adalah
istilah
umum
yang
digunakan
untuk
atau
menggantikannya.(Kushariyadi,
2010).
Demensia
adalah
banyak
terjadi.
Pasien-pasien
yang
menderita
penyakit
Parkinson
Alzheimer
Degeneratif
Termor
Stroke
Kelemahan
Penurunan neurotrnsmiter
Resiko terjatuh
MK : Resiko Cedera
Kemunduran
Intelektual
Defisit
Kognitif
Multipel
Gg.
Memori
Sulit
mengingat
kembali,
mengambil
keputusan,
bertindak
lebih
lamban
Disintegrasi
kepribadian
Defisit
neurotransmiter dan
Acetilkolin
Perubahan
perilaku
Depresi
Pemecahan proses
komunikasi antara
sel
halusi
nasi
Demensia
Lebih
sensitif
Menarik
diri
Isolasi
Sosial
MK :
MK
: Gangguan
Persepsi
Intoleransi
Sensori
Aktivitas
Tidak
Berkurangn
dapat
ya
kemampua melakuka
n
fungsi n aktivitas
mandiri
sehari-hari.
Penurunan daya
ingat.
Gg.Komun
ikasi
Disorientasi
MK :
Disfungsi
Gangguan
pada visual Proses Pikir
dan
Penurunan
auditorius
daya nilai
Tidak mampu
berpikir abstrak
Degenerasi
progresif korteks
cerebral
Kekacauan mental
kronis
8. Diagnosis
Diagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:
- Pembedaan antara delirium dan demensia
- Bagian otak yang terkena
- Penyebab yang potensial reversible
- Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)
- Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut
- Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah
- Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC
- Pencitraan otak amat penting CT atau MRI.
9. Penatalaksanaan
Beberapa kasus demensia dianggap dapat diobati karena jaringan
otak yang disfungsional dapat menahan kemampuan untuk pemulihan jika
pengobatan dilakukan tepat pada waktunya. Riwayat medis yang lengkap,
Cholinergic-enhancing agents
Untuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan
penelitian. Pemberian cholinergic-enhancing agents menunjukkan hasil
yang lumayan pada beberapa penderita; namun demikian secara
keseluruhan tidak menunjukkan keberhasilan sama sekali. Hal ini
disebabkan oleh kenyataan bahwa demensia alzheimerntidak sematamata disebabkan oleh defisiensi kolinergik; demensia ini juga
disebabkan oleh defisiensi neurotransmitter lainnya. Sementara itu,
kombinasi kolinergik dan noradrenergic ternyata bersifat kompleks;
pemberian obat kombinasi ini harus hati-hati karena dapat terjadi
interaksi yang mengganggu sistem kardiovaskular.
Cholinedan lecithin
Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia
Alzheimer dan hipotesis tentang sebab dan hubungannya dengan
memori mendorong peneliti untuk mengarahkan perhatiannya pada
neurotransmitter. Pemberian prekursor, cholinedan lecithin merupakan
salah satu pilihan dan memberi hasil lumayan, namun demikian tidak
memperlihatkan hal yang istimewa. Dengancholine ada sedikit
perbaikan terutama dalam fungsi verbal dan visual. Denganlecith in
hasilnya cenderung negatif, walaupun dengan dosis yang berlebih
sehingga kadar dalam serum mencapai 120 persen dan dalam cairan
serebrospinal naik sampai 58 persen.
Neuropeptide, vasopressin dan ACTH
Pemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh
perhatian. Neuropeptida dapat memperbaiki daya ingat semantik yang
berkaitan dengan informasi dan kata-kata. Pada lansia tanpa gangguan
psiko-organik, pemberian ACTH dapat memperbaiki daya konsentrasi
dan memperbaiki keadaan umum.
Nootropic agents
Dari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering
digunakan dalam terapi demensia, ialahnicer goline dan co-dergocrine
mesylate. Keduanya berpengaruh terhadap katekolamin. Co-dergocrine
mesylate memperbaiki perfusi serebral dengan cara mengurangi
tahanan vaskular dan meningkatkan konsumsi oksigen otak. Obat ini
memperbaiki perilaku, aktivitas, dan mengurangi bingung, serta
memperbaiki kognisi. Disisi lain,nicergoline tampak bermanfaat untuk
memperbaiki perasaan hati dan perilaku.
