Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH BNPB

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat


Dosen Koordinator : Musri, S.Kp., MN

Disusun Oleh :
Kelompok 6

Fadholy Raja Sulaeman 213119133

M Harry Anggara Bayu P 213119141

Nabila Fauzia Herawati 213119148

Tiara Rahma Putri 213119156

KELAS 4D

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan Laporan kami yang berjudul “BNPB (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana)”, dengan baik, sholawat serta salam semoga tercurah
limpah kepada Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarga-Nya, sahabat-Nya, dan
mudah mudahan sampai kepada kita selaku umat-Nya. Aamiin. Ucapan terimakasih
kami sampaikan kepada Ibu Musri, S.Kp.,MN., selaku Dosen Koordinator kami, juga
pihak-pihak terkait yang membantu kami dalam penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim
penyusun telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang di miliki
sehingga makalah dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat berarti bagi kami. Besar harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan serta memberi manfaat bagi pembaca. Aamiin.

Cimahi, 28 Desember 2022

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Batasan Masalah…………………………………………………….…………..2
C. Rumusan Masalah. ........................................... Error! Bookmark not defined.
D. Tujuan Masalah .................................................................................................. 3
E. Manfaat Penulisan ............................................ Error! Bookmark not defined.
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 5
A. Konsep BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) ............................. 5
1. Definisi BNPB ................................................................................................ 5
2. Tujuan BNPB ................................................................................................. 5
3. Tugas dan Fungsi BNPB .............................. Error! Bookmark not defined.
B. Aktivitas Kunjungan Pusdiklat BNPB (Badan Nasional Penanggulangan
Bencana) .................................................................................................................... 6
1. Prabencana ...................................................................................................... 6
2. Tanggap Darurat ............................................................................................. 8
3. Pasca Bencana ................................................................................................ 8
4. Peran Perawat Dalam Bencana ....................................................................... 9
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 17
LAMPIRAN ................................................................................................................ 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Posisi Indonesia sebagai negara yang rawan dengan bencana. Oleh karena itu
membuat bencana bisa saja sewaktu-waktu datang oleh karena itu perlu kebijakan
pemerintah dalam penanggulangan bencana ini. Selama ini kebijakan pemerintah
dan kepedulian masyarakat Indonesia tentang manajemen bencana pada tahap
pra/sebelum terjadinya bencana sangatlah kurang. Pengalaman bencana yang
terjadi di Indonesia selama ini selalu menimbulkan kerugian, baik materi maupun
korban jiwa dalam angka yang besar. Kejadian tersebut menunjukkan kurangnya
pengetahuan dan mengaplikasika kedalam kegiatan keseharian tentang kegiatan
mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis. Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh
faktor alam, non alam, dan manusia.
Guna mengatasi berbagai hal tersebut maka pemerintah membentuk Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dimana BNPB ini akan menjadi
kepanjangan tangan pemerintah dalam hal penanganan bencana. BNPB ini
dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 tahun 2008.
Pembentukan BNPB merupakan realisasi Pasal 10 ayat (1) Undang-undang RI
Nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana. Pada Pasal 10 ayat (2) dari
Undang-undang Penanggulangan Bencana menyatakan bahwa lembaga ini
merupakan lembaga pemerintah nondepartemen sebagai menteri.
BNPB dirancang untuk penanggulangan bencana secara menyeluruh yang
merupakan perubahan dari pendekatan konvensional yaitu tanggap darurat menuju
perspektif baru. Dimana perspektif ini memberi penekanan merata pada semua

1
aspek penanggulangan bencana dan berfokus pada pengurangan resiko. Bisa
dikatakan pembentukan BNPB sudah menjadi kewenangan pemerintah daerah dan
sesuai dengan hal tersebut maka pemerintah daerah harus mengeluarkan peraturan
daerah mengenai penanggulangan Bencana.
Mitigasi atau mengurangi dampak bencana dilakukan untuk memperkecil
jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda. Begitu pentingnya masalah
kebencanaan untuk diselesaikan cukup menyita setiap negara untuk bersatu dan
bekerja sama untuk mengatasi permasalahan tersebut, agar terjadi keseimbangan
ekosistem dalam mendukung proses kehidupan di atasnya, termasuk manusia untuk
itu perlu adanya upaya penanggulangan bencana yang dilakukan oleh Badan
Nasional Penangggulangan Bencana (BNPB).”Salah satu bentuk upaya
penanggunalangan bencana atau melakukan mitigasi yaitu dengan melakukan
pendidikan dan pelatihan.
Melalui Pusat pendidikan dan pelatihan penanggulangan bencana (Pusdiklat
BNPB), menjalankan kegiatan operasionalnya sebagai penyelenggara tugas dan
fungsi pendidikan dan pelatihan penanggulangan bencana di bawa koodinasi BNPB
melalui peraturan Kepala BNPB No. 4 tahun 2016 mengenai pendidikan dan juga
pelatihan penanggulangan bencana sebagai revisi perka BNPB no 4 tahun 2009
serta yang sudah dikeluarkannya dalam surat edaran Menteri di Dalam Negeri
mengenai penyelenggara diklat PB di Badan Diklat Daerah, kedua kebijkan ini
dapat menjadi modalitas bagi Pusdiklat BNPB berkontribusi lebih besar dalam
peningkatan sumber daya manusia di bidang penanggulangan bencana.

B. Batasan Masalah
Makalah ini hanya membahas tentang konsep BNPB, penjelasan pra bencana,
tanggap darurat bencana, pasca bencana dan peran perawat dalam bencana.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat diuraikan rumusan masalahnya,
sebagai berikut :

2
1. Konsep BNPB
a. Apa yang dimaksud dengan pengertian BNPB?
b. Apa tujuan dari BNPB?
c. Bagaimana tugas dan fungsi BNPB?
2. Aktivitas Kunjungan Pusdiklat BNPB
a. Apa yang dimaksud dengan Pra Bencana?
b. Apa yang dimaksud dengan Tanggap Darurat Bencana?
c. Apa yang dimaksud dengan Pasca Bencana?
d. Bagaimana peran perawat dalam bencana?

D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan pada makalah ini, sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan dan memahami konsep BNPB serta cara penanganan
bencana.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendekripsikan pengertian BNPB.
b. Mampu mendeskripsikan tujuan dari BNPB.
c. Mampu mendeskripsikan tugas dan fungsi BNPB
d. Mampu mendeskripsikan tentang Pra Bencana.
e. Mampu mendeskripsikan tentang Tanggap Darurat Bencana.
f. Mampu mendeskripsikan tentang Pasca Bencana.
g. Mampu mendeskripsikan peran perawat dalam bencana.

E. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Praktisi
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan atau gambaran
penanganan bencana dengan baik bagi tenaga kesehatan serta sebagai referensi
peneliti lain yang ingin melakukan penelitian terkait penanganan bencana pada
saat pra bencana, tanggap darurat dan pasca bencana.

3
2. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis, bagi pembaca
dan bagi peneliti lain dalam menambah pengetahuan tentang konsep BNPB dan
penanganan bencana.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana)
1. Definisi BNPB
Badan Nasional Penanggulangan Bencana adalah sebuah Lembaga Pemerintah
Nonkementerian yang mempunyai tugas membantu Presiden Republik
Indonesia dalam melakukan penanggulangan bencana sesuai dengan amanat
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
2. Tujuan BNPB
a. Melindungi bangsa dari ancaman bencana dengan membangun budaya
pengurangan risiko bencana dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana
menjadi bagian yang terintegrasi dalam pembangunan nasional.
b. Membangun sistem penanganan darurat bencana secara cepat, efektif dan
efisien.
c. Menyelenggarakan pemulihan wilayah dan masyarakat pasca bencana
melalui rehabilitasi dan rekonstruksi yang lebih baik yang terkoordinasi dan
berdimensi pengurangan risiko bencana.
d. Menyelenggarakan dukungan dan tata kelola logistik dan peralatan
penanggulangan bencana.
e. Menyelenggarakan penanggulangan bencana secara transparan dengan
prinsip good governance yaitu suatu penyelenggaraan manajemen
pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana
investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif.
3. Tugas dan Fungsi BNPB
a. Tugas BNPB :
1) Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan
bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan keadaan
darurat bencana, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara

5
2) Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan
3) Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada
masyarakat
4) Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada
Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat
dalam kondisi darurat bencana
5) Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan
nasional dan internasional
6) Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
7) Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-
undang
8) Menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah.
a. Fungsi BNPB :
1) Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif
dan efisien; dan
2) Pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, dan menyeluruh.

B. Aktivitas Kunjungan Pusdiklat BNPB (Badan Nasional Penanggulangan


Bencana)
1. Pra Bencana
Bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu
masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan
manusia maupun dari segi materi, ekonomi, atau lingkungan dan melampaui

6
batas kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan
menggunakan sumber daya mereka sendiri.
Dalam fase pra bencana ini mencakup kegiatan, mitigasi, kesiapsagaan dan
peringatan dini.
a. Pencegahan (Prevention)
Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana jika mungkin
dengan meniadakan bahaya. Contoh kegiatan pencegahan diantaranya
melarang pembakaran hutan dalam perladangan, melarang penambangan
batu di daerah curam, melarang membuang sampah sembarangan dan lain
sebagainya.
b. Mitigasi Bencana (Mitigation)
Mitigasi adalah serangkaian upaya yang dilakukan untuk mengurangi
risiko bencana baik melalui pembangunan fisik, maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Kegiatan mitigasi ini dapat dilakukan melalui pelaksanaan penataan
ruangan; pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata
bangunan; dan penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, pelatihan baik
secara konvensional maupun modern.
Kegiatan Mitigasi diantaranya adalah :
1) Menegakkan peraturan yang telah ditetapkan.
2) Memasang tanda-tanda bahaya atau larangan.
3) Membangun pos-posan pengamanan.
4) Membangun sarana pengaman bahaya dan memperbaiki sarana kritis
(tanggul, dam, sudetan dll).
5) Pelatihan Kebencanaan.
c. Kesiapsiagaan (Preparedness)
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bancana melalui pengorganisasian dan langkah yang tepat
guna dan berdaya guna.

7
Misalnya Penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan lokasi
evakuasi. Rencana Kontinjensi, dan sosialisasi peraturan atau pedoman
penanggulangan bencana.
d. Peringatan Dini (Early Warning)
Peringatan Dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan
sesegera mungkin pada masyarakat mengenai kemungkinan terjadinya
bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang atau upaya
untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan
segera terjadi. Pemberian peringatan dini ini harus menjangkau
masyarakat (accesible), segera (immediate), tegas tidak membingungkan
(coherent), bersifat resmi (official).
2. Tanggap Darurat
Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan . Ini meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsian
dan pemulihan sarana prasarana.
Berikut beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap tanggap darurat,
diantaranya yaitu :
a. Pengkajian yang tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumberdaya.
b. Penentuan status keadaan darurat bencana.
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana.
d. Pemenuhan kebutuhan dasar.
e. Perlindungan terhadap kelompok rentan.
f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
3. Pasca Bencana
Dalam tahapan ini mencakup pemulihan, rehabilitasi dan juga
rekonstruksi. Pemulihan adalah rangkaian kegiatan untuk mengembalikan
kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan

8
memfungsikan kembali kelembagaab, prasarana dan sarana dengan melakukan
upata rehabilitasi. Dalam tahapan ini mencakup pemulihan, rehabilitasi dan
juga rekonstruksi.
a. Pemulihan (Recovery)
Pemulihan adalah rangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi
masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan
memfungsikan kembali kelembagaab, prasarana dan sarana dengan
melakukan upata rehabilitasi.
b. Rehabilitasi (Rehabilitation)
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat hingga tingkat yang memadai pada wilayah pasca
bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara
wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
pasca bencana.
c. Rekonstruksi (Reconstruction)
Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta langkah-
langkah nyata yang terencana dengan baik, konsisten dan berkelanjutan
untuk membangun kembali secara permanen semua prasarana, sarana dan
sistem kelembagaan baik tingkat pemerintahan maupun masyarakat
dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya kegiatan perekonomian,
sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban dan bangkitnya peran
dan partisipasi masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat di wilayah pasca bencana. Lingkup pelaksanaan
rekonstruksi terdiri atas program rekonstruksi fisik dan program
rekonstruksi non fisik.
4. Peran Perawat Dalam Bencana
a. Peran Perawat pada Tahap Pra Bencana (Pre Event Stage)
Pada tahap pra bencana, perawat dapat menerapkan peran: 1)
memberikan pendidikan dan pelatihan tentang kesiapsiagaan (preparedness)

9
kepada masyarakat yang bertujuan untuk menurunkan risiko bencana
melalui latihan simulasi menghadapi bahaya bencana, dan memberikan
pertolongan pertama pada korban luka di lokasi bencana (Huriah dan Farida,
2010); 2) mengidentifikasi risiko bencana terutama pada kelompok berisiko
seperti orang lanjut usia, orang cacat, anak kecil, dan perempuan, dengan
bekerjasama dengan dinas lain untuk merencanakan penurunan angka
kematian dan kesakitan, membantu dan mendukung pengembangan
kebijakan untuk menurunkan efek tidak baik dari bencana (Vogt & Kulbok,
2008); 3) melakukan identifikasi sumber daya dengan membentuk sistem
komunikasi yang baik antar stakeholder untuk meningkatkan perencanan
bencana yang dapat mengurangi angka kematian dan angka kesakitan pada
saat kejadian bencana (Gebbie & Qureshi, 2002, pp. 46-51).
Pelibatan perawat dalam tahapan kesiapsiagaan adalah sangat penting
sekali karena akan menentukan kesuksesan dalama masa tanggap darurat
dan tahapan pemulihan (Rowney & Barton, 2005). Bahkan Stanley et al
(2008) mengharapkan bahwa kualitas pelayanan keperawatan untuk
penanggulangan bencana harus didukung oleh staf perawat yang
berkualifikasi yang mampu memberikan pelayanan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan yang dilakasnakan pada tiap tahapan bencana.
b. Peran Perawat dalam Tahap Saat Bencana (At Event Stage)
Perawat harus memahami Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007
tentang kegiatan pada tahap tanggap darurat, yaitu: 1) memperhatikan
peringatan dini yang dikeluarkan oleh pejabat Pemda Kabupaten/Kota atau
Pemda Provinsi tentang adanya bencana; 2) melakukan mobilisasi dari
lokasi kejadian ke area posko yang ditentukan; 3) melakukan evakuasi
korban manusia atau harta benda, 4) diikuti dengan melakukan pengkajian
dampak bencana dengan membuat daftar kebutuhan dasar masyarakat; 5)
mencegah dan mengelola pengungsi dan; 6) memperbaiki fasilitas dan
infrastruktur. Pada saat yang sama perawat dapat membuat data daftar

10
korban manusia dan mengkomunikasikan ke Badan Penangguangan Bencan
Daerah (BPBD) atau Dinas Sosial..
Menurut Vogt & Kulbok (2008), ada beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan pada situasi gawat darurat adalah:
1. Selamatkan nyawa dahulu dan mencegah kecacatan. Kegiatan yang dapat
dilakukan adalah:
a) penilaian cepat kesehatan (rapid health assessment);
b) pertolongan pertama korban bencana dan evakuasi ke sarana
kesehatan;
c) pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan;
d) perlindungan terhadap kelompok risiko tinggi kesehatan, dengan cara:
(1) pencarian dan penyelamatan dengan melokalisasi korban; (2)
memindahkan korban dari daerah berbahaya ke tempat
pengumpulan/penampungan; (3) memeriksa status kesehatan
korban (triase di tempat kejadian); (4) memberi pertolongan pertama
jika diperlukan; dan (5) memindahkan korban ke pos medis lapangan
jika diperlukan.
2. Melakukan Triase.
Kegiatan yang dapat dilakikan adalah:
a) Identifikasi secara cepat korban yang membutuhkan stabilisasi segera
(perawatan di lapangan);
b) Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan
pembedahan darurat (life saving surgery);
c) Pasien harus diidentifikasi dan diletakkan secara cepat dan tepat;
d) Mengelompokkan korban sesuai dengan keparahan dengan memberi
warna tag kuning dan merah;
e) Bagian tubuh yang akan diberikan tindakan harus ditentukan dan
diberi tanda;

11
f) Buat prioritas untuk mengisolasi dan beri tindakan pasien dengan
penyakit infeksi.
3. Pertolongan pertama.
Kegiatan yang dapa dilakukan adalah:
a) Mengobati luka ringan secara efektif dengan melakukan teknik
pertolongan pertama, seperti kontrol perdarahan, mengobati shock dan
menstabilkan patah tulang;
b) Melakukan pertolongan bantuan hidup dasar seperti manajemen
perdarahan eksternal, mengamankan pernafasan, dan melakukan
penanganan cedera sesuai dengan teknik proseduran yang sesuai;
c) Mempunyai keterampilan Pertolongan pertama seperti membersihkan
jalan napas, melakukan resusitasi, melakukan CPR/RJP, mengobati
shock, dan mengendalikan perdarahan.
d) Membuka saluran udara secepat mungkin dan memeriksa obstruksi
saluran napas harus menjadi tindakan pertama, jika perlu saluran udara
harus dibuka dengan metode Head-Tilt/Chin-Lift;
e) Lakukan pertolongan pertama pada korban dengan perdarahan,
perawat harus menghentikan perdarahan, karena perdarahan yang
tidak terkontrol dapat menyebabkan kelemahan dan shok dan akhirnya
meninggal dunia.
4. Proses pemindahan korban.
Kegiatan yang dapat diakukan adalah:
a) Pemeriksaan kondisi dan stabilitas pasien dengan memantau tanda-
tanda vital;
b) Pemeriksaan peralatan yang melekat pada tubuh pasien seperti infus,
pipa ventilator/oksigen, peralatan immobilisasi dan lain-lain.
5. Perawatan di rumah sakit
Kegiatan yang dapat dilakukan adalah:
a) Mengukur kapasitas perawatan rumah sakit;

12
b) Lokasi perawatan di rumah sakit;
c) Hubungan dengan perawatan di lapangan;
d) Arus pasien ke RS harus langsung dan terbuka;
e) Arus pasien harus cepat dan langsung menuju RS, harus ditentukan,
tempat tidur harus tersedia di IGD, ruang operasi, dan ICU.
6. HA Menilai kesehatan secara cepat melalui pengumpulan informasi cepat
dengan analisis besaran masalah sebagai dasar mengambil keputusan
akan kebutuhan untuk tindakan penanggulangan segera.
7. Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana
a) jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari;
b) Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian;
c) Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan
penanganan kesehatan di Rumah Sakit.
d) Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian;
e) Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus
bayi, peralatan kesehatan;
f) Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit
menular maupun kondisi kejiwaannya agar tidak membahayakan diri
dan lingkungannya, dan jangan lupa berkoordinasi dengan perawat
jiwa;
g) Mengidentifikasi reaksi psikologis seperti ansietas dan depresi yang
ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri maupun
reaksi psikosomatik seperti hilang nafsu makan, insomnia, fatigue,
mual muntah, dan kelemahan otot;
h) Membantu terapi kejiwaan, khususnya pada anak-anak, dan
melakukan modifikasi lingkungan misalnya dengan terapi bermain;
i) Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para
psikolog dan psikiater;

13
j) Konsultasikan kepada supervisi mengenai pemeriksaan kesehatan dan
kebutuhan masyarakat yang mengungsi.
c. Peran Perawat Dalam Tahap Pasca Bencana
Salah satu faktor pasca bencana yang harus menjadi perhatian adalah
dampak psikologis para korban bencana. Beberapa studi yang mengkaji
fungsi psikologis setelah paparan bencana di Indonesia umumnya
menyimpulkan bahwa banyak korban pasca bencana mengalami gejala stres
pasca trauma yang dikaitkan dengan kehilangan, depresi, dan kekhawatiran
akan terjadinya bencana berulang di masa depan (Musa et al., 2014; Juth et
al., 2015; Pratiwi, Hamid, dan Fadhillah, 2018).
Salah satu tenaga profesional yang bisa dilibatkan dalam proses perawatan
adalah tenaga perawat sebab tenaga keperawatan adalah salah satu tenaga
kesehatan yang jumlahnya lebih besar dibandingkan tenaga kesehatan
lainnya di Indonesia.
d. Peran Perawat dalam Tahap Pemulihan ( Post Event Stage)
Tahap pemulihan terdiri dari:
1) Rehabilitasi, yang bertujuan mengembalikan kondisi daerah yang
terkena bencana yang serba tidak menentu ke kondisi normal atau lebih
baik;
2) Rekonstruksi. yang bertujuan membangun kembali sarana dan prasarana
yang rusak akibat bencana secara lebih baik dan sempurna. Upaya-
upaya yang dilakukan antara lain: a) Perbaikan lingkungan dan sanitasi;
b) Perbaikan fasilitas pelayanan kesehatan; c) Pemulihan psiko-sosial;
d) Peningkatan fungsi pelayanan kesehatan (Menteri Kesehatan, 2006;
Ardia et all, 2013).
Tahap pemulihan perawat dapat berperan dengan membantu
masyarakat untuk kembali pada kehidupan normal melalui proses
konsultasi atau edukasi. Membantu memulihkan kondisi fisik yang
memerlukan penyembuhan jangka waktu yang lama untuk normal

14
kembali bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan terjadi. Dalam
tahap ini, banyak korban yang sudah tidak memiliki kemampuan, maka
sebagai perawat punya tanggung jawab untuk membayar biaya
perngobatan dan perawatan sampai membuat mampu secara status
ekonomi dan sosial (Jakeway, et al., 2008).
Untuk mendukung keberhasilan peran perawat dalam
penanggulangan bencana, maka perawat perlu menambah pengalaman
dengan ikut langsung menangani korban di lokasi bencana yang nyata.
Manfaat pengalaman di lokasi bencana: 1) akan menuntun perawat
mengalami sendiri, mengambil makna bencana dan kehidupan (Arbon,
2004); 2) meningkatkan kemampuan tingkat kesiapsiagaan bencana
(Suserud & Haljamie, 1997); 3) meningkatkan keakuratan dan ketepatan
dalam menangani situasi gawat darurat serta mengurangi kesalahan
(Suserud & Haljamie, 1997); 4) memotivasi untuk selalu
mempertahankan pengetahuan dan ketrampilannya dengan ikut serta
dalam pendidikan keperawatan berkelanjutan (Nasrabdi et al, 2007).

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di beberapa daerah di Indonesia merupakan daerah yang rawan
bencana. Dengan banyaknya bencana, kesiagaan dan pelaksanaan tanggap
bencana harus dilakukan dengan baik. Karena dampak yang ditimbulkan
bencana tidaklah sederhana, maka penanganan korban bencana harus dilakukan
dengan terkoordinasi dengan baik sehingga korban yang mengalami berbagai
sakit baik fisik, sosial, dan emosional dapat ditangani dengan baik dan
manusiawi.
Perawat sebagai profesi yang telah dibekali dasar-dasar penanganan
bencana, seharusnya dapat ikut serta dalam melakukan berbagai tindakan
tanggap bencana. Seharusnya modal tersebut dimanfaatkan mahasiswa
keperawatan juga agar secara aktif mengikuti pelatihan penanganan bencana,
dan turut melakukan tanggap bencana.
B. Saran
Perawat adalah tenaga kesehatan yang sangat berkompetisi untuk
melakukan pelayanan kesehatan di daerah yang sedang mengalami bencana,
oleh karena itu diharapkan bagi mahasiswa keperawatan maupun perawat yang
sudah berpengalaman dalam praktik pelayanan kesehatan bersedia untuk
berperan dalam penanggulangan bencana yang ada di sekitar. Karena ilmu yang
dipelajari ketika di perkuliahan sangat relevan dengan uang terjadi di
masyarakat, yaitu fenomena masalah kesehatan yang biasanya muncul di
tempat yang sedang terjadi bencana.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bundjamin, Hiswara. (2014). Perkembangan Hukum dan Lembaga Negara. Tersedia


link : http://repository.uin-suska.ac.id/7065/3/BAB%20I.pdf

Fitriadi, dkk. (2017). Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat terhadap Bencana Tanah


Longsor di Desa Jaro Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong. Jurnal Pendidikan
Geografi (Vol 4, No.4 hal : 32-41). Tersedia link :
https://eprints.umm.ac.id/59780/2/BAB%20I%20PERPUS.pdf

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://journal.unj.ac.id/un
j/index.php/eips/article/view/21612/11185&ved=2ahUKEwjH5cHU5aj8AhWZC7cA
HVCSDYsQFnoECAoQAQ&usg=AOvVaw3BNCPVvk3ZPwMLILSvnWh7

17
LAMPIRAN

18
19

Anda mungkin juga menyukai