No Nama NIM
1 Dikdik Arif Sutisna 029PA22010
2 Dini Munggarani Purnama 029PA22011
3 Muhammad Bertrans Artha 029PA22031
4 Muthiya Aoliyan Naja 029PA22034
8 Tresna Alintia 029PA22059
1
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Hospital Disaster Plan” dengan lancar meskipun masih perlu perbaikan di
dalamnya.
Penulis berharap Makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan di dalam
Makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis
berharap ada kritik, saran dan usulan guna membangun terciptanya makalah yang
sempurna, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran dan kritik yang
membangun. Semoga Makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................6
A. Pengertian Bencana...................................................................................................6
B. Managemen Penaggulangan Bencana.......................................................................7
1. Penanganan Sebelum Bencana (Predisaster).............................................................8
2. Penanganan Saat Bencana (During disaster)..............................................................9
C. Penanganan Setelah Bencana (Post disaster)..........................................................10
D. Penanganan Bencana Di Rumah Sakit......................................................................11
BAB III...............................................................................................................................16
PENUTUP..........................................................................................................................16
A. Kesimpulan..............................................................................................................16
B. Saran........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana merupakan gangguan atau kekacauan fungsi sosial yang serius yang
menyebabkan meluasnya kerugian jiwa, materi atau lingkungan. Bencana terjadi ketika
sumber daya atau kapasitas yang tersedia sangat tidak memadai dalam mengatasi
ancaman (hazard). Bencana juga berarti proses dimana ada jarak antara kejadian alam
seperti tsunami, gempa bumi, badai dan sebagainya dengan kejadian bencana seperti
kehilangan, kematian dan sebagainya. Jarak antara kejadian alam dan kejadian bencana
sangat bergantung pada tingkat distribusi kerentanan yang terjadi (UU Penanganan
Bencana No. 24/2007).
Dampak bencana terhadap masyarakat antara lain kehilangan orang yang dicintai,
kehilangan rumah dan kepemilikan lain, kerusakan lingkungan, kerusakan struktur dan
fungsi sosial, trauma psikologis yang berkepanjangan respon pasca trauma akibat
keterpaparan terhadap korban cedera dan kematian, respon histeris saat bencana, tidak
adekuatnya koping strategis, kurangnya dukungan/support dan lain lain. Faktor yang
mempengaruhi respon individu terhadap bencana yang dialami adalah derajat atau tingkat
keterpaparan terhadap bencana, dan pandangan atau penerimaan individu terhadap
bencana yang dialami.
4
Managemen penanggulangan bencana di Indonesia telah memiliki dasar hukum
yang jelas seperti yang tertuang dalam UU Penanggulangan Bencana No. 24 tahun 2007
bahwa kordinasi penanggulangan bencana yang sebelumnya dilaksanakan oleh Badan
Koordinasi Nasional (Bakornas) sesuai Keppres No. 11/2001 digantikan oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dalam pasal-pasal UU No. 24/2007 telah
mengatur tanggung jawab dan wewenang organisasi atau lembaga nasional, daerah dan
internasional dalam penanggulangan bencana; mengatur hak dan kewajiban masyarakat,
managemen penanggulangan bencana yang terdiri dari pra bencana (Predisaster), selama
bencana (during diaster) dan setelah bencana (after disaster), serta mengatur proses
pendanaan, pengelolaan bantuan, pengawasan dan penyelesaian sengketa akibat bencana.
Meskipun setelah dilakukan evaluasi, kinerja Badan Nasional Penanggulangan Bencana
secara umum berjalan baik namun tidak efektif dalam menanggulangi masalah Lumpur
Lapindo.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Bencana?
2. Bagaimana Manajemen penanggulangan bencana?
3. Bagaimana penanganan setelah bencana?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Bencana
2. Untuk mengetahui Bagaimana Manajemen penanggulangan bencana
3. Untuk mengetahui Bagaimana penanganan setelah bencana
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bencana
Bencana merupakan gangguan atau kekacauan fungsi sosial yang serius yang
menyebabkan meluasnya kerugian jiwa, materi atau lingkungan. Bencana terjadi ketika
sumber daya atau kapasitas yang tersedia sangat tidak memadai dalam. mengatasi
ancaman (hazard). Beberapa tipe ancaman (hazards) yang menyebabkan bencana adalah
ancaman geofisik (Geo-hazard) seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus; ancaman
hidroklimatis (hydro-climatic hazard) seperti banjir, kebakaran hutan, kekeringan;
ancaman biologis (biological hazards) seperti penyebaran HIV, flu burung, epidemik,
ancaman tekhnologi (technological hazard) seperti kebakaran, polusi udara, kecelakaan
nuklir, industrial explosions, waste exposure, lumpur lapindo; dan ancaman sosial
(socialhazard) seperti kriminalitas/kekerasan, perang, konflik, kemiskinan absolut dan
terorisme.
Bencana juga berarti proses dimana ada jarak antara kejadian alam seperti
tsunami, gempa bumi, badai dan sebagainya dengan kejadian bencana seperti
kehilangan,kematian dan sebagainya. Jarak antara kejadian alam dan kejadian bencana
sangat bergantung pada tingkat distribusi kondisi kerentanan atau rawan bencana.
Kondisi rawan bencana atau kerentanan adalah kondisi atau karakteristik biologis,
hidrologis,klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi dan tekhnologi pada
suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah,
meredam, mencapai kesiapan dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak
buruk bahaya tertentu.
a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau
faktor non alam maupun faktor manusia. sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
b. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi. tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor.
c. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa non alam antara lain berupa gagal tekhnologi, gagal modernisasi, epidemi, dan
wabah penyakit.
6
d. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompokatau
antar komunitas masyarakat dan terror.
a. Informasi secara cepat dan mudah. Fasilitas penanganan bencana (health carefacility)
harus dapat diakses dengan cepat dan mudah kapanpun dan dimanapunbencana terjadi
misalnya perlu ada jalur telepon emergency yang gratis, cepat danmudah ke kantor
atau fasilitas penanganan bencana. Jalur komunikasi secara internal dan eksternal.
b. Jalur komunikasi untuk koordinasi personil, fasilitas dan transportasi dalam
penanggulangan bencana harus jelas dansiaga termasuk informasi dari tempat kejadian
bencana ke posko atau rumah sakitr ujukan korban bencana
c. Perencanaan terhadap penanganan korban bencana (coordinated patient. care),
termasuk didalamnya triage korbaan bencana, sistem rujukan dan transportasi keposko
atau rumah sakit rujukan korban bencana.
d. Perencanaan keamanan terhadap korban, fasilitas dan personil terhadap kondisi
yangsangat parah dan mengancam.
e. Identifikasi sumber atau fasilitas penanganan bencana baik lokal, regional dan
negaraserta bagaimana menghubunginya.
f. Pedoman penanganan korban bencana, masyarakat, media dan strategi
pembagiantugas dalam tim.
g. Strategi managemen data korban dan kejadian bencana.
h. Penanganan respon pasca bencana
i. Pedoman penyelamatan diri bagi masyarakat dan melakukan latihan sebelum bencana
terjadi.
7
j. Antisipasi kebutuhan masyarakat setelah bencana seperti air bersih dan makananuntuk
jangka waktu yang lama.
k. Perkiraan insiden kejadian bencana serta strategi identifikasi bencana seperti alarm
bencana.
resiko bencana terdiri dari pengkajian terhadap lingkungan atau keterpaparan terhadap
ancaman (hazard), analisis kerentanan dan kelompok yang rentan di masyarakat serta
analisis sumber atau kapasitas yang dapat digunakan dalam menghadapi bencana. Setelah
8
faktor resiko bencana teridentifikasi maka selanjutnya dilakukanpencegahan atau mitigasi
dalam rangka menghilangkan dan atau mengurangi faktor resiko atau ancaman bencana.
Peringatan dini ini akan memberikan tanda kepada masyarakat agar siap siaga
untuk menyelamatkan diri dan keluarga, serta sebagai tanda kepada para petugas
penanggulangan bencana untuk mempersiapkan diri dalam membantu masyarakat dalam
menghadapi bencana Pemantuan secara terus menerus terhadap faktor resiko bencana
adalah dengan menggunakan tekhnologi untuk mendeteksi dan memprediksi resiko
timbulnya danterjadinya bencana seperti tsunami dan gunung meletus. Informasi atau
peringatan tentang resiko terjadinya bencana berupa alarm bencana disebarkan kepada
masyarakatmelalui media televisi dan radio. Tekhnologi terbaru adalah dengan
memberikan informasi tentang resiko bencana atau alarm bahaya melalui handphone
(HP) sehingga individu yang tidak bisa atau tidak sempat menonton televisi tetap
mendapatkan informasi sehingga dapat mempersiapkan diri terhadap kemungkinan
terjadinya bencana.
9
Seorang petugas triage memberikan tanda kepada pasienberdasarkan derajat
keseriusan kondisi dan prioritas kebutuhan terhadap tindakan emergency sehingga
petugas yang lain dapat langsung memberikan bantuan atau langsung membawa pasien
ke lokasi penanganan lanjutan. Perlu disiapkan alat alat dan pengobatan terhadap kondisi
emergency dan transportasi terhadap pasien ke poskoperawatan atau rumah sakit rujukan
bencana.
Kategori tanda triage yang diberikan adalah berdasarkan derajat keparahan dari
cedera yang dialami oleh korban. Terdapat berbagai tanda triage yang dapat digunakan di
beberapa negara dan perawat bencana harus memahami sistem yang ada di masyarakat
atau negara tersebut. Salah satu contoh sistem triage oleh North Atlantic Treaty
Organization (NATO) adalah dengan menggunakan kode warna yang terdiri dari warna
merah, kuning, hijau dan hitam. Masing masing warna memiliki perbedaan tingkatan
prioritas yang secara jelas diuraikan sebagai berikut:
10
bencana baikpada tingkat pemerintah maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh
danberkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum
danketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek
kehidupanbermasyarakat pada wilayah pasca bencana. Selain rehabilitasi dan
rekonstruksi fisik sarana dan prasarana serta lingkungan juga perlu dilakukan rehabilitasi
terhadap mental dan psikologis korban bencana karenameskipun mengalami bencana
yang sama, beberapa individu dapat mengalami traumapsikologis yang berkepanjangan.
Beberapa respon yang biasanya terjadi adalah depresi,ansietas, gangguan psikosomatis
(fatigue, malaise, sakit kepala, gangguan salurangastrointestinal, kemerahan pada kulit),
posttraumatic disorder, keracunan zat, konflikinterpersonal, dan gangguan penampilan.
1. Penanganan Korban
Proses penanganan yang diberikan kepada korban dilakukan secepatnya untuk mencegah
resiko kecacatan dan atau kematian, dimulai sejak di lokasi kejadian (triase satu), area
berkumpul (collecting area) untuk proses evakuasi/transportasi ke IGD (triase dua) dan
area teras IGD (triase tiga). Kegiatan definitif dimulai sejak korban tiba di IGD.
Tempat : lokasi kejadian/ area berkumpul/ teras IGD tempat perawatan definitif
Prosedur :
2. Menilai situasi sekitar (Rapid Health Assassment) dan segera laporkan kembali kepada
RSJD dr. Amino Gondohutomo.
3. Berkoordinasi lapangan dengan petugas lain di lapangan pada awal kejadian (POLISI,
SAR, PLN atau Dinas lain yang lebih berkompeten).
11
4. Setelah lokasi dinyatakan aman oleh pihak yang lebih berkompeten, segera lakukan
triage lapangan (triase satu) sesuai dengan berat ringan nya kasus (Hijau, Kuning, Merah)
8. Lakukan triase evakuasi (triase dua) sesuai perkembangan kondisi korban selama di
tempat collecting area untuk menentukan prioritas transportasi korban ke IGD.
4. Berikan tindakan definitif sesuai dengan kegawatan dan situasi yang ada (Merah,
Kuning,Hijau atau hitam)
5. Perawatan lanjutan sesuai dengan jenis kasus (OK, ICU, atau ruang perawatan atau
kamar jenazah)
6. Lakukan rujukan bila diperlukan baik karena pertimbangan medis maupun tempat
perawatan.
Barang milik korban hidup baik berupa pakaian, perhiasan, dokumen, dll
ditempatkan secara khusus untuk mencegah barang tersebut hilang maupun tertukar.
Sedangkan barang milik korban meninggal, setelah di dokumentasi oleh koordinator tim
forensik, selanjutnya diserahkan ke pihak kepolisian yang bertugas di forensik.
Pada situasi bencana maka ruangan perawatan tertentu harus dikosongkan untuk
menampung sejumlah korban dan pasien-pasien diruangan tersebut harus dipindahkan ke
ruangan yang sudah ditentukan (lihat bahasan pengosongan ruangan)
Makanan untuk pasien dan petugas, persiapan dan distribusinya dikoordinir oleh
Instalasi Gizi sesuai dengan permintaan tertulis yang disampaikan oleh kepala ruangan
maupun penanggungjawab pos. Makanan yang dipersiapkan dengan memperhitungkan
sejumlah makanan cadangan untuk antisipasi kedatangan korban baru maupun petugas
baru/ relawan.
12
5. Pengelolaan Tenaga Rumah Sakit
Pada situasi bencana internal maka pengunjung yang saat itu berada di RS
ditertibkan dan diarahkan pada tempat berkumpul yang ditentukan. Demikian pula korban
diarahkan untuk dikumpulkan pada ruangan/ area tempat berkumpul yang ditentukan.
Penyediaan obat dan bahan/ alat habis pakai dalam situasi bencana merupakan
salah satu unsur penunjang yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan, oleh karena
itu diperlukan adanya persediaan obat dan bahan/ alat habis pakai sebagai penunjang
pelayanan korban.
Kesehatan lingkungan tetap dijaga pada situasi apapun termasuk situasi bencana
untuk mencegah terjadinya pencemaran maupun dampak dari bencana.
Pada keadaan bencana rumah sakit membutuhkan bantuan tambahan baik berupa
obat, bahan/ alat habis pakai, makanan, alat medis/ non medis, makanan, maupun
financial
13
Meningkatnya kebutuhan power listrik, instalasi air dan tambahan sambungan
telpon saat disaster membutuhkan kesiapsiagaan dari tenaga yang melaksanakannya.
Persiapan pengadaan maupun sambungannya mulai dilaksanakan saat aktifasi situasi
bencana di rumah sakit
Informasi, baik berupa data maupun laporan dibuat sesuai dengan form yang
ditentukan sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran mengenai jumlah korban baik korban
hidup, korban meninggal, asal negara, tempat perawatan korban dan status evakuasi ke
luar rumah sakit. Informasi ini meliputi identitas korban, SDM dan fasilitas yang
diperlukan untuk penanganan korban.
Informasi dari posko data merupakan sumber informasi yang akan digunakan
pihak Rumah sakit pada saat jumpa pers. Pihak Rumah Sakit yang menghadiri press
release adalah Direktur sebagai Komandan Rumah Sakit, Komandan Bencana, Ketua
Medikal support, dan Ketua manajement support.
Wartawan dari media cetak dan elektronik akan berada hampir 24 jam disekitar
rumah sakit untuk meliput proses pelayanan dan kunjungan tamu ke unit pelayanan,
bukan hanya berasal dari media regional, nasional tetapi juga internasional sehingga perlu
dikelola dengan baik.
14
Tamu dan kunjungan ke rumah sakit untuk meninjau pelaksanaan pelayanan
terhadap korban dilakukan berupa kunjungan formal/ non formal kenegaraan ataupun
oleh institusi, LSM, partai politik maupun perseorangan. Pengelolaannya diatur untuk
mencegah terganggunya proses pelayanan dan mengupayakan privacy korban. Tamu
kenegaraan dari negara lain maupun tamu kenegaraan RI dan tamu Gubernur akan
didampingi oleh direktur dan para Wakil Direktur. Tamu dari organisasi partai politik,
LSM, Institusi, LSM, dll diterima dan didampingi oleh Direktur RS
Atas indikasi medis, sosial, politik dan hukum, maupun permintaan negara yang
bersangkutan atau atas permintaan keluarga seringkali pasien/ korban pindah ataupun
keluar dari Rsjd dr. amino gondohutomo untuk dilakukan perawatan di rumah sakit
tertentu di luar RSJD dr. Amino Gondohutomo. Perpindahan/ evakuasi korban ini
dilakukan atas persetujuan tim medis dengan keluarga maupun negara yang bersangkutan
bila korban adalah warga negara asing. Kelengkapan dokumen medik serta persetujuan
keluarga/ negara ybs diperlukan untuk pelaksanaan proses evakuasi.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam penanganan bencana perlu ada suatu organisasi atau sistem komando
kejadian bencana yang dibentuk oleh negara untuk menyusun panduan penanganan
bencana dan melakukan koordinasi terhadap personil, fasilitas, sistem komunikasi dan
transportasi dalam penanganan bencana. Organisasi ini sebelum menyusun Panduan
Penanganan Bencana (Emergency Operations Plan/EOP) terlebih dahulu melakukan
pengkajian terhadap lingkungan dan komunitas untuk mengetahui daerah yang beresiko
tinggi terkena bencana, tipe bencana yang mungkin terjadi baik bencana alam seperti
banjir, sunami, gunung meletus, maupun bencana akibat perbuatan manusia misalnya
kebakaran, kecelakaan dan lain lain. Managemen penanggulangan bencana terdiri dari
penanganan sebelum bencana (predisaster), penanganan saat bencana (during disaster)
dan penangan setelah bencana (after disaster).
B. Saran
1. Rumah Sakit berfokus menjadikan program penanggulangan bencana sebagai salah
satu program kerja tetap sehingga dapat meningkatkan kontinuitas program dan
motivasi karyawan dalam mengimplementasikan kebijakan Hospital Disaster Plan.
2. Rumah Sakit melakukan revisi dan perbaikan terhadap rencana penanggulangan
bencana yang sudah ada sebelumnya. Setelah selesai maka rencana tersebut
disosialisasikan supaya seluruh karyawan dapat mengetahui pedoman tersebut.
3. Melakukan pelatihan rutin kebencanaan dengan tema khusus minimal dua kali
dalam setahun dengan berbagai tema bencana supaya staf medis dan non medis
menjadi terlatih saat mengalami bencana yang sesungguhnya. Perawat merupakan
lini pertama yang dapat menyelamatkan pasien, maka perawat sangat memerlukan
materi pelatihan seperti evakuasi dan penanganan korban massal. Pelatihan
terhadap tim JHERT juga lebih diintensifkan supaya seluruh anggota tim mengerti
betul uraian tugasnya serta perannya saat bencana terjadi.
4. Tidak semua staf rumah sakit merupakan pegawai tetap, sebagian merupakan
pegawai tidak tetap. Namun saat bencana semua lapisan staf akan berperan, oleh
karena itu pelatihan yang dilakukan harus lebih menyeluruh dan melibatkan
seluruh pegawai walaupun bukan pegawai tetap. Pelatihan tersebut antara lain cara
evakuasi, penanganan kebakaran dan bantuan hidup dasar. Untuk pihak
manajemen, maka pelatihan yang dibutuhkan adalah tentang pembuatan hospital
disaster plan yang lebih sempurna.
5. Rumah sakit lebih terbuka dengan penelitian mendatang terkait dengan
kesiapsiagaan bencana, supaya hasil penelitian dapat digunakan untuk
memperbaiki kekurangan Rumah Sakit.
16
DAFTAR PUSTAKA
Nur Indayani. 2016. Hospital Disaster Plan. Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin
Ardalan, A., dkk. (2014). Hospitals Safety from Disasters in I.R.Iran: The Results from
Assessment of 224 Hospitals. Plos Current, 1.
17