Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ATEROMA

Oleh :

YOANITA PUTRI

SN201234

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
ATEROMA

A. KONSEP PENYAKIT

1. DEFINISI

Kista ateroma adalah benjolan dengan bentuk yang kurang lebih

bulat dan berdinding tipis, yang terbentuk dari kelenjar keringat

(sebacea), dan terbentuk akibat adanya sumbatan pada muara kelenjar

tersebut. Disebut juga kista sebacea, kista epidermal ( Rasjidi, 2011)

Kista Ateroma bentuknya bulat dan lonjong, biasanya lunak,

letaknya dibawah kulit subkutan), dapat digerakan dari dasar dan tidak

nyeri (Rasjidi, 2011)

2. ETIOLOGI

Sumbatan pada muara kelenjar sebacea, dapat disebabkan oleh

infeksi, trauma (luka/benturan), atau jerawat. Kista Ateroma berasal

dari jerawat yang tersumbat muara kelenjarnya dan berisi kristal

kolesterol. Bila Kista Ateroma dibelah, akan ditemui massa putih dan

berbau. (Sumiardi Karakata, Bob Bachsinar, dalam buku bedah

minor. 1996:127)
3. PATOFISIOLOGI

Kista sebasea atau kista ateroma terbentuk akibat sumbatan

kelenjar sebasea sehingga produk kelenjar yang seperti bubur putih

abu abu ( ateroma ) terkumpul dalam satu kantong tipis. Kita sebasea

membesar secara perlahan, dapat timbul disemua kulit kecuali tangan

dan kaki yang tidak mengandung kelenjar sebasea. Kista berbentuk

tumor yang kurang lebih bulat, karena kelenjar sebasea terletak di

dermis, kista melekat di dermis tetapi bebas dari dasarnya. Muara

kelenjar yang tersumbat menjadi puncak kista yang tampak sebagai

titik yang berwarna kebiruan dermis. Kista dapat terinfeksi sehinga

cepat membesar karena proses inflamasi, bla proses ini berlanjut,

isinya berbentuk nanah sehingga menjadi abses Pembuangan kista

harus tuntas, sampai mengankat kantongnya tanpa sisa, bila ada yang

tertinggal, kista akan muncul kembali karena dinding kista merupakan

sel kelenjar sebasea yang selalu bermitosis dan membentuk ateroma

(Rasjidi, 2011).
Pathway

Etiologi (hormonal, stress, genetic, bakteri)

Hormon androgen menstimulasi kelenjar sebasea

Kelenjar sebasea membesar dan mensekresi sebum

Sebum merembes naik hingga puncak folikel


rambut

Mengalir ke luar permukaan kulit (epidermis)

Duktus polisebaseus tersumbat sebum

Lesi obstruktif

Dilatasi folikel sebasea

Penipisan dinding folikuler


Isi folikuler keluar dan mengiritasi dermis

Gangguan integritas kulit


Resiko infeksi Lesi baru Gangguan citra tubuh
Ansietas

Papula eritematosa
Kista inflamatorik
Pustyla

(SDKI, 2017)
4. MANIFESTASI KLINIS

1. Banyak dijumpai di kulit yang banyak mengandung kelenjar

keringat, misalnya di muka, kepala, punggung. Dan bisa juga

dijumpai pada vulva

2. Bentuk bulat, berbatas tegas, berdinding tipis, dapat digerakkan,

melekat pada kulit di atasnya.

3. Isinya cairan kental berwarna putih abu-abu, kadang disertai bau

asam.

4. Merah dan nyeri jika terjadi peradangan

(Rasjidi, 2011)

5. KOMPLIKASI

Bila terjadi infeksi sekunder, dan terbentuk abses, dilakukan

pembedahan dan evakuasi nanah, biasanya diberikan antibiotik selama

2 minggu. Setelah luka tenang (3-6 bulan) dapat dilakukan operasi

untuk kista ateromanya (Rasjidi, 2011).

6. PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan kista ateroma dilakukan dengan mengambil

benjolan dengan menyertakan kulit dan isinya, tujuannya untuk

mengangkat seluruh bagian kista hingga ke dindingnya secara utuh.

Bila dinding kista tertinggal saat eksisi, kista dapat kambuh, oleh

karena itu, harus dipastikan seluruh dinding kista telah terangkat.


Penatalaksaan Kista Ateroma adalah dilakukan pembedahan

dengan nama tindakan Ekstirpasi Kista. Ketika pembedahan, kista

harus terangkat bersih beserta kantong/kapsulnya. Jika tidak,

kemungkinan terjadi kekambuhan (Rasjidi, 2011).


B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Riwayat

1) Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua),

jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku

bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose

medis.

2) Keluhan utama

Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah

badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.

3) Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat

mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas.

Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan

kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan

separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.

4) Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit

jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral

yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,

vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.

5) Riwayat penyakit keluarga


Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi

ataupun diabetes militus.

b. Pola Gordon

1. Pola persepsi dan pemeliharaan

Persepsi klien / keluarga terhadap konsep sehat sakit dan

upaya dalam mempertahankan kesehatan.

2. Pola nutrisi / metabolik

Kebutuhan klien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

sebelum dan sealama sakit

3. Pola eliminasi / BAB / BAK

Frekuensi, warna,, dan keluhan

4. Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas rutin klien selama sehat sakit

5. Pola istirahat tidur

Kualitas dan kuantitas tidur klien selama sehat sakit

6. Pola konsep diri

Ungkapan perasaan klien berhubungan dengan kesadaran

dirinya selama sehat sakit

7. Pola peran dan hubungan

Hubungan klien dengan keluarga maupun dengan tetangga

sebelum dan selama sakit

8. Pola seksual dan reproduksi

Kaji berdasarkan jenis kelamin


9. Pola mekanisme koping

Koping yang digunakan untuk menghadapi masalah

10. Pola nilai dan keyakinan

Nilai dan keyakinan terhadap sesuatu dan menjadi sugesti

yang amat kuat

c. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum

Kesadaran : composmentis / koma

TTV : TD, HR, RR, suhu

2. Pemeriksaan Head To Toe

a) Kepala : rambut (warna, distribusi, kebersihan)

b) Mata : kebersihan, palpebra, konjungtiva, pupil

c) Hidung : kebersihan, sekret, gangguan penciuman

d) Mulut : bibir, mukosa mulut, lidah, tonsil, gigi

e) Telinga : kebersihan, gangguan pendengaran

f) Leher : pembesaran kelenjar tiroid

g) Dada :

1) Paru – paru

Inspeksi : bentuk dada

Palpasi : vokal fremitus

Perkusi : sonor

Auskultasi : vaskuler

2) Jantung
Inspeksi : normal

Palpasi : apeks

Perkusi : redup

Auskultasi : BJ 1 (S1), BJ II (S2)

h) Abdomen

Inspeksi : warna, bentuk

Auskultasi : frekuensi, intensitas

Palpasi : ada nyeri tekan

Perkusi : pekak

i) Genetalia : kebersihan, terpasang kateter atau tidak

j) Rectum : ada hemoroid atau tidak

k) Ekstremitas : kekuatan otot

l) Integumen :turgor kulit, kebersihan

d. Pemeriksaan Penunjang

a) Radiologi

b) Laboratorium : hemoglobin, angka leukosit,

limfosit, LED, jumlah trombosit, protein total

(albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium,

dan chlorida), CT/BT, ureum kretinin, BUN, dll

c) Pemeriksaan gula darah

d) Biopsi
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi

ditandai dengan kerusakan lapisan kulit

K. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)


1. Resiko infeksi ditandai Setelah dilakukan tindakan SIKI :

dengan efek prosedur keperawatan selama 3 x 1 Perawatan luka

invasif jam maka tingkat infeksi (I.14564)

menurun dengan kriteria 1. Monitir tanda dan

hasil: gejala infeksi lokal dan

1. Kemerahan sistemik

2. Bengkak 2. Berikan perawatan luka

3. Cairan berbau busuk dengan baik

3. Jelaskan tanda dan

gejala infeksi

4. Kolaborasi pemberian

antibiotik, jika perlu


2 Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan SIKI

berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 1 Perawatan integritas

perubahan sirkulasi jam, maka integritas kulit kulit (I.11353)

ditandai dengan dan jaringan meningkat 1. Identifikasi penyebab

kerusakan lapisan kulit dengan kriteria hasil: gangguan integritas


1. Kerusakan lapisan kulit

kulit 2. Hindari produk

2. Perdarahan berbahan dasar alkohol

3. Nekrosis pada kulit kering

3. Anjurkan minum air

yang cukup
DAFTAR PUSTAKA

Rasjidi, 2011. Imaging Ginekologi Onkologi. Jakarta : CV Sagung Seto

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator

Diagnostik, Edisi 1 (Cetakan III Revisi). Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervesi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai