Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK 9 : Rayhan Yovanza (2006104010058)

Cut Dara Fania (2006104010001)

Rahiel Nandika Fatihah (2006104010115)

1. Menganalisis Faktor-faktor yang Memicu Terjadinya Masalah Gizi Remaja, Dewasa dan
Manula serta Penanganan dari Pemerintah terhadap Permasalahan Tersebut!!

JAWAB:
Masalah gizi merupakan hal yang umum terjadi, terutama di Indonesia. Masalah gizi
timbul karena terjadi suatu ketidak seimbangan atau gangguan antara asupan yang
diterima dengan kebutuhan tubuh. Ketidak seimbangan tersebut bisa berarti kelebihan
maupun kekurangan gizi
Saat ini di masalah gizi di Indonesia semakin kerap terjadi dan harus ditangani dengan
serius. Beberapa faktor penyebab masalah gizi di Indonesia, antara lain :
 Konsumsi makanan yang tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang
memenuhi syarat gizi seimbang.
 Penyakit infeksi yang berkaitan dengan tingginya kejadian penyakit menular
terutama diare, cacingan dan penyakit pernapasan akut (ISPA). Hal ini terjadi
karena lingkungan dan kualitas hidup yang kurang sehat.
 Ketersediaan pangan di keluarga, pola asuh, dan juga akses informasi mengenai
gizi dan kesehatan.
 Tingkat kemiskinan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi.
Anak-anak hingga remaja tetap membutuhkan nutrisi yang seimbang untuk
memaksimalkan pertumbuhannya. Karena terjadi perubahan fisiologis saat remaja yang
mempengaruhi kebutuhan gizi. Sangat disayangkan bila generasi muda bangsa sudah
mengalami masalah gizi. Padahal mereka lah yang diharapkan menjadi calon pemimpin
bangsa di kemudian hari yang sehat dan juga produktif.
Beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi di Indonesia akibat masalah gizi yang
kurang seimbang, antara lain :

 Anemia : Menurut data, sekitar 12 persen remaja laki-laki dan 23 persen remaja
perempuan mengalami anemia yang dikarenakan kekurangan zat besi. Untuk
mencegah anemia, harus konsumsi makanan yang tinggi akan zat besi, asam folat,
vitamin A, vitamin C dan zink.
 Stunting : tinggi badan yang pendek atau dibawah rata-rata. Berdasarkan standar
WHO, laki-laki akan lebih pendek 12,5 cm dan perempuan sebanyak 9,8 cm.
Stunting juga dapat menimbulkan penurunan fungsi kognitif, fungsi kekebalan
tubuh, dan gangguan sistem metabolisme.
 Kurang Energi Kronis : remaja yang kekurangan energi kronis atau kurus
disebabkan karena kurangnya gizi dari asupan. Kondisi seperti ini berisiko
terkena berbagai penyakit infeksi dan gangguan hormonal yang berdampak buruk
bagi kesehatan.
 Obesitas : Obesitas atau kegemukan diakibatkan kurangnya konsumsi sayur dan
buah dan juga kurangnya olahraga serta pola hidup yang tidak sehat. Obesitas
dapat dicegah dengan mengatur pola dan porsi makan dan minum, hindari stress
dan juga cukup tidur.

Menurut WHO lansia dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu :

Usia pertengahan (45-59 tahun)

Lanjut usia (60-74 tahun)

Lansia tua (75-90 tahun)

Usia sangat tua (> 90 tahun)

Menurut Kementerian Kesehatan RI, lanjut usia dikelompokkan menjadi :

l Pra lanjut usia (45-59 tahun)

l Lanjut usia (60-69 tahun)

l Lanjut usia risiko tinggi (≥ 70 tahun atau usia ≥ 60 tahun dengan masalah kesehatan)

Banyakan orang dewasa yang kekurangan gizi akan mengalami penurunan berat badan, tetapi
mungkin saja berat badannya sehat atau bahkan kelebihan berat badan dan tetap saja kekurangan
gizi. Misalnya, hal ini bisa terjadi jika kamu tidak mendapatkan cukup nutrisi, seperti beberapa
jenis vitamin dan mineral akibat pola makan yang buruk. Kamu bisa disebut kekurangan gizi
jika:

- Secara tidak sengaja kehilangan 5 sampai 10 persen dari berat badan dalam waktu 3
sampai 6 bulan.
- Indeks massa tubuh (BMI) di bawah 18,5 (meskipun orang dengan BMI di bawah 20 juga
bisa berisiko), gunakan kalkulator BMI untuk menghitung BMI.
- Pakaian, ikat pinggang, dan perhiasan tampaknya menjadi lebih longgar seiring waktu

Faktor-faktor risiko masalah gizi pada orang dewasa:

- Penyakit. Peradangan dan penyakit terkait penyakit dapat berkontribusi pada penurunan
nafsu makan dan perubahan dalam cara tubuh memproses nutrisi.
- Penurunan Kemampuan Makan. Kesulitan mengunyah atau menelan, kesehatan gigi yang
buruk, atau kemampuan yang terbatas dalam menggunakan peralatan makan dapat
menyebabkan malnutrisi.
- Demensia. Masalah perilaku atau ingatan akibat penyakit Alzheimer atau demensia
terkait dapat mengakibatkan lupa makan, tidak membeli bahan makanan, atau kebiasaan
makan tidak teratur lainnya.
- Pengobatan. Beberapa obat dapat memengaruhi nafsu makan atau kemampuan menyerap
nutrisi.
- Diet yang Ketat. Pembatasan diet untuk mengelola kondisi medis (seperti batasan garam,
lemak, atau gula) mungkin juga berkontribusi pada pola makan yang tidak memadai.
- Penghasilan Terbatas. Orang dewasa yang lebih tua mungkin kesulitan membeli bahan
makanan, terutama jika mereka minum obat yang mahal.
- Mengurangi Kontak Sosial. Orang dewasa yang lebih tua dan makan sendiri mungkin
tidak menikmati makanan seperti sebelumnya dan kehilangan minat untuk memasak dan
makan.
- Akses Terbatas ke Makanan. Orang dewasa dengan mobilitas terbatas mungkin tidak
memiliki akses ke makanan atau jenis makanan yang tepat.
- Depresi. Kesedihan, kesepian, kesehatan yang memburuk, kurangnya mobilitas dan
faktor-faktor lain dapat menyebabkan depresi yang kemudian mengarah pada hilangnya
nafsu makan.
- Alkoholisme. Terlalu banyak alkohol dapat mengganggu pencernaan dan penyerapan
nutrisi. Penyalahgunaan alkohol dapat mengakibatkan kebiasaan makan yang buruk dan
keputusan yang buruk tentang nutrisi.
- Ada juga beberapa hal lain yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan gizi, yaitu seperti
menjalani diet terlalu ketat, karena bisa membuat kita kekurangan kalori dan berbagai
nutrisi penting.
- Kondisi kesehatan yang membuat tubuh tidak bisa menyerap nutrisi dari makanan dengan
baik, atau membuat kita tidak nafsu makan.

Penangan pemerintah terhadap masalah gizi pada orang dewasa:

Pada dasarnya, penanganan kurang gizi akan berbeda-beda dari satu orang dengan orang
lainnya. Ini semua tergantung pada keparahan yang dialami, dan penyakit penyerta
(komplikasi) juga yang timbul. Ahli gizi biasanya akan memberikan rencana penanganan
yang sangat spesifik untuk tiap orangnya.

Perubahan pola makan adalah intervensi atau solusi paling utama yang diberikan oleh ahli
gizi. Jika Anda kurang gizi, maka akan diminta untuk meningkatkan jumlah makanan bergizi
dalam diet Anda, atau menggunakan suplemen tertentu.

Makan makanan yang lengkap mengandung kalori serta bergizi, bukan hanya tinggi kalori
saja.
- Makan sedikit-sedikit tapi sering.
- Makan snack di antara waktu makan besar.
- Minum minuman yang juga mengandung kalori.

Jika kondisi memang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan gizi secara oral (melalui
mulut), akan diberikan:

- Tabung kecil sebagai saluran untuk memasukan zat gizi langsung ke sistem pencernaan.
Ini disebut juga dengan proses nasogastric tube. Tabung ini bisa dipasang di perut atau
usus.
- Infus untuk memberikan zat gizi dan cairan langsung ke pembuluh darah.

Setelah diberikan program khusus, biasanya akan dilakukan monitoring lagi untuk
melihat kemajuan berat badan dan kemampuan makannya. Pemantauan rutin dapat
membantu memastikan bahwa asupan kalori dan zat gizinya sudah tepat atau belum.

Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Keadaan Nutrisi pada Lansia


1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi, atau ompong.
Kehilangan gigi penyebab utama adanya Periodontal disease yang biasa terjadi setelah
umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis,
asin, asam, dan pahit.
Indera pengecap menurun disebabkan adanya iritasi kronis dari selaput lendir, atropi
indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah terutama
rasa manis dan asin, hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap tentang rasa asin, asam,
dan pahit.
3. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
Esophagus mengalami penurunan motilitas, sedikit dilatasi atau pelebaran seiring
penuaan. Sfingter esophagus bagian bawah (kardiak) kehilangan tonus. Refleks muntah
pada lansia akan melemah, kombinasi dari faktor-faktor ini meningkatkan resiko
terjadinya aspirasi pada lansia.
4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun
Terjadi atrofi mukosa. Atrofi dari sel kelenjar, sel parietal dan sel chief akan
menyebabkan sekresi asam lambung, pepsin dan faktor intrinsik berkurang. Ukuran
lambung pada lansia menjadi lebih kecil, sehingga daya tampung makanan menjadi
berkurang. Proses perubahan protein menjadi peptone terganggu. Karena sekresi asam
lambung berkurang rangsang lapar juga berkurang . Kesulitan dalam mencerna makanan
adalah akibat dari atrofi mukosa lambung dan penurunan motalitas lambung. Atrofi
mukosa lambung merupakan akibat dari penurunan sekresi asam hidrogen-klorik
(hipoklorhidria), dengan pengurangan absorpsi zat besi, kalsium, dan vitamin B 12.
Motilitas gaster biasanya menurun, dan melambatnya gerakan dari sebagian makanan
yang dicerna keluar dari lambung dan terus melalui usus halus dan usus besar .
5. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi
Pada lansia terjadi perubahan dalam usus besar termasuk penurunan sekresi mukus,
elastisitas dinding rektum, peristaltic kolon yang melemah gagal mengosongkan rektum
yang dapat menyebabkan konstipasi. Pada usus besar kelokan-kelokan pembuluh darah
meningkat sehingga motilitas kolon menjadi berkurang. Keadaan ini akan menyebabkan
absorpsi air dan elektrolik meningkat (pada kolon sudah tidak terjadi absorpsi makanan),
feses menjadi lebih keras, sehingga keluhan sulit buang air besar merupakan keluhan
yang sering didapat pada lansia. Proses defekasi yang seharusnya dibantu oleh kontraksi
dinding abdomen juga seringkali tidak efektif karena dinding abdomen sudah melemah .
6. Penyerapan makanan di usus menurun.
Mukosa usus halus juga mengalami atrofi, sehingga luas permukaan berkurang, sehingga
jumlah vili berkurang dan sel epithelial berkurang. Di daerah duodenum enzim yang
dihasilkan oleh pankreas dan empedu juga menurun, sehingga metabolisme karbohidrat,
protein, vitamin B12 dan lemak menjadi tidak sebaik sewaktu muda.

Kebutuhan Energi dan Zat Nutrisi Pada Lansia


Kebutuhan energi dan zat nutrisi pada lanjut usia dipengaruhi oleh konsumsi pangan yang
kurang seimbang. Karena kebutuhan gizi pada lansia belum terpenuhi sehingga
menyebabkan sebagaian besar lanjut usia mengalami masalah pada kebutuhan gizinya.
Masalah gizi yang dihadapi lansia berkaitan erat dengan menurunnya aktivitas biologis
tubuhnya. Konsumsi pangan yang kurang seimbang akan memperburuk kondisi lansia yang
secara alami memang sudah menurun. Pemenuhan kebutuhan energy dan nutrisi pada lansia
dapat terpenuhi melalui mengonsumsi makanan yang seimbang, yaitu makanan yang
mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral serta air.
1. Kalori
Kebutuhan  kalori untuk lansia laki-laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia
wanita 1700 kal. Bila jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi
akan disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas. Sebaliknya, bila terlalu
sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga tubuh akan menjadi
kurus.
2. Protein
Biasanya pada lansia terjadi penurnan masa otot, tetapi ternyata kebutuhan tubuhnya akan
protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang dewasa, karena pada lansia
efisiensi penggunaan protein oleh tubuh telah berkurang yang disebabkan pencernaan dan
penyerapannya kurang efisien. Berdasarkan beberapa penelitian, untuk lansia sebaiknya
konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa.
Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-kacangan.
3. Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori yang
dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi dapat menimbulkan penyakit
atherosclerosis atau penyumbatan pembuluh darah ke jantung. Dianjurkan pula 20% dari
konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak jenuh. Minyak nabati merupakan
sumber asam lemak tidak jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung
asam lemak jenuh.
4. Serat Makanan
Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau konstipasi dan
terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat makanan telah terbukti dapat
menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagi lansia adalah sayuran,
buah-buahan segar dan biji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan mengkonsumsi
suplemen serat, karena dikuatirkan konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat
menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap
tubuh. Lansia dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan
menggantinya dengan karbohidrat kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-
bijian yang berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat.
5. Vitamin dan Mineral
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang mengkonsumsi vitamin
A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E umumnya kekurangan ini terutama
disebabkan dibatasinya konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran.
Kekurangan mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral kalsium
yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi menyebabkan anemia.
Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu
metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara
teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat.
6. Air
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh untuk
mengganti yang hilang, membantu pencernaan makanan dan membersihkan ginjal. Pada
lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.
Susunan makanan sehari-hari untuk manula hendaknya tidak terlalu banyak
menyimpang dari kebiasaan makanan, serta disesuaikan dengan keadaan psikologisnya.
Pola makan disesuaikan dengan kecukupan gizi yang dianjurkan dan menu makanannya
disesuaikan dengan ketersediaan dan kebiasaan makan tiap lanjut usia. Menu makanan
manula dalam sehari dapat disusun berdasarkan konsep ‘4 sehat 5 sempuna” atau
“Konsep gizi seimbang”, sebagai contoh
Kelompok makanan pokok (utama) : nasi (1 porsi= 200 gram)
Kelompok lauk pauk : daging (1 potong= 50 gram), tahu (1 potong = 25 gr)
Kelompok sayuran : bayam (1 mangkok = 1001 gr)
Kelompok buah-buahan : pepaya (1 potong = 100 gr) dan susu (1 gelas = 100 gr)

Pola susunan makanan untuk manula dalam sehari


Komposisi Laki-laki Perempuan
Energi (kal) 1960 1700
Protein (gr) 50 44
Vitamin A (RE) 600 700
Thiamin (mg) 0,8 0,7
Riboflavin (mg) 1,0 0,9
Niasin (mg) 8,6 7,5
Vitamin B12
1 1
(mg)
Asam folat (mcg) 170 150
Vitamin C (mg) 40 30
Kalsium (mg) 500 500
Fosfor (mg) 500 450
Besi (mg) 13 16
Seng (mg) 15 15
Iodium (mcg) 150 150

Menu untuk manula dalam sehari


WAKTU MENU PORSI
Pagi Roti-telur-susu 1 tangkep 1 gelas
Selingan Papais 2 bungkus
Siang Nasi 1 piring
Semur 1 potong
Pepes tahu 1 bungkus
Sayur bayam 1 mangkok
Pisang 1 buah
Selingan Kolak pisang 1 mangkok
Malam Mie baso 1 mangkok
Pepaya 1 buah
Pedoman tata laksana gizi lansia untuk tenaga kesehatan. 2003. Direktorat gizi masyarakat
DJBKM. Depkes RI.

Perhitungan BB Ideal pada Lansia


1. Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai
peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari
0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat
badan lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
2. Menghitung berat badan ideal pada lanjut usia :
Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100)
Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB kurang dari 160
cm, digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB dalam cm – 100
Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih
Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang
Perhitungan Kebutuhan Energi untuk Lansia
Menurut Widya Karya Pangan Gizi tahun 1998, secara umum kecukupan gizi yang
dianjurkan untuk lansia (> 60 tahun) pada laki-laki adalah 2200 kalori dan pada wanita
adalah 1850 kalori. Kebutuhan energi pada lansia menurun sehubungan dengan penurunan
metabolisme basal (sel-sel banyak yang inaktif dan kegiatan fisik yang cenderung menurun).
Kebutuhan kalori akan menurun sekitar 5% pada usia 40-49 tahun dan 10% pada usia 50-69
tahun.Untuk perhitungan kebutuhan energi setiap lansia dapat digunakan rumus yang
dianjurkan oleh FAO/WHO/UNU (1985) yang telah disesuaikan, yaitu :
Laki-laki           : (13,5 x BB) + 487 kkal
Wanita             : (10,5 x BB) + 596 kkal
BB       = Berat Badan (dapat digunakan BB sekarang atau BB ideal / normal, sesuai dengan
tujuan).
Gol. Umur BB
BB Ind Energi Protein
FAO
Laki-laki
51 – 65 th 65 62 2200 50
> 65 th 65 62 1900 50
wanita
50 – 64 th 55 54 1900 44
> 65 th 55 54 1700 44
AKG digunakan hanya untuk manusia sehat menurut IMT. Setelah status gizinya diketahui,
kemudian dikonversikan dengan tabel diatas.

Masalah Gizi pada Lansia


1. Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar.
Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalai
pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan
makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit
jantung, kencing manis, dan darah tinggi.
2. Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena
gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan
menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan
protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya
rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena
infeksi.
3. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan
menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat. Seperti :
kurang vitamin A kekeringan selaput mata, kurang B1 penebalan pembuluh darah,
penyakit jantung koroner, hipertensi, kurang vitamin C sariawan, perdarahan gusi,
kurang vitamin D penurunan densitas tulang, kurang vitamin E sebagai anti oksidan.
4. Osteoporosis
Kondisi dimana sering disebut ‘tulang keropos’ yang disebabkan oleh penurunan densitas
tulang. Mencapai maksimum pada usia 35 tahun pada wanita, 45 tahun pada pria.Kurang
konsumsi kalsium pada jangka waktu lama.
5. Gout
Kelainan metabolisme asam urat kongenital. Asam urat dalam darah yang berlebih
menyebabkan nyeri dan pembengkakan sendi. Mengurangi konsumsi lemak.
6. Anemia
Kondisi dimana sel-sel darah mengandung tingkat haemoglobin yang tidak normal, kimia
yang bertugas membawa oksigen di seluruh tubuh. Kurang Fe, asam folat, B12, dan
protein. Kemunduran proses metabolisme sel darah merah. Cepat lelah, lesu, otot lemah,
letih, pucat, kesemutan, sering pusing, mata berkunang-kunang, mengantuk, HB < 8
gr/dl. Pria = 13 – 18 gr/dl. Wanita = 11,5 – 16,5 gr/dl.
7. Kurang Energi Kronis Penurunan nafsu makan berkepanjangan BB turun keriput dan
kurus.

Faktor Penyebab Kurang Gizi Pada Lansia


1. Keterbatasan ekonomi keluarga.
2. Penyakit kronis.
3. Pengaruh psikologis.
4. Hilangnya gigi.
5. Kesalahan pola makan.
6. Kurang pengetahuan tentang gizi dan cara pengolahan.

Upaya Pemerintah Pada Kurangnya Gizi Lansia


Adapun Program Kementerian Kesehatan dalam upaya untuk meningkatkan status
kesehatan para lanjut usia adalah peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan para
Lanjut Usia di pelayanan kesehatan dasar, khususnya Puskesmas dan kelompok Lanjut
Usia melalui konsep Puskesmas Santun Lanjut Usia. Saat ini data yang masuk di
Kementerian Kesehatan baru terdapat 437 Puskesmas Santun Lanjut Usia, Peningkatan
upaya rujukan kesehatan bagi Lanjut Usia melalui pengembangan Poliklinik Geriatri di
Rumah Sakit, Peningkatan penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan dan gizi
bagi Usia Lanjut dan sudah disosialisasikan Program Kesehatan lanjut usia ini ke semua
provinsi, pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan dan pembinaan Kelompok
Usia Lanjut/Posyandu Lansia di masyarakat. Hal ini dapat dilakukan sebagai salah satu
bagian dari kegiatan di desa siaga. Saat ini sudah ada lebih kurang 69.500 Posyandu
lanjut usia yang tersebar di beberapa kabupaten/kota di Indonesia, dan peningkatan
mutu perawatan kesehatan bagi Lanjut Usia dalam keluarga (Home Care). Home care
dilaksanakan secara terintegrasi dengan program Perawatan Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas maupun di RS.

Anda mungkin juga menyukai