Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ANTROPOLOGI KESEHATAN
MASYARAKAT MADURA

Disusun Oleh:
KELOMPOK 6
1. DESSYA WARNI
2. FERRY INDRAWAN
3. HENI YANI
4. ISNA DEWI SETIAWAN
5. MUHAMMAD FAISAL
6. MUHAMMAD FAJRI
7. NUR ISNAINI
8. NURMALA SARI

AKADEMI KEPERAWATAN YARSI SAMARINDA


TAHUN AKADEMIK 2016/2017

Kata Pengantar

Puji dan syukur yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat, hidayah dan petunjuk-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Adapun judul dari makalah ini Budaya Masyarakat Madura. Penyusunan
makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Antropologi Kesehatan.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari dosen mata
kuliah Antropologi Kesehatan yakni Ibu Nur Rohmah,S.km,M.kes beruapa saran,
bimbingan dan dukunngan moril, serta dari beberapa website, akhirnya makalah ini
dapat diselesaikan.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri dan semua pihak yang membacanya. Amin.

Samarinda, 12 April 2016

Penulis

Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Antropologi kesehatan dipandang oleh para dokter sebagai disiplin biobudaya
yang memberikan perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial-budaya dari
tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi keduanya sepanjang
kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit.
Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang menangani
berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit (Weaver, 1968;1). Antropologi
kesehatan sebagai ilmu akan memberikan suatu sumbangan pada pengemban
pelayanan kesehatan, termasuk didalamnya obstetri ginekologi sosial. Bentuk dasar
sumbangan keilmuan tersebut berupa pola pemikiran, cara pandang atau bahkan
membantu dengan paradigma untuk menganalisis suatu situasi kesehatan,
berdasarkan perspektif yang berbeda dengan sesuatu yang telah dikenal para
petugas kesehatan saat ini.
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, berbagai ilmu yang menunjang
profesi sangat diperlukan guna mendukung tenaga kerja yang profesional. di dalam
bidang kesehatan itu sendiri, khususnya perawat berbagai bidang ilmu yang
mencakup bidangnya sangat penting untuk dikuasai dan dipahami. salah satunya
yaitu antropologi kesehatan.
Di dalam antropologi kesehatan itu sendiri tercakup materi mengenai
perkembangan

antropologi

kesehatan

dimana

di

dalam

perkembangannya

menyangkut hal-hal yang penting untuk dipelajari, yaitu : lahirnya bidang baru
antropologi kesehatan, hubungan antara sosial budaya dan biologi yang merupakan
dasar dari perkembangan antro kesehatan, akar dari antropologi kesehatan, serta
dimensi teoris dan terapan dalam antropologi kesehatan.
Suku bangsa atau etnisitas adalah suatu golongan manusia yang anggota
anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan

garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku pun ditandai oleh pengakuan
dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut.
Indonesia sebagai Negara yang memiliki banyak pulau tentulah memiliki banyak
suku atau etnis pula sebab pasti dari jumlah pulau maupun suku tersebut pastilah
ada perbedaan yang menimbulkan ketidaksamaan identitas dan ciri khas .
Maka sehubungan dengan tugas mata kuliah Antropologi maka kami susun budaya
dan mitos-mitos yang ada dalam suku Madura.
Rumusan masalah
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa latar belakang berkembangnya antropologi kesehatan dimasyarakat
Madura
2.

Apa

saja

budaya-budaya

kesehatan

yang

masih

berkembang

dimasyarakat Madura

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
- Memahami budaya berkaitan dengan kesehatan seperti budaya
kesehatan yang berkembang dimasyarakat Madura
1.3.2 Tujuan Khusus
- Mahasiswa diharapkan sudah dapat mengetahui

kebiasaan

masyarakat Madura
Mahasiswa diharapkan sudah dapat mengetahui mitos-mitos yang

terkait dengan ilmu kesehatan


Mahasiswa diharapkan sudah dapat melakukan perawatan serta
pengobatan berdasarkan ilmu medis keperawatan

1.4 Manfaat
Menambah wawasan pengetahuan dan ilmu tentang budaya-budaya
serta mitos-mitos kesehatan yang beredar dimasyarakat Madura.

1.5 Sistematika Penulisan


Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat
1.5 Sistematika Penulisan

Bab II

Studi Kasus
Madura dengan empat kabupaten merupakan wilayah dengan jumlah
penduduk yang sangat besar dibandingkan dengan wilayah lain di Jawa Timur, dan
angka kematian bayi di Madura sangat tinggi dibandingkan dengan wilayah lain di
Jawa Timur. Sedangkan para ibu hamil di Madura lebih banyak mengkonsumsi nasi
dan sedikit jenis sayuran, dan sangat jarang mengkonsumsi telur dan susu,
konsumsi daging pun sangat kurang, barangkali hanya ikan yang mereka konsumsi,
itu pun jumlahnya sangat tidak mencukupi. Dan terbebani dengan berbagai aktivitas
rumah tangga, sehingga seringkah mereka merasa lebih cepat lelah, hal ini sebagai
'efek samping' dari anemia yang mereka alami, selain itu juga menyebabkan bayi
lahir secara prematur dan bayi lahir dengan berat badan rendah. Selain masalah
nutrisi, hal yang menyebabkan angka kematian ibu dan anak tinggi di Madura adalah
ketidak percayaan masyarakatnya terhadap tenaga kesehatan professional, mereka
lebih memilih ke para dukun beranak yang berjenis kelamin perempuan karena
Islam yang melarang seorang perempuan untuk berdekatan dengan laki-laki yang
bukan kerabatnya (mahram = orang yang diharamkan untuk dinikahi). Selain itu
faktor Ekonomi menjadi faktor pendorong mengapa banyak ibu hamil di Madura
lebih memilih untuk mendatangi dukun dan tenaga kesehatan non- profesional.
Selain masalah kematian ibu dan bayi yang tinggi, masyarakat Madura juga
cenderung mengalami hipertensi karena terlalu banyak mengkonsumsi garam, akan
berdampak pada risiko penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi. Risiko tinggi
hipertensi ini pula yang terjadi di masyarakat Pulau Madura, yang dikenal dengan
Pulau Garam karena merupakan sentra industri garam. Hipertensi yang diidap Reng
Madure ternyata juga tinggi. Berbagai persoalan yang terjadi akibat budaya Madura
itu sendiri seperti infeksi yang tinggi yang terjadi pada ibu dan bayi sehingga
menyebabkan angka kematian yang tinggi pula serta penderita hipertensi di Madura
yang selalu naik dari tahun ke tahun.
Untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut dibutuhkan pemimpin kuat
yang dapat menetapkan kebijakan dan mewujudkannya dalam aksi nyata secara
komprehensif pada sektor kesehatan. Apa yang perlu dilakukan untuk mengubah

kondisi tersebut? Perubahan harus dimulai dengan membangun suatu sistem


kesehatan Kabupaten Sumenep. Kemudian, ditetapkan program-program kesehatan
yang berkesinambungan, sehingga siapa pun yang menjadi pemimpin di sektor
kesehatan, program-program itu tetap jalan.
Peran pemerintah daerah dalam sistem kesehatan tersebut adalah sebagai
regulator dan pengawas. Pemda harus bisa mengatur distribusi tenaga kesehatan
termasuk dokter dan dokter spesialis agar merata. Pemerintah mengelola
pembiayaan kesehatan untuk setiap kecamatan, dan meningkatkan akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Semua program kesehatan tidak bisa
dilakukan hanya berdasarkan keinginan pengambil kebijakan, tetapi harus sesuai
dengan blue print sistem kesehatan nasional.
Langkah selanjutnya adalah menentukan target-target kesehatan dan fokus
untuk mencapai sasaran-sasaran itu. Target-target yang hendak dicapai dalam
bidang kesehatan antara lain penurunan angka kematian ibu saat melahirkan,
penurunan angka kematian bayi, penurunan jumlah penderita gizi kurang, dan
peningkatan angka harapan hidup. Dengan menentukan target di depan, pemerintah
lebih fokus pada promosi untuk menghindari penyakit. Langkah ini untuk mengikis
habis sumber penyakit yang ada. Ini merupakan langkah preventif. Problemnya,
yang terjadi selama ini, kebijakan kesehatan menunggu orang sakit, sehingga
ongkosnya lebih mahal. Sementara upaya promotif dan preventif lebih murah.
Prioritas berikutnya adalah mendongkrak anggaran untuk kesehatan.
Sehebat apapun program-program yang dirancang, jika tidak dibarengi dengan
dukungan anggaran yang memadai, tidak akan jalan. Porsi besaran anggaran
bidang kesehatan adalah bentuk perhatian pemerintah terhadap perbaikan
pelayanan kesehatan masyarakat. Peningkatan anggaran bidang kesehatan akan
memberikan

kemajuan

yang

positif

dalam

pelaksanaan

program-program

kesehatan.
Idealnya, alokasi dana untuk kesehatan setara dengan anggaran pendidikan.
Dengan anggaran yang makin besar, pemerintah bisa menambah rumah sakit,
puskesmas dan kelengkapannya, serta pengembangan sarana kesehatan lainnya.
Dengan anggaran yang makin besar, pemerintah dapat meningkatkan peranan

rumah sakit daerah (RSD), puskesmas, dan puskesmas pembantu (pustu).


Bertambahnya anggaran juga memungkinkan peningkatan jumlah dokter umum dan
dokter spesialis, serta tenaga paramedic, sehingga mereka dapat tersebar sampai
ke desa-desa.
Solusi selanjutnya adalah pemberian kompensasi bagi para tenaga
kesehatan. Untuk meningkatkan mobilitas mereka, para tenaga kesehatan harus
disediakan fasilitas kendaraan bermotor sehingga mereka bisa melayani lebih cepat
dan menjangkau semua kecamatan dan desa. Para tenaga kesehatan (dokter dan
perawat/bidan) yang bekerja di daerah kepulauan pun perlu diberi insentif untuk
meningkatkan semangat kerja dan kesejahteraan mereka.
Di samping itu, perlu dikembangkan kebijakan strategis untuk meningkatkan
layanan kesehatan masyarakat. Sebut saja, misalnya, program desa siaga
kesehatan. Pemda perlu menentukan beberapa Kecamatan yang akan menjadi
modelnya. Desa siaga kesehatan merupakan satu wilayah di mana segenap
komponen yang ada selalu siap siaga terhadap adanya gangguan khususnya dalam
bidang kesehatan. Di wilayah siaga kesehatan disediakan pusat informasi
kesehatan, pusat rujukan (dokter keluarga/rumah sakit). Selain itu, juga dilakukan
surveilens berbasis masyarakat, penggalangan dana sehat, kegawatdaruratan serta
penerapan perilaku hidup bersih dan sehat.
Sementara untuk membantu daya beli rakyat miskin, Pemda harus
menyediakan dana khusus untuk subsidi obat generik. Pemda juga perlu
mempersiapkan peraturan pendukung yang menjamin ketersediaan obat generik
dengan harga terjangkau. Kebijakan subsidi obat generik menjamin ketersediaan,
keterjangkauan, dan pemerataan obat dalam masyarakat. Kebijakan subsidi ini
diprioritaskan

untuk

beberapa

obat

generik

yang

bersifat

esensial

dan

pergerakannya di pasar cepat (fast moving), obat-obat program dan obat yang
diperlukan untuk menyelamatkan nyawa (life saving).
Terobosan lainnya adalah menjalin kerja sama langsung dengan distributor
obat. Ini untuk mempercepat dan memperlancar pengadaan obat. Konsekuensinya,
Dinas Kesehatan tidak perlu lagi menggunakan sistem lelang. Jika mengikuti
Keppres 80/2003 tentang mekanisme lelang, pemerintah daerah kerap kesulitan

untuk pengadaan obat-obatan guna meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat


secara cepat. Keuntungan lain dari kerjasama langsung dengan distributor
prosesnya cepat dan memungkinkan untuk mengontrol tipe dan jumlah obat karena
pembelian dilakukan melalui farmasi berizin. Juga, dengan kerja sama langsung,
jumlah obat kadaluwarsa dapat diminimalisir karena ada jaminan dari produsen.
Namun, untuk memperlancar kerja sama ini diperlukan aturan pendukung.
Sebetulnya kesehatan masyarakat tidak bergantung pada pelayanan
kesehatan yang disediakan pemerintah, tetapi lebih pada bagaimana budaya hidup
sehat dapat dibangun bersama di tingkat masyarakat. Untuk itu, perlu dilakukan
peningkatan

kapasitas

masyarakat

dalam

menjaga

kesehatan

diri

dan

lingkungannya. Masyarakat perlu memiliki gaya hidup sehat. Mereka perlu


digerakkan

untuk

melakukan

perbaikan

dan

peningkatan

kebersihan

di

lingkungannya, di samping memperhatikan makanan sehat dan bergizi. Ini hanya


mungkin jika mereka memiliki kesadaran hidup sehat. Dan jangan lupa menjadikan
RSUD sebagai Badan Layanan Umum.

