NIM : NH0117066
Kelas : A2/2017
A. ANALGETIK
Analgesik adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran.
Kebanyakan obat analgetik juga memberi efek antipiretik, dan juga sebaliknya obat antipiretik
juga dapat mengurangi rasa sakit yang diderita. Masing-masing obat tergantung yang mana efeknya
paling dominan.
Penggolongan Obat
Berdasarkan sistem kerja farmakologisnya, analgesik dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:
Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja central. Obat-obat ini dinamakan
juga analgetika perifer, karena tidak mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran
atau mengakibatkan ketagihan.
Salisilat
Asam organik
Para aminofenol
Firazolon
Quinolon
Sediaan obat analgesik perifer
Komposisi :
Indikasi:
Untuk meringankan rasa sakit, terutama sakit kepala dan pusing, sakit gigi, dan nyeri otot serta
menurunkan demam.
Dosis :
Aturan pakai:
Dianjurkan agar tablet diminum sesudah makan. Sebaiknya tablet dilarutkan dulu dalam air dan
diminum dengan air yang cukup banyak.
Asam Asetil Salisilat menghambat pengaruh dan biosintesa daripada zat-zat yang menimbulkan
rasa nyeri dan demam (Prostaglandin). Daya kerja antipiretik dan analgetik Aspirin diperkuat oleh
pengaruh langsung terhadap susunan saraf pusat. Jangan digunakan pada penderita varicella cacar
air/chicken pox dan gejala flu serta penderita yang hipersensitif.
Efek Samping
Efek-efek samping yang biasanya muncul adalah gangguan-gangguan lambung-usus, kerusakan darah,
kerusakan hati, dan ginjal dan juga reaksi-reaksi alergi kulit. Efek-efek samping ini terutama terjadi pada
penggunaan lama atau pada dosis besar, maka sebaiknya janganlah menggunakan analgetika ini secara
terus-menerus.
Analgetik Narkotik
Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan tingkat kerja yang terletak
di Sistem Saraf Pusat. Umumnya mengurangi kesadaran dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia).
Dapat mengakibatkan toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta ketergantungan psikis dan fisik
(ketagihan adiksi) bila pengobatan dihentikan.
Misalnya, nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat, yaitu :
Efek Samping
Morfin sulfat tiap pil mengandung 10 mg, 15 mg, 30 mg, 60 mg dan 100 mg.
NSAID’S (Non Steroid Anti InflamasiDrugs) berkhasiat analgetik, antipiretik dan anti radang dan
sering digunakan untuk menghalau gejala penyakit rema, seperti arthritis rheumatica, artrosis.
Obat ini juga efektif untuk peradangan lain akkibat trauma (pukulan, benturan, kecelakaan).
Juga pada setelah pembedahan atau memar akibat olah raga. Intinya obat ini mencegah
pembengkakan bila diminum sedini mungkin dalam dosis yang cukup tinggi.
Penggolongan
Benzidamin berkhasiat anti radang tetapi kkurang efektif pada gangguan rematik
Mekanisme Kerja
Cara kerja NSAID’S sebagian besar berdasarkan hambatan sintesa prostaglandin dimana kedua
jenis ciklo-oksigenase diblokir
NSAID’S idealnya hanya menghambat ciklo-oksigenase II/COX-II (peradangan) dan tidak COX-I
(perlindungan mukosa lambung)
Efek Samping
ANALGETIK NARKOTIK
Disebut juga OPIOIDA (=mirip opiat) adalah zat yang bekerja terrhadap reseptor opioid khas di
susunan saraf pusat (SSP) hingga persepsi nyeri dan respon emosional terhadap nyeri berubah
(dikurangi).
Tubuh dapat mensintesa zat-zat opioidnya sendiri, yakni zat endorfin (adalah kelompok
polipeptida endogen yang terdapat di cairan cerebrospinal (CCS) dan dapat menimbulkan efek
yang menyerupai efek morfin).
Berdasarkan Kerjanya:
Agonis Opiat
Zat sintesis : metadon dan derivat-derivatnya (propoksifen), petidin dan derivatnya serta tramadol
Cara kerja obat ini sama dengan morfin, hanya berbeda mengenai potensi dan lama kerjanya, efek
samping serta resiko habituasi dan adiksi.
Kombinasi
Zat ini juga dapat mengikat pada reseptor opioid, tetapi tidak mengaktivasi kerjanya dengan sempurna
Mekanisme Kerja
Endorfin bekerja dengan jalan menduduki reseptor-reseptor nyeri di susunan saraf pusat hingga
perasaan nyeri dapat diblokir.
Khasiat analgetik opioida berdasarkan kemampuannya menduduki sisa-sisa reseptor nyeri yang
belum ditempati endorfin.
Tetapi bila analgetik tersebut digunakan terus-menerus. Pembentukan reseptor-reseptor baru
distimulasi dan produksi endorfin di ujung saraf di rintangi. Akibatnya terjadilah kebiasaan dan
ketagihan.
Penggunaan
Tangga analgetik. WHO telah menyusun suatu program penggunaan analgetik untuk nyeri hebat (misal
pada kanker), digolongkan dalam 3 kelas :
Pertama obat 4 dd 1 g Parasetamol (4 kali sehari 1 gram parasetamol), bila efeknya kurang ke 4-6 dd
kodein 30-60 mg (bersama parasetamol). Bila tidak juga baru opioida kuat : morfin (oral, subkutan,
kontinu, IV). Tujuannya di buat suatu tangga pengobatan teresbut diatas untuk menghindari resiko
habituasi dan adiksi untuk opioida.
B. ANTIPIRETIK
Antipiretik adalah golongan obat yang dipergunakan untuk menurunkan suhu tubuh bila
demam. Cara kerja antipiretik antara lain dengan melebarkan pembuluh darah di kulit, sehingga terjadi
pendinginan darah oleh udara luar. Obat antipiretik juga bersifat analgesik maka sering kali disebut
golongan obat analgesik-antipiretik, karena memiliki fungsi yang sama hanya saja susunanya berbeda.
CONTOH OBAT
Mekanisme Kerja
Menghambat kerja enzim siklookcygenasi, yaitu enzim yang berperan dalam mengubah asam
arakhidonat menjadi prostaglandin.
Efek Samping
Dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah. Pada penggunaan kronis dari 3-
4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati dan pada dosis diatas 6 g mengakibatkan necrosis hati yang tidak
reversibel. Dosis dari 20 g sudah berefek fatal. Selain itu dapat meningkatkan risiko ulkus (luka)
lambung, perdarahan, hingga perforasi (kebocoran akibat terbentuknya lubang di dinding lambung).
Contoh obat :
Anestetik (Anasthesi)
Kata anasthesi berasal dari bahasa yunani yang berarti keadaan tanpa rasa sakit, atau dengan
kata lain yaitu zat -zat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dengan menghilangkan
kesadaran.
Penggolongan Obat
Anasthesi dibagi menjadi 2 kelompok yaitu Anasthesi Lokal dan Anasthesi Umum.
Anestesia Lokal
Anesthesi lokal merupakan tindakan memanfaatkan obat bius yang cara kerjanya hanya
menghilangkan rasa di area tertentu yang akan dilakukan tindakan.
Anesthesi lokal menghasilkan blokade konduksi pada dinding saraf yang bersifat sementara.
Setelah kerja obat habis maka obat akan keluar dari sel saraf tanpa menimbulkan kerusakan pada
struktur sel saraf tersebut.
Contoh obatnya adalah Aethylischloridum atau Chloraethyl yaitu suatu cairan yang disemprotkan pada
tempat lokal. Sering digunakan untuk memotong preputium atau sunat, pencabutan gigi susu atau atau
gigi anak yang goyang.
Berdasarkan jenis ikatan yang terdapat di dalam struktur kimia anestetik lokal, maka
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu :
Mekanisme Kerja
Isyarat dalam serabut saraf dihantarkan melalui impuls listrik yang terbentuk pada awalnya di
setiap membran sel syaraf. Setiap membran sel syaraf ( demikian juga semua membran sel tubuh
lainnya ) mempunyai potensial listrik sebesar -90 mV pada keadaan istirahat. Potensial listrik ini
terbentuk karena adanya perbedaan konsentrasi ion natrium di dalam dan di luar membran sel, dimana
konsentrasi di luar membran ( 142 mEq/L) lebih besar daripada di dalam membran sel ( 14 mEq/L),
sementara konsentrasi anionnya sama ( 150 mEq/L). Keadaan ini menyebabkan suasana di dalam
membran sel lebih negatif ketimbang di luar.
Efek Samping
Seharusnya obat anestesi lokal diserap dari tempat pemberian obat. Jika kadar obat dalam
darah meningkat terlalu tinggi, maka akan timbul efek pada berbagai sistem organ.
Bila diberikan dalam dosis yang berlebihan, semua anasthesi lokal akan menjadi toksik terhadap
jaringan saraf.
c) Sistem Kardiovaskular
Dapat menghambat saluran natrium jantung sehingga menekan aktivitas pacu jantung,
eksitabilitas, dan konduksi jantung menjadi abnormal.
d) Darah
Pemberian prilokain dosis besar selama anestesi regional akan menimbulkan penumpukan
metabolit o-toluidin, suatu zat pengoksidasi yang mampu mengubah hemoglobin menjadi
methemeglobin. Bila kadarnya cukup besar maka warna darah menjadi coklat.
Anasthesi Umum
Anestesi Umum adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversibel). Terjadi hambatan susunan syaraf pusat.
Biasanya digunakan pada operasi besar.
a. Anestesia inhalasi, diberikan sebagai uap melalui saluran pernafasan, contohnya eter, dll.
b. Anestesia injeksi (intravena), contohnya diazepam, barbital ultra short acting (thiopental
dan heksobarbital), dll.
Mekanisme Kerja
a. Anestesi inhalasi
Anestesi inhalasi bekerja secara spontan menekan dan membangkitkan aktivitas neuron
berbagai area di dalam otak. Sebagai anestesi inhalasi digunakan gas dan cairan terbang yang masing-
masing sangat berbeda dalam kecepatan induksi, aktivitas, sifat melemaskan otot maupun
menghilangkan rasa sakit. Untuk mendapatkan reaksi yang secepat-cepatnya, obat ini pada permulaan
harus diberikan dalam dosis tinggi, yang kemudian diturunkan sampai hanya sekadar memelihara
keseimbangan antara pemberian dan pengeluaran. Keuntungan anestesi inhalasi dibandingkan dengan
anestesi intravena adalah kemungkinan untuk dapat lebih cepat mengubah kedalaman anestesi dengan
mengurangi konsentrasi dari gas / uap yang diinhalasi.
b. Anestesi injeksi (intravena)
Obat-obat intravena seperti thiopental, etomidate, dan propofol mempunyai mula kerja
anestetis yang lebih cepat dibandingkan terhadap senyawa gas inhalasi yang terbaru, misalnya
desflurane dan sevoflurane. Senyawa intravena ini umumnya digunakan untuk induksi anestesi.
Kecepatan pemulihan pada sebagian besar senyawa intravena juga sangat cepat.
a. Parenteral (intramuskular/intravena)
Digunakan untuk tindakan yang singkat atau induksi anestesi.Untuk tindakan yang lama anestesi
parenteral dikombinasikan dengan cara lain.
b.Perektal
Dapat dipakai pada anak untuk induksi anestesi atau tindakan singkat.
c.Anestesi Inhalasi
Anestesi dengan menggunakan gas atau cairan anestesi yang mudah menguap sebagai zat
anestesi melalui udara pernapasan.
Efek Samping
a. Menekan pernafasan, paling kecil pada N2O, eter dan trikloretikan.
b. Mengurangi kontraksi jantung, selama halotan dan metoksifluran yang paling ringan pada
eter.
c.Merusak hati, oleh karena tidak digunakan lagi seperti senyawa klor (kloroform).
ANALGETIKA
Analgetika atau obat penghilang rasa nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anastetika umum)
Analgesik adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Kebanyakan obat analgetik juga memberi efek antipiretik, dan juga sebaliknya obat antipiretik
juga dapat mengurangi rasa sakit yang diderita. Masing-masing obat tergantung yang mana efeknya
paling dominan.
Atas dasar kerja farmakologisnya, analgetik dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu:
Analgetik perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak
bekerja sentral.
Analgetik narkotik, khusus digunakan untuk menghalau nyeri hebat seperti pada kanker.
Merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perifer dengan analgetik perifer
Blokade pusat nyeri di susunan saraf pusat dengan analgetik sentral (narkotik) atau dengan anastetik
umum.
ANALGETIK PERIFER
Parasetamol
Salisilat : Asetosal, salisilamid, dan benorilat
Lainnya : benzidamin
Penggunaan
Efek Analgetik
Meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi susunan saraf pusat atau
menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan (intensitas nyeri ringan sampai sedang)
Efek antipiretik
Obat-obat ini akan menurunkan suhu badan hanya pada keadaan demam. Daya antipiretiknya
berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus yang mengakibatkan vasodilatasi
perifer (di kulit) dan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai keluar keringat yang banyak.
Analgetik juga memiliki daya anti radang, khususnya kelompok NSAID’S (Non-Steroid Anti
Inflamasi Drugs) termasuk asetosal
Efek Samping
Efek samping yang paling umum adalah gangguan lambung-usus (salisilat, penghambat
prostaglandin=NSAID’S, derivat-derivat pirazolinon), kerusakan darah (parasetamol, salisilat,
derivat antranilat, derivat pirazolinon), kerusakan hati dan ginjal (parasetamol, penghambat
prostaglandin), dan juga reaksi alergi pada kulit.
Efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau dalam dosis tinggi.