KELOMPOK
Disusun Oleh :
KELOMPOK 6
Sindhi Maipuri (S16182) Verily Endah Jati Wicaksana (S16187)
Siti Ning Intan Lestari (S16183) Yoanita Putri (S16188)
Tatik Widiastuti (S16184) Yudhi Prabowo (S16189)
Titin Purnama Sari (S16185) Zulfa Afida Salma (S16191)
Ulfi Asmaroh (S16186)
Merupakan rangkaian proses masalah gizi ejak muda manifestasinya timbul setelah tua dari
berbagai penelitian dilakukan oleh pakar, sebagian besar adalah kegemukan/obesitas yang
memacu timbulnya penyakit degeneratif seperti jantung koroner, diabetes militus,
hipertensi, gout, reumatik ginjal, sirosis hati, empedu dan kanker. Penampilan penyakit
pada lanjut usia (lansia) sering berbeda pada dewasa muda, karena penyakit pada lansia
merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses
menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya, sehingga tdak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi)dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Sosialisasi terhadap lingkungan sekitarnya untuk
menghindari terjadinya depresi, stres, paranoia, dan gangguan lain dengan cara :
1. Kegemukan / obesitas
Keadaan ini disebabkan karena pola konsumsi berlebihan yang banyak mengandung
(lemak,protein dan karbohidrat) yang tidak sesuai kebutuhan. Hal ini biasanya terjadi
sejak usia muda, bahkan sejak anak-anak. Proses metabolisme yang menurun pada
usia lanjut, bila tidak diimbangi dengan peningkatan aktivitas fisik atau penurunan
jumlah makanan, sehingga kalori yang erlebihan tersebut akan diubah menjadi lemak
yang yang dapat menybabkan obesitas. Selain itu kegemukan akan meningkatkan
risiko menderitapenyakit jantung koroner 1-3 ksli, peyakit hipertensi 1-5 kali,
diabetes militus 2-9 kali dan penyakit empedu 1-6 kali. Selain itu juga sebagai faktor
risiko kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian.
3. Diabetes Militus
Adalah keadaan/kelainan dimana terdapat gangguan metabolisme karnohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan karena kekurangan insulin. Hal ini dapat
menyebabkan gula darah tertimmbun dalam darah (hiperglikemia) dengan berbagai
akibat yang mungkin terjadi Pada orang kegemukan, hiperglikemia terjadi karena
insulin yang dihasilkan tidak memenuhi kecukupan.
Tipe DM:
a. Tipe I
b. Tipe II
Non Insulin Dependent DM (NIDM) selain terjadi kerusakan sel dan pankreas
juga disertaii tidak fungsiya insulin, 75% penderitanya adalah obesitas dengan
riwayat obesitas.
Menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14, tentang masalah
kesehatan utama pada lansia yaitu :
1. immobility (kurang bergerak)
2. instability (berdiri dan berjalan stabil atau muda jatuh)
3. incontinence (beser buang air kecil atau buang air besar)
4. intellectual impairment (gangguan itelektual/dimensia/pikun)
5. infection (infeksi)
6. Ivision and hearing,taste,smell,communication,convelanscance,skin integrity
(gangguan panca indra,komunikasi, penyembuhan, dan kulit)
7. impaction (sulit buang air besar)
8. isolation (depresi)
9. inanition (kurang gizi)
10. impecunity (tida punya uang)
11. iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan)
12. Insomnia (gangguan tidur)
13. Immune ficiency (daya tahan tubuh yang menurun)
14. Impotence (impotensi)
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat
gizi. status gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan
absorbsi yang diukur dari berat dan tinggi badan dengan perhitungan Indeks Massa Tubuh
(Ratih Musti, 2011).
Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data
kuantitatif maupun kualitatif. Cara lain sering digunakan untuk mengetahui status gizi yaitu
dengan cara sebagai berikut:
1. Klinis
2. Biokimia
Digunakan untuk mengetaui kejadian status gizi kurang secara dini, pemeriksaan cara
biokimia ini dilakukan pada pemeriksaan jaringan tubuh seperti darah dan urin.
3. Biofisik
Dilakukan misalnya terhadap tulang untuk menilai derajat osteoporosis, jantung untuk
kecurigaan beri-beri dan smear terhadap mukosa organ tertentu.
4. Antropometri
Adalah pengukuran variasi berbagai dimensi fisik dan komposisi tubuh secara umum
pada berbagai tahapan umur dan derajat kesehatan. Pengukuran dilakukan meliputi berat
badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit dan khusus pada lansia adalah
pola distribusi lemak. Pengolahan data status gizi menggunakan data hasil pengukuran
berat badan dan tinggi badan. Tinggi lutut digunakan sebagai prediksi tinggi badan.
(Gibson 2005) merekomendasikan model prediksi tinggi badan lansia, dengan rumus:
Status gizi lansia ditentukan berdasarkan berdasarkan perhitungan Indeks Massa Tubuh
dengan mengggunakan rumus:
Asupan makanan untuk orang lanjut usia (lansia) tentu berbeda dengan orang yang lebih
muda. Selain kemampuan organ pencernaan yang mulai berubah, kebutuhan nutrisi pun
berubah. Maklum, sejumlah potensi penyakit dengan mudah datang di masa tua. Berikut
ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menu makanan bagi lansia,
sebagaimana ditulis dalam situs Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.
1. Membuat masakan dengan bumbu yang tidak merangsang, seperti pedas atau asam,
karena dapat mengganggu kesehatan lambung dan alat pencernaan.
2. Mengurangi pemakaian garam, yakni tidak lebih dari 4 gram per hari, untuk
mengurangi risiko tekanan darah tinggi.
3. Mengurangi santan, daging yang berlemak, dan minyak agar kolesterol darah tidak
tinggi. Memperbanyak makanan yang berkalsium tinggi, seperti susu dan ikan. Pada
orang lanjut usia, khususnya ibu-ibu yang menopause, sangat perlu mengkonsumsi
kalsium untuk mengurangi risiko keropos tulang.
4. Memperbanyak makanan berserat, seperti sayuran mentah, agar pencernaan lancar
dan tidak sembelit.
5. Mengurangi konsumsi gula dan makanan yang mengandung karbohidrat tinggi agar
gula darah normal, khususnya bagi penderita kencing manis agar tidak terjadi
komplikasi lain.
6. Menggunakan sedikit minyak untuk menumis dan kurangi makanan yang digoreng.
Perbanyak makanan yang diolah dengan dipanggang atau direbus karena makanan
tersebut mudah dicerna.
7. Membuat masakan yang lunak dan mudah dikunyah sehingga kesehatan gigi terjaga.
Pola makan orang yang berpuasa akan berbeda dari pola makan sehari-hari. Pengurangan
kalori membuat banyak yang khawatir para manula tidak sanggup menjalani puasa di bulan
Ramadan.
Sebentar lagi kita akan memasuki bulan puasa tips yang kami berikan di bawah ini semoga
bermanfaat untuk kaum - kaum lansia.
1. Asupan Cairan
Konsumsi cairan 30-50 cc/kg per hari atau setara dengan delapan sampai sepuluh
gelas untuk mencegah kekurangan cairan. Dr. Eddy menjelaskan, takaran atau porsi
mengonsumsi cairan saat puasa. "Untuk mencegah kekurangan cairan, sebaiknya
mengonsumsi 8-10 gelas sehari dengan takaran 2 gelas saat berbuka, 3-4 gelas
setelah tarawih, 1 gelas sebelum sahur dan 1-2 gelas saat sahur," paparnya.
2. Pola Makan
Dr. Eddy menganjurkan sebaiknya makan berat setelah salat maghrib, diawali
berbuka dengan yang manis untuk membatalkan. Pola makan juga diatur saat
berpuasa, menurut Dr. Eddy membagi persentase kalori dalam 3 tahap. "Pola makan
sebaiknya diatur, saat sahur konsumsi 40 persen kalori, 50 persen saat berbuka
(dibagi sebelum dan sesudah salat maghrib) dan 10 persen sesudah tarawih,"
jelasnya.
3. Hindari Es
Konsumsi Air atau jus buah antara berbuka dan sebelum tidur. Hindari terlalu banyak
es karena dapat menahan rasa kenyang dan konsumsi makanan lengkap akan
menurun.
4. Gizi Seimbang
Komposisi gizi harus seimbang, batasi makanan yang digoreng dan tinggi kandungan
lemak. Batasi makanan yang lebih cepat dicerna seperti gula.
Saat Sahur:
Batasi minuman teh atau kopi, dianjurkan mengonsumsi makanan yang lambat
dicerna dan tinggi akan serat.
Saat Berbuka:
Dianjurkan konsumsi kurma, karena mengandung gula serat, karbohidrat, kalium dan
magnesium. Pisang baik dikosumsi karena sumber kalium, magnesium dan
karbohidrat.
6. Kontrol Kesehatan
Cukup konsumsi vitamin dan mineral. Waspadai terjadinya kekurangan cairan.
Kontrol ke dokter sebelum puasa.
DAFTAR PUSTAKA
Andarini. 2012. Terapi Nutrisi Pasien Usia Lanjut yang Dirawat di Rumah Sakit. Di
dalam: Harjodisastro D, Syam AF, Sukrisman L, editor. Dukungan Nutrisi pada
Kasus Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran UI.
Arisman. 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. EGC : Jakarta.