Anda di halaman 1dari 28

1

Topik 3
Materi utk AKPER REGSUS, Pertemuan ke 8 7 Juni 2023.

A. OBAT PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL DAN INTEGUMEN

Sistem muskuloskeletal manusia merupakan jalinan berbagai jaringan, baik itu jaringan
pengikat, tulang maupun otot yang saling berhubungan, sangat khusus, dan kompleks.
Fungsi utama sistem ini adalah sebagai penyusun bentuk tubuh dan alat untuk bergerak.
Oleh karena itu, jika terdapat kelainan pada sistem ini maka kedua fungsi tersebut juga
akan terganggu. Salah satunya adalah infeksi muskuloskeletal merupakan penyakit yang
umum
terjadi; dapat melibatkan seluruh struktur dari sistem muskuloskeletal dan dapat
berkembang menjadi penyakit yang berbahaya bahkan membahayakan jiwa.
Dalam Bab ini akan dibahas beberapa obat yang bekerja terhadap system musculoskeletal,
diantaranya obat rematik artritis, Pemacu Transmisi Neuromuskler dan
Pelemas otot skelet.
1. OBAT REUMATIK ARTRITIS DAN PENYAKIT INFLAMASI LAINNYA
Reumatik Artritis. Penyakit rematik pada umumnya memerlukan penanganan
simtomatik untuk mengatasi rasa nyeri, pembengkakan, kekakuan, bersamaan dengan
pengobatan untuk menjaga dan menekan aktivitas penyakit. Non Steroid Antiinflamatory
Drugs (NSAID) atau anti inflamasi non-steroid (AINS) diindikasikan untuk mengatasi nyeri
dan kekakuan yang timbul akibat penyakit reumatik yang meradang. Tersedia juga obat
yang dapat mempengaruhi proses penyakit itu sendiri, misalnya untuk reumatik arthritis
Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs (DMARDs) meliputi penisilamin, garam emas,
antimalaria (klorokuin dan hidroksiklorokuin), obat-obat yang mempengaruhi respon imun,
dan sulfasalazin.
Pada psoriatic arthritis, obat yang dapat mempengaruhi proses penyakit tersebut adalah
sulfasalazin, garam emas, azatioprin, metotreksat dan etanersep.
JUVENILE IDIOPATHIC ARTHRITIS. Penanganan arthritis pada anak dapat melibatkan
NSAID dan DMARDS (biasanya metotreksat atau etanersep), serta kortikosteroid oral,
intravena, atau intraartikular.
OSTEOARTRITIS.
Pada osteoarthritis, pendekatan non obat seperti penurunan berat
badan dan upaya olahraga sebaiknya dilakukan. Penanganan kelainan pada persendian,
luka atau ketegangan pada jaringan lunak meliputi istirahat sementara yang disertai
dengan pemberian pemanas atau pendingin di sekitar jaringan yang sakit, pemijatan di
sekitar jaringan dan fisioterapi.
Untuk meredakan nyeri pada osteoartritis dan gangguan jaringan lunak, parasetamol
umumnya mencukupi dan sebaiknya dipilih terlebih dahulu. Sebagai pilihan berikutnya
dapat digunakan NSAID dosis terapetik terendah (contohnya ibuprofen sampai dengan 1,2
g/hari). Jika nyeri tidak dapat diatasi secara memadai dengan kedua golongan obat
tersebut, mungkin diperlukan parasetamol (dalam dosis dewasa maksimal 4 g/hari dan
dosis anak maksimal 240 mg – 2 g/ hari tergantung usia) dan NSAID dosis rendah.
2

Pada dewasa, jika diperlukan dosis NSAID dapat ditingkatkan atau diberikan analgesik
opioid dosis rendah bersama parasetamol.
Pemberian sediaan NSAID topikal atau kapsaisin 0,025% dapat mengatasi nyeri pada
osteoartritis.
Injeksi intraartikular kortikosteroid dapat memberikan manfaat sementara dalam
penanganan osteoartritis terutama jika penyebabnya adalah inflamasi jaringan lunak.
Asam hialuronat dan turunannya tersedia untuk osteoartritis pada lutut. Natrium
hialuronat dapat diinjeksikan secara intra artikular sebagai suplemen asam hialuronat
alami dalam cairan sinovial. Injeksi ini dapat mengurangi nyeri selama 1-6 bulan namun
hal ini dapat menyebabkan peningkatan inflamasi lutut jangka pendek.

2. PEMACU TRANSMISI NEUROMUSKLER


Miastenia Gravis timbul akibat kurangnya asetilkolon yang mencapai reseptor
kolinergik. Masalah ini ditandai dengan kelemahan otot otot rangka diatas pinggang.
Kelompok obat yang dipakai untuk mengendalikan miastenias gravis adalah penghambat
asetilkolinesterase dan antikolinesterase . Antikolinesterase adalah obat pilihan pertama
pada miastenia gravis okuler dan sebagai terapi tambahan untuk imunosupresan pada
miastenia gravis yang umum. Kortikosteroid digunakan jika antikolinesterase tidak dapat
mengendalikan gejala sepenuhnya. Imunosupresan lini kedua seperti azatioprin sering
digunakan untuk mengurangi dosis kortikosteroid.
Antikolinesterase. Obat golongan antikolinesterase meningkatkan trasmisi
neuromuskular pada voluntary dan involuntary muscle pada miastenia gravis.
Obat golongan ini memperpanjang aktivitas asetilkolin dengan menghambat kerja enzim
asetikolinesterase.
Kelebihan dosis obat dapat menganggu trasnmisi neuromuskular dan
memperburuk cholinergic crisis dengan menyebabkan blokade depolarisasi. Hal ini
mungkin sulit untuk dibedakan dari status perburukan miastenia gravis. Efek samping
muskarinik dari kolinesterase meliputi peningkatan sekresi keringat, sekresi ludah, dan
sekresi gastrik, juga peningkatan motilitas gastrointestinal dan uterin, serta bradikardia.
Efek parasimpatomimetik ini dihambat oleh atropin.
Tabel 3.1
Obat Antikolinesterase
no Nama Obat Dosis Pemakaian Pertimbangan
1 Edrofonium i.v, 1=2 mg selama 30 Intravena,
dtk. Kemudian 8 mg
jika tidak ada respon.
i.m, 10 mg. Untuk
mendiagnosa mistenia
gravis
Dosis tunggal
pemeriksaan biasanya
menyebabkan
peningkatan yang
berarti pada kekuatan
otot (yangbertahan
sampai 5 menit)
3

Tabel 2 :
Farmakologi Dalam Keperawatan
121
Obat Dosis Pemakaian dan Pertimbangan
Neostigmin Oral : 150 mg/ hari dalam
dosis terbagi. (Batas : 15-
375 mg/hari)
IM,IV : 0,5-2 mg
Harus diberikan tepat waktu untuk
mencegah krisis miastenias gravis.
Rute parenteral dilakukan bila ada
gangguan mengunyah, menelan dan
bernafas
Piridostigmin Oral : 60-120 mg, 3 atau 4
kali sehari
Piridostigmin kekuatannya lebih lemah dan aktivitasnya lebih lambat daripada
neostigmin namun mempunyai durasi kerja yang lebih lama. Piridostigmin lebih dipilih
daripada neostigmin karena aktivitas piridostigmin lebih halus dan frekuensi dosisnya lebih
sedikit. Piridostigmin lebih dipilih untuk pasien yang mengalami kelemahan otot saat
sadar.
Piridostigmin mempunyai efek yang ringan terhadap saluran cerna namun obat golongan
antimuskarinik mungkin masih diperlukan. Tidak disarankan melebihkan total dosis sehari
di
atas 450 mg untuk menghindari down-regulation dari reseptor asetilkolin. Pengobatan
imunosupresan biasanya dipertimbangkan untuk diberikan jika dosis piridostigmin
melebihi
360 mg per hari. Distigmin mempunyai durasi kerja paling lama, namun bahaya cholinergic
crisis karena akumulasi obat lebih besar dibandingkan obat-obat dengan durasi kerja lebih
pendek. Distigmin jarang digunakan pada pengobatan miastenia gravis.
3. Pelemas otot skelet.
Kelompok obat di bawah ini digunakan untuk mengatasi spasme otot atau kaku otot
kronis yang disebabkan oleh multipel sklerosis atau kerusakan neurologik lain, tidak
diindikasikan untuk mengatasi spasme karena luka atau cidera ringan. Obat ini bekerjanya
di
sistem saraf pusat (kecuali dantrolen), tidak seperti kelompok pelemas otot yang digunakan
dalam anestesi yang bekerja dengan menghambat transmisi di simpul neuromuskular..
Pelemas otot yang bekerja sentral efektif untuk kebanyakan jenis kejang kecuali jenis alfa
yang jarang. Salah satu kekurangan obat ini adalah hilangnya daya bidai otot dari otot-otot
tulang belakang atau tungkai sehingga kadang menimbulkan kelumpuhan.
Dantrolen bekerja secara langsung pada otot rangka dan menghasilkan efek yang tidak
diinginkan pada sistem saraf pusat lebih ringan, sehingga lebih dipilih. Dosis sebaiknya
dinaikkan perlahan. Baklofen menghambat transmisi di tingkat spinal dan menekan SSP.
4

Peningkatan dosis sebaiknya dilakukan bertahap untuk menghindari efek samping sedasi
dan
hipotonia. Selanjutnya, Diazepam juga digunakan sebagai pelemas otot rangka. Efek yang
tidak diinginkan diantaranya sedasi dan ekstentor hipotonus (jarang terjadi). Benzodiazepin
lain juga mempunyai aktivitas pelemas otot. Dosis pelemas otot benzodiazepin ini sama
dengan dosis sebagai ansiolitik. Pada beberapa anak, efektivitas diazepam tidak diragukan
lagi. Terakhir adalah Tizanidin merupakan agonis alfa-2 adrenoreseptor yang digunakan
untuk kekakuan yang berhubungan dengan multipel sklerosis atau cidera simpul saraf.
Farmakologi Dalam Keperawatan
122
Tabel 3.2
Obat Pelemas otot
Obat Dosis Pemakaian dan Pertimbangan
Pelemas otot yang bekerja sentral
Baklofen Oral, Mula: 5 mg, 3 kali
sehari.
R : 10-20 mg, 3 atau 4
kali sehari
Untuk spasme otot akibat sklerosis multiple
dan cedera medulla spinalis. Overdosis dapat
menyebabkan depresi SSP
Karisoprodol Oral: 350 mg, 4 kali
sehari.
Untuk spasme otot. Tersedia dalam bentuk
campuran dengan aspirin dan aspirin dengan
kodein.
Kloefenisin Oral: 800 mg, 3 kali
sehari atau 400 mg, 4
kali sehari .
Untuk spasme otot. Untuk pengobatan
spasme akut jangka pendek.
Klorzoksazon Oral: 250-750 mg, 3
atau 4 kali sehari
Untuk spasme otot yang akut atau berat.
Diminum bersama makanan untuk
mengurangi rasa tidak enak pada
gastrointestinal.
Sikobenzaprin Oral: 10 mg, 2 atau 3
kali sehari
Untuk pengobatan spasme otot jangka
pendek. Diminum bersama makanan atau
susu untuk mengurangi rasa tidak enak pada
gastrointestinal.
Metaksalon Oral : 800 mg, 3 kali
sehari
5

Untuk spasme otot akut.


Metokarbamol Oral: 1 g,4 kali sehari Untuk spasme otot kakut; obat dipakai untuk
pengobatan tetanus.
Orfenadrin Oral: 100 mg, 2 kali
sehari
Untuk spasme otot akut. Dapat bersifat toksik
pada overdosis yang ringan. Dipakai dalam
kombinasi dengan aspirin dan kafein
(Norgesic).
Pelemas Otot yang bekerja perifer
Dantrolen Oral: Mula: 25 mg/hari,
dan naikkan secara
bertahap
Rumatan: 100 mg, 2
atau 4 kali sehari
Untuk gangguan neurologis yang
menyebabkan spame otot. Mulai dengan
dosis rendah dan naikkan setiap 4-7 hari
Anti anxietas
Diazepam Oral: 2-10 mg, 3 atau 4
kali sehari
Untuk spasme otot akut dan kronik
Meprobamat Oral: 400 mg- 1,2 g/hari
dalam dosis terbagi
Untuk spasme otot
Farmakologi Dalam Keperawatan
123
B. B.B. B. OBAT PADA SISTEM OBAT PADA SISTEM OBAT PADA SISTEM INTEGUMEN
INTEGUMEN INTEGUMEN
Terdapat banyak lesi dan erupsi kulit yang membutuhkan terapi obat yang ringan
sampai agresif.. Erupsi kulit dapat timbul akibat infeksi virus, jamurdan bakteri.
Kebanyakan
dari pengobatan erupsi kulit mencakup krim topical, salep, pasta , dan lotion. Bab ini akan
membahas beberapa obat yang bekerja pada system integument, diantaranya adalah Acne
vulgaris dan Psoriasis, Dermatitis, Luka Bakar dan Preparat Luka Bakar
1. Acne vulgaris dan Psoriasis
Akne vulgaris merupakan pembentukan papula, nodul dan kista pada muka, leher,
bahu dan punggung akibat sumbatan keratin pada dasar kelenjar minyak di dekat folikel
rambut. Bertambahnya produksi androgen yang terjadi selama pubertas meningkatkan
produksi sebum, suatu pelumas kulit. Sebum bergabung dengan keratin dan membentuk
sumbatan. Akne yang ringan memerlukan pembersihan yang lembut dan pemakaian
keratolitik. Benzoil peroksida dioleskan sebagai krim sekali atau dua kali sehari. Agen ini
melonggarkan permukaan epidermis bagian luar yang bertanduk. Akne yang sedang berat
membutuhkan benzoil peroksida dalam konsentrasi yang lebih tinggi (10%) dan antibiotika
topical seperti Tetrasiklin, eritromisin dan klindamisin.
6

Psoriasis ditandai papula dan plak eritematosa yang ditutupi sisik seperti perak yang
terdapat pada kulit kepala siku, telapak tangan, lutut dan telapak kaki. Pada psoriasis,
pertumbuhan dan pergantian epidermis adalah 5 kali lebih cepat dibandingkan
pertumbuhan kulit normal. Terapi obat antipsoriosis menggunakan preparat seperti produk
tar batubara dan artralin untuk mengendalikan psoriasis. Sisik psoriasis dapat
dilonggarkan
dengan keratolitik. Obat antikanker metroteksat untuk mengurangi cepatnya pertumbuhan
sel epidermis. Sinar ultraviolet untuk menekan mitosis dan fotokemoterapi untuk
mengendalikan proliferasi.
Tabel 3.3
Obat Akne Vulgaris dan Psoriasis
Obat Dosis Pemakaian dan Pertimbangan
Akne Vulgaris
Preparat Sistemik
Tetrasiklin Oral 250-500 mg 2 kali
sehari
Untuk akne ringan-sedang.
Tidak boleh dipakai selama kehamilan.
Tidak boleh dipakai bersama produk dari susu
atau antacid
Erytrimicin Oral 250-500 mg 2 kali
sehari
Untuk akne sedang berat, sebagai pengganti
tetrasiklin
Preparat Topikal
Agen keratolitik
Benzoil 2,5 -10% , 1-4 kali sehari Untuk akne ringan-sedang, membantu
Farmakologi Dalam Keperawatan
124
Obat Dosis Pemakaian dan Pertimbangan
Peroksida ( krim, gel, lotion) keratolitik. Dapat menyebabkan iritasi kulit.
Asam Salisilat 2-10% (krim, gel,
shamphoo)
Untuk akne ringan-sedang , membantu
diskuamasi
Resorsinol 1-10% (krim, gel,
shamphoo)
Untuk akne ringan-sedang.
Antibiotika
Tetrasiklin,
erytromicin,
klindamisin
meklosiklin
Untuk akne sedang berat.
Tretinoin Krim : 0,05-1%
7

Gel : 0,025 – 0,1%


Cairan : 0,05% 4 kali
sehari
Untuk akne ringan-sedang. Dapat dipakai
bersama benzoil peroksida dan antibiotika
topical. Tidak boleh dipakai pada luka terbuka.
Daerah pemakaian harus dibersihkan terlebih
dahulu.
Psoriasis
Metoksalen Oral, 10-20 mg, 2 jam
sebelum diberikan UV
terapetik.
Untuk psoriasis berat.Merupakan obat anti
metabolit sistemik, Hindari pemakaian selama
kehamilan.
Etretinat Oral :0,5-0,75 mg/kg
BB/hari dalam dosisi
terbagi, tidak melebihi
1,5 mg/kgBB/hari
Untuk Psoriasis yang membandel. Hindari
pemakaian selama kehamilan
Preparat Topikal
Tar Batubara Shampoo, gel, krim,
larutan, pasta, lotion
Untuk psoriasis ringan-sedang. Menekan
sintesis DNA, mengurangi aktivitas mitosis.
Dapat mengenai pakaian kulit dan rambut.
Antralin Zalf dank rim , Dosis 0,1
–1%
Untuk psoriasis sedang. Menghambat sintesis
DNA, sehingga menekan proliferasi sel-sel
epidermis. Dapat menonai pakaian kulit dan
rambut
Agen Keratolitik
Asam salisilat Lihat Akne vulgaris
2. Dermatitis
Dermatitis kontak, disebabkan iritasi kimia atau tumbuhan, ditandai dengan ruam kulit
yang disertai rasa gatal, pembengkakan, melenting dan keluar cairan atau bersisik pada
tempat yang terkena. Tindakan nonfarmakologi adalah menghindari kontak langsung
dengan
agen penyebab. Pengobatan dapat berupa kompres basah yang mengandung alumunium
Farmakologi Dalam Keperawatan
125
asetat, lotion dengan antihistamin. Bila rasa gatal tidak menghilang dapat digunakan
8

antipruritus dypenhidramin topical. Anti pruritus tidak boleh digunakan pada luka
terbuka.
Agen yang digunakan sebagai anti pruritus adalah
a. Obat sistemik seperti siproheptadin hidroklorida
b. Larutan Kalium Permanganat atau normal salin
c. Salf, krim atau gel glukokortikoid.
Krim deksametazon, salep hidrokortizon , Triamsinolon asetoid merupakan contoh
obat glukokortikod topical untuk menyembuhkan dermatitis.
Tabel 3.4
Glukokortikoid Topikal
Kekuatan Nama Obat Bentuk Obat
Kekuatan Tinggi Betametason Dipropionat 0,05%
Desoksimetason 0,25%
Triamsinolon asetonid 0,5%
krim, zalf, lotion
krim, zalf
krim, zalf
Kekuatan sedang Betametason Bensoat 0,025%
Betametason valerat 0,1 %
Hidrokortison Valerat 0,2 %
Triamsinolon asetonid 0,25%
krim, zalf
krim, zalf, lotion
krim, zalf
krim, zalf, lotion
Kekuatan Rendah Deksa metazoan 0,1 %
Metilprednisolon asetat
Hidrokortiso 0,25 %; 0,5%, 1 %; 2,5%
krim
salf
krim, zalf
3. Luka Bakar dan Preparat Luka Bakar
Luka bakar akibat panas dapat menyebabkan lesi pada kulit. Luka bakar
dikelompokkan berdasar derajat dan dalamnya jaringan luka bakar.
Tabel 3.5
Derajat dan Dalamnya jaringan Luka Bakar
Derajat Kedalaman Kharakteristik
Pertama Epidermis Eritema (kemerahan), nyeri
Pertama-Kedua Epidermis, Dermis bagian atas Melepuh, sangat nyeri
Kedua Epidermis, Dermis bagian bawah Berbecak, melepuh, sangat
nyeri sekali
Ketiga Epidermis, Dermis, ujung syaraf
terkena, jaringan subkutan
Kulit putih seperti mutiara,
menjadi arang, tidak nyeri
9

Luka bakar membutuhkan perhatian segera tanpa memandang derajat dan dalamnya
jaringan. Untuk luka bakar derajat pertama dan minor, kompres basah dingin harus
dikenakan pada daerah luka bakar untuk mengkonstriksi pembuluh darah dan
mengurangi
pembengkakan serta nyeri. Untuk derajat kedua –ketiga harus dibawa ke klinik atau
rumah
Farmakologi Dalam Keperawatan
126
sakit. Daerah luka bakar dibersihkan dengan normal salin dan antiseptic. Antibakterial
spectrum luas biasanya diberikan pada daerah yang terbakar untuk mencegah infeksi.
Tabel 3.6
Antibakterial Topikal untuk Luka Bakar
Obat Kekuatan Obat Pemakaian dan Pertimbangan
Perak
Sulfadiazin
Krim 1% dioleskan 1-
2 kali sehari pada
area yang telah
dibersihkan dengan
sarung tangan steril
Untuk mencegah dan mengobati infeksi luka bakar
derajat 2 dan 3
Pemakaian yang banyak dapat menyebabkan
kristaluria
Perak Nitran Larutan 0,5 % Untuk luka bakar derajat 2 dan 3.
Pembalut direndam dalam larutan dan angkat
sebelum kering
Jika dipakai berlebihan dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektroli (hipokalemia)
Mafenit Asetat Krim 8,5 % Untuk luka bakar derajat 2 dan 3
Nitrofurazone Krim, Zalf, larutan 0,2
%
Untuk luka bakar derajat 2 dan 3.
Dapat menimbulkan fotosensitivitas ( hindari sinar
matahari) dan dermatitis kontak.
Latihan Latihan

Setelah mempelajari uraian materi di atas, untuk memperjelas pemahaman, kerjakan


latihan dibawah ini.
1) Bagaimana pendekatan farmakologi dan non farmakologi pada penderita Osteoartritis
?
2) Sebutkan kelompok obat yang digunakan sebagai pelemas otot !
3) Sebutkan derajat beserta kharakteristik luka bakar !
4) Bagaimana pengobatan farmakologi dan nonfarmakologi pada penderita Dermatitis ?
5) Bagaimana mekanisme Tar Batubara dalam pengobatan Psorioais ?
10

Petunjuk Jawaban Latihan


Untuk menjawab soal-soal diatas, anda dapat mempelajari materi yang membahas
tentang Obat yang bekerja terhadap system musculoskeletal dan Integument
Farmakologi Dalam Keperawatan
127
Ringkasan Ringkasan

1) Obat Reumatik Artritis dan Penyakit Inflamasi Lainnya


Reumatik Artritis. Penyakit rematik pada umumnya memerlukan penanganan
simtomatik untuk mengatasi rasa nyeri, pembengkakan, kekakuan, dengan NSAID
bersamaan dengan pengobatan untuk menjaga dan menekan aktivitas penyakit
dengan Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs (DMARDs) meliputi penisilamin,
garam emas, antimalaria (klorokuin dan hidroksiklorokuin), obat-obat yang
mempengaruhi respon imun, dan sulfasalazin. Penanganan arthritis pada anak dapat
melibatkan NSAID dan DMARDS (biasanya metotreksat atau etanersep), serta
kortikosteroid oral, intravena, atau intraartikular. Perlu perhatian pada pemberian
NSAID adalah terjadinya toxisitas yang ditandai dengan peningkatan heart rate, using ,
confuse, tinnitus, mual-muntah, berkeringat dan sebagainya.
Pada osteoarthritis, pendekatan non farmakologi sebaiknya dilakukan. Pendekatan
farmakologi, untuk meredakan nyeri dan gangguan jaringan lunak, parasetamol
umumnya mencukupi dan sebaiknya dipilih terlebih dahulu. Pilihan berikutnya adalah
NSAID dosis terapetik terendah (contohnya ibuprofen sampai dengan 1,2 g/hari).
Injeksi intraartikular kortikosteroid dapat memberikan manfaat sementara dalam
penanganan osteoartritis terutama jika penyebabnya adalah inflamasi jaringan lunak.
2) Pemacu Transmisi Neuromuskler
Miastenia Gravis timbul akibat kurangnya asetilkolon yang mencapai reseptor
kolinergik. Masalah ini ditandai dengan kelemahan otot otot rangka diatas pinggang.
Kelompok obat yang dipakai untuk mengendalikan miastenias gravis adalah
penghambat asetilkolinesterase dan antikolinesterase . Antikolinesterase adalah obat
pilihan pertama pada miastenia gravis okuler dan sebagai terapi tambahan untuk
imunosupresan pada miastenia gravis yang umum. Kelebihan dosis obat dapat
menganggu trasnmisi neuromuskular dan memperburuk cholinergic crisis dengan
menyebabkan blokade depolarisasi Kortikosteroid digunakan jika antikolinesterase
tidak dapat mengendalikan gejala sepenuhnya. Imunosupresan lini kedua seperti
azatioprin sering digunakan untuk mengurangi dosis kortikosteroid.
3) Pelemas otot skelet.
Pelemas otot yang bekerja sentral efektif untuk kebanyakan jenis kejang kecuali jenis
alfa yang jarang. Salah satu kekurangan obat ini adalah hilangnya daya bidai otot dari
otot-otot tulang belakang atau tungkai sehingga kadang menimbulkan kelumpuhan.
Dantrolen bekerja secara langsung pada otot rangka dan menghasilkan efek yang tidak
diinginkan pada sistem saraf pusat lebih ringan, sehingga lebih dipilih. Dosis sebaiknya
dinaikkan perlahan. Baklofen menghambat transmisi di tingkat spinal dan menekan
SSP. Peningkatan dosis sebaiknya dilakukan bertahap untuk menghindari efek samping
sedasi dan hipotonia. Selanjutnya, Diazepam juga digunakan sebagai pelemas otot
Farmakologi Dalam Keperawatan
11

128
rangka.. Benzodiazepin lain juga mempunyai aktivitas pelemas otot. Dosis pelemas
otot benzodiazepin ini sama dengan dosis sebagai ansiolitik. Pada beberapa anak,
efektivitas diazepam tidak diragukan lagi. Terakhir adalah Tizanidin merupakan agonis
alfa-2 adrenoreseptor yang digunakan untuk kekakuan yang berhubungan dengan
multipel sklerosis atau cidera simpul saraf.
4) Acne vulgaris dan Psoriasis
Akne vulgaris merupakan pembentukan papula, nodul dan kista pada muka, leher,
bahu dan punggung akibat sumbatan keratin pada dasar kelenjar minyak di dekat
folikel rambut. Akne yang ringan memerlukan pembersihan yang lembut dan
pemakaian keratolitik. Benzoil peroksida dioleskan sebagai krim sekali atau dua kali
sehari. Agen ini melonggarkan permukaan epidermis bagian luar yang bertanduk. Akne
yang sedang berat membutuhkan benzoil peroksida dalam konsentrasi yang lebih
tinggi (10%) dan antibiotika topical seperti Tetrasiklin, eritromisin dan klindamisin.
5) Psoriasis ditandai papula dan plak eritematosa yang ditutupi sisik seperti perak yang
terdapat pada kulit kepala siku, telapak tangan, lutut dan telapak kaki. Pada psoriasis,
pertumbuhan dan pergantian epidermis adalah 5 kali lebih cepat dibandingkan
pertumbuhan kulit normal. Terapi obat antipsoriosis menggunakan preparat seperti
produk tar batubara dan artralin untuk mengendalikan psoriasis. Sisik psoriasis dapat
dilonggarkan dengan keratolitik. Obat antikanker metroteksat untuk mengurangi
cepatnya pertumbuhan sel epidermis. Sinar ultraviolet untuk menekan mitosis dan
fotokemoterapi untuk mengendalikan proliferasi.
6) Dermatitis
Dermatitis kontak, disebabkan iritasi kimia atau tumbuhan, ditandai dengan ruam kulit
yang disertai rasa gatal, pembengkakan, melenting dan keluar cairan atau bersisik pada
tempat yang terkena. Pengobatan dapat berupa kompres basah yang mengandung
alumunium asetat, lotion dengan antihistamin. Bila rasa gatal tidak menghilang dapat
digunakan antipruritusdypenhidramin topical. Anti pruritus tidak boleh digunakan
pada luka terbuka. Krim deksametazon, salep hidrokortizon , Triamsinolon asetoid
merupakan contoh obat glukokortikod topical untuk menyembuhkan dermatitis.
7) Luka Bakar dan Preparat Luka Bakar
Luka bakar akibat panas dapat menyebabkan lesi pada kulit. Luka bakar
dikelompokkan berdasar derajat dan dalamnya jaringan luka bakar. Luka bakar
membutuhkan perhatian segera tanpa memandang derajat dan dalamnya jaringan.
Untuk luka bakar derajat pertama dan minor, kompres basah dingin harus dikenakan
pada daerah luka bakar untuk mengkonstriksi pembuluh darah dan mengurangi
pembengkakan serta nyeri. Untuk derajat kedua –ketiga harus dibawa ke klinik atau
rumah sakit. Daerah luka bakar dibersihkan dengan normal salin dan antiseptic.
Farmakologi Dalam Keperawatan
129
Antibakterial spectrum luas biasanya diberikan pada daerah yang terbakar untuk
mencegah infeksi.
Tes 3 Tes 3
1) Perawat perlu memonitor efek yang tidak diinginkan terhadap pasien yang
mendapatkan pengobatan pelemas otot Baklofen, yaitu
12

A. Hipertensi
B. Udem perifer
C. Depresi system syaraf pusat
D. Pandangan kabur
2) Seorang pasien mengalami spasme otot yang akut atau berat, sehingga dokter
memberikan resep Klorzoksazon. Pembelajaran apakah yang paling tepat bagi pasien
?
A. Obat diminum sekali sehari pada pagi hari untuk memaksimalkan efek
B. Obat harus diminum 30 menit sebelum makan
C. Obat diminum bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak enak pada
gastrointestinal
D. Obat bisa diberikan kapanpun tanpa harus makan terlebih dahulu
3) Pasien yang menderita Miastenias Gravis mendapat pengobatan Neostigmin. Sebagai
perawat saudara bertanggungjawab dalam pemberian obat kepada pasien dengan
memegang prinsip berikut ini.
A. Harus diberikan tepat waktu untuk mencegah krisis miastenias gravis.
B. Harus diberikan melalui rute parenteral karena obat di rusak asam lambung
C. Total dosis sehari tidak lebih 500 mg untuk menghindari down-regulation
D. Pengobatan imunosupresan diberikan jika dosis lebih 400 mg per hari.
4) Perawat harus mengetahui adanya toksisitas pemberian NSAID yaitu ….
A. Konstipasi
B. Mual muntah
C. Tremor
D. Retensi urine
5) Obat berikut ini digunakan pada pengobatan Rhematoid. Mankah yang berkhasiat
memperlambat proses penyakit Rhematoid Arthritis ?
A. Diazepam
B. Penisilamin
C. Kortikosteroid
D. NSAID (Non Steroid Anti Inflamatory Drugs)
Farmakologi Dalam Keperawatan
130
6) Ketika merawat pasien yang mengalami luka bakar dengan perak sulfadiazine, metode
apakah yang paling tepat ?
A. Dioleskan pada daerah yang terbakar 2-4 kali sehari
B. Dioleskan 1-2 kali sehari pada area yang telah dibersihkan dengan sarung tangan
steril
C. Bersihkan area luka, kemudian oleskan dengan sarung tangan bersih
D. Jangan dilakukan debridement sebelum mengoleskan obat
7) Berikut ini merupakan obat yang berkhasiat untuk mengobati Psoriasis
A. Benzoil Peroksida
B. Resorsinol
C. Tretinoin
D. Metoksalen
8) Ketika pasien anda menyakan bagaimana mekanisme kerja Tretionin, manakah
13

jawaban yang paling tepat ?


A. Obat bekerja dengan membunuh bakteri penyebab akne
B. Obat ini bekerja dengan mengelupaskan kulit
C. Obat ini bekerja dengan melindungi kulit dari sinar ultraviolet
D. Obat ini merupaakan obat anti inflamasi
9) Berikut ini, manakah yang termasuk antipriritus sistemik ?
A. Siproheptadin hidroklorida
B. Larutan Kalium Permanganat
C. Normal salin
D. Gel glukokortikoid.
10) Reaksi alrgi terhadap penggunaan obat – obatan dapat ditunjukan dengan tanda atau
gejala berikut ini …
A. Kemerahan
B. Udema
C. Gatal dan kulit terbakar
D. Keluar cairan purulen
Farmakologi Dalam Keperawatan
131
Topik 4 Topik 4
Obat Pada Sistem Endokrin Obat Pada Sistem Endokrin Obat Pada Sistem Endokrin
Pada Bab ini akan menjelaskan tentang obat-obat yang dipakai sebagai pengganti
hormone dan untuk menghambat sekresi hormone dari kelenjar pituitary, tiroid dan
adrenal.
Oleh karena itu, anda perlu membaca dan mempelajari kembali anatomi dan fisiologi
endokrin. Pengetahuan tentang hormone endokrin dan fungsinya akan mempermudah
mempelajari obat-obat yang bekerja terhadap kelenjar endokrin.

A. A.A. A. KELENJAR PITUITARY KELENJAR PITUITARY KELENJAR PITUITARY


Kelenjar Pituitary (hipofisis) memiliki lobus anterior dan posterior. Bagian anterior atau
adenohipofisis mensekresi berbagai hormone yang ditargetkan terhadap kelenjar dan
jaringan, yaitu Growth Hormon yang merangsang pertumbuhan jaringan, Thiroid
Stimulating
Hormone (TSH) yang bekerja terhadap kelenjar thyroid, hormone adrenokortikotropik
(ACTH) merangsang kelenjar adrenal dan gonadotropin (follicle stimulating hotmone /FSH
dan luteinizing hormone (LH), Obat-obat yang memiliki sifat adrenohipofisi dipakai untuk
merangsang atau menghambat aktivitas kelenjar.
Tabel 4.1
Obat Yang Digunakan Dalam Gangguan Kelenjar Hipofisis
Obat Dosis Pertimbangan dan Pemakaian
Anterior
Growth Hormone (GH)
Somatropin
Genotropin
(Pfizer)
SC : 0,5-0,7
14

iu/kg/BB/minggu
terbagi dlm injeksi
Digunakan pada gangguan pertumbuhan karena
insufisiensi sekresi GH endogen,sindrom
turner,insufisiensi ginjal kronik,berat badan lahir
rendah
Somatropin
Saizen (Merck)
SC /IM : 0,7- 1 mg/ m²
luas permukaan tubuh
atau 0,025-0,035
mg/kg/BB.
Digunakan pada kegagalan pertumbuhan pada
anak yg disebabkan krn penurunan atau tidak
adanya sekresi hormon pertumbuhan
Kontra indikasi : Tumor
Thiroid Stimulating Hormone (TSH)
Thyrotropin IM, SK : 10 U, 4 kali
sehari, 1-3 hari
Untuk mendiagnosa penyebab Hipotiroid, injksi
terakhir dilanjutkan dengan pemeriksaan
radioiodine
Adrenocorticotropic Hormone (ACTH)
Kortikotropin IM, SC : 20 Unit, 4 kali
sehari
IV : 10-25 U dalam 500
Untuk defisiensi ACTH, Untuk sklerosis multiple ,
dosis 80-120 U/hari.
Farmakologi Dalam Keperawatan
132
Obat Dosis Pertimbangan dan Pemakaian
mL D5%/8 jam
Kortikotropin
Repositori
SC, IM : 40 u setiap 12-
24 jam
Untuk defisiensi ACTH,
Untuk mengobati insufisiensi adrenal akibat
pemakaian kortison jangka panjang.
Pituitary Posterior
Anti Diuretik Hormon
Vasopresin Dewasa: SC. IM : 5-10
U 2-3 kali sehari. Anak
dosis lebih rendah
Untuk diabetes Insipidus. Untuk meredakan
15

distensi usus. Mengurangi perdarahan GI akibat


varises Esofagus.
Monitor out put urine
Lipresin Intra Nasal : 1-2
semprotan perlubang
hidung
Untuk diabetes Insipidus. .
Monitor out put urine
Desmoprasin IV :0,3 µg dalam 50 ml
normal salin selama
20-30 menit
Untuk diabetes Insipidus.
Monitor out put urine
B. B.B. B. OBAT HORMON TIROID D OBAT HORMON TIROID D OBAT HORMON TIROID
DAN ANTITIROID AN ANTITIROID AN ANTITIROID
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak pada leher, tepatnya pada laring.
Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yakni sebelah kanan dan kiri laring.. Kelenjar tiroid
menghasilkan dua macam hormon yaitu tiroksin (T4) dan Triiodontironin(T3). Hormon ini
berpengaruh dalam proses metabolisme sel, pertumbuhan, perkembangan, dan diferensiasi
jaringan.
Beberapa penyakit manusia ada yang disebabkan oleh kelenjar tiroid. Misalnya
kelebihan hormon tiroid (hipertiroid) dapat menimbulkan gejala hipermetabolisme (morbus
basedowi), dengan tanda-tanda meningkatnya detak jantung sehingga muncul gugup,
napas
cepat dan tidak teratur, mulut menganga, dan mata melebar. Sementara itu, apabila
seseorang sebelum dewasa kekurangan hormon tiroid (hipotiroid), tubuhnya dapat
mengalami kretinisme (kerdil). Kretenisme ditandai dengan fisik dan mental penderita yang
tumbuh tidak normal.
Pada orang dewasa, kondisi hipotiroid dapat menyebabkan miksedema. Gejala
penyakit ini, adalah laju metabolisme rendah, berat badan bertambah, bentuk badan
menjadi besar, kulit kasar, dan rambutmudah rontok. Selain penyakit-penyakit tersebut,
seseorang juga dapat mengalami pembengkakan kelenjar tiroid karena kekurangan
makanan
yang mengandung yodium. Penyakit pembengkakan demikian dinamakan gondok.
Beberapa penyakit tiroid akan mendapatkan terapi pengganti T3 dan T4. Pada pesien
dengan terapi pengganti hormone thiorid, perawat perlu menganjurkan untuk menghindari
makanan yang menghambat sekresi sekresi thyroid, yaitu strawberry, pear, kobis, bayam,
kembang kol dan kacang polong.
Farmakologi Dalam Keperawatan
133
Tabel 4.2
Pengganti Hormon Tiroid dan Obat Antitiroid.
Obat Dosis Pertimbangan dan Pemakaian
Hipotiroid
L-thyroxine Na Dewasa : awal 0,05-1 mg/hari.
16

Dosis harian ditingkatkan tiap 2


minggu 0,025-0,05 mg s/d hasil yg
diinginkan tercapai.
Digunakan pada hipotiroidisme dengan sebab
apapun. Supresi kadar TSH pd penyakit gondok.
Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap tiroksin,
tiritoksikosis
Efek Samping : Takikardi,cemas, tremor,sakit
kepala, kemerahan muka,banyak
berkeringat,penurunan BB
Levothyroxine Awal 25-50mcg, ditingkatkan 25-
50 mcg pd interval 2-4 minggu.
Digunakan pada hipotiroid.
Efek : Tremor pada jari tangan,palpitasi,
aritmia,berkeringat secara berlebihan,diare,
penurunan BB,gangguan tidur, gelisah
Antitiroid / Hipertiroidisme
Carbimazole
Neo
Dewasa : awal 20-80 mg/hr.
Kasus ringan 5-10mg/hr, kasus
sedang 30mg/hr, kasus berat 40-
60mg/hr. Diberikan dalam
beberapa dosis terbagi.
Pemeliharaan 5-15 mg/hr.
Digunakan pada Hipertiroidisme. Kontra indikasi
pada Laktasi. Efek samping yang dapat terjadi :
mual dan muntah
Thiamazole
Thyrozol (Merck)
Dewasa terapi konservatif
hipertiroid : utk menghambat
produksi hormon tiroid scr
komplit 25-40mg/hr . dosis harian
maks: 40mg dlm maks 20mg dosis
tunggal
Terapi konservatif hipertiroid
Utk menghambat produksi hormon tiroid scr
komplit, persiapan operasi utk segala jenis
hipertiroid
Kontra indikasi pada penderita Granulositopenia.
Metimazol Oral, Dosis Mula : 15-60 mg dalam
dosis terbagi. Rumatan : 5 mg 3-4
kali sehari
Untuk hipertiroid.
17

Dapat menghambat sintesa hormone tiroid


Iodin
Larutan Iodin kuat
Oral :2-6 tetes, 3 kali sehari Untuk diabetes Insipidus.
Untuk mengurangi ukuran dan vaskularisasi
kelenjar tiroid
C. C.C. C. HORMON PARATIROID HORMON PARATIROID HORMON PARATIROID
Kelenjar Paratiroid mensekresi hormone paratiroid (HPT) yang berfungsi mengatur
kadar kalsium dalam darah. Penurunan kalsium dalam serum merangsang pelepasan PTH.
PTH mengobati hipoparatiroid dan kalsitonin mengobati hiperparatiroid. Hipokalsemia
dapat
disebabkan oleh defisiensi PTH, defisiensi vit D, gangguan ginjal atau terapi diuretik.
Farmakologi Dalam Keperawatan
134
Pengganti PTH dapat membantu untuk memperbaiki kekurangan kalsium.
Hiperparatiroidisme juga dapat disebabkan keganasan kelenjar paratiroid atau sekeresi
hormone PTH ektopik dari kanker paru-paru, hipertiroidisme atau tidak bergerak dalam
jangka waktu lama, dimana kalsium hilang dari tulang.
Tabel 4.3
Obat untuk Hipoparatiroid dan Hiperaratiroid.
Obat Dosis Petimbangan dan Pemakaian
Hipoparatiroidisme dan Hipokalsemia
Analog Vitamin D
Kalsifediol Oral : 50-100 µg/hari Untuk penyakit tulang akibat GGK dan
Dialisa Ginjal.
Pantau kadar kalsium serum
Pantau tanda hiperkalsemia.
Ergokalsiferol Oral 0,25 µg/hari Untuk Hipoparatiroid dan rikets.
Pantau kadar kalsium serum.
Hiperparatiroidisme dan Hiperkalsemia
Kalsitonin
manusia
SC, dosis mula 0,5 mg / hari,
Rumatan : 0,25 mg/ setiap 2-
3 minggu
Untuk penyakit paget
Kalsitonin
Salmon
SC/IM , dosis mula 100 IU /
hari, Rumatan : 50-100 IU/
setiap hari atau setiap 2 hari.
Untuk penyakit paget,
hiperparatiroidisme, hiperkalsemia.
D. D.D. D. ADRENAL ADRENAL ADRENAL
Kelenjar adrenal terdiri dari medulla dan korteks. Korteks adrenal memproduksi dua
18

jenis hormone atau kortikosteroid. Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid
yang dihasilkan di kulit kelenjar adrenal. Hormon ini berperan pada banyak sistem
fisiologis
pada tubuh, misalnya tanggapan terhadap stres, tanggapan sistem kekebalan tubuh, dan
pengaturan inflamasi, metabolisme karbohidrat, pemecahan protein, kadar elektrolit darah,
serta tingkah laku.
Kortikosteroid dibagi menjadi 2 kelompok, yakni glukokortikoid (contohnya kortisol)
yang berperan mengendalikan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, juga bersifat
anti inflamasi dengan cara menghambat pelepasan fosfolipid, serta dapat pula menurunkan
kinerja eosinofil. Kelompok lain dari kortikosteroid adalah mineralokortikoid (contohnya
aldosteron), yang berfungsi mengatur kadar elektrolit dan air, dengan cara penahanan
garam di ginjal.
Pemberian kortikosteroid dosis tinggi dapat menyebabkan sindrom Cushing dengan
gejala-gejala moon face, berat badan naik, otot lemah terutama bahu dan pinggul, dll, ,
striae dan acne yang dapat pulih (reversibel) bila terapi dihentikan, tetapi cara
Farmakologi Dalam Keperawatan
135
menghentikan terapi harus dengan menurunkan dosis secara bertahap (tappering-off)
untuk
menghindari terjadinya insufisiensi adrenal akut. Pada anak, penggunaan kortikosteroid

1. Glukokortikoid
Glukokortikoid mempengaruhi metabolism karbohidrat, protein dan lemak serta
aktivitas sel darah dan otot. Kortisol, glukokortikoid utama, memiliki efek antiinflamasi,
antialegi dan anti stress. Glukokortikoid dipakai untuk mengobati banyak penyakit dan
masalah kesehatan. Efek samping glukokortikoid antara lain diabetes dan osteoporosis,
yang
berbahaya, terutama pada lanjut usia, dapat terjadi fraktur osteoporotik pada tulang
pinggul
dan tulang belakang. Selain itu, pemberian dosis tinggi dapat mengakibatkan nekrosis
avaskular pada kepala femur. Beberapa obat glukokortikoid akan disajikan pada table
dibawah ini.
Tabel 4.4
Obat –Obat Glukokortikoid
Obat Dosis Pertimbangan Pemakaian
Prednisone Dewasa : oral : 5-60
mg/hari dalam dosis
terbagi.
Anak : Oral : 0,1-0,15
mg/kgBB/hari dalam dosis
terbagi 2-4
Antiinflamasi atau imunosupresif.
Glukokortikoid oral, merupakan obat pilihan.
Perhatian khusus pada kondisi :
Tukak lambung, hipertensi aktif,, gangguan
19

neurologic, gangguan hati & ginjal, DM.


Dexamethasone Dewasa : oral : 0, 25-4 mg,
2-4 kali sehari . IV : 1-6
mg/kg BB
Aerosol : 3 puff, 2-4 kali
sehari
antiinflamasi yang kuat. Untuk gangguan alergi
akut, serangan asma, udema serebral, shock
dan chusing syndrome.
Efek samping : Retensi cairan & elektrolit,
meningkatkan kemungkinan infeksi
Metilprednisolon Dewasa : Oral : 4-48 mg/
hari dalam dosis terbagi 4,
IM/IV : 10-250 mg setiap 4-
6 jam
Antiinflamasi atau imunosupresif
Triamsinolon Dewasa : sehari 4-48 mg
sehari dalam dosis terbagi
2-4 .
Inhalasi: 2 puff
Antiinflamasi atau imunosupresif. Preparat
dapat disuntikkan pada sendi dan jaringan
lunak.
2. Minerallokortikoid
Mineralokortikoid merupakan type kedua kortikosteroid, mensekresi aldosteron.
Hormon ini mempertahankan keseimbangan cairan dengan meningkatkan penyerapan
Farmakologi Dalam Keperawatan
136
natrium dari tubulus ginjal. Natrium menarik air , menyebabkan retensi air. Jika terjadi
hipovolemia, sekresi aldosteron akan ditingkatkan. Dengan reabsorbsi natrium, kalium
akan
dikeluarkan dan mengakibatkan terjadinya hipokalemia. Defisiensi minerallo kortikoid
biasanya terjadi dengan defisiensi glukokortikoid, seringkali disebut defisiensi
kortikosteroid.
Fludokortison merupakan suatu minerallokortikoid oral yang dapat diberikan
bersamaan dengan glukokortikoid. Obat ini dapat menyebabkan suatu keseimbangan
negative nitrogen, sehingga biasanya diperlukan diet tinggi protein. Karena pemakaian
minerallo dan glukokortikoid terjadi ekskresi kalium, maka kadar kalium harus dipantau.
E. E.E. E. HORMON INSULIN HORMON INSULIN HORMON INSULIN
Diabetes melitus adalah suatu kelainan metabolisme kronis yang terjadi karena
berbagai penyebab, ditandai oleh konsentrasi glukosa darah melebihi normal disertai
dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang diakibatkan oleh
kelainan sekresi hormon insulin, kelainan kerja insulin, atau kedua. Ada 2 type Diabetes
Melitus yaitu Diabetes Melitus type I atau diabetes melitus tergantung insulin (Insulin
Dependent Diabetes Melitus/IDDM) dan type II, diabetes melitus tidak tergantung insulin
20

(Non Insulin Dependent Diabetes Melitus/NIDDM). Perbedaan utama antara DM type I dan
DM typeII adalah, pada DM tipe 1, orang tidak bisa lagi memproduksi insulin, sementara
itu
pada DM type II, tubuh, sel tubuh tidak dapat mereaksi insulin secara normal lagi.
sehingga
glukosa tetap dalam aliran darah dan tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga hal
tersebut
menyebabkan kadar gula darah menjadi tinggi.
Insulin dilepaskan dari sel-sel beta pulau Langerhans dalam responnya terhadap
peningkatan glukosa darah.. Pankreas secara normal mensekresikan 40-60 unit insulin
setiap
harinya. Insulin meningkatkan ambilan glukosa, asam amino, dan asam lemak dan
mengubahnya menjadi bahan-bahan yang disimpan dalam sel-sel tubuh. Glukosa diubah
menjadi glikogen untuk keperluan glukosa di masa mendatang dalam hepar dan otot,
sehingga menurunkan kadar glukosa dalam darah. Nilai glukosa darah normal adalah 60-
100
mg/Dl dan glukosa serum, 70-110 mg/Dl.
1. Insulin
Insulin suntikan diperoleh dari pankreas babi dan sapi ketika hewan-hewan ini
disembelih. Insulin tidak dapat diberikan per oral karena sekresi gastrointestinal merusak
susunan insulin. Insulin diberikan secara subkutan, dengan sudut suntikan 45 sampai
90o, 15
sampai 30 menit sebelum makan. Insulin harus disimpan pada tempat yang sejuk atau di
dalam lemari es. Konsentrasi insulin 40 atu 100 U/Ml (U40/Ml, U100/Ml) dan insulin
dikemas
dalam vial berisi 10 ml. Spuit insulin ditandai dalam unit sampai maksimum 100 U per 1
mL.
Ada tiga tipe insulin :
a. Insulin kerja singkat/ insulin regular (kristalin), merupakan larutan bening tanpa
tambahan bahan untuk memperpanjang kerja insulin. Onset kerjanya adalah 0,5 -1
jam, puncak kerja timbul dalam 2 sampai 4 jam, dan lama kerja 6-8 jam.
Farmakologi Dalam Keperawatan
137
b. Insulin kerja sedang, awitan insulin kerja sedang adalah 1-2 jam, puncak 6-12 jam, dan
lama kerja 18-24 jam.
c. Insulin kerja panjang, bekerja dalam 4-8 jam, puncak 14-20 jam, dan berakhir sampai
24-36 jam.
Tabel 4.3
Insulin dan Kerjanya
Insulin Deskripsi Mula Kerja Puncak Kerja Lama Kerja
Insulin Kerja Singkat
Regular
(Cristalin)
Jernih, SC atau IV 0.5-1 jam 2-4 jam 6-8 jam
Humulin R Sama seperti insulin
21

Reguler

Semilante Keruh, Zinc dalam


jumlah sedikit, SC.
30-45 menit 4-6 jam 12-16 jam
Insulin Kerja Sedang
Lente Keruh, Zinc, SC, 30%
semilente, 70%
ultralente
1-2 jam 8-12 jam 18-28 jam
Humulin L Sama dengan Lente
NPH Keruh, SC, Protamin 1-2 jam 6-12 jam 18-24 jam
Humulin N Sama dengan NPH
Insulin Kerja Panjang
PZI Keruh, SC, Protamin,
Zinc
4-8 jam 14-20 jam 24-36 jam
Ultralente Keruh, SC, Insulin Zinc
tang diberi tambahan
5-8 jam 14-20 jam 30-36
2. Obat Anti Diabetik Oral
a. Sulfonilurea
Kerja utama sulfonilurea adalah meningkatkan sekresi insulin sehingga efektif hanya
jika masih ada aktivitas sel beta pankreas Sulfonilurea digunakan untuk pasien yang tidak
kelebihan berat badan, atau yang tidak dapat menggunakan metformin. Sulfonilurea dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati, yang mungkin menyebabkan jaundice kolestatik,
hepatitis dan kegagalan fungsi hati meski jarang. Dapat terjadi reaksi hipersensitifitas,
biasanya pada minggu ke 6-8 terapi, reaksi yang terjadi berupa alergi kulit yang jarang
berkembang menjadi eritema multiforme dan dermatitis eksfoliatif, demam dan jaundice.
Berikut ini adalah kriteria pemakaian obat hioglikemia oral :
1) Awitan DM pada usia 40 tahun
2) Diagnosa DM kurang dari 5 tahun
Farmakologi Dalam Keperawatan
138
3) Berat badan normal atau kelebihan berat badan
4) Gula darah puasa sama atau kurang dari 200 mg/dL
5) Memerlukan insulin kurang daro 40 U / hari
6) Fungsi ginjal dan hepar baik
Tabel 4.4
Obat Anti Diabetik Oral
Obat Dosis Lama Kerja Pertimbangan Penggunaan
Sulfonilurea generasi pertama
Kerja Singkat
Tolbutamid 0,5 - 1,5 mg / hari
dalam dosis terbagi 2-
22

3(maksimal 2 g)
6-12 jam Digunakan pada diabetes melitus
tipe 2.
Diabsorbsi cepat melalui saluran
GI
Kerja Sedang
Asetoheksamid Oral : 0,25-1,5 mg/ hari
dalam dosis tunggal
atau terbagi 2
10-24 jam Diabsorbsi cepat melalui saluran
GI
Tolazamid Oral 100-250 mg/ hari
tidak melebihi 1 gr
12-24 jam Diabsorbsi lambat melalui
saluran GI
Kerja Panjang
Klorpropamid Oral , dosis awal 100-
250 mg/hr; Rumatan :
100-500 mg /hari
dalam dosis tunggal
atau terbagi 2. Dosis
Maksimal 750 mg/hari
sampai 60
jam
Diabsorbsi baik melalui saluran
GI .
Efek ADH kuat sehingga
mengakibatkan retensi air dan
elektrolit
Sulfonilurea generasi Kedua
Glibenklamida dosis awal 2,5 – 5 mg
tiap hari, bila perlu
dinaikkan setiap
minggu, sampai
maksimal setiap 2 hari
10 mg.
10-24 jam Diabsorbsi baik melalui saluran
GI. Mampu menstimuli insulin
setiap pemasukan glukosa
(makan).
Resiko hipoglikemi lebih besar.
Glipizid dosis awal 2,5 – 5 mg, 4
kali sehari atau 2 kali
sehari
Rumatan : 5-25 mg /
23

hari;, maksimal 40
mg/hari
12-24 jam Diabsorbsi baik melalui saluran
GI
Farmakologi Dalam Keperawatan
b. Biguanida
Metformin Hidrochlorida, satu-satunya golongan biguanid yang tersedia, mempunyai
mekanisme kerja yang berbeda dengan sulfonilurea, keduanya tidak dapat dipertukarkan.
Efek utamanya adalah menurunkan glukoneogenesis dan meningkatkan penggunaan
glukosa
di jaringan. Karena kerjanya hanya bila ada insulin endogen, maka hanya efektif bila masih
ada fungsi sebagian sel islet pankreas.
Metformin digunakan pada penderita diabetes melitus tipe 2, terutama untuk pasien
dengan berat badan berlebih (overweight), apabila pengaturan diet dan olahraga saja tidak
dapat mengendalikan kadar gula darah. Metformin dapat digunakan sebagai monoterapi
atau dalam kombinasi dengan obat antidiabetik lain atau insulin (pasien dewasa), atau
dengan insulin (pasien remaja dan anak >10 tahun). Sedangkan kontraindikasi nya adalah
gangguan fungsi ginjal, ketoasidosis, hentikan bila terjadi kondisi seperti hipoksia jaringan
wanita hamil dan menyusui.
Efek Samping dapat berupa anoreksia, mual, muntah, diare (umumnya sementara),
nyeri perut, rasa logam, asidosis laktat (jarang, bila terjadi hentikan terapi), penurunan
penyerapan vitamin B12, eritema, pruritus, urtikaria dan hepatitis. Dosis ditentukan secara
individu berdasarkan manfaat dan tolerabilitas. Dewasa & anak > 10 tahun: dosis awal 500
mg setelah sarapan untuk sekurang-kurangnya 1 minggu, kemudian 500 mg setelah
sarapan
dan makan malam untuk sekurang-kurangnya 1 minggu, kemudian 500 mg setelah
sarapan,
setelah makan siang dan setelah makan malam. Dosis maksimum 2 g sehari dalam dosis
terbagi.
c. Acarbose
Acarbose merupakan suatu penghambat enzim alfa glukosidase yang terletak pada
dinding usus. Enszim alfa glukosidase adalah maltaseeeee. isomaltase, glukomaltase dan
sukrose, berfungsi untuk hidrolisis oligosakarida, trisakarida dan disakarida pada dinding
usus halus.
Obat golongan ini bekerja di usus, menghambat enzim di saluran cerna, sehingga
pemecahan karbohidrat menjadi glukosa atau pencernaan karbohidrat di usus menjadi
berkurang. Dengan demikian kadar glukosa darah setelah makan tidak meningkat tajam.
Sisa
karbohidrat yang tidak tercerna akan dimanfaatkan oleh bakteri di usus besar, dan ini
menyebabkan perut menjadi kembung, sering buang angin, diare, dan sakit
perut.Pemakaian
obat ini bisa dikombinasi dengan obat golongan sulfonilurea atau insulin, tetapi bila terjadi
efek hipoglikemia hanya dapat diatasi dengan gula murni yaitu glukosa atau dextrose. Gula
pasir tidak bermanfaat.
Acarbose hanya mempengaruhi kadar gula darah sewaktu makan dan tidak
24

mempengaruhi setelah itu. Obat ini tidak diberikan pada penderita dengan usia kurang dan
18 tahun, karena efek samping gangguan pencernaan kronis, maupun wanita hamil dan
menyusui. Acarbose efektif pada pasien yang banyak makan karbohidrat dan kadar gula
darah puasa lebih dari 180 mg/dl.
139
Farmakologi Dalam Keperawatan
140
3. Obat Hiperglikemia
Glukagon adalah senyawa hormone hiperglikemia yang diseskresikan oleh sel alfa
pulau Langerhans di pancreas. Glukagon meningkatkan kadar gula darah dengan
merangsang glikogenolisis (pemecahan glikogen ) di hepar. Glukagon tersedia dalam bentuk
suntikan (SC, IM dan IV). Obat ini digunakan untuk mmengobati hipoglikemia. Penderita
DM
yang cenderung mengalami hipoglikemia harus menyimpan glucagon di rumah. Glukosa
darah akan meningkat 5-20 menit paska pemberian.
Latihan Latihan

Setelah mempelajari uraian materi di atas, untuk memperjelas pemahaman, kerjakan


latihan dibawah ini.
1) Hormon apa yang disekresi oleh kelenjar pituitary anterior dan apa fungsinya ?
2) Efek apa yang bisa terjadi sebagai akibat penggunaan obat kortikosteroid dosis tinggi
dalam waktu yang lama ?
3) Sebutkan 3 macam insulin
4) Bedakan antara Levotiroxin dengan Liotironin !
Petunjuk Jawaban Latihan
Untuk menjawab soal-soal diatas, anda dapat mempelajari materi yang membahas
tentang Pengantar Farmakologi
Ringkasan Ringkasan

1) Kelenjar Pituitary
Kelenjar Pituitary (hipofisis) memiliki lobus anterior dan posterior. Bagian anterior atau
adenohipofisis mensekresi berbagai hormone yang ditargetkan terhadap kelenjar dan
jaringan, yaitu Growth Hormon, Thiroid Stimulating Hormone (TSH), adreno
kortikotropik (ACTH) , follicle stimulating hormone /FSH dan luteinizing hormone
(LH).. Obat Yang Digunakan Dalam Gangguan Kelenjar Hipofisis adalah Somatropin
Genotropin sebagai pengganti GH, , Thyrotropin menggantikan TSH, Kortikotropin
menggantikan fungsi ACTH serta Vasopresin berfungsi seperti ADH.
2) Obat Hormon Tiroid dan antitiroid
Kelenjar tiroid menghasilkan dua macam hormon yaitu tiroksin (T4) dan
Triiodontironin(T3). Hormon ini berpengaruh dalam proses metabolisme sel. Selain itu,
hormon tersebut juga memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan diferensiasi
jaringan. Beberapa penyakit tiroid akan mendapatkan terapi pengganti T3 dan T4.
Pada pesien dengan terapi pengganti hormone thiorid, perawat perlu menganjurkan
untuk menghindari makanan yang menghambat sekresi sekresi thyroid, yaitu
strawberry, pear, kobis, bayam, kembang kol dan kacang polong.
25

Farmakologi Dalam Keperawatan


141
3) Hormon Paratiroid
Kelenjar Paratiroid mensekresi hormone paratiroid (PTH) yang berfungsi mengatur
kadar kalsium dalam darah. Penurunan kalsium dalam serum merangsang pelepasan
PTH. PTH mengobati hipoparatiroid dan kalsitonin mengobati hiperparatiroid.
Hipokalsemia dapat disebabkan oleh defisiensi PTH, defisiensi vit D, gangguan ginjal
atau terapi diuretik. Pengganti PTH dapat membantu untuk memperbaiki kekurangan
kalsium. Hiperparatiroidisme juga dapat disebabkan keganasan kelenjar paratiroid
atau sekeresi hormone PTH ektopik dari kanker paru-paru, hipertiroidisme atau tidak
bergerak dalam jangka waktu lama, dimana kalsium hilang dari tulang.
4) Adrenal
Kelenjar adrenal terdiri dari medulla dan korteks. Korteks adrenal memproduksi dua
jenis hormone atau kortikosteroid. Kortikosteroid dibagi menjadi 2 kelompok, yakni
glukokortikoid dan mineralokortikoid.
a) Glukokortikoid
Glukokortikoid mempengaruhi metabolism karbohidrat, protein dan lemak serta
aktivitas sel darah dan otot. Kortisol, glukokortikoid utama, memiliki efek
antiinflamasi, antialegi dan anti stress. Glukokortikoid dipakai untuk mengobati
banyak penyakit dan masalah kesehatan . Pemberian dosis tinggi dapat
mengakibatkan nekrosis avaskular pada kepala femur. Beberapa obat
glukokortikoid diantaranya adalah Prednisone, Dexamethasone ,
Metilprednisolon dan Triamsinolon.
b) Minerallokortikoid
Mineralokortikoid merupakan type kedua kortikosteroid, mensekresi aldosteron.
Fludokortison merupakan suatu minerallokortikoid oral yang dapat diberikan
bersamaan dengan glukokortikoid. Obat ini dapat menyebabkan suatu
keseimbangan negative nitrogen, sehingga biasanya diperlukan diet tinggi protein.
Karena pemakaian minerallo dan glukokortikoid terjadi ekskresi kalium, maka
kadar kalium harus dipantau.
5) Hormon Insulin
Diabetes melitus adalah suatu kelainan metabolisme kronis yang terjadi karena
berbagai penyebab, ditandai oleh konsentrasi glukosa darah melebihi normal disertai
dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang diakibatkan oleh
kelainan sekresi hormon insulin, kelainan kerja insulin, atau kedua.
Ada tiga tipe insulin :
a) Insulin kerja singkat/ insulin regular (kristalin). Onset kerjanya adalah 1/2-1 jam,
puncak kerja timbul dalam 2 sampai 4 jam, dan lama kerja 6-8 jam.
b) Insulin kerja sedang, awitan insulin kerja sedang adalah 1-2 jam, puncak 6-12 jam,
dan lama kerja 18-24 jam.
Farmakologi Dalam Keperawatan
142
c) Insulin kerja panjang, bekerja dalam 4-8 jam, puncak 14-20 jam, dan berakhir
sampai 24-36 jam.
6) Obat Anti Diabetik Oral
26

a) Sulfonilurea
Kerja utama sulfonilurea adalah meningkatkan sekresi insulin sehingga efektif
hanya jika masih ada aktivitas sel beta pankreas Sulfonilurea digunakan untuk
pasien yang tidak kelebihan berat badan, atau yang tidak dapat menggunakan
metformin. Sulfonilurea dapat menyebabkan gangguan fungsi hati, yang mungkin
menyebabkan jaundice kolestatik, hepatitis dan kegagalan fungsi hati meski jarang.
b) Biguanida
Metformin Hidrochlorida, satu-satunya golongan biguanid yang tersedia. Efek
utamanya adalah menurunkan glukoneogenesis dan meningkatkan penggunaan
glukosa di jaringan. Karena kerjanya hanya bila ada insulin endogen, maka hanya
efektif bila masih ada fungsi sebagian sel islet pankreas.
Metformin digunakan pada penderita diabetes melitus tipe 2, terutama untuk
pasien dengan berat badan berlebih (overweight), apabila pengaturan diet dan
olahraga saja tidak dapat mengendalikan kadar gula darah.
c) Acarbose
Obat golongan ini bekerja di usus, menghambat enzim di saluran cerna, sehingga
pemecahan karbohidrat menjadi glukosa atau pencernaan karbohidrat di usus
menjadi berkurang.Acarbose hanya mempengaruhi kadar gula darah sewaktu
makan dan tidak mempengaruhi setelah itu. Obat ini tidak diberikan pada
penderita dengan usia kurang dan 18 tahun, karena efek samping gangguan
pencernaan kronis, maupun wanita hamil dan menyusui. Acarbose efektif pada
pasien yang banyak makan karbohidrat dan kadar gula darah puasa lebih dari 180
mg/dl.
7) Obat Hiperglikemia
Glukagon meningkatkan kadar gula darah dengan merangsang glikogenolisis
(pemecahan glikogen ) di hepar. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan (SC, IM dan
IV). Obat ini digunakan untuk mmengobati hipoglikemia. Penderita DM yang
cenderung mengalami hipoglikemia harus menyimpan glucagon di rumah. Glukosa
darah akan meningkat 5-20 menit paska pemberian.
Farmakologi Dalam Keperawatan
143
Tes 4 Tes 4
1) Pada pesien dengan terapi pengganti hormone thiorid, perawat perlu menganjurkan
untuk menghindari makanan yang menghambat sekresi sekresi thyroid, yaitu
A. strawberry, pear, kobis, kembang kol dan kacang polong.
B. Pear, kobis, kangkung, kentang
C. Kacang polong, strawberry, tomat, kentang
D. Kacang panjang , kobis, bayam, kembang kol
2) Pada saat memonitor efek terapetik pada pasien Diabetus Insipidus yang mendapat
terapi Vasopresin, pengkajian manakah yang harus perawat lakukan sebagai indikasi
bahwa pengobatan telah berhasil ?
A. Peningkatan kadar insulin
B. Penurunan diare
C. Peningkatan patensi jalan nafas
D. Penurunan rasa haus
27

3) Seorang pasien mendapat terapi kalsifedol. Apakah yang harus dimonitor oleh perawat
?
A. Waktu perdarahan
B. Kadar kalsium serum
C. Ureum – Kreatinin
D. Fungsi Hati
4) Pada saat memberikan penyuluhan tentang efek samping obat kepada pasien yang
baru mendapat pengobatan Dexamethasone jangka panjang , manakah efek samping
yang mungkin terjadi pada pasien?
A. Udema
B. Vertigo
C. Hipotensi
D. Mual-muntah
5) Untuk menghindari insufisiensi adrenal akut akibat penghentian penggunaan obat
pada pasien dengan pengobatan kortikosteroid, maka hal yang seharusnya dilakukan
adalah …
A. memberikan secara berselang sehari
B. menggunakan dosis efektif terendah
C. menurunkan dosis secara bertahap (tappering-off)
D. Hentikan pemakaian setelah tujuh hari
Farmakologi Dalam Keperawatan
144
6) Selama pemberian kortikosteroid jangka panjang dan dosis tinggi, perawat harus
memonitor terjadinya Chusing Syndrome. Manakah manifestasi klinis yang terlihat
pada pasien ?
A. Kehilangan berat badan
B. Kelemahan otot bahu dan pinggul
C. Rambut rontok
D. Tremor
7) Manakah yang termasuk insulin kerja singkat
A. Humulin R
B. Humulin L
C. Ultralente
D. Lente
8) Seorang pasien Diabetus Mellitus mendapat terapi dokter Reguler Insulin 12 Unit, 3
kali sehari . Perawat memberikan instruksi kepada pasien untuk ….
A. Menginjeksi insulin 12 Unit 30 menit setelah makan
B. Menyuntikkan insulin 36 unit sebagai single dosis di pagi hari
C. Menginjeksikan Insulin 12 Unit 30 menit sebelum makan
D. Menyuntikkan insulinsekali , kapanpun karena Reguler Insulin termasuk kategori
kerja panjang
9) Berikut ini merupakan criteria penggunaan Anti Diabetus Oral …
A. Diagnosa DM lebih dari 5 tahun
B. Berat badan kurus
C. Gula darah puasa sama atau kurang dari 300 mg/dL
28

D. Awitan DM pada usia 40 tahun


10) Penderita DM type II mendapat terapi oral anti diabetes : Metformin. Bagaimana
saudara memberikan penjelasan tentang aturan minum obat tersebut ?
A. Obat diminum setelah makan
B. Minum obat 0,5 - 1 jam sebelum makan
C. Minum obat pada pagi hari saja sebagai single dosis
D. Diminum bila diperlukan saja
Farmakologi Dalam Keperawatan
145
Kunci Jawaban Tes Kunci Jawaban Tes
Tes 1 Tes 2 Tes 3 Test 4
No Jawaban No Jawaban No Jawaban No Jawaban
1. B 1. A 1. C 1. A
2. D 2. B 2 C 2. D
3. C 3. D 3 A 3. B
4 A 4. B 4. B 4. A
5. C 5. D 5. B 5. C
6. A 6. D 6 B 6. B
7. B 7. C 7. D 7. A
8. A 8. B 8. A 8 C
9. C 9. B 9. A 9. D
10. D 10. D 10. C 10. A
Farmakologi Dalam Keperawatan
146

Anda mungkin juga menyukai