ANTROPOLOGI KESEHATAN
MASYARAKAT MADURA
Disusun Oleh:
KELOMPOK 6
1. DESSYA WARNI
2. FERRY INDRAWAN
3. HENI YANI
4. ISNA DEWI SETIAWAN
5. MUHAMMAD FAISAL
6. MUHAMMAD FAJRI
7. NUR ISNAINI
8. NURMALA SARI
Kata Pengantar
Puji dan syukur yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat, hidayah dan petunjuk-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Adapun judul dari makalah ini Budaya Masyarakat Madura. Penyusunan
makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Antropologi Kesehatan.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari dosen mata
kuliah Antropologi Kesehatan yakni Ibu Nur Rohmah,S.km,M.kes beruapa saran,
bimbingan dan dukunngan moril, serta dari beberapa website, akhirnya makalah ini
dapat diselesaikan.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri dan semua pihak yang membacanya. Amin.
Penulis
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Antropologi kesehatan dipandang oleh para dokter sebagai disiplin biobudaya
yang memberikan perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial-budaya dari
tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi keduanya sepanjang
kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit.
Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang menangani
berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit (Weaver, 1968;1). Antropologi
kesehatan sebagai ilmu akan memberikan suatu sumbangan pada pengemban
pelayanan kesehatan, termasuk didalamnya obstetri ginekologi sosial. Bentuk dasar
sumbangan keilmuan tersebut berupa pola pemikiran, cara pandang atau bahkan
membantu dengan paradigma untuk menganalisis suatu situasi kesehatan,
berdasarkan perspektif yang berbeda dengan sesuatu yang telah dikenal para
petugas kesehatan saat ini.
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, berbagai ilmu yang menunjang
profesi sangat diperlukan guna mendukung tenaga kerja yang profesional. di dalam
bidang kesehatan itu sendiri, khususnya perawat berbagai bidang ilmu yang
mencakup bidangnya sangat penting untuk dikuasai dan dipahami. salah satunya
yaitu antropologi kesehatan.
Di dalam antropologi kesehatan itu sendiri tercakup materi mengenai
perkembangan
antropologi
kesehatan
dimana
di
dalam
perkembangannya
menyangkut hal-hal yang penting untuk dipelajari, yaitu : lahirnya bidang baru
antropologi kesehatan, hubungan antara sosial budaya dan biologi yang merupakan
dasar dari perkembangan antro kesehatan, akar dari antropologi kesehatan, serta
dimensi teoris dan terapan dalam antropologi kesehatan.
Suku bangsa atau etnisitas adalah suatu golongan manusia yang anggota
anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan
garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku pun ditandai oleh pengakuan
dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut.
Indonesia sebagai Negara yang memiliki banyak pulau tentulah memiliki banyak
suku atau etnis pula sebab pasti dari jumlah pulau maupun suku tersebut pastilah
ada perbedaan yang menimbulkan ketidaksamaan identitas dan ciri khas .
Maka sehubungan dengan tugas mata kuliah Antropologi maka kami susun budaya
dan mitos-mitos yang ada dalam suku Madura.
Rumusan masalah
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa latar belakang berkembangnya antropologi kesehatan dimasyarakat
Madura
2.
Apa
saja
budaya-budaya
kesehatan
yang
masih
berkembang
dimasyarakat Madura
kebiasaan
masyarakat Madura
Mahasiswa diharapkan sudah dapat mengetahui mitos-mitos yang
1.4 Manfaat
Menambah wawasan pengetahuan dan ilmu tentang budaya-budaya
serta mitos-mitos kesehatan yang beredar dimasyarakat Madura.
Bab II
Studi Kasus
Madura dengan empat kabupaten merupakan wilayah dengan jumlah
penduduk yang sangat besar dibandingkan dengan wilayah lain di Jawa Timur, dan
angka kematian bayi di Madura sangat tinggi dibandingkan dengan wilayah lain di
Jawa Timur. Sedangkan para ibu hamil di Madura lebih banyak mengkonsumsi nasi
dan sedikit jenis sayuran, dan sangat jarang mengkonsumsi telur dan susu,
konsumsi daging pun sangat kurang, barangkali hanya ikan yang mereka konsumsi,
itu pun jumlahnya sangat tidak mencukupi. Dan terbebani dengan berbagai aktivitas
rumah tangga, sehingga seringkah mereka merasa lebih cepat lelah, hal ini sebagai
'efek samping' dari anemia yang mereka alami, selain itu juga menyebabkan bayi
lahir secara prematur dan bayi lahir dengan berat badan rendah. Selain masalah
nutrisi, hal yang menyebabkan angka kematian ibu dan anak tinggi di Madura adalah
ketidak percayaan masyarakatnya terhadap tenaga kesehatan professional, mereka
lebih memilih ke para dukun beranak yang berjenis kelamin perempuan karena
Islam yang melarang seorang perempuan untuk berdekatan dengan laki-laki yang
bukan kerabatnya (mahram = orang yang diharamkan untuk dinikahi). Selain itu
faktor Ekonomi menjadi faktor pendorong mengapa banyak ibu hamil di Madura
lebih memilih untuk mendatangi dukun dan tenaga kesehatan non- profesional.
Selain masalah kematian ibu dan bayi yang tinggi, masyarakat Madura juga
cenderung mengalami hipertensi karena terlalu banyak mengkonsumsi garam, akan
berdampak pada risiko penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi. Risiko tinggi
hipertensi ini pula yang terjadi di masyarakat Pulau Madura, yang dikenal dengan
Pulau Garam karena merupakan sentra industri garam. Hipertensi yang diidap Reng
Madure ternyata juga tinggi. Berbagai persoalan yang terjadi akibat budaya Madura
itu sendiri seperti infeksi yang tinggi yang terjadi pada ibu dan bayi sehingga
menyebabkan angka kematian yang tinggi pula serta penderita hipertensi di Madura
yang selalu naik dari tahun ke tahun.
Untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut dibutuhkan pemimpin kuat
yang dapat menetapkan kebijakan dan mewujudkannya dalam aksi nyata secara
komprehensif pada sektor kesehatan. Apa yang perlu dilakukan untuk mengubah
kemajuan
yang
positif
dalam
pelaksanaan
program-program
kesehatan.
Idealnya, alokasi dana untuk kesehatan setara dengan anggaran pendidikan.
Dengan anggaran yang makin besar, pemerintah bisa menambah rumah sakit,
puskesmas dan kelengkapannya, serta pengembangan sarana kesehatan lainnya.
Dengan anggaran yang makin besar, pemerintah dapat meningkatkan peranan
untuk
beberapa
obat
generik
yang
bersifat
esensial
dan
pergerakannya di pasar cepat (fast moving), obat-obat program dan obat yang
diperlukan untuk menyelamatkan nyawa (life saving).
Terobosan lainnya adalah menjalin kerja sama langsung dengan distributor
obat. Ini untuk mempercepat dan memperlancar pengadaan obat. Konsekuensinya,
Dinas Kesehatan tidak perlu lagi menggunakan sistem lelang. Jika mengikuti
Keppres 80/2003 tentang mekanisme lelang, pemerintah daerah kerap kesulitan
kapasitas
masyarakat
dalam
menjaga
kesehatan
diri
dan
untuk
melakukan
perbaikan
dan
peningkatan
kebersihan
di
Bab III
Pembahasan
2.1 Budaya Masyarakat Madura
Masyarakat Madura dikenal memiliki budaya yang khas, unik dan identitas
budayanya itu dianggap jati diri setiap individual etnik madura dalam berperilaku dan
bermasyarakat. Madura dikenal sebagai masyarakat patriarkal, dimana perempuan
tidak memiliki posisi yang signifikan, hal ini dapat dilihat dengan lemahnya posisi
tawar perempuan Madura terhadap laki-laki. Lemahnya posisi tawar perempuan
rupanya membawa konsekuensi yang jauh lebih besar, yaitu perempuan tidak
memiliki
akses
besar
terhadap
pendidikan
kesehatan
maupun
pelayanan
kesehatan,bahkan ketika ibu sedang hamil. Tentu saja tidak adanya akses terhadap
kesehatan membawa dampak yang lebih besar, yaitu bahaya yang dapat menimpa
ibu hamil, mulai dari kekurangan asupan gizi, bahaya pada waktu hamil, ketika
melahirkan maupun pasca melahirkan. Disebabkan masyarakat tidak mau
meninggalkan kebudayaan ataupun kebiasaan yang jelas secara medis, itu hal yang
kurang baik bagi kesehatan bayi maupun ibu hamil itu sendiri. Walaupun di zaman
yang berkembang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang namun
penanganan ibu saat melahirkan masih banyak masyarakat menggunakan dukun
bayi di daerah-daerah pedesaan atau daerah terpencil. Tentu saja ketiadaan akses
pelayanan kesehatan dapat menyebabkan angka kematian cukup tinggi, tetapi
bukan hanya kepada ibu terhadap anak yang akan dilahirkan pun dapat berdampak
negatif. Persoalannya menjadi pelik ketika memperhatikan kurangnya sarana
kesehatan yang disediakan oleh pemerintah dan swasta. Oleh karena itu, minimnya
tenaga kesehatan membuat jasa dukun bayi semakin dibutuhkan.
