Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

DENGAN DEMENSIA

DISUSUN OLEH :
KELAS: B-13B KELOMPOK 4

1. I GUSTI AYU PUTU ANGGRENI F. (203221175)


2. SANG AYU RISKA DWI CAHYADI (203221176)
3. NI PUTU YENI ARMAYANTI (203221177)
4. KADEK RIDWAN SANGGRA WIGUNA (203221178)
5. NI PUTU YESIKA ELVIANASARI (203221179)
6. I NYOMAN JANUARIANA (203221180)
7. I DEWA GEDE FATHU RAMA (203221181)
8. AYU LAKSMI AGUSTINI (203221182)
9. NI MADE ERA MAHAYANI (203221183)
10. I GEDE WAHYU PUTRA DINATA (203221184)
11. PUTU ADHELINA ISWARA DEVI (203221185)
12. NI PUTU INDRI SISMAYANTI (203221186)
13. NI MADE WINDA NURSANTI (203221187)
14. NI PUTU NOVELIA TREANA (203221188)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM


SARJANA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA
DENGAN DEMENSIA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan
fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. Gangguan fungsi kognitif antara
lain pada intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah,
orientasi, persepsi, perhatian dan konsentrasi, penyesuaian, dan kemampuan
bersosialisasi. (Arif Mansjoer, 1999). Demensia adalah gangguan fungsi
intelektual tanpa gangguan fungsi vegetatif atau keadaan yang terjadi.
Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian, dan interpretasi atas
komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu. (Elizabeth J. Corwin, 2009)
Demensia adalah penurunan fungsi intelektual yang menyebabkan
hilangnya independensi sosial. (William F. Ganong, 2010) Menurut Grayson
(2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa,
melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi
tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.Demensia
adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori
yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari -hari.
Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya
ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan
sehari hari (Nugroho, 2008).Demensiadapat diartikan sebagai gangguan
kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari.
Penderita Demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan
perubahan pada tingkah laku harian (behavior symptom) yang menganggu
(disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptif) (Voicer. L., Hurley,
A.C., Mahoney, E.1998).
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya
berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran,
penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi
kemunduran kepribadian. Penyakit yang dapat dialami oleh semua orang dari
berbagai latar belakang pendidikan maupun kebudayaan. Walaupun tidak
terdapat perawatan khusus untuk demensia, namun perawatan untuk
menangani gejala boleh dilakukan.
2. Etiologi
Penyebab utama dari penyakit demensia adalah penyakit alzheimer, yang
penyebabnya sendiri belum diketahui secara pasti, namun diduga penyakit
Alzheimer disebabkan karena adanya kelainan faktor genetik atau adanya
kelainan gen tertentu. Pada penyakit alzheimer, beberapa bagian otak
mengalami kemunduran, sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya
respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan sinyal di dalam otak. Di
dalam otak ditemukan jaringan abnormal (disebut plak senilis dan serabut
saraf yang semrawut) dan protein abnormal, yang bisa terlihat pada otopsi.
Penyebab kedua dari Demensia yaitu, serangan stroke yang berturutturut.
Stroke tunggal yang ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang
ringan atau kelemahan yang timbul secara perlahan. Stroke kecil ini secara
bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak yang mengalami
kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah yang disebut dengan infark.
Demensia yang disebabkan oleh stroke kecil disebut demensia multi-infark.
Sebagian penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis,
yang keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak. Penyebab
demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3 golongan
besar :
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak
dikenal kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara
biokimiawi pada sistem enzim, atau pada metabolisme.
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat
diobati, penyebab utama dalam golongan ini diantaranya:
1) Penyakit degenerasi spino-serebelar.
2) Subakut leuko-ensefalitis sklerotik van Bogaert
3) Khorea Huntington
c. Sindoma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam
golongan ini diantaranya :
1) Penyakit cerebro kardiofaskuler
2) Penyakit- penyakit metabolic
3) Gangguan nutrisi
4) Akibat intoksikasi menahun
3. Patofisiologi
Demensia biasanya terjadi pada usia >65 tahun , gejala yang mucul yaitu
perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas
sehari – hari. Lansia penderita demensia tidak memeperlihatkan gejala yang
menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana lansia pada umumnya
mengalami proses penuanaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan
oleh penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat dan sering lupa jika
meletakkan suatu barang. Mereka sering kali menutupnutupi hal tersebut dan
meyakinkan bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan
berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama
mereka, mereka merasa kawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin
menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin lansia kelelahan
dan perlu banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah
besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.
Gejala dimensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada
lansia. Mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih senditif. Kondisi
seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan
memperparah kondisi lansia. Pada saat ini mungkin saja lansia menjadi sangat
ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Disinilah keluarga membawa lansia
penderita demensia ke rumah sakit, dimana demensia bukanlah menjadi hal
utama fokus pemeriksaan. Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan
tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan memiliki
kemampuan untuk dapat mengkaji dan mengenali gejala demensia.
Pathway Demensia

Faktor Genetik Alzaimer Imunologi Trauma Lingkungan

Kekusutan neuro Hilangnya serat fibriliar

Atropi otak Penurunan sel neuro


koligemi
Degenerasi neuron
Demensia Kelainan Neurotransmiter
irreversibel

Gangguan Daya Ingat Perubahan Perubahan Kehilangan


Konigtif Menurun intelektual intelektual fungsi tonus otot

Kemampuan Emosi labil,


Mudah lupa Tidak mampu Kelemahan
melakukan ADL menyelesaikan apatis
menurun masalah
D.0143 Risiko Jatuh
D.0085
Tidak mampu
D.0064 Konfusi Gangguan
melakukan
Akut Persepsi
perawatan diri
Sensori
D.0062 Gangguan
Memori

D.0109 Defisit
Perawatan Diri
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala dari Penyakit Demensia antara lain :
a. Rusaknya seluruh jajaran fungsi kognitif.
b. Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek.
c. Gangguan kepribadian dan perilaku (mood swings).
d. Defisit neurologi dan fokal.
e. Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang.
f. Gangguan psikotik : halusinasi, ilusi, waham, dan paranoid.
g. Keterbatasan dalam ADL (Activities of Daily Living)
h. Tidak bisa pulang kerumah bila bepergian.
i. Lupa meletakkan barang penting.
j. Sulit mandi, makan, berpakaiandan toileting.
k. Mudah terjatuh dan keseimbangan buruk.
l. Tidak dapat makan dan menelan.
m. Inkontinensia urine.
n. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia,
“lupa” menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
o. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya : lupa hari, minggu,
bulan, tahun, tempat penderita demensia berada.
p. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,
mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali.
q. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat
sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan
orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia
kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
r. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium rutin
Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis
demensia ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi demensia
khususnya pada demensia reversibel, walaupun 50% penyandang
demensia adalah demensia Alzheimer dengan hasil laboratorium normal,
pemeriksaan laboratorium rutin sebaiknya dilakukan. Pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan : pemeriksaan darah lengkap, urinalisis,
elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi hati, hormon tiroid, kadar
asam folat.
b. Imaging
Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging) telah menjadi pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensia
walaupun hasilnya masih dipertanyakan.
c. Pemeriksaan EEG (Electroencephalogram)
Pada pemeriksaan EEG tidak memberikan gambaran spesifik dan pada
sebagian besar hasilnya normal. Pada Alzheimer stadium lanjut dapat
memberi gambaran perlambatan difus dan kompleks periodik.
d. Pemeriksaan cairan otak
Pungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia akut,
penyandang dengan imunosupresan, dijumpai rangsangan meningen dan
panas, tes sifilis (+), penyengatan meningeal pada CT scan.
e. Pemeriksaan neuropsikologis
Meliputi pemeriksaan status mental, aktivitas sehari-hari/fungsional dan
aspek kognitif lainnya. Pemeriksaan neuropsikologis penting untuk
sebagai penambahan pemeriksaan demensia, terutama pemeriksaan untuk
fungsi kognitif, minimal yang mencakup atensi, memori, bahasa,
konstruksi visuospatial, kalkulasi dan problem solving. Pemeriksaan
neuropsikologi sangat berguna terutama pada kasus yang sangat ringan
untuk membedakan proses ketuaan atau proses depresi.
6. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
1) Demensia alzheimer digunakan obat-obatan antikoliesterase seperti
Donepezil, Rivastigmine, Galantamine, Memantine.
2) Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti
Aspirin, Ticlopidine, Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke
otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
3) Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati,
tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan
dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang
berhubungan dengan stroke.
4) Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-
depresi seperti Sertraline dan Citalopram.
5) Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang
bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-
psikotik (misalnya Haloperidol, Quetiapine, dan Risperidone). Tetapi
obat ini kurang efektif dan menimbulkan efek samping yang serius.
Obat anti-psikotik efektif diberikan kepada penderita yang
mengalami halusinasi atau paranoid.
b. Dukungan atau Peran Keluarga
1) Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu
penderita tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang
terang, jam dinding dengan angka-angka yang besar atau radio juga
bisa membantu penderita tetap memiliki orientasi.
2) Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu
bisa membantu mencegah terjadinya kecelekaan pada penderita yang
senang berjalan-jalan.
3) Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara
rutin, bisa memberikan rasa keteraturan kepada penderita.
4) Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan
akan memperburuk keadaan.
5) Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan
perawatan, akan sangat membantu.
c. Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik,
meliputi :
1) Diet
2) Latihan fisik yang sesuai
3) Terapi rekreasional dan aktifitas
4) Penanganan terhadap masalah-masalah
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Indentitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar
belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
b. Keluhan utama
Keluhan utama atau sebab utama yang menyebabkan klien datang berobat.
Gejala utamanya adalah kesadaran menurun.
c. Pemeriksaan fisik
Kesadaran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tekanan darah
menurun, takikardia, febris, BB menurun karena nafsu makan yang menurun
dan tidak mau makan.
d. Spiritual
Keyakinan klien terhadap agaman dan keyakinan masih kuat tetapi tidak atau
kurang mampu dalam melaksanakan ibadahnya sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
e. Status mental
Penampilan klien tidak rapi dan tidak mampu untuk merawat dirinya sendiri,
pembicaraan keras, cepat dan koheren, aktivitas motorik dan perubahan
motorik dapat dimanifestasikan adanya peningkatan kegiatan motorik,
gelisah, impulsif.
f. Alam perasaan
Klien tampak ketakuan dan putus asa
g. Afek dan emosi
Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak dengan perasaan
tertentu, jika langsung mengalami perasaan tersebut dapat menimbulkan
ansietas. Keadaan ini menimbulkan perubahan afek yang digunakan klien
untuk melindungi dirinya, karena afek yang telah berubah klien mengingkari
dampak emosional yang menyakitkan dari lingkungan eksternal. Respon
emosional klien mungkin biasa dan tidak sesuai karena datang dari kerangka
pikir yang telah berubah.
Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai dan berlebihan.
1) Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional terhadap
suatu objek. Perubahan persepsi dapat terjadi padaa satu atau lebih panca
indera yaitu pendengaran, penglihatan, perabaan, penciuman dan
pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan, sedang, dan berat atau
berkepanjangan. Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan
adalah halusinasi
2) Proses berpikir
Klien yang terganggu pikirannya suka berperilaku kohern, tindakannya
cenderung berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang
tidak sesuai dengan penilaian umum. Penilaian realitas secara pribadi
oleh klien merupakan penilaian subjektif yang dikaitkan dengan orang,
benda atau kejadian yang tidak logis. Penilaian autistik, klien tidak
menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar perubahan
proses pikir yang dapat dimanifestasikan dengan pemikiran primitif,
hilangnya asosiasi, pemikiran magis, delusi.
3) Tingkat kesadaran
Kesadaran umum klien bingung, disorientasi waktu, tempat dan orang
a) Memori: gangguan daya ingat sudah lama terjadi
b) Tingkat konsentrasi: klien tidak mampu berkonsentrasi
c) Kemampuan penilaian: gangguan dalam penilaian atau keputusan
h. Kebutuhan sehari – hari
1) Tidur: klien susah tidur karena cemas, gelisah. Kadang – kadang
terbangun tengah malam dan susah untuk tidur kembali. Tidur yang
terganggu di tengah malam sehingga klien tidak merasakan segar
dipagi hari.
2) Selera makan: klien tidak mempunyai selera makan atau makan hanya
sedikit, karena merasa putus asa dan tidak berharga, aktivitas terbatas
sehingga dapat terjadi penurunan berat badan.
3) Eliminasi: klien terganggu pada proses buang air kecil, kadang –
kadang lebih sering daripada biasanya, karena susah tidur dan stres.
Dapat juga terjadi konstipasi karena pola makan yang terganggu.
i. Mekanisme koping
Klien mengurangi kontak mata, memakai kata – kata yang cepat dan keras
dan menutup diri
2. Diagnosa Keperawatan
a. D.0085 Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan
persepsi, transmisi atau integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak
mampu berkomunikasi, gangguan tidur, nyeri) ditandai dengan cemas,
apatis, gelisah, halusinasi.
b. D.0109 Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas,
menurunnya daya tahan dan kekuatan ditandai dengan penurunan
kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
c. D.0143 Risiko jatuh dengan faktor risiko kekuatan otot menurun.
d. D.0062 Gangguan memori berhubungan dengan proses penuaan ditandai
dengan tidak mampu mengingat informasi factual, tidak mampu
mengingat peristiwa, tidak mampu melakukan kemampuan yang
dipelajari sebelumnya.
e. D.0064 Konfusi akut berhubungan dengan demensia ditandai dengan
kurang motivasi memulai/menyelesaikan perilaku berorientasi tujuan,
kurang motivasi memulai/menyelesaikan perilaku terarah, fluktuasi
fungsi kognitif.
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

D.0085 Gangguan Setelah diberikan asuhan Manajemen Demensia I.09286


Persepsi Sensori
keperawatan selama …x24 jam Observasi
diharapakan perubahan persepsi 1. Identifikasi Riwayat fisik,
sensori pasien dapat teratasi sosial, psikologis, dan kebiasaan
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi pola aktivitas (mis.
Persepsi Sensori L.09083 tidur, minum obat, eliminasi,
1. Verbalisasi mendengar asupan oral, perawatan diri)
bisikan menurun (5) Terapeutik
2. Verbalisasi melihat 1. Sediakan lingkungan aman,
bayangan menurun (5) nyaman, konsisten, dan rendah
3. Verbalisasi merasakan stimulus (mis. musik tenang,
sesuatu melalui indra dekorasi sederhana,
perabaan menurun (5) pencahayaan memadai, makan
4. Verbalisasi merasakan Bersama pasien lain)
sesuatu melalui indra 2. Orientasikan waktu, tempat dan
penciuman menurun (5) orang
5. Verbilisasi merasakan 3. Gunakan distraksi untuk
sesuatu melalui indra mengatasi masalah perilaku
pengecapan menurun (5) 4. Libatkan keluarga dalam
6. Distorsi sensori menurun merencanakan, menyediakan,
(5) dan mengevaluasi perawatan
7. Perilaku halusinasi 5. Fasilitas orientasi dengan
menurun (5) simbol-simbol (mis. dekorasi,
papan petunjuk, foto diberi
nama, huruf besar)
6. Libatkan kegiatan individua tau
kelompok sesuai kemampuan
kognitif dan minat
Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak
istirahat
2. Anjurkan keluarga cara
perawatan demensia
D.0109 Defisit Setelah diberikan asuhan Dukungan perawatan diri I.
Perawatan Diri
keperawatan selama …x24 jam 11348
diharapakan perawatan diri Observasi
pasien baik dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas
Perawatan Diri L.11103 perawatan diri sesuai usia
1. Kemampuan mandi 2. Monitor tingkat kemandirian
meningkat (5) 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu
2. Kemampuan mengenakan kebersihan diri, berpakaian,
pakaian meningkat (5) berhias dan makan
3. Kemampuan makan Terapeutik
meningkat (5) 1. Sediakan lingkungan yang
4. Kemampuan ke toilet terapeutik (mis. Suasana hangat,
(BAB/BAK) meningkat (5) rileks, privasi)
5. Verbalisasi keinginan 2. Sediakan keperluan pribadi
melakukan perawatan diri (mis. Parfum, sikat gigi, dan
meningkat (5) sabun mandi)
6. Minat melakukan perawatan 3. Damping dalam melakukan
diri meningkat (5) perawatan diri sampai mandiri
4. Fasilitasi untuk menerima
keadaan ketergantungan
5. Fasilitasi kemandirian, bantu
jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
6. Jadwalkan rutinitas perawatan
diri
Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan
diri secara konsisten sesuai
kemampuan
D.0143 Risiko Setelah dilakukan asuhan Pencegahan jatuh I.14540
Jatuh
keperawatan ….x24 jam Observasi
diharapkan resiko jatuh pasien 1. Identifikasi factor resiko jatuh
menurun dengan kriteria hasil : (mis. usia >65 tahun,
Tingkat jatuh L.14138 penurunan tingkat kesadaran,
1. Jatuh dari tempat tidur defisik kognitif, hipotensi
menurun (5) ortistatik, gangguan
2. Jatuh saat berdiri menurun keseimbangan, gangguan
(5) penglihatan, neuropati)
3. Jatuh saat duduk menurun (5) 2. Identifikasi risiko jatuh
4. Jatuh saat berjalan menurun setidaknya sekali setiap shift
(5) atau sesuai dengan kebijakan
institusi
3. Identifikasi faktor lingkungan
yang meningkatkan risiko
jatuh (mis. lantai licin,
penerangan kurang)
4. Hitung risiko jatuh dengan
skala (mis. Fall Morse Scale,
Humpty Dumpty Scale), jika
perlu
5. Monitor kemampuan
berpindah dari tempat tidur ke
kursi roda dan sebaliknya
Terapeutik
1. Orientasikan ruangan pada
pasien dan keluarga
2. Pastikan roda tempat tidur dan
kursi roda selalu dalam kondisi
terkunci
3. Pasang handrail tempat tidur
4. Atur tempat tidur mekanis
pada posisi terendah
5. Tempatkan pasien beresiko
tinggi jatuh dekat dengan
pantauan perawat dari nurse
station
6. Gunakan alat bantu berjalan
(mis. kursi roda, walker)
7. Dekatkan bel pemanggil dalam
jangkauan pasien
Edukasi
1. Anjurkan memanggil perawat
jika membutuhkan bantuan
untuk berpindah
2. Anjurkan menggunakan alas
kaki yang tidak licin
3. Anjurkan berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan tubuh
4. Anjurkan melebarkan jarak
kedua kaki untuk
meningkatkan keseimbangan
saat berdiri
5. Anjurkan cara menggunakan
bel pemanggil untuk
memanggil perawat
D.0062 Gangguan Setelah dilakukan asuhan Latihan Memori I.06188
Memori
keperawatan …x24 jam Observasi
diharapkan gangguan memori 1. Identifikasi masalah memori
pada pasien menurun dengan yang dialami
kriteria hasil : 2. Identifikasi kesalahan terhadap
Memori L.09079 orientasi
1. Verbalisasi kemampuan 3. Monitor perilaku dan
mempelajari hal baru
meningkat (5) perubahan memori selama
2. Verbalisasi kemampuan terapi
mengingat informasi factual Terapeutik
meningkay (5) 1. Rencanakan metode mengajar
3. Verbalisasi kemampuan sesuai kemampuan pasien
mengingat perilaku tertentu 2. Stimulasi memori dengan
yang pernah dilakukan mengulang pikiran yang
meningkat (5) terakhir kali diucapkan, jika
4. Verbalisasi kemampuan perlu
mengingat peristiwa 3. Koreksi kesalahan orientasi
meningkat (5) 4. Fasilitasi mengingat kembali
Orientasi Kognitif L.09081 pengalaman masa lalu, jika
1. Identifikasi diri sendiri perlu
meningkat (5) 5. Fasitilasi tugas pembelajaran
2. Identifikasi orang terdekat (mis. mengingat informasi
meningkat (5) verbal dan gambar)
3. Identifikasi tempat saat ini 6. Fasilitasi kemampuan
meningkat (5) konsentrasi (mis. bermain
