KELOMPOK 1
ANGGOTA :
1. ENDRIK SETIAWAN
2. ERVIT PUTRI RAHAYU
3. LYA AYU DEBITASARI
4. MUHAMMAD AKHWANUDIN
5. OKY CAKRA MURTI
S1 KEPERAWATAN IVB
STIKes HUTAMA ABDI HUSADA
Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo No. 1 TulungAgung
TAHUN AJARAN 2017/2018
DAFTAR ISI
Cover ......................................................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Model Asuhan Keperawatan Profesional ......................... 3
2.2 Konsep Dasar Model Asuhan Keperawatan Profesional TIM ................. 5
2.3 Tanggung Jawab Perawat Dalam Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim
2.4 Strategi Kerja Tim .................................................................................... 9
2.5 Bagan Model Asuhan Keperawatan Profesional TIM ............................. 13
2.6 Pengkajian M1-M5................................................................................... 13
2.7 Analisa SWOT MAKP TIM...................................................................... 23
BAB 3 PENUTUP
1.1Kesimpulan ............................................................................................... 34
1.2 Saran ......................................................................................................... 34
Daftar Pustaka ............................................................................................................ 35
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ruangan atau bangsal sebagai salah satu unit terkecil pelayanan kesehatan merupakan
tempat yang memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan ilmu dan kiatnya secara
optimal. Namun perlu disadari, tanpa tanpa adanya tata kelola yang memadai, kemauan, dan
kemampuan yang kuat, serta peran aktif dari semua pihak, maka pelayanan keperawatan
profesional hanyalah akan menjadi teori semata. Untuk itu, penulis tertarik untuk membahas
Salah satu Model Asuhan Keparawatan yaitu, Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Model Asuhan Keperawatan (MAKP) Tim
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep Model Asuhan Keperawatan professional (MAKP)
2. Mengetahui konsep dasar Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
3. Mengetahui Tanggung Jawab Perawat Dalam Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) Tim
4. Mengetahui strategi kerja dari Tim
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4 metode
pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu:
a. Kelebihan :
1. Kepemimpinan
Kemampuan ini harus dipunyai oleh Ketua Tim, yaitu perawat profesional
(Registered Nurse) yang ditunjuk oleh Kepala Ruangan untuk bertanggung jawab terhadap
sekelompok pasien dalam merencanakan asuhan keperawatan, merencanakan penugasan
kepada anggota tim, melakukan supervisi dan evaluasi pelayanan keperawatan yang
diberikan.
b. Pengorganisasian
1. Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
2. Merumuskan tujuan metode penugasan.
3. Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas.
4. Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua
tim membawahi 2 – 3 perawat.
5. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain- lain.
6. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
7. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
8. Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di tempat, kepada ketua tim.
9. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien.
10. Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
c. Pengarahan
d. Pengawasan
Saat pasien baru masuk di ruang rawat, pasien dan keluarga akan diterima oleh ketua
tim dan diperkenalkan kepada anggota tim yang ada. Kemudian ketua tim memberikan
orientasi tentang ruang, peraturan ruangan, perawat bertanggung jawab (ketua Tim) dan
anggota tim.
Ketua tim (dapat dibantu anggota tim) melakukan pengkajian, kemudian membuat
rencana keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang sudah ada setelah terlebih
dahulu melakukan analisa dan modifikasi terhadap rencana keperawatan tersebut sesuai
dengan kondisi pasien.
Bila anggota tim menerima pasien pada sore dan malam hari atau pada hari libur,
pengkajian awala dilakukan oleh anggota tim terutama yang terkait dengan masalah
kesehatan utama pasien, anggota tim membuat masalah keperawatan utama dan
melakukan tindakan keperawatan dengan terlebih dahulu mendiskusikannya dengan
penanggung jawab sore/malam/hari libur. Saat ketua tim ada, pengkajian dilengkapi oleh
ketua timkemudian membuat rencana yang lengkap dan selanjutnya akan menjadi panduan
bagi anggota tim dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
Pada dinas pagi ketua tim bersama anggota tim melakukan operan dari dians malam
(hanya pasien yang dirawat oleh tim yang bersangkutan), selanjutnya dengan anggota tim
pagi melakukan konferens tentang permasalahan pasien untuk tiap anggota tim, dan
mengkoordinasikan tugas tiap anggota tim.
Selain dengan dokter anggota tim, ketua tim juga melakukan komunikasi langsung
dengan dokter, ahli gizi dan tim kesehatan lain untuk membahas perkembangan pasien dan
perencanaan baru yang pelu dibuat. Selain itu mengidentifikasi pemeriksaan penunjang
yang telah ada dan yang perlu dilakukan selanjutnya. Bila terdapat rencana baru atau
tindakan yang perlu dilakukan, maka ketua tim akan mengkomunikasikan kepada anggota
tim untuk melaksanakannya. Jika terdapat tindakan spesifik yang mungkin tidak dapat
dilakukan oleh anggota tim maka ketua tima yang akan melakukan langsung tindakan
tersebut. Terutama melakukan intervensi pedidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga
akan dilakukan oleh ketua timyang didasarkan atas hasil pengkajian pada kebutuhan
peningkatan pengetahuan. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan mandiri oleh ketua tim
atau kolaborasi, misalnya ahli gizi untuk penjelasan mengenai diet pasien yang benar.
Selama anggota tim melakukan asuhan keperawatan pada pasien, ketua tim akan
memonitor tindakan yang akan dilakukan dan member bimbingan pada anggota tim.
Anggota tim selama melakukan asuhan keperawatan harus mendokumentasikan seluruh
tindakan yang dilakukan pada format-format yang terdapat pada papan dokumentasi.
Kemudian ketua tim akan memonitor dan mengevaluasi dokumentasi yang dibuat oleh
anggota tim.
Bila ada pasien yang akan pulang atau pindah ke unit perawatan lain, ketua tim akan
membuat resume keperawatan, sebagai inormasi tentang asuhan keperawatan yang telah
diberikan kepada pasien selama dirawat yang berisi masalah-masalah pasien yang timbul
dan masalah yang sudah teratasi, taindakan keperawatan yang telah dilakukan dan
pendidikan kesehatan yang telah diberikan.
Pada pergantian dinas pagi-sore dilakukan peran anggota tim sore yang didampingi
oleh ketua tim. Komponen utama yang diinformasikan dalam operan antara lain keadaan
umum pasien, tindakan/intervensi yang telah dilakukan dan atau tindakan yang belum
dilakukan, hal-hal penting yang harus diperhatikan oleh perawat dinas sore dan malam
yang berkaitan dengan perencanaan keperawatan pasien yang akan dibuat oleh ketua tim.
Selanjutnya bila perlu ketua tim melengkapi informasi penting yang belum disampaikan
kepada dinas sore. Anggota tim juga menulis laporan pagi/sore/malampada format yang
tersedia.
E. BAGAN MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP) TIM
KEPALA RUANG
F. PENGKAJIAN M1 – M5
4) BOR Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur
ruang Interna 1 dan 2, yaitu 21 tempat tidur dengan rincian sebagai berikut:
3. Administrsi Penunjang
a. Buku Injeksi
b. Buku Observasi
c. .Lembar Dokumentasi
d. Buku Observasi Suhu dan Nadi
e. Buku Timbang Tarima.
f. Buku diet.
g. Buku linen.
Sarana dan prasarana di ruang rawat inap Interna 1 dan 2 RSI Unisma
Malang sudah cukup baik. Fasilitas penunjang seperti kamar mandi, tempat
parkir, dan kantin kondisinya cukup baik. Ventilasi udara terdapat beberapa
jendela kondisinya cukup baik. Setiap pagi dan sore ruangan dibersihkan oleh
petugas cleaning service dan kondisi ruangan cukup tenang. Kondisi administrasi
penunjang cukup baik, yang terdiri dari: 1 buah buku injeksi, 1 buah buku
observasi, lembar dokumentasi, 1 buah buku observasi suhu dan nadi, dan 1
buah buku timbang terima dan buku diet,buku linen. Nurse Station ada 1
diruangan biasanya digunakan sebagai ruang pertemuan perawat, kadang-kadang
perawat juga beristirahat di ruang istirahat perawat. Tempat ruang Karu disebelah
pintu masuk ruangan Ruang Karu jadi satu dengan Nurse Station.
WEAKNESS
1. Jumlah perawat masih belum 0,25 2 0,5
sebanding dengan jumlah pasien.
2. Sebagian perawat belum memahami 0,19 2 0,38
peran dan fungsinnya.
3. Kurang disiplinnya pegawai. 0,2 3 0,6
4. Pembagian tugas masih belum jelas. 0,2 2 0,4
5. 54% perawat masih berlatar 0,16 2 0,32
pendidikan SPK.
TOTAL 1 2,2
OPPORTUNITY
1. 60% perawat mempunyai kemauan 0,28 3 0,84 O-T=
untuk melanjutkan pendidikan ke 2,58-2,46
jenjang yang lebih tinggi. = 0.12
2. Rumah sakit memberikan kebijakan 0,2 3 0,6
untuk memberi beasiswa di pelatihan
bagi perawat ruangan.
3. Jumlah pasien di ruang internal wanita 0,2 2 0,4
60% dengan tingkat ketergantungan
minimal.
4. Adanya POS membantu pekerjaan 0,19 2 0,38
perawat ruangan.
5. Adanya kebijakan pemerintah tentang 0,13 3 0,36
profesionalisme perawat.
TOTAL 1 2,58
THREATENED
1. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat 0,17 2 0,34
untuk pelayanan yang lebih
profesional.
2. Makin tingginya kesehatan 0,12 2 0,24
masyarakat akan pentingnya
kesehatan.
3. Persaingan dengan masuknya perawat 0,1 2 0,2
asing.
4. Kebijakan pemerintah tentang 0,15 2 0,3
askeskin.
5. Rendahnya kesejahteraan perawat. 0,3 3 0,9
6. Adanya pertanggungjawaban legalitas 0,16 3 0,48
bagi perawat.
TOTAL 1 2,46
WEAKNESS
1. Belum terpakainya sarana dan 0,4 2 0,8
prasarana secara optimal.
2. Nurse Station belum termanfaatkan 0,3 2 0,6
secara optimal.
3. Kurangnya kamar mandi, ember 0,3 2 0,6
sampah pasien, spuit gliserin, standard
infus, standard O2, dan termometer.
TOTAL 1 2
3. M3-METHOD (MAKP)
1. Penerapan Model
a. Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
1. Sudah ada model asuhan 0,3 4 1,2 S-W=
keperawatan yang digunakan yaitu 2,96-3,1
TIM. = -0,14
2. Model yang digunakan sesuai visi 0,2 3 0,6
dan misi ruangan.
3. Kebanyakan / hampir semua perawat 0,14 2 0,48
mengerti / memahami model yang
digunakan dan menyatakan cocok
dengan model yang sudah ada.
4. Model yang digunakan cukup 0,10 2 0,20
efisien.
5. Memiliki standard asuhan 0,14 2 0,24
keperawatan.
6. Terlaksananya komunikasi yang 0,12 2 0,24
cukup baik antar profesi.
TOTAL 1 2,96
WEAKNESS
1. Kurangnya kemampuan perawat
dalam pelaksanaan model yang telah 0,4 4 1,6 O-T =
ada. 2-1,5=0,5
2. Hanya sedikit perawat yang 0,3 3 0,9
mengetahui kebutuhan perawatan
pasien secara komperehensif.
3. Job yang kadang-kadang tidak sesuai 0,15 2 0,3
dengan lulusan akademik yang
berbeda tingkatannya (kurang jelas). 0,15 3 0,3
4. Kurangnya jumlah tenaga yang
membantu optimalkan penerapan
model yang digunakan.
TOTAL 1 3,1
THREATENED
1. Persaingan dengan RS lain. 0,2 1 0,2
2. Tuntutan masyarakat tentang 0,5 2 1,0
pelayanan yang maksimal.
3. Kebebasan pres menyebabkan 0,3 1 0,3
mudahnya penyebaran informasi di
dalam ruangan ke masyarakat.
TOTAL 1 1,5
2. Dokumentasi Keperawatan
a. Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
1. Tersedianya sarana dan prasarana 0,2 2 0,4
(administrasi penunjang). S-W=
2. Sudah ada sistem pendokumentasian 0,13 2 0,26 2,15-2,35
POR. = -,2
3. Dokumentasi keperawatan yang 0,25 3 0,75
dilakukan meliputi pengkajian
menggunakan sistem Head To Two
dan ROS, serta diagnosis keperawatan
sampai dengan evaluasi dengan
menggunakan SOAP.
4. Format pengkajian sudah ada dan 0,15 2 0,3
dapat memudahkan perawat dalam
pengkajian dan pengisiannya.
5. 8 perawat (72,7%) mengatakan 0,17 2 0,24
mengerti cara pengisian format
dokumentasi yang digunakan dengan
benar dan tepat.
6. 6 perawat (54,5%) mengatakan 0,05 2 0,1
melakukan dokumentasi segera
setelah melakukan tindakan.
7. 8 perawat (72,7%) mengatakan format 0,05 2 0,1
yang digunakan sangat membantu
dalam melakukan pengkajian pada
pasien.
TOTAL 1 2,15
WEAKNESS
1. Sistem pendokumentasian masih 0,15 3 0,45
dilakukan secara manual (belum ada
komputerisasi)
2. Belum semua tindakan perawat di 0,15 2 0,3
dokumentasikan.
3. Dokumentasi tidak segera dilakukan 0,15 1 0,15
setelah melakukan tindakan tetapi
kadang-kadang dilengkapi saat pasien
mau pulang atau apabila keadaan
ruang memungkinkan.
4. Catatan perkembangan pasien kurang 0,2 2 0,4
berkesinambungan dan kurang
lengkap.
5. Respon pasien kurang terpadu dalam 0,1 3 0,3
lembar evaluasi.
6. Dari 20 rekam medis pasien yang ada 0,1 3 0,3
hanya 12 rekam medis yang ditulis
dengan lengkap dan tepat waktu.
7. 6 perawat (54,5%) mengatakan model 0,1 3 0,3
dokumentasi yang digunakan
menambah beban kerja perawat.
8. 5 perawat (45,4%) mengatakan model 0,05 3 0,15
dokumentasi yang digunakan menyita
banyak waktu perawat.
TOTAL 1 2,35
TREATHENED
1. Adanya kesadaran pasien dan 0,6 2 1,2
keluarga akan tanggung jawab dan
tanggung gugat.
2. Akreditasi rumah sakit tentang sistem 0,4 2 0,8
dokumentasi.
TOTAL 1 2
3. Ronde Keperawatan
a. Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
1. Ruangan mendukung adannya 0,18 2 0,36 S-W=
kegiatan ronde keperawatan. 2,16-2,45
2. Adanya kemauan perawat untuk 0,18 2 0,36 = -0,29
berubah.
3. Adanya kasus yang memerlukan 0,4 3 1,2
perhatian khusus oleh perawat
ruangan dan kepala ruangan misalnya
gangren.
4. Adanya pembentukan tim dalam 0,24 1 0,24
pelaksanaan ronde keperawatan.
TOTAL 1 2,16
WEAKNESS
1. Ronde keperawatan adalah kegiatan 0,45 3 1,35
yang belum dapat dilaksanakan secara
optimal di ruang interna wanita.
2. Tim yang dibentuk cukup mampu 0,26 2 0,52
dalam pelaksanaan ronde dan
penyelesaian tugas.
3. Jumlah perawat yang tidak seimbang 0,29 2 0,58
dengan jumlah pasien.
TOTAL 1 2,45
b. Esternal Factor (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya pelatihan dan diskusi tentang 0,62 3 1,86 O-T=
masalah yang terjadi di ruang interna 2,62-2,82
wanita. = -0,2
2. Adanya kesempatan dari kepala ruang 0,38 2 0,76
dan perawat ruangan untuk
mengadakan ronde keperawatan.
TOTAL 1 2,62
TREATENED
1. Adanya tuntutan yang lebih 0,82 3 2,46
tinggi dari pasien dan keluarga
pasien untuk mendapatkan
pelayanan yang lebih profesional.
2. Persaingan antar ruang interna 0,18 2 0,36
yang semakin kuat dalam
pemberian pelayanan.
TOTAL 1 2,82
4. Sentralisasi Obat
a. Internak Factor (IFAS)
STRENGTH
1. Semua perawat mengemukakan 0,3 3 0,9 S-W=
jawaban mengerti tentang sentralisasi 3,33-2,9
obat. = 0,4
2. Di ruangan tersebut ada sentralisasi 0,5 4 2,0
obat. Ini bisa dilihat adanya ruangan
khusus obat.
3. Sebagian besar perawat pernah 0,2 2 0,4
berwenang mengurusi sentralisasi
obat.
TOTAL 1 3,3
WEAKNESS
1. Pelaksanaan sentralisasi obat belum 0,3 3 0,9
optimal.
2. Selama ini format yang masih ada 0,1 2 0,2
obat oral dan injeksi. Dan yang lain
tercampur pada salah satu dari
keduannya.
3. Selama ini belum ada format 0,2 3 0,6
persetujuan sentralisasi obat untuk
pasien.
4. Alat-alat kesehatan hanya sebagian 0,2 3 0,6
ada dengan jumlah terbatas.
5. Teknik sentralisasi obat belum jelas. 0,2 3 0,6
TOTAL 1 2,9
b. External Factor (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Kerjasama yang baik antara perawat 0,4 2 0,8 O-T=
dan mahasiswa. 3,6-3,0 =
2. Adanya mahasiswa PSIK yang 0,6 3 1,8 0,6
praktek manajemen keperawatan.
TOTAL 1 3,6
THREATENED
1. Adanya tuntutan akan pelayanan yang 0,5 4 2,0
profesional.
2. Kurangnya kepercayaan pasien 0,5 2 1,0
terhadap sentralisasi obat.
TOTAL 1 3,0
5. Supervisi
a. Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
1. RSUD Y merupakan RS pendidikan 0,15 3 0,45 S-W=
tipe B yang menjadi RS rujukan bagi 2,3-2,7 =
wilayah setempat. -0,4
2. Ruang Interna Wanita merupakan 0,15 3 0,45
ruangan yang memerlukan perhatian
ekstra dari petugas kesehatan.
3. Adanya kemauan perawat untuk 0,4 2 0,8
berubah.
4. Kepala ruang Interna Wanita dan 0,3 2 0,6
kepala ruangan mendukung kegiatan
supervisi demi peningkatan mutu
pelayanan keperawatan.
TOTAL 1 2,3
WEAKNESS
1. Belum ada uraian yang jelas tentang 0,3 3 0,9
supervisi.
2. Belum mempunyai format yang baku 0,4 3 1,2
dalam pelaksanaan supervisi.
3. Kurangnya program pelatihan dan 0,3 2 0,6
sosialisasi tentang supervisi.
TOTAL 1 2,7
b. External Factor
OPPORTUNITY
1. Adanya mahasiswa PSIK yang 0,5 4 2 O-T=
praktek manajemen keperawatan. 3,1-3=0,1
2. Adanya jadwal supervisi keperawatan 0,3 3 0,9
oleh pengawas setiap bulan.
3. Terbuka kesempatan untuk 0,2 1 0,2
melanjutkan pendidikan atau magang.
TOTAL 1 3,1
TREATHENED
1. Tuntutan pasien sebagai konsumen 1 3 3
untuk mendapatkan pelayanan yang
profesional dan bermutu sesuai
dengan peningkatan biaya perawatan.
TOTAL 1 3
6. Timbang Terima
Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
1. Timbang terima merupakan kegiatan 0,05 3 0,15 S-W=
rutin, yaitu dilaksanakan dua kali 3-2,3=0,7
dalam sehari.
2. Diikuti oleh semua perawat yang 0,2 4 0,8
telah dan akan dinas.
3. Timbang terima dipimpin oleh 0,05 3 0,15
kepala ruangan.
4. Ada klarifikasi, tanya jawab, dan 0,15 4 0,6
validasi terhadap semua yang
ditimbang terimakan.
5. Semua perawat tau hal-hal yang 0,1 2 0,2
perlu dipersiapkan dalam timbang
terima.
6. Selalu ada interaksi dengan pasien 0,1 2 0,2
selama timbang terima.
7. Semua perawat mengetahui prinsip- 0,1 2 0,2
prinsip tentang teknik penyampaian
timbang terima di depan pasien.
8. Ada buku khusus untuk pelaporan 0,05 3 0,15
timbang terima.
9. Setelah dilaporkan, laporan 0,1 3 0,3
ditandatangani oleh yang
bersangkutan.
10. Kepala ruangan mengevaluasi 0,1 3 0,3
kesiapan perawat yang akan dinas.
TOTAL 1 3
WEAKNESS
1. Perawat kurang disiplin waktu 0,3 3 0,9
timbang terima.
2. Masalah keperawatan lebih fokus ke 0,15 3 0,15
diagnosa medis.
3. Perawat kesulitan 0,2 2 0,4
mendokumentasikan timbang terima
karena formnya kurang sistematis.
4. Data hanya ditulis di secarik kertas 0,15 1 0,15
sehingga kadang hilang saat akan
dilaporkan.
5. Dokumetasi masih terbatas sehingga 0,2 2 0,4
rencana tindakan belum spesifik.
TOTAL 1 2,30
THREATENED
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari 0,5 3 0,15
masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan keperawatan yang
profesional.
2. Meningkatnya kesadaran masyarakat 0,5 2 1
tentang tanggung jawab dan tanggung
gugat perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan.
TOTAL 1 2,5
WEAKNESS
1. Pelaksanaan Dscharge Planning 0,2 2 0,4
belum optimal.
2. Tidak tersediannya brosur/leaflet 0,2 3 0,6
untuk pasien yang melakukan
Discharge Planing
3. Tidak tersediannya anggaran untuk 0,3 4 1,2
Discharge Planing.
4. Pemberian pendidikan kesehatan 0,1 2 0,2
dilakukan dengan lisan pada setiap
pasien/keluarga
5. Belum optimalnya pendokumentasian 0,2 1 0,2
Discharge Planning.
TOTAL 1 2,6
b. External Fractor (EFAS)
OPPORTUNITY O-T=
1. Adanya mahasiswa PSIK yang 0,3 3 0,9 3-3,4=
melakukan praktek. -0,4
2. Adanya kerjasama yang baik antara 0,3 3 0,9
mahasiswa dengan perawat klinik. 0,4 1,2 0,3
3. Kemauan pasien/keluarga terhadap
anjuran perawat.
TOTAL 1 3
TREATHENED
1. Adanya tuntutan masyarakat untuk 0,3 1 0,3
mendapatkan pelayanan keperawatan
yang profesional.
2. Makin tingginya kesadaran 0,4 4 1,6
masyarakat akan pentingnya
kesehatan.
3. Persaingan antar ruang semakin ketat. 0,3 3 0,9
TOTAL 1 3,4
DIAGRAM LAYANG
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses
dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart &
Woods, 1996).
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas,
1984).
Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya yaitu (Nursalam, 2007):
Kelebihan :
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2. Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
3. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi
kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan :
1. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim,
yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-
waktu sibuk.
2. Akuntabilitas dalam tim kabur
3. Perawat tidak trampil berlindung pada perawat trampil
Pada Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim, ketua tim membuat rencana
asuhan keperawatan kemudian mengkomunikasikan kepda anggota tim untuk
melaksanakan intervensi keperawatan. Anggota Tim bertanggung jawab kepada ketua tim
terhadap pemberian asuhan keperawatan pada pasien selanjutnya ketua tim mengevaluasi
serta mendokumentasikan.
B. Saran