Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

INANITION (MALNUTRISI)

Disusun Oleh:
SAIFUL ANWAR
J.0105.19.101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR
CIMAHI
2020

LAPORAN PENDAHULUAN

SYNDROM GERIATRI : INANITION (MALNUTRISI)

1.1 Definisi
Malnutrisi adalah Suatu keadaan gizi yang buruk yang terjadi karena tidak
cukupnya asupan satu atau lebih nutrisi yang membahayakan status kesehatan (Watson,
Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC)
Gangguan gizi yang dapat terjadi karena tidak cukupnya asupan nutrient esensial
atau karena mal asimilasi. (Hincliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan, Jakarta : EGC)
Malnutrisi adalah adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi
agitasi, dan mempengaruhi fungsi kognitif / pengambilan keputusan. Gangguan nutrisi
terjadi kalau diet mengandung satu atau lebih nutrient dalam jumlah yang tidak tepat.
1.2 Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia
1. Kalori
Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal pada orang-
orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan berkurangnya massa otot
dan aktivitas. Kalori (energi) diperoleh dari lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan
protein 4 kal per gramnya. Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal dari
protein, 20% dari lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan  kalori untuk lansia
laki-laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila jumlah
kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan disimpan berupa
lemak, sehingga akan timbul obesitas. Sebaliknya, bila terlalu sedikit, maka cadangan
energi tubuh akan digunakan, sehingga tubuh akan menjadi kurus.
2. Protein
Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per hari
adalah 1 gram per kg berat badan. Pada lansia, masa ototnya berkurang. Tetapi
ternyata kebutuhan tubuhnya akan protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi
dari orang dewasa, karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein)
oleh tubuh telah berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang
efisien). Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi
proteinnya ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa. Sumber
protein yang baik diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-kacangan.
3. Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori yang
dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari konsumsi
energi) dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis (penyumbatan pembuluh darah ke
jantung). Juga dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak
jenuh (PUFA = poly unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan sumber asam
lemak tidak jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam
lemak jenuh.
4. Karbohidrat dan serat makanan
Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau
konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat makanan
telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagi
lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan
mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual secara komersial), karena dikuatirkan
konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain
terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh. Lansia dianjurkan untuk
mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan menggantinya dengan karbohidrat
kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian yang berfungsi sebagai
sumber energi dan sumber serat.
5. Vitamin dan mineral
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang mengkonsumsi
vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E umumnya kekurangan
ini terutama disebabkan dibatasinya konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan
sayuran, kekurangan mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral
kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi menyebabkan
anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu
metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara
teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat.
6. Air
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh
untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine), membantu
pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Pada
lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.

1.3 Gangguan Sistem Pencernaan Lansia


Penuaan dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan metabolisme
di sel lainnya. Proses ini menyebabkan penurunan fungsi tubuh dan perubahan
komposisi tubuh. Perubahan pada sistem pencernaan yaitu :
1. kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal desease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk, indera pengecap menurun akibat adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir, atropi indera pengecap (±80%) akibat hilangnya sensitivitas dari syaraf
pengecap di lidah terutama rasa manis, asin, asam, pahit. Sekresi air ludah berkurang
sampai kira-kira 75% sehingga mengakibatkan rongga mulut menjadi kering dan bisa
menurunkan cita rasa.
2. Esofagus melebar akibat terjadinya penuaan esofagus berupa pengerasan sfringfar
bagian bawah sehingga menjadi mengendur (relaksasi) dan mengakibatkan esofagus
melebar (presbyusofagus). Keadaan ini memperlambat pengosongan esofagus dan
tidak jarang berlanjut sebagai hernia hiatal.
3. Gangguan menelan biasanya berpangkal pada daerah presofagus tepatnya di daerah
osofaring penyebabnya tersembunyi dalam sistem saraf sentral atau akibat gangguan
neuromuskuler seperti jumlah ganglion yang menyusut sementara lapisan otot
menebal dengan manometer akan tampak tanda perlambatan pengosongan usofagus.
4. Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun). Lapisan lambung
menipis diatas 60 tahun, sekresi HCL dan pepsin berkurang, asam lambung menurun,
waktu pengosongan lambung menurun dampaknya vitamin B12 dan zat besi
menurun, peristaltic lemah dan biaanya timbul konstipasi.
5. Fungsi absopsi melemah (daya absorpsi terganggu). Berat total usus halus berkurang
diatas usia 40 tahun meskipun penyerapan zat gizi pada umumnya masih dalam batas
normal, kecuali kalsium (diatas 60 tahun) dan zat besi, liver (hati) . Penurunan enzim
hati yang terlibat dalam oksidasi dan reduksi,yang menyebabkan metabolisme obat
dan detoksifikasi zat kurang efisien.
6. Produksi saliva menurun sehingga mempengaruhi proses perubahan kompleks 
karbohidrat menjadi disakarida. Fungsi ludah sebagai pelican makanan berkurang
sehingga proses menelan menjadi sukar.
7. Keluhan-keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak di perut dan sebagainya,
seringkali disebabkan makanan yang kurang dicerna akibat berkurangnya fungsi
kelenjar pencernaan. Juga dapat disebabkan karena berkurangnya toleransi terhadap
makanan terutama yang mengandung lemak.
8. Keluhan lain yang sering dijumpai adalah konstipasi, yang disebabkan karena
kurangnya kadar selulosa, kurangnya nafsu makan bisa disebabkan karenanya
banyaknya gigi yang sudah lepas. Dengan proses menua bisa terjadi gangguan
motilits otot polos esophagus, bisa juga terjadi  refluks disease (terjadi akibat refluks
isi lambung ke esophagus), insiden ini mencapai puncak pada usia 60 – 70 tahun.
1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia
Adanya perubahan – perubahan fisik,psikologik dan social akan berakibat pada
pemenuhan nutrisi lansia. Oleh karena lansia sebagian besar mempunyai resiko
terjadinya gangguan pemenuhan nutrisi dibandingkan dengan kelompok usia yang lain,
yang disebabkan oleh beberapa factor resiko antara lain :
1. Tinggal sendiri: seseorang yang tinggal sendiri sering tidak memperdulikan tugas
memasak untuk menyediakan makanan
2. Kelemahan fisik: akibat kelemahan fisik sehinga menyebabkan kesulitan untuk
berbelanja atau memasak, mereka tidak mampu merencanakan dan menyediakan
makanannya sendiri.
3. Kehilangan: terutama terlihat pada pria lansia yang tidak pernah memasak untuk
mereka sendiri, mereka biasanya tidak memahami nilai suatu makanan yang gizinya
seimbang.
4. Depresi: menyebabkan kehilangan nafsu makan, mereka tidak mau bersusah payah
berbelanja, memasak atau memakan makanannya.
5. Pendapatan yang rendah: ketidak mampuan untuk membeli makanan yang cermat
untuk meningkatkan pengonsumsian makanan yang bergizi.
6. Penyakit saluran cerna: termasuk sakit gigi dan ulkus. Berkurangnya kemampuan
mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong, Esophagus/kerongkongan
mengalami pelebaran rasa lapar menurun, asam lambung menurun, berkurangnya
indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam,
dan pahit, gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan
konstipasi, penyerapan makanan di usus menurun
7. Penyalahgunaan alkohol: penyalah gunaan alcohol mengurangi asupan kalori atau
nonkalori seperti asupan energy dengan sedikit factor nutrisi lain.
8. Obat-obatan : lansia yang mendapatkan banyak obat dibandingkan kelompok usia
lain yang lebih muda ini berakibat buruk terhadap nutrisi lansia. Pengobatan akan
mengakibatkan kemunduran nutrisi yang semakin jauh.
1.5 Dampak Malnutrisi
Malnutrisi yang lama pada lansia akan berdampak pada kelemahan otot dan
kelelahan karena energi yang menurun. Lansia dengan mal nutrisi beresiko tinggi
terhadap terjatuh/mengalami ketidakmampuan dalam mobilisasi yang menyebabkan
cedera.
Kaum manula yang mendorong kesalahan gizi dapat dibagi menjadi 3 kelompok :
a. Malnutrisi umum
Diet tidak mengandung beberapa nutrient dalam jumlah yang memadai.
b. Defisiensi nutrient tertentu
Terjadi bila suatu makanan atau kelompok makanan tertentu tidak ada dalam diet.
Contoh : defisiensi zat besi pada manula yang keadaan gigi geliginya jelek sehingga
tidak makan daging karena kesulitan mengunyah dan konsumsi vit. C yang rendah
pada manula yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama mengalami diet
lambung.
c. Obesitas
Disebabkan oleh kebiasaan makan yang jelek sejak usia muda. Gerakan manula
yang gemuk akan menjadi lebih sulit.
1.6 Gangguan Nutrisi Pada Lansia
1. Obesitas
Keadaan badan yang amat gemuk dan berat akibat timbunan lemak yang berlebihan,
dimana kelebihan lemak tubuh melebihi dari 20% dari jumlah yang di anjurkan
untuk tinggi dan usia seseorang. Pola konsumsi yang berlebihan terutama yang
mengandung lemak, protein dan karbohidrat yang tidak sesuai dengan kebutuhan
tubuh. Pencetus berbagai seperti Hipertensi, Penyakit jantung koroner, Strok, seta
Diabetes Melitus.
2. Osteoporosis
Kondisi dimana sering disebut tulang kropos yang disebabkan oleh penurunan
densitas tulang akibat kurangnya konsumsi kalsium dalam jangka waktu yang lama.
Mencapai maksimum pada usia 35 tahun pada wanita dan 45 tahun pada pria.
3. Anemia
Kondisi dimana sel-sel darah mengandung tingkat haemoglobil yang tidak normal,
kimia yang bertugas membawa oksigen di seluruh tubuh yang disebabkan kurang Fe,
asam folat, B12 dan protein. Akibatnya akan cepat lelah, lesu, otot lemah, letih,
pucat, kesemutan, sering pusing, mata berkunang-kunang, mengantuk, HB <8 gr/dL.
4. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan di tambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makn berkurang, penglihatan
menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.
5. Kekurangan anti oksidan
Anti oksidan (banyak dijumpai dalam buah-buahan dan sayuran) mampu menangkal
efek merusak radikal bebas terhadap tubuh, sehingga konsumsi yang kurang dapat
meningkatkan resiko berbagai penyakit akibat radikal bebas, seperti serangan jantung
dan stroke, katarak, persendian hingga menurunnya penampilan fisik seperti kulit
menjadi keriput.
7. Sulit buang air besar karena pergerakan usus besar semakin lambat, makanan lambat
diolah dalam tubuh. Akibatnya, buang air besar jadi jarang.
8. Kelebihan gula dan garam
1. Garam (natrium) dapat meningkatkan tekanan darah, terutama pada orangtua
2. Makanan tinggi gula membuat tubuh mudah gemuk, meningkatkan kolesterol
dan gula darah, karena itu sebaiknya kurangi konsumsi gula dan garam
1.7 Status Gizi Pada Usia Lanjut
1. Metabolisme basal menurun, kebutuhan kalori menurun, status gizi lansia cenderung
mengalami kegemukan/obesitas
2. Aktivitas/kegiatan fisik berkurang, kalori yang dipakai sedikit, akibatnya cenderung
kegemukan/obesitas
3. Ekonomi meningkat, konsumsi makanan menjadi berlebihan, akibatnya cenderung
kegemukan/obesitas
4. Fungsi pengecap/penciuman menurun/hilang, makan menjadi tidak enak dan nafsu
makan menurun, akibatnya lansia menjadikurang gizi (kurang energi protein yang
kronis
5. Penyakit periodontal (gigi tanggal), akibatnya kesulitan makan yang berserat (sayur,
daging) dan cenderung makan makanan yang lunak (tinggi klaori), hal ini
menyebabkan lansia cenderung kegemukan/obesitas
6. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal ini mengganggu
penyerapan vitamin dan mineral, akibatnya lansia menjadi defisiensi zat-zat gizi
mikro
7. Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar, sehingga lansia
menderita wasir yang bisa menimbulkan perdarahan dan memicu terjadinya anemia
8. Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat menurunkan nafsu
makan yang menyebabkan kurang gizi dan hepatitis atau kanker hati
9. Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk menyiapkan
makanan sendiri dan menjadi kurang gizi
10. Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya nafsu makan
menurun dan menjadi kurang gizi
11. Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi menurun akibatnya
menjadi kurang gizi
12. Demensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa makan, yang dapat
menyebabkan kegemukan atau pun kurang gizi.
1.8 Penatalaksanaan
1) Memperhatikan kebutuhan gizi pada lansia. Kecukupan energy sehari yan dianjurkan
untuk pria berusia lebih tua atau sama dengan 60 tahun dengan berat badan sekitar 62
kg adalah 2200 kkal sedangkan untuk perempuan adalah 1850 kkal
2) Memperhatikan bentuk dan variasi makanan yang menarik agar tidak membosankan
(bentuk cair, bubur saring, bubur, nasi tim, nasi biasa)
3) Menambah makanan cair lain / susu bila lansia tidak bias menghabiskan makanannya
4) Bila terdapat penyakit metabolic seperti DM, gula sederhana dihindari, bila terdapat
penyakit gagal ginjal sebaliknya dipilih asam amino yang esensial.
a. Perubahan sederhana untuk memperbaiki diet bagi manula yaitu :
1) Minum satu gelas sari buah yang murni (jangan dicampuri air ataupun gula)
2) Sarapan dengan biji-bijian utuh (misalnya havermout, beras merah) dan telur setiap
pagi
3) Mengusahakan makan daging atau ikan paling tidak sekali dalam sehari
4) Minum segelas susu pada waktu akan tidur
5) Paling sedikit makan satu porsi sayuran setiap hari.
b. Terapi komplementer untuk mengatasi malnutrisi diantaranya sebagai berikut :

 Judul : Pengaruh Oral Hygiene Terhadap Malnutrisi Pada Lansia (Kajian Pustaka)
Penulis : Pindobilowo
Hasil : Secara umum penyakit gigi dan mulut yang sering terjadi pada lansia adalah
karies, penyakit jaringan periodontal, kehilangan gigi, xerostomia, dan
candidiasis. Keadaan tersebut akan menyebabkan terganggunya fungsi
pengunyahan sehingga mempengaruhi status gizi lansia. Lansia lebih memilih
makanan olahan daripada makanan yang segar dan lansia lebih sering
mengkonsumsi makanan mengandung lemak jenuh yang tinggi. Pengaruh
lainnya yang menyebabkan buruknya oral hygiene adalah diabetes mellitus,
penurunan sistem imun, defisiensi nutrisi dan pemakaian obat-obatan.
 Judul : Pemberian susu kedelai mempertahankan berat badan lansia dengan
malnutrisi.
Penulis : Armalia Nora Arlotas, Widyatuti.
Hasil : hasil dari pemberian susu kedelai dalam sepekan menunjukkan
bahwa berat badan klien dapat mempertahankan bahkan cenderung
meningkat pada 2 klien
 Judul : Efektivitas Aromaterapi Jahe Terhadap Keluhan Mual dan Muntah Pada
Pasien CA Serviks dengan Kemoterapi di RSUD Prof Dr Margono Soekarjo
Purwokerto.
Penulis : Okta wiryani 1*, Herniyatun 2 ,Kusumastuti
Hasil : Hasil uji paired t test menunjukan nilai p value 000 < 0.05 sehingga ada
perubahan keluhan mual dan muntah pada pasien ca serviks yang menjalani
kemoterapi setelah pemberian aromaterapi jahe, Penggunaan aromaterapi
jahe menghasilkan hasil positif dalam mengurangi mual muntah pasien ca
serviks yang menjalani kemoterapi
1.9 Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian Data
1. Identitas Klien
Meliputi Nama, Umur, Jenis kelamin, Status perkawinan, Alamat, Suku, Agama,
Pekerjaan/penghasilan, Pendidikan terakhir.
2. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Penyakit Atau Masalah Kesehatan Sekarang
Pada lansia mengalami masalah pada pola makan, nafsu makan berkurang, sulit
mengunyah makanan sehinngga terjadi penurunan BB pada beberapa kasus.
Selain itu klien juga sering pusing ketika ia terlalu banyak melakukan aktifitas
dan badannya terasa letih dan lemah.
 Riwayat Penyakit Atau Masalah Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang pernah diderita oleh klien tetapi masih berhubungan
dengan penyakit sekarang, misalnya : gastritis, dispepsia, DM, obesitas dll.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Berisi tentang penyakit yang pernah diderita oleh keluarga klien, baik
berhubungan dengan panyakit yang diderita oleh klien maupun penyakit
keturunan dan menular lainnya.
3. Pemeriksaan Fisik
 Pengkajian kebutuhan dasar
Kaji bagaimana pemenuhan kebutuhan dasar klien meliputi : makan,
pola tidur, BAB, BAK dan personal hygine.
 Kemandirian dalam melakuakan aktifitas
Kaji kemandirian klien dalam melakukan aktifitas apakah mandiri,
membutuhkan bantuan sebagian atau membutuhkan bantuan
sepenuhnya. Pada beberapa lansia biasanya mengalami intoleransi
aktifitas atau kegiatan fisik yang dilakukan kurang.
 Pengkajian keseimbangan
Menurut Tinenti dan Ginter (1998) ada beberapa pengkajian keseimbangan
untuk
klien lansia yaitu :
a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Instruksi :
Dudukkan klien pada kursi beralas keras dan tanpa penahan tangan,
ujilah hal-hal dibawah ini :
Keseimbangan saat duduk
1) Bersandar atau bertumpu pada kursi =0
2) Mantap, aman =1
Skor (0)
1. Bangkit berdiri
1) Tidak stabil bila tanpa bantuan =1
2) Mampu berdiri menggunakan kedua tangan untuk sokongan =1
3) Mampu berdiri tanpa dibantu sokongan lengan sendiri =2
Skor (1)
2. Upaya untuk bangkit berdiri
1) Tidak mampu tahan lama =0
2) Mampu untuk melakukan tetapi membutuhkan upaya lebih
satu kali =1
3) Mampu bangkit berdiri dengan satu kali upaya =2
Skor (2)
3. Keseimbangan setelah tiba-tiba berdiri (5 detik pertama)
1) Tidak tetap (bergoyang, menggerakkan kaki)
=0
2) Tetap stabil namun menggunakan tongkat atau penyokong
lainnya =1
3) Tetap stabil tanpa menggunakan tongkat atau penyokong
lainnya=2
Skor (2)
4. Keseimbangan saat berdiri
1) Tidak stabil =0
2) Tetap stabil namun dengan kedudukan kaki yang lebar atau
menggunakan alat bantu =1
3) Kedudukan kaki yang sempit dan tidak memerlukan alat
penyokong =2
Skor (2)
5. Pertahankan akan keseimbangan diri (kaki pasien berposisi
serapat mungkin dan dorong lembut area sternum sebanyak 3
kali)
1) Mulai terjatuh =0
2) Bergoyang dan menggapai-gapai namun akhirnya mendapat
keseimbangan =1
3) Tetap stabil =2
Skor (2)
6. Mata tertutup (dengan posisi sama dengan nomor 6)
1) Tidak stabil =0
2) Stabil =1
Skor (1)
7. Upaya untuk duduk
1) Tidak aman (salah pikiran mengenai jauhnya jarak
atau terjatuh ke atas kursi) =0
2) Mempergunakan tangan =1
3) Gerakan yang halus serta aman =2
Skor (1)
b. Komponen gaya jalan atau gerakan
Instruksi :
Pasien berdiri bersama dengan pasien kemudian berjalan dalam
lorong atau menyebrangi ruangan, pertama dengan irama yang
perlahan kemudian pada saat balik dengan irama yang cepat.
Dapat digunakan tongkat bila pasien biasanya menggunakannya.
Ayunan kaki kanan
a. Permulaan gaya berjalan
1) Terdapat keraguan atau beberapa gaya untuk memulainya
=0
2) Tidak ada keraguan =1
Skor : 0
b. Panjangnya langkah dan tinggi tubuh pasien
1) Tidak dapat melewati kaki kiri saat melangkah =0
2) Ayunan langkah melewati kaki kiri =1
3) Tidak mampu menjejakkan kaki seluruhnya =0
4) Dapat menjejakkan kaki seluruhnya =1
Skor : 1
Ayunan kaki kiri
1) Tidak dapat melewati kaki kanan saat melangkah =0
2) Ayunan langkah melewati kaki kanan =1
3) Tidak mampu menjejakkan kaki seluruhnya =0
4) Dapat menjejakkan kaki seluruhnya =1
Skor : 2
c. Kesimetrisan langkah
1) Langkah kaki kiri dan kanan tidak sebanding =0
2) Langkah kaki kiri dan kanan seimbang =1
Skor : 1
d. Keberlanjutan langkah
1) Berhenti atau tidak dapat melanjutkan langkah berikutnya =0
2) Langkah-langkah yang diayunkan tampak berkesimbungan
=1
Skor : 1
e. Jalur berjalan
1) Ada penyimpangan =0
2) Penyimpangan langkah ringan atau menengah atau klien
menggunakan tongkat penyokong =1
3) Berjalan lurus tanpa adanya alat bantu =2
Skor : 2
f. Bagian torso tubuh
1) Adanya gerakan mengayun atau klien menggunakan alat
penyokong =0
2) Tidak terjadi gerakan mengayun namun terjadi fleksi lutut
atau perentangan saat berjalan =0
3) Tidak terjadi gerakan mengayun, penggunaan lengan atau
alat sokong =2
Skor : 0
g. Pertahankan keseimbangan saat berjalan
1) Tumit-tumit terpisah =0
2) Tumit-tumit hampir bersentuhan saat berjalan =1
Skor : 0
Total Skor : 19

Interprestasi hasil :
0-8 = Resiko jatuh tinggi
9-18 = Resiko jatuh sedang
19-22 = Resiko jatuh rendah
Kesimpulan : Resiko Jatuh sedang
 Tanda-tanda Vital
TD, Nadi, Suhu, RR , TB, pada klien lansia BB : Biasanya terjadi
perubahan berat badan. Difokuskan pada kehilangan atau pertambahan
berat badan saat ini
 Pemeriksaan Per Sistem
A. Sistem Pernafasan
Anamnesa : pada beberapa lansia biasanya ada yang memiliki gangguan
pada sistem pernafasan seperti asma, batuk, dll.
Hidung
Inspeksi : ada/tidak ada pernafasan cuping hidung, ada/tidak ada
secret/ingus, ada/tidak ada pemberian O2 melalui nasal/masker.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada fraktur tulang nasal
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir pucat dan kering/lembab, ada/tidak
menggunakan alat bantu nafas ETT
Leher
Inspeksi : bentuk leher normal dan simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada
pembesaran kalenjer tiroid
Faring
Inspeksi : tidak ada kemerahan dan tanda-tanda infeksi/oedem
Area Dada
Inspeksi :ada/ tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, pergerakan
dada simetris, bentuk dada normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada kelainan pada
dinding thorax.
Perkusi : bunyi paru sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : suara nafas vesikuler
B. Kardiovaskuler Dan Limfe 
Anamnesa :
Wajah
Inspeksi : pucat dan konjungtiva anemis
Leher
Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Dada
Inspeksi : bentuk dada normal dan simetris
Palpasi : tidak ada pembesaran ictus cordis
Perkusi : adanya bunyi redup pada batas jantung dan tidak
terjadi pelebaran atau pengecilan
Auskultasi : bunyi jantung normal
Ekstermitas atas
Inspeksi : perfusi merah, tidak ada sianosis dan clubbing finger
Palpasi : suhu akral hangat
Ekstermitas bawah
Inspeksi : perfusi merah, tidak ada sianosis dan clubbing finger
Palpasi : suhu akral hangat
C. Persyarafan
Anamnesa : pada beberapa lansia biasanya mengalami gangguan pada
uji nervus olfakturius, akustikus dan vagus.
D. Perkemihan-Eliminasi Uri
Anamnesa : Pada lansia dengan DM biasanya akan mengalami poliuria
E. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa : pada lansia biasanya nafsu makan menurun, pola makan
tidak teratur, porsi makan dan minum tidak sesuai, mual muntah,
distensi, disfagia, gangguan defekasi (konstipasi), pola BAB tidak teratur
dan perubahan berat badan (penurunan/pertambahan)
Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir pucat dan kering/lembab, jumlah gigi sudah
tidak lengkap
(ompong), kerusakan pada gigi, karises dan radang pada gusi.
Palpasi : ada/Tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut,
Lidah
Inspeksi : Bentuk simetris, ada/tidak stomatitis
Palpasi : ada/Tidak ada nyeri tekan dan edema.
Abdomen
Inspeksi : ada/tidak terdapat pembesaran abdomen (distensi abdomen).
Auakultasi : peristaltic usus
Perkusi : hipertympani/timpani
Palpasi
Kuadran I
Hepar ada/tidak terdapat hepatomegali dan nyeri tekan
Kuadran II
Gaster ada/tidak ada nyeri tekan abdomen dan ada/ tidak terdapat
distensi abdomen
Kuadran III
Tidak ada massa dan nyeri tekan
Kuadran IV
Tidak ada nyeri tekan pada titik Mc Burney
F. Sistem Muskuloskeletal Dan Integumen
Anamnesa : intoleransi aktifitas, pada beberapa lansi biasanya bentuk
tulang belakang lordosis/skoliosis
Warna Kulit
Tidak elastis dan turgor kulit menurun (kering)

G. Sistem Endokrin dan Eksokrin


Anamnesa : Pada lansia dengan DM terdapat riwayat
(3P:poliuri,polifagia,polidipsia), lemah, kesulitan menelan, perubahan
BB.
Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala normal, tampak pada rambut sudah mengalami
penurunan fungsi pigmentasi (rambut beruban), rambut kepala mulai
jarang (mengalami kerontokan).
Leher
Inspeksi : bentuk leher simetris.
Palpasi : tidak ada pembesaran kalenjar tyyroid, dan tidak ada nyeri
tekan.
H. Persepsi Sensori
Anamnesa : pada lansia biasanya mengalami gangguan penglihatan,
penurunan pendengaran, mata berkunang-kunang.
Mata
Inspeksi : kekeruhan pada lensa
Palpasi : ada/tidak ada nyeri dan ada/ tidak ada pembengkakan kelopak
mata
Penciuman-(hidung)
Palpasi :ada/tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri tekan
1.6 Pengkajian Psikososial
 Pengkajian Status Mental Lansia
a.Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short
Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
Instruksi :
 Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.
 Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan
Benar Salah No Pertanyaan
√ 01 Tanggal berapa hari ini ?
√ 02 Hari apa sekarang ini ?
√ 03 Apa nama tempat ini ?
√ 04 Dimana alamat anda ?
√ 05 Berapa umur anda ?
√ 06 Kapan anda lahir ? (Minimal tahun lahir)
√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang ?
√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
√ 09 Siapa nama ibu anda ?
√ 10 Kurang 3 dari 20 dan tetap dikurangi 3 dari setiap
angka baru, semua secara menurun
7 3
Score total : 7
Interprestasi hasil :
1. Salah 0-3 = Frekuensi intelektual utuh
2. Salah 4-5 = Frekuensi intelektual ringan
3. Salah 6-8 = Frekuensi intelektual sedang
4. Salah 9-10 = Frekuensi intelektual berat
Kesimpulan :
SPSMQ = Intelektual utuh
b. Indentifikasi Aspek Kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan Mini
Mental Status Exam (MMSE)
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
kognitif maksimum klien
1 Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar
a. Tahun
b. Musim
c. Tanggal
d. Hari
e. Bulan
Orientasi 5 5 Dimanakah kita sekarang?
a. Negara Indonesia
b. Propinsi Bengkulu
c. Kota Bengkulu
d. Kecamatan....
e. Rumah.....
2 Registrasi 5 5 Sebutkan nama objek (oleh
pemeriksa) 1 untuk mengatakan
masing-masing objek kemudian
tanyakan kepada klien ketiga objek
tadi (untuk disebutkan)
a. Objek……..
b. Objek……..
c. Objek……..
3 Perhatian 5 3 Minta klien untuk memulai dari
dan angka 100 kemudian di kurangi 7
kalkulasi sampai 5 kali/ tingkat
a. 93
b. 86
c. 79
d. 72
e. 65
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga objek pada no. 2 (regitrasi)
tadi, bila benar 1 point untuk
masing-masing objek
5 Bahasa 9 2 Tunjukkan pada klien suatu benda
dan tanyakan namanya pada klien
a. (misal jam tangan)
b (misal pensil)
0 Minta klien untuk mengulang kata
berikut :
“Tak ada jika, dan, atau, tetapi” Bila
benar, nilai satu poin.
c. Pernyataan benar 2 buah : tak
ada, tetapi
5 Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri dari :
“Ambil kertas tangan anda, lipat
dua dan taruh di lantai”
d. Ambil kertas ditangan anda
e. lipat dua
f. taruh dilantai
perintah klien untuk hal berikut
(bila aktivitas sesuai perintah nilai
satu point)
g. tutup mata anda
perintah klien untuk menulis satu
kalimat dan menyalin gambar
h. tulis satu kalimat
i. Menyalin gambar
Total : 24
Interpensi hasil :
> 23 : Aspek kognitif dari fungsi baik
< 23: Terdapat kerusakan aspek fungsi mental
Kesimpulan:
MMSE = Aspek kognitif dari fungsi baik.
c. Identifikasi masalah emosional (Geriartic Depresion Scale/GDS)
P er ta ny aa n t ah ap I
1. Apakah klien mengalami sukar tidur?
Jawaban : Tidak
2. Apakah klien sering merasa gelisah?
Jawaban : Tidak
3. Apakah klien sering murung atau menangis sendiri?
Jawaban : Tidak
4. Apakah klien sering was-was atau kuatir?
Jawaban : Tidak
Jawaban : Ya > 1 Lanjut pertanyaan tahap II
Ya < 1 Pertanyaan hanya pada tahap I
Kesimpulan :
Masalah emosional positif (+)
 Pengkajian Status Sosial
Pada beberapa lansia yang tinggal seorang diri baik karena tempat tinggalnya terpisah
dengan anaknya atau pasangannya telah meninggal mungkin lebih beresiko merasa
depresi dan kesepian.
 Pengkajian Prilaku Terhadap Kesehatan
Kaji kebiasaan merokok klien, penggunaan alkohol atau Penggunaan obat-obatan tanpa
resep yang bisa mempengaruhi kebutuhan nutrisi pasien
 Pengkajian Lingkungan
Kaji keadaan serta suasana rumah klien, sanitasi serta factor-faktor resiko yang ada
dilingkungan klien.
 Pemanfaatan Layanan Kesehatan
Kaji apakah klien sering datang untuk kunjungan keposyandu lansia, kunjungan
kepuskesmas atau rumah sakit atau dokter atau tenaga kesehatan dan apakah klien
memliki pembiayaan kesehatan atau asuransi kesehatan
 Tingkat Pengetahuan/Sikap
Kaji bagaimana tingkat pengetahuan klien tentang kesehatan atau keperawatan dan sikap
klien tentang kesehatan atau keperawatan

II. ANALISA DATA


NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. S: Pemasukan nutrisi Ketidakseimbangan
Biasanya klien mengeluh : yang tidak adekuat nutrisi kurang dari
- Nafsu makan menurun kebutuhan tubuh
- Sulit menelan
- Perut kembung/rasa tidak enak
pada perut
- Mual muntah
- Letih dan lemah
O:
- Penurunan berat badan
- Gigi tdak lengkap
- Sariawan
- Membrane mukosa pucat
- Bising usus hiperaktif
- Konstipasi

2. Intake nutrisi yang Ketidakseimbangan


S: berlebihan nutrisi lebih dari
Biasanya klien mengeluh : kebutuhan tubuh
- Konsumsi makanan yang
berlebihan
- Kesulitan makan yang berserat
(sayur dan buah)
- Cenderung makan makanan yang
lunak (tinggi klaori)
- Kegiatan fisik berkurang
O:
- Pertambahan berat badan
- Gigi tidak lengkap
- Obesitas
- konstipasi
III. INTERVENSI

Inisial Pasien :

Tanggal :

Diagnosa Keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh

NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUTCOME INDICATOR
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
pasien teratasi dengan kriteria hasil:
Manajemen Nutrisi Kaji : - Nafsu makan - Keinginan makan (5)
Definisi : - Makanan kesukaan (5)
- Periksa apakah pasien mempunyai
Panduan atau penyediaan - Masukan makanan (5)
alergi makanan
- Masukan nutrisi (5)
asupan makanan dan cairan - Pastikan kesukaan makanan pasien
untuk diet seimbang. - Monitor catatan asupan nutrisi dan
kalori - Status nutrisi : masukan - Masukan kalori (5)
- Tentukan kemampuan pasien untuk nutrisi - Masukan protein (5)
mendapatkan kebutuhan nutrisinya - Masukan karbonhidrat (5)
- Masukan vitamin (5)
- Monitor catatan asupan nutrisi dan
- Masukan mineral (5)
kalori

- Izinkan diet sebagai gaya hidup - Status Nutrisi: Intake - Intake makanan di mulut (5)
Makanan dan Cairan
pasien, sesuai kebutuhan - Intake di saluran makanan (4)
- Intake cairan di mulut (4)
HE :

- Anjurkan asupan kalori sesuai untuk - Status Nutrisi: Intake


tipe tubuh dan gaya hidup Nutrisi - Intake kalori (5)
- Anjurkan asupan makanan zat besi - Intake ptotein (5)
yang meningkat sesuai kebutuhan - Intake lemak (5)
- Anjurkan asupan protein zat besi dan - Intake karbohidrat (5)
vitamin C yang meningkat sesuai - Intake vitamin (5)
kebutuhan
- Intake kalsium (5)
- Ajarkan pasien bagaimana menjaga
makanan hariannya , sesuai kebutuhan. - Pengontrolan Berat
- Kontrol berat badan (5)
Badan
- Berikan informasi yang sesuai tentang - Mempertahankan intake
kebutuhan nutrisi dan bagaimana
kalorioptimal harian (5)
mendapatkannya
- Menyeimbangkan latihan dengan
- Yakinkan bahwa diet terdiri dari intake kalori (4)
tinggi serat untuk mencegah - Memilih nutrisi makanan dan snack
konstipasi. (4)
Mandiri : - Mempertahankan pola makan yang
dianjurkan (5)
- Berikan pasien makanan tinggi protein,
kalori, makanan-makanan yang bergizi
dan minuman yang dapat mulai
dikonsumsi, sesuai kebutuhan
- Timbang pasien dengan interval yang
sesuai

Berikan pengganti gula sesuai


kebutuhan

Kolaborasi :

- Pertimbangkan dalam hubungannya


dengan ahli gizi, sesuai kebutuhan,
jumlah kalori dan tipe nutrisi yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi
DAFTAR PUSTAKA

Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC


Hincliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan, Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai