DENGAN DEMENSIA
DISUSUN OLEH :
KELAS: B-13B KELOMPOK 4
D.0109 Defisit
Perawatan Diri
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala dari Penyakit Demensia antara lain :
a. Rusaknya seluruh jajaran fungsi kognitif.
b. Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek.
c. Gangguan kepribadian dan perilaku (mood swings).
d. Defisit neurologi dan fokal.
e. Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang.
f. Gangguan psikotik : halusinasi, ilusi, waham, dan paranoid.
g. Keterbatasan dalam ADL (Activities of Daily Living)
h. Tidak bisa pulang kerumah bila bepergian.
i. Lupa meletakkan barang penting.
j. Sulit mandi, makan, berpakaiandan toileting.
k. Mudah terjatuh dan keseimbangan buruk.
l. Tidak dapat makan dan menelan.
m. Inkontinensia urine.
n. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia,
“lupa” menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
o. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya : lupa hari, minggu,
bulan, tahun, tempat penderita demensia berada.
p. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,
mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali.
q. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat
sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan
orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia
kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
r. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium rutin
Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis
demensia ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi demensia
khususnya pada demensia reversibel, walaupun 50% penyandang
demensia adalah demensia Alzheimer dengan hasil laboratorium normal,
pemeriksaan laboratorium rutin sebaiknya dilakukan. Pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan : pemeriksaan darah lengkap, urinalisis,
elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi hati, hormon tiroid, kadar
asam folat.
b. Imaging
Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging) telah menjadi pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensia
walaupun hasilnya masih dipertanyakan.
c. Pemeriksaan EEG (Electroencephalogram)
Pada pemeriksaan EEG tidak memberikan gambaran spesifik dan pada
sebagian besar hasilnya normal. Pada Alzheimer stadium lanjut dapat
memberi gambaran perlambatan difus dan kompleks periodik.
d. Pemeriksaan cairan otak
Pungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia akut,
penyandang dengan imunosupresan, dijumpai rangsangan meningen dan
panas, tes sifilis (+), penyengatan meningeal pada CT scan.
e. Pemeriksaan neuropsikologis
Meliputi pemeriksaan status mental, aktivitas sehari-hari/fungsional dan
aspek kognitif lainnya. Pemeriksaan neuropsikologis penting untuk
sebagai penambahan pemeriksaan demensia, terutama pemeriksaan untuk
fungsi kognitif, minimal yang mencakup atensi, memori, bahasa,
konstruksi visuospatial, kalkulasi dan problem solving. Pemeriksaan
neuropsikologi sangat berguna terutama pada kasus yang sangat ringan
untuk membedakan proses ketuaan atau proses depresi.
6. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
1) Demensia alzheimer digunakan obat-obatan antikoliesterase seperti
Donepezil, Rivastigmine, Galantamine, Memantine.
2) Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti
Aspirin, Ticlopidine, Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke
otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
3) Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati,
tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan
dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang
berhubungan dengan stroke.
4) Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-
depresi seperti Sertraline dan Citalopram.
5) Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang
bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-
psikotik (misalnya Haloperidol, Quetiapine, dan Risperidone). Tetapi
obat ini kurang efektif dan menimbulkan efek samping yang serius.
Obat anti-psikotik efektif diberikan kepada penderita yang
mengalami halusinasi atau paranoid.
b. Dukungan atau Peran Keluarga
1) Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu
penderita tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang
terang, jam dinding dengan angka-angka yang besar atau radio juga
bisa membantu penderita tetap memiliki orientasi.
2) Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu
bisa membantu mencegah terjadinya kecelekaan pada penderita yang
senang berjalan-jalan.
3) Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara
rutin, bisa memberikan rasa keteraturan kepada penderita.
4) Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan
akan memperburuk keadaan.
5) Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan
perawatan, akan sangat membantu.
c. Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik,
meliputi :
1) Diet
2) Latihan fisik yang sesuai
3) Terapi rekreasional dan aktifitas
4) Penanganan terhadap masalah-masalah
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Indentitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar
belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
b. Keluhan utama
Keluhan utama atau sebab utama yang menyebabkan klien datang berobat.
Gejala utamanya adalah kesadaran menurun.
c. Pemeriksaan fisik
Kesadaran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tekanan darah
menurun, takikardia, febris, BB menurun karena nafsu makan yang menurun
dan tidak mau makan.
d. Spiritual
Keyakinan klien terhadap agaman dan keyakinan masih kuat tetapi tidak atau
kurang mampu dalam melaksanakan ibadahnya sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
e. Status mental
Penampilan klien tidak rapi dan tidak mampu untuk merawat dirinya sendiri,
pembicaraan keras, cepat dan koheren, aktivitas motorik dan perubahan
motorik dapat dimanifestasikan adanya peningkatan kegiatan motorik,
gelisah, impulsif.
f. Alam perasaan
Klien tampak ketakuan dan putus asa
g. Afek dan emosi
Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak dengan perasaan
tertentu, jika langsung mengalami perasaan tersebut dapat menimbulkan
ansietas. Keadaan ini menimbulkan perubahan afek yang digunakan klien
untuk melindungi dirinya, karena afek yang telah berubah klien mengingkari
dampak emosional yang menyakitkan dari lingkungan eksternal. Respon
emosional klien mungkin biasa dan tidak sesuai karena datang dari kerangka
pikir yang telah berubah.
Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai dan berlebihan.
1) Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional terhadap
suatu objek. Perubahan persepsi dapat terjadi padaa satu atau lebih panca
indera yaitu pendengaran, penglihatan, perabaan, penciuman dan
pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan, sedang, dan berat atau
berkepanjangan. Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan
adalah halusinasi
2) Proses berpikir
Klien yang terganggu pikirannya suka berperilaku kohern, tindakannya
cenderung berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang
tidak sesuai dengan penilaian umum. Penilaian realitas secara pribadi
oleh klien merupakan penilaian subjektif yang dikaitkan dengan orang,
benda atau kejadian yang tidak logis. Penilaian autistik, klien tidak
menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar perubahan
proses pikir yang dapat dimanifestasikan dengan pemikiran primitif,
hilangnya asosiasi, pemikiran magis, delusi.
3) Tingkat kesadaran
Kesadaran umum klien bingung, disorientasi waktu, tempat dan orang
a) Memori: gangguan daya ingat sudah lama terjadi
b) Tingkat konsentrasi: klien tidak mampu berkonsentrasi
c) Kemampuan penilaian: gangguan dalam penilaian atau keputusan
h. Kebutuhan sehari – hari
1) Tidur: klien susah tidur karena cemas, gelisah. Kadang – kadang
terbangun tengah malam dan susah untuk tidur kembali. Tidur yang
terganggu di tengah malam sehingga klien tidak merasakan segar
dipagi hari.
2) Selera makan: klien tidak mempunyai selera makan atau makan hanya
sedikit, karena merasa putus asa dan tidak berharga, aktivitas terbatas
sehingga dapat terjadi penurunan berat badan.
3) Eliminasi: klien terganggu pada proses buang air kecil, kadang –
kadang lebih sering daripada biasanya, karena susah tidur dan stres.
Dapat juga terjadi konstipasi karena pola makan yang terganggu.
i. Mekanisme koping
Klien mengurangi kontak mata, memakai kata – kata yang cepat dan keras
dan menutup diri
2. Diagnosa Keperawatan
a. D.0085 Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan
persepsi, transmisi atau integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak
mampu berkomunikasi, gangguan tidur, nyeri) ditandai dengan cemas,
apatis, gelisah, halusinasi.
b. D.0109 Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas,
menurunnya daya tahan dan kekuatan ditandai dengan penurunan
kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
c. D.0143 Risiko jatuh dengan faktor risiko kekuatan otot menurun.
d. D.0062 Gangguan memori berhubungan dengan proses penuaan ditandai
dengan tidak mampu mengingat informasi factual, tidak mampu
mengingat peristiwa, tidak mampu melakukan kemampuan yang
dipelajari sebelumnya.
e. D.0064 Konfusi akut berhubungan dengan demensia ditandai dengan
kurang motivasi memulai/menyelesaikan perilaku berorientasi tujuan,
kurang motivasi memulai/menyelesaikan perilaku terarah, fluktuasi
fungsi kognitif.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 2011).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara operasional dengan sumatif
(dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan formatif (dengan proses
dan evaluasi akhir).
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7.
Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional
Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
:Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia