Anda di halaman 1dari 2

PENYULUHAN PROLANIS

Klub Prolanis : PARI


Tanggal : 19 Mei 2023
Materi : Permasalahan Gizi pada Lansia dan Cara Mengatasinya
Pemateri : Lismil Meta Sari, AMd.Gz

Apa yang dimaksud dengan Lansia?


Lanjut usia (Lansia) secara definisi adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Secara umum dikatakan lansia adalah seseorang yang telah mencapai
usia 60 tahun ke atas (menurut PP RI No. 43 tahun 2004). Lansia dikelompokkan menjadi tiga :
Pralansia (50-64 tahun), Lansia muda (65-80) dan Lansia lanjut >80 tahun (menurut PMK No. 28
tahun 2019). Sedangkan menurut WHO, lansia dikelompokkan menjadi 4 kelompok: Usia
pertengahan (45-59 tahun), elderly (60-74 tahun), Old (75-90 tahun), very old (>90 tahun). Lansia
merupakan sebuah siklus hidup manusia yang hampir pasti akan dialami setiap orang. Lansia
dimasukkan ke dalam kelompok rentan gizi, meskipun tidak ada hubungannya dengan
pertumbuhan badan, namun sebaliknya sudah terjadi evolusi dan degenerasi jaringan sel-selnya.
Asupan makan sangat mempengaruhi proses menua karena seluruh aktifitas sel atau metabolisme
dalam tubuh memerlukan zat-zat gizi yang cukup. Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi
proses menua adalah perubahan Biologis, yang pada akhirnya juga dapat mempengaruhi status
gizi. 
Proses Perubahan Biologis pada Lansia dan Implikasinya terhadap Gizi :                 
1. Pengurangan massa otot antara 1%-2% pertahun dimulai usia 30 tahun, sebaliknya
bertambahnya massa lemak (jaringan adipose) sebesar 0,5%-1,5% pertahun sejak usia 30
tahun. Menurunkan jumlah cairan tubuh, kulit terlihat mengerut dan kering, wajah berkeriput
dengan garis-garis yang menetap, dan terlihat kurus.
2. Gangguan indera perasa, penciuman, pendengaran, penglihatan dan perabaan. Menurunnya
fungsi indera perasa berkaitan dengan kekurangan kadar zink yang menyebabkan
berkurangnya nafsu makan pada lansia. Sensitifitas terhadap rasa manis dan asin biasanya
berkurang, ini menyebabkan Lansia senang makan yang manis dan asin.
3. Katarak pada lanjut usia sering dihubungkan dengan kekurangan Vitamin A, C dan Asam
Folat.
4. Gigi geligi yang tanggal dan tidak lengkap, menyebabkan gangguan fungsi mengunyah yang
mengakibatkan kurangnya asupan makanan, sehingga pada akhirnya terjadi penurunan berat
badan.
5. Cairan saluran cerna dan enzim-enzim pencernaan berkurang, Nafsu makan dan kemampuan
penyerapan zat-zat gizi terutama lemak dan Kalsium juga menurun. Menurunnya sekresi air
ludah mengurangi kemampuan mengunyah dan menelan makanan. Penurunan Asam lambung
menyebabkan rasa lapar juga menurun. Pada lambung, faktor yang berpengaruh terhadap
penyerapan vitamin B12 juga berkurang, sehingga dapat menyebabkan Anemia.
6. Penurunan mobilitas usus, meyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti perut
kembung, nyeri perut dan susah buang air besar atau sembelit. Hal ini juga dapat
menyebabkan menurunnya nafsu makan dan terjadinya wasir.
7. Penurunan kemampuan Motorik, menyebabkan Lansia mengalami kesulitan untuk makan.
8. Terjadinya penurunan fungsi sel otak, menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek,
melambatnya proses informasi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam melakukan
aktifitas sehari-hari (Demensia/Pikun).
9. Kapasitas Ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga berkurang, sehingga dapat
terjadi pengenceran Natrium. Selain itu pengeluaran urine diluar kesadaran (incontinensia
urine) menyebabkan lansia sering mengurangi minum, sehingga dapat menyebabkan
Dehidrasi.

Lanjut usia memerlukan Asupan Gizi yang cukup dan seimbang untuk mempertahankan Status
Gizi yang optimal serta untuk mencegah atau mengurangi risiko penyakit degeneratif dan
kekurangan gizi (Malnutrisi).