Dihydropyridine
Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type
calcium channels menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic
dihydropyridine bermanfaat untuk mengatasi kerusakan susunan saraf
pusat pada lansia. Nimodipin bermanfaat untuk mengembalikan fungsi
kognitif yang menurun pada lansia dan demensia jenis Alzheimer.
Nimodipin memelihara sel-sel endothelial/kondisi mikrovaskular tanpa
dampak hipotensif; dengan demikian sangat dianjurkan sebagai terapi
alternatif untuk lansia terutama yang mengidap hipertensi esensial.
N
O
Diagnosa
keperawata
n
Tujuan dan
kriteria hasil
Intervensi
Perubahan
persepsi
sensori
berhubungan
dengan
perubahan
persepsi,
transmisi
atau integrasi
sensori
(penyakit
neurologis,
tidak mampu
berkomunika
si, gangguan
tidur, nyeri)
ditandai
dengan
cemas,
apatis,
gelisah,
halusinasi.
Setelah
diberikan
tindakan
keperawatan
diharapkan
perubahan
persepsi sensori
klien
dapat
berkurang atau
terkontrol
dengan
KH:Mengalami
penurunan
halusinasi
kembangkan lingkungan
yang
suportif
dan
hubungan perawat klien
terapeutik
Mengembangka
n
strategi
psikososial
untuk
mengurangi
stress
atau
mengatur
prilaku.
Mendemonstrasi
kan respon yang
sesuai stimulasi
anjurkan
untuk
menggunakan kaca mata
atau
alat
bantu
pendengaran
sesuai
keperluan
Perawat
mampu
mengidentifikasi
factor eksternal
yang berperan
terhadap
perubahan
kemampuan
persepsi sensori
Bantu
klien
untuk
memahami halusinasi
beri informasi tentang
sifat
halusinasi
,hubungannya
dengan
stresor/pengalaman
emosional
yang
traumatic,pengobatan
dan cara mengatasi
Meningkatkan
kenyamanan
dan
menurunkan kecemasan
pada klien
Meningkatkan
koping
dan
menurunkan
halusinasi
Untuk membantu klien
dalam
memahami
halusinasi
Rasio
Keterlibatan
memperliha
yang bersi
menyebabk
kehilangan
pada salah
tubuh
unilateral).
dapat men
lapar
Untuk
kebutuahan
halusinasi
Meningkatk
sensori,mem
/menurunka
interpretasi
Perubahan
pola
tidur
berhubungan
dengan
perubahan
lingkungan
ditandai
dengan
keluhan
verbal
tentang
kesulitan
tidur, terusmenerus
terjaga, tidak
mampu
menentukan
kebutuhan/
waktu tidur.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan tidak
terjadi gangguan
pola tidur pada
klien dengan KH
:Memahami
factor penyebab
gangguan pola
tidur
Mampu
menentukan
penyebab tidur
inadekuat
Mampu
memahami
rencana khusus
untuk
menangani/meng
oreksi penyebab
tidur
tidak
adekuat
Mampu
menciptakan
pola tidur yang
adekuat dengan
penurunan
terhadap pikiran
yang melayanglayang
(melamun)
Tampak
atau melaporkan
dapat beristirahat
yang cukup
Jangan
menganjurkan
klien tidur siang apabila
berakibat efek negative
terhadap tidur pada
malam hari
Evaluasi efek obat klien
(steroid ,diuretik) yang
mengganggu tidur
Tentukan kebiasaan dan
rutinitas waktu tidur
malam dengan kebiasaan
klien (memberi susu
hangat)
Memberika lingkungan
yang nyaman untuk
meningkatkan
tidur
(mematikan
lampu,
ventilasi ruang adekuat,
suhu
yang
sesuai,
menghindari kebisingan)
Buat jadwal intervensi
untuk
memungkinkan
waktu
tidur
lebih
lama(memeriksa tanda
vital, mengubah posisi)
Berikan
kesempatan
untuk tidur sejenak,
anjurkan latihan saat
siang hari, turunkan
aktivitas
mental/fisik
pada sore hari
Hindari
penggunaan
pengikatan
secara
terus menerus
Evaluasi
tingkat
stress/orientasi
sesuai
perkembangan hari demi
hari
Buat jadwal tidur secara
teratur. Katakan pada
klien bahwa saat ini
adalah waktu untuk tidur
fisik
dan
mental
yang
lama
mengakibatkan kelelahan
yang
dapat
meningkatkan
kebingungan, aktivitas
yang terprogram tanpa
stimulasi
berlebihan
meningkatkan
waktu
tidur
Risiko gangguan sensori,
meningkatkan
agitasi
dan menghambat waktu
istirahat
Peningkatan
kebingungan,
disorientasi, tingkah laku
tidak
kooperatif
(sindrom
sundower)
dapat mengurangi tidur
Penguatan
bahwa
saatnya
tidur
dan
mempertahankan
kestabilan lingkungan.
Catatan : penundaan
waktu
tidur
diindikasikan agar klien
membuang
kelebihan
energy dan memfasilitasi
tidur
Meningkatkan relaksasi
dengan
perasaan
mengantuk
Menurunkan kebutuhan
akan
bangun
untuk
berkemih selama malam
hari
Menurunkan stimulasi
sensori
dengan
menghambat suara lain
dari lingkungan sekitar
yang akan menghambat
tidur
3
Kurang
Setelah
Identifikasi
kesulitan
a. Memaham
perawatan
diri
berhubungan
dengan
intoleransi
aktivitas,
menurunnya
daya tahan
dan kekuatan
ditandai
dengan
penurunan
kemampuan
melakukan
aktivitas
sehari-hari.
diberikan
tindakan
keperawatan
diharapkan klien
dapat merawat
dirinya
sesuai
dengan
kemampuannya
dengan KH :Mampu
melakukan
aktivitas
perawatan diri
sesuai
dengan
tingkat
kemampuan.
Mampu
mengidentifikasi
dan
menggunakan
sumber pribadi/
komunitas yang
dapat
memberikan
bantuan.
4
.
Hambatan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengan
perubahan
persepsi
ditandai
dengan
disorientasi
tempat,
orang
dan
waktu.
Setelah
diberikan asuhan
keperawatan,
diharapkan klien
tidak mengalami
hambatan
komunikasi
verbal
dengan
kriteria hasil :Membuat
teknik/metode
komunikasi yang
dapat dimengerti
sesuai kebutuhan
dan
meningkatkan
kemampuan
berkomunikasi
dalam
berpakaian/
perawatan diri, seperti:
keterbatasan gerak fisik,
apatis/
depresi,
penurunan
kognitif
seperti apraksia.
Identifikasi kebutuhan
kebersihan
diri
dan
berikan bantuan sesuai
kebutuhan
dengan
perawatan rambut/kuku/
kulit, bersihkan kaca
mata, dan gosok gigi.
Perhatikan adanya tandatanda nonverbal yang
fisiologis.
d. Beri banyak waktu
untuk melakukan tugas.
Bantu
mengenakan
pakaian yang rapi dan
indah.
yang
me
intervensi.
dapat
d
dengan m
atau
konsultasi
lain.b.Seirin
perkembang
penyakit,
kebersihan
mungkin di
c. Kehilan
dan penuru
bahasa m
klien men
kebutuhan
diri
den
nonverbal,
terengah-en
berkemih
memegang
Pekerjaan y
mudah
menjadi
karena
motorik da
kognitif.
e.
M
kepercayaan
hidup.
Untuk
m
klien dalam
perawat
membutuhk
Kolaborasi
Memberika
bicara pada
menggunakannya. Jawab
panggilan
tersebut
dengan segera. Penuhi
kebutuhan
klien.
Katakan kepada klien
bahwa perawat siap
membantu
jika
dibutuhkan.
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli
wicara bahasa.
Untuk
menentukan
tingkat kemampuan klien
dalam berkomunikasi.
Untuk membantu proses
berkomunikasi dengan
klien, dan agar tidak
terjadi miskomunikasi.
DAFTAR PUSTAKA