Adanya
pengaruh
budaya
(mitos) seputar
kehamilan
yang
cukup
kuat
anjuran
tenaga kesehatan
pemeriksaan kehamilan
ke
(dokter
dukun
dan
bidan).
Mereka tetap
karena menganggap
bahwa
dukun lebih mengerti posisi bayi dalam kandungan dan dapat melakukan
pemijatan perut yang mempermudah saat persalinan. Ketika periksa kehamilan
ke pelayanan kesehatan, mereka hanya ingin diperiksa dan memastikan bahwa
kondisinya sehat dan diberi obat. Oleh karena itu, ketika akan bersalin
sebagian masyarakat lebih memilih bersalin ke dukun daripada bidan, karena
direkatkan
di
pakaian..
Padahal,
betapa
berbahayanya
Sebaiknya
puting
tidak
ada
hubungannya
dengan
jenis
kelamin
baik pada ibu hamil yang mengandung bayi laki-laki atau perempuan.
Selain perubahan warna kulit dan puting susu, ibu hamil juga memiliki
guratan kehitaman di perut dan garis hitam dari pusar ke bagian
pugbis. Namun gejala ini akan menghilang setelah melahirkan.
12. Memandikan Bayi, Bayi harus dimandikan dengan air hangat agar tak
masuk angin.
Memandikan bayi dengan air hangat tak perlu apabila bayi Anda
normal, cukup bulan dan dalam keadaan sehat. Mandikanlah sehari
dua kali, gunakan sabun bayi dan cuci rambut dengan sampo bayi.
Perlakukan bayi sebagaimana layaknya Anda sebagai orang sehat
mandi dan mencuci rambut.
Mandi dengan air hangat tujuannya terutama agar bayi tak
kedinginan atau hipotermi dalam bahasa kedokterannya. Tapi,
sebagai bayi normal yang sehat, bayi Anda dapat beradaptasi dengan
keadaan tersebut, terang Eric. Jadi, Bu-Pak, tak usah takut
memandikan si kecil dengan air dingin selama kondisinya normal dan
sehat serta dalam cuaca yang tak dingin. Kepala tak boleh dibasahi
saat bayi dimandikan.
Nasihat ini tentulah tak benar. Jika kepala bayi tak pernah dibasahi,
kotoran di kepala jadi menumpuk dan bercampur dengan endapan
lemak sehabis dilahirkan. Akibatnya, timbullah kerak kepala yang
sering disebut sarapen atau dalam istilah medisnya, dermatitis
seboroik.
Bayi tak boleh dimandikan jika tali pusatnya belum lepas.
Salah, Justru tali pusatnya harus dibersihkan, lalu dikeringkan dengan
alkohol 70 persen.
Bab IV
Penutup
3.1 Kesimpulan
Pengaruh budaya atau adat istiadat yang terdapat di lingkungan responden
cukup kuat seperti adanya mitos seputar kehamilan, persalinan merawat bayi. Ini
dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang kebenaran tentang mitos-mitos yang
beredar dan budaya generasi sebelumnya serta kepatuhan terhadap anjuran orang
tua.
3.2 Saran
Sebaiknya berkonsultasi ke bidan atau tenaga kesehatan sebelum
melakukan adat/budaya masyarakat yang dirasa tidak sesuai atau agak
membahayakan bagi kondisinya.
Budaya yang ada harus dilihat apakah baik atau tidak untuk kesehatan. Jika kita
lihat dari akal berdasarkan ilmu yang kita dapat budaya tersebut tidak baik, maka
tidak boleh diikuti lagi.
Daftar Pustaka
1. http://putrymelly.blogspot.co.id/2014/05/makalah-tentang-budaya-dan-mitosselama.html
2. https://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/06/21/madura-denganmasalah-kesehatan/
3. http://pinky_saptandari-fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-67565-antropologi
%20kesehatan-Gizi%20&%20Budaya.html
4. https://rofiqotinazizah.wordpress.com/2013/10/06/kebudayaan-kesehatan-dimadura-khususnya-daerah-kabupaten-sumenep/
5. https://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/06/21/madura-denganmasalah-kesehatan/
6. https://erindarmayanti.wordpress.com/2012/04/13/mitos-seputar-masyarakatmadura/