Rekomendasi Gizi Seimbang untuk Lansia :


1. Jaga keseimbangan energi untuk mencapai dan menjaga Berat Badan Normal. Pola makan
sehat diutamakan sepeti asupan makanan dan minuman yang padat gizi. Pilih BM sumber
protein seperti susu dan hasil olahannya yang rendah lemak, daging has, unggas, telur,
kacang-kacangan dan biji-bijian.
2. Batasi konsumsi gula (Karbohidrat sederhana termasuk tepung-tepungan), garam dan lemak
jenuh. Konsumsi gula, garam dan lemak berlebihan dapat meningkatkan risiko Lansia untuk
mengalami hiperglikemia, hipertensi, hiperkolesterolemia, stroke, penyakit jantung dan
diabetes.
3. Biasakan mengkonsumsi sumber kalsium dan vitamin D, seperti ikan, susu untuk menjaga
kesehatan dan kekuatan tulang dan gigi. Sering terpapar sinar matahari pagi juga dapat
membantu pembentukan vitamin D aktif dalam tubuh.
4. Biasakan mengkonsumsi  sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan produk whole grain
sebagai sumber serat makanan dan kalium, terutama sayuran yang berwarna hijau, merah atau
orange. Serat penting bagi kesehatan Lansia karena selain untuk melancarkan pencernaan dan
mencegah sembelit/konstipasi, serat juga berfungsi untuk mengontrol kadar lemak dan gula
dalam darah.
5. Minum air putih sesuai kebutuhan. Anjuran konsumsi air untuk Lansia adalah 1500-1600 ml
(sekitar 6 gelas) per-harinya, atau 25-30 ml/kgBB/hari. Lebih sedikit dari anjuran minum
untuk orang dewasa yang sebanyak 8 gelas perhari.
6. Kebutuhan gizi sebaiknya terpenuhi dari asupan makan sehari-hari. Bila dibutuhkan,
makanan yang difortifikasi dan suplemen mungkin bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan
satu atau lebih zat gizi pada kondisi khusus.
7. Pola makan yang sehat harus mencegah penyakit terkait makanan (foodborne disease). Empat
prinsip keamanan pangan yaitu; bersihkan, pisahkan, olah atau masak dan simpan pada suhu
yang tepat, secara bersama-sama menurunkan risiko penyakit terkait makanan. Makanan
setengah matang harus dihindari.
8. Tetap melakukan aktifitas fisik dan kurangi waktu untuk aktifitas sedenter. Kekakuan otot
sering terjadi pada Lansia karena berkurangnya kemampauan otot untuk berkontraksi dan
relaksasi. Lansia dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik ringan seperti, berjalan santai,
bersepeda, berkebun, yoga atau senam Lansia. Selain menjaga kelenturan otot, aktifitas fisik
tersebut dapat membantu menjaga kesehatan jantung dan kebugaran tubuh.

DISKUSI ==> Pertanyaan :


1. Bagaimana jika lansia mau mengkonsumsi ikan asin, tetapi takut dengan hipertensi?
2. Bagaimana menjaga pola makan penderita asam lambung?

Jawaban :
1. Ikan asin mengandung sodium (garam) yang cukup tinggi, sedangkan asupan garam yang
berlebihan tidak baik bagi tubuh. Kelebihan natrium dalam darah akan memberikan beban
kerja yang lebih berat pada ginjal. Bila garam terakumulasi, tubuh menahan air untuk
mengencerkan garam. Kondisi ini akan meningkatkan jumlah cairan di dalam aliran darah.
Peningkatan volume darah akibat bertambahnya cairan memberikan jantung pekerjaan ekstra
dalam memompa dan mengalirkan darah. Akibatnya, tekanan aliran darah pun meningkat.
Bila dibiarkan, beban dan tekanan tambahan ini menyebabkan pembuluh darah kaku.
Sementara itu, pembuluh darah yang kaku dapat memicu berbagai masalah kesehatan yang
perlu diwaspadai, meliputi tekanan darah tinggi, serangan jantung, stroke, gagal jantung dan
penyakit ginjal kronis. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika
mengonsumsi ikan asin, yaitu :

 Kenali kebutuhan garam harian sesuai usia dan kondisi kesehatan tubuh.
 Pasangkan dengan makanan untuk memenuhi pedoman gizi seimbang.
 Usahakan mengurangi porsi makan untuk membatasi asupan garam dari ikan asin.

2. Menjaga pola makan penderita asam lambung dapat dengan memperhatikan hal berikut :

1. Makan porsi kecil tapi sering.


2. Jangan makan sebelum tidur.
3. Memperhatikan cara mengolah makanan, misalnya tidak digoreng, hindari pemakaian
bumbu merangsang
4. Konsumsi makanan dengan gizi seimbang
5. Konsumsi air putih sesuai anjuran, 8 gelas atau 2 liter perhari (dewasa)

Anda mungkin juga menyukai