4. Identifikasi hari meningkat kartu pasangan) jika perlu
(5) 7. Stimulasi menggunakan
5. Identifikasi bulan meningkat memori pada peristiwa yang
(5)
baru terjadi (mis. bertanya ke
6. Identifikasi tahun meningkat
mana ia pergi akhir-akhir ini)
(5)
jika perlu
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
Latihan
2. Ajarkan teknik memori yang
tepat (mis. imajinasi visual,
perangkat memori, permainan
memori, isyarat memori,
Teknik asosiasi, membuat
daftar, computer, papan nama)
Kolaborasi
1. Rujuk pada terapu okupasi,
jika perlu
D.0064 Konfusi Setelah dilakukan asuhan Stimulasi Kognitif I.06208
Akut
keperawatan …x24 jam Observasi
diharapkan konfusi akut pasien 1. Identifikasi keterbatasan
menurun dengan kriteria hasil : kemampuan kognitif
Tingkat konfusi L.06054 Terapeutik
1. Fungsi kognitif meningkat 1. Dukung lingkungan dalam
(5) menstimulasi melalui kontak
2. Tingkat kesadaran meningkat yang bervariasi
(5) 2. Lakukan secara bertahap dan
3. Aktivitas psikomotorik berulang-ulang jika terdapat
meningkat (5) perubahan atau hal baru
4. Motivasi 3. Sediakan kalender
memulai/menyelesaikan 4. Orientasikan waktu, tempat
perilaku terarah meningkat dan orang
(5) 5. Tunjukkan sensitivitas dalam
5. Memori jangka pendek perawatan dengan segera
meningkat (5) merespon
6. Memori jangka Panjang 6. Berikan kesempatan untuk
meningkat (5) bertanggungjawab pada tugas
dan pekerjaan
7. Libatkan dalam kegiatan
budaya dan seni secara aktif
8. Libatkan dalam program
multistimulasi untuk
meningkatkan kemampuan
kognitif (mis. bernyanyi,
mendengarkan musik
mendengarkan murattal,
kegiatan kreatif, interaksi,
sosial atau penyelesaian
masalah)
9. Berikan kesempatan
memberikan pendapat
10. Rencanakan kegiatan stimulasi
sensori
11. Berikan waktu istirahat
12. Letakkan barang pribadi dan
foto dikamar pasien
Edukasi
1. Anjurkan sering berinteraksi
dengan orang lain
2. Anjurkan mengungkapkan
Kembali pikiran untuk
menstimulasi memori
3. Anjukran melakukan kegitan
untuk meningkatkan
kemampuan dan pembelajaran
4. Anjurkan menggunakan alat
bantu memori (mis. daftar
tugas, jadwal, dan pengingat)
5. Anjurkan mengulang informasi
yang didapatkan

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 2011).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara operasional dengan sumatif
(dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan formatif (dengan proses
dan evaluasi akhir).
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC

Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7.
Jakarta : EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional
Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
:Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai