Anda di halaman 1dari 10

RS MAL Tanggal : Nilai Tanggal : Nilai Rata - rata

Ruang
Paraf CI + Stempel Paraf Dosen
OK

Nama : Dandi Riswandi


NPM : 213119165
LAPORAN PENDAHULUAN
STT PEDIS DEXTRA
A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal
yang disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer, 2002 ). STT
adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidak tumbuh
seperti kanker (Price, 2006). Soft tissue tumor atau Soft Tissue Sarkoma adalah
suatu kelompok tumor yang biasanya berasal dari jaringan ikat, dan ditandai
sebagai massa di anggota gerak, badan, atau retroperitoneum (Toyet al. 2011).
Sehingga dapat di simpulkan , STT adalah Suatu benjolan atau pembengkakan
yang abnormal didalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang terletak antara
kulit dan tulang.
2. Etiologi
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan keganasan tulang yaitu
genetik, radiasi, bahan kimia, trauma, limfedema kronis, dan infeksi. Faktor genetik
dapat menyebabkan soft tissue tumor berdasarkan dari data penelitian, diduga
mutasi genetik pada sel induk mesenkim dapat menimbulkan sarkoma, (Hana,
2012).
a. Kondisi Genetik
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untuk beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan
gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam menentukan
diagnosis.
b. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi
yang mendorong transformasi neoplastik.
c. Infeksi
Infeksi firus epstein-barr bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang
lemah ini juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT. Virus
Epstein-Barr (EBV) adalah virus yang sangat umum menyerang manusia
dan ditularkan melalui air liur. Virus ini paling dikenal sebagai penyebab
infeksi mononukleosis. Infeksi penyakit ini ditunjukkan dengan gejala
demam, sakit tenggorokan, dan radang kelenjar getah bening di leher.
d. Trauma
Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja.
Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.
3. Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT)
adalah proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan nonepitelial
ekstraskeletal tubuh. Soft Tissue Tumor Regio Femur tumbuh di antara pinggul dan
lutul atau paha. Biasanya tanda dan gejala yang pertama muncul adalah adanya rasa
sakit dan bengkak pada bagian paha. Tumor tersebut menyerang jaringan lunak
yang ada di bagian regio femur yaitu jaringan embrional mesoderm, tumor yang
tumbuh menjadi lebih besar akan menekan sel normal, maka terjadi rasa nyeri yang
menekan sel saraf atau otot. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya,
maka tumor membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular.
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
a. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi
b. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
c. Invasi lokal.
d. Metastasis jauh.

PATHWAY
Kondisi genetik, radiasi, infeksi,
trauma
Terbentuknya benjolan (tumor) dibawah kulit

Soft Tissue Tumor (STT)

Pre Operasi Post Operasi

Adanya inflamasi
Terputusnya
Adanya luka post op
kontinuitas jaringan
Perubahan fisik

Tempat masuk
Anatomi kulit Menstimulasi mikroorganisme
abnormal respon nyeri

Kurang Resiko
pengetahuan infeksi
Nyeri

Cemas
4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau
benjolan tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan
dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit
yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga
karena adanya penekanan pada saraf – saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila
dirabaterasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari
jaringan di sekitarnyadan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.
Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak
yang relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar,
mendorong jaringan normal. Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau
bengkak.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai tumor
jaringan lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang
berdekatan. Jika batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak,
namun batas yang jelastetapi melihat kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai
tumor ganas jaringan lunak, situasi terjadi di sarkoma sinovial,
rhabdomyosarcoma, dan lainnya.
b. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan
tumor jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan antara
jinak atau ganas. tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas,
gema samar-samar, seperti sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel
tumor ganas berserat histiocytoma seperti. USG dapat membimbing untuk
tumor mendalami sitologi aspirasi akupunktur.
c. CT scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor
jaringan lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor
jaringan lunak dalam beberapa tahun terakhir.
d. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan
dari X-ray dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang
berbagai tingkatan tumor dari semua jangkauan, tumor jaringan lunak
retroperitoneal, tumor panggul memperluas ke pinggul atau paha, tumor
fossa poplitea serta gambar yang lebih jelas dari tumor tulang atau invasi
sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan pengembangan rencana
pengobatan yang lebih baik.
e. Pemeriksaan histopatologis
1) Sitologi: sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis yang akurat.
Dioptimalkan untuk situasi berikut:
a) Ulserasi tumor jaringan lunak, Pap smear atau metode
pengumpulan untuk mendapatkan sel, pemeriksaan mikroskopik.
b) Sarcoma jaringan lunak yang disebabkan efusi pleura, hanya untuk
mengambil spesimen segar harus segera konsentrasi sedimentasi
sentrifugal, selanjutnya smear.
c) Tusukan smear cocok untuk tumor yang lebih besar, dan tumor
yang mendalam yang ditujukan untuk radioterapi atau kemoterapi,
metastasis dan lesi rekuren juga berlaku.
2) Forsep biopsi: jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi smear tidak dapat
didiagnosis, lakukan forsep biopsi.
3) Memotong biopsy : Metode ini adalah kebanyakan untuk operasi.
4) Biopsi eksisi : berlaku untuk tumor kecil jaringan lunak, bersama
dengan bagian dari jaringan normal di sekitar tumor reseksi seluruh
tumor untuk pemeriksaan histologis.
1. Komplikasi
Pada kasus Soft Tissue Tumor (STT) yang ditangani dengan prosedur
pembedahan komplikasi yang dapat muncul adalah:
a. Prosedur pembedahan tersebut merupakan trauma jaringan lunak.
b. Efek anestesi bisa menyebabkan komplikasi sampai kematian.
c. Perdarahan akibat efek samping dari pembedah.
d. Infeksi jaringan akibat perawatan yang tidak steril.
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medik
1) Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah
mencapai angka keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan
bedah ini bertujuan untuk mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
2) Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan
zat kimia untuk membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini
berfungsi untuk menghambat pertumbuhan kerja sel tumor. Pada saat
sekarang, sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan tumor
dan kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
3) Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang
bersumber dari radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan
terapi tunggal. Tapi terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi
dan juga operasi pembedahan.
b. Penatalaksanaan Keperawaatan
1) Perhatikan kebersihan luka pada pasien
2) Perawatan luka pada pasien
3) Pemberian obat
4) Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi
setelah dilakukan operasi.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian data fokus


Pengumpulan data
a. Identitas klien
Biasannya dicatat seperti nama, usia, alamat, jenis kelamin, Pendidikan,
Agama, suku Pada Panen STT Pedis Dex disebabkan adanya suatu benjolan
atau pembengkakan yang abnormal di dalam tubuh yang disebabkan oleh
neoplasma dan terletak antara kulit dan tulang.
b. Keluhan Utama
Pada kasus STT Pedis Dex terasa nyeri disertai dengan demam dan semakin
hari benjolan semakin membesar dalam mengkaji adanya nyeri, Maka
digunakan PQRST:
P: Provokes, Merupakan hal-hal yang menjadi faktor timbulnya nyeri
Q: Quality, Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan, Apakah seperti di tusuk
R: Radiates, Apakah rasa sakit bisa reda, Apakah menjalar rasa sakitnya
S: Severely, Biasanya akan dilihat dari haril skala nyeri yang dirasakan klien,
skala 1-10
T: Time, Merupakan lamanya nyeri berlangsung dan kapan muncul dan
dalam kondisi seperti apa mnyeri bertambah buruk.
c. Riwayat Penyann Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan Untuk Menentukan sebab dari STT Pedis
Dex nantinya membantu dalam rencana tindakan terhadap klien. Ini bua
berupa Kronologi terjadinya Penyakit tersebut
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat kechutan keluarga
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga yang menderita sakit yang sama
Seperti klien, dikaji adanya Penyakit keturunan
Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran Umum
kesadaran composmentis tanda vital pada Umumya stabil
b. Sistem Pernafasan
Bentuk hidung simetris keadaan berish tidak ada secret
c. Sistem kardiovaskular
Konjungtiva normal tidak terdapat peningkatan JUP, CRT <2 detik
d. Sinem Persyaratan
tidak mengalami gangguan pada Persyarafan
e. Sistem Perkemiha
Tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih
f. Sistem Pencernaan
Dikaji mulai dari mulut sampai Anus, terdapat suara tympany pada abdomen
feristaltik usus 5-21x/menit
g. Sutem Muskuloskeletal
Tedak ada gangguan, perlu dikaji kekuatan otot ekaremitas atas dan bawah
h. Sutem Penginderaan
Tidak mengalami gangguan penginderaan Perasa, pendengaran.
i. Sistem Endokrin
Pada sistem endokrin tidak terdapat pembesaran kelenjar
2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
DS: klien mengeluh nyeri Prosedur Operasi Invansif
pada luka Роs Operasi
DO: Klien terlihat meringis luka akibat Insisi
dan kesakitan
Terputurnya Inkontinuiters
Jaringan
1. Nyeri Akut
Merangsang Produksi
Histamin & Prostasgladin

Muncul rasa Nyeri

Nyeri Akut
DS: Prosedur Operasi Invansif
DO: Terdapat luka operasi
luka bersih, lembab, tidak luka akibat Insisi
bengkak dan tidak ada
pengeluaran cairan, luka di Terputurnya Inkontinuiters
tutup oleh kasa steril Jaringan

Trauma Jaringan
2. Resiko Infeksi
Terdapat kelembaban haka

Pertahanan tubuh dak


Adekuat

Bakteri Masuk kedalam


tubuh

Renko Infeksi
DS: Merasa bingung ,Takut Perubahan status Kesehatan
akibat dengan kondisi yang
dialami
DO: Sulit berkonsentrasi, Kurang Informasi
3. Tampak Tegang,Tampak Ansietas/Cemas
gelisah Definensi Pengetahuan

Cemas / Ansietas

3. Menentukan Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri Akut b.d luka post operasi
b. Resiko Infeksi b.d luka akibat Tindakan insisi
c. Anisetas b.d kurang terpapar Informasi
4. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi
No Keperawatan Hasil Keperawatan Rasional
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Setelah dilakukan Manajemen Nyeri - Untuk
Tindakan Keperawatan (I.08238) mengetahui lokasi
2x24 Jam nyeri Observasi nyeri
akut berkurangan - Identifikasi lokasi - Untuk
dengan kriteria hasil : - Identifikasi nyeri mengetahui skala
Tingkat nyeri (L0866) - Identifikasi factor nyeri (1-10)
- Keluhan nyeri yang memperberat - Untuk
menurun dan Memperingan mengetahui
- Meringis menurun (5) nyeri penyebab nyeri
- Sikap Protektif - Identifikasi -Untuk
menurun (5) keberhasilan terapi mengurangi rasa
komplementer yang nyeri
Nyeri Akut
sudah diberikan -Agar klien bisa
(D.0077) b.d
1. - Monitor efek memonitoring
luka Post
samping Pengarah nyeri secara
Operasi
Analgetik mandiri
Terapeutik
- Berikan Teknik
nonfarmakologis
Untuk mengurangi
raja nyeri
-Fasilitasi istirahat
tidur
Edukasi
- Jelankan penyebab
nyeri
- Jelankan cara
Meredakan nyeri
Kolaborasi
-Pemberian Analgetik
(Jika perlu)
Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi -Agar tanda dan
findakan selama 2x 24 (L.14530) gejala Infeksi
jam diharapkan renko Observasi terdeksi
infeksi bisa teratasi dgn - Monitor tanda dan - Untuk
kriteria hasil : gejala Mengurangi
Tingkat Infeksi Terapeutik terjadinya infeksi
Resiko infeksi (L.14137) -Berikan perawatan
(D.0142) b.d - Kebersihan tangan kulit
2.
Tindakan Insisi meningkat (5) - Cuci tangan sebelum
pembedahan - Keherahan badan Sesudah kontrak
meningkat (5) benda/pasien
- Nyeri menurun (5) Edukasi
- Bengkak menurum -Jelaskan tanda dan
(5) gejala infeksi
- Cara Merawat lua
Op
Setelah dilakukan Reduksi Antens - Agar tingkat
tindakan keperawatan (1.09314) ansietas
Selama 2x 24 jam Observasi teridentifikasi
kecemasan / Ansietas - Identifikasi saat - Agar
menurun dengan tingkat ansietas kepercayaan klien
Ansietas kriteria hasil: berubah meningkat
(D.0080) b.d Tangkat Ansietas - Monitor tanda - Agar klien
3. kurang nya (1.05053) Annetas Merasa tenung
terpapar - Verbaluasi khawatir Terapeutik
informasi akibat kondisi yg - Ciptakan suasana
dihadapi menurun (5) terapeutik untuk
-Perilaku gelisah menumbuhkan
Menurun (5) kepercayaan
-Gunakan Pendekatan
yang tenang

5. Implementasi
Implementasi Merupakan Pengolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan Fokus dari Intervensi keperawatan Lainnya"
a. Mempertahankan daya tahan tubuh
b. Mencegah komplikasi
c. Menemukan Perubahan Sistem tubuh.
d. Menetapan klien dengan lingkungan
6. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan Intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
rencana intervensi untuk Memudahkan perawat Mengevaluasi
perkembangan yang digunakan komponen SOAP.

Anda mungkin juga menyukai