Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

INANITION (MALNUTRISI)

Disusun Oleh:
AKBAR FEBRIYANTO
2021207209166

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG TAHUN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

SYNDROM GERIATRI : INANITION (MALNUTRISI)

1.1 Definisi
Malnutrisi adalah Suatu keadaan gizi yang buruk yang terjadi karena tidak
cukupnya asupan satu atau lebih nutrisi yang membahayakan status kesehatan (Watson,
Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC)
Gangguan gizi yang dapat terjadi karena tidak cukupnya asupan nutrient esensial
atau karena mal asimilasi. (Hincliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan, Jakarta : EGC)
Malnutrisi adalah adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi
agitasi, dan mempengaruhi fungsi kognitif / pengambilan keputusan. Gangguan nutrisi
terjadi kalau diet mengandung satu atau lebih nutrient dalam jumlah yang tidak tepat.

1.2 Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia


1. Kalori
Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal pada orang-
orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan berkurangnya massa otot
dan aktivitas. Kalori (energi) diperoleh dari lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan
protein 4 kal per gramnya. Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal dari
protein, 20% dari lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan kalori untuk lansia
laki-laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila jumlah
kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan disimpan berupa
lemak, sehingga akan timbul obesitas. Sebaliknya, bila terlalu sedikit, maka cadangan
energi tubuh akan digunakan, sehingga tubuh akan menjadi kurus.
2. Protein
Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per hari
adalah 1 gram per kg berat badan. Pada lansia, masa ototnya berkurang. Tetapi ternyata
kebutuhan tubuhnya akan protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang
dewasa, karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh
tubuh telah berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien).
Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi proteinnya
ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa. Sumber protein yang baik
diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-kacangan.
3. Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori yang
dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari konsumsi
energi) dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis (penyumbatan pembuluh darah ke
jantung). Juga dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak
jenuh (PUFA = poly unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan sumber asam
lemak tidak jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam
lemak jenuh.
4. Karbohidrat dan serat makanan
Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau
konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat makanan
telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagi
lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan
mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual secara komersial), karena dikuatirkan
konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain
terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh. Lansia dianjurkan untuk
mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan menggantinya dengan karbohidrat
kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian yang berfungsi sebagai
sumber energi dan sumber serat.
5. Vitamin dan mineral
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang mengkonsumsi
vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E umumnya kekurangan
ini terutama disebabkan dibatasinya konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan
sayuran, kekurangan mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral
kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi menyebabkan
anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu
metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara
teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat.
6. Air
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh
untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine), membantu
pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Pada
lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.

1.3 Gangguan Sistem Pencernaan Lansia


Penuaan dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan metabolisme
di sel lainnya. Proses ini menyebabkan penurunan fungsi tubuh dan perubahan
komposisi tubuh. Perubahan pada sistem pencernaan yaitu :
1. kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal desease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk, indera pengecap menurun akibat adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir, atropi indera pengecap (±80%) akibat hilangnya sensitivitas dari syaraf
pengecap di lidah terutama rasa manis, asin, asam, pahit. Sekresi air ludah berkurang
sampai kira-kira 75% sehingga mengakibatkan rongga mulut menjadi kering dan bisa
menurunkan cita rasa.
2. Esofagus melebar akibat terjadinya penuaan esofagus berupa pengerasan sfringfar
bagian bawah sehingga menjadi mengendur (relaksasi) dan mengakibatkan esofagus
melebar (presbyusofagus). Keadaan ini memperlambat pengosongan esofagus dan
tidak jarang berlanjut sebagai hernia hiatal.
3. Gangguan menelan biasanya berpangkal pada daerah presofagus tepatnya di daerah
osofaring penyebabnya tersembunyi dalam sistem saraf sentral atau akibat gangguan
neuromuskuler seperti jumlah ganglion yang menyusut sementara lapisan otot
menebal dengan manometer akan tampak tanda perlambatan pengosongan usofagus.
4. Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun). Lapisan lambung menipis
diatas 60 tahun, sekresi HCL dan pepsin berkurang, asam lambung menurun, waktu
pengosongan lambung menurun dampaknya vitamin B12 dan zat besi menurun,
peristaltic lemah dan biaanya timbul konstipasi.
5. Fungsi absopsi melemah (daya absorpsi terganggu). Berat total usus halus berkurang
diatas usia 40 tahun meskipun penyerapan zat gizi pada umumnya masih dalam batas
normal, kecuali kalsium (diatas 60 tahun) dan zat besi, liver (hati) . Penurunan enzim
hati yang terlibat dalam oksidasi dan reduksi,yang menyebabkan metabolisme obat
dan detoksifikasi zat kurang efisien.
6. Produksi saliva menurun sehingga mempengaruhi proses perubahan kompleks
karbohidrat menjadi disakarida. Fungsi ludah sebagai pelican makanan berkurang
sehingga proses menelan menjadi sukar.
7. Keluhan-keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak di perut dan sebagainya,
seringkali disebabkan makanan yang kurang dicerna akibat berkurangnya fungsi
kelenjar pencernaan. Juga dapat disebabkan karena berkurangnya toleransi terhadap
makanan terutama yang mengandung lemak.
8. Keluhan lain yang sering dijumpai adalah konstipasi, yang disebabkan karena
kurangnya kadar selulosa, kurangnya nafsu makan bisa disebabkan karenanya
banyaknya gigi yang sudah lepas. Dengan proses menua bisa terjadi gangguan
motilits otot polos esophagus, bisa juga terjadi refluks disease (terjadi akibat refluks
isi lambung ke esophagus), insiden ini mencapai puncak pada usia 60 – 70 tahun.

1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia


Adanya perubahan – perubahan fisik,psikologik dan social akan berakibat pada
pemenuhan nutrisi lansia. Oleh karena lansia sebagian besar mempunyai resiko
terjadinya gangguan pemenuhan nutrisi dibandingkan dengan kelompok usia yang lain,
yang disebabkan oleh beberapa factor resiko antara lain :
1. Tinggal sendiri: seseorang yang tinggal sendiri sering tidak memperdulikan tugas
memasak untuk menyediakan makanan
2. Kelemahan fisik: akibat kelemahan fisik sehinga menyebabkan kesulitan untuk
berbelanja atau memasak, mereka tidak mampu merencanakan dan menyediakan
makanannya sendiri.
3. Kehilangan: terutama terlihat pada pria lansia yang tidak pernah memasak untuk
mereka sendiri, mereka biasanya tidak memahami nilai suatu makanan yang gizinya
seimbang.
4. Depresi: menyebabkan kehilangan nafsu makan, mereka tidak mau bersusah payah
berbelanja, memasak atau memakan makanannya.
5. Pendapatan yang rendah: ketidak mampuan untuk membeli makanan yang cermat
untuk meningkatkan pengonsumsian makanan yang bergizi.
6. Penyakit saluran cerna: termasuk sakit gigi dan ulkus. Berkurangnya kemampuan
mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong, Esophagus/kerongkongan
mengalami pelebaran rasa lapar menurun, asam lambung menurun, berkurangnya
indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam,
dan pahit, gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan
konstipasi, penyerapan makanan di usus menurun
7. Penyalahgunaan alkohol: penyalah gunaan alcohol mengurangi asupan kalori atau
nonkalori seperti asupan energy dengan sedikit factor nutrisi lain.
8. Obat-obatan : lansia yang mendapatkan banyak obat dibandingkan kelompok usia lain
yang lebih muda ini berakibat buruk terhadap nutrisi lansia. Pengobatan akan
mengakibatkan kemunduran nutrisi yang semakin jauh.

1.5 Dampak Malnutrisi


Malnutrisi yang lama pada lansia akan berdampak pada kelemahan otot dan
kelelahan karena energi yang menurun. Lansia dengan mal nutrisi beresiko tinggi
terhadap terjatuh/mengalami ketidakmampuan dalam mobilisasi yang menyebabkan
cedera.
Kaum manula yang mendorong kesalahan gizi dapat dibagi menjadi 3 kelompok :
a. Malnutrisi umum
Diet tidak mengandung beberapa nutrient dalam jumlah yang memadai.
b. Defisiensi nutrient tertentu
Terjadi bila suatu makanan atau kelompok makanan tertentu tidak ada dalam diet.
Contoh : defisiensi zat besi pada manula yang keadaan gigi geliginya jelek sehingga
tidak makan daging karena kesulitan mengunyah dan konsumsi vit. C yang rendah
pada manula yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama mengalami diet
lambung.
c. Obesitas
Disebabkan oleh kebiasaan makan yang jelek sejak usia muda. Gerakan manula
yang gemuk akan menjadi lebih sulit.

1.6 Gangguan Nutrisi Pada Lansia


1. Obesitas
Keadaan badan yang amat gemuk dan berat akibat timbunan lemak yang berlebihan,
dimana kelebihan lemak tubuh melebihi dari 20% dari jumlah yang di anjurkan
untuk tinggi dan usia seseorang. Pola konsumsi yang berlebihan terutama yang
mengandung lemak, protein dan karbohidrat yang tidak sesuai dengan kebutuhan
tubuh. Pencetus berbagai seperti Hipertensi, Penyakit jantung koroner, Strok, seta
Diabetes Melitus.
2. Osteoporosis
Kondisi dimana sering disebut tulang kropos yang disebabkan oleh penurunan
densitas tulang akibat kurangnya konsumsi kalsium dalam jangka waktu yang lama.
Mencapai maksimum pada usia 35 tahun pada wanita dan 45 tahun pada pria.
3. Anemia
Kondisi dimana sel-sel darah mengandung tingkat haemoglobil yang tidak normal,
kimia yang bertugas membawa oksigen di seluruh tubuh yang disebabkan kurang Fe,
asam folat, B12 dan protein. Akibatnya akan cepat lelah, lesu, otot lemah, letih,
pucat, kesemutan, sering pusing, mata berkunang-kunang, mengantuk, HB <8 gr/dL.
4. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan di tambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makn berkurang, penglihatan
menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.
5. Kekurangan anti oksidan
Anti oksidan (banyak dijumpai dalam buah-buahan dan sayuran) mampu menangkal
efek merusak radikal bebas terhadap tubuh, sehingga konsumsi yang kurang dapat
meningkatkan resiko berbagai penyakit akibat radikal bebas, seperti serangan jantung
dan stroke, katarak, persendian hingga menurunnya penampilan fisik seperti kulit
menjadi keriput.
7. Sulit buang air besar karena pergerakan usus besar semakin lambat, makanan lambat
diolah dalam tubuh. Akibatnya, buang air besar jadi jarang.
8. Kelebihan gula dan garam
1. Garam (natrium) dapat meningkatkan tekanan darah, terutama pada orangtua
2. Makanan tinggi gula membuat tubuh mudah gemuk, meningkatkan kolesterol
dan gula darah, karena itu sebaiknya kurangi konsumsi gula dan garam

1.7 Status Gizi Pada Usia Lanjut


1. Metabolisme basal menurun, kebutuhan kalori menurun, status gizi lansia cenderung
mengalami kegemukan/obesitas
2. Aktivitas/kegiatan fisik berkurang, kalori yang dipakai sedikit, akibatnya cenderung
kegemukan/obesitas
3. Ekonomi meningkat, konsumsi makanan menjadi berlebihan, akibatnya cenderung
kegemukan/obesitas
4. Fungsi pengecap/penciuman menurun/hilang, makan menjadi tidak enak dan nafsu
makan menurun, akibatnya lansia menjadikurang gizi (kurang energi protein yang
kronis
5. Penyakit periodontal (gigi tanggal), akibatnya kesulitan makan yang berserat (sayur,
daging) dan cenderung makan makanan yang lunak (tinggi klaori), hal ini
menyebabkan lansia cenderung kegemukan/obesitas
6. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal ini mengganggu
penyerapan vitamin dan mineral, akibatnya lansia menjadi defisiensi zat-zat gizi
mikro
7. Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar, sehingga lansia
menderita wasir yang bisa menimbulkan perdarahan dan memicu terjadinya anemia
8. Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat menurunkan nafsu
makan yang menyebabkan kurang gizi dan hepatitis atau kanker hati
9. Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk menyiapkan
makanan sendiri dan menjadi kurang gizi
10. Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya nafsu makan
menurun dan menjadi kurang gizi
11. Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi menurun akibatnya
menjadi kurang gizi
12. Demensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa makan, yang dapat
menyebabkan kegemukan atau pun kurang gizi.

1.8 Penatalaksanaan
1) Memperhatikan kebutuhan gizi pada lansia. Kecukupan energy sehari yan dianjurkan
untuk pria berusia lebih tua atau sama dengan 60 tahun dengan berat badan sekitar 62
kg adalah 2200 kkal sedangkan untuk perempuan adalah 1850 kkal
2) Memperhatikan bentuk dan variasi makanan yang menarik agar tidak membosankan
(bentuk cair, bubur saring, bubur, nasi tim, nasi biasa)
3) Menambah makanan cair lain / susu bila lansia tidak bias menghabiskan makanannya
4) Bila terdapat penyakit metabolic seperti DM, gula sederhana dihindari, bila terdapat
penyakit gagal ginjal sebaliknya dipilih asam amino yang esensial.
a. Perubahan sederhana untuk memperbaiki diet bagi manula yaitu :
1) Minum satu gelas sari buah yang murni (jangan dicampuri air ataupun gula)
2) Sarapan dengan biji-bijian utuh (misalnya havermout, beras merah) dan telur setiap
pagi
3) Mengusahakan makan daging atau ikan paling tidak sekali dalam sehari
4) Minum segelas susu pada waktu akan tidur
5) Paling sedikit makan satu porsi sayuran setiap hari.

b. Terapi komplementer untuk mengatasi malnutrisi diantaranya sebagai berikut :

 Judul : Pengaruh Oral Hygiene Terhadap Malnutrisi Pada Lansia (Kajian Pustaka)
Penulis : Pindobilowo
Hasil : Secara umum penyakit gigi dan mulut yang sering terjadi pada lansia adalah
karies, penyakit jaringan periodontal, kehilangan gigi, xerostomia, dan
candidiasis. Keadaan tersebut akan menyebabkan terganggunya fungsi
pengunyahan sehingga mempengaruhi status gizi lansia. Lansia lebih memilih
makanan olahan daripada makanan yang segar dan lansia lebih sering
mengkonsumsi makanan mengandung lemak jenuh yang tinggi. Pengaruh
lainnya yang menyebabkan buruknya oral hygiene adalah diabetes mellitus,
penurunan sistem imun, defisiensi nutrisi dan pemakaian obat-obatan.
 Judul : Pemberian susu kedelai mempertahankan berat badan lansia dengan
malnutrisi.
Penulis : Armalia Nora Arlotas, Widyatuti.
Hasil : hasil dari pemberian susu kedelai dalam sepekan menunjukkan
bahwa berat badan klien dapat mempertahankan bahkan cenderung
meningkat pada 2 klien
 Judul : Efektivitas Aromaterapi Jahe Terhadap Keluhan Mual dan Muntah Pada
Pasien CA Serviks dengan Kemoterapi di RSUD Prof Dr Margono Soekarjo
Purwokerto.
Penulis : Okta wiryani 1*, Herniyatun 2 ,Kusumastuti
Hasil : Hasil uji paired t test menunjukan nilai p value 000 < 0.05 sehingga ada
perubahan keluhan mual dan muntah pada pasien ca serviks yang menjalani
kemoterapi setelah pemberian aromaterapi jahe, Penggunaan aromaterapi
jahe menghasilkan hasil positif dalam mengurangi mual muntah pasien ca
serviks yang menjalani kemoterapi
DAFTAR PUSTAKA

Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC


Hincliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan, Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai