Anda di halaman 1dari 6

9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang

Menurut WHO (2018) di seluruh dunia terdapat sekitar 972 juta orang atau

sekitar 26.4% orang di dunia mengidap penyakit hipertensi. Dari 972 juta

orang dengan hipertensi , 333 juta berada di Negara maju serta 639 juta

sisanya berada di Negara berkembang termasuk indonesia. Sementara

untuk kasus hipertensi di Indonesia menurut data Kemenkes (2018)

menyatakan bahwa jumlah prevalensi total penderita hipertensi di

Indonesia adalah 8,4%, data tersebut juga menempatkan provinsi Sulawesi

Utara sebagai peringkat pertama dalam kasus hipertensi, tercatat provinsi

Sulawesi Utara memiliki angka prevelensi sebanyak 13,2% unggul jauh

dengan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan prevalensi 10,3%

dan provinsi Papua memiliki prevalensi terendah dengan 4,4%. Sementara

prevalensi Hipertensi di Provinsi Lampung mencapai 8,0% pada tahun

2013, dan meningkat 8,2% pada tahun 2018. Adapun untuk wilayah

kabupaten pringsewu hasil pengukuran tekanan darah, kasus hipertensi

mengalami kenaikan disbanding dengan tahun 2013 dengan nilai dari

25,8% menjadi 34,1%.

Menurut data Kemenkes (2018) menunjukan bahwa jumlah penderita

hipertensi dengan kategori usia menunjukan bahwa semakin lama usia

seorang semaking berpotensi mengalami hipertensi, hal ini menunjukan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu (UMPRI) Lampung


10

identitas hipertensi sebagai penyakit degeneratif. Dari data tersebut

menunjukan bahwa seorang dengan usia lebih dari 70 tahun menempati

urutan teratas dalam daftar tersebut dengan prevenelsi 69.5% di ikuti

dengan rentang usia 65-75 tahun dengan prevelensi 63.2% dan di urutan

ketiga di tempati oleh rentang usia 55-64 dengan prevelensi 55,2%. Data

tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi usia seorang semakin

berpotensi mengalami hipertensi.

Dampak yang lazim muncul pada pasien hipertensi diantaranya adalah :

Penurunan curah jantung, Intoleransi aktivitas, Ansietas dan kelebihan

volume cairan, defisiensi pengetahuan, Nyeri akut. Nyeri akut merupakan

pengalaman sensori kata emosional yang berkaitan dengan kerusakan

jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan

berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Dampak dari sesnsasi nyeri yang tidak di tangani pada lansia penderita

hipertensi akan mengakibatkan rasa tidak nyaman, mengganggu aktivitas

dan meningkankan resiko jatuh pada lansia (Nurarif, 2015).

Beberapa penatalaksanaan hipertensi secara umum dapat dilakukan dengan

cara farmakologi dan non farmakologi. Berbagai pengobatan non

farmakologi dapat dilakukan dengan cara pengaturan makan yang rendah

garam (natrium), tinggi kalium, diet rendah kolestrol diet kaya buah dan

sayur, olahraga, memperbaiki gaya hidup kurang sehat seperti merokok

dan mengkonsumsi alkohol, manajemen nyeri (NIC) lakukan pengkajian

Universitas Muhammadiyah Pringsewu (UMPRI) Lampung


11

nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi,

frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan oleh factor

presitipasinya (Nurarif, 2015).

Hipertensi dan komplikasinya dapat diatasi dan dicegah dengan perilaku:

diet rendah garam, diet rendah lemak, tidak mengkonsumsi alkhohol, tidak

merokok, kurangi makan yang mengandung kalium tinggi, batasi kafein,

dan control tekanan darah secara teratur. Diet yang sering dianjurkan

adalah mengkonsumsi makanan rendah garam, yaitu hanya 4 gram sehari.

Menjaga rasa makanan sealami mungkin adalah diet terbaik bagi penderita

hipertensi (Asyrofi, 2017).

Dampak yang akan di sebabkan jika seorang penderita hipertensi tidak

melakukan diet natrium (garam) adalah dapat meningkatkan tekanan

darah. Hal ini dapat terjadi karena garam merupakan zat yang memiliki

sifat mengikat cairan, hal inilah yang berbahaya bagi penderita hipertensi,

secara teori tubuh membutuhkan mineral natrium untuk mempertahankan

sel secara baik. Sumber utama natrium adalah garam. Kandungan garam

yaitu 40% natrium dan 60% klorida. Orang yang lebih sensitif terhadap

natrium maka akan lebih mudah menahan natrium dalam tubuhnya

sehingga terjadi retensi air dan peningkatan tekanan darah yang berarti

jantung harus memompa lebih giat sehingga tekanan darah naik (Triyanto

E, 2014).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu (UMPRI) Lampung


12

Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya

tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan pada fungsi ginjal

sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam

tubuh. Volume darah yang meningkat juga dapat menyebabkan tekanan

darah meningkat. Perubahan fungsi ginjal yang dapat mengendalikan

tekanan darah melalui beberapa cara seperti jika tekanan darah meningkat,

ginjal akan menambah pengeluran garam dan air yang akan menyebabkan

berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.

Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam

dan air sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke

normal (Triyanto E, 2014).

Permasalahan terkait diet garam pada penderita hipertensi juga perlu di

imbangi dengan pengetahuan yang baik oleh sang penderita ataupun

keluarga, sehingga tidak terjadi defisiensi pengetahuan diet garam pada

penderita hipertensi. Defisiensi pengetahuan sendiri adalah Ketiadaan atau

kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu yang

dalam hal ini adalah tentang diet nutrisi pada penderita hipertensi (SDKI,

2017).

Berdasarkan penjabaran di atas mengingat pentingnya penanganan

hipertensi terlebih tentang diet nutrisi berupa garam, peneliti terkait

pengetahuan diet hipertensi penelitian pernah dilakukan oleh Wini (2019)

dengan judul penelitian “asuhan Keperawatan Keluarga dengan Kasus

Universitas Muhammadiyah Pringsewu (UMPRI) Lampung


13

Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sempaja Samarinda“ dengan

intervensi edukasi diet nutrisi, mengevaluasi penjelasan yang diberikan,

Meminta keluarga untuk mengulang penjelasan yang diberikan. Setelah

dilakukan asuhan keperawatan di simpulkan bahwa keluarga mampu mengerti

edukasi yang telah diberikan, hal itu ditandai dengan pasien yang mampu

mengulang kembali penjelasan perawat.

Berdasarkan dari hasil pembahasan dari latar belakang di atas fenomena

tersebut, mengingat betapa pentingnya penanganan diet nutrisi pada pasien

hipertensi dan juga tingkat pengetahuan yang masih rendah terkait diet

yang baik bagi penderita hipertensi, peneliti berniat melakukan

penanggulanangan edukasi dengan melakukan karya inovvasi berupa

booklate guna menambah wawasan penderita hipertensi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut diatas, maka

dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut bagaimana”

pengaruh diet nutrisi bagi penderita hipertensi pada keluarga Tn. M di

kampung poncowati.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Penulis mampu melakukan karya ilmiah akhir tentang diet nutrisi bagi

penderita hipertensi.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu (UMPRI) Lampung


14

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah, peneliti mampu melakukan telaah

terhadap :

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien hipertensi.

b. Menegakan diagnosa keperawatan pada pasien hipertensi.

c. Melakukan perencanaan keperawatan pada pasien hipertensi.

d. Melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien hipertensi.

e. Memberikan evaluasi keperawatan pada pasien hipertensi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Diharapkan Laporan karya Tulis inovasi diet nutrisi bagi penderita

hipertensi pada keluarga Tn. M di Kampung Poncowati Lampung

Tegah tahun 2022 ini dapat menjadi bahan referensi dan bahan

kepustakaan khususnya bagi mahasiswa tentang Laporan Kasus Pasien

dengan Diagnosa hipertensi.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan dalam

pelayanan kesehatan khususnya dalam penanganan Asuhan

keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis hipertensi.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu (UMPRI) Lampung

Anda mungkin juga menyukai