Bab III
Pembahasan
2.1 Budaya Masyarakat Madura

Masyarakat Madura dikenal memiliki budaya yang khas, unik dan identitas
budayanya itu dianggap jati diri setiap individual etnik madura dalam berperilaku dan
bermasyarakat. Madura dikenal sebagai masyarakat patriarkal, dimana perempuan
tidak memiliki posisi yang signifikan, hal ini dapat dilihat dengan lemahnya posisi
tawar perempuan Madura terhadap laki-laki. Lemahnya posisi tawar perempuan
rupanya membawa konsekuensi yang jauh lebih besar, yaitu perempuan tidak
memiliki

akses

besar

terhadap

pendidikan

kesehatan

maupun

pelayanan

kesehatan,bahkan ketika ibu sedang hamil. Tentu saja tidak adanya akses terhadap
kesehatan membawa dampak yang lebih besar, yaitu bahaya yang dapat menimpa
ibu hamil, mulai dari kekurangan asupan gizi, bahaya pada waktu hamil, ketika
melahirkan maupun pasca melahirkan. Disebabkan masyarakat tidak mau
meninggalkan kebudayaan ataupun kebiasaan yang jelas secara medis, itu hal yang
kurang baik bagi kesehatan bayi maupun ibu hamil itu sendiri. Walaupun di zaman
yang berkembang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang namun
penanganan ibu saat melahirkan masih banyak masyarakat menggunakan dukun
bayi di daerah-daerah pedesaan atau daerah terpencil. Tentu saja ketiadaan akses
pelayanan kesehatan dapat menyebabkan angka kematian cukup tinggi, tetapi
bukan hanya kepada ibu terhadap anak yang akan dilahirkan pun dapat berdampak
negatif. Persoalannya menjadi pelik ketika memperhatikan kurangnya sarana
kesehatan yang disediakan oleh pemerintah dan swasta. Oleh karena itu, minimnya
tenaga kesehatan membuat jasa dukun bayi semakin dibutuhkan.
Adanya

pengaruh

budaya

(mitos) seputar

kehamilan

yang

cukup

kuat

mengakibatkan sebagian besar masyarakat lebih mempercayai budaya tersebut


daripada
melakukan

anjuran

tenaga kesehatan

pemeriksaan kehamilan

ke

(dokter
dukun

dan

bidan).

Mereka tetap

karena menganggap

bahwa

dukun lebih mengerti posisi bayi dalam kandungan dan dapat melakukan
pemijatan perut yang mempermudah saat persalinan. Ketika periksa kehamilan
ke pelayanan kesehatan, mereka hanya ingin diperiksa dan memastikan bahwa
kondisinya sehat dan diberi obat. Oleh karena itu, ketika akan bersalin
sebagian masyarakat lebih memilih bersalin ke dukun daripada bidan, karena

bersalin ke bidan dianggap persalinan yang susah/sulit yang dalam bahasa


Madura Malarat sehingga akan menjadi aib cenderung malu (dilihat dan
dibicarakan banyak orang) bagi ibu hamil dan keluarga ibu. Selain karena latar
belakang budaya, hasil penelitian tersebut juga menyatakan beberapa alasan lain
yang menyebabkan ibu hamil tidak melakukan persalinan pada bidan, yaitu
karena biaya persalinan bidan mahal, keluarga yang ikut campur dalam
memberi keputusan, takut operasi dan berobat ke puskesmas, serta rendahnya
pengetahuan kesehatan ibu hamil.
2.2 Kebiasaan-Kebiasaan di Masyarakat Madura
1. Jenis kelamin bayi berdasarkan bentuk perut sang ibu, ini sangat
lazim kita dengar. Jika bayi dalam kandungan perempuan maka perut
ibu cenderung membundar penuh. Sementara itu, jika bayi yang
dikandung laki-laki maka perut sang ibu membulat tetapi terlihat
meruncing. Banyak yang mendapati hal tersebut benar sehingga
lambat laun banyak yang mengira hal tersebut merupakan fakta
medis. Namun sebenarnya bukan. Bentuk perut ini dan jenis kelamin
tidak memiliki korelasi yang jelas sebab rupa perut saat hamil
dipengaruhi oleh kekuatan otot perut ibu dan juga posisi bayi di dalam
perut. Jika posisi bayi melintang maka dipastikan perut si ibu akan
melebar ke samping. Dan, jika volume ketuban berlebih maka tentu
perut ibu akan lebih besar bukan? Lebih lanjut, para peneliti juga
menemukan fakta bahwa jika wanita baru pertama kali mengandung,
perutnya cenderung bulat meruncing sebab otot di perutnya masih
kuat menopang rahim. Dan pada kehamilan berikutnya akan
bertambah besar tetapi tidak lagi runcing karena otot perut tak lagi
kuat menopang rahim layaknya di kehamilan pertama.
2. Jangan mempersiapkan perlengkapan bayi sebelum kelahiran. Tak
jarang yang amat sangat mempercayainyanya meski jika dinalar
cukup menggelikan. Mungkin dahulu para orang tua kita di masa
lampau jera membeli perlengkapan bayi laki-laki dan yang lahir

adalah bayi perempuan. Betapa ruginya! Namun saat ini teknologi


sudah demikian maju. Kita sudah bisa memastikan kelamin sang bayi
di usia kehamilan tertentu. Dan alangkah repotnya jika semua
perlengkapan dibeli setelah bayi lahir, bukan?
3. Ibu hamil dan suami tidak diperbolehkan membunuh binatang.
Larangan ini harus dilakukan jika tidak maka bayi yang ada di dalam
rahim si ibu akan cacat. Membunuh binatang memang perbuatan
yang buruk, hamil atau tidak, tetap tak diperkenankan! Dan, kalaupun
Anda yang sedang hamil terpaksa membunuh kecoa, percayalah
bahwa bayi dalam perut Anda baik-baik saja!
4. Ibu hamil harus selalu membawa gunting atau pisau dan disimpan
atau

direkatkan

di

pakaian..

Padahal,

betapa

berbahayanya

membawa benda tajam saat beraktifitas. Jangan cemaskan soal


mahluk halus! Benda semacam gunting dan pisau bukan aksesoris
dan sama sekali bukan hal yang bisa melenyapkan makhluk astral.
5. Jangan memakai sendok besar saat makan, nanti mulut bayi dower
Jika dipikir-pikir tak ada hubungannya sama sekali. Tapi di luar dari
pada konteks kehamilan, memakai sendok yang terlalu besar akan
sangat merepotkan bukan?
6. Melihat seseorang berwajah buruk akan membuat wajah bayi Anda
ikut buruk. Melihat saja bukan hal yang salah kecuali jika Anda
mencela. Namun bagaimanapun tak ada hubungannya dengan wajah
sang bayi. Hal tersebut genetis.
7. Tangan dan kaki bayi harus selalu ditutup dengan sarung tangan/kaki.
Faktanya: Boleh-boleh saja asal dipakaikan kala udara dingin atau
untuk menghindari bayi terluka saat ditinggal. Di luar itu, sebaiknya
bayi tak usah dipakaikan sarung. Pemakaian sarung justru akan
mengurangim perkembangan indera perasa bayi.

8. Bayi dibedong agar kaki tidak bengkok. Padahal Bedong bisa


membuat peredaran darah bayi terganggu lantaran kerja jantung
memompa darah menjadi sangat berat. Akibatnya, bayi sering sakit di
sekitar paru-paruatau jalan napas. Bedong juga bisa menghambat
perkembangan motorik sibayi, karena tangan dan kakinya tak
mendapatkan banyak kesempatan untuk bergerak.

Sebaiknya

bedong dilakukan hanya setelah bayi dimandikan atau kala cuaca


dingin, untuk menjaganya dari udara dingin. Dipakainya pun longgar.
Yang jelas, pemakaian bedong sama sekali tak ada kaitannya dengan
pembentukan kaki.
9. Bayi usia seminggu diberi makan pisang dicampur nasi agar tidak
kelaparan. Faktanya: Salah, pasalnya usus bayi di usia ini belum
punya enzim yang mampu mencerna karbohidrat dan serat-serat
tumbuhan yang begitu tinggi. Akibatnya, bayi jadi sembelit, karena
makanan padat pertama adalah di usia 4 bulan, yakni bubur susu dan
6 bulan makanan padat kedua, bubur tim.
10. Kalau bayi yang sakit, ibunya aja yang minum obat. Khasiatnya
sama, kok. Konon obat apa pun yang diminum ibu akan terbawa oleh
ASI sehingga sama ampuhnya untuk mengobati sakit si kecil. Jadi,
kalau bayi demam cukup ibu saja yang minum obat penurun panas.
Ini jelas tidak benar karena konsentrasi obat sangat menentukan
kesembuhan seseorang. Konsentrasi obat pada ASI yang relatif
sangat sedikit tentu akan membuat penyakit bayi sulit disembuhkan.
Karena itu, kalau anak sakit harus segera bawa ke dokter anak.
11. Leher ibu hamil yang menghitam atau puting yang berwarna gelap
menandakan bayinya laki-laki. Padahal perubahan warna pada leher
atau

puting

tidak

ada

hubungannya

dengan

jenis

kelamin

bayi.Perubahan warna kulit pada ibu hamil diakibatkan peningkatan


progesteron dan melanost (hormon yang mengatur pigmentsi kulit).
Karena itu puting susu yang menghitam biasa terjadi pada kehamilan,

baik pada ibu hamil yang mengandung bayi laki-laki atau perempuan.
Selain perubahan warna kulit dan puting susu, ibu hamil juga memiliki
guratan kehitaman di perut dan garis hitam dari pusar ke bagian
pugbis. Namun gejala ini akan menghilang setelah melahirkan.
12. Memandikan Bayi, Bayi harus dimandikan dengan air hangat agar tak
masuk angin.
Memandikan bayi dengan air hangat tak perlu apabila bayi Anda
normal, cukup bulan dan dalam keadaan sehat. Mandikanlah sehari
dua kali, gunakan sabun bayi dan cuci rambut dengan sampo bayi.
Perlakukan bayi sebagaimana layaknya Anda sebagai orang sehat
mandi dan mencuci rambut.
Mandi dengan air hangat tujuannya terutama agar bayi tak
kedinginan atau hipotermi dalam bahasa kedokterannya. Tapi,
sebagai bayi normal yang sehat, bayi Anda dapat beradaptasi dengan
keadaan tersebut, terang Eric. Jadi, Bu-Pak, tak usah takut
memandikan si kecil dengan air dingin selama kondisinya normal dan
sehat serta dalam cuaca yang tak dingin. Kepala tak boleh dibasahi
saat bayi dimandikan.
Nasihat ini tentulah tak benar. Jika kepala bayi tak pernah dibasahi,
kotoran di kepala jadi menumpuk dan bercampur dengan endapan
lemak sehabis dilahirkan. Akibatnya, timbullah kerak kepala yang
sering disebut sarapen atau dalam istilah medisnya, dermatitis
seboroik.
Bayi tak boleh dimandikan jika tali pusatnya belum lepas.
Salah, Justru tali pusatnya harus dibersihkan, lalu dikeringkan dengan
alkohol 70 persen.

Bab IV
Penutup
3.1 Kesimpulan
Pengaruh budaya atau adat istiadat yang terdapat di lingkungan responden
cukup kuat seperti adanya mitos seputar kehamilan, persalinan merawat bayi. Ini
dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang kebenaran tentang mitos-mitos yang
beredar dan budaya generasi sebelumnya serta kepatuhan terhadap anjuran orang
tua.
3.2 Saran
Sebaiknya berkonsultasi ke bidan atau tenaga kesehatan sebelum
melakukan adat/budaya masyarakat yang dirasa tidak sesuai atau agak
membahayakan bagi kondisinya.

Budaya yang ada harus dilihat apakah baik atau tidak untuk kesehatan. Jika kita
lihat dari akal berdasarkan ilmu yang kita dapat budaya tersebut tidak baik, maka
tidak boleh diikuti lagi.

Daftar Pustaka
1. http://putrymelly.blogspot.co.id/2014/05/makalah-tentang-budaya-dan-mitosselama.html
2. https://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/06/21/madura-denganmasalah-kesehatan/
3. http://pinky_saptandari-fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-67565-antropologi
%20kesehatan-Gizi%20&%20Budaya.html
4. https://rofiqotinazizah.wordpress.com/2013/10/06/kebudayaan-kesehatan-dimadura-khususnya-daerah-kabupaten-sumenep/
5. https://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/06/21/madura-denganmasalah-kesehatan/
6. https://erindarmayanti.wordpress.com/2012/04/13/mitos-seputar-masyarakatmadura/

Anda mungkin juga menyukai