INANITION (MALNUTRISI)
Disusun Oleh:
SAIFUL ANWAR
J.0105.19.101
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Malnutrisi adalah Suatu keadaan gizi yang buruk yang terjadi karena tidak
cukupnya asupan satu atau lebih nutrisi yang membahayakan status kesehatan (Watson,
Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC)
Gangguan gizi yang dapat terjadi karena tidak cukupnya asupan nutrient esensial
atau karena mal asimilasi. (Hincliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan, Jakarta : EGC)
Malnutrisi adalah adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi
agitasi, dan mempengaruhi fungsi kognitif / pengambilan keputusan. Gangguan nutrisi
terjadi kalau diet mengandung satu atau lebih nutrient dalam jumlah yang tidak tepat.
1.2 Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia
1. Kalori
Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal pada orang-
orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan berkurangnya massa otot
dan aktivitas. Kalori (energi) diperoleh dari lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan
protein 4 kal per gramnya. Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal dari
protein, 20% dari lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan kalori untuk lansia
laki-laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila jumlah
kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan disimpan berupa
lemak, sehingga akan timbul obesitas. Sebaliknya, bila terlalu sedikit, maka cadangan
energi tubuh akan digunakan, sehingga tubuh akan menjadi kurus.
2. Protein
Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per hari
adalah 1 gram per kg berat badan. Pada lansia, masa ototnya berkurang. Tetapi
ternyata kebutuhan tubuhnya akan protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi
dari orang dewasa, karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein)
oleh tubuh telah berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang
efisien). Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi
proteinnya ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa. Sumber
protein yang baik diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-kacangan.
3. Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori yang
dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari konsumsi
energi) dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis (penyumbatan pembuluh darah ke
jantung). Juga dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak
jenuh (PUFA = poly unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan sumber asam
lemak tidak jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam
lemak jenuh.
4. Karbohidrat dan serat makanan
Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau
konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat makanan
telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagi
lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan
mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual secara komersial), karena dikuatirkan
konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain
terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh. Lansia dianjurkan untuk
mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan menggantinya dengan karbohidrat
kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian yang berfungsi sebagai
sumber energi dan sumber serat.
5. Vitamin dan mineral
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang mengkonsumsi
vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E umumnya kekurangan
ini terutama disebabkan dibatasinya konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan
sayuran, kekurangan mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral
kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi menyebabkan
anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu
metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara
teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat.
6. Air
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh
untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine), membantu
pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Pada
lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.
Judul : Pengaruh Oral Hygiene Terhadap Malnutrisi Pada Lansia (Kajian Pustaka)
Penulis : Pindobilowo
Hasil : Secara umum penyakit gigi dan mulut yang sering terjadi pada lansia adalah
karies, penyakit jaringan periodontal, kehilangan gigi, xerostomia, dan
candidiasis. Keadaan tersebut akan menyebabkan terganggunya fungsi
pengunyahan sehingga mempengaruhi status gizi lansia. Lansia lebih memilih
makanan olahan daripada makanan yang segar dan lansia lebih sering
mengkonsumsi makanan mengandung lemak jenuh yang tinggi. Pengaruh
lainnya yang menyebabkan buruknya oral hygiene adalah diabetes mellitus,
penurunan sistem imun, defisiensi nutrisi dan pemakaian obat-obatan.
Judul : Pemberian susu kedelai mempertahankan berat badan lansia dengan
malnutrisi.
Penulis : Armalia Nora Arlotas, Widyatuti.
Hasil : hasil dari pemberian susu kedelai dalam sepekan menunjukkan
bahwa berat badan klien dapat mempertahankan bahkan cenderung
meningkat pada 2 klien
Judul : Efektivitas Aromaterapi Jahe Terhadap Keluhan Mual dan Muntah Pada
Pasien CA Serviks dengan Kemoterapi di RSUD Prof Dr Margono Soekarjo
Purwokerto.
Penulis : Okta wiryani 1*, Herniyatun 2 ,Kusumastuti
Hasil : Hasil uji paired t test menunjukan nilai p value 000 < 0.05 sehingga ada
perubahan keluhan mual dan muntah pada pasien ca serviks yang menjalani
kemoterapi setelah pemberian aromaterapi jahe, Penggunaan aromaterapi
jahe menghasilkan hasil positif dalam mengurangi mual muntah pasien ca
serviks yang menjalani kemoterapi
1.9 Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian Data
1. Identitas Klien
Meliputi Nama, Umur, Jenis kelamin, Status perkawinan, Alamat, Suku, Agama,
Pekerjaan/penghasilan, Pendidikan terakhir.
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit Atau Masalah Kesehatan Sekarang
Pada lansia mengalami masalah pada pola makan, nafsu makan berkurang, sulit
mengunyah makanan sehinngga terjadi penurunan BB pada beberapa kasus.
Selain itu klien juga sering pusing ketika ia terlalu banyak melakukan aktifitas
dan badannya terasa letih dan lemah.
Riwayat Penyakit Atau Masalah Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang pernah diderita oleh klien tetapi masih berhubungan
dengan penyakit sekarang, misalnya : gastritis, dispepsia, DM, obesitas dll.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Berisi tentang penyakit yang pernah diderita oleh keluarga klien, baik
berhubungan dengan panyakit yang diderita oleh klien maupun penyakit
keturunan dan menular lainnya.
3. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian kebutuhan dasar
Kaji bagaimana pemenuhan kebutuhan dasar klien meliputi : makan,
pola tidur, BAB, BAK dan personal hygine.
Kemandirian dalam melakuakan aktifitas
Kaji kemandirian klien dalam melakukan aktifitas apakah mandiri,
membutuhkan bantuan sebagian atau membutuhkan bantuan
sepenuhnya. Pada beberapa lansia biasanya mengalami intoleransi
aktifitas atau kegiatan fisik yang dilakukan kurang.
Pengkajian keseimbangan
Menurut Tinenti dan Ginter (1998) ada beberapa pengkajian keseimbangan
untuk
klien lansia yaitu :
a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Instruksi :
Dudukkan klien pada kursi beralas keras dan tanpa penahan tangan,
ujilah hal-hal dibawah ini :
Keseimbangan saat duduk
1) Bersandar atau bertumpu pada kursi =0
2) Mantap, aman =1
Skor (0)
1. Bangkit berdiri
1) Tidak stabil bila tanpa bantuan =1
2) Mampu berdiri menggunakan kedua tangan untuk sokongan =1
3) Mampu berdiri tanpa dibantu sokongan lengan sendiri =2
Skor (1)
2. Upaya untuk bangkit berdiri
1) Tidak mampu tahan lama =0
2) Mampu untuk melakukan tetapi membutuhkan upaya lebih
satu kali =1
3) Mampu bangkit berdiri dengan satu kali upaya =2
Skor (2)
3. Keseimbangan setelah tiba-tiba berdiri (5 detik pertama)
1) Tidak tetap (bergoyang, menggerakkan kaki)
=0
2) Tetap stabil namun menggunakan tongkat atau penyokong
lainnya =1
3) Tetap stabil tanpa menggunakan tongkat atau penyokong
lainnya=2
Skor (2)
4. Keseimbangan saat berdiri
1) Tidak stabil =0
2) Tetap stabil namun dengan kedudukan kaki yang lebar atau
menggunakan alat bantu =1
3) Kedudukan kaki yang sempit dan tidak memerlukan alat
penyokong =2
Skor (2)
5. Pertahankan akan keseimbangan diri (kaki pasien berposisi
serapat mungkin dan dorong lembut area sternum sebanyak 3
kali)
1) Mulai terjatuh =0
2) Bergoyang dan menggapai-gapai namun akhirnya mendapat
keseimbangan =1
3) Tetap stabil =2
Skor (2)
6. Mata tertutup (dengan posisi sama dengan nomor 6)
1) Tidak stabil =0
2) Stabil =1
Skor (1)
7. Upaya untuk duduk
1) Tidak aman (salah pikiran mengenai jauhnya jarak
atau terjatuh ke atas kursi) =0
2) Mempergunakan tangan =1
3) Gerakan yang halus serta aman =2
Skor (1)
b. Komponen gaya jalan atau gerakan
Instruksi :
Pasien berdiri bersama dengan pasien kemudian berjalan dalam
lorong atau menyebrangi ruangan, pertama dengan irama yang
perlahan kemudian pada saat balik dengan irama yang cepat.
Dapat digunakan tongkat bila pasien biasanya menggunakannya.
Ayunan kaki kanan
a. Permulaan gaya berjalan
1) Terdapat keraguan atau beberapa gaya untuk memulainya
=0
2) Tidak ada keraguan =1
Skor : 0
b. Panjangnya langkah dan tinggi tubuh pasien
1) Tidak dapat melewati kaki kiri saat melangkah =0
2) Ayunan langkah melewati kaki kiri =1
3) Tidak mampu menjejakkan kaki seluruhnya =0
4) Dapat menjejakkan kaki seluruhnya =1
Skor : 1
Ayunan kaki kiri
1) Tidak dapat melewati kaki kanan saat melangkah =0
2) Ayunan langkah melewati kaki kanan =1
3) Tidak mampu menjejakkan kaki seluruhnya =0
4) Dapat menjejakkan kaki seluruhnya =1
Skor : 2
c. Kesimetrisan langkah
1) Langkah kaki kiri dan kanan tidak sebanding =0
2) Langkah kaki kiri dan kanan seimbang =1
Skor : 1
d. Keberlanjutan langkah
1) Berhenti atau tidak dapat melanjutkan langkah berikutnya =0
2) Langkah-langkah yang diayunkan tampak berkesimbungan
=1
Skor : 1
e. Jalur berjalan
1) Ada penyimpangan =0
2) Penyimpangan langkah ringan atau menengah atau klien
menggunakan tongkat penyokong =1
3) Berjalan lurus tanpa adanya alat bantu =2
Skor : 2
f. Bagian torso tubuh
1) Adanya gerakan mengayun atau klien menggunakan alat
penyokong =0
2) Tidak terjadi gerakan mengayun namun terjadi fleksi lutut
atau perentangan saat berjalan =0
3) Tidak terjadi gerakan mengayun, penggunaan lengan atau
alat sokong =2
Skor : 0
g. Pertahankan keseimbangan saat berjalan
1) Tumit-tumit terpisah =0
2) Tumit-tumit hampir bersentuhan saat berjalan =1
Skor : 0
Total Skor : 19
Interprestasi hasil :
0-8 = Resiko jatuh tinggi
9-18 = Resiko jatuh sedang
19-22 = Resiko jatuh rendah
Kesimpulan : Resiko Jatuh sedang
Tanda-tanda Vital
TD, Nadi, Suhu, RR , TB, pada klien lansia BB : Biasanya terjadi
perubahan berat badan. Difokuskan pada kehilangan atau pertambahan
berat badan saat ini
Pemeriksaan Per Sistem
A. Sistem Pernafasan
Anamnesa : pada beberapa lansia biasanya ada yang memiliki gangguan
pada sistem pernafasan seperti asma, batuk, dll.
Hidung
Inspeksi : ada/tidak ada pernafasan cuping hidung, ada/tidak ada
secret/ingus, ada/tidak ada pemberian O2 melalui nasal/masker.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada fraktur tulang nasal
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir pucat dan kering/lembab, ada/tidak
menggunakan alat bantu nafas ETT
Leher
Inspeksi : bentuk leher normal dan simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada
pembesaran kalenjer tiroid
Faring
Inspeksi : tidak ada kemerahan dan tanda-tanda infeksi/oedem
Area Dada
Inspeksi :ada/ tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, pergerakan
dada simetris, bentuk dada normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada kelainan pada
dinding thorax.
Perkusi : bunyi paru sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : suara nafas vesikuler
B. Kardiovaskuler Dan Limfe
Anamnesa :
Wajah
Inspeksi : pucat dan konjungtiva anemis
Leher
Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Dada
Inspeksi : bentuk dada normal dan simetris
Palpasi : tidak ada pembesaran ictus cordis
Perkusi : adanya bunyi redup pada batas jantung dan tidak
terjadi pelebaran atau pengecilan
Auskultasi : bunyi jantung normal
Ekstermitas atas
Inspeksi : perfusi merah, tidak ada sianosis dan clubbing finger
Palpasi : suhu akral hangat
Ekstermitas bawah
Inspeksi : perfusi merah, tidak ada sianosis dan clubbing finger
Palpasi : suhu akral hangat
C. Persyarafan
Anamnesa : pada beberapa lansia biasanya mengalami gangguan pada
uji nervus olfakturius, akustikus dan vagus.
D. Perkemihan-Eliminasi Uri
Anamnesa : Pada lansia dengan DM biasanya akan mengalami poliuria
E. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa : pada lansia biasanya nafsu makan menurun, pola makan
tidak teratur, porsi makan dan minum tidak sesuai, mual muntah,
distensi, disfagia, gangguan defekasi (konstipasi), pola BAB tidak teratur
dan perubahan berat badan (penurunan/pertambahan)
Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir pucat dan kering/lembab, jumlah gigi sudah
tidak lengkap
(ompong), kerusakan pada gigi, karises dan radang pada gusi.
Palpasi : ada/Tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut,
Lidah
Inspeksi : Bentuk simetris, ada/tidak stomatitis
Palpasi : ada/Tidak ada nyeri tekan dan edema.
Abdomen
Inspeksi : ada/tidak terdapat pembesaran abdomen (distensi abdomen).
Auakultasi : peristaltic usus
Perkusi : hipertympani/timpani
Palpasi
Kuadran I
Hepar ada/tidak terdapat hepatomegali dan nyeri tekan
Kuadran II
Gaster ada/tidak ada nyeri tekan abdomen dan ada/ tidak terdapat
distensi abdomen
Kuadran III
Tidak ada massa dan nyeri tekan
Kuadran IV
Tidak ada nyeri tekan pada titik Mc Burney
F. Sistem Muskuloskeletal Dan Integumen
Anamnesa : intoleransi aktifitas, pada beberapa lansi biasanya bentuk
tulang belakang lordosis/skoliosis
Warna Kulit
Tidak elastis dan turgor kulit menurun (kering)
Inisial Pasien :
Tanggal :
Diagnosa Keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUTCOME INDICATOR
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
pasien teratasi dengan kriteria hasil:
Manajemen Nutrisi Kaji : - Nafsu makan - Keinginan makan (5)
Definisi : - Makanan kesukaan (5)
- Periksa apakah pasien mempunyai
Panduan atau penyediaan - Masukan makanan (5)
alergi makanan
- Masukan nutrisi (5)
asupan makanan dan cairan - Pastikan kesukaan makanan pasien
untuk diet seimbang. - Monitor catatan asupan nutrisi dan
kalori - Status nutrisi : masukan - Masukan kalori (5)
- Tentukan kemampuan pasien untuk nutrisi - Masukan protein (5)
mendapatkan kebutuhan nutrisinya - Masukan karbonhidrat (5)
- Masukan vitamin (5)
- Monitor catatan asupan nutrisi dan
- Masukan mineral (5)
kalori
- Izinkan diet sebagai gaya hidup - Status Nutrisi: Intake - Intake makanan di mulut (5)
Makanan dan Cairan
pasien, sesuai kebutuhan - Intake di saluran makanan (4)
- Intake cairan di mulut (4)
HE :
Kolaborasi :