degenaratif menyebabkan kematian sel-sel otak yang massif. Kematian sel-
sel otak ini baru menimbulkan gejala klinis dalam kurun waktu 30 tahun. Awalnya
ditemukan gejala mudah lupa (forgetfulness) yang menyebabkan penderita tidak mampu
menyebut kata yang benar, berlanjut dengan kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak
mampu menggunakan barang-barang sekalipun yang termudah. Hal ini disebabkan
adanya gangguan kognitif sehingga timbul gejala neuropsikiatrik seperti, Waham (curiga,
sampai menuduh ada yang mencuri barangnya), halusinasi pendengaran atau penglihatan,
agitasi (gelisah, mengacau), depresi, gangguan tidur, nafsu makan dan gangguan aktifitas
psikomotor, berkelana.

 Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, yaitu :


Stadium I

Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala gangguan memori,
berhitung dan aktifitas spontan menurun. “Fungsi memori yang terganggu adalah memori
baru atau lupa hal baru yang dialami

Stadium II

Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebut stadium demensia. Gejalanya antara
lain: Disorientasi, gangguan bahasa (afasia), Penderita mudah bingung, penurunan fungsi
memori lebih berat sehingga penderita tak dapat melakukan kegiatan sampai selesai, tidak
mengenal anggota keluarganya tidak ingat sudah melakukan suatu tindakan sehingga
mengulanginya lagi, dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan penderita mudah
tersesat di lingkungannya, depresi berat prevalensinya 15-20%,”

Stadium III

Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12 tahun.Gejala klinisnya antara
lain: Penderita menjadi vegetatif, tidak bergerak dan membisu, daya intelektual serta
memori memburuk sehingga tidak mengenal keluarganya sendiri, tidak bisa
mengendalikan buang air besar/ kecil, kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan ornag
lain, kematian terjadi akibat infeksi atau trauma.

Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adanya perubahan
kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari.. Penderita
yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia enam puluh lima tahun
keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada
tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan
degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit
mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang.

Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa
itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh
orang-orang terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa khawatir terhadap penurunan
daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin
Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya
sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.

Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia,
mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja
diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi Lansia.
Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi.
Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah sakit di mana
demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.
Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak
semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan mengenali
gejala demensia. Mengkaji dan mendiagnosa demensia bukanlah hal yang mudah dan
cepat, perlu waktu yang panjang sebelum memastikan seseorang positif menderita
demensia. Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan penting yang harus dilakukan, mulai
dari pengkajian latar belakang individu, pemeriksaan fisik, pengkajian syaraf, pengkajian
status mental dan sebagai penunjang perlu dilakukan juga tes laboratorium.

Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang semakin
mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga memahami dengan baik perubahan
tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita demensia. Pemahaman perubahan
tingkah laku pada demensia dapat memunculkan sikap empati yang sangat dibutuhkan
oleh para anggota keluarga yang harus dengan sabar merawat mereka. Perubahan tingkah
laku (Behavioral symptom) yang dapat terjadi pada Lansia penderita demensia di
antaranya adalah delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas, disorientasi
spasial, ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti, tidak dapat melakukan
aktivitas sehari-hari secara mandiri, melawan, marah, agitasi, apatis, dan kabur dari
tempat tinggal (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).

Faktor-Faktor Resiko

1. Usia
Merupakan faktor resiko bagi semua jenis demensia. Bertambahnya tinggi usia
bertambah besar kemungkinan menderita demensia.
2. Riwayat Penderita
Pada keluarga derajat I meningkatkan resiko mendapatkan demensia sebanyak 4x.
3. Jenis Kelamin
Angka insidensi cenderung lebih tinggi pada wanita daripada pria di semua
kelompok usia, meskipun tidak ada penjelasan biologis yang bertanggung jawab
untuk perbedaan jenis kelamin tersebut.
4. Pendidikan
Pendidikan yang rendah mungkin juga insiden yang secara kasar dapat dikatakan
bahwa mereka yang berusia di atas 75 tahun dan tidak pernah bersekolah. Maka
kemungkinan mendapat demensia ialah 2x lebih besar ketimbang mereka dengan
pendidikan lebih tinggi dari SD.
5. Faktor Resiko Lain
Keluarga dengan sindrom down, fertilitas yang kurang, penggunaan analgesik seperti
fenasidin, kandung aluminium pada air minum, defisiensi kalsium.

Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:

 Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa” menjadi
bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
 Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun,
tempat penderita demensia berada
 Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita
yang sama berkali-kali
 Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama
televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan
gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa
perasaan-perasaan tersebut muncul.
 Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah

Peran Keluarga
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia penderita
demensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita demensia bukan
hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental maupun lingkungan
sekitar. Pada tahap awal demensia penderita dapat secara aktif dilibatkan dalam
proses perawatan dirinya. Membuat catatan kegiatan sehari-hari dan minum obat
secara teratur. Ini sangat membantu dalam menekan laju kemunduran kognitif yang
akan dialami penderita demensia.

Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian Lansia,


sehingga Lansia cenderung diam dan bergantung pada lingkungan. Seluruh anggota
keluargapun diharapkan aktif dalam membantu Lansia agar dapat seoptimal mungkin
melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan aman. Melakukan aktivitas
sehari-hari secara rutin sebagaimana pada umumnya Lansia tanpa demensia dapat
mengurangi depresi yang dialami Lansia penderita demensia.

Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema, walaupun


setiap hari selama hampir 24 jam kita mengurus mereka, mungkin mereka tidak akan
pernah mengenal dan mengingat siapa kita, bahkan tidak ada ucapan terima kasih
setelah apa yang kita lakukan untuk mereka. Kesabaran adalah sebuah tuntutan dalam
merawat anggota keluarga yang menderita demensia. Tanamkanlah dalam hati bahwa
penderita demensia tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Merekapun
berusaha dengan keras untuk melawan gejala yang muncul akibat demensia.

Saling menguatkan sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan waktu


untuk diri sendiri beristirahat dan bersosialisasi dengan teman-teman lain dapat
menghindarkan stress yang dapat dialami oleh anggota keluarga yang merawat Lansia
dengan demensia.

6. Tindakan yang Sebaiknya Dilakukan Jika Menghadapi Pasien Demensia


 Terapi obat dengan pengawasan dokter
 Terapi non obat berupa:
a) Terapi lingkungan

Bentuknya:

 Jangan mengubah lingkungan, keadaan sekitarnya( lingkungan dalam rumah ) karena


lingkungan tersebut sudah familiar ( lingkungan sudah dikenal )
 Lingkungan di dalam kamar
- Tempatkan juga jam, kalender, radio, guna untuk membantu orientasi lansia
- Jelaskan pada nya apabila ia bertanya, berada dimana, siapa orang
disekitarnya, gunanya akan membantu orientasi tempat
- Penerangan dalam kamar harus cukup, gunanya membantu lansia dalam
penglihatan.
b) Intervensi Prilaku
 Wandering
- Yakinkan dimana keberadaan pasien
- Berikan keleluasaan bergerakan di dalam dan di luar ruangan
- Gelang pengenal”Hendaya Memory”
 Asitasi dan agresivitas
- Hindari situasi yang memprovokasi
- Hindari argumentasi
- Sikap kita tenang dan mantap
- Alihkan perhatian ke hal lain
 Sikap dan pertanyaan yang berulang
- Tenang, dengarkan dengan baik, jawab dengan penuh pengertian, bila masih
berulang, acuhkan dan usahakan alihkan perhatian ke hal yang menarik
pasien.
 Prilaku seksual yang tidak sesuai/wajar
- Tenang dan bimbing pasien ke ruang pribadinya
- Alihkan ke hal yang menarik perhatiannya
- Bila didapatkan dalam keadaan telanjang, berilah baju/selimut untuk menutupi
badannya
c) Intervensi Psikologis
 Dapat berupa psikoterapi untuk mengurangi kecemasan, memberi rasa aman dan
ketenangan, dalam bentuk:
- Psikoterapi individual
- Psikoterapi kelompok
- Psikoterapi keluarga
 Untuk pengasuh diperlukan:
- Dukungan mental
- Pengembangan kemampuan adaptasi dan peningkatan kemandirian
- Kemampuan menerima kenyataan
 Mengatasi mudah”lupa” lakukan:
- Latihan terus - menerus, berulang-ulang
- Tingkatkan perhatian
- Asosiasikan hal yang diingat dengan hal yang sudah ada dalam otak

Bagaimana peran kita terhadap orang lansia yang pikun:

1. Factor keluarga/orang-orang terdekat adalah paling penting


2. Walaupun mungkin lansia membutuhkan bantuan kita, namun bukan berarti kita harus
melakukan semuanya untuknya, kita juga harus membantu lansia untuk mandiri kembali,
untuk membantu menghilangkan rasa ketergantungannya
3. Kesabaran
4. Jangan mengubah lingkungan/keadaan sekitarnya
- Tempatkan jam, kalender, radio untuk membantu orientasi waktu lansia
- Jelaskan kepadanya apabila lansia bertanya
- Tempatkan cahaya terang untuk membantu lansia yang kurang dalam penglihatan.

7. Penatalaksanaan
Beberapa kasus demensia dianggap dapat diobati karena jaringan otak yang
disfungsional dapat menahan kemampuan untuk pemulihan jika pengobatan dilakukan
tepat pada waktunya. Riwayat medis yang lengkap, pemeriksaan fisik, dan tes
laboratorium, termasuk pencitraan otak yang tepat, harus dilakukan segera setelah
diagnosis dicurigai. Jika pasien menderita akibat suatu penyebab demensia yang dapat
diobati, terapi diarahkan untuk mengobati gangguan dasar.
Pendekatan pengobatan umum pada pasien demensia adalah untuk memberikan
perawatan medis suportif, bantuan emosional untuk pasien dan keluarganya, dan
pengobatan farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk gejala perilaku yang
mengganggu. Pemeliharaan kesehatan fisik pasien, lingkungan yang mendukung, dan
pengobatan farmakologis simptomatik diindikasikan dalam pengobatan sebagian besar
jenis demensia. Pengobatan simptomatik termasuk pemeliharaan diet gizi, latihan yang
tepat, terapi rekreasi dan aktivitas, perhatian terhadap masalah visual dan audiotoris,
dan pengobatan masalah medis yang menyertai, seperti infeksi saluran kemih, ulkus
dekubitus, dan disfungsi kardiopulmonal. Perhatian khusus karena diberikan pada
pengasuh atau anggota keluarga yang menghadapi frustasi, kesedihan, dan masalah
psikologis saat mereka merawat pasien selama periode waktu yang lama.
Jika diagnosis demensia vaskular dibuat, faktor risiko yang berperan pada
penyakit kardiovaskular harus diidentifikasi dan ditanggulangi secara terapetik.
Faktor-faktor tersebut adalah hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, penyakit jantung,
diabetes dan ketergantungan alkohol. Pasien dengan merokok harus diminta untuk
berhenti, karena penghentian merokok disertai dengan perbaikan perfusi serebral dan
fungsi kognitif.
 Obat untuk demensia
a. Cholinergic-enhancing agents
b. Cholinedan lecithin
c. Neuropeptide, vasopressin dan ACTH
d. Nootropic agents
e. Dihydropyridine

8. Pencegahan demensia
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia ataupun
menunda terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan
senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan
zat adiktif yang berlebihan
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan
setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
 Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
 Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki
persamaan minat atau hobi

4. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
5. Jagalah pikiran anda agar tetap aktif. Kegiatan merangsang mental dapat
meningkatkan kemampuan anda untuk menangani dan mengkompensasi
perubahan yang berhubungan dengan demensia. Ini mencakup teka teki dan
permainan kata,belajar bahasa,bermain alat music,membaca,menulis,atau
menggambar. Tidak hanya kegiatan ini yang membantu menunda terjadinya
demensia,tetapi juga membantu menurunkan efek. Semakin sering melakukan
aktivitas maka semakin menguntungkan.
6. Turunkan kadar homosistein. Penelitian awal menunjukkan bahwa tiga dosis
tinggi vitamin B-asam folat-B6 dan B12 membantu menurunkan kadar
homosistein dan berguna untuk memperlambat perkembangan penyakit
Alzheimer.
7. Turunkan kadar kolesterol. Endapan yang terjadi dalam otak orang-orang dengan
kolesterol tinggi merupakan salah satu penyebab demesia vaskuler.
8. Pertahankan pola makan sehat. Diet yang sehat adalah penting karena menurut
penelitian bahwa makanan seperti buah-buahan,sayuran dan omega 3 dan asam
lemak. Biasanya ditemukan pada ikan dan kacang-kacangan tertentu dapat
memiliki efek perlindungan dan menurunkan resiko terkena demensia.
9. Dapatkan vaksinasi. Mereka yang menerima vaksinasi untuk
influenza,tetanus,difteri dan polio tampaknya secara signifikan mengurangi
resiko demensia karena memiliki efek perlindungan terhadap berkembangnya
demensia.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN LANSIA DENGAN DEMENSIA


1. Pengkajian
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan secara umum pada penyakit demensia antara lain:

a. Aktifitas istirahat
Gejala: Merasa lelah
Tanda: Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur
Letargi: penurunan minat atau perhatian pada aktivitas yang biasa, hobi, ketidakmampuan
untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca/ mengikuti acara program televisi.
Gangguan keterampilan motorik, ketidakmampuan untuk melakukan hal yang telah biasa
yang dilakukannya, gerakan yang sangat bermanfaat.

b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik. hipertensi, episode emboli
(merupakan factor predisposisi).

c. Integritas ego
Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan persepsi terhadap
lingkungan, kesalahan identifikasi terhadap objek dan orang, penimbunan objek :
meyakini bahwa objek yang salah penempatannya telah dicuri. kehilangan multiple,
perubahan citra tubuh dan harga diri yang dirasakan.
Tanda : Menyembunyikan ketidakmampuan ( banyak alasan tidak mampu untuk
melakukan kewajiban, mungkin juga tangan membuka buku namun tanpa membacanya) ,
duduk dan menonton yang lain, aktivitas pertama mungkin menumpuk benda tidak
bergerak dan emosi stabil, gerakan berulang ( melipat membuka lipatan melipat kembali
kain ), menyembunyikan barang, atau berjalan-jalan.

d. Eliminasi
Gejala: Dorongan berkemih
Tanda: Inkontinensia urine/feaces, cenderung konstipasi/ imfaksi dengan diare.

e. Makanan/cairan
Gejala: Riwayat episode hipoglikemia (merupakan factor predisposisi) perubahan dalam
pengecapan, nafsu makan, kehilangan berat badan, mengingkari terhadap rasa lapar/
kebutuhan untuk makan.
Tanda: Kehilangan kemampuan untuk mengunyah, menghindari/menolak makan
(mungkin mencoba untuk menyembunyikan keterampilan). dan tampak semakin kurus
(tahap lanjut).

f. Hiygene
Gejala : Perlu bantuan /tergantung orang lain
Tanda : tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal yang kurang,
kebiasaan pembersihan buruk, lupa untuk pergi kekamar mandi, lupa langkah-langkah
untuk buang air, tidak dapat menemukan kamar mandi dan kurang berminat pada atau
lupa pada waktu makan: tergantung pada orang lain untuk memasak makanan dan
menyiapkannya dimeja, makan, menggunakan alat makan.

g. Neurosensori
Gejala : Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan kognitif,
dan atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondria tentang kelelahan, pusing atau
kadang-kadang sakit kepala. adanya keluhan dalam kemampuan kognitif, mengambil
keputusan, mengingat yang berlalu, penurunan tingkah laku ( diobservasi oleh orang
terdekat). Kehilangan sensasi propriosepsi ( posisi tubuh atau bagian tubuh dalam ruang
tertentu ). dan adanya riwayat penyakit serebral vaskuler/sistemik, emboli atau hipoksia
yang berlangsung secara periodic ( sebagai factor predisposisi ) serta aktifitas kejang
( merupakan akibat sekunder pada kerusakan otak ).
Tanda : Kerusakan komunikasi : afasia dan disfasia; kesulitan dalam menemukan kata-
kata yang benar ( terutama kata benda ); bertanya berulang-ulang atau percakapan dengan
substansi kata yang tidak memiliki arti; terpenggal-penggal, atau bicaranya tidak
terdengar. Kehilangan kemampuan untuk membaca dan menulis bertahap ( kehilangan
keterampilan motorik halus ).

h. Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi factor
predisposisi atau factor akselerasinya), trauma kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan
sebagainya).
Tanda : Ekimosis, laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain

i. Interaksi social
Gejala : Merasa kehilangan kekuatan. factor psikososial sebelumnya; pengaruh personal
dan individu yang muncul mengubah pola tingkah laku yang muncul.
Tanda : Kehilangan control social,perilaku tidak tepat.

 Demensia terjadi akibat kerusakan yang terjadi di dalam susunan saraf pusat terkait
dengan proses penuaan. Pada pengkajian Lansia dengan masalah demensia bisa
digolongkan dalam pengkajian sistem saraf secara umum.

Perubahan umum dari sistem saraf yang terkait dengan Proses Menua adalah sebagai
berikut:

Struktur Otak:

 Kehilangan berat otak karena penuaan menyebabkan pengurangan jumlah dari neuron
dengan kehilangan area yang besar dari cortex dan cerebellum.
 Atrofi dari tegangan dengan perluasan sulci dan gyri paling banyak di daerah frontal.
 Dilatasi dari ventrikel karena proses menua.
 Peningkatan akumulasi intrasel dari pigmen lipofuscin menyebabkan intisel
mengasumsikan posisi yang abnormal.
 Perkembangan dari senile plaques atau lesi yang anatomik terkait dengan penuaan.
Fungsi Metabolik dan Fisiologik

 Menurunnya konsumsi oksigen menyebabkan penurunan energi intraseluler, penggunaan


glukosa, aliran darah.
 Perubahan metabolik dari kompleks sinaptik menyebabkan efek neurotransmiter
berhubungan dengan fungsi otak dengan tidur, kontrol temperatur, mood mengakibatkan
gangguan tidur, intoleransi terhadap dingin dan depresi.
 Penurunan kadar norepinephrine, peningkatan kadar serotonin dan monoamin oksidase
menyebabkan perubahan dalam fungsi neurotransmiter dan depresi, penurunan kadar
dopamin menyebabkan penyakit parkinson’s.
 Perubahan umum dalam sirkulasi otak menyebabkan kekacauan mental (association
retrieval, recall, memory dan kemampuan kognitif), dalam pergerakan (kekuatan motorik,
kelincahan dan ketangkasan), pada interpretasi sensory (penglihatan, pendengaran,
penciuman, peraba dan perasa), kemampuan dalam koping dengan kejadian multipel
(depresi, afek, komunikasi).
 Penurunan jumlah neuron menyebabkan penurunan dalam kekuatan transmisi dari otak
ke anggota badan dan mengakibatkan perubahan ambang bekerja dari organ dan sistem.
 Peningkatan recovery time dari susunan saraf otonom menyebabkan pemanjangan waktu
untuk kembali ke fungsi organ awal setelah stimulasi mengakibatkan kecemasan dan
ketegangan akibat stimulasi yang berlebihan.
 Penurunan dendrites pada saraf, sinap, lesi pada akson menyebabkan penurunan pada
hantaran saraf tepi dan memperlambat waktu reaksi.
 Perubahan ekstra piramidal menyebabkan perubahan affect, mengurangi pergerakan dan
berkedip.
Perubahan Electroencephalographic (EEG)

 Pada pembacaan menampakkan satu siklus yang lebih rendah daripada tahap lain yang
matang.
Fungsi dan Struktur Sensori

 Penurunan ukuran pupil dan perubahan respon cahaya yang minimal menyebabkan
kesulitan melihat dalam gelap, pada malam hari atau adaptasi yang lambat untuk melihat
dalam gelap.
 Penurunan dalam sensitivitas dari cones di retina terhadap warna menyebabkan kesulitan
dalam membedakan warna (merah dan hijau menjadi hitam).
Perubahan Pola Tidur

 Tetap pada tahap I dan II untuk jangka waktu yang lama dan mungkin membutuhkan
waktu yang lama untuk tertidur.
 Tahap III tetap sama, waktu tahap IV sangat berkurang atau terlewati semua dengan
penuaan, menyebabkan frekuensi bangun saat malam hari dan penurunan intensitas dari
tidur membuat lebih mudah untuk bangun dan tidak mendapatkan tidur yang cukup.
 Waktu tidur REM sebanding dengan tahap lain dari masa dewasa tetapi penuaan
mengakibatkan mimpi kurang dan pengurangan pada REM mengakibatkan mudah
terangsang, letargi dan depresi.
 Pengurangan pada tahap IV menyebabkan rasa lemas, capek, cemas dan tegang.
 Insomnia, sleep apnea dan tidur sebentar, meningkat dengan usia menyebabkan gangguan
pola tidur dan penyimpangan.

Pengkajian Fungsional Pada Lansia


1. Katz Indeks
Termasuk /kategori manakah klien
a. Mandiri dalam makan, kontinensia, menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah
tempat dan mandi.
b. Mandiri semua kecuali salah satu dari fungsi di atas.
c. Mandiri, kecuali mandi + satu fungsi yang lain.
d. Mandiri, kecuali berpakaian, mandi dan satu fungsi lain.
e. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan satu fungsi yang lain.
f. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah tempat dan satu fungsi yang
lain.
g. Ketergantungan untuk semua fungsi
Keterangan :
 Mandiri : Berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain
 Ketergantungan artinya : Apabila klien menolak melakukan fungsi tersebut /tidak
mampu melakukan fungsi tersebut
2. Barthel Indeks
Termasuk manakah klien ?
NO KRITERIA DENGAN MANDIRI KETERANGAN
BANTUAN
1 Makan 5 10 Frekuensi :
Jumlah :
Jenis :
2 Minum 5 10 Frekuensi :
Jumlah :
Jenis :
3 Berpindah dari kursi ke tempat tidur, 5 - 10 15
sebaliknya
4 Personal toilet (Cuci muka, menyisir 0 5 Frekuensi :
rambut, menggosok gigi)
5 Keluar masuk toilet (Mencuci 5 10
pakaian, menyeka tubuh)
6 Mandi 5 15 Frekuensi :
7 Jalan dipermukaan datar 0 5
8 Naik turun tangga 5 10
9 Mengenakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi :
Konsistensi :
11 Kontrol bladder (BAK) 5 10 Frekuensi :
Jumlah :
Warna :
12 Olah raga /latihan 5 10 Frekuensi :
Jenis :
13 Reaksi pemanfaatan waktu luang 5 10 Frekuensi :
Jenis :
Total score
Jumlah skoring :
a. 130 : Mandiri
b. 65 – 125 : Ketergantungan sebagian
c. 60 : Ketergantungan total

Pengkajian Status Mental Lansia


1. SPMSQ (Short Portable Mental Status Questioner)
Identifikasi tingkat kerusakan intelektual
NO PERTANYAAN BENAR SALAH KETERANGAN
1 Tanggal berapa hari ini ?
2 Hari apa sekarang ini ?
3 Apa nama tempat ini ?
4 Dimana alamat anda ?
5 Berapa umur anda ?
6 Kapan anda lahir (Min tahun lahir) ?
7 Siapa presiden Indonesia sekarang ?
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
9 Siapa nama ibu anda
10 Kurani 3 dari 20 dan tetap lakukan
pengurangan 3 dari setiap angka baru (20 –
3,17 – 3, 14 – 3,11 – 3)
Total score

Interprestasi hasil :
a. Salah 0 – 3 Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 Kerusakan intelektual berat

2. MMSE (Mini Mental Status Exam)


Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental
ASPEK NILAI NILAI KRITERIA KETERANGAN
KOGNITIF MAKSIMAL KLIEN
Orientasi waktu 5 Menyebut dengan benar :
o Tahun
o Musim
o Tanggal
o Hari
o Bulan
Orientasi ruang 5 Dimana sekarang kita
berada :
o Negara Indonesia
o Propinsi Jawa Barat
o Kota Bandung
o Desa
o Rumah
Registrasi 3 Sebutkan nama objek
yang telah disebut oleh
pemeriksa : (Contoh)
o Gelas
o Sendok
o Piring
Perhatian dan 5 Minta klien meyebutkan
kalkulasi angka 100 – 15 sampai 5
kali :
o 85
o 70
o 55
o 40
o 25
Mengingat kembali 3 Minta klien untuk
mengulangi 3 obyek pada
no. 2 (Pada registrasi
diatas)
o Gelas
o Sendok
o Piring
Bahasa 9 Tunjukan klien benda,
tanyakan apa namanya :
(Contoh)
o Jam tangan
o Pensil
Minta klien untuk
mengulangi kata – kata
”tidak ada, jika dan atau
tetapi.
o Bila benar, 1 point
Minta klien untuk
mengikuti perintah berikut
terdiri dari 3 langkah :
o Ambil kertas ditangan anda
o Lipat dua
o Taruh di lantai
Perintahkan klien dengna
menutup mata klien, untuk
point seperti no. 1
o Jam tangna /Pensil
Perintahkan pada klien :
o Menulis 1 kalimat
o Menyalin 1 gambar

Interprestasi nilai :
1. 24 – 30 : Tidan ada gangguan kognitif
2. 18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
3. 0 – 17 : Gangguan kognitif berat

Pengkajian Keseimbangan Untuk Klien Lansia


1. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
a. Bangun dari kursi (Analisa)
b. Duduk ke kursi (Analisa)
c. Menahan dorongan pada sternum (Pemeriksaan mendorong sternum klien perlahan – lahan
3 kali, analisa)
d. Mata klien tertutup dengan pengkajian menahan dorongan pada sternum, bagaimana
penglihatan dan keseimbangannya
e. Perputaran leher (Perintahkan klien untuk memutarkan leher sesuai kemampuan, tanyakan
yang dirasakan klien setelah memutar leher)
f. Gerakan menggapai sesuatu (Analisa)
g. Membungkuk (Perintahkan klien untuk mengambil obyek di lantai, analisa)
2. Komponen berjalan /gerakan
a. Perintahkan klien untuk gerjalan ke tempat yang telah ditentukan (Jarak dekat, analisa)
b. Ketinggian langkah kaki (Mengangkat kaki pada saat melangkah, analisa)
c. Kontinuitas langkah kaki (Observasi dari samping klien, analisa), langkah kaki konsisten
/tidak
d. Kesimetrisan langkah (Observasi dari samping klien, analisa), panjang langkah sama /tidak
e. Penyimpangan jalur pada saat berjalan (Observasi dari belakang klien, analisa), berjalan
pada satu garis lurus /tidak
f. Berbalik arah (Analisa, klien berhenti /tidak sebelum berbalik arah)

Pengkajian Status Mental Klien Lansia (Analisa)


1. Penampilan
2. Interaksi selama wawancara
3. Persepsi perawat terhadap klien
4. Pola konsep kehidupan menurut klien
5. Identifikasi kognitif dan fungsi mental
6. Orientasi tempat
7. Orientasi waktu
8. Orientasi orang
9. Bahasa

2. Diagnosa Keperawatan
1) Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi neuron
ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau memori, hilang konsentrsi, tidak
mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas dengan akurat.
2) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi atau
integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi, gangguan tidur,
nyeri) ditandai dengan cemas, apatis, gelisah, halusinasi.
3) Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari ditandai dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah, tampak cemas, mudah
tersinggung, tingkah laku defensive, kekacauan mental, tingkah laku curiga, dan
tingkah laku agresif.
4) Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori ditandai dengan
keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu menentukan
kebutuhan/ waktu tidur.
5) Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, frustasi atas
kehilangan kemandiriannya ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan
perawatan diri.
6) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan pemecahan masalah tidak adekuat
ditandai dengan cepat marah, curiga, mudah tersinggung.
7) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi ditandai dengan
disorientasi tempat, orang dan waktu.
8) Risiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mudah lupa, kemunduran hobi, perubahan sensori.
9) Risiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan, kelemahan, otot
tidak terkoordinasi, aktivitas kejang.
3. Intervensi

No Tujuan dan Intervensi Rasional


Dx kriteria hasil
1 Setelah Mandiri Mandiri
diberikan
tindakan a. Kembangkan lingkungan a. Mengurangi kecemasan dan emosional,
keperawatan yang mendukung dan seperti kemarahan, meningkatkan
diharapkan hubungan klien-perawat yang pengembangan evaluasi diri yang positif
klien mampu terapeutik dan mengurangi konflik psikologis
mengenali
b. Kaji derajat gangguan b. Memberikan dasar perbandingan yang
perubahan
kognitif, seperti perubahan akan datang dan memengaruhi rencan
dalam berpikir
orientasi, rentang perhatian, intervensi. Catatan: evaluasi orientasi
dengan KH:
kemampuan berpikir. secara berulang dapat meningkatkan
Bicarakan dengan keluarga respon yang negative/tingkat frustasi
- Mampu mengenai perubahan perilaku
memperlih c. Kebisingan merupakan sensori berlebihan
atkan yang meningkatkan gangguan neuron
kemampua
n c. Pertahankan lingkungan yang d. Pendekatan terburu-buru menyebabkan
kognitifunt menyenangkan dan tenang klien bingung, kesalahan
uk persepsi/perasaan, terancam
menjalani d. Lakukan pendekatan dengan
konsekuen cara perlahan dan tenang e. Menimbulkan perhatian, terutama pada
si kejadian klien dengan gangguan perceptual
yang f. Nama adalah bentuk identitas diri dan
menegangk e. Tatap wajah ketika berbicara menimbulkan pengenalan terhadap realita
an terhadap dengan klien dan klien
emosi dan
pikiran g. Meningkatkan pemahaman. Ucapan
tentang diri tinggi dank eras menimbulkan
f. Panggil klien dengan
- Mampu stress/marah yang mencetuskan
namanya
mengemba konfrontasi dan respons marah
ngkan
strategi h. Seiring perkembangan penyakit, pusat
untuk g. Gunakan suara yang agak komunikasi dalam otak terganggu
mengatasi rendah dan berbicara dengan sehingga menghilangkan kemampuan
anggapan perlahan pada klien klien dalam respons penerimaan pesan
diri yang dan percakapan secara keseluruhan
negative h. Gunakan kata-kata pendek,
- Mampu kalimat dan Ulangi instruksi i. Menimbulkan respons verbal,
tersebut sesuai kebutuhan meningkatkan pemahaman. Isyarat
mengenali
menstimulasi komunikasi, memberi
perubahan
pengalaman positif
dalam
berpikir j. Mengarahkan perhatian dan penghargaan.
atau
tingkah i. Berhenti sejenak di antara Membantu klien dengan alat bantu proses
laku dan kalimat/pertanyaan. Beri kata dalam menurunkan frustasi
factor isyarat tertentu, gunakan
penyebab kalimat terbuka k. Provokasi menurunkan harga diri dan
- Mampu merupakan ancaman yang mencetuskan
memperlih j. Dengarkan dengan penuh agitasi yang tidak sesuai
atkan perhatian pembicaraan klien.
Interpretasikan pertanyaan, l. Lamunan membantu dalam meningkatkan
penurunan
arti, dan kata. Beri kata yang disorientasi. Orientasi pada realita
tingkah
benar meningkatkan perasaan realita klien,
laku yang
penghargaan diri dan kemuliaan
tidak
k. Hindari kritikan, argumentasi, (kebahagiaan) personal
diinginkan,
dan konfrontasi negative
ancaman, m. Keterpaksaan menurunkan keikutsertaan
dan dan meningkatkan kecurigaan, delusi
kebingung
an l. Gunakan distraksi. Bicarakan n. Tertawa membantu dalam komunikasi dan
tentang kejadian yang meningkatkan kestabilan emosi
sebenarnya saat klien
mengungkapkan ide yang
salah, jika tidak Kolaborasi
meningkatkan kecemasan
a. Dapat digunakan untuk mengontrol
m. Hindari klien dari aktivitas agitasi, halusinasi. Mallril jarang
dan komunikasi yang digunakan karena adanya beberapa
dipaksakan efek samping yang bersifat
ekstrapiramidal, meningkatkan
n. Gunakan hal yang humoris kekacauan mental; masalah
saat berinteraksi pada klien penglihatan dan terutama gangguan
berdiri dan berjalan.
b. Dapat meningkatkan kesadaran mental
tetapi memerlukan penelitian lebih
Kolaborasi
lanjut.
a. Antisiklotik, seperti c. Dalam penelitian merupakan cara yang
haloperidol (haldol); dilakukan terus menerus untuk
tioridazin (Mallril) menyelidiki kemanfaatan dari tiamin
b. Vasodilator, seperti dosis tinggi selama fase awal penyakit
siklandelat untuk memperlambat berkembangnya
(Cyclospasmol) gangguan/meningkatan keadaan
c. Titamin kognisi secara sederhana

2 Setelah Mandiri Mandiri


diberik
an a. kembangkan lingkungan yang a. Meningkatkan kenyamanan dan
tindaka suportif dan hubungan perawat menurunkan kecemasan pada klien
n –klien terapeutik
b. Meningkatkan koping dan menurunkan
kepera b. Bantu klien untuk memahami halusinasi
watan halusinasi
diharap c. Untuk membantu klien dalam memahami
kan c. beri informasi tentang sifat halusinasi
peruba halusinasi ,hubungannya
han dengan stresor/pengalaman d. Keterlibatan otak memperlihatkan masalah
emosional yang yang bersifat asimetris menyebabkan klien
perseps
traumatic,pengobatan dan cara kehilangan kemampuan pada salah satu
i
mengatasi sisi tubuh (gangguan unilateral). Klien
sensori
tidak dapat mengenali rasa lapar .
klien
d. kaji derajat sensori atau
dapat
gangguan persepsi dan e. Untuk menurunkan kebutuahan akan
berkura halusinasi
bagaimana hal tersebut
ng atau
mempengaruhi klien termasuk
terkontr f. Meningkatkan masukan
penurunan penglihatan atau
ol sensori,membatasi /menurunkan kesalahan
pendengaran
dengan interpretasi stimulasi
KH: e. ajarkan strategi untuk
- Mengalami mengurangi stress
penurunan
halusinasi f. anjurkan untuk menggunakan
kaca mata atau alat bantu
- Mengemba pendengaran sesuai keperluan
ngkan
strategi
psikososial
untuk
mengurang
i stress
atau
mengatur
prilaku.

- Mendemon
strasikan
respon
yang
sesuai
stimulasi

- Perawat
mampu
mengidenti
fikasi
factor
eksternal
yang
berperan
terhadap
perubahan

- kemampua
n persepsi
sensori

3 Setelah Mandiri Mandiri


diberik
an a. Jalin hubungan saling a. Untuk membangun kepercayaan dan rasa
tindaka mendukung dengan klien aman
n
b. Orientasikan pada lingkungan b. Menurunkan kecemasan dan perasaan
kepera
dan rutinitas baru terganggu
watan
diharap c. Kaji tingkat stressor (seperti c. Untuk menentukan persepsi klien tentang
kan penyesuaian diri, krisis kejadian dan tingkat serangan.
klien perkembangan, peran
dapat keluarga, akibat perubahan d. Perawatan di rumah sakit mengubah
beradap status kesehatan) aktivitas klien dan meningkatkan
tasi masalah tingkah laku. Memberi
dengan d. Tempatkan pada ruangan kesempatan mengontrol lingkungan dan
peruba pribadi jika mungkin dan melindungi dari kelainan tingkah laku
han bergabung dengan orang
aktivita terdekat dalam aktivitas e. Konsistensi mengurangi kebingungan
s perawatan, waktu makan, dan dan meningkatkan rasa kebersamaan
sehari- sebaginya
f. Memfasilitasi bantuan dengan
hari komunikasi dan manajemen dari
dan e. Tentukan jadwal aktivitas
yang wajar dan masukkan kekurangan sekarang serta selanjutnya
lingkun
gan dalam kegiatan rutin
g. Menurunkan ketegangan,
dengan f. Identifikasi kekuatan klien mempertahankan rasa saling percaya dan
KH : yang dimiliki sebelumnya orientasi. Saat klien mengetahui secara
- Mengidenti perlahan tentang apa yang terjadi, koping
fikasi g. Berikan penjelasan dan klien akan meningkat
perubahan informasi yang
- Mampu menyenangkan mengenai h. Stress meningkat, rasa tidak
beradaptasi kegiatan/peristiwa nyaman/nyeri fisik dan kelelahan
pada mencetuskan penurunan tingkah laku dan
perubahan h. Catat tingkah laku, gangguan komunikasi. Perilaku
lingkungan munculnya perasaan katastropik ini menimbulkan panic dan
dan curiga/paranoid, mudah rasa bermusuhan
aktivitas tersinggung, defensive
i. Menenangkan situasi dan member klien
kehidupan
i. Pertahankan keadaan tenang. waktu untuk memperoleh kendali
sehari- hari
Tempatkan dalam lingkungan terhadap perilaku dan emosinya
- Mempertah
tenang yang memberikan
ankan rasa
kesempatan untuk
berharga
pada diri “beristirahat”
dan
identitas j. Atasi tingkah laku agresif j. Rasa diterima menurunkan rasa takut,
pribadi dengan pendekatan yang dan respons agresif
yang tenang
k. Memberikan keyakinan, menuunkan
positif
k. Gunakan sentuhan jika tidak stress, dan meningkatkan kualitas hidup
- Membuat
mengalami paranoid/sedang
pernyataan
mengalami agitasi sesaat
positif
tentang
lingkungan
yang baru
- Memperlih
atkan
penerimaa
n terhadap
perubahan
lingkungan
dan
penyesuaia
n
kehidupan
- Mampu
menunjuka
n tentang
perasaan
yang
sesuai/tida
k cemas
dan rasa
takut
berkurang
- Tidak
menyimpa
n
pengalama
n
menyakitk
an
- Mengguna
kan
bantuan
dari
sumber
yang tepat
selama
waktu
pengaturan
pada
lingkungan
baru

4 Setelah Mandiri Mandiri


dilakuk
an a. Jangan menganjurkan klien a. Irama sirkadian (siklus tidur-bangun)yang
tindaka tidur siang apabila berakibat tersinkronisasi disebabkan oleh tidur siang
n efek negative terhadap tidur yang singkat
kepera pada malam hari
b. Derangement psikis terjadi bila terdapat
watan
b. Evaluasi efek obat klien penggunaan kortikosteroid, termasuk
diharap
(steroid ,diuretik) yang perubahan mood, insomnia
kan
mengganggu tidur
tidak c. Mengubah pola yang sudah terbiasa dari
terjadi c. Tentukan kebiasaan dan asupan makan klien pada malam hari
ganggu rutinitas waktu tidur malam terbukti mengganggu tidur
an pola dengan kebiasaan klien
tidur (memberi susu hangat) d. Hambatan kortikal pada formasi reticular
pada akan berkurang selama tidur,
klien d. Memberika lingkungan yang emningkatkan respons otomatik,
dengan nyaman untuk meningkatkan karenanya respons kardiovaskular
KH : tidur (mematikan lampu, terhadap suara meningkat selama tidur
- Memahami ventilasi ruang adekuat, suhu
factor yang sesuai, menghindari e. Gangguan tidur terjadi dengan seringnya
penyebab kebisingan) tidur dan mengganggu pemulihan
gangguan sehubungan dengan gangguan psikologis
pola tidur e. Buat jadwal intervensi untuk dan fisiologis, sehingga irama sirkadian
- Mampu memungkinkan waktu tidur terganggu
menentuka lebih lama(memeriksa tanda
vital, mengubah posisi) f. Aktivitas fisik dan mental yang lama
n penyebab mengakibatkan kelelahan yang dapat
tidur f. Berikan kesempatan untuk meningkatkan kebingungan, aktivitas yang
inadekuat tidur sejenak, anjurkan latihan terprogram tanpa stimulasi berlebihan
- Mampu saat siang hari, turunkan meningkatkan waktu tidur
memahami aktivitas mental/fisik pada
rencana sore hari g. Risiko gangguan sensori, meningkatkan
khusus agitasi dan menghambat waktu istirahat
untuk g. Hindari penggunaan
menangani “pengikatan” secara terus h. Peningkatan kebingungan, disorientasi,
/mengorek menerus tingkah laku tidak kooperatif (sindrom
si sundower) dapat mengurangi tidur
penyebab
i. Penguatan bahwa saatnya tidur dan
tidur tidak
mempertahankan kestabilan lingkungan.
adekuat
Catatan : penundaan waktu tidur
- Mampu h. Evaluasi tingkat diindikasikan agar klien membuang
menciptaka stress/orientasi sesuai kelebihan energy dan memfasilitasi tidur
n pola tidur perkembangan hari demi hari
yang j. Meningkatkan relaksasi dengan perasaan
adekuat i. Buat jadwal tidur secara mengantuk
dengan teratur. Katakan pada klien
penurunan bahwa saat ini adalah waktu k. Menurunkan kebutuhan akan bangun
untuk tidu untuk berkemih selama malam hari
terhadap
pikiran
j. Berikan makanan kecil sore l. Menurunkan stimulasi sensori dengan
yang menghambat suara lain dari lingkungan
hari, susu hangat, mandi, dan
melayang- sekitar yang akan menghambat tidur
masase punggung
layang
(melamun) k. Turunkan jumlah minuman
- Tampak sore. Lakukan berkemih
atau sebelum tidur
melaporka
n dapat l. Putarkan musik yang lembut
beristirahat atau “suara yang jernih”
yang
cukup

5 Setelah Mandiri Mandiri


diberikan
tindakan a. Identifikasi kesulitan dalam a.Memahami penyebab yang mempengaruhi
keperawatan berpakaian/ perawatan diri, intervensi. Masalah dapat diminimalkan
diharapkan seperti: keterbatasan gerak dengan menyesuaikan atau memerlukan
klien dapat fisik, apatis/ depresi, konsultasi dari ahli lain.
merawat penurunan kognitif seperti
dirinya sesuai apraksia.
b. Seiring perkembangan penyakit, kebutuhan
dengan
kebersihan dasar mungkin dilupakan.
kemampuanny
a dengan KH : b. Identifikasi kebutuhan
 Mampu kebersihan diri dan berikan c.Kehilangan sensori dan penurunan fungsi
bantuan sesuai kebutuhan bahasa menyebabkan klien mengungkapkan
melakukan kebutuhan perawatan diri dengan cara
aktivitas dengan perawatan
rambut/kuku/ kulit, bersihkan nonverbal, seperti terengah-engah, ingin
perawatan berkemih dengan memegang dirinya.
diri sesuai kaca mata, dan gosok gigi.
dengan c. Perhatikan adanya tanda-tanda d. Pekerjaan yang tadinya mudah sekarang
nonverbal yang fisiologis. menjadi terhambat karena penurunan
tingkat motorik dan perubahan kognitif.
kemampuan. e.Meningkatkan kepercayaan untuk hidup.
 Mampu d. Beri banyak waktu untuk
mengidentifi melakukan tugas.
kasi dan
menggunaka e. Bantu mengenakan pakaian
n sumber yang rapi dan indah.
pribadi/
komunitas
yang dapat
memberikan
bantuan.
6. Setelah Mandiri Mandiri
diberikan
asuhan a. Kaji perubahan dari gangguan a. Menentukan bantuan individual dalam
keperawatan persepsi dan hubungan dengan menyusun rencana perawatan atau
diharapkan derajat ketidakmampuan pemilihan intervensi.
koping b.Kepatuhan terhadap program latihan dan
individu b. Dukung kemampuan koping berjalan membantu memperlambat
menjadi efektif c. Pernyataan pengakuan terhadap kemajuan penyakit. Dukungan dan sumber
dengan kriteria penolakan tubuh, mengingatkan bantuan dapat diberikan melalui ketekunan
hasil : kembali fakta kejadian tentang berdoa dan penekanan keluar terhadap
realitas bahwa masih dapat aktivitas dengan mepertahankan patisipasi
- Mampu menggunakan sisi yang sakit aktif
menyataka dan belajar mengontrol sisi c. Membantu klien untuk melihat bahwa
n atau yang sehat perawat menerima kedua bagian sebagai
mengkomu d. Beri dukungan psikologis bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan
nikasikan secara menyeluruh klien untuk merasakan adanya harapan dan
dengan e. Bentuk program aktivitas pada mulai menerima situasi baru.
orang keseluruhan hari d.Klien Demensia sering merasa malu, apatis,
terdekat tidak adekuat, bosan dan merasa sendiri.
tentang f. Anjurkan orang yang terdekat Perasaan ini dapat disebabkan akibat
situasi dan untuk mengizinkan klien keadaan fisik yang lambat dan upaya yang
perubahan melakukan hal-hal untuk besar dibutuhkan terhadap tugas-tugas
yang dirinya semaksimal mungkin kecil. Klien dibantu dan didukung untuk
sedang mencapai tujuan yang ditetapkan (seperti
terjadi meningkatnya mobilitas)
- Mampu g. Dukung perilaku atau usaha e. Bentuk program aktivitas pada keseluruhan
menyataka seperti peningkatan minat atau hari untuk mencegha waktu tidur yang
n partisipasi dalam aktivitas terlalu banyak yang dapat mengarah padda
penerimaan rehabilitasi tidak adanya keinginan dari apatis. Setiap
diri upaya dibuat untuk mendukung klien keluar
terhadap h. Monitor gangguan tidur darii tugas-tugas yang termasuk koping
situasi peningkatan konsentrasi, dengan kebutuhan mereka setiap hari dan
- Mengakui letargi, dan withdrawal untuk membentuk klien mandiri. Apapun
dan yang dilakukan hanya untuk keamanan
menggabun sewaktu mencapai tujuan dengan
gkan Kolaborasi meningkatnya kemampuan koping.
perubahan a. Rujuk pada ahli f. Menghidupkan kembali perasaan
ke dalam neuropsikologi dan kemandirian dan membantu perkembangan
konsep diri konseling bila ada indikasi harga diri serta mempengaruhi proses
dengan rehabilitasi.
cara yang g.Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan
akurat dan pengertian tentang peran individu masa
tanpa mendatang.
h.Dapat mengindikasikan terjadinya depresi
haraga diri dimana memerlukan intervensi dan evaluasi
yang lebih lanjut
negatif
Kolaborasi
a. Dapat memfasilitasi perubahan peran
yang penting untuk perkembangan
perasaan. Kerjasama fisioterapi,
psikoterapi, terapi obat-obatan, dan
dukungan partisipasi kelompok dapat
menolong mengurangi depresi yang
juga sering muncul pada kejadian ini.

7. Setelah Mandiri Mandiri


diberikan
asuhan a. Kaji kemampuan klien untuk a. Untuk menentukan tingkat kemampuan
keperawatan, berkomunikasi. klien dalam berkomunikasi.
diharapkan b. Menentukan cara-cara
klien tidak berkomunikasi seperti b. Untuk membantu proses berkomunikasi
mengalami mempertahankan kontak dengan klien, dan agar tidak terjadi
hambatan mata, pertanyaan dengan miskomunikasi
komunikasi jawaban ya atau tidak,
verbal dengan menggunakan kertas dan c. Untuk memudahkan klien dalam
kriteria hasil : pensil/bolpoint, gambar, atau memanggil perawat saat membutuhkan
 Membuat papan tulis; bahasa isyarat, bantuan.
teknik/met penjelas arti dari komunikasi
ode yang disampaikan. Kolaborasi
komunika c. Letakkan bel/lampu panggilan a. Memberikan terapi bicara pada klien.
si yang di tempat mudah dijangkau dan
dapat berikan penjelasan cara
dimengerti menggunakannya. Jawab
sesuai panggilan tersebut dengan
kebutuhan segera. Penuhi kebutuhan klien.
dan Katakan kepada klien bahwa
meningkat perawat siap membantu jika
kan dibutuhkan.
kemampu Kolaborasi
an a. Kolaborasi dengan ahli
berkomuni wicara bahasa.
kasi
8. Setelah Mandiri Mandiri
dilakukan
tindakan a. Kaji pengetahuan a. Identifikasi kebutuhan untuk membantu
keperawatan klien/keluarga mengenai perencanaan pendidikan
diharapkan kebutuhan makan
klien mendapat
nutrisi yang b. Usahakan/ berikan bantuan b. Klien tidak mampu menentukan pilihan
dalam memilih menu kebutuhan nutrisi
seimbang c. Berikan makanan kecil setiap c. Makan makanan kecil meningkatkan
dengan KH: jam sesuai kebutuhan masukan yang sesuai
 Mengubah
pola d. Hindari makanan yang terlalu d. Makan panas mengakibatkan mulut
asupan panas terbakar atau menolak untuk makan
yang
benar.
 Mendapat Kolaborasi : Kolaborasi:
diet nutrisi a. Bantuan diperlukan untuk
yang a. Rujuk atau konsultasikan
dengan ahli gizi mengembangkan keseimbangan diet
seimbang. dan menemukan kebutuhan / makan
b. Pemberian suppositoria dan
 Mempertah yang disukai
pelumas faeces / pencahar.
ankan/ b. Pertolongan utama terhadap fungsi
mendapat bowell atau BAB
kembali
berat
badan yang
sesuai.
 Ikut serta
dalam
aktifitas
yang
mempermu
dah koping
adaptif.

9. Setelah Mandiri Mandiri


dilakuk
an a. Kaji derajat gngguan a. Mengidentifikasi risiko di lingkungan dan
tindaka kemampuan,tingkah laku mempertinggi kesadaran perawat akan
n impulsive dan penurunan bahaya. Klien dengan tingkah laku
kepera persepsi visual. Bantu impulsif berisiko trauma karena kurang
watan keluarga mengidentifikasi mampu memgendalikan perilaku.
diharap risiko terjadinya bahaya yang Penurunan persepsi visual berisiko
kan mungkin timbul terjatuh
Risiko
b. Hilangkan sumber bahaya b. Klien dengan gangguan kognitif,
cedera
lingkungan gangguan persepsi adalah awal terjadi
tidak
trauma akibat tidak bertanggung jawab
terjadi c. Alihkan perhatian saat terhadap kebutuhan keamanan dasar
dengan perilaku teragitasi
KH : c. Mempertahankan keamanan dengan
- Meningkat d. Gunakan pakaian sesuai menghindari konfrontasi yang
kan tingkat dengan lingkungan meningkatkan risiko terjadinya trauma
aktivitas fisik/kebutuhan klien
- Dapat d. Perlambatan proses metabolisme
beradaptasi e. Kaji efek samping obat, tanda mengakibatkan hipotermia. Hipotalamus
keracunan (tanda
dengan ekstrapiramidal,hipotensi dipengaruhi proses penyakit yang
lingkungan ortostatik,gangguan menyebabkan rasa kedinginan
untuk penglihatan, gangguan
mengurang gastrointestinal) e. Klien yang tidak dapat melaporkan
i risiko tanda/gejala obat dapat menimbulkan
trauma/ced f. Hindari penggunaan restrain kadar toksisitas pada lansia. Ukuran
era terus-menerus. Berikan dosis/penggantian obat diperlukan untuk
- Tidak kesempatan keluarga tinggal mengurangi gangguan
mengalami bersama klien selama periode
agitasi akut f. Membahayakan klien, meningkatkan
trauma/ced
agitasi dan timbul risiko fraktur pada
era
klien lansia (berhubungan dengan
- Keluarga
penurunan kalsium tulang)
mengenali
potensial
di
lingkungan
dan
mengidenti
fikasi
tahap-
tahap
untuk
memperbai
kinya

4. Implementasi
(implementasi sesuai dengan intervensi)
5. Evaluasi

No.
Diagnosa Keperawatan Evaluasi
Dx

1. Perubahan proses pikir  Mampu memperlihatkan kemampuan


berhubungan dengan perubahan kognitifuntuk menjalani konsekuensi
fisiologis (degenerasi neuron kejadian yang menegangkan terhadap emosi
ireversibel) ditandai dengan dan pikiran tentang diri
hilang ingatan atau memori,  Mampu mengembangkan strategi untuk
hilang konsentrsi, tidak mampu mengatasi anggapan diri yang negative
menginterpretasikan stimulasi  Mampu mengenali perubahan dalam berpikir
dan menilai realitas dengan atau tingkah laku dan factor penyebab
akurat.  Mampu memperlihatkan penurunan tingkah
laku yang tidak diinginkan, ancaman, dan
kebingungan

2. Perubahan persepsi sensori  Mengalami penurunan halusinasi


berhubungan dengan perubahan
 Mengembangkan strategi psikososial untuk
persepsi, transmisi atau integrasi mengurangi stress atau mengatur prilaku.
sensori (penyakit neurologis,
 Mendemonstrasikan respon yang sesuai
tidak mampu berkomunikasi, stimulasi
gangguan tidur, nyeri) ditandai
 Perawat mampu mengidentifikasi factor
dengan cemas, apatis, gelisah, eksternal yang berperan terhadap perubahan
halusinasi.
 kemampuan persepsi sensori

3. Sindrom stress relokasi  Mengidentifikasi perubahan


berhubungan dengan perubahan  Mampu beradaptasi pada perubahan
dalam aktivitas kehidupan lingkungan dan aktivitas kehidupan sehari-
sehari-hari ditandai dengan hari
kebingungan, keprihatinan,  Mempertahankan rasa berharga pada diri dan
gelisah, tampak cemas, mudah identitas pribadi yang positif
tersinggung, tingkah laku  Membuat pernyataan positif tentang
defensive, kekacauan mental, lingkungan yang baru
tingkah laku curiga, dan tingkah  Memperlihatkan penerimaan terhadap
laku agresif. perubahan lingkungan dan penyesuaian
kehidupan
 Mampu menunjukan tentang perasaan yang
sesuai/tidak cemas dan rasa takut berkurang
 Tidak menyimpan pengalaman menyakitkan
 Menggunakan bantuan dari sumber yang
tepat selama waktu pengaturan pada
lingkungan baru

4. Perubahan pola tidur  Memahami factor penyebab gangguan pola


berhubungan dengan perubahan tidur
lingkungan ditandai dengan  Mampu menentukan penyebab tidur
keluhan verbal tentang kesulitan inadekuat
tidur, terus-menerus terjaga,  Mampu memahami rencana khusus untuk
tidak mampu menentukan menangani/mengoreksi penyebab tidur tidak
kebutuhan/ waktu tidur. adekuat
 Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat
dengan penurunan terhadap pikiran yang
melayang-layang (melamun)
 Tampak atau melaporkan dapat beristirahat
yang cukup

5. Kurang perawatan diri  Mampu melakukan aktivitas perawatan diri


berhubungan dengan intoleransi sesuai dengan tingkat kemampuan.
aktivitas, menurunnya daya  Mampu mengidentifikasi dan menggunakan
tahan dan kekuatan ditandai sumber pribadi/ komunitas yang dapat
dengan penurunan kemampuan memberikan bantuan.
melakukan aktivitas sehari-hari.
6. Koping individu tidak efektif  Mampu menyatakan atau
berhubungan dengan pemecahan mengkomunikasikan dengan orang terdekat
masalah tidak adekuat ditandai tentang situasi dan perubahan yang sedang
dengan cepat marah, curiga, terjadi
mudah tersinggung.  Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap
situasi
 Mengakui dan menggabungkan perubahan ke
dalam konsep diri dengan cara yang akurat
tanpa haraga diri yang negative

7. Hambatan komunikasi verbal  Membuat teknik/metode komunikasi yang


berhubungan dengan perubahan dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan
persepsi ditandai dengan meningkatkan kemampuan berkomunikasi
disorientasi tempat, orang dan
waktu.
8. Risiko terhadap perubahan  Mengubah pola asupan yang benar.
nutrisi kurang dari kebutuhan  Mendapat diet nutrisi yang seimbang.
tubuh berhubungan dengan  Mempertahankan/ mendapat kembali berat
mudah lupa, kemunduran hobi, badan yang sesuai.
perubahn sensori.  Ikut serta dalam aktifitas yang
mempermudah koping adaptif.

9. Risiko terhadap cedera  Meningkatkan tingkat aktivitas


berhubungan dengan kesulitan  Dapat beradaptasi dengan lingkungan untuk
keseimbangan, kelemahan, otot mengurangi risiko trauma/cedera
tidak terkoordinasi, aktivitas  Tidak mengalami trauma/cedera
kejang.  Keluarga mengenali potensial di lingkungan
dan mengidentifikasi tahap-tahap untuk
memperbaikinya

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa
gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu
(disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E.
1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa,
melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga
terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.

Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara
abnormal.Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak degeneratif
yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila mengalami
demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang dari berbagai latarbelakang pendidikan
mahupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat sebarang rawatan untuk demensia, namun
rawatan untuk menangani gejala-gejala boleh diperolehi.

4.2. Saran

Dengan adanya makalah” Askep pada Klien Lansia Dengan Gangguan Sistem Neuroligis
( Demensia ) “ ini, diharapkan agar kita semua dapat mengetahui tentang “Askep pada Klien
Lansia Dengan Gangguan Sistem Neuroligis ( Demensia )” dan bagaimana pula penatalaksanaan
medisnya.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Carpenito, L.J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika

Lumbantobing. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta: FKUI

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Salemba Medika: Jakarta

Nugroho,Wahjudi. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran EGC.Jakarta;1999

Stanley,Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC. Jakarta;2002

Nugroho,Wahjudi. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran EGC.Jakarta;1999

Stanley,Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC. Jakarta;2002

Anda mungkin juga menyukai